MAKALAH MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SUMBER-SU
SUMBER-SUMBER AJARAN
MBER AJARAN ISLAM
ISLAM
UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DOSEN PEMBIMBING: H.SUDIRAHARJO, MA, M.P.I DOSEN PEMBIMBING: H.SUDIRAHARJO, MA, M.P.I
KELOMPOK 3 KELOMPOK 3 1.
1. IRMA SINTIAIRMA SINTIA 2.
2. AL GEBRA GAMAL EL LATIFAL GEBRA GAMAL EL LATIF 3.
3. ILVAN ROMADHONILVAN ROMADHON 4.
4. RINIRINI 5.
5. GITA AYUGITA AYU 6.
6. ELVINA MELINDAELVINA MELINDA 7.
7. DEWANGGA S.H.ADEWANGGA S.H.A 8.
8. FATIH NIDHAMUL MULUKFATIH NIDHAMUL MULUK FAKULTAS HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PEKALONGAN UNIVERSITAS PEKALONGAN 2017 2017
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Seraya mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan Seraya mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya, sehingga kita masih dalam keadaan sehat. Dan Rahmat serta Hidayah-Nya, sehingga kita masih dalam keadaan sehat. Dan khususnya, kami (penyusun) bisa menyelesaikan Makalah dengan judul khususnya, kami (penyusun) bisa menyelesaikan Makalah dengan judul ‘SUMBER
‘SUMBER --SUMBER AJARAN ISLAM‘.SUMBER AJARAN ISLAM‘.
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui sudut pandang. Islam sebagai agama telah berkembang selama dikaji melalui sudut pandang. Islam sebagai agama telah berkembang selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti baik itu empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
ekonomi, dan budaya.
Dalam penyusunan tugas dan materi, tidak sedikit hambatan yang penulis Dalam penyusunan tugas dan materi, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, sehingga masalah yang penulis hadapi dapat teratasi. tidak lain berkat bantuan, sehingga masalah yang penulis hadapi dapat teratasi.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi kami tentunya bertujuan Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi kami tentunya bertujuan untuk menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai dengan untuk menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai dengan pengetahuan
pengetahuan yang yang kami kami peroleh, peroleh, baik baik dari dari buku buku maupun maupun sumber-sumber sumber-sumber yangyang lain. Semoga semuanya memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan tulisan lain. Semoga semuanya memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan tulisan atau kata-kata di dalam makalah ini, kami mohon maaf
atau kata-kata di dalam makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.yang sebesar-besarnya.
Pekalongan, 29 September 2017 Pekalongan, 29 September 2017
Penyusun Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1
B. RUMUSAN MASALAH ... 1
C. TUJUAN PENULISAN ... 2
BAB II PEMBAHASAN A. SUMBER-SUMBER AJARAN ISLAM ... 3
1. ALQURAN ... 3
2. HADIST ... 6
3. IJTIHAD ... 10
4. PERBEDAAN GOLONGAN ... 11
5. PERBEDAAN NU DAN MUHAMMADIYAH ... 11
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN ... 13
B. SARAN ... 13
BIOGRAFI ... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sumber ajaran Islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat Islam. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk mengembangkannya.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain, yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi syarat untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuk ajaran mengenai hukum ( fikih) Islam dari keduanya.
Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat menghasilkan pemahaman Islam yang komprehensif. Hal ini penting dilakukan, karena kualitas pemahaman ke Islaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan ke Islaman yang bersangkutan. Untuk itu uraian di bawah ini diarahkan untuk mendapatkan pemahaman tentang Islam.
B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa itu Al-Qur’an?
2. Apa itu Hadist? 3. Apa itu Ijtihad?
4. Mengapa ajaran Islam satu sumber, tetapi terbagi menjadi beberapa golongan seperti NU dan MUHAMMADIYAH
5. Apa yang membedakan NU dan MUHAMMADIYAH?
C. TUJUAN MASALAH
1. Menambah nilai dan memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2. Mengetahui sumber-sumber ajaran agama Islam
BAB II PEMBAHASAN
A. SUMBER-SUMBER AJARAN ISLAM
1. Alquran dan hubungannya dengan Hadist dan Ijtihad
Sumber ajaran Islam adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw. Wahyu Allah diturunkan dalam bahasa Arab dan secara autentik terhimpun dalam mushaf Alquran. Alquran adalah kitab suci yang demikian mashyur sehingga sulit untuk menemukan satu definisi yang ada masih bersifat parsial; tergantung kepada jenis kajian yang dilakukan. Dr. Dawud-al-Attar (1997), beliau menyebutkan bahwa Alquran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Secara lafaz (lisan), makna serta gaya bahasa(uslub)-nya yang termasuk dalam, mushaf yang dinukil darinyua secara mutawatir. Berikut beberapa defisi Alquran :
a. Alquran sebagai wahyu Allah, yaitu seluruh ayat Alquran adalah wahyu Allah, tidak ada satu kata pun yang datang dari perkataan atau pikiran Nabi.
b. Alquran diturunkan dalam bentuk lisan dengan makna dan gaya bahasanya. Artinya isi maupun redaksi Alquran datang dari Allah
sendiri.
c. Alquran terhimpun dalam mushaf, artinya Alquran tidak mencakup wahyu Allah kepada Nabi Muhammad dalam bentuk hukum-hukum yang kemudian disampaikan dalam bahasa Nabi sendiri.
d. Alquran dinukil secara mutawatir, artinya Alquran disampaikan kepada orang lain secara terus menerus oleh sekelompok orang yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah orang dan berbeda-bedanya tempat tinggal mereka.
Alquran turun secara berangsur-angsur dalam tengang waktu lebih kurang 23 tahun, yaitu sejak diangkatnya Nabi Muhammad sebagai Nabi dan Rasul Allah hingga beliau wafat. Ayat-ayat yang turun ditulis dan dihafal oleh sejumlah sahabat Nabi dan hasil pencatatan mereka diserahkan kepada Rasullullah. Rasul menyimpan catatan ayat-ayat Alquran itu di rumahnya dan ada pula yang disimpan oleh penulisnya sendiri. Tidak berapa lama setelah rasul wafat, Khalifah Abu Bakar membentuk tim untuk mengkodifikasi Alquran. Berdasarkan cek silang antara satu penulis dengan penulis yang lain serta konfirmasi langsung kepada banyak saksi hidup dan para penghapal Alquran, tim berhasil mengkodifikasi ayat-ayat Alquran ke dalam satu mushaf Alquran.
Khalifah Usmnan juga membentuk tim untuk menyempurnakan sistem penulisan Alquran, terutama yang berkaitan dengan tanda-tanda bacanya. Mushaf Alquran inilah yang kemudian menjadi standar rujukan penerbitan Alquran seperti yang ada sekarang ini. Berbeda dengan Alquran, informasi tentang Sunnah atau Hadis tersebar di kalangan para sahabat secara individual. Rasul sendiri pada saat itu melarang menuliskan sabdanya. Hal ini mengisyaratkan kekhawatiran beliau akan kemungkinan bercampur baurnya ayat Alquran dengan sabdanya.
Selain kedua sumber di atas terdapat pula sumber yang lain yakni ijtihad. Ijtihad adalah penggunaan akal untuk merumuskan hukum yang tidak tersurat dalam Alquran dan Sunnah dengan cara istinbat kepada dua sumber tersebut.
2. Kandungan Alquran
Alquran terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6.236 ayat. Ayat-ayat Alquran yang turun pada periode Mekah (Ayat Makiyah) sebanyak 4.780 ayat yang tercakup dalam 86 surat, dan pada periode Madinah (Ayat Madaniyah) sebanyak 1.456 ayat yang tercakup dalam 28 surat. Ayat-ayat Makiyah pada umumnya mengandung nuansa sastra yang kental karena itu ayat-ayatnya pendek-pendek. Isinya banyak mengedepankan
prinsip- prinsip dasar kepercayaan dan meletakkan kaidah-kaidah umum syariah (peraturan) dan akhlak. Adapun ayat Madaniyah menerangkan aspek syariah baik menyangkut peraturan tentang ibadah maupun muamalah dan akhlak.
3. Alquran : Mukjizat Nabi Muhammad
Secara umum Alquran membawa dua fungsi utama, yaitu sebagai mukjizat dan pedoman dasar ajaran islam. Mukjizat menurut bahasa berarti melemahkan. Alquran sebagai mukjizat menjadi bukti kebenaran Muhammad selaku utusan Allah yang membawa misi universal, risalah akhir, dan syariah yang sempurna bagi manusia. Untuk itu Allah menurunkan Alquran dengan susunan bahasa, kandungan makna, hukum dan pengetahuan yang terkandung di dalamnya unsur-unsur mukjizat. Ia menjadi dalil atau argumentasi yang mampu melemahkan segala argumen dan mematahkan segala dalil yang dibuat manusia untuk mengingkari kebenaran Muhammad selaku Rasulullah.
Allah telah memerintahkan Rasul supaya menantang kaum yang ingkar sehingga tampak jelas kelemahan mereka dan sempurnalah dalil-dalil yang menundukkan mereka. Dalam kaita ini Allah berfirman :
Artinya: “ dan jika kamu(tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), maka buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.
a. Aspek Bahasa Alquran
Keistimewaan bahasa Alquran terletak pada gaya pengungkapannya, antara lain kelembutan dalam jalinan huruf dan kata dengan lainnya. Susunan huruf-huruf dan kata-kata Alquran terajut
secara teratur sehingga menjelma menjadi ayat-ayat yang indah untuk dibaca dan diucapkan. Keindahan bahasa Alquran ini menjadikannya sebagai mukjizat sehingga apabila ada kata-kata manusia yang disisipkan ke dalamnya, maka rusaklah keindahannya. Karena itu upaya-upaya untuk memalsukan ayat-ayat Alquran tidak pernah berhasil.
Keistimewaan lainnya dari segi bahasa adalah keserasian bahasa Alquran dengan akal dan perasaan manusia. Alquran menggabungkan kebenaran dan keindahan sehingga menyentuh akal dan hati manusia sekaligus. Misalnya Alquran mengemukakan dalil-dalil yang rasional mengenai kebangkitan manusia dari alam kubur yang ditunjukan untuk orang-orang yang mengingkarinya untuk ini Alquran membawakan dalil-dalil dengan mengetuk hati dan menyenangkan perasaan manusia sehingga dapat memuaskan dan menyejukkan hati.
b. Aspek sejarah
Kedudukan, peran, proses perjuangan, dan ketabahan para rosul Allah mulai dari Adam hingga Isa serta kondisi umat dihadapi mereka dikisahkan dalam Alquran.
c. Isyarat tentang ilmu pengetahuan
Alquran berbicara mengenai hukum-hukum alam; diterangkannya persoalan-persoalan biologi, farmasi, astronomi dan geografi. Misalnya
tentang kejadian alam (Al-Anbiyaa’ 21:30), kemungkinan manusia dapat menembus langit (Al-An’aam, 6:125). Isyarat demi isyarat yang ditunjukkan Alquran mengenai sains, sebagian nya telah terbukti sahih menurut ilmu pengetahuan yang obyektif.
d. Konsistensi ajaran selama proses penurunan yang panjang
Alquran diturunkan secara bertahap selama kurun waktu kurang lebih 23 tahun. Rentang waktu itu bukanlah waktu yang pendek dan ini menjadi bukti tersendiri akan kebenaran Muhammad selaku Rasulullah. Sekiranya Alquran merupakan produk pikiran nabi maka norma-norma yang dikandung Alquran pastilah saling bertentangan. Bukankah
manusia sering berubah-ubah dalam soal pandangan, gagasan, cita-cita, harapan dan keinginannya? Tidak demikian dengan Alquran. Dari awal hingga akhir membawa nilai-nilai dan hukum-hukum bagai cerita bersambung. Tidak ada pada Alquran nilai-nilai dan hukum yang saling berlawanan, karena ia datang dari Allah. Demikianlah konsistensi
nilai-nilai Alquran selama proses penurunannya menjadi dalil yang meneguhkan keberadaan Muhammad selaku Rasulullah dan kebenaran risalah yang dibawanya. Dalam kaitan ini Allah berfirman :
e. Nabi Muhammad yang Ummi
Muhammad saw. adalah seorang yang ummi (umi) yaitu tidak pandai membaca dan menulis. Masa remajanya habis dengan menggembala domba dan masa dewasanya di medan niaga. Ia tidak pernah mengenyam pendidikan, tidak sempat belajar menulis dan membaca, apalagi untuk menyelami filsafat. Namun demikian ia dikenal oleh masyarakat luas karena pribadi nya yang mulia sehingga menjadi daya tarik yang amat luar biasa. Ia menjadi seorang yang populer dengan kejujurannya, dan pada sisi lain, juga populer dari segi keumiannya. Popularitas pribadinya itu setingkat dengan kemashyuran umminya. Itulah Muhammad seorang masyur karena ummi namun berpribadi menawan hati.
4. Alquran hidayah sempurna
Alquran adalah sumber hidayah dan petunjuk, sumber syariah dan hukum-hukum. Yang wajib dijadikan pedoman dan diikuti oleh manusia. Supaya memperoleh kedamaian, ketentraman, dan kebahagiaan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat.
5. Komitmen terhadap Alquran
Ada empat sikap yang menunjukkan komitmen muslim terhadap Alquran. Pertama, mengimani Alquran, yaitu meyakini bahwa Alquran adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Kedua, mempelajari Alquran. Mempelajarinya berarti membuka pintu rahmat Allah. Mempelajari Alquran adalah modal dasar mengarungi kehidupan
dunia untuk memperoleh keuntungan. Ketiga, mengamalkan Alquran. Meyakini kebenaran dan keagungan Alquran serta memahami dan mengamalkannya merupakan garansi bagi kebahagiaan dan keselamatan hidup manusia di dunia dan akhirat. Keempat, mendakwahkan Alquran, yaitu mensosialisakan nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran kepada orang lain dari mulai lingkungan keluarga hingga masyarakat pada umumnya.
A. Hadis sebagai Sumber Ajaran 1. Pengertian Hadits
Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadits dijadikan sumber hukum Islam selain Alquran, dalam hal ini kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Alquran.
a. Struktur Hadits
1. Sanad (Rantai Penutur/Perawi /Periwayat Hadits).
Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat.
2. Matan ( Redaksi dari Hadits)
Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami hadits ialah Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan. Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan hadits lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al Quran (apakah ada yang bertolak belakang).
Berikut beberapa hadits berdasarkan beberapa kriteria: I. Klasifikasi Hadits Menurut Jumlah perawi
1. Mutawattir; adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad dan tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk berdusta bersama akan hal itu. Jadi hadits mutawatir memiliki beberapa sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan (thaqabah) berimbang.
2. Hadits Ahad, hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak mencapai tingkatan mutawatir. Hadits ahad kemudian dibedakan atas tiga jenis antara lain :
Hadits Shahih yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits.
Hadits shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut: Sanadnya bersambung. Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah (kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya. Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak nyata yg mencacatkan hadits.
Hadits Hasan bila hadits yang tersebut sanadnya bersambung,
diriwayatkan oleh rawi yg adil namun tidak sempurna ingatannya, serta matannya tidak syadz serta cacat.
Hadits Dha’if (lemah), ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa mursal, mu’allaq, mudallas, munqati’ atau mu’dal) dan
diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, mengandung kejanggalan atau cacat.
II. Klasifikasi Hadits Menurut Macam Periwayatannya 1. Hadits yang bersambung sanadnya.
Yaitu hadits yang bersambung sanadnya hingga Nabi saw. Hadits ini disebut hadits marfu' atau Maushul.
2. Hadits yang terputus sanadnya:
1. Hadits Mu'allaq (Tergantung): Yaitu hadits yang permulaan sanadnya dibuang oleh seorang atau lebih hingga akhir sanadnya. Contoh: "Seorang pencatat hadits mengatakan, telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah
mengatakan...." tanpa ia menjelaskan sanad antara dirinya hingga Rasulullah).
2. Hadits Mursal (Hadits yang dikirim);Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi'in dari Nabi saw.tanpa menyebutkan sahabat penerima hadits tersebut. Atau Bila sanad putus pada salah satu penutur yakni penutur 4 atau 3.
3. Hadits Mudallas; (Yang ditutup-tutupi): disebut juga hadits yang disembunyikan cacatnya karena diriwayatkan melalui sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya ada, baik dalam sanad atau pada gurunya. Jadi, hadits Mudallas ini ialah hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya.
4. Hadits Munqati (Hadits yang terputus); Yaitu hadits yang hilang seorang atau dua orang perawi selain sahabat dan tabi'in. Bila penutur 1 tidak dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi'in menisbatkan langsung kepada Rasulullah SAW (contoh: seorang tabi'in (penutur 2) mengatakan "Rasulullah berkata" tanpa ia menjelaskan adanya sahabat yang menuturkan kepadanya).
5. Hadits Mu'dhal (Terputus sanadnya); Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi'it dan tabi'in dari Nabi saw. atau dari sahabat tanpa menyebutkan
tabi'in yang menjadi sanadnya. Atau bila sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-turut.
III. Hadits-Hadits Dha'if Karena Cacat Perawi
1. Hadits Maudhu’ (Yang dilarang); Yaitu bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur yang memiliki
kemungkinan berdusta.
2. Hadits Matruk ( yang ditinggalkan): yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja dan perawi itu dituduh berdusta.
3. Hadits Mungkar; yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan
4. Hadits Mu'allal (yang sakit atau cacat): Yaitu hadits yang di dalamnya terdapat cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar, hadits Mu'allal ialah hadits yang nampaknya baik tetapi setelah diselidiki ternyata ada cacatnya. Hadits ini biasa juga disebut hadits Ma'lul (yang dicacati) dan disebut hadits Mu'tal (hadits sakit atau cacat).
5. Hadits Mudlthorib (yang kacau): Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidak sama dan kontradiksi dengan yang dikompromikan.
6. Hadits Maqlub ( yang terbalik): Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau
sebaliknya baik berupa sanad (silsilah) maupun matan (isi).
7. Hadits Munqalib (yang terbalik): Yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya berubah.
8. Hadits Mudraj; yaitu hadits yang mengalami penambahan isi oleh perawinya.
9. Hadits Syad (yang jarang): Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah (terpercaya) yang bertentangan dengan hadits lain yang diriwayatkan dari perawi-perawi (periwayat/pembawa) yang terpercaya pula. Hadits syad jarang dihafal para ulama hadits, beda dengan hadits
Mahfudz yang banyak dihafal.
IV. Klasifikasi Hadits Berdasarkan ujung sanad
1. Hadits Maqtu' adalah hadits yang sanadnya ber ujung pada para Tabi’in (penerus).
2. Hadits Mauquf adalah hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat. 3. Hadits Marfu' adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi
Berikut adalah sanad (persambungan) beberapa perawi hadits dengan Nabi saw.
Beberapa istilah dalam hadits
1. Hadits gholia, yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya berubah.
2. Hadits Musnad; urutan sanad yang dimiliki hadits tersebut tidak terpotong pada bagian tertentu.
3. Hadits Gharib, bila hanya terdapat satu jalur sanad (pada salah satu lapisan terdapat hanya satu penutur, meski pada lapisan lain terdapat banyak penutur)·
4. Hadits Aziz, bila terdapat dua jalur sanad (dua penutur pada salah satu lapisan).
5. Hadits Mashur, bila terdapat lebih dari dua jalur sanad (tiga atau lebih penutur pada salah satu lapisan) namun tidak mencapai derajat mutawatir.
6. Muttafaq 'alaih: Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari sumber sahabat yang sama, atau dikenal juga dengan Hadits Bukhari-Muslim.
7. As-Sab'ah: Yaitu 7 perawi hadits termasyhur: Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasi'i dan Ibnu Majah.
8. Perawi: Yaitu orang yang meriwayatkan hadits.
3. Ijtihad
A. Arti dan kedudukan Ijtihad
Ijtihad adalah derivasi dari kata jahada, artinya berusaha sungguh-sungguh. Dalam pengertian terminologi hukum, Mukti Ali (1990) menyebutkan bahwa ijtihad adalah berusaha sekeras-kernya untuk membentuk penilaian yang bebas tentang sesuatu masalah hukum. Ijtihad merupakan pekerjaan akal dalam memahami masalah dan menilainya berdasarkan isyarat-isyarat Alquran dan As-Sunnah kemudian menetapkan kesimpulan mengenai hukum masalah tersebut.
Ijtihad dipandang sebagai aktivitas penelitian ilmiah karena itu bersifat relatif. Relativitas ijtihad ini menjadikannya sebagai sumber nilai yang bersifat dinamis.
B. Metode Ijtihad
Metode Ijtihad yang dinilai valid antara lain :
a) Qiyas (reasonign by analogi), yaitu menerapkan hukum perbuatan tertentu kepada perbuatan lain yang memiliki kesamaan. Misalnua Alquran melarang jual beli ketika Jumat (Al-Jumuah, 62:9) dan hukum perbuatan lain selain dagang juga terlarang, karena sama-sama mengganggu salat jumat.
b) b.Istihsan, yaitu menetapkan hukum suatu perbuatan berdasarkan prinsip- prinsip umum ajaran Islam, seperti prinsip keadilan dan kasih sayang. Misalnua, seseorang mesti memilih satu dari dua alternatif perbuatan yang
sama-sama buruk. Maka ia mengambil salah satu yang diyakini paling ringan keburukannya.
c) Masalihul mursalah, yaitu menetepkan hukum berdasarkan tinjauan
kegunaan atau kemanfaatannya sesuai dengan tujuan syariat.
Perbedaannya dengan istihsan adalah jika istihsan menggunakan konsiderasi hukum-hukum universal dari Alquran dan Al-Hadist atay menggunakan dalil-dalil umum dari kedua sumber tersebut, sedangkan massahhul mursalah menitikberatkan kepada kemanfaatan perbuatan dan kaitannya dengan tujuan universal syariat Islam.
4. Mengapa dalam islam padalah Sumber nya sama, tetapi terpecah menjadi beberapa golongan?
Setiap kelompok mengaku dalilnya Quran dan Hadist tapi mengapa bisa berbeda, umat Islam berpecah belah? Umar juga mempertanyakan Hal Ini. Lalu Umar berdiskusi dengan Abdullah bin Abbas
Umar bertanya :
Wahai Abdullah bin Abbas mengapa umat Islam Ini berpecah belah? Padahal kitabnya satu, Rasulullah nya sama, kiblatnya sama
Abdullah bin Abbas menjawab : Ya amirul mukminin, sesungguhnya alquran ini diturunkan ditengah-tengah kita, kita yang pertama kali membacanya, kita memahami isinya, kita memahami seluruh tafsir alquran, kita paham benar bagaimana Cara mengamalkannya
Wahai amirul mukminin setelah kita meninggal maka Akan lahirlah generasi selanjutnya, mereka membaca quran tapi tidak memahami apa yg dimaksud, apa tafsir yang benar, ketika mereka tidak paham maka mulailah keluar pemahaman- pemahaman yang menurut pemikiran mereka sendiri.
Apabila setiap kelompok sudah berani mentafsirkan alquran menurut pemahaman masing-masing maka umat Islam akan berpecah belah.
5. Perbedaan NU DAN MUHAMMADIYAH
Secara historis, kedua pendiri organisasi Islam tersebut — KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari— sama-sama mendalami ilmu agama di Arab Saudi. Sepulang dari Arab Saudi, keduanya bersepakat akan memberikan kontribusi bagi agama, nusa dan bangsa dengan cara melandasi putra putri bangsa Indonesia dengan pendidikian dan juga agama. Keduanya memakai cara yang berbeda dalam hal syiar sebab masing-masing berasal dari area dengan tradisi yang berbeda. KH Ahmad Dahlan berasal dari daerah perkotaan dan memilih cara syiar dengan
pendidikan perkotaan sedangkan KH Hasyim Asy’ari yang berasal dari
Jombang memilih metode pendidikan pesantren sebagai cara dakwahnya. Perbedaan mencolok antara NU dan Muhammadiy adalah pada qunut sholat Subuh. NU memakai Qunut sedangkan Muhammadiyah tidak. Di masanya, KH Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah juga memakai qunut untuk sholat subuh. Kedua pendiri organisasi ini juga
melakukan diba’an atau pembacaan sholawat untuk memuliakan nabi
Muhammad SAW. Pada saat hari raya, kalimat takbir pada takbiran di ulang sebanyak tiga kali oleh keduanya. Kalimat qad qamat as-Shalat pada saat iqomah di ulang sebanyak dua kali dan diiringi dengan berdirinya para makmum dan imam sholat jamaah. Persamaan terakhir adalah itsbat
hilal yang dua-duanya memakai rukyah.
a. Perbedaan NU dan Muhammadiyah dalam hal tradisi ibadah
Dalam hal ibadah, bisa kita lihat perbedaan yang kentara antara NU dan Muhammadiyah. Pertama, pada bulan Ramadlan, warga Nahdliyin tarawih dengan jumlah rakaat sebanyak dua puluh dengan tiga rakaat witir. Sedangkan warga muhammadiyah jumlah rakaatnya adalah delapan dengan tiga rakaat witir.
masjid diramaikan dengan bacaan maulid nabi, tahlil, yasin, manaqib syaikh abdul Qadir al-Jaelani, barzanji dan sebagainya sedangkan tidak demikian yang dilakukan warga Muhammadiyah. Ketiga, khutbah sholat Ied dilakukan sebanyak dua kali oleh warga NU sedangkan warga Muhammadiyah khutbah sebanyak sekali. Keempat, kalimat “allahu akbar” dalam takbiran hari raya diucapkan sebanyak tiga kali untuk warga NU sedangkan warga Muhammadiyah melafaldkannya sebanyak dua kali, kalimat qad qamat as-sholat dalam iqomat dibaca sebanyak dua kali untuk warga nahdliyin dan sekali untuk warga Muhammadiyah. Yang terakhir adalah itsbat penentuan jatuhnya hari raya, NU memakai dasar rukyah sedangkan Muhammadiyah memakai hilal sebagai dasarnya.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan:
Al-Qur’an adalah kamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat melalui perantara malaikat Jibril, sedangkan Hadist adlah segala yang datang dari nabi SAW baik perkataan, perbuatan mauqun taqir lalu yang dimaksud Ijtihad adalah pengambilan keputusan yang dilakukan oleh penguasa atau pemimpin yang status hukum tersebut belum ada dalam Al-Qur’an
maupun Hadist. Dengan adanya sumber-sumber ajaran islam tersebut maka munculah pemikiran atau pendapat manusia dengan pahamnya sendiri-sendiri. Maka timbullah beberapa golongan tetapi tetap menggunakan satu sumber.
Saran:
Saran dari penulis adalah marilah kita mengamalkan dan menjadikan Al-Quran dan Hadist sebagai pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari yang dapat membuat kita bahagiabaik itu di dunia maupun di akhirat nanti.
BIOGRAFI SINGKAT PENULIS MAKALAH
Nama : Irma Sintia NPM : 0217048651
Alamat : Degayu-Pekalongan
Nama : Rini Rahmawati NPM : 0217048681
Alamat : Ulujami-Pekalongan
Nama : Gita Ayu Dwiyanti NPM : 0217048691
Alamat : Pekuncen Karangasem Utara Batang
NPM : 0217048701
Alamat : Perumahan Griya Permai B.40, Kebulen
Nama : Dewangga Septian H.A NPM : 0217048711
Alamat : Kedungwuni- Pekalongan
Nama : Fatih Nidhamul M NPM : 0217048721 Alamat : Pasekaran- Batang
Nama : Ilvan Romadhon NPM : 0217048671
Alamat : Wiradesa- Pekalongan
Nama : Al Gebra Gamal El Latif NPM : 0217048731
DAFTAR PUSTAKA:
Ali, Mohammad Daud: Hukum Islam Indonesia(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011)
Azra, Azymardi: Pendidikan Agama Islam http://inspiring.id/sumber-ajaran-islam/
https://aslibumiayu.net/7666-kenapa-umat-islam-terpecah-menjadi-73-golongan-padahal-alquran-mereka-satu.html