• Tidak ada hasil yang ditemukan

tabungan dan deposito mudharabah deposito

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "tabungan dan deposito mudharabah deposito"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1. TABUNGAN MUDHARABAH

Tabungan mudharabah adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan degan itu seperti dijelaskan dalam butir tabungan wadiah. Para ahli perbankan “tempo doeloe” memberikan pengertian tabungan merupakan simpanan sementara sebelum pemilik melakukan pilihannya apakah si pemilik akan melakuakan konsumsi atau untuk kepentingan investasi. Hal ini dapat dilihat pada sekitar tahun 1971 terdapat produk tabungan yang diberi nama “ Tabungan Pembangunan Nasional” (Tabanas) dimana penarikan hanya diperkenakan dua kali satu bulan. Tabungan degan krakteristik seperti ini yang sesuai degan prinsip mudharabah (tidak dapat ditarik setiap saat).oleh karena tidak dapat ditari setiap saat maka dalam tabungan yang mempergunakan prinsip mudharabah (tabungan mudharabah) tidak perlu diberikan ATM atau kartu yang sejenis itu. Dalam aplikasinya produk bank syariah tabungan yang mempergunakan prinsip ini anatara lain, Tabungan Haji hanya dapat ditarik pada saat penabung akan menunaikan ibadah haji, Tabungan Qurban hanya dapat ditarik pada saat hari raya qurban ( penabung membeli hewan qurban), Tabungan Pendidikan hanya dapat ditarik pada saat penabung dapat membayar uang pendidikan, Tabungan Walimah hanya dapat ditarik pada saat penabung akan menunaikan akad nikah dan tabungan lain sejenisnya.

Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000 tentang Tabungan, memberikan landasan syariah dan ketentuan trntang tabungan mudharabah adalah sebagai berikat.

A. Landasan syariah tentang tabungan (1). Firman Allah QS Annisa (4):29

Hai orang-orang yang beriman ! janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu degan jalan yang batil, kecuali degan jelasyang batil, kecuali degan jalan perniagaan yang belaku degan sukarela diantaramu.

(2)

Maka jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dapat dipercayai itu menunaikan amanainya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah dan tuhannya.

(3). Firman Allah QS Almaidah (5):1

Hai orang yang beriman ! penuhui akad-akad itu

(4). Firman Allah QS Almaidah (5):2

Dan bertolong menolonglah dalam mengerjakan kebajikan

(5). Hadis Nabi riwayat ibnu Abbas

Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah. Ia mensyaratakan kepada mudharibnya agar tidak dapat mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak, jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didegar rasulullah, beliau membenarkannya.. (HR Thabrani dari ibnu Abbas)

(6). Hadis Nabi riwayat ibnu Majah

Nabi bersabda “ ada tiga hal yang mengandung berkah : jual beli tidak secara tunai, muqaradah (mudharabah), dan mencampur gandum jewawut untuk kepentingan rumah tangga, bukan utuk dijual”(HR Ibnu Majah dari Shuhaib)

(7). Hadis nabi riwayat Trimidzi dari Amr bin Auf

Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin, kecuali perdamain yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat degan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharumkan yang halal atau yang menghalalkan yang haram.

(3)

(9). Qiyas.

Transaksi mudrharabah yakni penyerahan sejumlah harta (dana, modal) dari satu pihak (malik, shahibul maal) kepada pihak lain ( amil, mudharib) untuk diperniagakan (diproduktifkan) dan keuntungan dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan, di qiyas-kan kepada transaksi musaqah.

(10). Kaidah fiqh “pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”

(12). Para ulama meyatakan, dalam kenyataan banyak orang yang mempunyai harta namun tidak mempunyai kepandaian dalam usaha memproduktiffkannya sementara itu, tidak sedikit pula orang yang tidak memiliki harta namun ia memiliki kemampuan dalam memproduktifkannya. Oleh karena itu, diperlukan adanya kerjasama diantra dua pihak tersebut.

B. Ketentuan tentang Tabungan Mudharabah, yakni sebagai berikut,

(1). Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana (2). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang yang tidak bertentangan degan prinsip syariah dan mengembangkannya termasuk didalamnya mudharabah degan pihak lain.

(3). Modal harus dinyatakan degan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

(4). Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

(5). Bank sebagai mudharib biaya operasional tabungan degan menggunakaan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

(6). Bank tidak diperkenakaan menguragi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujan yang bersangkutan.

(4)

batas-batas tertentu (tidak dapat ditarik sewaktu-waktu) seperti tabungan tabungan haji, tabungan walimah, tabungan qurban dan sebagainya.

Tabungan mudharabah merupakan tabungan degan akad mudharabah dimana pemilik dana (shahibul maal) mempercayakan dananya untuk dikelola bank (mudharib) degan bagi hasil sesaui dengan nisbah yang disepakati sejak awal.

Tabungan mudharabah ini tidak dapat diambil sewaktu-waktu sesuai degan prinsip yang digunakaa, tabungan mudharabah ini merupakan “investasi” yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan oleh karena ini, modal yang diserahkan kepada pengelola dana/mudharib (bank) tidak boleh ditarik sebelum akad tersebut berakhir hal ini disebabkan karena kelancaran usaha yang dilakukan oleh mudharib sehubungan degan pegeloleh dana tersebut.

Menarik untuk dijelaskan kenapa tabungan mudharabah tidak dapat ditarik setiap saat, hal ini sangat terkait degan pembagian hasil usaha. Dalam pembagian hasil usaha, termasuk pembagian hasil usaha kepada individu rekening data yang dipergunakan adalah saldo rata yaitu penjumlahan saldo setiap tanggal dibagi degan hari bagi hasil. Jadi, setiap rekening yang mempunyai saldo, berapapun besarnya dan berapapun lamanya mengendap walaupun hanya satu hari akan menghasilkan saldo rata-rata. Penjumlahaan saldo rata-rata perkiraan/bukubesar produk yang bersangkutan. Saldo rata-rata perkiraan tersebut yang dipergunaakaan sebagai dasar untuk melakukan perhitungan pembagian hasiln usaha anatara bank syariah degan nasabah pemilik dana mudharabah. Dilain pihak, tabungan yang dapat ditarik setiap saat akan mengakibatkan resiko likuiditas yang cukup tinggi bagi bank syariah, lebih-lebih jika jangka waktu setorandan penarikan sangat pendek sehingga bank syariah tidak dapat menginvestasikan dana tersebut yang pada akhirnya tidak dapat memperoleh pendapatan atau hasil usaha.

(5)

syariah dapat menginvestasikan dana sebesar Rp. 300 milyar tersebut seingga bank syariah tidak memperoleh hasil (pendapatan) dari dana tersebut. Tetapi pada saat pembayaran bagi hasil tuan Amir memperoleh bagi hasil, karena perhitungan bagi hasil mempergunakaan saldo rata-rata. Misalnya hasil bagi hasilpada buan tersebut 30 hari maka saldo rata-rata rekening tabungan tuan Amir adalah sebesar Rp. 20 milyar [(300 milyar + 300 milyar 2 hari) : 30)]. Jika menurut perhitungan pembagian hasil usaha kelompok dana tabungan mempunyai indikasi rate sebesar 5% maka bagi hasil yang diterima oleh tuan Amir adalah Rp. 82,19 juta (20 milyar × 30 × 5 : 36.500). bagi hasil yang diterima oleh tuan Amir tersebut sebenarnya milik dari nasabah tabungan yang lain.

Pembagian keuntungan didasarkan pada nisbah yang disepakati pada awal kontrak antara Bank(mudharib) degan nasabah (shahibul maal) dan wajib dituangkan pada perjanjian secara tertulis. Dalam bank islam tidak ada special rate yang ada hanya special nisbah yang mana hal ini, mempunyai arti yang sangat jauh berbeda. Dalam special nisbah yang diberi hanya porsi pembagian keuntungan yang berbedah degan degan nisbah umum yang berlaku antara shahibul maal dengan mudharib sedangkan pendapatannya (nominal bagi hasilnya) sangat tergantung degan hasil usaha yang benar-benar diterimah oleh bank.

Penarikan tunai tabungan hanya dapat dilakukan degan slip penarikan, sesuai degan kebutuhan yang berlaku. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan degan tabungan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan degan prinsip syariah.

Perbandigan tabungan mudharabah dan tabungan wadi’ah adalah sebagai berikut.

C. Perhitungan bagi hasil untuk tabungan mudharabah

(6)

Dalam melakukan perhitungan saldo rata-rat dapat dilakukan degan kumputerisasi tetapi dpat juga dilakukan secara manual atau secara tradisional degan memperguanakan formulir berikut ini.

2. DEPOSITO MUDHARABAH

Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada tertentu menurut perjanjian antara penyimpanan degan bank yang bersangkutan

Jenis deposito berjangka 1. Deposito berjangka biiasa

Deposito yang berakhir pada jangka waktu yang diperjanjikan, pepanjangan hanya dapat dilakukan setelah ada permohonan baru/pemberitahuan dari penyimpanan.

2. Deposito berjangka otomatis (aotumatic roll over )

Pada saat jatuh tempo, secara otomatis akan diperpanjangkan untuk waktu jangka waktu yang sama tanpa pemberitahuan dan penyimpan. Dalam fatwa dewan syariah Nasional nomor 03/DSN/MUI/IV/2000 tertanggal 01 April 2000tetang deposito yang memberikan landasan syariah dan ketentuan tentang deposito mudharabah sebagai berikut.

A. Landasan syariah tentang deposito mudharabah (1). Firman Allah QS Annnisa (4):29

Hai orang-orang beriman ! jaganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu degan jalan yang batil, kecuali degan jalan perniagaan yang berlaku degan sukarela diantaramu.

(2). Firman allah QS Albaqarah (2):283

Maka jika sebagian kamu mempercayai sebagai yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kapada allah dan tuhannya

(3). Firman Allah QS Almaidah (5):1

Hai orang yang beriman!penuhuilah akad-akad itu

(4). Firman Allah Qs Albaqarah (2):198

Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia dari tuhanmu...

(5). Hadis nabi riwayat Ibnu Abbas

(7)

mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah serta tidak membeli hewan ternak, jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyartan yang ditetapkan Abbas itu didegar Rasulullah, beliau membenarkannya. (HR Thabrani dari Ibnu Abbas)

(6). Hadis nabi riwayat Ibnu Majah

Nabi bersabda “ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqarabah (mudharabah). Dan mencampur gandum dan jewawut untuk kepentingan rumah tangga, bukan utuk dijual”(HR Ibnu Majah dari shuhaib).

(7). Ijma

diriwayatkan oleh sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorangpun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma’ ( Zuhaily, Al Fiqh Al Islami wa Adilatuhu, 1989, 4/838)

(8). Qiyas

Transaksi mudharabah diqiyaskan kepada transaksi musaqah

(9). Kaidah fiqih

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada detail yang mengharamkannya”

(8)

B. Ketentuan tentang deposito mudharabah

(1). Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana (2). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai

macam usaha yang tidak bertentangan degan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah degan pihak lain.

(3). Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

(4). Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembuukaan rekening.

(5). Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

(6). Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan.

Deposito ini dijalankan dengan prinsip mudharabah mutlaqah karena pengelolaan dana deposito sepenuhnya menjadi tanggung jawab mudharib (bank).

Deposito mudharaba merupakan simpanan dana dengan akad mudharaba deimana pemilik dana (shahibul maal) mempercayakan dananya untuk dikelolah bank (mudharib)dengan bagi hasil sesuai dengan nisba yang disepakati sejak awal.

Semau permintaan pembukuaan deposito mudharabah harus dilengkapi dengan suatu akad/kontrak/perjanjian yang berisi antara lain, nama dan alamat shahibul maal, jumlah deposito, jangka waktu, nisbah pembagian keuntungan, cara pembagian bagi hasil dan pokok pada saat jatuh tempoh serta syarat-syarat lain deposito mudharabah yang lain.

Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tatacara pembagian keuntungan dana/atau perhitungan distribusi keuntungan resiko yang dapat timbul dari deposito tersebut.

(9)

syariat islam tidak dipermasalahkan jika bagi hasil yang ditambahkan ke pokoknya untuk kembali diinvestasikan.

Periode penyimpanan dana ditentukan berdasarkan periode bulanan. Bank dapat memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada pemilik dana. Deposito mudharabah hanya dapat ditarik sesuai degan jatuh waktu yang disepakati.

Atas bagi hasil yang diterima dikenakan pajak penghasilan sesuai degan ketentuan yang berlaku.

Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan degan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan degan prinsip syariah.

C. Perhitungan bagi hasil untuk individu pemilik deposito mudharabah

Pembayaran bagi hasil kepada pemilik dana deposito mudharabah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

1. Dilakukan setiap ulang tanggal pembukaan deposito mudharabah, dan 2. Dilakukan setiap akhir bulan atau awal bulan berikutnya tanpa

memperhatikan tanggal pembukaan deposito mudharabah tersebut.

Dari kedua cara tersebut mempunyai konsekwensi yang berbeda sehingga perlu ditelaahlebih mendalam. Pada saat ini sebagian bank syariah melkukan pembayaran bagi hasil deposito mudharabah degan metode setiap ulang tanggal dan sebagian bank syariah lain melakukan pembayaran bagi hasil depositi mudharabah dengan metode setiap akhir bulan atau awal bulan berikutnya.

1. Pembayaran bagi hasil deposito mudharabah dilakukan setiap ulang tanggal pembukaan deposito.

Pembayaran bagi hasil pada saat ulang bulan dapat digambarkan sebagai berikut

(10)

untuk jangaka waktu 3 bulan, jatuh tempo deposito mudharabahnya pada tanggal 25 juli

Apabila dipergunakan cara pembayaran bagi hasil setiap ulang tanggal maka pembayaran bagi hasil deposito mudharaba tersebut dibayar oleh bank syariah setiap 25 setiap bulannya dan memprgunakan indikasi rate bulan sebelumnya, untuk pembayaran bagii hasil tanggal 25 mei dan dihitung dengan indikasi rate berdasarkan perhitungan hasil usaha (profil distribution) akhir bulan april misalnya untuk kelompok dana deposit mudharabah 3 bulan adalah 10% apabila ditelaah lebih rinci atas pembayaran bagi hasil deposito tersebut pembagian hasil usaha yang menghasilkan indikasi rate sebesar 10% hanya periode 25 sampai tutup buku (30 April) sedangkan untuk periode 1 mei sampai 25 mei belum diketahui besarnya bagi hasil, karena pembagian hasil usaha bualn mei baru dilakukan pada akhir bulan mei (tutup buku bulan mei).

Pembayaranbagi hasil yang dilaukan tanggal 25 juni untuk periode 25 sampai 25 juni, perhitungan bagi hasil yang dilakukan dengan indikasi rate atas distribusi hasil usaha yang dilakukan pada akhir bulan mei, misalnya untuk kelompok dana deposit mudharabah 3 bulan adalah 6%. Permasalahan yang sama timbul juda seperti perhitungan bagi hasil yang dibayarkan pada tanggal 25 mei, indikasi rate yang dibayarkan sebesar 6% untuk periode tanggal 25 mei sampai tanggal 31 mei (tutup buku bulan mei) sedangkan untuk periode 1 juni sampai 25 juni belum diketahuhi indikasi ratenya. Untuk mengatasi hal tersebut, bank syariah melakukan koreksi terhadap pembayaran bagi hasilyang dilakukan pada tanggal 25 mei yaitu periode 1 mei sampai 25 mei yang sebalumnya dibayar dengan indikasi rate 10% indikasi rate April) dihitung kembali dengan indikasi rate 6% (indikasi rate Mei).

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Pemeriksaan Tubulus

[r]

Sedangkan untuk variabel pengobatan diperoleh p- value = 0,4991> α = 0,15 yang berarti bahwa secara parsial variabel pengobatan tidak berpengaruh signifikan

Penghargaan tersebut dapat berupa anggaran yang diberikan kepada Inspektorat harus sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2008 yang nantinya digunakan untuk

Hasil yang diperoleh adalah Kenaikan (penurunan) kas tidak selalu diikuti dengan kenaikan (penurunan) pengeluaran investasi, Terdapat hubungan yang positif antara

tingkat kabupaten masih ada Musrenbang lain yang tidak ada kaitannya dengan program. kita, misalnya ada program kabupaten yang mau direalisasikan di desa, mari

Setelah mengadakan penelitian di pondok pesantren Al-Manar dapat diambil kesimpulan bahwa Partisipasi Pondok Pesantren Al-Manar Dalam Pendidikan Kemasyarakatan adalah

Perbedaan itu biasanya diketahui dengan tingkat tinggi rendahnya suara, perbedaan tingkat suara itu bisa kita ketahui dengan mengunakan alat Detektor Tingkat Kebisingan Suara.