• Tidak ada hasil yang ditemukan

KREATIVITAS GURU MATEMATIKA KELAS VII DALAM MENERAPKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI MTs NEGERI BRANGSONG KABUPATEN KENDAL TAHUN PELAJARAN 20102011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KREATIVITAS GURU MATEMATIKA KELAS VII DALAM MENERAPKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI MTs NEGERI BRANGSONG KABUPATEN KENDAL TAHUN PELAJARAN 20102011"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

KREATIVITAS GURU MATEMATIKA KELAS VII

DALAM MENERAPKAN KURIKULUM TINGKAT

SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI MTs NEGERI

BRANGSONG KABUPATEN KENDAL TAHUN

PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Ilmu Pendidikan Matematika

Oleh:

UMMI ROSIDAH

NIM: 073511042

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ummi Rosidah

NIM : 073511042

Jurusan/Program Studi : Tadris Matematika

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, Januari 2011

Saya yang menyatakan,

Ummi Rosidah

(3)

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH

Jl Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp.024-7601295 Fax.7615387

PENGESAHAN

Naskah skripsi dengan:

Judul : Kreativitas Guru Matematika Kelas VII dalam Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di MTs Negeri Brangsong Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011

Nama : Ummi Rosidah

NIM : 073511042

Jurusan : Tadris Program Studi : Matematika

Telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika.

Semarang, 13 Desember 2011

DEWAN PENGUJI

Ketua, Sekretaris

Drs. Sugeng Ristiyanto, M.Ag. Yulia Romadiastri, S.Si, M.Sc.

NIP. 19650819 200302 1 001 NIP. 19810715 200501 2 008

Penguji I, Penguji II

Nur Asiyah, S.Ag., M.SI Saminanto, S.Pd., M.Sc.

NIP. 19710926 199803 2 002 NIP. 19720604 200312 1 002

Pembimbing I Pembimbing II

Minhayati Shaleh, S.Si, M. Sc. H. Mursid, M.Ag.

(4)

NOTA PEMBIMBING Semarang, 23 Nopember 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Kreativitas Guru Metematika Kelas VII dalam Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal Tahun Pelajaran 2010-2011

Nama : Ummi Rosidah

NIM : 073511042

Jurusan : Tadris Program Studi : Matematika

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam siding munaqasyah.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing I

(5)

NOTA PEMBIMBING Semarang, 23 Nopember 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Kreativitas Guru Metematika Kelas VII dalam Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal Tahun Pelajaran 2010-2011

Nama : Ummi Rosidah

NIM : 073511042

Jurusan : Tadris Program Studi : Matematika

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam siding munaqasyah.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing II

H. Mursid, M.Ag

NIP: 19670305 200112 1 001

(6)

ABSTRAK

Judul : Kreativitas Guru Metematika Kelas VII dalam Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di MTs N Brangsong Tahun Pelajaran 2010-2011

Penulis : Ummi Rosidah NIM : 073511042

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mensyaratkan adanya kreativitas yang tinggi dari para guru untuk dapat mengembangkan kurikulum di sekolah. Tidak terkecuali bagi guru yang bertugas di sekolah-sekolah yang berada di desa sekalipun. Termasuk guru matematika yang ada di MTs N Brangsong Kendal. Para guru diharapkan mampu menerapakan KTSP dalam semua komponen pembelajaran baik dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

Studi ini dimaksudkan menjawab permasalahan: (1) Bagaimana kreativitas guru matematika kelas VII dalam merencanakan pembelajaran berbasis KTSP ? (2) Bagaimana kreativitas guru matematika kelas VII dalam melaksanakan pembelajaran berbasis KTSP ? (3) Bagaimana kreativitas guru matematika kelas VII dalam penilaian pembelajaran berbasis KTSP ? permasalahan tersebut dibahas melalui penulisan lapangan yang dilaksanakan di MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal. Guru matematika kelas VII di MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal dijadikan sumber data untuk mendapatkan gambaran tentang kreativitas guru matematika kelas VII dalam menerapkan KTSP. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara berpedoman, observasi partisipan, angket/kuesioner, dan studi dokumen-dokumen perangkat pembelajaran. Semua data dianalisis dengan model analisis interaktif (interaktif model of analisis). Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua hamba-Nya. Terlebih kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad saw, Nabi akhir zaman dan pembawa rahmat bagi makhluk seluruh alam.

Tidak ada kata yang pantas penulis ungkapkan kepada pihak-pihak yang membantu proses pembuatan skripsi ini, kecuali kata terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Dr. Suja’i, M.Ag.

2. Dosen pembimbing Minhayati Shaleh, S.Si, M.Sc dan H. Mursid, M.Ag, yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses penulisan skripsi. 3. Kepala MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal Dra. Hj. Zayinatun yang

sekarang dijabat oleh Drs. H. Moch Ali Chasan, M.Si telah berkenan memberikan izin pada penulis untuk melakukan penelitian di MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal.

4. Guru pengampu bidang studi matematika kelas VII MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal. Drs. Abdul Kohar, Pujo Winarno, S.Pd, dan Rokhimah, S.Pd yang memberikan banyak arahan serta informasi selama proses penelitian. 5. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah, khususnya dosen Tadris Matematika yang

telah membekali banyak pengetahuan kepada penulis dalam menempuh studi di Fakultas Tarbiyah.

(8)

7. Kedua orang tuaku Bapak Sholekan dan Ibu Mu’awanah yang tidak henti-hentinya memberikan dorongan baik moril maupun materiil dan tidak pernah bosan mendoakan penulis dalam menempuh studi dan mewujudkan cita-cita, 8. Kedua adikku Luthfia Desy dan Abdullah Alwi yang tidak pernah berhenti

memberikan semangat dalam menempuh studi dan mewujudkan cita-cita, 9. Kakakku M. Abdul Gofur yang selalu memberikan motivasi dalam

penyusunan skripsi ini serta mau mendengarkan semua keluh kesahku,

10.Teman-teman TM ’07 kelas B yang selalu berbagi dalam susah ataupun senang selama menempuh studi di Fakultas Tarbiyah,

11.Teman-teman Kost Shafira 24, BPI F20, dan Camp Ladys yang selau berbagi susah dan suka atas perjalanan menempuh studi serta hidup jauh dari orang tua,

12.Dan teman-teman penulis yang ikut memberikan motivasi selama menempuh studi, khususnya dalam proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi, metodologi dan analisisnya. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya hanya kepada Allah penulis berharap, semoga apa yang tertulis dalam skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Semarang, 23 Nopember 2011 Penulis

Ummi Rosidah

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ... ii

PENGESAHAN ... ... iii

NOTA PEMBIMBING ... ... iv

ABSTRAK ... ... vi

KATA PENGANTAR ... ... vii

DAFTAR ISI ... ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ... 3

BAB II : KREATIVITAS GURU MATAMATIKA DAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) A. Kajian Pustaka ... .... 5

B. Pengertian Kreativitas ... 7

C. Kriteria Kreativitas ... 9

D. Kreativitas Guru ... 10

E. Pembelajaran Matematika ... 14

F. Penilaian Pembelajaran Matematika ... 17

G. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... .... 19

H. Kreativitas Guru dalam Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 28

Kerangka Berfikir ... 31

(10)

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 34

C. Sumber Penelitian ... 35

D. Fokus Penelitian ... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... .... 36

F. Teknik Analisis Data ... .... 41

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal.. 45

B. Kreativitas Guru Matematika Kelas VII dalam Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal ... .... 49

C. Analisis Kreativitas Guru Matematika Kelas VII dalam Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di MTs Negeri Brangsong Kab. Kendal... .... 61

BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... .... 71

B. Saran... .... 73

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau biasa disebut kurikulum 2004. Kemudian Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).1

Standar Isi merupakan bagian dari Standar Nasional Pendidikan yang mencakup kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar bagi peserta didik tingkat sekolah dasar dan menengah, KTSP yang dikembangkan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum, dan kalender pandidikan.2 Begitu juga dengan Standar Kompetensi Lulusan merupakan bagian dari Standar Nasional Pendidikan. SKL untuk pendidikan dasar dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, yakni meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.3

Semangat perubahan KTSP mensyaratkan sekolah membangun paradigma baru pengelolaan pendidikan yang selama ini telah terbangun image dan buaian sentralistik pendidikan yang terjadi telah menjadi virus yang mengerdilkan ide dan kreativitas satuan pendidikan dalam memberdayakan potensi dirinya. Penyakit akut ini telah coba diatasi dengan berbagai upaya oleh pemerintah. Misalnya, saat pemerintah pusat tercengang dengan minimnya

1

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Perundang-undangan RI tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 Beserta Penjelasannya.Cet.VI, (Bandung: Nuansa Aulia, 2010), hlm. 51.

2

Aulia, Himpunan, hlm. 210. 3

(12)

pergulatan kreativitas sekolah, dikumandangkanlah paradigma otonomi pendidikan melalui manajemen berbasis sekolah. Kenyataannya, institusi prasyarat manajemen berbasis sekolah seperti dewan pendidikan dan komite sekolah hanya hiasan struktur organisasi. Bukan sebagai alat vital organisasi. Mereka tak berdaya karena ketidaktahuan dan kebiasaan ketergantungan.

Dengan demikian, KTSP menghadapi tantangan besar terkait keterpaduan informasi lokal, nasional, dan internasional. Kemampuan memadukan ini hanya bisa dilakukan oleh sumber daya yang memang disiapkan jauh-jauh hari, bukan oleh guru yang disiapkan secara instan melalui berbagai program pendampingan pengembangan kurikulum.

Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di setiap sekolah setingkat SD, SMP dan SMA, akan membuat guru semakin pintar, karena mereka dituntut harus mampu merencanakan sendiri materi pelajarannya untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Kurikulum yang selama ini dibuat dari pusat, menyebabkan kreativitas guru kurang terpupuk, tetapi dengan KTSP, kreativitas guru bisa berkembang. KTSP sebenarnya positif, sebab sekolah diberikan otonomi untuk berdiskusi terkait dengan standar kompetensi yang dikembangkan. Dalam hal ini pemerintah telah berasumsi bahwa seluruh guru mampu mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi daerah, karakteristik sekolah, dan peserta didik.

Hanya saja, sebagian besar guru belum terbiasa untuk mengembangkan model-model kurikulum. Selama ini mereka diperintah untuk melaksanakan kewajiban yang sudah baku, yakni kurikulum yang dibuat dari pusat. Implementasi KTSP sebenarnya membutuhkan penciptaan iklim pendidikan yang memungkinkan tumbuhnya semangat intelektual dan ilmiah bagi setiap guru, mulai dari rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Hal ini berkaitan adanya pergeseran peran guru yang semula lebih sebagai instruktur dan kini menjadi fasilitator pembelajaran.

(13)

bagi guru yang bertugas di sekolah-sekolah yang berada di desa sekalipun. Termasuk guru matematika yang ada di MTs N Brangsong Kendal. Para guru diharapkan mampu menerapakan KTSP dalam semua komponen pembelajaran baik dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

Mengingat karakteristik peserta didik kelas VII yang merupakan masa peralihan dari jenjang sekolah dasar ke sekolah menengah, tentu hal ini harus diperhatikan agar peserta didik mampu berkembang sesuai dengan jenjangnya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru matematika di kelas VII untuk bisa membuat peserta didiknya mampu meningkatkan pola berfikir matematika yang sesuai dengan jenjangnya. Tanpa berbekal kreativitas guru yang tinggi, maka tantangan tersebut tidak akan teratasi. Untuk itu, peneliti ingin mengetahui kreativitas guru matematika kelas VII dalam menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di MTs N Brangsong Tahun Pelajaran 2010/2011.

B.Rumusan Masalah

Berdasar hal-hal yang telah diuraikan pada latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimana kreativitas guru matematika kelas VII dalam merencanakan

pembelajaran berbasis KTSP ?

2. Bagaimana kreativitas guru matematika kelas VII dalam melaksanakan pembelajaran berbasis KTSP ?

3. Bagaimana kreativitas guru matematika kelas VII dalam penilaian pembelajaran berbasis KTSP ?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Mendeskripsikan kreativitas guru matematika kelas VII dalam

(14)

b. Mendeskripsikan kreativitas guru matematika kelas VII dalam proses pembelajaran matematika sesuai dengan KTSP.

c. Mendeskripsikan kreativitas guru matematika kelas VII dalam penilaian pembelajaran matematika sebagai implementasi KTSP.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut.

a. Bagi Kepala Sekolah, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang hal-hal yang telah dilakukan oleh Guru Matematika dalam melaksanakan KTSP.

b. Bagi Guru Matematika, penelitian ini diharapkan mampu memberikan evaluasi terhadap hal-hal yang telah diusahakan oleh guru dalam melaksanakan KTSP sehingga dapat dijadikan kajian bagi guru dalam meningkatkan kualitasnya.

c. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada peserta didik tentang kurikulum KTSP yang sekarang berlaku serta dapat merasakan dampak KTSP tersebut terhadap proses dan hasil pembelajaran.

d. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan pengalaman tentang kreativitas yang dimiliki oleh guru matematika dalam menerapkan KTSP.

(15)

BAB II

KREATIVITAS GURU MATAMATIKA DAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

A.Kajian Pustaka

Menurut Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.1

Mulyasa berpendapat bahwa kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara; khususnya oleh guru dan kepala sekolah.2

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 1 ayat 15, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.3 Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).4 Disamping itu pengembangan KTSP harus disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta peserta didik.

Penerapan KTSP memberikan peluang bagi setiap sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri, dan untuk itu tiap guru yang akan mengajar di kelas dituntut memiliki kemampuan menyusun kurikulum yang tepat bagi peserta didiknya. Diperlukan kompetensi masing-masing guru untuk dapat menyusun KTSP dengan baik dan efektif.

1

Aulia, Himpunan., hlm. 3. 2

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.4.

3

Aulia, Himpunan., hlm. 45. 4

(16)

Meskipun sudah berlaku sejak tahun 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) masih sangat menarik untuk dibahas dan diperbincangkan. Terlebih kreatifitas guru dalam menerapkan KTSP.

Penelitian ini bukanlah penelitian yang pertama kali membahas tentang KTSP, namun ada beberapa penelitian sebelumnya yang berbentuk skripsi dan dapat dijadikan sebagai pijakan dan pembanding penelitian ini. Penelitian tersebut adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Anwar Suhada (K1304017) mahapeserta didik pendidikan matematika Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2010 yang berjudul Kreativitas Guru Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta didik (Studi Kasus pada guru matematika MTsN Sumber Lawang, MTsN Kalijambe dan MTsN Gemolong). Dalam penelitiannya, Anwar menyimpulkan bahwa ada guru yang sudah menunjukkan kreativitasnya dalam menyusun perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran namun ada juga yang belum menunjukkan kreativitasnya.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Noor Rohman (3102328) mahapeserta didik Pendidikan Agama Islam fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2009 yang berjudul Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 18 Semarang. Dalam penelitiannya, Noor Rohman menyimpulkan bahwa meskipun SMP Negeri 18 Semarang telah menerapkan KTSP sejak tahun pelajaran 2006/2007, namun implementasi KTSP di SMP Negeri 18 Semarang dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam masih belum optimal. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Ida Farida Septiana (3104004) mahasiswi

(17)

menyimpulkan bahwa kualitas kompetensi guru PAI di SMP Negeri 2 Bogorejo secara umum cukup baik.

Berangkat dari hasil penelitian-penelitian tersebut, peneliti bermaksud untuk meneliti tentang kreativitas guru matematika kelas VII dalam menerapkan KTSP di MTs Negeri Brangsong Kendal. Mengingat karakteristik peserta didik kelas VII yang berada dalam masa peralihan, maka diperlukan kreativitas guru matematika untuk menjadikan peserta didik kelas VII mampu memahami apa yang dipelajari dan mengembangkan pola pikir mereka. Sedangkan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada metode penelitiannya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi nyata yang ada di lapangan dan bukan memberi penilaian terhadap fokus penelitiannya.

Selain itu peneliti juga membaca buku yang membahas tentang KTSP, yaitu buku E. Mulyasa dengan judul Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang membahas KTSP dan implementasinya. Kemudian buku Muhammad Joko Susilo dengan judul Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya yang membahas tentang manajemen pelaksanaan kurikulum di tingkat sekolah dan kesiapan yang harus dilakukan oleh pihak sekolah.

B.Pengertian Kreativitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta; daya cipta.5 Dengan kata lain kreativitas adalah kemampuan untuk meraih aktualisasi diri melalui gagasan atau karya nyata, baik yang bersifat baru maupun kombinasi dari yang sudah ada.

Sedangkan S.C. Utami Munandar mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru berdasarkan data, informasi

5

(18)

atau unsur-unsur yang ada.6 Kemudian Utami Munandar mendefinisikan bahwa konsep kreativitas selalu merujuk pada 4P (pribadi, proses, pendorong, dan produk), yaitu ditinjau dari segi pribadi yang kreatif, dari segi faktor-faktor pendorong, kreativitas dari segi proses kreatif dan juga dari segi produk kreatif.7 Definisi tentang kreativitas berdasarkan 4P adalah sebagai berikut. 1. Definisi Pribadi

Dalam “three-facet model of creativity” oleh Stenberg, kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi.8 Inteligensi meliputi kemampuan verbal, pemikiran, pengetahuan, keterampilan menyelesaikan masalah, serta integrasi secara umum.

Gaya kognitif dari pribadi yang kreatif menunjukkan kelonggaran dari keterikatan pada konvensi menciptakan aturan sendiri dan melakukan hal-hal dengan caranya sendiri. Sedangkan dimensi kepribadian meliputi fleksibel, toleran, semangat untuk berprestasi, ulet dan moderat.9

2. Definisi Proses

Definisi proses yang terkenal adalah definisi Torrance dan Wallas. Definisi Torrance meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan masalah sampai dengan menyampaikan hasil. Sedangkan Wallas mengemukakan bahwa langkah-langkah proses kreatif meliputi tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi.10

3. Definisi Produk

Definisi produk kreatif lebih menekankan pada orisinalitas, sebagaimana definisi yang dikemukakan Barron dan Haefele bahwa

6Anwar Suhada, “Kreativitas Guru Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”,Skripsi (Surakarta: UNS, 2010), hlm. 50.

7

Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 20.

8

Utami Munandar, Pengembangan., hlm. 20. 9

Utami Munandar, Pengembangan., hlm. 21. 10

(19)

kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru ataupun membuat kombinasi-kombinasi baru.11 Rogers mengemukakan kriteria untuk produk kreatif adalah:

a. Produk itu harus nyata (observable) b. Produk itu harus baru

c. Produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya.12

4. Definisi Press

Definisi ini lebih menekankan pada faktor press atau dorongan, baik dorongan internal maupun dorongan eksternal. Dorongan internal yaitu dari dalam diri sendiri yang berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta sesuatu secara kreatif. Sedangkan dorongan eksternal yaitu dorongan dari lingkungan atau psikologis.13

C.Kriteria Kreativitas

Penentuan kriteria kreativitas menyangkut tiga dimensi yaitu dimensi proses, person dan produk kreatif. Menurut konsep kreativitas, proses kreatif diartikan bersibuk diri secara kreatif yang menunjukkan kelancaran, fleksibilitas (keluwesan, orisinalitas, dalam berfikir dan berperilaku).14

Kepribadian kreatif menurut Guilford meliputi dimensi kognitif (yaitu bakat) dan non kognitif (yaitu minat, sikap, dan kualitas temperamental). Menurut teori ini, orang-orang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian yang secara signifikan berbeda dengan orang-orang yang kurang kreatif. Karakteristik-karakteristik kepribadian ini menjadi kriteria untuk mengidentifikasiorang-orang kreatif. Orang-orang yang memiliki ciri-ciri seperti yang dimiliki oleh orang-orang kreatif dengan sendirinya adalah orang kreatif.15

11

Utami Munandar, Pengembangan., hlm. 21. 12

Utami Munandar, Pengembangan.,, hlm.21-22. 13

Utami Munandar, Pengembangan., hlm. 21. 14

Anwar Suhada, Kreativitas., hlm. 52. 15

(20)

Kriteria ketiga adalah produk kreatif, yang menunjuk kepada hasil perbuatan, kinerja, atau karya seseorang dalam bentuk barang atau gagasan. Kriteria ini dipandang sebagai yang paling eksplisit untuk menentukan kreativitas seseorang, sehingga disebut sebagai “kriteria puncak” bagi kreativitas.16

D.Kreativitas Guru

Istilah guru menurut pandangan lama adalah sosok manusia yang patut untuk digugu dan ditiru. Digugu berarti segala ucapannya dapat dipercaya. Ditiru berarti segala tingkah lakunya dapat menjadi contoh bagi masyarakat.17 Sedangkan menurut UU No. 141 Th. 2005, pasal 1 butir 1 tentang guru dan dosen yang dikutip oleh Andi Yudhan Asfandiyar, menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.18

Imam al Ghazali dalam kitabnya Ihya‟ Ulumiddin menjelaskan bahwa guru itu mempunyai beberapa tugas, di antaranya belas kasih kepada peserta didik dan memperlakukan mereka seperti anak-anaknya. Selain itu guru juga bertugas menyesuaikan pelajaran yang diajarkan dengan kadar kemampuan peserta didik. Keterangan lebih jelasnya sebagai berikut:

16

Anwar Suhada, Kreativitas., hlm. 52. 17

Sukadi, Guru Powerful Guru Masa Depan, (Bandung: Kolbu, 2009), hlm.8. 18

Andi Yudha Asfandiyar, Kenapa Guru Harus Kreatif, (Bandung: Mizan Pustaka, 2009), hlm. 17-18

(21)

Artinya: “ belas kasih kepada orang-orang yang belajar dan memperlakukan mereka seperti memperlakukan anak-anaknya. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya saya bagimu adalah seperti orang tua kepada anaknya.”. mencukupkan bagi murid itu menurut kadar pemahamannya. Maka ia tidak menyampaikan kepada murid sesuatu yang tidak terjangkau oleh akalnya. Dalam hal itu mengikuti penghulu manusia SAW, di mana beliau bersabda: “Kami golongan para Nabi diperintah untuk menempatkan mereka pada kedudukan mereka, dan berbicara kepada mereka menurut kadar akal mereka.”20

Jika pengertian kreativitas dihubungkan dengan guru, maka yang dimaksud dengan kreativitas guru adalah kemampuan seorang guru untuk meraih aktualisasi diri melalui gagasan atau karya nyata, baik yang bersifat baru maupun kombinasi dari yang sudah ada guna memecahkan masalah yang sedang dihadapi yaitu menyampaikan/memberikan ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada peserta didik di sekolah atau lembaga pendidikan sehingga menyebabkan peserta didik itu mampu melaksanakan sesuatu.

Adapun ciri-ciri guru berkepribadian kreatif dan profesional seperti yang dikemukakan oleh Andi Yudha adalah sebagai berikut.

1. Fleksibel 8. Disiplin

2. Optimis 9. Responsif

3. Respek 10. Empatik

4. Cekatan 11. Nge-friend

5. Humoris 12. Suka dengan anak

6. Inspiratif 13. Anak adalah amanah.21 7. Lembut

1. Fleksibel

Berarti guru yang dapat memahami kondisi peserta didik, sehingga tidak memaksakan kehendaknya kepada peserta didik.

19

Imam Ghozali, Ihya’ Ulumuddin, (Dar Ahya‟ Alkutub Al „Arabiyah Indonesia), hlm. 55-57.

20

Moh. Zuhri, Terjemahan Ihya’ Ulumuddin Jilid I, (Semarang: CV. Asy Syifa‟, 2003), hlm. 171-177.

21

(22)

2. Optimis

Yaitu keyakinan akan kemampuan pribadi dan adanya perubahan pada peserta didik ke arah yang lebih baik.

3. Respek

Rasa hormat yang selalu ditumbuhkan di depan peserta didik diharapkan mampu memacu peserta didik untuk lebih cepat memahami segala hal yang dipelajari.

4. Cekatan

Mampu bertindak sesuai dengan kondisi yang diciptakan oleh peserta didik. 5. Humoris

Seorang guru dituntut untuk memiliki sifat humoris, karena pada umumnya anak-anak suka dengan proses belajar yang menyenangkan, termasuk dibumbui dengan humor.

6. Inspiratif

Guru harus menemukan banyak ide dari hal-hal baru yang positif di luar kurikulum. Dengan begitu guru membuat peserta didik terinspirasi untuk menemukan hal-hal baru.

7. Lembut

Sikap sabar, lembut, dan kasih sayang akan lebih efektif dalam proses belajar mengajar dan memudahkan munculnya solusi untuk berbagai masalah.

8. Disiplin

Disiplin dalam berbagai hal dapat menjadikan guru sebagai teladan kedisiplinan tanpa harus sering menyatakan tentang pentingnya disiplin. 9. Responsif

Cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi baik pada peserta didik, budaya, sosial, Ilmu Pengetahuan dan teknologi,dll.

10. Empatik

(23)

11. Nge-friend

Dengan menjadi teman peserta didik, maka peserta didik akan lebih mudah beradaptasi dalam menerima pelajaran dan bersosialisasi dengan lingkungan. bertindak sewenag-wenang dan merasa mempunyai tanggung jawab akan pendidikan peserta didik.22

Adapun ciri-ciri guru berkepribadian kreatif seperti yang dikemukakan oleh S.C.U, Munandar yang dikutip oleh Anwar Suhada adalah sebagai berikut. 1. Mempunyai daya imajinasi yang kuat

2. Mempunyai inisiatif

3. Mempunyai minat yang luas

4. Bebas dalam berfikir (tidak kaku atau terhambat) bersifat ingin tahu. 5. Selalu ingin mendapat pengalaman-pengalaman baru

6. Percaya pada diri sendiri 7. Penuh semangat (energetic)

8. Berani mengambil resiko (tidaktakut membuat kesalahan)

9. Berani dalam pendapat dan keyakinan (tidak ragu-ragu dalam menyatakan pendapat meskipun pendapat kritik dan berani mempertahankan pendapat yang menjadi keyakinannya).23

Sementara dalam Al Qur‟an dijelaskan tentang kreativitas guru sebagaimana yang terdapat dalam ayat berikut:





Andi Yudha Asfandiyar, Kenapa., hlm.20-27. 23

(24)

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”24

Dalam ayat tersebut Allah menegaskan bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan kondisi fisik dan psikis terbaik, yang mengandung arti bahwa fisik dan psikis manusia itu perlu dipelihara dan ditumbuhkembangkan. Dengan begitu maka manusia akan dapat memberikan kemanfaatan yang besar kepada alam ini. Dengan demikianlah manusia akan menjadi makhluk termulia.25

Dari penjelasan di atas maka jelaslah bahwa sudah sewajarnya dan seharusnya jika manusia selalu memelihara dan mengembangkan potensi untuk dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Begitu juga dengan guru, harus selalu mengembangkan potensinya agar bermanfaat bagi peserta didiknya.

E.Pembelajaran Matematika

Matematika adalah pengetahuan logis berhubungan dengan bilangan dan terorganisir secara sistematik. Depdiknas menjelaskan matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki obyek abstark dan dibangun melalui oroses deduktif yaitu kebenaran suatu konsep yang diperoleh sebagai akibat logis dan kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterikatan antara konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.26

Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Pembelajaran dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Penerapan cara kerja

24

Departemen Agama RI, Al quraan dan Terjemahnya, (Jakarta: 1984), hlm. 1076. 25

Kementerian Agama RI, Alqur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), jil. X, hlm. 713.

26

(25)

matematika yang seperti ini diharapkan dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur, dan komunikatif pada peserta didik.

Gagne dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara mengemukakan bahwa Instructionis intended to promote learning, external situation need to be

arranged to activate, support and maintain the internal processing that

constitutes each learning event. Pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar.27

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.28 Dalam proses pembelajaran, situasi dan suasana yang kondusif harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat belajar dengan nyaman dan senang. Ini merupakan tugas guru sebagai fasilitator pembelajaran. Guru harus mampu mengontrol keadaan kelas sehingga tercipta suasana yang kondusif bagi pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika merupakan usaha yang disengaja yang melibatkan interaksi antara guru dan peserta didik serta menggunakan kemampuan profesional guru untuk mencapai tujuan kurikulum Matematika. Mengingat dalam KTSP pembelajaran Matematika harus melibatkan peserta didik dalam segala aktifitas pembelajaran serta harus dapat mengatasi keheterogenan potensi peserta didik maka guru dapat menggunakan metode mengajar yang bervariasi.

Secara umum, prosedur pembelajaran dilakukan melalui 3 tahapan yaitu:

1. kegiatan pendahuluan; 2. kegiatan inti;

27

Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm.12.

28

(26)

3. kegiatan akhir dan tindak lanjut.

1. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.29 Sementara itu, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 mengemukakan bahwa dalam kegiatan pendahuluan mencakup:

a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;

b) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; c) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang

akan dicapai;

d) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.30

2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.31

3. Kegiatan Akhir dan Tindak Lanjut Pembelajaran

(27)

a) kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik; b) gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau

kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru; dan c) cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai.32

F. Penilaian Pembelajaran Matematika

Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak hanya menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga termasuk perubahan dalam melaksanakan penilaian pembelajaran peserta didik. Sedangkan penilaian itu sendiri adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan.33Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) yang cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif, dan kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan.

Dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme, penilaian pembelajaran tidak hanya ditujukan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi mencakup seluruh aspek kepribadian peserta didik, seperti: perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspek-aspek kepribadian individu lainnya. Demikian pula, penilaian tidak hanya bertumpu pada penilaian produk, tetapi juga mempertimbangkan segi proses. Kesemuanya itu menuntut adanya perubahan dalam pendekatan dan teknik penilaian pembelajaran peserta didik. Untuk itulah, Depdiknas meluncurkan Model Penilaian Pembelajaran peserta didik, dengan apa yang disebut Penilaian Kelas.

32

E. Mulyasa, Kurikulum., hlm.125 33

(28)

Penilaian kelas adalah pengumpulan dan penggunaan informasi untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar peserta didik berdasarkan tahapan kemajuan peserta didik sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.34 Penilaian ini dapat dilakukan dalam situasi formal maupun informal, di dalam maupun di luar kelas, terintegrasi dengan kegiatan belajar atau pada waktu tertentu.

Proses penilaian kelas memiliki beberapa manfaat, antara lain:

1. Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian indikator.

2. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan remedial dan pengayaan.

3. Umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan dan sumber belajar yang digunakan.

4. Sebagai input atau masukan bagi guru untuk melakukan perbaikan dalam merancang kegiatan belajar.

5. Memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektifitas pendidikan.

6. Memberi umpan balik bagi para pengambil kebijakan (stakeholders) dalam mempertimbangkan konsep penilaian kelas yang baik untuk digunakan.35

Selain dapat memberi manfaat, penilaian kelas juga memberi fungsi yaitu:

1. Menggambarkan penguasaan kompetensi peserta didik.

2. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik untuk membantu peserta didik memahami dirinya.

3. Menemukan kesulitan belajar dan kompetensi peserta didik yang mungkin untuk dikembangkan.

4. Menemukan kelemahan dan kekurangan dalam proses pembelajaran.

5. Sebagai kontrol bagi guru dan sekolah tentang perkembangan peserta didik.36

34

Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm. 16.

35

Mimin Haryati, Mode.l, hlm. 16-17. 36

(29)

Sedangkan aspek penilaian kelas yaitu: 1. Penilaian aspek kognitif

Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk kemampuan memahami, menghapal, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi.37 Penilaian aspek kognitif dilakukan setelah peserta didik mempelajari suatu kompetensi dasar yang harus dicapai, akhir semester, dan jenjang suatu pendidikan.38 Sedangkan bentuk dari tes kognitif, antara lain: tes lisan, pilihan ganda, uraian obyektif, uraian non obyektif, jawaban singkat, monjodohkan, portofolio dan performans.39

2. Penilaian aspek psikomotor

Penilaian terhadap aspek psikomotor dilakukan selama berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar. Penilaian hasil belajar psikomotor mencakup persiapan, proses dan produk.40 Bentuk penilaiannya berupa lembar penilaian dengan sistem penskoran dan lembar observasi. 3. Penilaian aspek afektif

Pophan dalam Mimin mengatakan bahwa ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Artinya ranah afektif sangat menentukan keberhasilan peserta didik mencapai ketuntasan dalam belajar.41 Penilaian aspek afektif dilakukan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Kemudian karakteristik ranah afektif yang penting ialah sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Bentuk penilaian afektif berupa angket/kuesioner, inventori dan pengamatan.

37

Mimin Haryati, Model., hlm. 22. 38

Sarwiji Suwandi, Model., hlm. 24. 39

Mimin Haryati, Model., hlm.25. 40

Mimin Haryati, Model., hlm. 26. 41

(30)

G.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kata kurikulum berasal dari bahasa latin, kata dasarnya adalah currere yang berarti lapangan perlombaan lari.42 Sedangkan menurut Grayson yang dikutip oleh Syaiful, kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out-comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.43

Wiles dan Bondi mengemukakan bahwa “A curriculum is a plan for learning consisting of two major dimension, vision and structure “.44

Kurikulum adalah sebuah ketetapan perencanaan yang terdiri dari dua dimensi utama, tujuan dan struktur. UUSPN No. 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 19 mengatakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.45

Kurikulum terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006.

Sebelumnya ada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang diberlakukan terlebih dulu. KBK dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pangembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap

42

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta,2009), hlm. 141.

43

Syaful Sagala, Kemampuan., hlm. 141. 44

Wiles dan Bondi, Curriculum Development A Guide to Practice Third Edition, (Caledonia: Macmillan Publishing Company, 1989), hlm. 3.

45

(31)

seperangkat kompetensi tertentu.46 Jadi, KBK menekankan pada pengembangan potensi dan kompetensi peserta didik.

KTSP dikembangkan dengan dilandasi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut.

1. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

3. Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.

4. Permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. 5. Permendiknas nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas

nomor 22 dan 23 tahun 2006.

Mulyasa mengemukakan bahwa tujuan diterapkannya KTSP adalah : 1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah

dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentan kualitas pendidikan yang akan dicapai.47

Mulyasa mengemukakan bahwa KTSP perlu diterapkan pada satuan pendidikan berkaitan dengan tujuh hal berikut.

1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya.

2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan.

3. Pengambilan keputusan lebih baik dilakukan oleh sekolah karena sekolah sendiri yang paling tahu yang terbaik bagi sekolah tersebut.

46

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 39.

47

(32)

4. Keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.

5. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikannya masing-masing.

6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain dalam meningkatkan mutu pendidikan.

7. Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah secara cepat serta mengakomodasikannya dengan KTSP.48

Prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 sebagaimana dikutip dari Mulyasa adalah sebagai berikut.

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya.

2. Beragam dan terpadu.

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 4. Relevan dengan kebutuhan.

5. Menyeluruh dan berkesinambungan. 6. Belajar sepanjang hayat.

7. Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal.49

Untuk dapat mengembangkan KTSP dengan baik, diperlukan strategi-strategi khusus dalam penerapanya di sekolah. Menurut Mulyasa, ”Strategi -strategi dalam mengembangkan KTSP antara lain: sosialisasi KTSP di sekolah, menciptakan suasana yang kondusif, menyiapkan sumber belajar, membina disiplin, mengembangkan kemandirian kepala sekolah, membangun karakter guru, dan memberdayakan staf”.50

Menurut Mulyasa, ”KTSP memiliki enam komponen penting yang meliputi; visi dan misi satuan pendidikan, tujuan pendidikan tingkat satuan

48

E.Mulyasa, Kurikulum Tingkat., hlm.23 49

Aulia, Himpunan., hlm.212-213. 50

(33)

pendidikan, struktur dan muatan kurikulum, kalender pendidikan, silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)”.51

1. Penyusunan Silabus Berbasis KTSP

Menurut Mulyasa, Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.52

Sedangkan menurut Abdul Majid, Silabus adalah rancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat.53

Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa silabus merupakan pengembangan dari kurikulum yang berupa rencana pembelajaran suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang digunakan untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan masing-masing satuan pendidikan.

Pengembangan silabus berbasis KTSP sepenuhnya diserahkan kepada guru, sehingga akan berbeda antara guru satu dengan guru lain. Namun suatu silabus minimal memuat enam komponen utama, yaitu : standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi standar, standar proses (kegiatan belajar mengajar), dan standar penilaian.

51

E.Mulyasa, Kurikulum Tingkat., hlm.176-184. 52

E.Mulyasa, Kurikulum Tingkat., hlm. 190. 53

(34)

Prinsip pengembangan silabus sesuai BSNP adalah ilmiah, relevan, fleksibel, kontinuitas, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, efektif, dan efisien.

a. Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan silabus harus benar, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

b. Relevan

Pengembangan silabus harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik serta sesuai dengan tuntutan kerja di lapangan.

c. Fleksibel

Pelaksana program, peserta didik, dan lulusan memiliki ruang gerak dan kebebasan dalam bertindak. Guru tidak harus menyajikan program dengan konfigurasi seperti dalam silabus tertulis, tetapi dapat mengakomodasikan berbagai ide baru atau memperbaiki ide-ide sebelumnya. Sedangkan peserta didik diberi berbagai pengalaman belajar yang dapat dipilih sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing.

d. Kontinuitas

Setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik.

e. Konsisten

Standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memiliki hubungan yang konsisten dalam membentuk kompetensi peserta didik. f. Memadai

(35)

g. Aktual dan kontekstual

Ruang lingkup komponen-komponen silabus memperhatikan perkembangan IPTEK dan seni.

h. Efektif

Silabus yang efektif adalah silabus yang dapat diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran nyata di kelas atau di lapangan.

i. Efisien

Efisien dalam pengembangan silabus berkaitan dengan upaya untuk memperkecil atau menghemat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi standar yang ditetapkan.54

Adapun prosedur pengembangan silabus berbasis KTSP meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menuliskan identitas mata pelajaran. b. Menentukan standar kompetensi. c. Menentukankompetensi dasar. d. Menentukan materi pokok.

e. Menentukan pengalaman belajar peserta didik. f. Menjabarkan Kompetensi Dasar menjadi Indikator. g. Menjabarkan Indikator ke dalam Instrumen penelitian. h. Menentukan alokasi waktu

i. Menentukan sumber belajar/bahan ajar.55

2. Penyusunan RPP berbasis KTSP

Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Berkenaan dengan perencanaan, William H. Newman dalam bukunya Administrative Action Techniques of Organization and Management sebagaimana diungkapkan oleh Abdul Majid, perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan

54

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru cet.5, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 38-39.

55

(36)

yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.56

Sedangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP merupakan komponen penting dalam KTSP, dimana pengembangannya dilakukan oleh guru.57

Kemudian dalam Peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 mengungkapkan bahwa RPP merupakan penjabaran dari silabus yang bertujuan untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.58

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa RPP memegang peranan penting dalam proses pembelajaran yaitu sebagai perencanaan atas apa yang akan dilakukan di kelas serta baik guru ataupun peserta didik dapat mengetahui tujuan apa yang akan dicapai dalam proses pembelajaran tersebut.

Adapun langkah-langkah pengembangan RPP secara garis besar dijabarkan sebagai berikut.

a. Mengisi kolom identitas

b. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan

56

Abdul Majid, Perencanaan., hlm.15-16. 57

E.Mulyasa, Kurikulum Tingkat., hlm.212. 58

(37)

c. Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, serta indikator hasil belajar seperti yang termuat dalam silabus

d. Merumuskan tujuan pembelajaran

e. Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok pada silabus f. Menentukan metode pembelajaran

g. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran h. Menentukan sumber belajar yang digunakan

i. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik penskoran.59

Sebagai kurikulum penyempurna dari kurikulum sebelumnya, KTSP bukanlah kurikulum yang benar-benar baru. Dari 12 aspek yang dibandingkan antara KBK dan KTSP, ada dua aspek yang sama yaitu landasan ideologi dan pendekatan. Sementara yang lain memang berbeda meskipun banyak kemiripannya.60

Selain itu, sebagai produk ciptaan manusia KTSP memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan KTSP di tinjau dari tujuannya adalah adanya kebebasan bagi satuan pendidikan dan masyarakat sekitarnya untuk mengembangkan atau meningkatkan mutu pendidikannya. Oleh karena itu, wajar jika satuan pendidikan dan masyarakat dituntut untuk memiliki kreativitas dan tidak lagi bergantung pada pemerintah.

Akan tetapi, ada yang berpendapat bahwa KTSP membawa masalah tersendiri, desain kurikulumnya tidakmudah untuk diimplementasikan. Ada begitu banyak kendala yang harus dihadapi untuk implementasinya. Pada tataran sosialisasi, pelaksanaannya tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Banyak kalangan yang belum memiliki kesiapan memadai untuk mengimplementasikannya. Kurikulum yang dibuat sesungguhnya berusaha

59

E.Mulyasa ,Kurikulum Tingkat., hlm.222-223.

60

Rijono, “Kurikulum 2004 (KBK) & Kurikulum 2006 (KTSP) Memang Berbeda Secara Signifikan,

(38)

untuk mengikuti tuntutan dan tantangan baru, tetapi substansi, metode, strategi dan capaian yang dilakukan masih mengikuti standar kurikulum lama, sehingga secara umum, belum banyak perubahan yang terjadi.61

Menurut Suwignyo, ada beragam komentar terhadap KTSP. Diantaranya menilai bahwa KTSP itu teorinya mudah tetapi prakteknya sulit. Ada juga yang menilai bahwa KTSP justru semakin menambah beban guru. Penilaian yang lain menyebutkan yang dirasakan membingungkan adalah penekanannya pada proses belajar mengajar kreatif, tetapi evaluasinya melalui ujian nasional yang tetap menitikberatkan pada hasil.62

H.Kreativitas Guru dalam Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Penerapan KTSP memberikan peluang bagi setiap sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri, dan untuk itu tiap guru yang akan mengajar di kelas dituntut memiliki kemampuan menyusun kurikulum yang tepat bagi peserta didiknya. Diperlukan kompetensi masing-masing guru untuk dapat menyusun KTSP dengan baik dan efektif.

Menurut Mulyasa, agar KTSP dapat dikembangkan secara efektif serta dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, guru perlu memiliki kompetensi tertentu antara lain :63

1. menguasai dan memahami kompetensi dasar dan hubungannya dengan kompetensi lain dengan baik.

2. menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar sebagai suatu profesi.

3. memahami peserta didik pengalaman, kemampuan, dan prestasinya.

4. menggunakan metoda yang bervariasi dalam mengajar dan membentuk kompetensi peserta didik.

61

Ngainun Naim, Rekonstruksi Pendidikan Nasional Membangun Paradigma yang Mencerahkan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 34.

62

Ngainun Naim, Rekonstruksi., hlm. 35. 63

(39)

5. mengeliminasi bahan-bahan yang kurang penting dan kurang berarti dalam kaitannya dengan pembentukan kompetensi.

6. mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir. 7. menyiapkan proses pembelajaran.

8. mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik, serta 9. menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan

dikembangkan.

1. Kreativitas guru dalam perencanaan pembelajaran matematika

Jika pengertian kreativitas guru tersebut dihubungkan dengan perencanaan pembelajaran, maka yang dimaksud dengan keativitas guru dalam perencanaan pembelajaran matematika adalah kemampuan seorang guru untuk meraih aktualisasi diri melalui gagasan atau karya nyata, baik yang bersifat baru maupun kombinasi dari yang sudah ada dalam perencanaan pembelajaran matematika yang menyangkut silabus, analisa mata pelajaran, program tahunan, program semester dan rencana program pembelajaran.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan kreativitas guru dalam perencanaan pembelajaran matematika meliputi dua dimensi yaitu dimensi proses dan produk kreatif.

a. Dimensi proses digunakan untuk mengetahui kreativitas guru selama proses penyusunan perangkat pembelajaran seperti silabus dan RPP. b. Dimensi produk digunakan untuk menilai kreativitas guru tentang silabus

atau RPP yang telah dihasilkan.

(40)

mendorong belajar peserta didik yang merupakan proses merangkai situasi belajar (yang terdiri dari ruang kelas, peserta didik dan materi kurikulum) agar belajar menjadi lebih mudah.

2. Kreativitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika

Jika pengertian kreativitas guru tersebut dihubungkan dengan pengertian pembelajaran matematika, maka yang dimaksud dengan keativitas guru dalam pembelajaran matematika adalah kemampuan seorang guru untuk meraih aktualisasi diri melalui gagasan atau karya nyata, baik yang bersifat baru maupun kombinasi dari yang sudah ada dalam usaha yang disengaja yang melibatkan interaksi antara guru dan peserta didik serta menggunakan kemampuan profesional guru untuk mencapai tujuan kurikulum matematika guna memecahkan masalah yang sedang dihadapi yaitu menyampaikan/ memberikan ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada peserta didik di sekolah atau lembaga pendidikan sehingga menyebabkan peserta didik itu mampu melaksanakan sesuatu.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan kreativitas guru dalam proses pembelajaran matematika meliputi dua dimensi yaitu dimensi proses dan produk kreatif.

a. Dimensi proses digunakan untuk mengetahui kreativitas guru dalam proses menemukan ide atau gagasan tentang aktivitas pembelajaran yang akan diterapkan di kelas.

b. Dimensi produk digunakan untuk menilai kreativitas guru yang menunjuk kepada gagasan atau karya nyata guru dalam bentuk penerapanya dalam pembelajaran matematika.

(41)

peran dan kreativitasnya, guru yang kreatif akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar peserta didik berada pada tingkat yang optimal.

3. Kreativitas guru dalam penilaian pembelajaran matematika

Jika pengertian kreativitas guru tersebut dihubungkan dengan perencanaan pembelajaran, maka yang dimaksud dengan keativitas guru dalam perencanaan pembelajaran matematika adalah kemampuan seorang guru untuk meraih aktualisasi diri melalui gagasan atau karya nyata, baik yang bersifat baru maupun kombinasi dari yang sudah ada dalam penilaian pembelajaran matematika.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan kreativitas guru dalam penilaian pembelajaran matematika meliputi dua dimensi yaitu dimensi proses dan produk kreatif.

a. Dimensi proses digunakan untuk mengetahui kreativitas guru dalam proses menemukan gagasan tentang model/alat penilaian yang akan digunakan sebagai umpan balik terhadap pembelajaran matematika. b. Dimensi produk digunakan untuk menilai kreativitas guru yang

menunjuk kepada gagasan atau karya nyata guru berupa model/alat penilaian yang digunakan sebagai masukan informasi secara komprehensif tentang hasil belajar peserta didik.

(42)

I. Kerangka Berfikir

Penafsiran konsep kurikulum bagi peneliti dan praktisi pendidikan dapat berbeda satu sama lain. Secara umum, konsep kurikulum dapat didefinisikan sebagai suatu spesifik rangkaian pengetahuan, keterampilan, dan kegiatan untuk disampaikan kepada peserta didik. Penafsiran lain, kurikulum dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian yang direncanakan sebagai panduan guru utuk mengajar dan peserta didik untuk belajar.

Kurikulum terkini yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP tersebut diterapkan pula di MTs N Brangsong Kendal. Matematika sebagai bagian dari kurikulum juga mengalami penyempurnaan baik dalam persiapan maupun pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Dalam KTSP pembelajaran Matematika lebih dipusatkan kepada peserta didik dan guru lebih bertindak sebagai fasilitator pembelajaran yang memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam belajar. Pembelajaran yang dilakukan harus melibatkan peserta didik dengan intensitas yang tinggi demi tercapainya kompetensi bagi masing-masing peserta didik sesuai dengan potensinya.

Mengingat dalam pembelajaran Matematika pemahaman tentang konsep dan prosedur penyelesaian suatu masalah tidak bisa didapatkan secara optimal apabila pembelajaran hanya terpusat pada guru. Dalam KTSP guru juga dituntut untuk memiliki persiapan yang matang baik sebelum pembelajaran maupun pada saat pembelajaran. Guru diberikan kewenangan untuk mengembangkan KTSP sesuai dengan kondisi sekolah, peserta didik, dan potensi daerahnya. Guru juga diberi tugas untuk menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum melaksanakan proses pembelajaran di kelas.

(43)

berkreasi untuk menciptakan hal-hal baru yang dapat mendukung peserta didik belajar aktif. Akan tetapi, mungkin juga guru telah terbiasa dengan cara-cara mengajar lama sehingga sulit untuk mengadakan perubahan sesuai dengan tuntutan dalam KTSP.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika diperlukan kreativitas yang tinggi dari para guru dalam menerapakan KTSP. Kreativitas guru tersebut antara lain kreativitas dalam merencanakan pembelajaran Matematika, kreativitas dalam proses pembelajaran Matematika, dan kreativitas dalam penilaian pembelajaran Matematika. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk mengetahui bagaimanakah kreativitas Guru Matematika kelas VII di MTs N Brangsong Kendal dalam merencanakan pembelajaran Matematika, dalam proses pembelajaran Matematika, dan dalam penilaian pembelajaran Matematika sesuai KTSP.

Dari pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis penelitian

Penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian kualitatif, sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian bermaksud untuk melakukan penyelidikan dengan menggambarkan dan memaparkan keadaan subjek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya. Lexy J. Moleong mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud memahami fenomena-fenomena yang terjadi pada subjek penelitian misalnya perilaku dan motivasi, selanjutnya data-data yang telah terkumpul dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa serta dengan memanfaatkan metode ilmiah.1 Lexy J. Moleong juga menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif metode yang biasa dimanfaatkan adalah wawancara, observasi, dan analisis dokumen.2

Penelitian yang bersifat deskriptif lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus dan memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data. Sasaran penelitian diarahkan kepada usaha menemukan teori-teori dasar. Informan dapat menilai kembali data dan informasi yang diberikan yang perlu direvisi atau untuk melengkapi data informasi baru.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri Brangsong Kendal. Madrasah ini dipilih sebagai tempat penelitian karena MTs Negeri

1

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.6.

2

(45)

Brangsong telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam pelaksanaan pembelajarannya.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Juni 2011. berikut tabel alokasi waktu pelaksanaan penelitian.

Tabel 1. alokasi waktu pelaksanaan penelitian

No Kegiatan Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni 1. Pengajuan Judul

2. Penyusunan Proposal 3. Ijin Penelitian 4. Pengumpulan Data 5. Analisis Data 6. Penyusunan

Laporan

C.Sumber Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari:

1. Informan atau narasumber, yaitu guru matematika dan peserta didik MTs Negeri Brangsong kelas VII. Ada tiga guru matematika yang menjadi subjek penelitian, yaitu Bapak Abdul Kohar yang selanjutnya disebut sebagai G1, Bapak Pujo Winarno yang selanjutnya disebut G2, dan Ibu Rokhimah yang selanjutnya disebut G3. Data yang diperoleh dari informan berupa rekaman wawancara yang peneliti rekam saat wawancara.

(46)

3. Dokumen, yaitu berupa arsip atau catatan yang mengenai segala informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Data yang diperoleh berupa dokumen profil sekolah dan dokumen perangkat mengajar guru matematika kelas VII.

D.Fokus Penelitian

Fokus pada penelitian ini adalah kreativitas guru matematika kelas VII dalam menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sedangkan ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut.

a. Kreativitas dalam merencanakan pembelajaran matematika b. Kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran matematika c. Kreativitas dalam penilaian pembelajaran matematika.

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh data dalam penelitian.3 Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut.

1. Wawancara Dengan Pedoman

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.4 Wawancara dengan pedoman merupakan teknik pengumpulan informasi dari objek yang diteliti mengenai suatu masalah khusus dengan teknik bertanya bebas tetapi berdasarkan atas pedoman yang telah disusun sebelumnya.5 Pemberi informasi atau keterangan dalam penelitian ini dinamakan informan, bukan responden sebagaimana penelitian kuantitatif.6

3

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 308.

4

Sugiyono, Metode., hlm. 317. 5

Sugiyono, Metode., hlm. 319. 6

Gambar

Tabel 1. alokasi waktu pelaksanaan penelitian
Tabel 4. Prosentase angket G3

Referensi

Dokumen terkait

Petani responden di Kabupaten Pandeglang pada umumnya memanfaatkan pinjaman untuk keperluan budidaya saja, budidaya, panen, pasca panen dan ada juga yang digunakan

hadiah sebaliknya, perilaku respon yang tidak baik diberi teguran dan hukuman. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa belajar adalah suatu proses

Costumer relationship marketing yang baik dari AJB Bumi Putera 1912 Cabang Senapelan Pekanbaru tersebut bisa dicapai karena selalu manjaga hubungan baik dengan

9 Saya setuju dengan menonton iklan Ramayana edisi Ramadhan 2018 membuat saya jadi termotivasi untuk belanja di Ramayana Departement store menjelang

Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Hasil pengujian menunjukkan bahwa produk, harga, promosi, lokasi, dan citra merek memiliki pengaruh

Pada penelitian ini, evaluasi kinerja struktur bangunan gedung yang diambil terletak di kota Padang Panjang, Sumatera Barat, yaitu Gedung Badan Kepegawaian Daerah..

merupakan ruang yang sangat penting dalam banyak rumah tinggal. Di dalam dapur terdapat peralatan untuk mengawetkan makanan, memanaskan makanan, dan juga media

Dapat disimpulkan bahwa da- lam novel bahasa Perancis, sistem temporal dasar yang berlaku ada lah memang P rel 0 (aktual) dan P relR <0 (non-aktual). Sedang kan pendapat