• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS - Analisis Pemanfaatan Perpustakaan Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pengguna Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS - Analisis Pemanfaatan Perpustakaan Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pengguna Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 Tentang Perpustakaan Pasal 1 angka 1 dijelaskan bahwa “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan,

penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka”.

Perpustakaan perguruan tinggi seperti yang telah diketahui secara umum merupakan salah satu fasilitas yang harus ada pada sebuah perguruan tinggi. Karena perpustakaan menjadi tempat pencarian dan perolehan informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa perguruan tinggi dalam kegiatan pembelajaran dan menunjang kegiatan penelitian. Seperti yang dikatakan oleh Sutarno (2006, 36) perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut:

Perpustakaan yang berada di lingkungan kampus. Pemakainya adalah sivitas akademika perguruan tinggi, dan tugas dan fungsinya yang utama adalah menunjang proses pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (Tri Dharma Perguruan Tinggi).

Hasugian (2009, 79) menyatakan pengertian perpustakaan perguruan tinggi adalah

Perpustakaan yang dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan membantu terpenuhinya tujuan perguruan tinggi. Perpustakaan perguruan tinggi sebagai perpustakaan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan tinggi yang layanannya diperuntukkan sivitas akademika perguruan tinggi yang bersangkutan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2) menjelaskan bahwa, “Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang memenuhi standar

(2)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, yang dimaksud dengan Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang berada pada lingkungan pendidikan tinggi yang dibentuk untuk memenuhi informasi sivitas akademika dan nilai suatu perguruan tinggi di pengaruhi oleh kondisi perpustakaannya. Perpustakaan UMTS sebagai perpustakaan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan tinggi diperuntukkan bagi sivitas akademikanya untuk dapat dimanfaatkan dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi pengguna.

2.1.1 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah menunjang Tri Dharma perguruan tinggi. Secara khusus adalah untuk membantu para dosen dan mahasiswa, serta tenaga pendidikan di perguruan tinggi itu dalam proses pembelajaran dan menunjang penelitian.

Hasugian (2009, 80) menyebutkan “Tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian dan pengabdian masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi”.

Sedangkan dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI (2004, 32) sebagai unsur penunjang perguruan tinggi, perpustakaan merumuskan tujuannya sebagai berikut:

1. Mengadakan buku, jurnal dan bahan pustaka lainnya untuk dipakai oleh dosen, mahasiswa dan staff lainnya bagi kelancaran program pengajaran di perguruan tinggi.

2. Mengadakan buku, jurnal dan bahan pustaka lainnya yang diperlukan untuk penelitian sejauh dana tersedia.

3. Mengusahakan, menyimpan dan merawat pustaka yang bernilai sejarah yang dihasilkan oleh sivitas akademika.

4. Menyediakan sarana bibliografi untuk menunjang pemakaian pustaka

5. Menyediakan tenaga yang cakap serta penuh dedikasi untuk melayani kebutuhan pengguna perpustakaan, dan bila perlu, mampu memberikan pelatihan pengguna pustaka.

6. Bekerjasama dengan perpustakaan lain untuk mengembangkan program kepustakaan.

Berdasarkan pendapat di atas, tujuan perpustakaan yaitu untuk memenuhi kebutuhan informasi staff pengajar dan mahasiswa dalam proses pembelajaran

(3)

kebutuhan informasi staff pengajar dan mahasiswa dengan menyediakan bahan pustaka serta menyediakan jasa peminjaman koleksi.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan unsur penunjang perguruan tinggi, yang bersama-sama dengan unsur penunjang lainnya, berperan serta dalam melaksanakan tercapainya visi dan misi perguruan tingginya. Menurut buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI (2004, 3), sebagai unsur penunjang perguruan tinggi dalam mencapai visi dan misinya, perpustakaan memiliki berbagai fungsi yaitu:

1. Fungsi Edukasi

Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

2. Fungsi informasi

Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.

3. Fungsi Riset

Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutahir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi mutlak dimiliki, karena tugas perguruan tinggi adalah menghasilkan karya-karya penelitian yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam dalam berbagai bidang.

4. Fungsi rekreasi

Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreatifitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

5. Fungsi publikasi

Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademika dan staf non-akademik.

6. Fungsi deposit

Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya. 7. Fungsi interpretasi

(4)

yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya.

Berdasarkan uraian diatas, bahwa fungsi perguruan tinggi yaitu fungsi edukasi, fungsi informasi, fungsi riset, fungsi rekreasi, fungsi deposit serta fungsi interpretasi. Perpustakaan UMTS ikut berperan dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi pengguna. Maka perpustakaan UMTS memiliki beberapa fungsi antara lain, fungsi edukasi untuk sumber belajar para sivitas akademika, fungsi informasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi, fungsi riset dalam mendukung pengguna untuk melakukan penelitian, serta fungsi publikasi

dalam rangka mempublikasikan hasil karya yang dihasilkan oleh sivitas akademika UMTS dan fungsi deposit.

2.1.3 Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi

Setiap perpustakaan memiliki tugasnya masing-masing. Perpustakaan perguruan tinggi memiliki tugas yang berbeda dengan perpustakaan lainnya. Tugas perpustakaan pada umumnya adalah menghimpun, mengelola, dan menyebar luaskan informasi kepada masyarakat luas. Menurut Yusup (2010, 21):

Perpustakaan perguruan tinggi bertugas mengelola sumber-sumber informasi yang mampu mendukung pelaksanaan kurikulum perguruan tinggi yang bersangkutan, dan semua sumber informasi yang dimaksud dapat dimanfaatkan secara bersama oleh seluruh sivitas akademikanya.

Selain itu dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI (2004, 3) mengenai perpustakaan perguruan

tinggi dikatakan bahwa “Tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah mengembangkan koleksi, mengolah dan merawat bahan perpustakaan, memberi

layanan, serta melaksanakan administrasi perpustakaan”.

(5)

2.1.4 Fasilitas Perpustakaan Perguruan Tinggi

Penyediaan fasilitas diperpustakaan merupakan sarana dalam pemanfaatan perpustakaan karena dapat menunjang pemenuhan informasi secara optimal sehingga tugas dan fungsi perpustakaan perguruan tinggi dapat tercapai. Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI (2004, 18):

Fasilitas perpustakaan adalah perabotan dan peralatan yang harus ada di perpustakaan, perabotan adalah perlengkapan fisik yang dibutuhkan didalam ruangan perpustakaan sebagai penunjang fungsi perpustakaan seperti berbagai meja-kursi kerja dan layanan, berbagai rak, berbagai jenis lemari dan laci, kereta buku dan lain-lain. Peralatan adalah perangkat atau benda pelayanan seperti mesin ketik, computer, printer, scanner, mesin fotokopi, alat baca mikro dan lain-lain.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa fasilitas perpustakaan Perguruan Tinggi dimaksudkan untuk memudahkan pengguna dalam memanfaatkan perpustakaan dan koleksi perpustakaan, serta memudahkan kegiatan perpustakaan berjalan dengan baik. Pada Perpustakaan UMTS terdapat beberapa fasilitas untuk

penunjang pemanfaatan perpustakaan, antara lain tempat penitipan tas, meja dan kursi baca, meja sirkulasi/layanan, lemari arsip untuk tata usaha, papan pengumuman, kotak saran serta jam dinding.

2.2 Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Salah satu unsur pokok perpustakaan adalah koleksi, karena pelayanan tidak dapat dilaksanakan secara maksimal apabila tidak didukung oleh adanya koleksi yang memadai. Koleksi bahan pustaka haruslah relevan dengan kebutuhan setiap program studi dari perguruan tinggi demi terwujudnya pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Untuk memberikan pelayanan informasi dalam rangka mencapai tujuan perpustakaan perguruan tinggi,

(6)

Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI (2004, 11) dikatakan bahwa “Koleksi adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan serta disebarluaskan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan informasi”.

Menurut Darmono (2001, 60) “Koleksi perpustakaan adalah sekumpulan rekaman informasi dalam berbagai bentuk tercetak (buku, majalah, surat kabar) dan bentuk tidak tercetak (bentuk mikro, bahan audio visual, peta)”.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa koleksi perpustakaan UMTS adalah semua bahan pustaka yang terkumpul dalam perpustakaan dan berguna untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna perpustakaan UMTS. Adapun bahan perpustakaan UMTS terdiri dari koleksi tercetak dan tidak tercetak.

2.2.1 Jenis-Jenis Koleksi

Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI (2004, 38) menyatakan bahwa yang termasuk ke dalam koleksi perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut;

a. Buku teks, baik untuk mahasiswa maupun dosen, baik yang diwajibkan maupun yang dianjurkan untuk mata kuliah tertentu. b. Buku referensi, termasuk buku referensi umum, referensi bidang

studi kasus, alat-alat bibliografi seperti indeks, abstrak, laporan tahunan, kamus, ensiklopedia, katalog, dan lain-lain.

c. Pengembangan ilmu, yang melengkapi dan memperkaya pengetahuan pemakai selain dari bidang studi dasar.

d. Penerbitan berkala seperti majalah, surat kabar dan lain-lain.

e. Penerbitan perguruan tinggi, baik perguruan tinggi dimana perpustakaan bernaung, maupun penerbitan perguruan tinggi lainya.

f. Penerbitan pemerintah, terutama penerbitan resmi, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut kebutuhan khusus perguruan tinggi yang bersangkutan.

g. Koleksi khusus, yang berhubungan dengan minat khusus perpustakaan, seperti koleksi tentang kebudayaan tertentu, subjek tertentu, dan sebagainya.

h. Koleksi bukan buku yang berupa koleksi audio visual (film, tape, kaset, video tape, piringan hitam, dan sebagainya).

(7)

1. Karya Cetak

Karya cetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak, seperti:

a. Buku, adalah bahan pustaka yang merupakan suatu kesatuan utuh dan yang paling utama terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standar UNESCO, tebal buku paling sedikit 49 halaman tidak termasuk kulit maupun jaket buku. Diantaranya buku fiksi, buku teks, dan buku rujukan.

b. Terbitan berseri, merupakan bahan pustaka yang direncakan untuk diterbitkan terus dengan jangka waktu terbit tertentu. Yang dimaksud dalam bahan pustaka ini adalah harian (surat kabar), majalah (mingguan, bulanan, dan lainnya), laporan yang terbit dengan jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan, triwulan dan sebagainya.

2. Karya Noncetak

Karya noncetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan tidak dalam bentuk cetak seperti buku atau majalah, melainkan dalam bentuk lain seperti rekaman suara, rekaman video, rekaman gambar dan sebagainya. Istilah lain yang dipakai untuk bahan pustaka ini adalah bahan non buku, ataupun bahan pandang dengar. Karya noncetak terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Rekaman suara, yaitu bahan pustaka dalam bentuk pita kaset dan piringan hitam. Sebagai contoh untuk koleksi perpustakaan adalah buku pelajaran bahasa inggris yang dikombinasikan dengan pita kaset.

a. Gambar hidup dan rekaman video, gambar hidup dan rekaman suara terdiri dari film dan kaset video. Kegunaannya selain bersifat rekreasi juga dipakai untuk pendidikan. Misalnya untuk pendidikan pemakai, dalam hal ini bagaimana cara menggunakan perpustakaan.

b. Bahan Grafika, ada dua tipe bahan grafika yaitu bahan pustaka yang dapat dilihat langsung (misalnya lukisan, bagan, foto, gambar, teknik dan sebagainya) dan yang harus dilihat dengan bantuan alat (misalnya slide, transparansi, dan filmstrip.

3. Bentuk Mikro

Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan micro reader. Bahan pustaka ini digolongkan tersendiri, tidak dimasukkan bahan noncetak. Hal ini disebabkan informasi yang tercakup di dalamnya meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar, dan sebagainya. Ada tiga macam bentuk mikro yang sering menjadi koleksi perpustakaan yaitu:

(8)

b. Mikrofis, bentuk mikro dalam lembaran film dengan ukuran 105 mm x 148 mm (standar) dan 75 mm x 125 mm.

c. Microopaque, bentuk mikro dimana informasinya dicetak kedalam kertas yang mengkilat tidak tembus cahaya ukuran sebesar mikrofis.

4. Karya Dalam Bentuk Elektronik

Dengan adanya teknologi informasi, maka informasi dapat dituangkan ke dalam media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti komputer, CD-ROM player, dan sebagainya.

Karya dalam bentuk elektronik ini biasanya disebut dengan bahan pandang dengar (audio visual) juga merupakan koleksi perpustakaan. Bahan pandang merupakan koleksi perpustakaan. Bahan pandang dengan memuat informasi yang dapat ditangkap secara bersamaan oleh indra mata dan telinga. Oleh sebab itu bahan pandang dengar merupakan media pembawa pesan yang sangat kuat untuk bisa ditangkap oleh manusia.

Berdasarkan uraian diatas, jenis koleksi perpustakaan perguruan tinggi terdiri atas karya cetak, karya non cetak, bentuk mikro dan bentuk elektronik. Koleksi perpustakaan merupakan unsur pokok perpustakaan. Jenis koleksi yang terdapat pada perpustakaan UMTS antara lain koleksi buku teks, terbitan berkala serta koleksi grey literature.

2.2.2 Fungsi Koleksi

Koleksi yang dimiliki perpustakaan memiliki fungsi sebagaimana yang dinyatakan dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI (2004, 30) bahwa fungsi koleksi adalah:

1. Fungsi pendidikan

Untuk menunjang program pendidikan dan pengajaran, perpustakaan mengadakan bahan pustaka yang sesuai atau relevan dengan jenis dan tingkat program yang ada.

2. Fungsi penelitian

Untuk menunjang program penelitian perguruan tinggi, perpustakaan menyediakan sumber informasi tentang berbagai hasil penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan mutakhir.

3. Fungsi referensi

Fungsi ini melengkapi fungsi yang di atas dengan menyediakan bahan bahan referensi diberbagai bidang dan alat-alat bibliografis yang diperlukan untuk menelusur informasi.

4. Fungsi umum

(9)

program pengabdian masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya manusia yang lain. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan mempunyai fungsi pendidikan, penelitian, referensi dan umum. Maka jelaslah bahwa koleksi perpustakaan adalah unsur pokok perpustakaan yang harus dibina secara teratur dan terencana.

Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi koleksi perpustakaan perguruan tinggi yaitu sebagai fungsi pendidikan, fungsi penelitian, fungsi referensi dan fungsi umum. Fungsi koleksi pada perpustakaan UMTS berfungsi sebagai fungsi pendidikan dalam menunjang pendidikan, fungsi penelitian untuk menunjang program penelitian yang dilakukan, sebagai fungsi referensi untuk melengkapi bahan-bahan referensi yang diperlukan oleh pengguna perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasi. Maka jelaslah bahwa koleksi perpustakaan adalah unsur pokok perpustakaan yang dibina secara teratur dan teratur.

2.3 Pemanfaatan Perpustakaan

Kata pemanfaatan berasal dari kata manfaat yang berarti guna, faedah. Pemanfaatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan

Nasional RI edisi keempat (2005, 873) mendefinisikan bahwa, ”Pemanfaatan mengandung arti sebagai proses, cara, perbuatan memanfaatkan”. Sebuah perpustakaan dapat dikatakan bermanfaat atau tidak bagi penggunanya berkaitan dengan upaya pembinaan koleksi serta layanannya agar dapat dikenal dan dimanfaatkan oleh penggunanya.

Setiap perpustakaan tentunya mempunyai visi yang berbeda, namun sebuah perpustakaan dikatakan berhasil bila dimanfaatkan oleh penggunanya. Julianda (2009, 2) menyebutkan secara umum manfaat perpustakaan adalah:

1. Menjadi media antara pemakai dengan koleksi sebagai sumber informasi pengetahuan.

2. Menjadi lembaga pengembangan minat dan budaya membaca serta

3. Pembangkit kesadaran pentingnya belajar sepanjang hayat.

4. Mengembangkan komunikasi antara pemakai dan atau dengan penyelenggara sehingga tercipta kolaborasi, sharing pengetahuan maupun komunikasi ilmiah lainnya.

(10)

6. Berperan sebagai agen perubah, pembangunan dan kebudayaan manusia.

7. Penyediaan program layanan informasi yang mampu memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh customer, baik sivitas akademika maupun masyarakat umum.

8. Pengembangan SDM melalui penumbuhan budaya kerja dan sikap profesional.

9. Penyediaan sumber informasi di bidang Seni, Sains, Teknologi, manajemen dan bisnis serta humaniora sebagai rujukan sivitas akademika dan umum menuju masyarakat produsen informasi. 10.Penyediaan media penyebarluasan informasi.

11.Mengkaji dan mengaplikasikan bentuk-bentuk kerjasama dengan berbagai instansi baik dari dalam maupun luar negeri, yang memungkinkan untuk memperoleh informasi bagi sivitas akademika dan masyarakat umum.

Berdasarkan uraian diatas, pemanfaatan perpustakaan adalah ketika pengguna perpustakaan yang menggunakan koleksi dan layanan perpustakaan sebagai sumber informasi pengetahuan dan memenuhi kebutuhan informasi pengguna perpustakaan. Pada perpustakaan UMTS pemanfaatan perpustakaan berhubungan dengan proses yang dilakukan pengguna perpustakaan dalam menggunakan koleksi dan layanan yang ada pada perpustakaan UMTS sebagai sumber informasi pengetahuan dan memenuhi kebutuhan informasi.

2.3.1 Pemanfaatan Koleksi

Pemanfaatan koleksi adalah mendayagunakan sumber informasi yang terdapat diperpustakaan dan jasa informasi yang tersedia. Pemanfaatan koleksi perpustakaan adalah proses, cara dan perbuatan memanfaatkan koleksi perpustakaan. Pemanfaatan koleksi perpustakaan merupakan kegiatan utama pada

sebuah perpustakaan, yaitu membaca koleksi di perpustakaan maupun meminjam koleksi dari bagian sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna.

Pada dasarnya pemanfaatan koleksi perpustakaan mencakup dua hal yaitu menggunakan koleksi dalam ruangan perpustakaan (in library use) dan meminjam koleksi dari bagian sirkulasi (out circulation use).

Menurut Zulkarnaen (2007, 45), beberapa cara memanfaatkan koleksi buku pada perpustakaan sebagai berikut:

1. Meminjam

(11)

melakukan peminjaman, pengguna memiliki waktu yang lebih banyak untuk membaca buku yang dipinjam. Buku tersebut dapat diperpanjang masa peminjamannya dan kemudian dikembalikan lagi ke meja sirkulasi.

2. Membaca di tempat

Bagi pengguna yang memiliki waktu luang yang cenderung membaca di ruang baca perpustakaan. Pengguna dapat memilih beberapa buku untuk dibaca dan menghabiskan waktunya di perpustakaan.

3. Mencatat informasi dari buku

Terkadang pengguna hanya melakukan pencatatan informasi yang diperoleh dari koleksi. Dengan cara seperti ini, pengguna mendapatkan informasi ringkas tentang berbagai masalah dari berbagai buku yang berbeda.

4. Memperbanyak (menggunakan jasa Foto copy)

Dengan memanfaatkan fasilitas mesin Foto copy, pengguna dapat memiliki sendiri informasi-informasi yang diinginkan. Cara seperti ini biasanya dilakukan oleh pengguna yang memiliki waktu terbatas untuk ke perpustakaan.

Dari penjelasan di atas, dijabarkan beberapa cara pemanfaatan koleksi yang biasa dilakukan oleh pengguna. Pemanfaatan koleksi merupakan cara proses, cara dan perbuatan memanfaatkan koleksi perpustakaan. Pengguna dapat memanfaatkan koleksi yang tersedia dengan membaca di tempat, meminjam koleksi, mencatat informasi dari buku serta memperbanyak koleksi.

2.3.2 Tujuan Pemanfaatan

Perpustakaan sebagai pusat pemanfaatan informasi perpustakaan harus mampu menyebarluaskan informasi kepada pengguna sehingga tujuan pemanfaatan koleksi perpustakaan akan tercapai. Untuk itu perpustakaan terus

berusaha untuk menyediakan berbagai sumber informasi dan bahan-bahan yang relevan bagi penggunanya sehingga pengguna lebih efektif dalam pemanfaatan

koleksi.

(12)

2.3.3 Frekuensi Pemanfaatan

Setiap pengguna perpustakaan akan memanfaatkan koleksi perpustakaan dimana pengguna sangat membutuhkan informasi. Kegiatan atau aktifitas pengguna dalam mencari dan memanfaatkan perpustakaan untuk mencari informasi yang dibutuhkan berhubungan dengan frekuensi pemanfaatan perpustakaan oleh pengguna.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional RI edisi keempat (2005, 322), “Arti dari frekuensi pemanfaatan adalah kekerapan”. Sedangkan menurut Suwarno (2010, 93), dijelaskan bahwa “Frekuensi adalah sejumlah pengulangan kejadian tertentu yang teratur”.

Definisi frekuensi penggunaan adalah kekerapan pemakaian yang dilakukan secara teratur. Bila dikaitkan dengan ilmu perpustakaan, frekuensi penggunaan adalah kekerapan pengguna dalam pemakaian perpustakaan sebagai penyedia koleksi yang menyedikan informasi yang dibutuhkan dalam upaya pemecahan masalah yang dishadapi pengguna.

Dari uraian diatas, menjelaskan bahwa frekuensi pemanfaatan

perpustakaan adalah proses pengulangan seorang pengguna perpustakaan untuk menggunakan atau memanfaatkan koleksi perpustakaan dan layanan perpustakaan.

Berdasarkan uraian diatas, pemanfaatan perpustakaan adalah suatu proses kegiatan pengguna perpustakaan dalam menggunakan koleksi dan layanan perpustakaan sebagai sumber informasi pengetahuan dan memenuhi kebutuhan informasi pengguna perpustakaan. Adapun yang menjadi indikator pemanfaatan perpustakaan adalah pemanfaatan koleksi dan pemanfataan layanan yang meliputi layanan sirkulasi dan layanan referensi.

2.4 Pelayanan Perpustakaan

Pelayanan perpustakaan merupakan tugas penting dari setiap perpustakaan untuk melayani penggunanya. Yaitu suatu kegiatan untuk memberikan pelayanan dan bantuan kepada pemakai agar memperoleh bahan pustaka yang dibutuhkan.

(13)

memperoleh informasi yang dibutuhkan secara optimal dan memanfaatkan berbagai perkakas penelusuran yang tersedia”.

Sedangkan Darmono (2007, 134) menyatakan bahwa “Layanan perpustakaan adalah menawarkan semua bentuk koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pemakai yang datang ke perpustakaan dan meminta informasi yang dibutuhkannya”.

Sehubungan dengan pendapat diatas, Moenir (2000, 410) menyatakan perwujudan pelayanan yang didambakan adalah:

1. adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan pelayanan yang cepat dalam arti tanpa hambatan yang kadang dibuat-buat.

2. Memperoleh pelayanan secara wajar tanpa gerutu atau sindiran yang mengarah kepada permintaan sesuatu, baik dengan alasan untuk dinas maupun kesejahteraan.

3. Mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan terhadap kepentingan yang sama, tertib, dan tidak pandang bulu.

4. Pelayanan yang jujur dan terus terang.

Berdasarkan uraian diatas, pelayanan perpustakaan adalah pemberian informasi kepada pengguna. Selain itu, pelayanan perpustakaan perguruan tinggi bertujuan untuk menyajikan informasi yang berguna untuk kepentingan pelaksanaan proses belajar mengajar. Agar dapat melaksanakan pelayanan dengan baik, perpustakaan perguruan tinggi hendaknya mempunyai koleksi yang cukup bervariasi dari jenis maupun isinya. Serta diharapkan adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan pelayanan yang cepat dalam arti tanpa hambatan yang kadang dibuat-buat dan mendapatkan pelayanan yang sama dalam pelayanan

terhadap kepentingan.

2.4.1 Layanan Sirkulasi

(14)

Fungsi utama layanan sirkulasi adalah meminjamkan koleksi dalam jangka waktu tertentu. Tugas dari layanan sirkulasi yaitu untuk meminjamkan, mengembalikan, mencatat pemesanan, memperpanjang masa peminjaman, menagih, memberikan sanksi dan memberikan keterangan bebas/bersih peminjaman.

Dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI (2004, 97) “Pelayanan sirkulasi adalah kegiatan pengedaran koleksi perpustakaan, baik untuk dibaca didalam perpustakaan maupun untuk dibawa keluar perpustakaan”.

Rahayuningsih (2007, 97) penyelenggaraan layanan sirkulasi bertujuan untuk:

1. Supaya mereka mampu memanfaatkan koleksi tersebut semaksimal mungkin.

2. Mudah diketahui siapa meminjam koleksi tertentu, dimana alamatnya serta kapan koleksi itu harus kembali. Dengan demikian, apabila koleksi itu diperlukan pengguna lain akan segera dapat diketahui alamat peminjam/dinantikan pada waktu pengembalian.

3. Terjaminnya pengembalian pinjaman dalam waktu yang jelas dengan demikian kemana bahan pustaka akan terjaga.

4. Diperoleh data kegiatan perpustakaan terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan koleksi

5. Apabila terjadi pelanggaran akan segera diketahui.

Berdasarkan uraian diatas, layanan sirkulasi adalah kegiatan langsung yang berhubungan dengan pengguna disediakan oleh perpustakaan untuk melayani pengguna yang akan meminjam dan mengembalikan bahan pustaka.

Pelayanan sirkulasi memiliki tugas untuk melakukan pendaftaran anggota, peminjaman, perpanjangan waktu pinjam dan pengembalian buku, serta layanan

yang berkaitan dengan peminjaman. Dengan adanya layanan sirkulasi, diharapkan pengguna dapat memanfaatkan koleksi bahan pustaka dengan optimal.

2.4.2 Layanan Referensi

Dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI (2004, 86) adalah :

(15)

referensi, pengguna dibantu untuk menemukan informasi dengan cepat, menelusur informasi dengan lebih spesifik, dan dengan pilihan subjek yang lebih luas, dan memanfaatkan sarana penelusuran yang tersedia secara optimal. Tugas dari layanan rujukan adalah memberikan informasi yang bersifat umum, membantu menggunakan katalog dan memberikan petunjuk cara memanfaatkannya, membimbing pengguna dalam penelusuran informasi, menjelaskan cara menggunakan bahan perpustakaan rujukan, membantu pengguna untuk menemukan informasi/bahan perpustakaan yang dicarinya dan membuat jajaran vertikal yang berisi prospektus, brosur dan sebagainya.”

Sedangkan Darmono (2001, 141) menyatakan bahwa:

“Layanan referensi adalah layanan yang diberikan oleh perpustakaan untuk koleksi-koleksi khusus, seperti kamus, ensiklopedia, almanak, direktori, buku tahunan yang berisi informasi teknis dan singkat. Koleksi ini tidak boleh dibawa pulang oleh pengunjung perpustakaan, tetapi hanya untuk dibaca di tempat.”

Layanan referensi merupakan layanan rujukan untuk membantu pengguna dalam menemukan informasi serta memberikan bimbingan untuk menemukan dan

memakai koleksi referensi. Tujuan layanan referensi menurut Rahayuningsih (2007, 104) antara lain:

1. memungkinkan pengguna menemukan informasi secara cepat dan tepat

2. memungkinkan pengguna menelusuri informasi dengan pilihan yang lebih luas

3. memungkinkan pengguna menggunakan koleksi referensi dengan lebih tepat guna.

Berdasarkan uraian di atas, pelayanan referensi adalah suatu kegiatan pelayanan untuk membantu pengguna perpustakaan menemukan informasi dengan cara menjawab pertanyaan dengan menggunakan koleksi referensi, serta memberikan bimbingan untuk menemukan, memakai koleksi referensi.

2.5 Kebutuhan Informasi

(16)

lingkungannya. Pada perpustakaan UMTS kebutuhan informasinya berbeda-beda. Setiap fakultas di UMTS memiliki kebutuhan informasi sesuai dengan fakultas dan jurusan masing-masing.

Kebutuhan informasi merupakan salah satu kebutuhan seseorang untuk melangsungkan hidupnya. Miranda dan Tarapanoff menyatakan (2008, 1): “Information need is defined as a state or process started when one perceives that there is a gap between the information and knowledge available to solve a

problem and the actual solution of the problem”. Miranda dan Tarapanoff mendefinisikan kebutuhan informasi sebagai sebuah keadaan atau proses yang diawali ketika seseorang mulai merasa informasi dan pengetahuan yang dimilikinya masih belum cukup (kurang), informasi juga dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah untuk menentukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Pengertian yang dinyatakan oleh Tarapanoff di atas memperkuat pernyataan bahwa setiap orang memang membutuhkan informasi sebagai bagian dari kebutuhan hidupnya. Kebutuhan informasi pengguna perpustakaan UMTS

juga berbeda-beda tergantung dari sivitas akademika UMTS tersebut.

Tentunya memahami kebutuhan informasi sangat penting bagi lembaga yang melayankan informasi seperti perpustakaan, seperti yang dinyatakan oleh Hiller (2004, 15) bahwa:

Memahami kebutuhan informasi pemakai sebenarnya untuk mengetahui antara lain:

1. Siapa pemakai potensial perpustakaan 2. Apa yang mereka pelajari dan teliti

3. Sumber informasi dan layanan perpustakaan apa yang mereka butuhkan

4. Bagaimana pengetahuan mereka tentang sumber informasi dan layanan yang ada di perpustakaan

5. Bagaimana mereka menggunakan sumber informasi dan perpustakaan

6. Bagaimana mereka menjadikan perpustakaan sebagai nilai tambah dalam membantu menyelesaikan tugas dan pekerjaan.

(17)

sumber daya informasi yang terdapat pada perpustakaan dan bagaimana pemanfaatan dari perpustakaan itu sendiri.

Menurut Chowdhury (1999: 92) bahwa: “Kebutuhan informasi merupakan suatu konsep yang samar. Kebutuhan informasi muncul ketika seseorang menyadari pengetahuan yang ada padanya tidak cukup untuk mengatasi permasalahan tentang subjek tertentu”. Seperti yang telah dikatakan oleh Chowdhury (1999, 24):

Sifat-sifat kebutuhan informasi antara lain: 1. Mempunyai konsep yang relatif

2. Berubah pada periode tertentu

3. Berbeda antara satu orang dengan orang lain 4. Dipengaruhi oleh lingkungan

5. Sulit diukur secara kuantitas 6. Sulit diekspresikan

7. Seringkali berubah setelah seseorang menerima informasi lain.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan informasi adalah kebutuhan informasi merupakan suatu konsep yang samar. Kebutuhan informasi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh pengguna berupa data yang menggambarkan kejadian-kejadian nyata yang telah diolah dalam satu bentuk sehingga menjadi lebih berguna dan lebih berarti.

2.5.1 Jenis-Jenis Kebutuhan Informasi

Jenis kebutuhan informasi pengguna sangat beraneka ragam. Berhubungan dengan tugas pekerjaan, Jarverlin yang dikutip oleh Ishak (2003, 4), Klasifikasi terhadap jenis kebutuhan informasi, yaitu:

1. Informasi yang berkaitan dengan masalah, menggambarkan struktur, sifat dan syarat dari masalah yang sedang dihadapi, misalnya dalam masalah konstruksi jembatan, informasi yang dibutuhkan adalah mengenal jenis, tujuan dan masalah yang dihadapi dalam membangun, konstruksi jembatan. Pada kasus ini kemungkinan telah ada sumber informasi yang telah membahas hal yang sama.

(18)

3. Informasi sebagai pemecahan masalah, menggambarkan bagaimana melihat dan memformulasikan masalah, apa masalah dan wilayah informasi bagaimana yang akan digunakan dalam upaya memecahkan masalah. Misalnya dalam konstruksi jembatan, insinyur perencana akan menghadapi pro dan kontra mengenai berbagai informasi mengenai desain jenis jembatan. Ini hanya dapat dipecahkan pada keahlian seseorang dan pengetahuan yang dimiliki.

Dari uraian di atas menjelaskan bahwa untuk mendefenisikan dan mengukur kebutuhan informasi pengguna dapat dilihat dari keanekaragaman kebutuhan dan permintaan informasi menuntut dilakukannya pendekatan terhadap

kebutuhan pengguna, agar dapat memenuhi dan menyediakan informasi yang mereka cari. Keempat pendekatan di atas, merupakan metode untuk mendefinisikan jenis-jenis kebutuhan informasi dari setiap pengguna agar mempermudah proses pemenuhannya.

2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi

Menurut Nicholas dalam Ishak (2006, 93) faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi pemakai adalah:

1. Jenis pekerjaan

2. Personalitas, yaitu aspek psikologi dari pencari informasi yang meliputi ketepatan, ketekunan mencari informasi, pencarian secara sistematis, motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega dan atasan

3. Waktu

4. Akses, yaitu menelusur informasi secara internal (di dalam organisasi) atau eksternal (di luar organisasi)

5. Sumber daya teknologi yang digunakan untuk mencari informasi

Sehubungan dengan hal di atas Devadason (1996, 56) mengemukakan bahwa kebutuhan informasi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti:

1. Ketersediaan sumber informasi 2. Kegunaan informasi

3. Latar belakang, motivasi, kepentingan profesional, dan karakteristik lain yang dimiliki pemakai

4. Sosial, politik, ekonomi, hukum dan sistem yang berkaitan dengan pemakai,

(19)

Sedangkan Pannen (1990, 32) mengatakan bahwa “Faktor yang paling umum mempengaruhi kebutuhan informasi adalah pekerjaan, termasuk kegiatan profesi, disiplin ilmu yang meminati, kebiasaan, dan lingkungan pekerjaan”.

Berdasarkan ketiga pernyataan di atas terdapat persamaan dan perbedaan faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi. Persamaannya terdapat pada pekerjaan atau profesi, akses terhadap informasi dan faktor koleksi atau informasi yang tersedia. Sedangkan perbedaannya terletak pada sistem sosial, ekonomi dan politik tempat pemakai berada, dan waktu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan informasi setiap orang tersebut berbeda satu sama lain.

Wilson dalam Ishak (2006, 93) menguraikan faktor yang secara bertingkat mempengaruhi kebutuhan informasi, yaitu :

1. Kebutuhan individu (person)

Kebutuhan yang ada dalam diri individu meliputi kebutuhan psikologis (psychological needs), kebutuhan afektif (affectif needs) dan kebutuhan kognitif (cognitive needs).

2. Peran sosial (social role)

Peran sosial meliputi peran kerja (work role) dan tingkat kinerja (performance level), akan mempengaruhi faktor kebutuhan yang ada dalam diri individu.

3. Lingkungan (environment)

Faktor lingkungan meliputi lingkungan kerja (work environment), lingkungan sosial budaya (socio-cultural environment), lingkungan politik-ekonomi (politic-economic environment) dan lingkungan fisik (physical environment) mempengaruhi faktor peran sosial maupun faktor kebutuhan individu, sehingga terjadi pengaruh bertingkat yang akan membentuk kebutuhan informasi.

Terdapat tiga tingkatan yang mempengaruhi kebutuhan informasi yaitu kebutuhan individu yang meliputi kebutuhan psikologis, efektif dan kognitif. Faktor peran sosial meliputi peran kerja dan tingkat kinerja dan faktor lingkungan meliputi lingkungan kerja, lingkungan sosial budaya, lingkungan politik ekonomi dan lingkungan fisik.

2.5.3 Karakteristik Kebutuhan Informasi

(20)

1. Demografis seseorang, seperti tingkat pendidikan dan usia. Semakin tinggi seseorang semakin banyak kebutuhan informasinya.

2. Konteks, misalnya kebutuhan khusus, kebutuhan internal atau eksternal. Kebutuhan khusus misalnya kebutuhan tentang pekerjaan seseorang

3. Frekuensi, misalnya apakah kebutuhan informasi itu berulang atau baru. Pengguna informasi tentunya akan memilih informasi yang terbaru daripada informasi lama dan berulang.

4. Kemungkinan, misalnya apakah kebutuhan informasi tersebut dapat diramalkan atau tidak terduga. Jika kebutuhan informasi seseorang muncul dengan tiba-tiba atau tidak terduga, misalnya terjadi ketika seseorang mencari informasi tentang mata kuliah dan tiba-tiba muncul dalam

5. benaknya untuk mencari informasi lain yang berhubungan dengan mata kuliah tersebut, maka orang tersebut akan mencari dan menemukan informasi tersebut.

6. Kepentingan, misalnya kebutuhan informasi dilihat dari tingkat urgensinya. Apabila informasi yang dibutuhkan sangat penting maka orang yang membutuhkan informasi tersebut akan berusaha mencari dan menemukan informasi tersebut.

7. Kerumitan, misalnya kebutuhan informasi tersebut mudah atau sulit untuk dipecahkan.

Menurut Nicholas dalam Ishak (2006, 94) terdapat 11 karakteristik kebutuhan informasi yaitu:

1. Pokok masalah (subject) 2. Fungsi (function)

3. Sifat (nature)

4. Tingkat intelektual (intellectual level) 5. Titik pandang (viewpoint)

6. Kuantitas (quantity) 7. Kualitas (quality)

8. Batas waktu informasi (date)

9. Kecepatan pengiriman (speed of delivery) 10.Tempat asal publikasi (place)

11.Pemrosesan dan pengemasan (processing and packaging).

2.5.4 Pengguna Informasi Perpustakaan Perguruan Tinggi

(21)

Brophy (2000, 56) mengatakan bahwa kelompok pengguna informasi pada perpustakaan perguruan tinggi dapat dikategorikan :

1. Mahasiswa under graduate 2. Mahasiswa postgraduate 3. Mahasiswa peneliti 4. Staf pengajar 5. Staf peneliti

6. Pihak manajemen kampus 7. Alumni

8. Anggota komunitas bisnis lokal 9. Anggota organisasi lokal

10.Pemerintah

11.Badan pendanaan kampus

12.Anggota dari komunitas perpustakaan lokal 13.Komunitas peneliti nasional dan internasional 14.Komunitas perpustakaan nasional dan internasional 15.Pustakawan dan profesional di bidang informasi

Berbagai macam kelompok pengguna ini memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap perpustakaan. Menurut Sulistyo Basuki (1993:201) “pengguna dapat di bedakan sebagai pengguna aktif dan yang tidak aktif. Dalam

istilah yang luas dapat dikaitkan sebagai orang yang berhubungan dengan perpustakaan, baik langsung maupun tidak langsung dalam rangka mencari informasi yang dibutuhkan”. Setiap kelompok pengguna merefleksikan harapan dan opini terhadap layanan perpustakaan yang mereka inginkan atau pernah mereka manfaatkan.

Pengguna Informasi pada perpustakaan perguruan tinggi dapat digolongkan menjadi, mahasiswa sebagai pelajar, dan dosen sebagai staf pengajar perguruan tinggi.

1. Mahasiswa

Perpustakaan akademik memiliki hubungan yang erat dengan mahasiswa. Tingginya aktivitas akademik di sebuah perguruan tinggi akan meningkatkan frekuensi kunjungan dan pemanfaatan layanan di perpustakaan. Hal ini akan menciptakan interaksi yang kuat antara perpustakaan dengan mahasiswa.

Menurut Jordan (1998, 23) menyatakan bahwa:

(22)

perpustakaan merupakan kelompok pengguna yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah. Pada umumnya tidak memiliki kemampuan menyampaikan pendapat mereka terhadap layanan perpustakaan yang mereka inginkan secara spesifik sehingga perpustakaan tidak dapat mengetahui apa yang mereka inginkan dari layanan perpustakaan. Beberapa mahasiswa bahkan melakukan tindakan instant dengan melakukan pencurian dan vandalism terhadap koleksi perpustakaan.”

Kebutuhan mahasiswa terhadap perpustakaan merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. Namun kebutuhan informasi akan mahasiswa tentu berbeda jauh dari seorang pelajar SMA/SMP, seperti yang dikatakan oleh Tan

dalam Yusup (2010, 98) “Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi lebih banyak mempunyai kebutuhan-kebutuhan dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah”.

2. Dosen

Dosen merupakan seorang staf pengajar pada perguruan tinggi, yang memerlukan sumber informasi termutakhir. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut tentunya perpustakaan sangat berperan penting dalam menyediakan sumber informasi yang dibutuhkan. Harisanty (2008, 11) menyatakan bahwa:

“Pada perpustakaan perguruan tinggi saat ini, jumlah dosen yang memanfaatkan jasa perpustakaan masih relatif sedikit. Pengguna perpustakaan, khususnya dosen, terdiri dari banyak sekali kelompok, strata sosial, lingkungan pendidikan, etnis suku, kebudayaan, agama, dan kepercayaan, serta masih banyak lagi. Oleh karena itu sikap, pandangan, cara berpikir, wawasan dan persepsi terhadap sesuatu juga berbeda. Akibat keterbatasan dari informasi dan komunikasi maka respon terhadap perpustakaan tidak sama.”

Referensi

Dokumen terkait

FES ( Functional Electrical Stimulator ) adalah merupakan salah satu divais yang dipergunakan sebagai metode terapi restorasi gerakan pasien dengan paralyzed

[r]

[r]

ANALISIS PERBEDAAN VOLUME PENJUALAN DITINJAU DARI JENIS MEKK PADA INDUSTRI TAS DAN.. KOPER M.. セセ・ MUNAAOャAヲゥMijuZヲAョMZNャ。

Persyaratan pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional pengawas sekolah/madrasah diatur dalam Permenneg PAN & RB Nomor 21 Tahun 2010 dalam Pasal 31 sebagai berikut (1)

Sedangkan nirlaba berdasarkan pasal 20 Ayat ( 4) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 adalah pengelolaan Keuangan Haji dilakukan melalui pengelolaan usaha yang mengutamakan

Dengan adanya penerimaan diri yang baik, dan pandangan yang positif terhadap dirinya menjadikan remaja tidak harus mengisi hidupnya dengan gaya hidup hedonis agar dapat diterima

Pagar MDT Tarbiyatu Nisin Sukasari pada Dinas Pendidikan Kabupaten Sarolangun Tahun Anggaran 2012, dengan ini diumumkan bahwa