• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Konsumen Finance Tech

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perlindungan Hukum Konsumen Finance Tech"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Perlindungan Hukum Konsumen

Finance

Technology

di Indonesia Perspektif Hukum Positif

dan Etika Bisnis Islam

Kutbuddin Aibak 1, Reni Dwi Puspitasari2, Fajrina Eka Wulandari 3, Afif Anikmatul Khoiriyah4, Eti Rohmawati5, Tito Hadi Putra6

1[email protected] 2[email protected]

3,6 Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Hukum Ekonomi Syariah IAIN Tulungagung

3[email protected]

4Mahasiswa Pascasarjana Tadris Bahasa Inggris IAIN Tulungagung

5Mahasiswa S3 Manajemen Pendidikan Islam IAIN Tulungagung 5[email protected]

6[email protected]

Intisari Kemajuan teknologi berperan penting bagi kehidupan manusia seiring dengan adanya perkembangan zaman. Konsep adanya teknologi dalam bidang perbankan yang disebut sebagai finance technology mampu meningkatkan adanya investasi. Banyaknya finance technology membuat pemerintah mulai berupaya untuk melakukan perlindungan hukum bagi konsumen finance technology. Hal ini untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan saat terjadinya transaksi. Metode penelitian yang digunakan adalah library research dengan teknik analisis datanya content analysis dan critical analysis. Hasil penelitiannya menemukan bahwa pentingnya perlindungan hukum konsumen finance technology berdasarkan filsafat hukum ekonomi sebagai salah satu pengendali kegiatan perekonomian. Perlindungan hukum konsumen di Indonesia berdasarkan hukum positif memberikan aturan tentang bagaimana seharusnya pelaku usaha memperlakukan konsumen sesuai dengan nilai yuridis normatif. Setiap transaksi yang dilakukan melalui finance technology berdasarkan etika bisnis Islam harus melindungi agama, jiwa, akal, keturunan dan harta para pelakunya sebagai salah satu bentuk pengendalian diri manusia terhadap tindakan yang dilarang oleh agama.

Kata Kunci finance technology, perlindungan hukum, konsumen, hukum positif, etika bisnis Islam

Abstract Technological progress play an important role for human life along with the development of the times. The concept of technology in the field of banking which is called as the finance technology can increase the investment. The number of finance technology makes the government began to seek legal protection for consumer finance technology. This is to keep the possibilities that are not in the desired moment of the transaction. Research method used is library research with data analysis technique content analysis and critical analysis. The results of his research determine that the importance of consumer protection law finance technology based on the philosophy of economic law as one of the controlling of economic activities. Consumer protection law in Indonesia is based on positive law provide rules on how business actors should treat consumers in accordance with the normative juridical value. Every transactions that is done through finance technology based on Islamic Business Ethics must protect the religion, the soul, the mind, the descendants and the property of the perpetrators as one of the form of human self-judgment again actions that are prohibited by religion.

(2)

I. Introduction

Teknologi saat ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan seseorang. Kemajuan teknologi kini memiliki peranan yang penting bagi kehidupan. Banyak orang menyadari bahwa ketika mereka gagap terhadap teknologi maka akan terjadi suatu masalah yang besar. Karena itu semua orang berusaha mati-matian untuk bisa menguasai setiap kemajuan teknologi yang muncul belakangan ini. Hampir semua transaksi baik keuangan ataupun hubungan antar keluarga juga dilakukan melalui teknologi. Survey dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta penduduk atau 54,68% dari total populasi penduduk Indonesia sejumlah 262 juta penduduk. Artinya lebih dari ]separuh jumlah penduduk Indonesia sudah menjadi pengguna internet. Dengan pesatnya jumlah pengguna internet di Indonesia sangat memungkinkan adanya potensi perkembangan e-commerce sejalan dengan perkembangan tersebut.[1] Penggunaan handphone yang sudah canggih mulai membuka kesempatan bagi para pedagang. Pedagang mulai membuka usaha mereka secara online. Tidak lagi hanya di pasar atau di toko. Banyak pengusaha yang tidak perlu lagi toko fisik untuk mendagangkan produknya. Tanpa toko fisik semua dagangan bisa ditunjukkan dan dijual dengan harga yang bahkan lebih mahal dibandingkan jualan pada toko fisik. Laba yang diperoleh pun semakin banyak dan tidak tanggung-tanggung.

Keberadaan Smartphone yang menjamur di masyarakat membuka kesempatan baru bagi penjual untuk menjadi lebih dekat dengan pelanggan. Dulunya pelanggan memang belum bisa terhubung dengan internet karena belum banyak yang memiliki smartphone, namun dengan adanya smartphone kesempatan baru mulai muncul. Akibat munculnya kesempatan baru ini perkembangan media sebagai sarana jual beli berkembang sangat pesat.[2] Perkembangan transaksi jual beli yang kini berjalan secara online membuat banyak produk kini tak lagi dijual di toko. Semua produk bisa dionlinekan dan dijual dengan sangat cepat secara online. Smartphone bisa membuat segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi suatu hal yang mungkin.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa adanya teknologi sangat berpengaruh terhadap sistem ekonomi masyarakat. Tidak hanya di Indonesia, berdasarkan penelitian di Poland adanya teknologi berimplikasi pada suatu konsep yang baru. Dalam bidang perbankan perkembangan smartphone mulai memunculkan konsep finance technology dan e-commerce. Secara natural finance technology merupakan salah satu bentuk dari konsep startup. Fokus dari kedua konsep ini lebih memusatkan konsentrasinya pada inovasi jasa keuangan dengan perpaduan teknologi. Konsep ini tidak hanya berpotensi untuk meningkatkan adanya investasi namun juga dalam hal pembaharuan sistem perbankan. Kini perbankan

tidak hanya secara offline saja melainkan juga sudah masuk ranah online.[3] Perkembangan finance technology kini telah menjamur dimana-mana. Sejalan dengan perkembangan smartphone dan regulasi dari pembuat kebijakan worldwide. Contoh di U.S. Federal Reserve System (Board of Governors of the Federal Reserve System, 2015, 2016) atau di bidang asuransi the Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC, 2016).

Indonesia sebagai negara berkembang ikut memanfaatkan moment perkembangan teknologi keuangan ini. Banyak anak negeri yang mulai membuka usaha yang berbasis finance technology; mulai dari jasa pengelolaan asset, penggalangan dana, e-money, payment gateway, p2p Lending, remittance, saham maupun asuransi. Beberapa contoh startup di jasa pengelolaan asset misalnya ada jojonomic, penggalangan dana ada Kitabisa.com, e-money ada Doku, payment gateway ada iPaymu, remittance ada SingX, saham ada bareksa maupun asuransi ada HiOscar. Tak hanya di Indonesia ternyata perkembangan finance technology juga telah masuk India. Telah banyak juga jenis finance technology di India yang tumbuh, antara lain Zerodha, Faircent.com, Airtel Money, dan Idea MyCash. Banyak dari pelaku finance technology yang memberi pengaruh besar dalam dunia e-comerce di India.[4] Guna memperlancar arus perkembangan finance technology maka banyak dari pengusaha berbasis teknologi melakukan kerja sama dengan pihak perbankan. Nilai-nilai positif yang muncul dari adanya kerja sama ini akan semakin meningkatkan omset dari usaha finance technology.

(3)

UK mulai mengembangkan sebuah institusi sendiri yang menangani dan mengawasi masalah finance technology. Institusi tersebut bernama Financial Conduct Authority (FCA).

Fokus tugas dari institusi ini adalah mengawasi para pelaku perbankan, pelaku kredit, perkembangan finansial dan juga startup yang berfokus pada finance technology.[6] Tak hanya Indonesia dan UK saja yang mulai menyusun regulasi mengenai finance technology. Romania ternyata juga mulai merasa bahwa regulasi mengenai usaha yang sedang naik daun ini sangat penting. Memang jika dilihat secara urgensinya regulasi hukum dalam suatu negara memang sangat penting. Romania juga memiliki institusi yang bergerak di bidang pengawasan

finance technology dalam bidang investasi. Romanian Financial Supervisory Authority (ASF)

dan The National Securities Commision of Romania (CVNM). Keduanya bertugas untuk menjaga dan melindungi sistem informasi digital dari finance technology.[7]

Awal mula perkembangan dari sebuah finance technology dimulai sekitar tahun 1980. Sejak saat itu dimulailah perubahan sistem perekaman data melalui komputer. Dulunya semua ditaruh di dalam kertas dan dalam bentuk print out sehingga semua bertumbuh di ruangan atau gudang. Maka untuk meminimalisir hal itu dimulailah perekaman data melalui sistem komputer yang lebih memudahkan dalam urusan penyimpanan. Perkembangan layanan keuangan yang didasarkan dari layanan dengan basis teknologi sangat cepat dan pesat karena perkembangan teknologi sendiri berjalan begitu cepat dan langsung ke arah yang drastis. Kini karena permasalahan tersebut bank mulai membuka kesempatan baru dengan melakukan layanan dengan melibatkan adanya teknologi informasi. Jika tetap berpegang teguh pada suatu usaha tanpa melibatkan teknologi maka bank akan ketinggalan zaman dan mulai ditinggalkan oleh konsumen.[8] Meskipun begitu perbankan memerlukan suatu kewaspadaan tinggi akibat beberapa perkembangan teknologi yang dikembangkan.

Konsep finance technology dan e-commerce merupakan bentuk startup kolaborasi dari perkembangan teknologi dan keuangan. Finance technology merupakan salah satu bentuk dari konsep startup yang lebih memusatkan konsentrasinya pada inovasi jasa keuangan dengan perpaduan teknologi yang dipadukan dengan bidang perbankan. Dengan adanya perkembangan ini diharapkan bisa memfasilitasi proses transaksi keuangan yang lebih efisien dan efektif jika dibandingkan dengan transaksi keuangan tradisional. [9] “Layanan yang dilakukan meliputi payment channel system,

digital banking, online digital insurance, Peer to Peer (P2P)

Lending serta layanan crowfunding.”[10] Layanan jasa yang dilakukan oleh finance techonology jenisnya ada banyak. Ada yang berupa investasi online, ada yang berupa pinjaman online, ataupun juga berupa penggalangan dana online secara penuh. Ketiga sistemnya berbeda satu sama lain.

Baru-baru ini bahkan tidak hanya berupa finance technology yang biasa namun juga secara syariah. Sekalipun belum ada aturan huku yang membahas mengenai finance technology secara syariah namun sudah mulai muncul finance technology. Meskipun begitu masih banyak konsep finance technology yang menerapkan adanya penggunaan dana yang diperoleh dari banyak orang baik berupa sumbangan dari individu atau dari sebuah organisasi yang dilakukan dengan prinsip-prinsip sesuai syariah. Pengumpulan dana yang dilakukan pun juga melalui website online yang disesuaikan dengan konsep syariah. Banyak tantangan yang harus dihadapi dalam perkembangan finance technology yang masih dalam tahap berkembang.[11] Tidak hanya berupa pedoman mengenai proses penyelenggaraannya, namun juga proses dalam masalah perlindungan hukumnya.

Kelebihan adanya finance technology dibandingkan dengan perbankan tanpa teknologi ada banyak. Beberapa kelebihan tersebut antara lain adalah kemudahan dalam akses data dalam masalah layanan keuangan, mudahnya menjangkau masyarakat yang berada di kawasan terpencil dan juga peningkatan pengetahuan mengenai peningkatan literasi keuangan dalam pemerintahan.[12] Finance technology sekalipun memiliki banyak kelebihan namun juga memiliki beberapa kendala. Kendala dalam melakukan pengembangan keilmuan ini banyak sekali salah satunya datang dari adanya konsumen.

Kepercayaan pelanggan ternyata tidak hanya berkaitan tentang informasi mengenai situs e-commerce dan masalah perlindungan keamanan, melainkan pelanggan lebih tertarik dengan situs e-commerce yang memiliki reputasi yang tinggi serta sikap dari pelaku dalam memperlakukan pelanggan sangat penting. Sekalipun tidak bisa bertatap langsung dengan pelanggan namun nyatanya hal tersebut lebih utama dibandingkan hal lainnya untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan.[13] Kepercayaan pelanggan menjadi suatu hal yang penting ketika usaha finance technology dijalankan. Bisnis dunia maya ini tanpa adanya kepercayaan dari pelanggan tidak bisa berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan dan pastinya tidak akan berjalan lama. Maka dari itu dalam menjalankan bisnis finance technology dibutuhkan suatu kepercayaan tinggi dari para pelanggan mereka.

(4)

untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan. Yang perlu dikaji saat ini adalah bagaimana sebenarnya perlindungan hukum bagi konsumen finance technology dalam kacamata hukum positif di Indonesia serta etika bisnis Islam. Tujuan adanya perlindungan hukum bagi konsumen finance technology tidak lain adalah untuk melindungi kedudukan mereka sebagai konsumen yang seringkali berada di posisi yang lemah.

II. Method

Jenis penelitian yang digunakan adalah library research. Penggunaan jenis penelitian ini diharapkan bisa digunakan untuk mendapatkan data-data literer yang lengkap, bermakna dan lebih kredibel serta lebih mendalam.[14] Sumber data yang digunakan peneliti sesuai dengan jenis penelitian yakni literer atau studi kepustakaan (library research) maka berupa literatur dari buku, dokumen, jurnal ataupun karya ilmiah. Data primer diperoleh dari buku-buku mengenai perlindungan hukum konsumen, finance technology dan Etika Bisnis Islam, sedangkan data sekunder didapat dari buku-buku dan jurnal lainnya yang masih berkaitan dengan perlindungan hukum konsumen, finance technology dan Etika Bisnis Islam.

Metode pengumpulan data dalam penelitian literer dengan cara menggali informasi literer berupa dokumen, undang-undang dan juga mengenai jurnal dan buku dengan menggunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi dalam penelitian literer mempelajari berbagai informasi yang diperoleh dari dalam dokumen hasil suatu peristiwa atau berisi informasi, fakta dan data sesuai dengan judul penelitian peneliti.Informasi literer yang digunakan peneliti adalah informasi mengenai perlindungan hukum konsumen, finance technology dan Etika Bisnis Islam. Pada penelitian ini analisis data yang digunakan analisis isi (content analysis) dan analisis kritis (critical analysis). Analisis isi merupakan suatu bentuk analisis terhadap isi dari buku-buku, jurnal ataupun dokumen eletronik yang membahas mengenai perlindungan hukum konsumen, finance technology dan Etika Bisnis Islam.[15] Analisis kritis digunakan untuk mengupas secara mendalam mengenai aturan pemerintah mengenai finance technology dan etika bisnis Islam.[16] Analisis kritis digunakan untuk mengungkap sisi lain dari sebuah data yang berasal dari buku-buku, jurnal ataupun dokumen eletronik yang membahas mengenai perlindungan hukum konsumen, finance technology dan Etika Bisnis Islam secara lebih mendalam.

III. Discussion

Pembangunan ekonomi nasional di Indonesia memang harus menggunakan landasan berupa paradigma transedental dalam setiap pengambilan kebijakannya. Adanya dimensi transedental yang termasuk dalam nilai postmodernisme mencakup beberapa hal secara luas. Cakupannya meliputi

mengenai agama, moralitas serta etika. Aspek tersebut perlu dipahami secara sempurna dan tidak bisa dipahami secara sepihak.[17] Inilah yang dinamakan filasafat hukum ekonomi, dinama setiap pengambilan keputusan dala hal ekonomi harus didasarkan atas beberapa aspek penting dalam kehidupan. Tidak bisa memang mengambil suatu kebijakan yang dinilai secara hukum tanpa pertimbangan yang matang. Semua aspek harus masuk dalam pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang ada. Adanya regulasi yang tepat akan memperkecil upaya monopoli sebuah korporasi. Karena adanya filsafat hukum ekonomi maka keberadaan konsumen dan pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan transaksi perekonomian bisa berjalan sesuai dengan regulasi dan perkembangan kehidupan masyarakatnya sehingga bisa menciptakan nilai yuridis normatif dalam setiap kebijakannya.

A. Perlindungan Hukum Konsumen Finance technology Perspektif Undang-undang Persaingan Usaha Konsumen merupakan pihak yang sering dirugikan ketika terjadi persaingan usaha yang tidak sehat. Efek dari adanya persaingan usaha yang tidak sehat seringkali membuat konsumen mengalami kerugian terlebih dalam hal materi. Terkadang terjadi persaingan berupa harga murah namun kualitas buruk. Ada juga kasus mengenai persaingan yang membuat konsumen rugi dalam hal materi lain seperti garansi maupun keaslian produk. Pelaku usaha melakukan berbagai hal untuk memperlancar usahanya tanpa mempertimbangkan posisi konsumen. Kalau pelaku usaha semacam ini tidak segera ditindak maka yang terjadi adalah masyarakat akan mengalami kerugian massal. Tak hanya kerugian yang diderita konsumen saja, peredaran barang di pelaku usaha bisa saja menjadi lebih mahal dibandingkan sebelumnya. Tentunya akan berpengaruh terhadap kelangsungan usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha. Tidak dipungkiri bahwa ada pelaku usaha yang memang melakukan persaingan usaha secara sehat namun ada juga yang tidak.

(5)

Persaingan usaha di dalam sebuah usaha finance technology tidak bisa dihindari. Seringkali persaingan usaha terjadi karena banyaknya pelaku usaha yang hadir dengan konsentrasi penjualan produk jasa perbankan yang sama. Tidak menutup kemungkinan bahwa adanya usaha finance technology memang tidak terfokus pada jasa yang sama melainkan juga jasa yang berbeda. Ada juga yang memang sedari awal menciptakan produk jasa perbankan yang berbeda. Namun karena pengguna jasa finance technology masih belum begitu besar persaingan pun mulai terjadi. Undang-undang ini berusaha untuk menunjukkan bagaimana nilai-nilai persaingan usaha yang seharusnya dilakukan oleh pelaku usaha. Pelaku usaha setidaknya harus berpedoman pada beberapa nilai yang terdapat di dalam undang-undang ini yang mengarah pada persaingan usaha yang sehat. Setiap usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha tidak boleh menjatuhkan pelaku usaha lainnya atau melakukan tindakan yang bisa membuat pelaku usaha lainnya merugi. Kerugian yang diderita oleh pelaku usaha tidak hanya kerugian dalam hal materi tetapi juga kerugian nonmateri.

B. Perlindungan Hukum Konsumen Finance technology Perspektif Undang-undang Perlindungan Konsumen

Wujud perlindungan konsumen berdasarakan Undang-undang Perlindungan Konsumen diwujudkan dalam pemenuhan hak konsumen. Hak konsumen merupakan kewajiban yang harus diberikan atau dilakukan kepada konsumen oleh pelaku usaha. Banyak hak konsumen yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha. Tak hanya memberikan kenyamanan dalam pelayanan saja namun pelaku usaha finance technology harus memberikan data informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai informasi penyediaan jasa yang akan diberikan kepada konsumen. Selain itu juga harus diberitahukan kepada konsumen mengenai kompensasi berupa ganti kerugian atau hal lainnya yang bisa konsumen terima jika terjadi permasalahan.[19] Selain memperhatikan tentang hak yang harus diberikan kepada konsumen maka pelaku usaha finance technology harus memperhatikan juga tentang perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha. Perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha antara lain melakukan kegiatan yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Urusan mengenai finance technology sangat bergantung pada adanya informasi elektronik yang harus disampaikan secara lengkap dalam website yang dijadikan sebagai tempat usaha. Informasi elektronik merupakan item penting yang dijadikan sebagai media informasi sehingga harus benar-benar diperhatikan. Apalagi informasi elektronik merupakan informasi yang bisa direkam dan dijadikan sebagai barang bukti jika terjadi suatu permasalahan.

Perlindungan hukum lainnya yang diatur dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen berkaitan dengan

pertanggungjawaban yang harus dilakukan oleh pelaku usaha finance technology.. Pertanggungjawaban tersebut misalnya mengenai adanya pergantian ganti rugi yang harus dilakukan oleh pelaku usaha apabila melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan apa yang telah dikatakan sebelumnya. Apabila pelaku usaha mendalilkan bahwa apa yang dilakukannya adalah suatu hal yang benar maka harus dibuktikan bahwa hal tersebut memang benar. Namun apabila apa yang dilakukan oleh pelaku usaha adalah suatu hal yang salah maka pelaku usaha juga harus memberikan ganti rugi yang sesuai dengan apa yang telah dilakukan sebelumnya. Apabila memang suatu permasalahan tidak bisa diselesaikan dengan alternatif penyelesaian sengketa maka harus dilakukan melalui jalur hukum. Hukum sebaiknya memang langkah terakhir yang harus ditempuh ketika terjadi suatu permasalahan karena efek dari adanya penegakan hukum seringkali membuat beberapa pihak merasakan suatu kekecewaan yang mendalam dan juga kerugian yang lebih besar dibandingkan dengan penyelesaian sengketa dengan melalui musyawarah mufakat.

C. Perlindungan Hukum Konsumen Finance technology Berdasarkan POJK Nomor 77/POJK.01/2016 Menurut peraturan ini pengusaha di bidang finance technology harus bisa menyelenggarakan usahanya tidak seorang diri. Artinya dalam usaha ini bentuk penyelenggara jasanya merupakan perseroan terbatas atau merupakan koperasi. Penyelenggara finance technology dikategorikan dalam Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. Sebagai badan usaha, penyelenggara finance technology harus memenuhi beberapa syarat sebelum bisa mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan. Finance technology tidak harus didirikan oleh Warga Negara Indonesia melainkan juga bisa didirikan oleh Warga Negara Asing, meskipun demikian warga negara asing maksimal hanya boleh memiliki keseluruhan saham melainkan hanya sebesar 85% saja tidak boleh lebih. Selain itu juga ada syarat minimum jumlah modal yang harus dimiliki yakni Rp. 2,5 milyar. Pembatasan pinjaman yang diberikan oleh Lembaga Jasa Keuangan Lainnya yang dijalankan dengan basis teknologi dibatasi sebesar Rp. 2 milyar.[20]

(6)

penyelenggara harus dijaga baik-baik dengan menggunakan tata kelola informasi elektronik yang benar dan disesuaikan dengan prosedur yang ada. Pengelolaan tersebut antara lain dengan menggunakan pusat data dan pusat pemulihan bencana. Tak hanya itu saja harus diperhatikan mengenai bagaimana standart minimum sistem teknologi informasi dan risiko teknologi lainnya yang mungkin saja terjadi di masa yang akan datang. Apalagi kerahasiaan suatu dokumen elektronik juga harus dijaga benar-benar agar tidak ada satupun rahasia dari para penerima pinjaman yang keluar. Meskipun begitu penyelenggara diperbolehkan untuk melakukan pertukaran informasi dengan pihak-pihak yang diajak bekerja sama dengan penyelenggara. Perlindungan hukum konsumen yang ada dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tidak hanya digunakan untuk konsumen tetapi juga untuk pelaku usaha finance technology.

Seluruh aspek perbankan baik dari sektor perbankan secara langsung ataupun pemerintah harus bekerja sama secara penuh. Tidak bisa kalau hanya mengandalkan salah satu pihak saja, semua harus bekerja sama secara penuh. Tak hanya dari sektor keuangan atau perbankan saja, melainkan perguruan tinggi yang mencetak calon pelaku usaha finance technology juga harus menyumbang perubahan penting dalam sektor perbankan. Peraturan ini membuka peluang perlindungan kepada konsumen agar lebih merasa aman dan nyaman ketika melakukan transaksi keuangan bagi semua pihak. Tidak bisa dipungkiri bahwa adanya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan sangat membantu pelaku usaha dalam bidang finance technology menjalankan bisnis dalam bidang perbankan. Selain melindungi konsumen juga melindungi pelaku usaha karena aturan ini dikeluarkan untuk melakukan perlindungan antara kedua belah pihak.

D. Perlindungan Hukum Konsumen Finance technology Perspektif Etika Bisnis Islam

Islam adalah agama yang sempurna dalam masalah mengatur bagaimana hubungan manusia dengan Allah SWT maupun hubungan dengan sesama manusia. Kegiatan yang dilakukan oleh sesama manusia diatur sedemikian rupa hingga oleh Islam terutama dalam hal ekonomi dan bisnis. Bisnis merupakan salah satu item yang bisa membuat manusia saling berselisih. Karena itulah Islam memberikan pedoman untuk para umatnya dalam melakukan kegiatan bisnis yang baik. Melakukan kegiatan bisnis dengan cara yang baik dan benar dalam Islam sangat penting. Selain berimplikasi dalam hubungan dengan manusia juga berpengaruh terhadap hubungan manusia dengan Allah SWT. Kelihatannya memang sepele namun kalau dicermati dengan seksama maka akan didapatkan efek yang sangat besar dalam kegiatan bisnis. Apalagi kalau dalam jangka panjang akan sangat terlihat efeknya, kalau jangka pendek masih belum. Oleh karena itulah umat Muslim harus melakukan pedoman bisnis dengan benar agar mendapatkan berkah dalam bisnisnya juga dalam ibadahnya kepada Allah SWT.

“Jiwa seseorang yang jujur itu di dalamnya terdapat komponen nilai ruhani yang memantulkan berbagai sikap yang selalu mengandung kebenaran dan suatu dikap yang terpuji secara moral.”[21] Kejujuran merupakan nilai utama yang harus dilakukan oleh pelaku usaha. Allah SWT sangat menyukai orang-orang jujur. Sifat langka yang nyaris hilang dalam sebuah usaha adalah kejujuran. Kejujuran dalam perniagaan menjadi sesuatu yang sangat asing. Islam sangat menganjurkan untuk melakukan kegiatan usaha dengan kejujuran sekalipun berat. Allah SWT sangat menyukai usaha yang dilakukan dengan jujur dan sangat membenci orang yang tidak jujur dalam melakukan usaha. Keberkahan atas usaha yang jujur akan mendatangkan suatu keridloan Allah SWT. Selain mendapatkan keberkahan juga mendapatkan tambahan pelanggan. Sedangkan apabila pedagang yang curang maka tidak akan mendapatkan keberkahan dan akan mengurangi pelanggan.

Islam melakukan perlindungan hukum konsumen finance technology melalui nilai kejujuran. Karena Indonesia belum menerapkan hukum Islam maka Islam hanya sekedar sebagai pedoman bagi pelaku usaha Muslim yang melakukan usaha. Apabila seseorang menerapkan hukum agama secara keseseluruhan maka ia akan tahu cara menempatkan diri dengan baik dalam usahanya. Sifat amanah sangat berkaitan dengan sifat kejujuran. Amanah merupakan refleksi dari sebuah tindakan kejujuran yang dilakukan oleh manusia. “Sifat amanah seseorang didapatkan dari adanya pendidikan syariah yang diperoleh, kalau seseorang mendapatkan pendidikan syariah maka ia akan selalu berlaku amana saat diberikan titipan”.[22]

Perlindungan hukum konsumen finance technology selanjutnya adalah dalam prinsip amanah. Dengan adanya prinsip amanah diharapkan baik pelaku usaha ataupun konsumen sama-sama saling menjaga kepercayan dan tidak berbohong satu sama lain. Sehingga bisa terwujud suatu bentuk kerja sama yang bagus dan saling menguntungkan tanpa adanya pikiran untuk saling merugikan satu sama lain. Amanah adalah salah satu sifat nubuwwah. Amanah akan melahirkan jiwa professional yang prestatif. Tidak akan ada distorsi baik pihak konsumen ataupun produsen. Dan pemerintah menyediakan kepengawasan dalam hal interaksi antar natizennya. Amanah akan membentuk iklim ekonomi dan persaingan yang sehat.

(7)

technology selanjutnya adalah melalui prinsip keadilan. Allah SWT menganjurkan dalam melakukan usaha harus dengan adil sehingga tidak akan merugikan konsumen. Begitu juga pelaku usaha juga tidak akan dirugikan oleh konsumen akibat konsumen tidak melakukan kewajibannya.

Konsep adanya finance technology yang ada di Indonesia harus bisa mengimplementasikan nilai-nilai maqashid syariah. Hal ini bisa diimplementasikan melalui adanya manajemen operasional dari pengelolaan finance technology. Prinsip yang harus diemban dalam kegiatan yang dijalankan dalam finance technology antara lain adalah harus bisa menciptakan kesejahteraan (falah) serta bisa saling membantu dalam kebaikan bagi para pelakunya. Lebih utamanya peran finance technology harus bisa memberikan kemalahatan bersama bagi seluruh umat Islam.[24] Implementasi dari maqashid syariah memang harus diterapkan dalam segala praktek perekonomian yang dijalankan oleh manusia. Nilai-nilai maqashid syariah telah mencakup berbagai aspek yang ada dalam kehidupan manusia.

Penggunaan konsep maqashid syariah mencakup mengenai pemeliharaan dan pengayaan agama, diri, akal, keturunan dan harta telah menjadi fokus utama manusia dalam menjalankan kehidupannya selama di dunia. Kelima aspek di atas telah menjadi perhatian utama bagi keseluruhan manusia yang ada di dunia terutama umat Islam. Agama menempati tempat paling utama sebagai aspek yang menjadi pengayaan dan pemeliharaan dibandingkan keempat aspek lainnya. Akan tetapi keempat aspek lainnya tidak boleh diabaikan juga, melainkan harus juga diperhatikan, dipelihara dan dijadikan sebagai landasan dalam ekonomi.[25] Inilah yang membedakan antara ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional, dimana ekonomi Islam menjadikan banyak landasan dalam pengambilan keputusan dalam masalah ekonomi.

Pertimbangan manusia dalam penentuan kebijakan ekonomi berdasarkan kelima maqashid syariah telah cukup untuk mencegah banyaknya kemudharatan baik dalam segi muamalah ataupun aspek moralitas. Konsep maqashid syariah apabila benar-benar diperlakukan dalam pemerintahan bisa membuat terciptanya kemaslahatan dalam kehidupan manusia dan berdampak luas dalam masyarakat majemuk.[26] Islam merupakan agama yang mencakup segala aspek dan bisa merangkul semua kalangan. Jika prinsip ekonomi Islam menurut Islam bisa dijalankan sepenuhnya maka bisa dipastikan bahwa sistem ekonomi yang sedang anda jalankan akan membawa anda pada sebuah kesejahteraan yang bersifat luas.

IV. Conclusion

Perlindungan hukum bagi konsumen finance technology di Indonesia mencakup hukum positif dan etika bisnis Islam. Filsafat hukum ekonomi berpengaruh dalam pengambilan kebijakan dalam bidang regulasi hukum positif untuk

menciptakan nilai yuridis normatif bagi keseluruhan pelaku finance technology dan juga konsumen yang terlibat dalam transaksi tersebut. Hukum positif yang mengatur tentang perlindungan hukum konsumen finance technology mencakup Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Persaingan Usaha, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan OJK Nomor 77/POJK.01/2016. Perlindungan hukum konsumen dalam UU Persaingan usaha membahas mengenai persaingan usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha tidak boleh sampai merugikan konsumen atau masyarakat. UU Perlindungan Konsumen mengatur masalah perlindungan hukum konsumen melalui adanya pemenuhan hak konsumen dan kewajiban pelaku usaha, jika merugikan konsumen maka pelaku usaha harus siap untuk memberikan ganti rugi. Sedangkan dalam POJK Nomor 77/POJK.01/2016 diatur mengenai bagaimana kriteria dari pelaku usaha finance technology, hal ini untuk menghindari adanya penyalahgunaan usaha dari pelaku usaha kepada konsumen. Etika bisnis Islam jika digunakan untuk menjadi pedoman penyelenggaran transaksi finance technology bisa menghasilkan suatu usaha yang bisa memberi manfaat bagi orang banyak. Setiap transaksi yang dilakukan dengan dasar etika bisnis Islam selalu mengedepankan perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan dan harta setiap manusia. Penerapan etika bisnis Islam dengan prinsip prinsip kejujuran, amanah dan keadilan dalam melakukan usaha bisa bernilai ibadah menuju kepada nilai nilai universal yakni transedental dan kesempurnaan akhlak, sekalipun prakteknya berinteraksi dengan sesama manusia.

References

[1] Rudianto, Sunarya, and Sulistiyah. Rancang Bangun Aplikasi Online Shop Bahan Baku Plastik Berbasis Web Pada Cv. Nadhifa Raya Tangerang." Jurnal Akrab Juara 3.2 (2018): 175-185, diakses melalui http://akrabjuara.com/tanggal 26 Mei 2018.

[2] Song Yee Leng, Ameen Talib dan Ardi Gunardi, “Financial Technologies: A Note on Mobile Payment, Jurnal Keuangan dan Perbankan, 22(1): 51–62, 2018, diakses melalui http://jurnal.unmer.ac.id/, 21 April 2018, 55.

[3] Marcin Kotarba, “New Factors Inducing Changes in the Retail Banking Customer Relationship Management (CRM) and Their Exploration by the Fintech Industry”, in Foundations of Management Journal, Vol. 8, 2016, accessed on http://www.degruyter.ac.id/, 21 April 2018, 75.

[4] Reena Agrawal, “Disruption in Banking in Emerging Market Economy: An Empirical Study of India”, Journal of Economic Analysis (2017, Vol. 50, No. 3-4, 20-31), accessed on http://www.doaj.org/ at 21 April 2018, 24.

[5] Adrian Teja, “Indonesian Fintech Business: New Innovations or Foster and Collaborate in Business Ecosystem?”, in the The Asian Journal of Technology Management Journal, Vol. 10, No. 1, 2017, accessed on http://journal.sbm.itb.ac.id/, 21 April 2018, 16.

(8)

the SEA: Practical Application of Science Journal, 2016, accessed on http://www.doaj.org/ at 21 April 2018, 382.

[8] Kholis, Nur. "Perbankan dalam Era Baru Digital." Economicus 9.1 (2018): 80-88. diakses pada www.ejournal.dewantara.ac.id pada tanggal 05 Juli 2018.

[9] Setyawati, I., Suroso, S., Suryanto, T., Nurjannah, S.D. 2017. Does Financial Performance of Islamic Banking is better? Panel Data Estimation. European Research Studies Journal, 20(2A), 592-606. [10] Immanuel Adhitya Wulanata Chrismantianto, “Analisis SWOT

Implementasi Teknologi Finansial Terhadap Kualitas Layanan Perbankan di Indonesia”, dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 20, No. 1, April 2017, diakses melalui http:// ejournal.uksw.edu / pada tanggal 21 April 2018, 134.

[11] Djawahir, Abdillah Ubaidi. "Teknologi-Layanan Keuangan, Literasi-Inklusi Keuangan, dan Value pada Fintech Syariah di Indonesia:

Perspektif SOR (Stimulus-Organism-Response)

Model." PROCEEDINGS: Annual Conference for Muslim Scholars.

No. Series 1. 2018. Diakses melalui

www.proceedings.kopertais4.or.id. pada tanggal 5 Juli 2018. [12] Basuki, Ferry Hendro, and Hartina Husein. "Analisis Swot Financial

Technology Pada Dunia Perbankan di Kota Ambon." Manajemen dan Bisnis 2.1 (2018). diakses melalui www.ojs.unpatti.ac.id pada tanggal 5 Juli 2018.

[13] Putra, I. Made Endra Wiartika, Gede Rasben Dantes, and I. Made Candiasa. "Model Pengukuran Tingkat Kepercayaan Pelanggan (Online Trust) Terhadap Situs E-Commerce (Studi Kasus pada Pelanggan E-Commerce di Provinsi Bali)." International Journal of Natural Science and Engineering 1.3 (2018): 100-109, diakses melalui website http://ejournal.undiksha.ac.id/ tanggal 23 Mei 2018. [14] Dwi Putra Syahrul Muharom, “Visualisasi Amsal Pada Metode

Pengajaran”, dalam JurnalAntologi Studi Islam, Seri 15, 2017, 33-34. [15] Hakim, Dhikrul, and Ahmad Nur Kholis. "Analisis Kompetensi dalam

Pembelajaran Mata Kuliah Alternatif Public Speaking di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Tahun 2017." Jurnal Pendidikan

Islam 1.2 (2018): 144-159., diakses melalui

http://journal.unipdu.ac.id/ pada tanggal 29 Mei 2018.

[16] Septi Wulan Sari, “Perkembangan dan Pemikiran Uang Dari Masa Ke Masa”, dalam An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah 3.1, (2016): 39-58.

[17] Yunianto, Catur, and Arie Purnomosidi. "Paradigma Transendental Perdagangan Bebas Dalam Perspektif Sistem Hukum Pancasila." Prosiding Seminar Nasional & Call for Papers Hukum Transendental, 2018 diakses tanggal 25 juni 2018 melalui http://www.publikasiilmiah.ums.ac.id/.

[18] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. [19] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

[20] Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. [21] Sono, Nanda Hidayan, Lukman Hakim, and Lusi Oktaviani, "Etos

Kerja Islam Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja," dalam UNEJ e-Proceeding (2018): 411-420, diakses melalui https://jurnal.unej.ac.id/ pada tanggal 3 Juni 2018.

[22] Rahma, Nadia, Rahmani Timorita Yulianti, and Hafiez Sofyani. "Perilaku Etis Individu Dalam Pelaporan Keuangan: Peran Pendidikan Berbasis Syariah dan Komitmen Religiusitas." dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam 6.1 (2018): 57-83, diakses melalui http://jurnal.sebi.ac.id/ pada tanggal 3 Juni 2018.

[23] Suripto, Teguh, and Abdullah Salam. "Analisa Penerapan Prinsip Syariah dalam Asuransi." JESI (Jurnal Ekonomi Syariah

Indonesia) 7.2 (2018): 128-137, diakses melalui

http://ejournal.almaata.ac.id/ pada tangal 03 Juni 2018.

[24] Ghulam, Zainil. "Implementasi Maqashid Syariah dalam Koperasi Syariah." Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam 5.1 (2016): 90-112. Diakses dihttp://ejournal.iaisyarifuddin.ac.id/pada tanggal 25 Juni 2018.

[25] Andriyaldi, Andriyaldi. "Prinsip Dasar Filosofi Ekonomi Islam Dalam Konteks Modern (Perspektif Maqashid Syariah)." Proceeding IAIN Batusangkar 1.1 (2018): 87-98. Diakses melalui websitehttp://ecampus.iainbatusangkar.ac.idpada tanggal 25 Juni 2018.

Referensi

Dokumen terkait

Dokumentasi adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu lalu. Dokumen sebagai acuan untuk peneliti dalam memahami objek

Informasi yang di berikan haruslah terkait dengan peristiwa, kejadian, fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada bursa atau keputusan yang akan di ambil investor

Dalam rangka membangun database Sistem Informasi dan Dokumentasi Hukum Badan Litbang Pertanian, beberapa elemen data yang diperoleh dari dokumen dan himpunan Undang-Undang/

Teknik pengumpulan data dalam penulisan ilmiah ini adalah metode dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen perusahaan yang dibutuhkan

Pendekatan konseptual (conceptual approach). Pendekatan ini dilakukan untuk mempelajari tentang konsep final dan mengikat atas suatu putusan dari pandangan para

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahany. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan

Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat, dimana

Dokumen tersebut berisi berbagai informasi dari setiap risiko yang teridentifikasi seperti peristiwa risiko, tingkat risiko, sifat risiko, komponen atau tahapan mana yang memiliki