• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Kompilasi Esai Kelompok Studi se UG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Buku Kompilasi Esai Kelompok Studi se UG"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6 Sambutan

Sekretaris Jenderal SCCF UGM 2016

Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarokatuh

Salam Sejahtera untuk kita semua

Alhamdulillahirobilalamin. Marilah senantiasa kita panjatkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan nikmatNya Kompilasi Esai Kelompok Studi se-UGM tahun 2016 ini dapat dihadirkan kepada para pembaca.

SCCF UGM merupakan komunitas kelompok studi se-Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berada di bawah naungan Sub Dit Kreativitas, Direktorat Kemahasiswaan Universitas Gadjah Mada (UGM). Komunitas yang resmi berdiri tanggal 18 Januari 2009 ini bertujuan untuk mewudukan wahana aktualisasi diri secara kolektif untuk mewadahi mahasiswa dalam pengembangan keilmuan dalam tataran teori dan praktik. Salah satu bentuk pegembangan keilmuan yang diwujudkan pada tahun 2016 adalah mendorong budaya menulis seluruh Kelompok Studi se-UGM.

Pramoedya Ananta Toer menuturkan bahwa orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Oleh karena itu, program-program menulis merupakan kegiatan yang harus ditumbuhkan kelompok studi kepada setiap anggotanya. Melalui Kompilasi Esai ini SCCF UGM hadir sebagai wahana bagi setiap kelompok studi di UGM untuk menyalurkan gagasannya secara tertulis dengan tema “Menggapai

Indonesia Berdaulat dari Berbagai Perspektif Bidang Ilmu”. Tema tersebut

digagas pada forum pertemuan Departemen Pengkajian dan Penelitian Kelompok Studi se-UGM. Gagasan tersebut muncul sebagai bentuk kepedulian kelompok studi se-UGM pada konsep Indonesia yang berdaulat dari berbagai aspek yang bisa ditinjau dari berbagai perspektif keilmuan. Setelah dialakukan proses seleksi, terpilihlah 17 esai yang mewakili Kelompok Studi se-UGM dalam memparkan konsep Indonesia Berdaulat dari berbagai sudut pandang keilmuan.

(3)

3 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

mampu meningkatkan karya dari Sinergi Kelompok Studi se-UGM. Kami juga berharap para pembaca mampu menggali sebanyak-banyaknya manfaat dari hadirnya Kompilasi Esai Kelompok Studi se-UGM tahun 2016.

Salam KPK (Kompeten, Profesional, Kontributif) Wassalamu‘alaykum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 13 Desember 2016

(4)

4 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6 DAFTAR ISI

Sambutan ... 2 Sekretaris Jenderal SCCF UGM 2016

FORCOW FERTGROW : Suplemen Pakan Ternak Instan Peningkat Fertilitas Sapi Berbahan Kompleks Simplisia Tanaman ObatBerfortifikasi Demi Terwujudnya Swasembada Sapi Nasional ... 7

Rifqi Dhiemas Aji, Peternakan 2013

Forum Studi Mahasiswa Peternakan (Fosmapet) Fapet UGM

Identifikasi Material Organik di Perairan Estuari Berbasis Penginderaan Jauh untuk Penentuan Lokasi Potensial Pengembangan Benthic Microbial Fuel Cell

(Bmfc) sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Energi Listrik Baru Terbarukan di Indonesia ... 13

Wahyu Nurbandi, Kartografi dan Penginderaan Jauh 2014 Unit Penalaran Ilmiah Interdisipliner (UPII) UGM

Institusionalisasi Kelompok Tani (Usaha Pelembagaan Kelompok Tani Berbasis Kearifan Lokal Untuk Mendukung Kontinuitas dan Kemandirian Pertanian di Kabupaten Sleman, DIY) ... 19

Anggalih Bayu Muh. Kamim, Politik dan Pemerintahan 2015 Intelektual Muda Fisipol (IMF) Fisipol UGM

Membangun Indonesia yang Berdaulat melalui Kemandirian Sektor Maritim ... 26 M. Toha Tulus Dharmawan, Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian 2016 Gama Cendekia (GC) UGM

Menggapai Indonesia Berdaulat dalam Perspektif Ilmu Kesehatan... 31 Aulia Ayub, Kedokteran Gigi 2014

Denta Paramitha (Depa) FKG UGM

Menuju Indonesia Mandiri Melalui Penguatan Modal Sosial ... 36 Tejaningrum, Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan 2016

Unit Penalaran Ilmiah Interdisipliner (UPII) UGM

Mimpi Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia Hingga Daerah

Pelosok dalam Wadah Mega Proyek Pasokan Listrik 35000 Watt ... 40 Dani Natanael, Teknik Elektro 2015

Cendekia Teknika FT UGM

Pendidikan Karakter Ilmiah Berbasis Konsep Hasta Brata pada Perguruan Tinggi untuk Menciptakan Generasi Muda Berkualitas di Era MEA ... 47

(5)

5 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

Pendidikan Multikulturalisme: Solusi dalam Menghadapi Permasalahan

Keragaman di Indonesia ... 53 Selma Andana, D3 Bahasa Inggris 2016

Unit Penalaran Ilmiah Interdisipliner (UPII) UGM

Peningkatan Kualitas Keilmuan pada Masa Bonus Demografi Indonesia ... 57 Fathimatush Sholihah, Ilmu Hukum 2013

Islamic Law Forum (ILF) FH UGM

Pentingnya Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Menghadapi Bencana

sebagai Upaya Menggapai Kedaulatan Indonesia (Studi Kasus Wilayah Terdampak Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010) ... 62

Noviyanti Listyaningrum, Geografi Lingkungan 2014

Geography Study Club (GSC)FGE UGM

Penyu? Indonesia Mampu Berdaulat melalui Upaya Konservasi Penyu ... 66 Elpri Eka Permadi, Biologi 2013

Kelompok Studi Herpetologi (KSH) Biologi UGM

PERAN STRATEGIS DOKTER HEWAN INDONESIA DALAM MENGUSUNG

KESEJAHTERAAN BANGSA ... 71 Iqbal Fathurahman, Kedokteran Hewan 2013

Himpunan Studi Ternak Produktif (HSTP) FKH UGM

Perwujudan Organisasi Mahasiswa se-ASEAN di bidang Sains dan Teknologi sebagai Wadah Indonesia untuk Berperan Aktif dalam Komunitas ASEAN tahun 2020 ... 78

Muhammad Faidzdiya Ul Haq Kharisma, Kimia 2013 Lingkar Studi Sains (LSiS) FMIPA UGM

Raden Bima (Rain Detection By Windmill): Solusi Inovatif Menghadapi Perubahan Cuaca Sebagai Upaya Mewujudkan Ketahanan Pangan Indonesia ... 84

Ahmad Fajar Maulana, Teknik Pertanian dan Biosistem 2016

Agritech Study Club (ASC) FTP UGM

Sehat Mental dan Islam: Upaya di antara keduanya ... 89 Ananda Sevma Ardyaksa, Psikologi 2013Islamic Psychology Learning

Forum (IPLF) Psikologi UGM ... 89 Sistem Pertanian Bawah Tanah : Solusi Kreatif Mengatasi Krisis Lahan Pertanian Indonesia dan Mengembalikan Citra Swasembada Pangan ... 93

(6)

6 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

Halaman ini sengaja

(7)

7 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6 FORCOW FERTGROW : Suplemen Pakan Ternak Instan Peningkat

Fertilitas Sapi Berbahan Kompleks Simplisia Tanaman Obat Berfortifikasi Demi Terwujudnya

Swasembada Sapi Nasional

Rifqi Dhiemas Aji, Peternakan 2013

Forum Studi Mahasiswa Peternakan (Fosmapet) Fapet UGM

MEA atau Masyarakat Ekonomi Asean telah resmi berlaku pada tahun 2016. MEA bisa menjadi tantangan dan ancaman bagi Indonesia bila tak ada kesiapan produk lokal nasional untuk bersaing di dalam dinamikanya, termasuk produk pertanian dan peternakan yang berupa daging sapi. Salah satu program yang dilakukan adalah perbaikan varietas, fertilitas, dan produktivitas ternak melalui inseminasi buatan (IB) menggunakan sapi pedaging unggul.

Pemanfaatan tanaman obat untuk tujuan peningkatan fertilitas pada manusia telah lama dikenal, tetapi belum banyak dilakukan pada ternak. Di China, tanaman obat sudah lama digunakan oleh peternak sebagai feed additive

yang secara nyata dapat menurunkan pengaruh infeksi dan meningkatkan immunitas ternak, tetapi potensi tanaman obat untuk meningkatkan fertilitas pada ternak belum banyak diketahui. Dengan kompleksitas konsepnya, gagasan ini diharapkan dapat berintegrasi dengan konsep pendukung lainnya sehingga diperoleh manfaat menyeluruh yaitu meningkatnya daya saing produk lokal pertanian dan peternakan, terutama komoditas tanaman obat asli Indonesia dan daging sapi berkualitas, tercapainya perbaikan varietas, fertilitas, dan produktivitas sapi Indonesia, terciptanya produk inovatif yang terjamin keberlanjutan suplainya dan mudah didiseminasikan di tingkat masyarakat pengguna teknologi dan swasembada daging sapi nasional untuk mendukung daya saing Indonesia di pasar global MEA 2016.

(8)

8 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

diperlukan perbaikan fertilitas pada sapi betina dengan kesuburan kandungannya. Pemanfaatan tanaman obat yang dicampur dengan rumput kebar, jeriwit, banta, dan bura-bura selain bermanfaat sebagai pakan juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan sekaligus dapat memperbaiki tingkat fertilitas sapi betina.

Produk suplemen instan untuk pakan sapi dan keberlanjutan suplai suplemen pakan instan sepanjang tahun, dapat menginisiasi pertumbuhan sapi yang optimal, fertil, perbaikan varietas sapi, persentase kesuksesan IB yang meningkat, dan peningkatan produktivitas daging sehingga dapat mendukung tercapainya program swasembada daging sapi (PSDS) nasional untuk peningkatan daya saing produk lokal Indonesia dalam dinamika perdagangan global MEA 2016.

Serangkaian studi dari tanaman obat membuktikan bahwa Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan hayati tumbuhan obat yang besar dan warisan budaya dalam pemanfaatan tanaman obat sebagai jamu, termasuk jamu ternak untuk sapi. Ramuan tanaman obat ini memiliki peluang yang sangat besar untuk mendukung program swasembada daging sapi, diantaranya melalui jamu ternak yang dapat meningkatkan kesehatan, produktivitas daging dan memperbaiki fertilitas sapi untuk mendukung program inseminasi buatan (IB).

Menurut hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (2011), temulawak, temu ireng, lengkuas, sambiloto, cabe jawa dan purwoceng dapat dibuat empat formula jamu ternak yang terbukti dapat meningkatkan kualitas semen sapi jantan (konsentrasi semen, motilitas semen, jumlah semen hidup) dan tidak berpengaruh negatif terhadap bobot badan sapi. Formula jamu mempengaruri motilitas (aktivitas semen) setelah pemberian selama 3 minggu dari status kurang aktif meningkat menjadi aktif yaitu motilitas bernilai 70%. Persentase semen hidup dan konsentrasi semen juga meningkat, sehingga ada perbaikan kualitas semen, dan secara nyata pada pengamatan minggu kelima.

(9)

9 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

Demikian juga pengaruhnya cukup konsisten terhadap peningkatan kualitas semen.

Untuk produksi suplemen tersebut secara massal, bahan tanaman obat dibuat simplisia kering, diekstrak, dibuat serbuk instan. Keunggulan dibuat instan adalah dari segi kepraktisannya, mempermudah dalam transportasi dan distribusi, awet (daya simpan hingga 6 bulan) sehingga terjamin keberlanjutan suplainya sepanjang tahun. Cara penggunaannya adalah dengan dicampurkan di pakan ternak. Indikator keberhasilan aplikasi ditandai dengan indikator berikut:

a. Sapi Jantan : pertumbuhan sapi (bobot badan), tampilan fisik (visual),

kualitas dan kuantitas semen.

b. Sapi Betina : pertumbuhan sapi (bobot badan), tampilan fisik (visual),

kecepatan birahi, tingkat kebuntingan. Kesimpulan

1) Suplemen pakan ternak instan berbahan simplisia tanaman obat berfortifikasi dapat diaplikasikan untuk perbaikan varietas, fertilitas, dan produktivitas sapi sehingga dapat meningkatkan daya saing produk lokal pertanian dan peternakan, terutama komoditas tanaman obat asli Indonesia dan daging sapi berkualitas;

2) Produk ini dapat menginisiasi pengembangan produk inovatif yang terjamin keberlanjutan suplainya dan mudah didiseminasikan di tingkat masyarakat pengguna teknologi untuk mendukung program swasembada daging sapi nasional guna kesiapan daya saing Indonesia di pasar global MEA 2016.

Saran

3) Perlu integrasi stakeholder terkait dalam proses manajemen ketersediaan bahan baku yang berkualitas, produksi suplemen, dan jaringan distribusinya.

4) Pencapaian swasembada daging sapi dan kesiapan daya saing di pasar global MEA tidak hanya berakar dari proses inovasi ini, melainkan integrasi bidang lain yang terkait sehingga perlu integrasi dan komunikasi antarbidang tersebut agar capaian terwujud

(10)

10 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

Januwati, M, Much. Yusron, B.S. Sembiring, Lukman A. dan Dian Ratnawati. 2010.Formula jamu ternak (formula jamu ternak (xanthorrizol, mycene, limonen) untuk meningkatkan fertilitas sapi (>30%). Laporan Akhir Penelitian APBN. Tidak Dipublikasi.

Januwati M., B. Sofianna, M. Yusron, Mariyono, L. Affandhy, D. Ratnawati, dan B. Suryanto. 2011. Formula Jamu Ternak Peningkat Fertilitas Sapi Jantan. Laporan Teknis Penelitian Tahun Anggaran 2011 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. BALITTRO, Bogor.

Lampiran:

(11)
(12)
(13)

13 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6 Identifikasi Material Organik di Perairan Estuari Berbasis

Penginderaan Jauh untuk Penentuan Lokasi Potensial Pengembangan Benthic Microbial Fuel Cell (Bmfc) sebagai Upaya

Pemenuhan Kebutuhan Energi Listrik Baru Terbarukan di Indonesia

Wahyu Nurbandi, Kartografi dan Penginderaan Jauh 2014 Unit Penalaran Ilmiah Interdisipliner (UPII) UGM

Ketersediaan energi merupakan suatu permasalahan penting, dimana permintaan energi semakin meningkat seiring dengan jumlah populasi manusia yang semakin naik. Sumber cadangan minyak dunia yang semakin berkurang serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil yang tidak ramah lingkungan mendorong setiap negara untuk mengembangkan energi terbarukan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Di Indonesia, kebutuhan energi semakin meningkat, dimana pada tahun 2025 diperkirakan total kebutuhan energi akan naik menjadi 2,41 miliar SBM (setara barel minyak) atau meningkat 84 persen dari total kebutuhan energi nasional pada tahun 2013 yang mencapai 1,31 SBM (Kusuma, 2015). Energi listrik menjadi salah satu bentuk energi yang jumlah permintaannya semakin meningkat sehingga perlu adanya usaha agar ketersediaan energi listrik tetap terjaga, salah satunya dengan mengembangkan energi listrik terbarukan di Indonesia.

Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan teknologi yang dapat menghasilkan

energi listrik melalui proses degradasi bahan organik oleh mikroorganisme dengan reaksi katalitik atau melalui mekanisme sistem bioelektrokimia dari mikroorganisme. Berbagai mikroorganisme berperan dalam MFC, dimulai dari yang bersifat aerob, anaerob fakultatif, maupun anaerob obligat (Kim et al., 2006). Kelebihan MFC diantaranya memilki tingkat efisiensi yang tinggi, kondisi operasi yang lunak, tidak dibutuhkannya energi input dan dapat diaplikasikan pada berbagai tempat.

Benthic Microbial Fuel Cell (BMFC) merupakan pengembangan dari MFC

(14)

14 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

termasuk mikroba elektrogenik yang dibutuhkan dalam sistem MFC, serta kumpulan gula maupun nutien lain yang terakumulasi sebagai hasil adanya aktivtas mikroba dan pengurai. Penelitian sebelumnya oleh Guzman et al. (2010) menunjukkan bahwa mikroba aerobik yang berada pada ketinggian beberapa centimeter dari dasar perairan sebanding dengan material Proton Exchange

Membran (PEM) dalam sistem MFC yang dapat menghasilkan energi listrik

sebesar 0.4 V vs.SHE. Pemisahan okseigen pada perairan secara umum dapat menjaga fungsi katoda secara semestinya pada kedalaman yang ekstrim, dimana pada kedalaman 950 meter dapat menghasilkan daya listrik sebesar 0.4 V vs.SHE.

Estuari merupakan suatu komponen ekosisten peisisir yang dikenal sangat produktif dimana bentukan masa air yang semi tertutup, berhubungan langsung dengan laut lepas, dipengaruhi oleh efek pasang-surut, serta masa airnya merupakan campuran dari air laut dan air tawar. Esturai merupakan bentukan badan air yang sanagt khas baik dari sisi morfologi, fisis maupun sebagai suatu sistrem secara keseluruhan. Lingkungan estuari termasuk dalam kategori ekosistem produktif alamiah (Naturally Productive Ecosystem) yang setara dengan tingkat produktivitas hutan hujan primer dan terumbu karang. Ciri tingginya produktifitas tersebut diantaranya sebagai penangkap nutrien, peneydiaan produsen sepanjang tahun, dan amplitudo pasang suurt yang besar. Tingginya organisme pada estuari, menyebabkan keterdapatan sedimen oraganik yang tinggi pula dimana dalam Rositasari dan Rahayu (1994) menyebutkan bahwa komponen organisme metroplanktonik mendominasi perairan estuari, adanya formasi dalam sedimen yang terdiri atas bahan organik detritus, cepatnya siklus nutrien oleh biota bentik, serta tingginya pengembalian nutiren dari sedimen perairan dalam melalui aktivitas mikroba.

(15)

15 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

fenomena yang memanfaatkan teknologi penginderaan jauh dapat dilakukan dengan citra tersebut.

Hyperion merupakan salah satu sensor hyperspektral pada wahana satelit EO-1. Sensor tersebut menggunakan gelombang infrared dekat VNIR dengan 70 band dan infrared pendek SWIR dengan 172 band, sehingga keseluruhan menggunakan 242 band. Citra Hyperion dapat digunakan sebagai sarana untuk mengestimasi total material tersuspensi/ total suspended matter

(TSM) khususnya material organik di perairan, baik dari sisi konsentarsi maupun variasi penyusunnya (Brando et al., 2013). Material organik teruspensi tersebut diantaranya berupa klorofil (CHL), sedimen organik (CDOM), dan tripton (TR). Identifikasi material organik menjadi penting ketika dikaitkan dengan pengembangan sistem BFMC. Adanya material sedimen menjadi bahan utama dalam pembangunan BMFC, dimana material organik tersebut menjadi sarana atau medium bagi aktivitas mikroorganisme yang mampu menghasilkan energi listrik. Keberadaan sedimen organik sangat berkiatan dengan kondisi lingkungan ekosistem perairan, dimana sedimen organik yang tinggi sebanding dengan jumlah vegetasi perairan serta tripton yang tinggu pula. Sedimen organik tersebut tak lain berasal dari sisa-sisa pembusukan organisme perairan tersebut. Teknologi BMFC menjadikan sedimen organik sebagai media utama dalam menghasilkan energi listrik.

Citra Hyperion sebelum diekstraksi informasi material organiknya, terlehih dahulu dilakukan koreksi citra, yaitu koreksi atmosfer. Koreksi ini penting karena terkait dengan warna (radiometrik) yang dihasilkan dari penginderaan jauh di wilayah perairan. Asumsi dari nilai keabuan piksel dimana nilai radiansi air jernih pada infrared dekat diabaikan, sehingga material aeorosl pada band yang digunakan menjadi faktor dalam koreksi atmosfer dimana material aerosol dianggap sebagai faktor pengganggu dalam ketidaksesuaian terhadap pancaran gelombang (Gordon, 1994). Algoritma untuk melakukan koreksi atmosfer pada citra Hyperion berdasarkan penelitian Liu (2010) adalah sebagai berikut.

La (λs) = 1.4668 x La (λ1); Lw (λs) = 1.8997 x Lw (λ1)

(16)

16 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

terkoreksi dimana kondisi citra yang akan dianalisis telah mendekati kondisi ideal. Asumsi yang terhadap citra yang terkoreksi yaitu perekaman yang dilakukan di wilayah perairan tidak terganggu oleh adanya material aerosol yang ada di atmosfer sehingga gelombang mampu menembus dengan baik.

Citra yang telah terkoreksi selanjutnya diidentifikasi informasi yang dibutuhkan, yaitu informasi CDOM sebagai informasi utama, CHL, dan TR. CDOM yang merupakan informasi jumlah estimasi sedimen organik menjadi informasi utama, sebab dalam teknologi BMFC CDOM memilki pernan paling penting yaitu sebagai media untuk menghasilkan energi listrik. Informasi CHL dan TR menjadi informasi tambahan dimana korelasi CHR dan TR biasanya sebanding dengan CDOM. Informasi besarnya sedimentasi material organik di perairan dapat diperoleh dengan menggunakan algoritma dimana citra yang digunakan merupakan hasil dari rekaman sensor VNIR saja. Algoritma yang digunakan yaitu :

αCDOM(λ)= CDOM . α*CDOM(λ0)exp(-S (λ- λ0))

yang merupakan hasil estimasi dari regresi linear terhadap jumlah gelombang

yang diserap dimana λ0= 440 nm; CDOM = αCDOMpada 440 nm, α*CDOM = 1, dan S = -0.0156 berdasarkan hasil penelitian (Roesler et al. , 1989). Informasi TR diperoleh dengan melakukan perhitungan menggunakan algoritma sebagai berikut.

αTR (λ)= TR .α*TR (λ0)exp(-S (λ- λ0))

dimana λ0 = 550 nm; α*TR (550) = 0.0187; dan S = -0.0046. Identifikasi nilai CHL diestimasikan menggunakan metode EHMP. Informasi CHL sebanding dengan keberadaan alga dan pitoplankton yang terdapat pada perairan, dimana berdasrakan penelitian Liu (2010) komponen alga di perairan estuari pada analisis citra memilki nilai konsentrasi yang sangat rendah, sehingga komponen CHL diestimasikan bahwa 1 µg.L-1 = 0.07 mg.L-1TSS.

(17)

17 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

software sistem informasi geografis. Sedimentasi bahan organik merupakan variabel utama dalam pengembangan BMFC, sehingga dalam proses overlay nilai CDOM memilki bobot yang paling tinggi dibandingkan nilai TR dan CHL. Hasil overlay tersebut menghasilkan peta yang menunjukkan wilayah potensial pengembangan BMFC, dimana hasil overlay tersebut diklasifikasikan untuk memudahkan dalam proses identifikasi wilayah yang potensial. Klasifikasi wilayah tersebut misalnya wilayah yang sangat potensial, potensial, dan tidak potensial. Proses tersebut dapat dilakuakn menggunakan sistem informasi geografis. Hasil akhir dari analisis citra Hyperion tersebut berupa peta wilayah perairan estuari yang menunjukkan delineasi wilayah berupa informasi tingkat potensi untuk dikembangkan sistem energi listrik BMFC. Validasi hasil analisis dapat dilakukan dengan melakukan uji di lapangan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penginderaan jauh merupakan metode yang efisien dalam mendelineasi wilayah potensial untuk pengembangan sistem energi litrik BMFC di perairan estuari. Jumlah sedimentasi material organik menjadi informasi utama yang diperkuat dengan informasi tambahan berupa konsentrasi tropin dan klorofil. Adanya peta yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi langkah baru dalam mengembangkan BMFC di Indonesia, sehingga setiap wilayah di Indonesia dapat terpenuhi kebutuhan energi listriknya, terutama dengan pemanfaatan sumberdaya estuari di suatu wilayah.

Referensi:

Gordon, H. R., Wang,M. H. 1994. Retrieval Of Water-Leaving Radiance and Aerosol Optical Thickness Over The Oceans with SeaWIFS: a preliminary algorithm. Applied Optics. 33(3): 443.

Guzman, Juan J., Cooke, Keegan G., Gay, Marcus O. 2010. Benthic Microbial Fuel Cells : Long-Term Power Sources for Wireless Marine Sensor Networks.

Published in Proceedings : SPIE Defense, Security, and Sensing.

(18)

18 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

Kusuma, Hendra. 2015. Waspadai Krisis, Kebutuhan Energi Nasional 2025 Capai

2,41 Bbod. [Online] Okezone.com diakses pada tanggal 30 Desember 2015

pukul 15.00 WIB.

Lillesand, Thomas M. & Kiefer, Ralph W. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi

Citra (Diterjemahkan oleh Dulbahri, Suharsono, Hartono, dan Suharyadi).

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Liu, D Z. 2010. Atmospheric Correction of Hyperion Data over Case Water in the Pearl River Estuary Supporting by MODIS. Ph.D. Dissertation, South China Sea Institute of Oceanology, Chinese Academy of Sciences.

Roesler, C. S., Perry, M. J., Carder, K. L. 1989. Modeling in situ phytoplankton absorption from total absorption spectra in productive inland marine waters. Limnol. Oceanogr. 34 : 1510.

(19)

19 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6 Institusionalisasi Kelompok Tani

(Usaha Pelembagaan Kelompok Tani Berbasis Kearifan Lokal Untuk Mendukung Kontinuitas dan Kemandirian Pertanian di

Kabupaten Sleman, DIY)

Anggalih Bayu Muh. Kamim, Politik dan Pemerintahan 2015 Intelektual Muda Fisipol (IMF) Fisipol UGM

Kabupaten Sleman yang terletak di lereng Gunung Merapi merupakan lumbung padi provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi tanah yang subur serta diikuti dengan tata air yang cukup mendukung produktifitas pertanian di Kabupaten Sleman. Pertanian telah menjadi sumber utama mata pencaharian penduduk. Pertanian telah membentuk konstruksi sosial yang kuat dalam masyarakat Kabupaten Sleman. Masalah pertanian telah menimbulkan adanya ikatan antara penduduk Kabupaten Sleman dengan Tanah. Kepemilikan tanah dan proses produksi pertanian menjadi faktor bagi peningkatan taraf hidup masyarakat. Sebagai masyarakat agraris, penduduk Kabupaten Sleman terbiasa menjalankan proses produksi pertanian secara gotong royong dengan sistem bagi hasil.1 Sistem bagi hasil adalah suatu bentuk ikatan ekonomi-sosial di mana si pemilik tanah menyerahkan tanahnya untuk digarap orang lain ( penyakap ) dengan persyaratan-persyaratan yang disetujui bersama. Persyaratan itu umumnya mengenai beban dan risiko yang ditanggung bersama serta mengenai besarnya bagian yang diterima masing-masing pihak. Sistem bagi hasil seperti ini boleh dikatakan bersifat mendunia, tidak hanya di daerah-daerah tradisional, bahkan dilaksanakan di negara maju.2

Sistem bagi hasil dalam pertanian dapat dikatakan sebagai simbiosis mutualisme antara pemilik tanah dan petani penggarap. Di satu sisi pemilik tanah dapat menjadikan tanahnya menjadi produktif, di sisi lain memberikan lapangan pekerjaan kepada petani penggarap. Hubungan antara pemilik tanah dan petani penggarap tersebut juga dapat dikatakan sebagai kearifan lokal yang perlu

1Ina E. Slamet. “ Soal Tanah.” Sajogyo dan Pudjiwati Sajogyo. Ed. Sosiologi Pedesaan Kumpulan

Bacaan ( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013 ), hlm 150-157.

2

(20)

20 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

dilestarikan. Sebagai sebuah kearifan lokal, hubungan antara pemilik tanah dan petani penggarap tersebut menjadi cultural identity serta local genius bagi masyarakat Kabupaten Sleman.3 Hubungan tersebut terus berusaha dipertahankan demi kelangsungan hidup masyarakat setempat. Hubungan petani penggarap dan pemilik tanah sebagai local genius memiliki potensi untuk menjadi unsur budaya potensial. Local Genius sebagai unsur budaya potensial memiliki kemungkinan untuk bertahan dalam perkembangan zaman, hal ini karena didukung oleh beberapa kemampuan yaitu ; kemampuan bertahan terhadap budaya asing, kemampuan mengakomodasi budaya asing, kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli, dan kemampuan memberikan arah pada perkembangan budaya.4

Namun kini hubungan menguntungkan antara petani penggarap dan pemilik tanah tersebut terancam. Pesatnya pembangunan dan meningkatnya kebutuhan pemukiman di Kabupaten Sleman menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Berdasarkan data dari Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah Kabupaten Sleman angka alih fungsi lahan pertanian telah mencapai 80 hektar per tahun. Kondisi ini tentunya sangat berpengaruh terhadap mata pencaharian masyarakat Kabupaten Sleman dan mengingat posisi Kabupaten Sleman sebagai penghasil padi sebesar 60 % bagi provinsi DIY.5 Banyak dari pemilik lahan yang beralih menjadi petani gurem ( petani lahan sempit ) seiring dengan derasnya alih fungsi lahan pertanian. Luas garapan rata-rata adalah 3110,9 m2. Hanya 1 orang petani (3,1%) yang menjadi petani penggarap karena tidak memiliki lahan garapan berupa lahan sendiri maupun menyewa lahan garapan. Luas lahan garapan petani bervariasi dari seluas 600 m2 sampai dengan 1 hektar lahan garapan; dengan rincian 50% petani dengan lahan sawah seluas kurang dari 2700 m2; 37,5% dengan lahan antara 3198-4700 m2., dan sisanya 12,5% dengan luas lahan 5000-10000 m2.

3

Ayatrohadie, Kepribadian Budaya Bangsa ( Jakarta : Pustaka Jaya, 1986), hlm 18-19.

4

Ibied., hlm 40-41.

5Kusdiyanto Koestidjo, “ Sleman Kendalikan Alih Fungsi Lahan,”

(21)

21 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

Padahal dalam skala nasional telah diterbitkan berbagai regulasi untuk mengatasi masalah alih fungsi lahan pertanian beberapa di antaranya adalah ; Undang-undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan. Namun dalam tingkat daerah, kontroversi justru muncul di mana regulasi dalam tingkat Kabupaten Sleman justru memungkinkan adanya alih fungsi lahan pertanian yaitu Peraturan Daerah Nomor 19 tahun 2001 tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah di Kabupaten Sleman. Di mana di dalam perda tersebut terdapat adanya kemungkinan untuk diberikan kemudahan mengubah peruntukan lahan. Tentunya hal tersebut sangat mengancam keberlangsungan pertanian di Kabupaten Sleman. Apalagi mengingat sebagian besar petani di Kabupaten Sleman adalah petani gurem yang notabene-nya memiliki lahan sempit.

Di Provinsi D.I. Yogyakarta terdapat 471.563 RTP (Rumah Tangga Pertanian) dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak 1.753.786 jiwa. Jumlah RTP Petani Gurem (berlahan sempit) ada 80,29 % ( 377.905 RTP dengan anggota sebanyak 1.405.807 jiwa). Rata-rata luas lahan yang dikuasai oleh RTP sebesar 792,31 m2 sawah dan 2.010,56 m2 bukan sawah, rata penguasaan lahan oleh RTP di Provinsi D.I.Yogyakarta sangat sempit bila dibandingkan dengan tingkat nasional yang setiap RTP menguasai 2.019,67 m2 sawah dan 4.968,02 m2 bukan sawah. Sempitnya lahan sawah yang dikuasai oleh petani, seringkali menyebabkan produktivitas pertanian menjadi rendah . Dengan demikian berkelompok merupakan alternatif untuk mengatasi inefisiensi dalam usaha tani.6

Kelompok tani menjadi pilihan bagi upaya menyelamatkan produktivitas pertanian dan mata pencaharian utama masyarakat Kabupaten Sleman. Jika selama ini, petani melakukan proses produksi secara mandiri di mana hasilnya kurang maksimal seiring dengan semakin sempitnya lahan pertanian. Maka

6Sunarru Samsi Hariadi, “ Kelompok Tani sebagai Basis Ketahanan Pangan.”

(22)

22 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

dengan adanya kelompok tani diharapkan petani-petani akan terorganisasi dengan baik sehingga bisa bersama-sama meningkatkan produktivitas pertanian. Kelompok tani juga menghidupkan kembali semangat gotong royong dalam diri petani, yang sebelumnya diwujudkan dalam sistem bagi hasil namun tergerus oleh arus pembangunan. Kelompok tani menjadi alat bagi petani-petani untuk mempertahankan identitas bersama masyarakat agraris yang harus dipegang dalam menjaga proses produksi pertanian.

Kelompok tani mempunyai peran yang strategis dalam berbagai kegiatan pertanian baik yang berkaitan dengan usaha tani maupun kegiatan sosial ekonomi petani. Peningkatan pembinaan kelompok tani perlu dilaksanakan dan diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya dengan menumbuh kembangkan kerja sama antar petani dan pihak lain yang terkait untuk mengembangkan usaha taninya. Kelompok tani yang berkembang bergabung dengan kelompok tani lain dalam satu wilayah tertentu yaitu desa. Untuk mengembangkan fungsinya sehingga mempunyai kemandirian yang kuat, lebih mudah menjalin kemitraan dan dapat mengembangkan fungsi kelompok tani. Peningkatan Gabungan Kelompok Tani diharapkan agar Gapoktan berfungsi sebagai unit usahatani, unit usaha pengolahan, unit usaha sarana dan prasarana produksi, unit pemasaran dan keuangan mikro serta usaha penunjang lainnya sehingga menjadi kuat dan mandiri.7

Dengan adanya kelompok tani dapat menjaga eksistensi petani-petani yang terancam oleh alih fungsi lahan pertanian. Petani-petani yang telah

terorganisasi dengan baik dapat mempertahankan lahan pertaniannya dari “ tekanan “ investor yang ingin melakukan ekspansi usaha. Dengan diwadahi dalam

kelompok tani pula, petani menjadi mendapat tempat untuk belajar lebih banyak tentang tata cara berproduksi yang baik serta memberikan tempat bagi petani untuk menyatakan keluh kesahnya berkaitan dengan proses produksi. Kelompok tani secara tidak langsung ikut serta meningkatkan produktivitas pertanian. Sehingga dengan melihat produktivitas pertanian yang meningkat sebagai

7Cucuk Redono, “ Peran Gabungan Kelompok Tani dalam Mewujudkan Kelompok Tani yang Kuat dan

(23)

23 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

dampak positif dari adanya kelompok tani, diharapkan menjadi bahan evaluasi pemerintah Kabupaten Sleman untuk melirik kembali investasi dan pembangunan di sektor pertanian serta terus meningkatkan kapasitas kelompok tani. Kelompok tani juga dapat dijadikan alat bagi petani untuk mengadakan gerakan sosial untuk memperjuangkan hak-hak petani. Sebagai wadah perjuangan petani, kelompok tani dapat digunakan pula untuk menolak alih fungsi lahan pertanian di daerah kelompok tani tersebut berada.

Namun karena status kelompok tani yang hanya merupakan kelompok non-asosiasional menyebabkan daya tawar di hadapan pemerintah menjadi rendah. Terbatasnya ruang gerak kelompok tani yang hanya pada kegiatan seperti koperasi petani atau bahkan dalam kelompok tani tertentu hanya berupa arisan menyebabkan kelompok tani kalah dihadapan pengembang yang akan mengadakan alih fungsi lahan pertanian. Meskipun dalam lingkung Kelurahan terdapat perikatan yang biasa disebut Gabungan Kelompok Tani ( GAPOKTAN ), dalam kenyataannya kelompok tani tetap bergerak sendiri tanpa arah yang sama. Seharusnya kelompok tani dilembagakan secara baik sehingga terdapat arah gerak yang pasti. Di mana pada akhirnya hal tersebut akan berpengaruh kepada kesejahteraan petani dan peningkatan produktivitas pertanian.

(24)

24 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

Sebaiknya pemerintah daerah Kabupaten Sleman memelopori dengan mewujudkan mekanisme pewajiban proses pembentukan kelompok tani di mana perlu penyusunan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga ( AD/ART ) Kelompok Tani, mengurus perizinan ke Dinas Pertanian, membentuk struktur kepengurusan, melakukan proses administrasi dan pembukuan, serta pembentukan koperasi pertanian. Di mana bagi kelompok tani yang memenuhi syarat akan mendapatkan izin pendirian berupa Surat Keputusan Bupati atau Surat Keputusan Dinas Pertanian Kabupaten Sleman. Sehingga dengan instrumen-instrumen tersebut kelompok tani menjadi sebuah organisasi berbadan hukum yang mengelola pertanian setempat atau bahkan jika terus berkembang dan terus dilembagakan akan memungkinkan untuk menjadi Badan Usaha Daerah.

Selain pembentukan instrumen hukum dan struktural, diperlukan pula pemetaan lahan pertanian yang dikelola kelompok tani yang bersangkutan. Tujuan pemetaan ini dilakukan untuk beberapa maksud. Pertama, adalah dalam rangka memudahkan pengelolaan lahan pertanian. Dengan dipetakan secara baik maka akan dapat diperhitungkan seberapa pupuk yang dapat digunakan, bagaimana sistem irigasi yang baik dan faktor-faktor lain yang berkaitan dengan pengelolaan lahan. Kedua, dalam rangka menunjukan eksistensi dan batas wilayah lahan pertanian yang dikelola Kelompok tani, sehingga dapat menjadi payung hukum untuk mencegah alih fungsi lahan pertanian. Pemetaan ini juga semakin mempertegas keberadaan kelompok tani, dengan demikian dapat menjadi alat untuk mengatasi alih fungsi lahan pertanian.

Dengan demikian, proses pelembagaan kelompok tani adalah tindakan yang menguntungkan. Pelembagaan kelompok tani ikut serta dalam menjaga eksistensi kelompok tani, dalam rangka mencegah alih fungsi lahan pertanian. Jikalau kelompok tani tidak dijelaskan status hukum dan eksistensinya, akan membuat alih fungsi lahan pertanian secara serampangan. Di mana pada akhirnya akan mengancam identitas sosial masyarakat berupa kebiasaan gotong royong, mata pencahariaan masyarakat dan ketahanan pangan daerah.

(25)

25 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

Ayatrohadie. Kepribadian Budaya Bangsa. Jakarta : Pustaka Jaya, 1986.

Rahardjo. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2014.

Sajogyo dan Pudjiwati Sajogyo. Ed. Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013.

Jurnal

Redono, Cucuk. “ Peran Gabungan Kelompok Tani dalam Mewujudkan Kelompok Tani yang Kuat dan Mandiri.” Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Volume 15, Nomor I Juli 2012, hlm 1-9.

Hariadi, Sunarru Samsi. “ Kelompok Tani sebagai Basis Ketahanan Pangan.” Jurnal

Ilmu-ilmu Pertanian. Volume 3, Nomor 2, Desember 2007, hlm 79-86.

Skripsi

Indriastuti, Aryuni. Skripsi : “ Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian ke Non

Pertanian Setelah Berlakukan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2001 tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah di Kabupaten Sleman.” Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 2014.

Web

Koestidjo, Kusdiyanto. “ Sleman Kendalikan Alih Fungsi Lahan,”

(26)

26 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6 Membangun Indonesia yang Berdaulat melalui Kemandirian

Sektor Maritim

M. Toha Tulus Dharmawan, Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian 2016 Gama Cendekia (GC) UGM

Selama berabad-abad, Indonesia tidak hanya dikenal sebagai suatu bangasa yang agraris, namun juga dikenal sebagai bangsa maritim. Nenek moyang kita dahulu terkenal sebagai pengarung samudra yang tangguh, bahkan hingga menetap dan membentuk suatu peradaban diberbagai pulau salah satunya di pulau yang sekarang dikenal sebagai Madagaskar. Lalu munculnya suatu dinasti kerajaan yang dikenal dengan Sriwijaya yang luas daerah kekuasaan meliputi hampir seluruh Asia Tenggara, kemudian Kerajaan Majapahit yang dikenal sebagai kerajaan terbesar yang disegani kekaisaran Cina saat itu, luas wilayahnya pun tak kalah dengan Sriwijaya. Kedua kerajaan tersebut dikenal juga memiliki beberapa armada maritim yang sangat kuat dalam menjaga wilayah teritorialnya, terutama laut. Hal ini menggambarkan Indonesia telah memiliki perjalanan yang amat panjang sebagai suatu bangsa maritim. Sebelumnya, apa itu bangsa maritim?.

Bangsa maritim merupakan maritim merupakan bangsa yang mengelola dan memanfaatkan serta mengembangkan sumber daya kelautan sebagai basis atau dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti yang dicontohkan di atas bahwa nenek moyang kita dahulu mengarungi lautan demi menemukan daerah baru yang layak ditinggali. Hal ini patutnya menjadi pembelajaran Indonesia untuk lebih mengoptimalkan sumber daya yang ada, terutama dibidang kelautan untuk dapat meraih kedaulatan.

Mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2017, yaitu suatu susunan strategi atau perencanaan yang dirumuskan dan dicita-citakan oleh presiden yang dikenal sebagai Nawacita, untuk mengembangkan sektor kemaritiman dan kelautan Indonesia, hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya:

(27)

27 | K o m p i l a s i E s a i

9. Percepatan pertumbuhan industri dan kawasan ekonomi 10.Pembangunan pariwisata

11.Peningkatan iklim investasi dan iklim usaha 12.Peningkatan ekspor non-migas

Dari beberapa poin tersebut banyak permasalahan yang sesungghunya dapat dicaari solusinya. Diantaranya seperti dari sektor kedaulatan pangan, menurut data BPS mengenai konsumsi rata-rata perkapita selama seminggu pada tahun 2014, penduduk Indonesia mengkosumsi rata-rata 0,274 kg daging ikan dan udang segar (ikan laut maupun ikan air tawar), hal ini sangat memprihatinkan dilihat dari kondisi Indonesia dengan luas wilayah perairan meliputi 2/3 dari luas wilayah keseluruhan, dan Indonesia merupakan negara dengan produksi produk kelautan terbesar 2 di dunia setelah Jepang. Seharusnya dengan potensi seperti itu, Indonesia setidaknya mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Hal tersebut terjadi dikarenakan konsolidasi demokrasi dan efektivitas diplomasi belum terlaksana, dimana Indonesia hanya memiliki sedikit sekali armada pengamanan laut, dengan 8 unit kapal perang dan sekitar 200 lebih kapal patroli perairan yang mengawasi wilayah perairan Indonesia, selain itu kurangnya diplomasi dengan negara tetangga dalam upaya pengamanan batas laut masing-masing negara. Inilah salah satu kendala yang menghambat ditegakkannya batas kedaulatan NKRI.

(28)

28 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

dan ketertiban, yaitu penanganan IUU fishing (kapal pengawas). Selain itu untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat terhadap wilayah darat, udara, dan laut terutama, Indonesia harus lebih memperhatikan pembangunan daerah tertinggal dan terluar. Sebagai negara maritim terbesar di dunia, dengan lebih dari ±13.700-an pulau lebih y±13.700-ang tersebar dari Sab±13.700-ang sampai Merauke, Indonesia harus mulai mendata setiap titik pulau yang berada dalam wilayah kedaulatan negara, karena hal itu menjadi sangat krusial apabila berbatasan dengan negara lain. Seperti yang terjadi dengan Pulau Sipadan-Ligitan dan Blok Ambalat, sekarang telah berpindah tangan menjadi milik Malaysia karena tidak diperhatikan dan dikelola dengan baik, pulau dibiarkan kosong tanpa penghuni, sekalipun terdapat penghuni, masyarakat disana lebih memilih berpindah ke negara lain karena akses terhadap kesehatan, pendidikan, kebutuhan pangan dan bahan bakar dapat dipenuhi negara asing dibanding negara sendiri, ini merupakan bukti belum terwujudnya poin 2, 3, dan 5 yaitu mengenai kedaulatan energi, pengelolaan daerah tertinggal dan terluar serta pelayanan kesehatan.

(29)

29 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

Langkah selanjutnya ialah pengembangan sektor perekonomian kemaritiman, salah satu diantaranya yaitu sektor ekonomi kreatif dan pariwisata. Indonesia sudah dikenal diseluruh dunia sebagai negara dengan keindahan panorama alamnya, terutama ekosistem pantai dan bawah lautnya, hal ini yang menjadikan sektor pariwisata perlu gencar dikembangkan didaerah-daerah, terutama daerah yang memiliki potensi wisata alam bahari. Kita sudah mengenal Bali sebagai objek wisata dunia, padahal Indonesia punya daerah lain seperti di Lombok, Banyuwangi, Karimun Jawa, Natuna, Raja Ampat, Bunaken, dan lain-lain. Potensi seperti ini tidak dimiliki oleh negara lain, bayangkan saja pemasukan negara dari sektor pariwisata mencapai 5 milyar petahun, jika hal ini lebih dioptimalkan mungkin akan meningkat sekitar 10% - 20%, dimana sudah tentu akan meningkatkan standar kehidupan masyarakat disekitar wilayah tersebut dan masyarakat tersebut juga wajib menjaga kawasan wisata tersebut dan beberapa wilayah konservasi kelautan lain sebagai bentuk kontribusi terhadap alam yang telah memberikan potensi yang melimpah. Mungkin selain wisata alam perlu dibangun suatu kawasan wisata technopark kelautan sebagai objek wisata sekaligus media pembelajaran masyarakat tentang segala hal mengenai kemaritiman, kelautan dan perikanan. Tentu kita dapat memlihat bagaimana suatu negara hanya ditopang dari sektor pariwisata sebagai pemasukan utama seperti Singapura, Maldives (Maladewa), dan Hongkong, beberapa negara tersebut merupakan negara yang miskin sumberdaya alam, namun mampu mengoptimalkan sektor pariwisata dengan tetap menjaga lingkungan dan menjadi pemasukan negara walaupun jenis-jenis pariwisata masing-masing negara berbeda.

(30)

30 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

serta untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri itu sendiri sehingga mengurangi beban impor produk perikanan dari negara luar, pendirian industri perikanan ini juga harus mendorong terbentuknya unit industri rumahan agar ikut mengelola hasil perikanan dan kelautan menjadi lebih bermanfaat untuk bangsa Indonesia yang lebih berdaulat.

Referensi:

Anonim, 2016, Peran KKP dalam Rencana Kerja Pemerintah 2017, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Jakarta

http://bps.go.id/konsumsi_perkapita_seminggu_beberapa_bahan_pangan_penting _periode_2007_-_2014/, diunduh Hari Senin 31 Oktober 2016, pukul 16.57 WIB

http://www.antaranews.com/berita/509786/menteri-susi-kkp-salah-satu-kementerian-terbaik, diunduh hari Senin 31 Oktober 2916, pukul 15.03 WIB

(31)

31 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6 Menggapai Indonesia Berdaulat dalam Perspektif Ilmu

Kesehatan

Aulia Ayub, Kedokteran Gigi 2014 Denta Paramitha (Depa) FKG UGM

Berdaulat. Merupakan suatu kata yang sangat mudah dilafaskan tapi sangat sulit diaplikasikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berdaulat adalah sesuatu yang berbahagia, atau suatu kondisi ketika suatu negara memiliki kendali penuh atau kekuasaan tertinggi atas perbuatannya itu sendiri. Setiap negara, tak terkecuali negara Indonesia pastilah mempunyai visi untuk menciptakan suatu nilai kedaulatan itu sendiri. Bahkan, hal ini sudah jauh diimpikan dan dirumuskan oleh para tokoh negara yang bersama-sama membuka gerbang kemerdekaan dengan pengimplementasikan nilai tersebut dalam suatu

teks pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu,berdaulat, adil dan

makmur”.

Makna kata bedaulat atau yang berarti memiliki kendali penuh atas setiap hal penyelenggaraan suatu tata kenegaraan dapat ditinjau dari berbagai macam perspektif bidang ilmu. Salah satu aspek yang sangat vital dan dapat menjadi indikator tercapainya visi kenegaraan tersebut dapat kita dilihat dari perspektif bidang kesehatan. Sudah 71 tahun Indonesia merdeka, lalu apakah suatu negara seadidaya Indonesia dapat dikatakan sudah berdaulat dalam bidang kesehatan?

Tentu tidak saudara-saudara sekalian. Taraf kedaulatan Indonesia dalam bidang kesehatan dapat dibilang masih “NOL BESAR”. Apa dasar saya bilang kedaulatan Indonesia masih seperti itu? Ada 3 poin dasar dari suatu perspektif sudut pandang yang dapat kita jadikan suatu standar.

(32)

32 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

berbagai macam bahan yang bersumber dari negara. Namun faktanya adalah kedaulatan dalam segi ketahanan bahan obat nasional Indonesia masih nol besar. Menurut Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), M Nasir, menyatakan, sekitar 92 persen bahan baku obat-obatan di Indonesia masih impor. Selain itu, menurut artikel kementrian perindustrian Indonesia tahun 2011, Nilai impor bahan baku obat diprediksi mencapai Rp 11,4 triliun pada 2012, atau naik 8,5% dibandingkan tahun 2011 yaitu Rp 9,59 triliun.

Dari data dan fakta tersebut, dapat terlihat secara jelas dan nyata. Apakah Indonesia dapat dikatakan berdaulat dalam segi ketahanan bahan obat nasional? Tentu saja jawabannya tidak saudara-saudara sekalian. Lalu, apakah alasan bangsa Indonesia belum dapat mandiri dalam segi ketahanan bahan obat nasional? apakah karena bahan dasar obat tersebut tidak tersedia di Indonesia? Atau apakah karena jumlah apoteker dalam dunia farmasi Indonesia masih terbatas? Tentu itu adalah suatu pertanyaan yang tidak masuk akal.

Indonesia adalah negara megadiversity, yang berarti, Indonesia adalah suatu negara yang memiliki keanegaraman hayati terbesar di dunia. Menurut Mustaid Siregar, Kepala Pusat Konservasi TumbuhanLIPI, Indonesia memiliki jenis tumbuhan yang sangat banyak, yaitu hampir delapan ribu spesies. Lalu, dengan fakta seperti ini apakah alasan bahan dasar obat yang tidak tersedia diindonesia masih dapat dijadikan suatu alasan? Tentu saja tidak saudara-saudara.

(33)

33 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6 Berdasarkan fakta-fakta tersebut, alasan apakah yang paling cocok diutarakan

penyebab negara Indonesia masih belum dapat berdaulat dalam segi ketahanan bahan obat nasional? alasan yang paling masuk akal adalah karena ketidakpeduliannya pemerintah. Alih-alih mendapatkan kemudahan, pemerintah lebih memilih untuk mengimpor suatu jenis bahan obat dibandingkan harus bersusah payah mendidik generasi-generasi penerusnya untuk bersikap mandiri dalam mengelola berbagai macam jenis obat tersebut. Lalu, sampai kapankah ini akan terjadi?

Yang kedua, adalah dalam segi kualitas kesehatan Indonesia. Secara garis besar, kualitas kesehatan di Indonesia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu dari angka harapan hidup, angka kematian bayi, dan tingkat kecukupan gizi masyarakat di Indonesia. Lalu, bagaimanakah kualitas kesehatan di Indonesia? Tentunya, jika Indonesia Ingin dikatakan suatu negara yang berdaulat dalam perspektif ilmu kesehatan, Indonesia haruslah memiliki fakta statistik yang memuaskan mengenai ketiga indikator tersebut.

Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan

laporan United Nation berjudul “Wolrd Population Prospect”, Indonesia hanya

memiliki tingkat harapan hidup sebesar 70,76 dan masih jauh terbelakang dibandingkan 136 negara diatasnya. Selain itu, jika ditinjauh dari segi angka kematian bayi, menurut data survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2007 adalah 34 per 1000 kelahiran hidup dan menempati peringkat 1 angka kematian bayi tertinggi di negara ASEAN. Yang terkahir, jika dilihat dari angka kecukupan gizi, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2013 yang menunjukkan bahwa kasus gizi buruk di Indonesia menunjukan prevalensi yang cukup tinggi yaitu mencapai hingga 37,2%. Lalu, jika dilihat dari ketiga fakta tersebut, apakah Indonesia masih dapat dikatakan berdaulat dalam segi kulitas kesehatannya? Tentu saja jawabannya tidak saudara – saudara.

(34)

34 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

posisi manapun dapat mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama. Lalu, bagaimanakah kondisi sekarang ini? Apakah dalam segi pemerataan kesehatan Indonesia sudah dapat dikatakan berdaulat?

Menurut Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pesebaran dokter di Indonesia sangat memprihatinkan. Dari persentase 100% jumlah dokter yang ada di Indonesia, 20,67 dokter berada di jakarta, 15,40% di Jawa Barat, 11,22% di Jawa Timur, dan 10,575 berada di Jawa Tengah, yang berarti jumlah dokter yang berada di daerah Jawa mencapai 57,86%. Lalu, Kenapakah hal ini dapat terjadi ?

Ada beberapa faktor mengapa kondisi seperti ini dapat terjadi. Faktor pertama yang patut disalahkan mengenai hal ini adalah tenaga pelayanan kesehatan yaitu dokter itu sendiri. Hal ini dikarenakan, setelah disumpah dan mendapatkan gelar yang mereka impikan, banyak dari mereka yang mengingkan hidup secara damai dan tenang di tempatnya masing-masing dengan fasilitas yang nyaman dan selalu memanjakan hidup mereka. Sangat jarang ada dokter yang rela berkorban untuk mengabdi kepada masyarakat untuk hidup bersama-sama dalam suatu daerah dengan wilayah terpencil dimana fasilitas yang tersedia tidak senyaman di tempat asalnya terdahulu.

Faktor kedua yang patut disalahkan terkait hal tersebut adalah pemerintah itu sendiri. Dilihat dari kondisi sekarang ini, banyak sekali kebijakan pemerintah Indonesia yang terkesan naif dan sangat terlihat jelas ingin mengeksploitasi tenaga kesehatan itu sendiri tanpa suatu jalan pemikiran yang matang. Seharusnya, pemerintah harus menghargai tenaga pelayanan kesehatan yang mau berkorban yang bersedia ditempatkan di wilayah terpencil dengan berbagai kebijakan yang bersifat melindungi dan menjamin kesejahteraan dari tenaga pelayanan tersebut. Hingga sekarang ini, banyak sekali kasus-kasus ditemukan ketika tenaga pelayanan kesehatan tersebut tersiksa untuk melangsungkan hidupnya di wilayah dia ditempatkan tersebut.

(35)

35 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

(36)

36 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6 Menuju Indonesia Mandiri Melalui Penguatan Modal Sosial

Tejaningrum, Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan 2016 Unit Penalaran Ilmiah Interdisipliner (UPII) UGM

Manusia hanya dapat menunjukan eksistensinya melalui karya. Entah, karya itu menghasilkan materi yang dapat ditunjukan pada dunia atau tidak. Selain eksistensi, melalui karya, manusia dapat menjalankan kedudukannya sebagai makluk yang mandiri karena mampu mempergunakan anugerah Tuhan berupa freewill dengan benar. Namun di sisi lain, karya akan sulit diproduksi secara berkelanjutan, ketika manusia sebagai penghasil, belum sejahterah atau merdeka.

Manusia yang sejahterah dapat diindikasi melalui kemampuan menyelesaikan masalah, terpenuhi kebutuhannya, serta mendapat kesempatan melakukan dua poin sebelumnya (Midgley,1995) . Tetapi hal tersebut sering terhalang oleh beberapa hal, seperti kemiskinan dan permasalahan pendidikan, teknologi, ketenagakerjaan, kesehatan, bahkan perumahan. Sehingga dewasa ini, masyarakat dari berbagai bidang berupaya mengatasi hal tersebut, agar melahirkan masyarakat mandiri. Sejalan dengan keresahan itu, setelah masa MDGs berakhir, pada tanggal 25 – 27 September 2015 di markas PBB, New York, Amerika Serikat sebanyak 193 negara secara aklamasi mewujudkan

Transforming Our World : The 2030 Agenda For Sustainable Development

melalui agenda Sustainable Delevopment Goals.

Dorongan gelombang SDGs juga menguatkan Pemerintah Indonesia untuk melaksanakan UUD 1945, tepatnya pada pembukaan alenia keempat :

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi,dan keadilan sosial, maka disusunlah UUD 1945 berdasarkan Pancasila.”

(37)

37 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

perkembangan IPTEK, dan menggandeng seluruh stakeholder terkait, agar mampu bersinergi mewujudkan kesejahteraan sosial menuju Masyarakat Indonesia Mandiri dan berdaya saing.

Sebagai bukti, pada dua tahun masa kepemimpinan Presiden Jokowi, kesejahteraan masyarakat diciptakan melalui pembangunan yang tidak Jawa sentris. Perbaikan infrastruktur dilakukan di luar daerah Jawa. Kemudian upaya perbaikan sistem BPJS, Tax Amnesti, KPBU, Kartu Indonesia Sehat, Manajemen konfik bidang ekonomi-politik, dan Kartu Indonesia Pintar. Gebrakan juga dilakukan kementrian Kabinet Kerja, misalnya kebijakan kementrian keuangan yang memangkas anggaran APBN 2016 sebesar Rp 65 trilliun di tiap kementrian dan kementrian sosial yang mengembangkan basis data terpadu (BDT) serta sistem informasi kesejahteraan sosial (SIKS) yang membantu menginventaris data kesejahteraan sosial. Kemudian eksistensi daerah dibuktikan dengan saling berlomba – lomba mewujudkan smart city with technology.

Apresiasi memang layak diberikan pada pemerintah yang sedang berupaya melakukan reformasi dengan mengoptimalkan segala sumber daya alam, menjalin kerja sama dengan stakeholder terkait, dan berupaya meningkatkan kualitas SDM berdaya saing melalui pendidikan. Namun hal tersebut perlu dibarengi dengan penguatan modal sosial yang dimulai oleh pemerintah, agar pembangunan dapat berkelanjutan.

(38)

38 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

pelayanan dan pemberdayaan), tercipta equity and equality, dan pemerintahan transparan-progresif, dengan kata lain seluruh masyarakat akan sejahterah. Ditekankan sekali lagi, The precence of dense networks within a society,and the accompanying norms of generalized trust and reciprocity, allow citizens to

overcome collective action problem more effectively ( Stolle and Honghe,2003:1).

Given this logic, Social capital has been defined and measured as generalized trust,

norms of reciprocity and networks (Putnam,1993).

Lalu bagaimana cara agar penguatan modal dapat dijalankan secara kondusif dan kooperatif oleh pemerintah dan masyarakat. Pertama, perlu penguatan komitmen dari internal seluruh jajaran pemerintah mewujudkan misi penguatan modal sosial, sehingga akan tercipta konsistensi. Kedua, secara intensif, persuasif, dan progresif yang dimulai dari pemerintah untuk mempropagandakan melalui berbagai media secara menarik untuk menguatkan isu penguatan modal sosial untuk mengimbangi pembangunan, sehingga tertanam nilai baru di masyarakat yakni percipatory society. Hal tersebut juga diupayakan oleh Pemerintahan Singapura, setiap hari, di seluruh media negara mereka. Bahkan, In Britain, the Blair goverment has re-invigorated civic education in schools in order to promote social capital and to stregthen a civic culture that is

believed to be endangered by the rising distrust in goverment institutions (Stolle and Honghe,2003:1). Ditekankan harapan adanya sosialisasi melalui media, dapat memunculkan local hero. Ketiga, melakukan program pemberdayaan berkelanjutan sesuai kearifan lokal yang difasilitasi pemerintah bergandengan dengan swasta untuk menciptakan inisiasi masyarakat.

Referensi:

Detik News.2 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK, Wakil Ketua DPR : Pembangunan Tak Jawa Sentris.m.detik.com/news/berita/d-3323930/2-tahun-pemerintahan-jokowi-jk-wakil-ketua-dpr-pembangunan-tak-jawa-sentris diakses 19 Oktober 2016

(39)

39 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

Tempo.Apa Resolusi Mentri Sosial Khofifah pada 2016?. M.tempo.co/read/news diakses 28 Desember 2015

(40)

40 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6 Mimpi Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia Hingga Daerah Pelosok dalam Wadah Mega Proyek Pasokan

Listrik 35000 Watt

Dani Natanael, Teknik Elektro 2015 Cendekia Teknika FT UGM

Hingga tahun 2016 saat ini, masih banyak daerah-daerah pelosok Indonesia yang belum dapat menikmati pasokan listrik terutama untuk manfaat penerangan maupun kebutuhan listrik lainnya. Sekalipun sudah mendapat pasokan fasilitas penerangan, dapat dikatakan listrik penerangan masih belum stabil dan tidak semua orang mendapat pasokan daya listrik rata-rata. Umumnya, paling minimum sekarang masyarakat Indonesia sudah memiliki konsumsi daya listrik rumahan sebesar 450-900 VA (Volt-Ampere) untuk kebutuhan daya rumah tangga minimum, karena ukuran tersebut merupakan standar dari PLN Indonesia, seperti pada grafik berikut;

Gambar 1. Konsumsi Listrik Indonesia Berdasarkan Statistik PLN

(41)

41 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

Pemadaman yang bergilir dan beberapa daerah dalam jangka waktu yang relatif tidak singkat, terutama daerah pelosok yang lebih sering mendapat durasi waktu pemadaman yang lama, dapat menjadi penyebab roda penggerakan aktivitas masyarakat dalam hal ekonomi, sosial, dan lain-lainnya akan terhambat. Berikut pemetaan keadaan pasokan di listrik di Indonesia :

Gambar 2. Pemetaan kondisi listrik Nasional dari data PLN 27 Agustus 2015

Di mana dari pemetaan gambar tersebut warna hijau berarti cadangan listrik yang masih cukup, warna kuning berarti cadangan listrik dalam keadaan siaga, dikarenakan besar pasokan daya yang dapat didistribusikan lebih kecil dari standar pembangkit terbesar, dan warna merah artinya pasokannya sangat defisit sehingga akan mengalami pemadaman listrik dalam waktu yang sering. Bila diamati pada ilustrasi tersebut, daerah yang tanda warna merah masih cukup banyak pada pemetaan pasokan listrik. Hal tersebut menandakan pasokan listrik kurang merata di seluruh penjuru daerah dan kesenjangannya cukup parah. Berikut dijabarkan penyebab kebutuhan listrik di daerah tertentu masih relatif kurang;

(42)

42 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

pasokan listrik berupa gardu induk dalam transmisi dan distribusi daya ke daerah-daerah tertentu. Kurangnya pengadaan bisa karena dana, kurang dalam bahan dalam konstruksi gardu, dan lain-lain.

2. Keterbatasan pembangkit tenaga listrik, atau daerah yang terpelosok relatif jauh dalam jarak distribusi listriknya dari pusat pembangkit.

3. Kurangnya sumber daya manusia untuk mengontrol dan mengurusi kinerja transmisi listrik ke daerah, serta sumber daya alam yang cenderung bergantung pada fosil yang terbatas dan dalam transportasinya ke pembangkit cenderung jauh karena harus melalui laut. Maka dari itu, munculnya ide dari Presiden Negara kita untuk mewacanakan Proyek Pembangkitan dan Pasokan Daya Listrik 35000 MegaWatt ke seluruh daerah Indonesia.

Proyek 35000 MegaWatt

Gambar 3. Persebaran Pembangkit dan Transmisi dalam Proyek 35000 MW

Pemerintah telah berkomitmen untuk merealisasikan penyediaan listrik sebesar 35 ribu Megawatt (MW) dalam jangka waktu 5 tahun (2014-2019). Sepanjang 5 tahun ke depan, pemerintah bersama PLN dan swasta akan membangun 109 pembangkit; masing-masing terdiri 35 proyek oleh PLN dengan total kapasitas 10.681 MW dan 74 proyek oleh swasta/Independent Power Producer (IPP) dengan total kapasitas 25.904 MW. Dan pada tahun 2015 PLN akan menandatangani kontrak pembangkit sebesar 10 ribu MW sebagai tahap I dari total keseluruhan 35 ribu MW.

(43)

43 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

per tahun. Artinya, dalam lima tahun ke depan, penambahan kapasitas sebesar 35.000 MW menjadi suatu keharusan. Kebutuhan sebesar 35 ribu MW tersebut telah dikukuhkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 (Dikutip dari web PLN Indonesia).

Gambar 4. Kebijakan Energi Nasional (KEN) 2050 menjadi pertimbangan Proyek 35 GWatt

Yang menjadi ganjalan adalah kecenderungan proses pembangkitan listrik di Indonesia yang cukup menggantungkan diri pada sumber tenaga fosil seperti diesel dan uap dari batu bara, dan pembangkit menggunakan energi terbarukan belum cukup banyak. Padahal bisa dikatakan, seperti tenaga penggerak air ataupun panas bumi mampu memberikan konversi energi cukup besar bila dengan teknologi yang memadai mampu mengolahnya. Mengingat Kebijakan Energi Nasional ke depannya Indonesia harus sudah mengalokasikan 23% energi terbarukan sebagai sumber daya yang diharapkan menekan dan perlahan menggantikan konsumsi energi fosil yang semakin kesini semakin menipis cadangannya.

(44)

44 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

Namun, apakah rencana tersebut dapat dijadikan solusi tanpa kendala dan kekurangan dari akibat yang ditimbulkan dari pembangunannya?

Kontroversi dari Pembangunan Proyek 35000 MW

Tidak sedikit yang beranggapan bahwa proyek pembangkitan daya 35000 MW akan cenderung hanya merugikan dan memakan biaya yang relatif besar dalam upaya membangkitkan dayanya. Lalu, mengapa harus dibangkitkan daya sebesar jutaan Watt tersebut?

Gambar 5. Alur Distribusi daya ke konsumen

(45)

45 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

kestabilan pasokan listriknya harus tetap terjaga tanpa adanya pemutusan distribusi.

Di samping itu, karena Indonesia masih cenderung belum begitu sering menggunakan energi terbarukan dan masih sering menggunakan batu bara yang merupakan fosil, dengan kebutuhan daya yang dibangkitkan memperbesar konsumsi energi fosil, sehingga cenderung boros dan limbahnya akan bertambah serta mempersulit pengolahannya. Itu pun nanti akan kembali ke biaya operasional yang cukup besar bila penyokong dana dan sumber lainnya tidak membantu, apalagi dengan teknologinya.

Alam dan ekosistem pun berdampak demikian. Daya pembangkitan yang besar tidak dapat dipungkiri akan membutuhkan generator pembangkit yang lebih banyak dan stasiun pembangkit yang lebih banyak. Tidak jarang pembangunan tersebut akan merupakan ekosistem di daerah tersebut, bisa hutan atau alam lainnya. Dampak negatif terhadap lingkungan dari pembangunan stasiun pembangkit akan menjadi point penting yang patut dipertimbangkan pemerintah.

Gambar 6. Stasiun Pembangkit Listrik dalam Proyek 35 GWatt

(46)

46 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6

tidak, proyek ini hanya akan menjadi kerugian besar dalam anggaran negara. Pemerintah hendaknya perlu mendengar saran ahli bidang kelistrikan dalam mewujudkan ide ini. Tentu kita semua ingin negara kita maju, terutama suatu titik kemajuan negara dilihat dari roda perekonomiannya dan diharapkan Proyek ini mampu menjadi motor penggerak dan pemacu kemajuan bangsa kita.

Referensi :

-

https://www.scribd.com/doc/302608979/Standar-Penyediaan-Kebutuhan-Daya-Listrik

- www.pln.co.id/2015/04/35-000-mw/

-

http://www.kompasiana.com/rahayusetiawatidamanik/krisis-listrik-mengancam-indonesia-tanggung-jawab-siapa_57175d03a6afbd6c07f615a6

- https://rideralam.com/2012/03/09/

-

http://www.alpensteel.com/article/131-225-pemadaman-listrik/2192--pemadaman-listrik-bergilir-di-indonesia

- http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/05/140515_indones

ia_mati_listrik

-

http://www.antaranews.com/berita/468316/pln-petakan-lokasi-pembangkit-35000-mw

-

http://finance.detik.com/energi/d-3139659/proyek-35000-mw-minim-energi-terbarukan-ini-sebabnya

-

http://www.greenpeace.org/seasia/id/blog/kontroversi-proyek-35000-megawatt/blog/54278/

-

(47)

47 | K o m p i l a s i E s a i S C C F U G M 2 0 1 6 Pendidikan Karakter Ilmiah Berbasis Konsep Hasta Brata pada

Perguruan Tinggi untuk Menciptakan Generasi Muda Berkualitas di Era MEA

Muhammad Faidzdiya Ul Haq Kharisma, Kimia 2013 Lingkar Studi Sains (LSiS) FMIPA UGM

Sejak akhir tahun 2015 lalu, seluruh kawasan asia tenggara menerapkan kebijakan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA diberlakukan untuk meningkatkan daya saing pasar ASEAN di ranah ekonomi dunia. Dengan diberlakukan kebijakan MEA, Indonesia dipastikan semakin terbuka dalam persaingan ekonomi dunia dan berusaha membuktikan diri menjadi yang terbaik di kawasan asia tenggara. Hingga saat ini, sudah banyak negara-negara luar yang berani berinvestasi dan menanamkan modal di Indonesia karena letaknya yang strategis dan potensi sumber daya manusia Indonesia yang besar. Hal ini tentu saja menjadi keuntungan besar bagi Indonesia. Namun, keuntungan tersebut akan berubah menjadi ancaman tersendiri jika Indonesia tidak siap berbenah dan generasi-generasi muda Indonesia yang lambat sadar akan ketatnya persaingan MEA.

Dikutip dari situs BBC Indonesia, MEA tidak hanya membuka arus perdagangan barang dan jasa, tetapi juga pasar tenaga profesional. Dengan adanya MEA, persaingan di bursa tenaga kerja semakin meningkat, terutama pekerja yang berkecimpung pada keahlian khusus (anonim, 2014). Hal ini tentu saja akan memperbesar peluang bagi tenaga kerja asing untuk menerapkan keahliannya di Indonesia. Mereka mempunyai peluang yang sama untuk mengisi jabatan-jabatan penting dari setiap bidang. Hal seperti ini tentu menguntungkan karena Indonesia mempunyai peluang besat untuk memiliki tenaga kerja yang berkualitas. Namun, di sisi lain nampaknya Indonesia perlu waspada dengan standar tenaga kerja yang semakin tinggi dan menuntut generasi mudanya untuk terus mengembangkan potensi diri jika tidak ingin kalah bersaing.

Gambar

Gambar 1. Konsumsi Listrik Indonesia Berdasarkan Statistik PLN
Gambar 2. Pemetaan kondisi listrik Nasional dari data PLN 27 Agustus 2015
Gambar 3. Persebaran Pembangkit dan Transmisi dalam Proyek 35000 MW
Gambar 4. Kebijakan Energi Nasional (KEN)  2050 menjadi pertimbangan Proyek 35 GWatt
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dilakukan penulis juga dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk pengawas sekolah bidang bimbingan dan konseling pada Dinas Kabupaten/ Kota

Berdasarkan hasil uji disintegrasi dan uji disolusi dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa waktu hancur (desintegrasi) yang singkat tidak menjamin laju

Dalam merencakanan bak tangki air atas dan bawah pada bangunan gedung dengan penghuni lebih dari 1000 orang, sebaiknya di setiap tangki diberi sensor otomatis yang

Kandungan Senyawa Fenolik dan Beta-Karoten Serta Aktivitas Enzim Kasar Carotenoid Cleavage Dioxygenases dari Pomace dan Jus Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour

Oleh karena keberadaan penelitian mengenai suporter sepakbola yang masih terhitung minim, juga karena ketertarikan saya mengenai dunia suporter sepakbola dan keinginan

Kandungan mangan (Mn) dalam air sumur gali yang berada di sekitar wilayah tempat pencucian tanah dari 17 sampel hanya 4 sampel yang kandungan Mn nya diatas ambang batas,

Dari diam, partikel bermuatan bergerak karena medan listrik, yang arah geraknya selalu sejajar dengan arah medan dengan lintasan yang lurus. Jika partikel mendapat gaya magnet, tentu

Dari pembahasan ini kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa untuk mengalahkan persaingan dalam pemasaran terlebih dahulu manajemen pemasaran harus mengetahui apa yang