• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Kapabilitas Manajemen Risiko Teknologi Informasi Menggunakan Kerangka Cobit 5 (Studi Kasus: Daerah Operasional (DAOP) XX)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penilaian Kapabilitas Manajemen Risiko Teknologi Informasi Menggunakan Kerangka Cobit 5 (Studi Kasus: Daerah Operasional (DAOP) XX)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

6828

Penilaian

Kapabilitas

Manajemen Risiko Teknologi Informasi

Menggunakan Kerangka Cobit 5

(Studi Kasus: Daerah Operasional (DAOP) XX)

Nadya Mardiana Rahmania1, Suprapto2, Andi Reza Perdanakusuma3

Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1nadya.mardianar@gmail.com, 2spttif@ub.ac.id, andireza@gmail.com

Abstrak

Daerah Operasinal atau disingkat dengan DAOP XX Surabaya atau DAOP XX adalah salah

satu daerah operasi perkeretaapian Indonesia, di bawah lingkungan PT Kereta Api Indonesia

(Persero) yang berada di bawah Direksi PT Kereta Api Indonesia.DAOP XX memiliki unit

yang bergerak dalam teknologi informasi yaitu unit sistem informasi. Berkembang dengan

baiknya teknologi pada DAOP XX membuat hampir seluruh proses bisnisnya

terkomputerisasi dan terstandarisasi oleh ISO, namun dalam praktiknya masih terdapat

beberapa kendala dalam manajemen pengelolaan infrastruktur,pencegahan dan pengendalian

risiko.Untuk itu diperlukan penilaian kapabilitas manajemen risiko dengan menggunakan

kerangka kerja COBIT 5. Dalam penilaianya dipilih 3 subdomain yaitu subdomain EDM03

(

Ensure Risk Optimisastion

), APO12(

Manage Risk

) dan DSS02 (

Manage Service Request and

Incident

). Penilaiaan kapabilitas yang dilakukan melalui 3 jenis pengumpulan data yaitu,

kuesioner, wawancara dan observasi. Dari hasil penilaian yang dilakukan, disimpulkan bahwa

nilai kapabilitas dari masing-masing subdomain adalah 2 dengan nilai kesenjangan (

gap

)

sebesar 1.Rekomendasi diberikan untuk ketiga subdomain agar mencapai target level.

Terdapat 6 rekomendasi untuk subdomain EDM03, 6 rekomendasi untuk subdomain APO12

dan 3 rekomendasi untuk subdomain DSS02.

Kata kunci: COBIT 5, tingkat kapabilitas, analisis gap, manajemen risiko

Abstract

Operation Area VIII Surabaya or abbreviated as DAOP XX or DAOP XX is one of the

Indonesian railways operating areas, under the environment of PT Kereta Api Indonesia

(Persero) under the Board of Directors of PT Kereta Api Indonesia.DAOP XX has a unit

engaged in information technology namely the information system unit. The well-developed

technology in DAOP XX makes almost all of its business processes computerized and

standardized by ISO, but in practice there are still some obstacles in infrastructure

management, risk prevention and control. Therefore, It was necessary to a pssess risk

management capabilities using the COBIT 5 framework. In the assessment 3 subdomain were

selected. These were EDM03 (Ensure Risk Optimisation), APO12 (Manage Risk) and DSS02

(Manage Service Request and Incident). Capability assesment was done through 3 types of

data retrieval ie, questionnaires, interviews and observation. From the results of the

assessment, it was concluded that the capability value of each subdomain was 2 with the gap

value of 1. The recommendation was given to the three subdomains in order to reach the

target level. There were 6 recommendations for the EDM03 subdomain.There were further 6

recommendations for the APO12 subdomain and 3 recommendations for the DSS02

subdomain.

(2)

1. PENDAHULUAN

Daerah Operasinal atau disingkat dengan Daop XX adalah salah satu daerah operasi perkeretaapian Indonesia, di bawah

lingkungan PT Kereta Api

Indonesia (Persero) yang berada di bawah Direksi PT Kereta Api Indonesia.DAOP XX memiliki unit yang bergerak dalam teknologi informasi yaitu unit sistem informasi.

Unit Sistem Informasi DAOP XX dalam usahanya melakukan pengendalian risiko bisa dibuktikan dengan pengunaan dan terverifikasi perusahan dengan iso, yaitu ISO 9001:2015 tentang jaminan mutu

yang sudah diterapkan selama 2

tahun.Selain itu DAOP XX juga

menggunakan ISO 27001:2013 tentang keamanan informasi yang dua ISO tersebut memiliki keterkaitan tentang pengendalian risiko melalui klausul maupun sub klausulnya. Selain itu DAOP XX dalam usaha tentang pengendalian risiko bisa dibuktika dengan adanya dokumen analisis risiko, risk profile,risk register dll .

Walaupun sudah menggunakan ISO

9001:2015, 27001:2013 maupun

terlaksananya proses manajemen risiko namun dalam hasil wawancara pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, ditemukan terdapat beberapa kendala yang berdampak banyak pada kegiatan pelaksanaan pengendalian risiko setiap harinya. Yang pertama adalah Tugas Pokok dan Fungsi

(TUPOKSI) yang tidak lengkap

menyebabkan keambiguitasan

pendelegasian tugas. Yang kedua adalah SOP terkait Passanger Information Data System (PIDS) dan Closed Circuit Television (CCTV) yang tidak diperbaharui. Yang ketiga adalah kurang optimalnya proses penilaian dan pengawasan risiko oleh manajer. Yang keempat adalah belum optimalnya proses komunikasi kepada stakeholder dan yang kelima adalah perlunya peninjauan ulang kebijakan dan SOP terkait keamanan data. Masalah-masalah diatas menyebabkan timbulnya masalah dalam proses bisnis/kegiatan keseharian.

Berdasarkan permasalahan yang ada dan mengingat vitalnya teknologi informasi pada seluruh kegiatan perusahaan. Teknologi informasi harus terbebas dari

risiko-risiko yang menghambat pencapaian objektifitas perusahaan (Arief, 2018). Maka diperlukan penilaian kapabilitas manajemen risiko unit sistem informasi DAOP XX saat ini. Penilain kapabilitas yang akan dilakukan dengan menggunakan Process Assessment Model (PAM) pada COBIT 5 dengan fokus subdomain EDM03 (Ensure Risk Optimisation), APO12 (Manage Risk), DSS02 (Manage Service Request and Incident).

Penggunaan COBIT 5 untuk menilai kapabilitas manajemen risiko sebelumnya

sudah pernah dilakukan oleh

M.Habibullah pada Perum Jasa Tirta Malang. Dari penelitian menurut Arif(2018) bisa disimpulkan bahwa kemampuan Perum Jasa Tirta I Malang dalam menjalankan proses Ensure Risk Optimitation(EDM03) dan Manage Risk (APO12), masing-masing domain memiliki level 2. Kemudian gap yang terbentuk antara nilai capability level saat ini dan yang ingin dicapai adalah 1.

Teknologi Informasinya menurut

Lucas(2000) dalam buku Abdul

Kadir(2003)menyatakan bahwa teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang di terapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis.

Menurut buku The Basics of IT Audit (2014) Manajemen risiko adalah suatu usaha dalam pengendalian potensi kehilangan, kerusakan, hasil yang tidak diinginkan dari objektifitas yang telah ditentukan dan juga membahas tujuan strategis dan operasional untuk organisasi.

COBIT 5 menurut ISACA (2012)

dalam bukunya COBIT 5 Framework adalah sebuah panduan tentang tata kelola perusahaan dan manajemen TeknoIogi Informasi.adalah singkatan dari Control Objectives for Information and Related Technology. Ini adalah framework yang dibuat oleh ISACA untuk tata kelola dan manajemen TI. Ini dirancang untuk menjadi alat pendukung bagi para manajer dan memungkinkan menjembatani kesenjangan penting antara masalah teknis, risiko bisnis, dan persyaratan pengendalian.

(3)

dampak dari risiko IT terhadap nilai-nilai pada perusahaan,mengurangi kegagalan dan yang terakhir adalah secara efektif dan efisien dalam mengelola risiko IT perusahaan yang kritikal. Dan manage risk (APO12) menurut ISACA (2013)adalah identifikasi terus menerus, penilaian dan pengurangan risiko yang berkaitan dengan IT dalam tingkat toleransi yang ditetapkan oleh manajemen eksekutif perusahaan. Manajemen risiko perusahaan yang berkaitan dengan IT harus terintegrasi

dengan ERM (Enterprise Risk

Management) secara keseluruhan. Sedangkan Manage Service Request and Incident menurut ISACA (2013) dalah usaha perusahaan dalam memberikan respon yang tepat waktu dan efektif terhadap permintaan pengguna dan resolusi semua jenis insiden.

Self Assesment menurut ISACA (2013) adalah sebuah proses penilaian untuk menilai kapabilitas manajemen suatu perusahaan. Self Assesment memiliki 5 proses yaitu yang pertama adalah decide on process to asses scoping.Dalam proses ini terdapat pendefinisian proses apa saja yang akan dilakukan penilaian, Yang kedua adalah determine level 1 capability, dalam proses ini terjadi ditentukan apakah pada level 1 proses yang dilakuan sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Yang ketiga adalah determine whether capability level 2 to 5 fort the selected process are being achieved, dalam proses ini berguna untuk mengecek kapabilitas dari proses yang dipilih pada level 2 sampai 5 sesui dengan kriteria yang ditentukan oleh COBIT 5. Proses yang keempat adalh record and summarise the capability levels yaitu meringkas hasil penilaian dari penilaian level sampai level 5 yang telah dilakukan. Dan proses terakhir adalah develop an improvement plan of action, yaitu memberikan rekomendasi yang tepat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan process assessment model pada COBIT 5. Seperti mengetahui base practice, work product, generic practice dan generic work product, process capability level dan gap analysis serta

memberikan rekomendasi untuk

meningkatkan existing level menjadi targeted level.

2. METODOLOGI

Gambar 1 merupakan alur kerja yang dilakukan selama penelitian.

Gambar 1.Diagram Alur Penelitian

(4)

Tahap keempat setelah melakuakan pendefinisian masalah adalah kajian pustaka, yaitu kumpulan refrensi berupa jurnal,paper, thesis yang kan membantu penulis selama penelitian ini. Hasil dari tahap ini adalah pemilihan topik penelitian, framework penelitian beserta doman dan subdomain dan metodologi penelitian.

Tahap kelima penganalisaan RACI chart yaitu responden yang dapat membantu penulis dalam pengumpulan data, responden itu sendiri ditentukan dengan membandingkan kesamaan tugas pokok dan fungsi yang ada di DAOP XX.

Pada tahap keenam adaalah dilakukan pembuatan kuesioner, pembuatan pertanyaan wawancara dan data yang perlukan di observasi. Pembuatan kueisoner itu sendiri berpedoman pada Self Assesment Cobit 5.. Tahap selanjutnya adalah pengumpulan data. Pada tahap ini melakukan pengumpulan data – data yang diperlukan untuk penilaian capability manajemen risiko. Data diambil baik data primer maupun sekunder. Tahap kedelapan adalah analisa capability level. Pada tahap ini dilakukan penentuan level kapabilitas manajemen risiko berdasarkan subdomain EDM03, APO12, DSS02 dan capability level saat ini yang didapat dari hasil kuisioner.

Tahap kesembilan adalah analisa gap. Pada tahap ini dilakukan Analisa GAP dari hasil kuesioner capability level yang diberikan dan target perusahaan. Tahap yang kesepuluh adalah rekomendasi. Pada tahap ini dilakukan rencana progam dan usulan – usulan darn rekomendasi dari hasil analisa melalui wawancara,kuisioner dan observasi. Dan tahap kesepuluh adalah kesimpulan. Kesimpulan yang dipeperanh memuat bagaimana kondisi manajemen risiko berdasarkan COBIT 5 subdomain EDM03 (Ensure Risk Optimisation), APO12 (Manage Risk) dan DSS02 (Manage Service Request and Incident). saat ini, kondisi yang diharapkan sebagai acuan rekomendasi dan strategi peningkatan dan rekomendasi – rekomendasi untuk mencapai target yang diharapkan.

3. HASIL

3.1. Pemetan RACI Chart

Pemetaan RACI Chart dilakukan untuk mengetahui pihak yang berperan sebagai responsible, accountable, consulted dan

informed pada Unit Sistem Informasi.

Pada Tabel 1 merupakan pemetaan RACI chart yang jumlah perhitunganya dominasi peran pada setiap komponennya.

Tabel 1 Pemetaan RACI Chart

Management Practice R A C I

Chief Financial Officer 3 Enterprise Risk

Chief Executive Officer 6

DSS02 (Manage Service Reuest and Incident)

Head IT Operation 4

Service Manager 3

Information Security Manager

2

Chief Risk Oficer 5

Tabel 2 Pemetaan Responden EDM03

Pera

Berdasarkan Tabel 2 pada peran R. Manajer Sistem Informasi memiliki tugas dan tanggung tanggung jawab dengan Chief Excecutife Officer. Pada peran A. Board memiliki tugas dan tanggung tanggung jawab dengan Direktur Utama DAOP XX. Pada peran C. Chief Financial Officer memiliki tugas dan tanggung tanggung jawab dengan Fri Atista manajer keuangan. Pada peran C. Chief Financial Officer memiliki tugas dan tanggung tanggung jawab dengan Fri Atista manajer keuangan dan pada peran I memiliki tugas dan tanggung tanggung jawab dengan Manager SI, Bapak

Apriyono. Sehingga responden untuk

(5)

Tabel 3 RACI Chart APO12

Berdasarkan Tabel 3 pada peran R. Manajer Sistem Informasi memiliki tugas dan tanggung tanggung jawab dengan Business Process Owner. Pada peran A. Chief Information Officer memiliki tugas dan tanggung tanggung jawab dengan Manajer Sistem Informasi. Pada peran C. Programme and Project management memiliki tugas dan tanggung tanggung jawab dengan Bapak Mardiyanto dan Dwi Hartanto sebagai Assistan Manager. Pada peran I. Chief Executive Officer memiliki tugas dan tanggung tanggung jawab dengan Bapak Apriyono manajer sistem informasi Sehingga responden untuk subdomain APO12 adalah Bapak Apriyono selaku Manajer SI.

Tabel 4 RACI Chart DSS02 Manager I dan Assistan Manager II

(A) Service Manager Apriyono- Manager Sistem Informasi Manager I dan Assistan Manager II

(I) Chief Risk Officer Apriyono- Manager Sistem Informasi

Berdasarkan Tabel 4 pada peran R.Assistant Manager I dan II yang di duduki oleh Bapak Mardiyanto dan Bapak Dwi Hartanto memiliki tugas dan tanggung tanggung jawab dengan Head IT. Pada peran A. Service Manager memiliki tugas dan tanggung tanggung jawab dengan Manajer Sistem Informasi. Pada peran C. Information Securit Manager memiliki tugas dan tanggung tanggung jawab dengan Bapak Mardiyanto dan Dwi Hartanto sebagai Assistan Manager. Pada peran I. Chief Risk Officer memiliki tugas dan tanggung tanggung

jawab dengan Bapak Apriyono manajer sistem informasi. Sehingga responden untuk subdomain DSS02 adalah Bapak Dwi Hartanto selaku assistant Manager Support II.

3.2. Hasil Pengumpulan Data dan Penilaian Kapabilitas subdomain EDM03

EDM03 adalah subdomain tentang optimasi risiko. Dalam kegiatan pengumpulan data yang peneliti lakukan, peneliti melakukan tiga jenis pengumpulan data yaitu observasi wawancara. Respondenya adalah Bapak Apriyono selaku manajer Sistem Informasi. Dalam pengumpulan data disimpukan bahwa pengendalian optimasi risiko dalam praktiknya sudah dilakukan dengan cukup baik dibuktikan dengan

terdapatnya dokumen SOP Manajemen

Risiko,dokumen laporan bulanan, dokumen sasaran mutu dan analisis manjemen risiko, peta komunikasi dan matriks komptensi.

Setelah itu dari hasil kuesioner yang didapatkan dari perhitungan pencapaian generic work practice (gwp), generic practice (gp) base practice dan work product didapatkan bahwa nilai kapabilitas domain EDM03 mencapai level 2.Tabel 5 adalah tabel hasil kapabilitas subdomain EDM03

Tabel 5 Hasil Nilai Kapabilitas subdomain EDM03

3.3. Hasil Pengumpulan Data dan Penilaian Kapabilitas subdomain APO12

APO12 adalah subdomain tentang optimasi risiko. Dalam kegiatan pengumpulan data yang peneliti lakukan, peneliti melakukan tiga jenis pengumpulan data yaitu observasi wawancara. Respondenya adalah Bapak Apriyono selaku Manager Sistem Informasi .Dalam pengumpulan data disimpukan bahwa pengendalian risiko dalam praktinya sudah dilakukan dengan cukup baik dibuktikan dengan terdapatnya dokumen SOP Manajemen Risiko,dokumen risk register, risk profile, risk treatment plan dan sistem MORGAN (Monitor dan gangguan).

Setelah itu dari hasil kuesioner yang didapatkan dari perhitungan pencapaian generic

Pera Manager I dan Assistan Manager II

(I) Chief Executife Office

(6)

work practice (gwp), generic practice (gp) base practice dan work product didapatkan bahwa nilai kapabilitas subdomain APO12 mencapai level 2.Tabel 6 adalah tabel hasil capability subdomain APO12

Tabel 6 Hasil Nilai Kapabilitas subdomain APO12

Proses Capability Level

Process Name

Target ed Level

0 1 2 3 4 5

APO12 3

3.4. Hasil Pengumpulan Data dan Penilaian Kapabilitas subdomain DSS02

DSS02 adalah subdomain tentang

manajemen permintaan dan layanan. Dalam kegiatan pengumpulan data yang peneliti lakukan, peneliti melakukan tiga jenis pengumpulan data yaitu observasi wawancara. Respondenya adalah Bapak Dwi Hartanto selaku assistant manager II. Dalam

pengumpulan data disimpukan bahwa

pengendalian optimasi risiko dalam praktinya sudah dilakukan dengan cukup baik dibuktikan dengan terdapatnya dokumen prosedur klasifikasi masalah dan insiden, intruksi kerja, form berita acara, form BA Instalasi dan format form master pada IT Governance.

Setelah itu dari hasil kuesioner yang didapatkan dari perhitungan pencapaian generic work practice (gwp), generic practice (gp) base practice dan work product didapatkan bahwa nilai kapabilitas domain DSS02 mencapai level 2.Tabel 7 adalah tabel hasil capability subdomain DSS02

Tabel 7 Hasil Nilai Kapabilitas subdomain DSS02

Proses Capability Level

Process Name

Targe ted Level

0 1 2 3 4 5

DSS02 3

3.5 Temuan Lapangan

Dari hasil yang didapatkan , terdapat temuan lapangan pada DAOP XX. Temua dibagi menjadi dua yaitu temuan negative dan temuan positif yang akan di jelaskan pada Tabel 8

Tabel 8 Temuan Lapangan

No Temuan Lapangan

1 Masalah utama dari Unit SI DAOP XX adalah bahwa kurangnya sumber daya

manusia yang berdampak pada

mengalaminya kewalahan pegawai dan pencapaian objektifitas perusahaan yang tidak seusai dengan TUPOKSI (Tugas Pokok dan Fungsi). Contoh Masalah : Staff IT Support I harus mengcover pekerjaan

Staff IT Support II

2 Kurang tersedianya back up/ cadangan infrastruktur membuat proses bisnis menjadi terganggu akibat infrastruktur rusak yan sedang di perbaiki tidak mempunyai pengganti sehingga proses bisnis akan dialihkan secara manual.

3 Pedoman, sop dan kebijakan yang terpusat di Bandung mengakibatkan ada beberapa proses bisnis yang berada di daerah operasi yang sebenarnya sudah memiliki SOP tapi

akibat tidak ada pembaharuan

mengakibatkan tidak bisa dipakai. Seperti

pada CCTV dan PIDS (Passanger

Information Display System). Sehingga

apabila ada troubleshooting maupun incident, akan menjadi terbengkalai.

4 Dengan menggunakan bantuan pekerja magang DAOP XX menciptakan web sistem internal bernama IT8 yang membantu dalam hal pelaporan.

4. PEMBAHASAN

4.1. Analisis GAP Level

Pengisian kueisioner menghasilkan nilai

kapabilitas

pada

setiap

subdomain,

selanjutnya dilakukan perhitungan nilai

kesenjangan

(gap)

dari level target yang

diharapkan perusahaan.

Tabel 9 Analisis Gap Keseluruhan

Nama Subdomain Level

saat ini

Level target

Gap

EDM03 Ensure Risk Optimitation

2 3 1

APO12 Manage Risk

2 3 1

DSS02

Manage Service Request and Incident

2 3 1

(7)

(Ensure Risk Optimisation) level yang dicapai saat ini adalah 2, sedangkan level target yang diharakan perusahaan adalah pada level 3. Pada subdomain APO12 (Manage Risk) level yang dicapai saat ini adalah 2, sedangkan level target yang diharakan perusahaan adalah pada level 3. Pada subdomain DSS02 (Manager Service Request and Incident) level yang dicapai saai ini adalah 2, sedangkan level target yang diharapkan perusahaan adalah pada level 3.

4.2. Rekomendasi

Setelah dilakukan penilaian kapabilitas

manajemen risiko, peneliti mencoba

memberikan rekomendasi, berikut rekomendasi rekomendasi atau upaya perbaikan yang dapat dilakukan untuk pencapaian level target.

Rekomendasi subdomain EDM03

Rekomendasi yang pertama yaitu pembuatan penambahan TUPOKSI Struktur Organisasi. Dalam COSO (2009) dalam pengendalian internal tak kalah penting adalah bahwa

diperlukan pembebanan wewenang dan

tanggung jawab di setiap tingkatan di mana setiap individu dan tim diberikan wewenang dan didorong untuk menggunakan insiatif untuk memfokuskan berbagai isu dan menyelesaikan masalah-masalah, sebatas apa yang menjadi tanggung jawabnya dan juga standar atau kriteria sumber daya manusia dengan jelas. Rekomendasi yang kedua adalah perlunya evaluasi sumberdaya infrastruktur dan manusia. Kurangnya sumber daya manusa dan back up infrastruktur membuat kegiatan akan terganggu apabila terjadi suatu insiden dan tidak cukup sumberdaya untuk mengcovernya.

Rekomendasi ketiga adalah pengoptimalan proses pengawasan risiko (risk oversight) dan asesmen risiko(risk assessment). Menurut (Leo.J,22) Pengawasan risiko adalah proses

pengawasan dewan tehadap kerangka

manajemen risiko dan menurut

Leo.J.Susilo(2017)dalam pengendalian internal COSO, risk assessment merupakan bagian yang terpenting dalam sebuah manajemen risiko. Pengawasan dan penilain risiko ini akan

membantu kegiatan dalam pencapain

objektifitas akan tetap on-track.Rekomendasi yang keempat adalah pembaharuan SOP PIDS dan CCTV. Dikarenakan SOPnya tidak terjadi pembaharuan akibat

berubahnya

struktur

organisasi dan kurangnya sosialisasi sehingga SOP tidak bisa digunakan. Permintaan pembaharuan SOP pada PIDS dan CCTV kepada KAI Pusat perlu dilakukan sehingga ketika terdaat suatu masalah maupun insiden berkitan dengan CCTV dan PIDS bisa langsung teratasi dengan baik karena SOP jelas. Rekomendasi kelima adalah penambahan peluan menerima risiko yang lebih besar. Rekomendasi yang terakhir adalah penambahan dokumen terkait tingkat toleransi risiko (Risk Tolerance).

Rekomendasi Subdomain APO12

Rekomendasi yang pertama adalah.

penambahan risk management effectiveness

criteria

atau kriteria efektifitas pengendalian risiko. Menurut Leo.J(2007) dalam bukunya

Governance, Risk Management and

Compliance , kriteria ini mengukur seberapa jauh efektifitas pengendalian risiko dalam mengurangi tingkat risiko.Rekomendasi yang kedua adalah peninjauan proses communication risk atau komunikasi risiko. Rekomendasi ketiga yaitu penambahan dokumen terkait analisi dampak bisnis Dokumen ini kedepannya agar unit SI DAOP XX dapat menganalisa dampak bisnis terkait gangguan fungus bisnis yang dihadapi oleh unit SI DAOP XX. rekomendasi keempat Dokumen ini kedepannya agar unit SI DAOP XX dapat mengevaluasi ancaman - ancaman potensial yang akan dihadapi oleh unit SI DAOP XX sebagai upaya preventif

.

Rekomendasi kelima adalah dokumen terkait data lingkungan operasi yang berkaitan dengan risiko. Kedepannya dokumen ini akan berfungsi memetakan peluang risiko di setiap lingkungan operasi.Rekomendasi keenam adalah penambahan dokumen terkait peluang untuk menerima risiko yang lebih besar

.

Dokumen ini kedepannya agar unit SI DAOP XX dapat mengevaluasi ancaman - ancaman potensial yang akan dihadapi oleh unit SI DAOP XX sebagai upaya preventif.

Rekomendasi subdomain DSS02

Rekomendasi yang pertama adalah

(8)

ada peninjuan kembali kebijakan keamanan data yang ada. Rekomendasi yang kedua adalah penambahan dokumen tentang Operation Level Agreement. Dokumen ini kedepannya agar unit SI DAOP XX dapat mendefinisikan dengan baik jenis layanan-layanan yang ada. Rekomendasi ketiga adalah penambahan dokumen tentang pemantauan penyelesaian masalah

.

Dokumen ini kedepannya agar unit SI DAOP XX dapat melakukan pemantauan penyeselaian masalah dengan dokumen yang terukur.

5. Kesimpulan

1. Hasil dari penilaian kapabilitas manajemen risiko pada ketiga subdomain tersebut sebagai berikut: Tingkat kemampuan atau capability level pada EDM03 yaitu tentang mengoptimisasi manajemen risiko berada pada level 2 yaitu managed process. Tingkat kemampuan atau capability level pada

APO12 yaitu tentang pengelolaan

manajemen risiko berada pada level 2 yaitu managed process. Tingkat kemampuan atau capability level pada DSS02 yaitu tentang pengelolaan manajemen layananan dan permintaan berada pada level 2 yaitu managed process.

2. Tingkat kesenjangan level pada subdomain EDM03, APO12 dan DSS02 berada pada bernilai 1 dengan masing-masing level target sebesar 3.

3. Setelah mengetahui hasil dari evaluasi yang menyatakan bahwa capability level unit SI DAOP XX berada pada level 2 untuk subdomain EDM03, APO12 dan DSS02 harapan instansi ingin meningkatkan nilai capability level pada setiap prosesnya yaitu menjadi level 3. Untuk mencapai capability level yang diinginkan, maka diberikan rekomendasi yang dibagi setiap subdomain sebagai berikut:

Untuk subdomain EDM03 rekomendasi

yang pertama adalah penambahan

TUPOKSI Struktur Organisasi dan

pendelegasian tugas yang jelas, evaluasi sumber daya infrastruktur dan manuisa, pengoptimalan proses asesmen risiko ( risk assessment) dan pengawasan risiko (Risk Oversight) , pembaharuan SOP PIDS dan

CCTV, penambahan dokumen terkait

peluang menerima risiko yang lebih besar dan penambahan dokumen terkait tingkat toleransi risiko (Risk Tolerance). Sedangkan

untuk subdomain APO12 rekomendasi yang

diberikan adalah penambahan risk

management effectiveness criteria atau kriteria efektifitas pengendalian risiko, pengoptimalan communication risk atau komunikasi risiko, penambahan dokumen terkait analisis dampak bisnis, penambahan dokumen terkait evaluasi ancaman yang potensial, penambahan dokumen terkait data lingkungan operasi yang berkaitan dengan risiko dan penambahan dokumen terkait peluang untuk menerima risiko yang lebih

besar.Untuk subdomain DSSO2

rekomendasi yang diberikan peninjauan kebijakan dan SOP terkait keamanan data, penambahan dokumen tentang OLA dan yang terakhir adalah penambahan dokumen tentang pemantauan penyelesaian masalah.

Saran

Penelitian ini hanya berfokus kepada penilaian level kapabilitas dan memberikan rekomendasi untuk mencapai level yang diharapkan pada Manajemen Risiko. Saran yang diberikan penulis dalam penelitian selanjutnya adalah

penelitian selanjutnya

dapat melakukan eveluasi manajemen

sumber daya dan keamanan informasi

teknologi informasi menggunakan lebih

dari satu sub domain pada setiap domain

EDM (Evaluate, Direct and Monitor),

APO (Align, Plan and Organise), BAI

(Build, Acquire and Implement), DSS

(Deliver, Service and Support) dan

ditambah

dengan

domain

MEA

(Monitor, Evalute and Assess) pada

framework COBIT 5.

DAFTAR PUSTAKA

Advisera Expert Solution Ltd, 2016.Clause by clause explanation of ISO 27001. [Online] Available at: https://info.adviseracom/ [Diakses 22 Juni 2018].

Arief, M. H., 2018. Evaluasi Manajemen Risiko Teknologi Informasi Menggunakan

Kerangka Kerja COBIT 5 (Studi Kasus Pada Perum Jasa Tirta I Malang). Malang: Universitas Brawijaya Malang.

(9)

pp. 46-62.

Cascarino, R. E., 2007. Auditor's Guide to IT Auditing. 2nd penyunt. Canada: John Wiley & Sons, Inc,. Hoboken, New Jersey. Dyahloka, A., 2016. Evaluasi Manajemen

Risiko E-Procurement Menggunakan COBIT 5 IT Risk (Studi Kasus PT.Pertamina(PERSERO)). Malang: Universitas Brawijaya Malang.

Gantz, S., ,2014.The Basic of IT Audit. United State of America :Elesevier.

ISACA., 2012a. COBIT 5: A Business Framework for the Governance and Management of Enterprise IT. Rolling Meadows: ISACA

ISACA., 2012b. COBIT 5: Enabling Processes. Rolling Meadows: ISACA

ISACA., 2013B. Self-Assessment Guide : Using Cobit5. USA: Rolling Meadows. ISACA., 2013. Process Assessment Model

(PAM): Using COBIT 5. USA: Rolling Meadows

ISACA., 2013. The Risk IT Practitioner Guide: Using COBIT 5. USA: Rolling Meadows

Indah, Dwi Rosa, Harlili & Mgs. Afriyan Firdaus., 2014. Risk Management for Enterprise Resource Planning Post Implmentation Using COBIT 5 for Risk.In: International Conrence on Computer Science and Engineering,2014.Bandung: Bandung Institute of Technology. Kadir, A.,2003.Pengenalan Sistem

Informasi.Yogyakarta: Andi.

Khrisna, A., &Harlili., 2014. Risk Management Framework with COBIT 5 And Risk Management Framework for Cloud Computing Integration.In: International Conefrence of Advanced

Informatics:Concept, Theory and Application,2014.Bandung: Bandung Institute of Technology.

Kasiyan, 2015. Kesalahan Implementasi Teknik Triangulasi pada Uji Validitas Data Skripsi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa FBS UNY. 13(1), pp. 1-13.

Moleong.L. J., 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Oktavia, T.2011. Peran Serta Strategi Sistem Informasi Terhadap Keberhasilan Penerapan Teknologi Informasi Perusahaan.Jakarta Barat : Universitas Bina Nusantara

Purnomo, H., Fauziati, S., Winarno, W. W.,

2016. Penilaian tingkat Kapabilitas Proses Tata Kelola Teknologi Informasi dengan COBIT 5 pada Domain EDM (Studi Kasus di PT. Nusa Halmahera Minerals).

Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (KNASTIK 2016). Yogyakarta, 19 November 2016.

Susilo, L. J., 2017.Governance, Risk Management and Compiance. Jakarta : PT.Grasindo

Wibowo, A. S., Selo., Adipta, D., 2016. Kombinasi Framework COBIT 5, ITIL Dan ISO/IEC 27002 Untuk Model Tata Kelola Teknologi Informaasi di Perguruan Tinggi. Seminar Nasional Teknologin Informasi dan

Komunikasi (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 8-19 Maret 2016.

Gambar

Gambar 1 merupakan alur kerja yang dilakukan selama penelitian.
Tabel 1 Pemetaan RACI  Chart
Tabel 3  RACI Chart APO12
Tabel  9  Analisis Gap Keseluruhan

Referensi

Dokumen terkait

Karnival Pendidikan Tinggi Negara (KPTN) merupakan ‘signature programme’ Kementerian Pendidikan Tinggi yang menjadi pemudah cara kepada kementerian untuk mengumpulkan

Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Gumuruh 02 semester 2 pada mata pelajaran mata pelajaran IPS materi

Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan hingga sebesar 75 bps didorong oleh adanya penurunan harga yang bergerak

sinyal jaringan telepon seluler dengan baik. Dengan kondisi medan tersebut, maka dari posisi BTS yang tersedia diharapkan dapat mentransmisikan sinyal ke para

Pengaruh positif kegiatan browsing terhadap motivasi hedonic pada website Lazada menunjukkan bahwa konsumen terdorong untuk melakukan online impulse buying.. Hasil

Tujuan penelitian adalah : untuk mengetahui pengaruh sikap, norma subyektif, kontrol perilaku dan niat pengguna terhadap pemanfaatan sistem informasi Perpustakaan Online di

Mengacu pada pengertian belajar di atas, jelas bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan setiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Peranan dan kontribusi Penyelia Mitra Tani dalam pelaksanaan program PUAP perlu titingkatkan dan dikembangkan dikarenakan perananan supervisi dan advokasi proses