• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Replikasi Pola Semikonservatif - BAB04 Reproduksi Genom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "A. Replikasi Pola Semikonservatif - BAB04 Reproduksi Genom"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Kemampuan reproduksi merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Reproduksi tingkat

sel merupakan dasar dari reproduksi makhluk hidup. Pada eukariot bersel tunggal,

sebagaimana juga pada bakteri, reproduksi sel sudah merupakan reproduksi makhluk hidup.

Pada eukariot bersel ganda reproduksi sel merupakan satu bagian dari proses pertumbuhan

dan perkembangan organisme. Pada titik tumbuh, seperti pada ujung akar atau pucuk, akan

terjadi pembelahan sel secara berkelanjutan.

Reproduksi selular akan diawali oleh reproduksi bahan genetik. Pada sel eukariot

reproduksi sel mengikuti urutan tahapan berikut: G1→S→G2→M (Gambar 1.7). Replikasi DNA, fase S, berjalan sebelum berlangsungnya pembelahan sel mitosis atau meiosis (fase

M). Pada fase S akan terjadi sintesis atau replikasi DNA kromosom, sehingga pada masuk ke

fase M (mitosis; meiosis) semua kromosom telah tergandakan.

Pada sebagian besar organisme, eukariot, prokariot, dan virus, DNA menjadi bahan

genetik; pada sebagian virus RNA menjadi bahan genetik. DNA genom diperbanyak dengan

cara replikasi, sedangan RNA genom virus diperbanyak dengan dua cara, replikasi dan

transkripsi balik. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai replikasi bahan genetik organisme

pada tingkat molekular

A. Replikasi Pola Semikonservatif

Watson dan Crick mengemukakan bahwa struktur heliks ganda DNA menunjang proses

reproduksi DNA melalu replikasi dengan pola semikonservatif. Pengertian replikasi

semikonservatif ialah : bahwa dalam proses pembentukan DNA dari kedua utasan

polinukleotida heliks ganda DNA hanya satu utasan yang disintesis sedangkan utasan yang

lainnya berasal dari molekul DNA terdahulu (Gambar 4.8 dan 4.11). Sebagai perbandingan

terhadap pola semikonservatif ini, pada Gambar 4.12 diperlihatkan dua pola yang lain, yaitu

pola konservatif dan pola dispersif, dan sudah terbukti bahwa pola koservatiflah yang benar.

Pola konservatif ternyata masih berlaku dalam proses reproduksi kromosom, yaitu digunakan

dalam replikasi genom virus RNA.

4

BAB

REPLIKASI

BAHAN GENETIK

(2)

Pola semikonservatif dibuktikan mula-mula oleh Mathew Meselson dan Francis Stahl

(1958). Mereka bekerja dengan bakteri E. coli telah menggunakan teknik radioisotop,

sentrifugasi, dan densitometer, dengan tujuan untuk membedakan jenis DNA serta

kuantitasnya. Pada garis besarnya yang mereka lakukan ialah menumbuhan E. coli pada

kemudian pada setiap generasi yang berurutan dilakukan pemeriksaan kromosomnya dan

dibandingkan satu generasi dengan yang lainnya

.Mula-mula bakteri ditumbuhkan secara berulang pada medium berat (radioisotop 15N)

sampai semua bakteri mengandung 15N pada DNAnya. Kultur bakteri ini disebut generasi-0.

Kemudian bakteri 15N ini dibiakkan pada medium ringan atau berisotop 14N dan turunannya

(generasi-1) dibiakkan lagi pada medium 14N menghasilkan generasi-2, dan selanjutnya

diulang lagi menghasilkan generasi-3, dan generasi-4 pada medium 14N.

Meselson dan Stahl telah mengisolasi DNA bakteri dari generasi-tersebut di atas dengan

teknik sentrifugasi kepekatan bertingkat, dan berhasil memisahkan DNA berdasarkan

jenisnya atau bobotnya, yaitu DNA berat 15N, DNA hibrid 15N-14N, dan DNA ringan 14N

(Gambar 4.12). Kuantitas DNA yang terdapat dalam tabung kemudian ditentukan dengan

bantuan teknik autoradiografi. DNA yang ada pada tabung sentrifugasi ditempelkan pada film

negatif, memberi kesempatan sinar dari radioisotop untuk membakar film, kemudian

kepekatan tanda yang terdapat pada foto digunakan sebagai penduga kuantitas DNA.

Densitometer dapat mengukur kepekatan DNA yang terdapat pada foto tersebut.

Gambar 4.1. Replikasi DNA mengikuti pola semikonservatif, yaitu dari dua utasan polinukleotida penyusun DNA hanya satu yang disintesis sedangkan yang satunya lagi berasal dari DNA tetuanya. Sebagai perbandingan digambarkan dua pola lain, yaitu pada pola konservatif kedua utasan DNA berasal dari generasi yang sama, sedangkan pada pola disversif, kedua utasan DNA merupakan campuran dari fragmen yang baru dan fragmen DNA lama

(3)

Bila pola semikonservatif itu benar maka seharusnya dari generasi-0 akan diperoleh

semua DNA bakteri mengandung 15N pada kedua utasannya, dan pada generasi-1 akan

diperoleh semua DNA dalam bentuk hibrid (15N-14N), satu utasan mengandung 15N dan

utasan lainnya mengandung 14N. Pada generasi-2 akan diperoleh dua jenis DNA yaitu

pertama DNA hibrid 15N 14N, dan yang kedua DNA dengan kedua utasannya yang

mengandung 14N. Kedua jenis DNA ini akan mempunyai nisbah (perbandingan) yang sama.

Hal ini terjadi karena dari DNA hibrid 15N - 14N generasi-1 akan menyumbangkan satu

utasan 15N dan satu utasan 14N, selanjutnya utasan 15N pada medium isotop 14N akan

menghasilkan DNA hibrid 15N - 14N dan utasan 14N akan menghasilkan DNA 14N

(kedua utasan mengandung 14N). Pada generasi-3 akan diperoleh kembali dua jenis DNA

seperti pada generasi-2, tetapi dengan nisbah yang berbeda. Dari DNA hibrid pada generasi-2

akan dihasilkan DNA hibrid dan DNA 14N, sedangkan dari DNA 14N (generasi-2)

dihasilkan seluruhnya DNA 14N. Jadi dilihat dari segi kuantitas akan terjadi peningkatan (a)

Gambar 4.2. (a) Sentrifugasi dengan tabung penyangga berkepekatan

bertingkat berhasil memisahkan DNA berdasarkan beratnya, 15N (berat), 15N-

14

N,(hibrid), dan 14N.(ringan) , dan kemudian (b) dan menangkap signal dengan film dan memriksa kepekatan dengan densitometer

Bakteri kontrol ditumbuhkan pada medium ringan 14N

Bakteri generasi-0 ditumbuh-kan pada medium berat 15N

Bakteri generasi-1 ditumbuh-kan pada medium ringan 14N

Bakteri generasi-2 ditumbuh-kan pada medium ringan 14N

Pita DNA berat (15N-15N)

Pita DNA hibrid (15N-15N)

Pita DNA ringan (15N-15N)

(4)

DNA 14N dan penurunan DNA hibrid 15N - 14N. Pada generasi-3 ini pada pola

semikonservatif akan diperoleh nisbah 3 : 1 antara DNA 14N dengan DNA 15N - 14N.

Hasil percobaan Meselson dan Stahl telah membuktikan kebenaran semua hipotesis yang

telah dijelaskan pada dua alinea sebelumnya. Pada generasi-0 diperoleh DNA yang setara

dengan DNA 15N; pada generasi-1 diperoleh seluruhnya DNA hibrid 15N-14N; pada

generasi-2 terdapat DNA hibrid 15N-14N dan DNA 14N dengan perbandingan 1:1; dan pada generasi-3

diperoleh DNA 14N dan DNA hibrid 15N-14N dengan perbandingan 3:1 (Gambar 4.13). Jadi

melalui percobaan Meselson dan Stahl telah terbukti kebenaran pola replikasi

semikonservatif.

B. Sintesis dengan Arah Pertumbuhan 5-3

Dalam keadaan bebas, nukleotida akan berada dalam bentuk nukleotida trifosfat. Dalam

proses sintesis DNA, dua nukleotida digabungkan satu dengan yang lain dengan cara

menghubungkan karbon gula kelima (C5) yang mengandung fosfat dari satu nukleotida

kepada karbon gula ketiga (C3) yang mengandung OH dari nukleotida lain, membentuk

ikatan 5--3 fosfodiester (Gambar 4.14). Ada dua cara yang mungkin dilakukan dalam

menambahkan satu nukleotida ke dalam rantai polinukleotida yang sudah ada sebelumnya,

Gambar 4.3. Hasil percobaan Meselson & Stahl. Pemeriksaan densitometer terhadap

fotoradiografi DNA, menunjukkan bahwa kuantitas jenis DNA dari beberapa generasi berurutan mendukung pola replikasi semikonservatif.

Generasi-0 : 100 % DNA berat (15N-15N)

Generasi-1 : 100 % DNA hibrid (15N-14N)

Generasi-2 : 50 % DNA hibrid (15N-14 N) 50 % DNA ringan (14N-14N)

(5)

yaitu ditambahkan pada ujung 3'OH (pertumbuhan 5--3) atau ditambahkan pada ujung 5'P

(pertumbuhan 3--5). dan secara kimia, pertumbuhan 5-3 adalah yang paling efisien.

Pada situs awal replikasi polimerase DNA akan mengudar pilinan heliks ganda menjadi

dua utasan tunggal. Dalam proses pengudaran ini akan terbentuk percabangan replikasi

seperti huruf Y, dengan dua cabang utas tunggal dan batang utas ganda. Berdasarkan aturan

antiparalel dari utas-utas heliks ganda DNA, maka pada percabangan replikasi akan terdapat

dua cabang yang berbeda ujungnya yaitu ujung 3'OH dan ujung 5'P (Gambar 4.15). Akibat

dari arah pertumbuhan DNA dari ujung 5'P ke ujung 3'OH; maka dalam percabangan

replikasi akan terdapat dua pola sintesis DNA baru, yaitu pada cabang berujung 3'OH sintesis

akan berjalan dari bagian ujung ke arah pangkal percabangan, sedangkan pada cabang 5'P

sintesis akan dimulai dari pangkal percabangan dan bergerak ke arah ujung (Gambar 4.15).

Cabang yang berujung 3'OH disebut cabang "Leading" sedangkan yang berujung 5'P disebut

cabang "lagging". Pada utas "leading" karena arah sintesis berjalan dari ujung menuju

pangkal percabangan, maka sintesis dapat berjalan seara kontinu sejalan dengan proses

pengudaran pilinan heliks ganda. Pada utas "lagging" karena setiap tahap sintesis harus

dimulai pada pangkal percabangan, dan bergerak ke arah ujung cabang, maka setiap saat

(6)

percabangan yang diikuti oleh sintesis dengan arah ke bagian luar cabang. Jadi, pada utas

lagging, sintesis akan berjalan secara diskontinyu. Oleh karena itu akan ditemukan berbagai

fragmen DNA yang disebut fragmen Okazaki sesuai dengan nama penemunya Reiji Okazaki

(Okazaki et al, 1969).

Dalam replikasi DNA berlangsung tiga tahap atau proses penting, yaitu sebagai berikut:

(i) Pengenalan situs awal replikasi; (ii) Pengudaran (Pemisahan) pilinan heliks ganda; dan

(iii) Sintesis rantai polinukleotida baru. Kedalam tahapan tersebut dilibatkan sejumlah protein

dan enzim (Gambar 4.15).

A. Pengenalan Situs Awal Replikasi

Syarat pertama agar suatu molekul DNA dapat bereplikasi ialah bahwa pada molekul

tersebut terdapat situs awal replikasi. Hasil pengamatan terhadap kromosom E. coli

memperlihatkan bahwa proses replikasi selalu dimulai dari satu titik awal (Cairn, 1963).

Sekarang telah diketahui bahwa titik awal tersebut ternyata merupakan satu ruas yang

mempunyai runtunan basa tertentu. Situs awal replikasi dikenal juga dengan istilah titik ori

(kependekan dari origin of replication); sebagai contoh Ori C pada kromosom E. coli.

Pengenalan situs awal replikasi E. coli dilakukan oleh satu protein, yaitu protein DnaA.

yang dihasilkan oleh gen dnaA. DnaA dapat mengenali titik ori melalui interaksi khusus,

yaitu dengan mengenali runtunan basa ruas ori. Perubahan yang terjadi pada runtunan basa

ori atau konfigurasi DnaA dapat menyebabkan protein tersebut tidak dapat mengenali titik

ori, dan akibatnya DNA tidak mampu bereplikasi. Jadi kecocokan antara situs awal replikasi

dengan DnaA akan menentukan kemampuan suatu DNA untuk bereplikasi dalam suatu sel.

B. Pengudaran (pemisahan) Pilinan Heliks Ganda

Dalam struktur heliks ganda terlihat bahwa basa-basa berada di bagian dalam pilinan yang

terlindung dari kontak dengan luar. Dalam proses replikasi, basa-basa yang terdapat pada

rantai polinukleotida akan digandakan sebagai model dalam menyusun utasan nukleotida

baru, sehingga pilinan heliks ganda harus dibuka dan dipisahkan utasan-utasannya menjadi

utasan tunggal. Terdapat tiga protein dan enzim yang berperan dalam proses ini yaitu

Helikase, Girase, dan Protein Pelindung Utas Tunggal (PPUT).

(7)

Helikase adalah kelompok protein yang berfungsi mengudar (memisahkan) pilinan heliks

ganda dengan cara menghilangkan ikatan hidrogen, dan memisahkan utasan-utasannya

menjadi utas tunggal. Sebagai contoh cara kerja helikase, pada E. coli helikase menempel

pada wilayah salah satu utasan tunggal DNA dan kemudian bergerak dengan arah dari ujung

3 ke ujung 5, menuju bagian utas ganda dan membebaskan utasan-utasan dari pilinan heliks.

Selanjutnya utasan tunggal yang telah terbebaskan akan ditempeli PPUT.

Gambar 4.5. Kegiatan yang berlangsung pada suatu percabangan replikasi; helikase dan girase mengudar pilinan heliks ganda membentuk utas leading dan utas lagging. Protein SSB akan menutupi utas tunggal yang terbentuk sebelum digunakan sebagai model catakan. Primer RNA akan disintesisi untuk menolong Polimerase DNA mengaitkan nukleotida DNA dalam rangka sintesis utasan baru. Sintesis berjalan dengan arah 5-3; pada utas leading berjalan dari ujung ke pangkal percabangan sedangkan pada utas lagging dari pangkal ke ujung cabang. Sintesis berjalan secara bertahap membentuk fragmen Okazaki.

5’P 3’OH

3’OH 5’P

3’OH 5’P

Helikase

Polimerase DNA RNA primer

PPUT

RNA primer

Utas lagging Utas

leading

Fragmen Okazaki

Utas DNA baru Polimerase DNA

(8)

Girase adalah enzim yang berfungsi untuk menghilangkan tegangan pada percabangan

replikasi. Di atas telah dijelaskan bahwa pilinan heliks ganda akan diuraikan oleh helikase.

Penguraian pilinan heliks oleh helikase dapat menyebabkan terjadi ketegangan pada bagian

pangkal percabangan replikasi. Akibat ketegangan tersebut akan terbentuk struktur

superheliks. Girase akan menghilangkan ketegangan tersebut dengan cara melakukan rotasi

pilinan ke arah yang berlawanan.

Penempelan PPUT pada utas tunggal berfungsi untuk melindungi utas tunggal DNA yang

telah diuraikan oleh helikase dari kemungkinan berpasangan kembali dengan utas

pasangannya membentuk heliks ganda. Protein ini akan menempel dan berasosiasi dengan

DNA utas tunggal begitu helikase selesai mengudar heliks ganda. Penempelan ini juga

melindungi utas tunggal dari kemungkinan kerusakan oleh enzim nuklease, dan kemungkinan

digunakan oleh transikriptase untuk melakukan transkripsi.

C. Sintesis Rantai DNA

Dalam proses sintesis fragmen Okazaki tersebut di atas akan digunakan utas DNA lama

sebagai model cetakan. Dalam proses sintesis ini akan dilibatkan sejumlah enzim. Sebagai

contoh pada E. coli, sintesis DNA dapat dibagi menjadi empat tahap atau langkah dengan

bantuan enzim yang berbeda-beda. Keempat langkah tersebut adalah (Gambar 4.16).

(1) Inisiasi sintesis fragmen Okazaki oleh Polimerase RNA,

(2) Sintesis perpanjangan DNA oleh Polimerase DNA III,

(3) Pengisian celah oleh Polimerase DNA I, dan

(4) Pematrian fragmen-fragemen Okazaki oleh ligase

C1. Inisiasi Sintesis Fragmen Okazaki oleh Polimerase RNA

Dalam proses replikasi, sintesis fragmen Okazaki diawali oleh sintesis rangkaian

beberapa basa RNA primer. Hal ini diperlukan karena enzim pengkatalisis sintesis DNA yaitu

polimerase DNA tidak mempunyai kemampuan mengawali sintesis, melainkan hanya

memperpanjang rantai yang sudah ada. Jadi untuk mengawali sintesis DNA perlu dibentuk

RNA primer yang terdiri dari beberapa basa yang akan menjadi tempat polimerase DNA

mengkaitkan nukleotida DNA pertama. Polimerase RNA akan meletakkan ribonukleotida

pada utas tunggal DNA hasil pengudaran (pemisahan) helikase leading atau lagging, dan

mensintesis rangkaian beberapa basa dengan arah 5-3.

C2: Sintesis Perpanjangan Rantai DNA oleh Polimerase DNA III

Enzim ini akan bekerja begitu RNA primer selesai dibentuk, dengan cara mengaitkan

(9)

dengan perpanjangan rantai DNA dengan pertumbuhan 5-3. Sintesis oleh Polimerase DNA

III akan berjalan sampai pertumbuhan 5-3 tersebut mencapai RNA primer dari fragmen

Okazaki yang terdapat di depannya. Polimerase DNA III akan berhenti melakukan sintesis

karena terhalang oleh adanya RNA primer tersebut. Untuk melakukan sintesis lanjutan

diperlukan adanya enzim lain yang mampu membuang basa-basa RNA, dan enzim tersebut

adalah Polimerase DNA I. Oleh karena itu untuk menjalankan tugas selanjutnya Polimerase

DIA III diganti oleh Polimerase DNA I.

C3: Pembuangan RNA Primer dan Pengisian Celah oleh Polimerase DNA I

Polimerase DNA I akan bekerja membuang RNA primer yang terdapat pada bagian depan

setiap fragmen okazaki, dan mengisi celah antara dua fragmen tersebut dengan nukleotida

Gambar 4.6. Langkah sintesis utasan baru DNA melibatkan empat enzim, Polimerase

RNA mengawali sintesis, Polimerase DNA III memperpanjang rantai nukleotida, Polimerase DNA I membuang RNA primer dan mengisi celah dan Ligase menyambungkan dua fragmen Okazaki.

Polimerase RNA Polimerase RNA mensintesis RNA primer

Polimerase DNA III mensintesis DNA dengan menyambungkan pada RNA primer

Polimerase DNA I mengganti polimerase DNAIII saat mengisi celah antara dua okazaki dan membuang RNA primer yang ada pada okzaki yang ada di depannya

Polimerase DNA I

Ligase DNA menyambyngkan dua fragmen okazaki

(10)

DNA. Tugas Polimerase DNA I akan berakhir bila semua nukleotida RNA habis tergantikan

oleh nukleotida DNA. Pada saat itu rangkaian basa DNA yang disintesis telah mencapai

rangkaian DNA dari fragmen Okazaki yang ada di depannya.

C4. Penyatuan Fragmen-Fragmen DNA oleh Ligase.

Ligase adalah enzim yang berfungsi menyambungkan dua fragmen DNA. Dalam

replikasi, ligase berperanan menyambungkan dua fragmen Okazaki setelah RNA promer

dibuang oleh Polierase DNA I. Dengan disambungkannya berbagai fragmen Okazaki maka

diperolehlah satu utasan nukleotida sebagai utasan baru dari heliks ganda.

A. Replikasi Model

θ

pada Kromosom Bakteri

Visualisasi kromosom bakteri serta cara replikasinya pertama kali dilakukan oleh John

Cairns (1963), dengan bantuan teknik autoradiografi pada kromosom E. coli. Dari hasil

penelitiannya diperoleh pengetahuan pertama tentang bentuk kromosom sirkular, dan yang

kedua mekanisme replikasi dari kromosom tersebut. Pada kromosom bakteri, replikasi

dimulai pada satu titik awal, yaitu Ori-C, dan kemudian bergerak kedua arah atau dwiarah

(Gambar 4.17). Pada foto autoradiografi, utasan DNA utuh akan terlihat sebagai garis, dan

titik awal replikasi terlihat sebagai gelembung. Gelembung ini sesuai dengan periode

Gambar 4.7. Perbandingan replikasi model θ dwiarah dan uni arah pada kromosom bakteri. (a) replikasi dwiarah, dan (b) replikasi uniarah

Titik Ori Titik Ori

Pertumbuhan dwiarah

Pertumbuhan uniarah

(11)

pertumbuhan bakteri, akan membesar ke dua arah, dan pada satu saat akan terlihat sebagai

huruf Yunani teta (θ).

Bentuk gelembung ditafsirkan sebagai akibat terjadinya pengudaran heliks ganda menjadi

utas tunggal, dan masing-masing utas tunggal menjadi media untuk sitesis utas DNA baru.

Pada kedua ujung gelembung terbentuk percabangan replikasi; proses replikasi akan

berlangsung pada kedua ujung tersebut. Oleh karena itu replikasi akan berjalan ke dua arah,

atau dwiarah. Hasil akhir dari proses replikasi model θ adalah dua molekul DNA sirkular (Gambar 4.17). Selain berlangsung pada kromosom bakteri, replikasi model θ juga digunakan dalam replikasi vegetatif plasmid.

B. Replikasi Kromosom Eukariot Berjalan dari Banyak Titik Ori

Secara garis besar replikasi DNA kromosom eukariot sama dengan yang berlangsung

pada kromosom bakteri, tetapi terdapat beberapa perbedaan yang menarik. Enzim yang

mengkatalisis polimerisasi DNA eukariot berbeda dari yang digunakan dalam replikasi

prokariot. Perbedaan yang kedua ialah bahwa eukariot mempunyai banyak titik Ori (situs

awal replikasi). Hal ini diperlukan karena eukariot mempunyai ukuran kromosom yang

sangat besar. Adanya banyak titik, ori terlihat pada foto autoradiografi sebagai banyak

gelembung.

DNA kromosom eukariot merupakan molekul linear, pada setiap situs awal yang terdapat

sepanjang molekul tersebut akan terjadi pemisahan utas ganda dan terjadi replikasi dwiarah.

Dari setiap situs awal akan terbentuk gelembung yang akan membesar, dan berbagai

Gambar 4.8. Replikasi kromosom eukariot dimulai dari banyak titik Ori. Replikasi berjalan ke dua arah; dari banyak titik awal akan terbentuk gelembung yang membesar, kemudian

gelembung-gelembung tersebut menyatu dan akhirnya terbentuk dua kromosom

(12)

gelembung akan menyatu membentuk gelembung yang lebih besar, dan akhirnya terbentuk

dua molekul DNA linear atau kromosom (Gambar 4.18).

C. Model Replikasi Lingkaran Berputar

Cara ini digunakan untuk memperbanyak kromosom virus atau plasmid saat konjugasi.

Sistem kerja replikasi ini mirip dengan kerja mesin stensil, untuk memperbanyak tulisan

dengan cara memutar lembaran model pencetak. Dalam model lingkaran berputar, satu utas

DNA dipertahankan dalam bentuk sirkular dan satu dipotong linear. Utas sirkular akan

digunakan sebagai model cetakan dan sintesis utas baru akan menghasilkan utas DNA linear

sebagai hasil cetakannya.

Untuk menjelaskan proses ini kita gunakan kromosom virus DNA utas ganda; kita akan

mendapatkan padanya utas(+) dan utas(-). Tahap awal dari replikasi ini ialah pemotongan

utas(-) tanpa memotong utas(+), (sering disebut dengan istilah nick) (Gambar 4.18). Dari

hasil pemotongan ini akan diperoleh ujung 5'P dan ujung 3'OH pada utas(-). Bersamaan

dengan perputaran utas(+) sirkular bagian ujung 5'P utas(-) akan terlepas dari pilinan heliks

ganda membentuk utas tunggal, sedangkan bagian ujung 3'OH masih tetap menempel sebagai

heliks ganda dengan utas(+). Bersamaan dengan gerakan berputar tersebut, Polimerase DNA

III akan mensintesis runtunan

nukleotida baru pada ujung 3'OH

dengan menggunakan utas(+)

sebagai modelnya. Bersamaan

dengan gerakan tersebut, utas

tunggal arah ujung 5'P yang terlepas

dari pilinan heliks ganda juga

bertambah panjang. Polimerase

DNA III juga mensintesis utas(+)

dengan menggunakan utas(-) yang

terlepas tersebut sebagai modelnya.

Jadi sejalan dengan perputaran

lingkaran utas(+) sirkular itu akan

diperoleh heliks ganda linear baru.

Satu putaran lengkap dari utas(+)

sirkular akan menghasilkan utasan

heliks ganda baru yang linear

Gambar 4.9. Model replikasi lingkaran berputar, digunakan pada replikasi virus

Ujung 3’

Ujung 5’

Polimerase DNA melakukan sintesis pada ujung 3’

Ujung 5’ membentuk utas tunggal bebas

(13)

berukuran sama dengan kromosom virus. Perputaran yang berlangsung berulang kali akan

menghasilkan satu molekul linear yang panjang, yang di dalamnya terkandung banyak

salinan dari kromosom virus. Molekul seperti itu disebut molekul konkatamer, dan pada

proses pengemasan atau pembentukan virus konkatamer ini akan dipenggal menjadi

kromosom virus tunggal.

D. DNA Mitokondria Memiliki Titik Ori Untuk Masing-Masing Utasan

Mitokondria adalah organel yang terdapat di dalam sitoplasma eukariot. Organel ini

mempunyai fungsi utama sebagai tempat sintesis ATP yang berfungsi dalam respirasi. Untuk

mendukung fungsinya DNA dilengkapi dengan bahan genetik sendiri yang bebas dari bahan

genetik yang terdapat pada inti.

Mitokondria mempunyai DNA sirkular berutas ganda. Replikasi DNA mitokondria

mempunyai ciri tersendiri yang berbeda dari DNA lain, yaitu terdapat dua titik Ori yang

berbeda untuk masing-masing utasan. Posisi titik Ori satu utasan berbeda dari titik Ori utasan

lain. Mula-mula replikasi akan berjalan pada satu utasan yang bergerak ke satu arah,

sedangkan pada utasan lain tidak terjadi kegiatan sintesis DNA. Setelah proses sintesis pada

utasan pertama berjalan dan mencapai posisi Ori utasan kedua, maka pada utasan kedua baru

berlangsung sintesis DNA dengan arah yang berlawanan dari arah pada utasan pertama.

Kedua proses sintesis tersebut berjalan secara kontinu.

DNA sebagai bahan genetik merupakan unsur yang sangat penting bagi organisme sebab

molekul itu akan menentukan pola kehidupan organisme tersebut. Karena fungsinya yang

sangat menentukan maka kestabilan DNA harus dijaga dengan baik. Kestabilan tersebut

meliputi dua hal, yaitu terpelihara dari kerusakan struktur molekul akibat pengaruh luar, dan

terpelihara dari kesalahan selama replikasi, yang dapat merubah struktur DNA. Struktur

heliks ganda dengan ikatan kovalen gula fosfat yang terletak di bagian luar menjamin

kestabilan DNA dari berbagai serangan enzim atau aksi fisik. Model replikasi

semikonservatif menjamin kesamaan struktur DNA baru dengan DNA tetuanya. Di samping

kedua hal tersebut, sistem kerja enzim Polimerase DNA juga menjamin kestabilan struktur

DNA.

Polimerase DNA mempunyai sistem pemeriksaan ketepatan pemasangan basa saat

replikasi. Enzim ini mempunyai aktivitas ganda, yaitu aktivitas sintesis DNA, dan sekaligus

(14)

aktivitas kontrol ketepatan sintesis tersebut. Enzim ini mempunyai kemampuan pembacaan

ulang terhadap hasil sintesis, berkat adanya situs eksonuklease 3--5. Pada Gambar 4.19

dilukiskan skema polimerase DNA I denan berbagai situs penting yang dikandungnya, yaitu

situs utas cetakan, situs utas hasil cetakan, situs nukleosida-trifosfat, situs eksonuklease 3--5,

dan situs eksonuklease 5-3. Polimerase DNA III mempunyai semua situs tersebut kecuali

situs eksonuklease 5-3, yang dipunyai oleh Polimerase DNA I untuk memotong RNA primer.

Polimerase DNA akan menempel pada utas tunggal DNA yang sedang bereplikasi, dan

menempatkannya pada situs utas cetakan. Mononukleosida-trifosfat bebas, yang akan

dirangkaikan menjadi rantai nukleotida akan masuk menempati situsnya pada Polimerase

DNA. Kemudian enzim tersebut akan memasangkan basa dari mononukleosida-trifosfat yang

terakhir masuk dengan basa pada utas cetakan. Pemeriksaan pertama untuk ketepatan

pemasangan basa dilakukan pada situs ini. Kecocokan diperiksa berdasarkan jumlah ikatan

hidrogen yang terbentuk, yaitu dua untuk A-T dan tiga untuk C=G. Pasangan basa yang

cocok akan dapat membentuk ikatan hidrogen.

Gambar 4.10. Skema polimerase DNA I. Situs eksonuklease 3-5 berfungsi dalam pembacaan ulang basa yang menjamin ketepatan replikasi

Situs utas DNA cetakan

Fragmen Okazaki terdahulu

Situs eksonuklease 5’-3’

Situs nukleotida trifosfat

Ujung 3’OH utas DNA baru Situs eksonuklease 3’-5’ Utasan DNA yang baru disintesi

(15)

Bila basa-basa yang diperiksa ternyata bukan pasangannya, maka mononukleosida

trifosfat akan dikeluarkan oleh polimerase DNA, dan selanjutnya akan dipilih

nukleosida-trifosfat yang lain. Bila nukleosida-nukleosida-trifosfat ternyata merupakan pasangan yang tepat dari

basa nukleotida pada utas cetakan, maka polimerase DNA akan merangkaikan nukleosida

tersebut dengan membentuk ikatan fosfodiester kepada nukleotida terakhir dari

Polinukleotida baru yang sedang disintesis. Selanjutnya polimerase DNA akan bergerak maju

membaca nukloetida berikutnya pada utas cetakan, dan nukleotida terakhir yang baru saja

dirangkaikan akan masuk ke dalam situs eksonuklease 3-5, yang berada di belakang situs

mononukleotida-trifosfat. Di dalam situs ini dilakukan pemeriksaan kedua terhadap

kecocokan pasangan basa antara nukleotida utas cetakan dengan basa yang terakhir

dirangkaikan. Seandainya masih terdapat pasangan basa yang tidak tepat dan lolos dari

pemeriksaan pertama, maka nukleotida tersebut akan dipotong dari rantai polinukleotida

dengan kegiatan eksonuklease 3-5; kemudian Polimerase DNA akan mundur satu langkah

dan mengulangi proses sintesis DNA. Adanya pemeriksaan ganda ini menjamin ketepatan

yang tinggi dari replikasi DNA dalam menyusun runtunan basa. Telah diketahui bahwa

frekuensi kesalahan dalam replikasi sangat kecil, yaitu antara 10-9, sampai 10-7.

Replikasi DNA mengikuti pola semikonservatif dimana sejumlah enzim dan protein dilibatkan di dalamnya. Heliks ganda akan diudar menjadi utas tunggal dengan bantuan helikase, girase, dan protein SSB. Utas tunggal yang terbentuk akan membentuk percabangan replikasi dan akan digunakan sebagai utas model cetakan. Karena pertumbuhan sintesis DNA berjalan dengan arah 5-3, maka pada utas leading (berujung 3'OH) sintesis akan bergerak dari ujung ke arah pangkal percabangan replikasi. Sebaliknya pada utas lagging (berujung 5'P), sintesis berjalan dari pangkal ke ujung percabangan . Sintesis ini berjalan secara bertahap dalam bentuk fragmen Okazaki.

Polimerase DNA mempunyai tingkat ketepatan yang tinggi karena dilengkapi dengan perangkat baca ulang. Dengan situs eksonuklease 3-5 nukleotida yang salah akan dibuang dan diganti dengan nukleotida yang seharusnya.

Dalam replikasi kromosomnya, bakteri menggunakan replikasi model q yang dimulai dari satu titik Ori yaitu Ori-C. Replikasi kromosom eukariot dimulai dari banyak titik Ori, dan berjalan dwiarah. Virus menggunakan cara replikasi lingkaran berputar dalam proses replikasinya.

Pilih jawaban yang benar

1) Pada kromosom E. coli terdapat satu titik Ori (Ori-C), replikasi dari titik Ori ini akan menghasilkan....

A. dua DNA sirkular

B. satu DNA sirkular dan satu DNA linear

Rangkuman

(16)

C. dua DNA linear D. satu DNA sirkular

2) Replikasi plasmid F. E. coli yang dimulai dari Ori T plasmid akan menghasilkan.... A. dua DNA sirkular

B. satu DNA sirkular dan satu DNA linear C. dua DNA linear

D. semuanya benar

3) Helikase mempunyai fungsi.... A. mengudar pilinan heliks ganda

B. menghilangkan tegangan yang muncul pada pangkal percabangan replikasi C. mencegah utas tunggal DNA berpasangan kembali membentuk heliks ganda D. semuanya benar

4) Girase mempunyai fungsi.... A. mengudar pilinan heliks ganda

B. menghilangkan tegangan yang muncul pada pangkal percabangan replikasi C. mencegah utas tunggal DNA berpasangan kembali membentuk heliks ganda D. semuanya benar

5) Akibat pertumbuhan 5-3 maka pada percabangan replikasi....

1. pada utas lagging sintesis DNA akan berjalan dari ujung menuju pangkal percabangan 2. pada utas leading proses sintesis akan berjalan secara kontinu

3. pada utas lagging akan terbentuk fragmen-fragmen Okazaki A, B, C, D

6) RNA primer dibentuk.... 1.oleh Polimerase RNA

2.di depan semua fragmen Okazaki

3.karena polimerase DNA tidak mampu meletakkan basa pertama atau mengawali sintesis DNA

A, B, C, D

7) Polimerase DNA III diganti oleh Polimerase DNA I karena.... 1. Polimerase DNA III tidak mampu mengawali proses replikasi

2. Polimerase DNA III tidak mampu membuang RNA primer yang ada di depannya 3. Polimerase DNA I mengandung situs eksonuklease 5-3

A, B, C, D

Adams RLP, Knowler JT, and Leader DP. 1986. The Biochemistry of Nucleic Acids. Tenth Edition. Chapman and Hall. London, New York.

Albert B, Bray D, Lewis J, Raff M, Roberts K, and Watson JD. 1994. Molecular Biology of The Cell. Third Edition. Garland Publishing Inc. New York, London.

Chargaff E, Visher E, Doninger R, Green C, and Missani F. 1949. The Composition of the Deoxyribonucleic Acid of Thymus and Spleen. J. Biol Chem. 177: 405-416

Lehninger, A.L. 1982. Principle of Biochemistry, Worth Publisher, New York

(17)

Levine, L. (ed) 1971. Papers of Genetics. A book of readings. Mosby International Edition. The C.V. Mosby Cmpany Saint Lovis.

Singer M and Berg P. 1991. Genes and Genom. University Science Books, Mill Valley California. Blackwell Scientific Publications. Oxford, London, Edinburgh, Melbourne, London, Berlin, Vienna

Stryer L. 1995. Biochemistry. WH Freeman and Company. New York

Watson J.D. and Crick FHC. 1953. The Structure of DNA. Cold Spring Harbour Symposia Quant Biol XVIII :123-131

Watson JD and Crick FHC. 1953. Genetical Implication of The Structure of Deoxyribo-nucleic Acid. Nature 171:738-740

Zubay G and Marmur J. (Eds). 1973. Papers in Biochemical Genetics. Second Edition. Holt, Rinehart and Winston, Inc. New York, Chicago, San Francisco, Atlanta, Dallas, Montreal, Toronto, London.

Gambar

Gambar 4.1. Replikasi DNA mengikuti pola semikonservatif, yaitu dari dua utasan polinukleotida penyusun DNA hanya satu yang disintesis sedangkan yang satunya lagi berasal dari DNA tetuanya
Gambar 4.2. (a) Sentrifugasi dengan tabung penyangga berkepekatan bertingkat berhasil memisahkan DNA berdasarkan beratnya, 15N (berat), 15N- 14N,(hibrid), dan 14N.(ringan) , dan kemudian (b) dan menangkap signal dengan film dan memriksa kepekatan dengan densitometer
Gambar 4.3. Hasil percobaan Meselson & Stahl. Pemeriksaan densitometer terhadap fotoradiografi DNA, menunjukkan bahwa kuantitas jenis DNA dari beberapa generasi berurutan mendukung pola replikasi semikonservatif.
Gambar 4.4 . Pertumbuhan 5-3 pada sintesis polinukleotida. Nukleotida baru akan ditambahkan pada ujung 3'OH dari rangkaian nukleotida yang telah ada dan membentuk ikatan 5-3 fosfodiester
+7

Referensi

Dokumen terkait

SPBU XYZ menentukan besarnya nilai penguapan untuk masing- masing produk BBM berdasarkan pengalaman rutinitas harian data penyimpanan stok yang dipengaruhi oleh kapasitas

Hal ini disebabkan karena berpikir kritis merupakan unsur esensial yang sangat diperlukan dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan (membaca, menulis,

Dua buah pesawat terbang meninggalkan bandara pada saat yang sama, pesawat pertama menuju arah utara, dan pesawat kedua menuju arah 60 o dari arah utara.. Pada pukul 14.00

Dari nilai HLB masing-masing konsentrasi pada rasio glukosa : dodekanol 1:2 maka dapat dikatakan bahwa alkil poliglikosida juga adalah surfaktan hidrofilik yang

Jika karakter tersebut dimiliki oleh generasi milennial tentunya konflik digital dapat dipecahkan, yang akan berdampak pada kemampuan generasi millennial dalam

11.1 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Di Kabupaten Bandung Barat, 2014 / Distribution Percentage of

Hasil dari pendekatan SOAP yang di dapatkan dari kunjungan pertama tanggal 26-02-2016 ibu mengatakan sering kencing pada malam hari dari hasil pemeriksaan yang

Si C dan si D pun akan mendapatkan mavro sesuai dengan jumlah yang Ia transferkan kepada si B, dan mavro tersebut akan bertambah setiap bulannya 30%, jika jatuh tempo