• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III CISG DAN INTERNET A. CISG - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implikasi Penggunaan Internet dalam Convention on Contracts for The International Sale of Goods

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III CISG DAN INTERNET A. CISG - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implikasi Penggunaan Internet dalam Convention on Contracts for The International Sale of Goods"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

CISG DAN INTERNET

A. CISG

Tujuan CISG secara khusus ialah untuk membantu penerapan unifikasi

hukum dalam bidang perdagangan internasional.

“The main purpose of the Convention is to provide a modern,

uniform and fair text of law for contracts for the international sale of goods, reduce barriers in international trade and promote the use and development of international trade. Thus, it contributes significantly to introducing certainty in commercial exchanges, decrease transaction costs, and facilitate the ease of trading across the

borders.”1

Namun yang menjadi kendala ialah bahwa setiap Negara memiliki sistem

hukum yang berbeda (common law andcivil law) dan membutuhkan waktu yang

panjang untuk dapat membentuk suatu unifikasi hukum dalam menyatukan

kepentingan Negara-negara. Sehingga, CISG merupakan salah satu

penyempurnaan elemen hukum yang diangankan oleh banyak Negara dalam

mengatasi serta menyelesaikan persoalan hukum yang mungkin terjadi dalam

pelaksanaan kontrak dagang dan transaksi bisnis internasional. Ribuan2 perkara telah diselesaikan melalui pengaturan hukum yang diatur dalam CISG. Sehingga

dalam penyelesaiannya, perkara-perkara terkait CISG tersebut ditangani oleh

pilihan hukum (choice of law) yang ditentukan oleh para pihak. Untuk memahami

lebih dalam mengenai pengaturan-pengaturan yang diatur dalam CISG, maka

penulis akan menjabarkannya dalam bab ini. CISG mengatur mengenai kontrak

1 The Report on The United Nations Convention on Contracts for The International Sale

of Goods, Parliamentary Paper No. 54 Of 2017, March 2017 Published and Printed by The Department of Legislature, Parliament House, SUVA

(2)

jual beli barang internasional antar individu dalam hal bisnis, diluar jual beli

untuk konsumsi dan jasa, selama barang yang dijual merupakan barang yang

spesifik.

1. Sistematika CISG

Secara substantif, ketentuan yang terdapat dalam pasal-pasal CISG terbagi

menjadi lima bab, yang terdiri dari3 :

• Bab I: mengenai ketentuan umum dan pembahasan mengenai fundamental

breach

• Bab II: mengenai kewajiban-kewajiban penjual

• Bab III: mengenai kewajiban-kewajiban pembeli serta remedies atau

upaya-upaya hukum

• Bab IV: mengatur mengenai peralihan resiko

• Bab V: mengenai ketentuan upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pihak

yang dirugikan apabila terjadi sengketa.

CISG terdiri atas pasal-pasal (chapters) dimana di dalamnya mengatur secara terperinci mengenai ketentuan-ketentuan yang harus atau tidak dilakukan

oleh para pihak di dalam kontrak. Dalam CISG bab I berisi ketentuan tentang

Ruang Lingkup berlakunya CISG dan ketentuan umum (Sphere of Application

and General Provisions). Bagaimana ketentuan konvensi ini dapat berlaku, sebaliknya juga dalam hal-hal apa ketentuan konvensi tidak berlaku.

Bab II berisi ketentuan-ketentuan umum seperti: penafsiran, berlakunya

kebiasaan dalam perdagangan, domisil, pembuktian, bentuk kontrak. Bab ini

mengatur tentang pembentukan kontrak (contract formation). Didalamnya

(3)

terdapat ketentuan tentang penawaran (offer) dan penerimaan (acceptance). Ketentuan mengenai penawaran (offer) mencakup tentang syarat penawaran,

penarikan kembali penawaran, pengakhiran penawaran. Ketentuan tentang

perubahan atau counter offer juga diatur. Penerimaan (acceptance) atas suatu

penawaran juga diatur, termasuk jangka waktu dan cara mengkomunikasikan

penerimaan, serta penarikan atas penawaran. Saat terjadinya kontrak ditetapkan

ketika penerimaan atas suatu penawaran menjadi efektif.

Bab III mengatur tentang penjualan barang (sale of goods). Yang terdiri dari ketentuan umum; kewajiban penjual seperti penyerahan barang dan dokumen,

kesesuaian barang dan terkait dengan tuntutan pihak ketiga, upaya pemulihan atas

wanprestasi oleh penjual. Selain itu juga diatur kewajiban-kewajiban pembeli,

meliputi: pembayaran atas harga yang disepakati, penambilan barang, serta upaya

pemulihan dalam hal wanprestasi oleh pembeli. Ketentuan lain menyangkut

pengalihan resiko (passing of risk); anticipatory breach and instalment of

contracts, kerugian, bunga, ketentuan pengecualian, efek penghindaran, pemeliharaan barang, dan lain-lain.4

2. Beberapa prinsip dan ketentuan penting dalam CISG

CISG berlaku untuk kontrak perdagangan barang antara pihak-pihak yang

tempat usahanya berada di Negara-Negara yang berbeda. Tempat usaha dalam

Negara yang berbeda ini juga tunduk pada dua syarat lainnya yaitu: (1) apabila

(4)

Negara tersebut adalah Negara peserta konvensi dan (2) apabila kaidah-kaidah

hukum perdata internasional menunjukkan pemakaian hukum negara peserta.5

CISG hanya mengatur pembuatan kontrak perdagangan serta hak dan

kewajiban dari penjual dan pembeli yang timbul dari kontrak tersebut.6 Bagi para pihak yang memiliki tempat usaha di Negara-negara Peserta yang berbeda,

dimana kontrak mereka berada di dalam lingkup CISG, kontrak tersebut secara

otomatis diatur oleh CISG, kecuali jika pihak-pihak tersebut mengindikasikan hal

yang sebaliknya. Bagi pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi jual-beli

internasional yang tidak ingin diatur oleh CISG, prosedur yang disarankan adalah

menyatakannya dalam kontrak mereka. Kesimpulan dan rekomendasi di atas juga

dapat berlaku bila hanya salah satu pihak yang memiliki tempat usahanya di suatu

Negara pihak pada Persetujuan jika undang-undang nasional yang berlaku

menganggap hukum Negara pihak pada Persetujuan sebagai undang-undang yang

mengatur. Hal ini tergantung pada Pasal 95 CISG. Dalam dua situasi ini pihak

yang melakukan kontrak dari berbagai Negara pihak pada Persetujuan, dan

kontrak antara pihak dari suatu Negara pihak pada Persetujuan dan suatu pihak

dari Negara pihak lainnya - ketentuan CISG yang relevan adalah Pasal 1 (1) (a), 1

(1) (b) dan 95.7

Ada juga kasus di mana prinsip-prinsip CISG dapat diterapkan pada

transaksi antara pihak-pihak yang tidak memiliki tempat usahanya di suatu Negara

pihak pada Persetujuan. CISG dapat mengajukan permohonan kontrak semacam

itu hanya dengan pemilihan para pihak. Misalnya, dalam kasus transaksi antara

5 Mengacu pada Pasal 1 ayat 1 Konvensi CISG 1980 6 Article 4 CISG.

7 CISG by State, Pace Law School Institute of International Commercial Law, August 3,

(5)

pihak-pihak dari Taiwan dan Brasil (yang keduanya bukan merupakan Negara

pihak pada Persetujuan), CISG dapat mengajukan kontrak mereka jika

pihak-pihak tersebut memilih, sesuai dengan fakta bahwa ketika CISG berlaku menurut

undang-undang itu bisa menggantikan hukum domestik yang berlaku sebaliknya;

ketika CISG berlaku semata-mata berdasarkan kontrak, ia bertindak seperti

seperangkat syarat dan ketentuan yang tergabung dalam kontrak - dengan kata

lain, dalam situasi ini, hal itu tidak menggantikan ketentuan wajib undang-undang

nasional yang berlaku di mana hukum tersebut tidak mengizinkannya. Selain itu,

ada situasi di mana prinsip-prinsip CISG dapat dianggap berlaku walaupun pada

kedua belah pihak tidak memiliki tempat usaha yang relevan di suatu Negara

pihak pada Persetujuan dan para pihak tidak mengacu pada CISG dalam kontrak

mereka. Ada kasus di mana tribunal diadakan (lihat, misalnya, Kasus Arbitrase

ICC No. 5713 tahun 1989).

(6)

penawaran dan penerimaan yang diadopsi oleh CISG, dan prinsip-prinsip lain

yang akan dijelaskan selanjutnya.

a) Prinsip Itikad Baik

Prinsip itikad baik secara universal dikenal dan diterapkan dalam beragam

hukum nasional maupun internasional. Khusus dalam CISG tertuang dengan jelas

dalam Article 7(1) yang berbunyi “dalam menafsirkan Konvensi ini, sifat

internasionalnya dan perlunya untuk meningkatkan keseragaman pemberlakuannya serta pelaksanaannya dengan itikad baik dalam perdagangan

internasional perlu dipertimbangkan.”9 Tugas konvensi berkenaan dengan itikad

baik sangat penting dalam menentukan kesamaan bentuk dari kontrak

internasional dan merupakan suatu alat yang diperlukan sebagai alat pengikat.10 Akan tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa menemukan prinsip itikad baik di

dalam konvensi merupakan suatu hal yang tidak diakomodir oleh konvensi,

melainkan didasarkan atas penafsiran semata. Itikad baik merupakan suatu

terminology internasional dan wajib dibuat berdasarkan bagian dari kesepakatan

yang tercantum di dalam kontrak.

Tujuan utama prinsip ini adalah untuk tercapainya suatu keadaan yang adil

dalam transaksi dagang internasional. Selain itu, prinsip itikad baik juga penting

guna memberikan rasa aman bagi seluruh pihak yang mengikatkan diri pada

konvemsi ini. Selain itu asas ini sangat berperan pada saat negosiasi bisnis

dilakukan terutama pada saat perumusan kontrak ingin diwujudkan oleh para

9 Article 7 (1) CISG.

(7)

pihak.11 Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang ahli hukum dagang internasional Van Alstine:

“good faith in contract, not only exist for contract performance but also for

contract formation. But the others third party who believed that the good faith

requirement axis only for the Convention for International Sale of goods interpretation, but not for contract performance.”12

b) Prinsip Kebebasan Berkontrak

Dalam Article 6 CISG tercantum dengan jelas bagaimana prinsip kebebasan

berkontrak juga dianut oleh konvensi ini. Terlebih lagi, prinsip ini menekankan

bahwa penggunaan CISG tergantung pada pilihan dan kesepakatan para pihak

“Para pihak dapat menolak pemberlakuan Konvensi ini atau, dengan tunduk

kepada pasal 12, mengurangi atau mengubah pemberlakuan dari setiap ketentuan

di dalamnya.” Sebagaimana yang juga berlaku dalam prinsip hukum internasional

yaitu Prinsip Reservation (reservasi)13, dimana suatu Negara yang telah meratifikasi atau meng asesi suatu Perjanjian Internasional (dalam hal ini

Konvensi) dapat mengecualikan pasal tertentu dalam perjanjian tersebut dengan

syarat (1) dimungkinkan oleh perjanjian itu sendiri dan (2) harus sejalan dengan

tujuan dan maksud perjanjian.

11ibid. h. 137.

12Michael P. Van Alstine, “Dynamic Treaty Interpretation”, University of Pennsylvania Law Review, Vol.146(1998). h. 687.

(8)

c) Prinsip Force Majeure

Setiap kontrak harus memuat klausul keadaan darurat karena besar

kemungkinan terjadi sesuatu yang berada diluar dugaan, begitupun klausul yang

diterapkan oleh CISG. Rumusan yang dibuat dalam CISG, force majeure sangat

berhubungan erat dengan doktrin impracticability. Dalam pelaksanaannya,

terdapat 10 hal yang harus dipertimbangkan mengenai force majeure clause, yaitu:

(1) ruang lingkup yang harus dilindungi oleh forece majeure, (2) kriteria

penggolongan force majeure, (3) dalam praktik, alangkah lebih baik digunakan

check list yang menggambarkan urutan prioritas, (4) harus dibuat secara spesifik

dan khusus, (5) harus dijelaskan patokannya dan didasarkan pada suatu kejadian,

(6) harus tegas dalam mempertumakan pemikiran dan kepentingan para piihak,

(7) harus berisi ketentuan standard yang menunjukkan bagaimana hal itu dapat

diukur, (8) ukuran ketidakmampuan dalam mewujudkan kewajiban, (9)

menentukan prosedur penilaian terhadap suatu kejadian yang dianggap sebagai

force majeure, (10) para pihak harus menetapkan pengaruh force majeure terhadap

klaim tertentu14

B. Contract Formation menurut CISG

Sir John William Salmond mengatakan , a contract is "an agreement

creating and defining the obligations between two or more parties ". Kesepakatan tersebut tidak serta merta terlepas dari beberapa batasan yang hidup dan

berkembang di dalam masyarakat baik secara nasional maupun internasional.

Sejak abad ke-19 prinsip-prinsip dalam berkontrak mengalami berbagai

(9)

perkembangan dan pergeseran penting. Pergeseran yang demikian salah satunya

disebabkan oleh tumbuhnya bentuk-bentuk kontrak standard yang digunakan oleh

Negara-negara15. Bentuk kontrak standard yang demikian biasa disebut sebagai contract formation. Dalam setiap kontrak, terdapat aturan-aturan khusus yang

berfungsi untuk mengatur keberlangsungan transaksi jual beli.

Pengaturan mengenai contract formation dalam area komersil telah diberlakukan di U.S Amerika bersamaan dengan berlakunya Uniform Commercial Code atau biasa dikenal sebagai UCC dan amandemennya. Bagaimanapun juga,

semenjak UCC pertama kali ditulis, dunia bisnis dan perdagangan internsional

Amerika mulai berkembang pesat. Namun pada akhirnya, terlalu banyak

interpretasi hukum yang dianggap masih kurang dalam UCC.16

Sehingga, CISG membuat suatu perubahan signifikan dalam memperbaiki

contract formation dan dalam beberapa tahun, banyak Negara yang mulai

15 Ida Bagus, Op. Cit., h. 44

16 Contract Formation under the United Nations Convention on Contracts for the

(10)

menerapkannya dalam draft contracts jual beli barang. The Convention governs only (1) the formation of the contract of sale18 and (2) the rights and obligations

of the seller and the buyer arising from such a contract.19 In particular, the Convention is not concerned with the validity of the contract or any of its

provisions or of any usage.17 Selain itu, penulis juga akan memaparkan beberapa contract formation yang terdapat di dalam CISG sebagai berikut:

- Offer and acceptance

- Withdrawal of offer and Revocation of offer

- Intention to be legally bound

- Identifying Goods (quantity, price and specification)

- Legal Defensees to Contract Formation

a. Offer, acceptance and Intention to be legally bound

Pasal 14 CISG menuangkan beberapa substansi bagaimana kriteria sebuah

offer yaitu:

it has to be addressed to one or more specific persons, it has to be sufficiently definite (in the sense that it must indicate the goods and somehow fix or make provision for determining the quantity and the price) and it must indicate the intention of the offeror to be bound in case of acceptance. As far as the element of specificity is concerned, it appears to make no difference what form of communication one uses. In respect of this substantive feature of the offer, there are, in other words, no problems intrinsic to electronic forms of communication as there are no problems intrinsic to other forms of communication.”

Berdasarkan CISG, offer and the acceptance (dalam beberapa kasus) mulai efektif pada saat diterima (receipt) secara lisan maupun tulisan. Pasal 18 Konvensi ini juga dengan tegas menyatakan bahwa pernyataan yang dibuat oleh penerima

(11)

penawaran yang menunjukkan persetujuan atas sebuah penawaran adalah

dianggap sebagai sebuah penerimaan (acceptance). Tidak adanya tanggapan atau

diam tidak dianggap sebagai penerimaan. Penerimaan penawaran mulai berlaku

pada saat tanggapan yang menunjukkan persetujuan diterima oleh pihak yang

menawarkan. Penerimaan tidak berlaku apabila tanggapan yang menunjukkan

persetujuan tidak diterima oleh pihak yang menawarkan dalam jangka waktu yang

telah ditetapkan atau, apabila tidak ditetapkan jangka waktunya, dalam jangka

waktu yang wajar, dengan mempertimbangkan keadaan transaksi, termasuk

kecepatan sarana komunikasi yang dipergunakan oleh pihak yang menawarkan.

Penawaran secara lisan harus dengan segera diterima kecuali apabila keadaan

menunjukkan lain.

Meskipun demikian, apabila, berdasarkan penawaran tersebut atau sebagai

akibat dari praktik-praktik yang telah ditetapkan bersama oleh para pihak, atau

berdasarkan prosedur, penerima penawaran dapat menunjukkan persetujuan

dengan melakukan tindakan, misalnya tindakan yang berhubungan dengan

pengiriman barang atau pembayaran, tanpa memberitahukan kepada pihak yang

menawarkan, maka penerimaan tersebut berlaku pada saat tindakan tersebut

dilakukan, dengan ketentuan bahwa tindakan tersebut dilakukan dalam jangka

waktu yang diatur pada ayat sebelumnya.

Bagaimanapun juga, hal ini menimbulkan sebuah masalah jika membandingkan pengiriman melalui pesan elektronik dan yang lebih tradisional seperti telegram, surat maupun telex sebab CISG memberikan ketentuan yang sangat berbeda berdasarkan bentuk kedua jenis komunikasi ini, didasarkan pada

(12)

Hal ini menunjukan hal yang penting yaitu kapan keputusan dalam penerimaan

mulai diterima, Beberapa mengatakan bahwa sekalipun harus dibandingkan, maka

pesan elektronik dapat digolongkan sebagai instantaneous communication dan

aturan kontrak yang disediakan tetap mengacu pada Article 14 hingga 24 CISG.

Hal yang penting lainnya ialah bahwa terjadinya kontrak adalah pada saat waktu

penerimaan dari suatu penawaran berlaku. Oleh sebab itu, prinsip penerimaan

perlu diperhatikan dengan jelas oleh kedua belah pihak.

b. Withdrawal of offer and Revocation of offer

Dalam pengaturan konvensi CISG setiap offer bersifat dapat ditarik

kembali. Sebelum kontrak disepakati, penawaran dapat ditarik kembali apabila

penarikan tersebut diterima oleh penerima penawaran sebelum surat penerimaan

dikirimkankecuali jika telah diperjanjikan sebelumnya oleh para pihak bahwa

tidak akan menarik kembali offer tersebut. Pengaturan pasal mengenai penarikan

kembali (withdrawal) dituangkan dalam Pasal 15(2) CISG “An acceptance may be

withdrawn if the withdrawal reaches the Offeror before or at the same time the acceptance would have been effective.” sedangkan mengenai pembatalan

(revocation) diatur sesuai Pasal 16 CISG. “Offers that do not state that they are

irrevocable. Can be revoked anytime before the offeree dispatches an acceptance.”

c. Identifying Goods (quantity, price and specification)

(13)

spesifikasinya. Sebagaimana yang telah dibahas di awal bahwa dalam penawaran

penjual juga wajib untuk memberikan penawaran secara detail guna menjamin

kebutuhan dari kedua belah pihak agar terhindar dari sengketa hukum yang

mungkin dapat terjadi. Pasal 19(3) CISG Ketentuan-ketentuan tambahan atau

ketentuan-ketentuan yang berbeda berkaitan dengan, antara lain, harga,

pembayaran, kualitas, dan kuantitas barang, tempat dan waktu pengiriman, tingkat

kewajiban satu pihak terhadap pihak lainnya atau penyelesaian sengketa yang

dianggap mengubah ketentuan-ketentuan penawaran secara materiil. Selain itu hal

yang perlu diperhatikan bagi penjual adalah harus mengirimkan barang yang

bebas dari setiap hak atau tuntutan pihak ketiga berdasarkan kekayaan industri

atau kekayaan intelektual lainnya. Syarat ini juga mutlak perlu diperhatikan sebab

jika tidak, maka dapat menimbulkan sengketa hukum yang akan berakhir

merugikan kedua belah pihak.

C. Internet dan CISG

Perananan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi telah

menempatkan pada posisi yang amat strategis karena menghadirkan suatu dunia

tanpa batas, jarak, ruang dan waktu yang berdampak pada peningkatan

produktivitas dan efisiensi. Pengaruh globalisasi dengan penggunaan sarana

teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah pola hidup masyarakat dan

berkembang dalam tatanan kehidupan baru dan mendorong terjadinya perubahan

social, ekonomi, budaya, dan penegakan hukum.18 Perkembangan penting sebagai

akibat dari kemajuan teknologi informasi khususnya internet adalah semakin

18 Siswanto Sunarso, Hukum Infromasi dan Transaksi Elektronik, Rineka Cipta, Jakarta,

(14)

meningkatnya transaksi dagang yang menggunakan fasilitas ini. Transaksi tidak

lagi dilakukan secara tradisional, tidak lagi terbatas oleh wilayah, dan dapat terjadi

pada saat bersamaan tanpa harus bertemu dan dapat dilakukan secara cepat.19

Oxford Dictionary memberikan definisi internet sebagai “a global computer

network providing a variety of information and communication facilities, consisting of interconnected networks using standardized communication protocols.” Sedangkan internet menurut UU ITE tahun 2008 memberikan definisi

internet merupakan sebuah jaringan sistem komputer dan sistem komunikasi.

Dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya internet merupakan suatu sistem

informasi dan komunikasi yang dapat saling terhubung dan memiliki peran

penting dalam hal kecepatan penyampaian sistem informasi.

“The internet is globally accessiable and the mechanics and protocols are

universal”20Penggunaan internet memiliki andil yang besar terhadap dunia perdagangan internasional. Mengapa? Karena seperti pendapat di atas, internet

bersifat global dan universal sehingga siapapun dan dimanapun seseorang dapat

mengakses internet dengan mudah dan cepat. Perkembangan komunikasi

informasi berdampak pada penggunaan internet dalam transaksi jual-beli yang

dilakukan, terutama mengenai kontrak dan sistem transasksinya. Perkembangan

internet (terlebih spesifik e-mail) telah dimulai pada tahun 1987 di Negara China.

China mulai menggunakan komunikasi e-mail pada September 1987. Jumlah pengguna internet meningkat dari waktu ke waktu dan mencapai antara 4-10 juta

pengguna pada tahun 1999. Pada tahun yang sama Cina membentuk suatu

Undang-undang Perjanjian Cina 1999 yang mengakui bahwa tulisan elektronis

19 Huala Adolf, Op. Cit., h. 17.

20 Kenny Wiston, The Internet: Issues of Jurisdiction and controversies surrounding

(15)

setara dengan tulisan biasa. Pasal 11 menjelaskan bahwa istilah tertulis mengacu

pada sebuah bentuk yang mampu secara nyata merepresentasikan isinya misalnya

instrument tertulis surat dan dokumen yang dikirimkan secara elektris atau

elektronis (termasuk telegram, teleks, faksimili, pertukaran data elektris dan

e-mail).21 Perkembangan ini menunjukkan dengan jelas bahwa suatu peraturan perdagangan muncul akibat dari perkembangan dunia teknologi komunikasi dan

informasi yang berkembang dengan begitu cepatnya.

Sedangkan dalam dunia internasional, salah satu lembaga yang telah

dibentuk untuk mengakomodir perkembangan ini ialah United Nations

Commission on International Trade Law (UNCITRAL) yaitu suatu badan kelengkapan khusus PBB yang diberi tugas mengembangkan hukum perdagangan

internasional.22 Pada Resolusi 51/162 tanggal 16 Desember 1996, UNCITRAL

berhasil merumuskan suatu aturan hukum yang cukup penting yaitu Modal Law on Electronic Commerce with Guide to Enactment. Tujuan dari Modal Law ini

adalah untuk menyeragamkan aturan-aturan hukum dalam penggunaan jaringan

komputer guna transaksi-transaksi komersil. Isi dari peraturan ini ialah spesifik

mengenai Perdagangan melalui elektronik seperti kontrak elektronik, tanda tangan

elektronik dan pengaturan mengenai dokumen-dokumen lain yang bersifat

elektronik. Dalam pengantarnya, UNCITRAL sekaligus menyinggung mengenai

definisi internet secara lebih spesifik “the use of modern means of communication

such as electronic mail and electronic data interchange (EDI) for the conduct of international trade transactions has been increasing rapidly and is expected to

21 Assafa Endeshaw, Hukum e-commerce dan Internet dengan focus di Asia Pasifik,

Pustaka Pelajar, h. 191

(16)

develop further as technical supports such as information highways and the INTERNET become more widely accessible.”

Penulis sendiri menyimpulkan bahwa internet dewasa ini memiliki

pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan dunia perdagangan, baik

secara nasional maupun internasional. Internet sebagai sebuah jaringan yang

terhubung di antar Negara melalui satelit-satelit semakin mempermudah jalur

komunikasi antar manusia di tiap Negara. Kemajuan ini tentu saja berdampak

besar bagi dunia perdagangan internasional yang dahulu memerlukan waktu serta

proses yang memakan waktu lama, baik dari sisi menjalin komunikasi maupun

dalam perihal pengiriman barang serta transasksi yang dilakukan. Dengan

internet, batas-batas wilayah Negara dalam melakukan transaksi dagang menjadi

tidak lagi signifikan. Transaksi melalui e-commerce memiliki beberapa ciri

sebagai berikut:

1) Transaksi ini memungkinkan para pihak memasuki pasar global secara

cepat tanpa dirintangi batas Negara

2) Transaksi ini memungkinkan para pihak berhubungan tanpa mengenal satu

sama lainnya

3) Transaksi ini sangat bergantung pada sarana teknologi yang keandalannya

kurang dijamin. Karena itu transaksi ini keamanannya belum dapat

diandalkan

4) Transaksi ini lebih efisien, produktif dan bersaing

5) Memperkecil masalah-masalah akibat dari perbedaan budaya, bahasa dan

praktek perdagangan

(17)

Terkait dengan CISG sebagai salah satu konvensi yang telah ada sejak tahun

1980, dapatkah mengikuti perkembangan internet sebagai salah satu alat

komunikasi yang digunakan sebagai sarana dalam offer and acceptance?

Terutama mengenai aturan-aturan yang telah diatur oleh UNCITRAL?

1. CISG dan UNCITRAL

Sebelum memahami lebih dalam mengenai pengaturan internet, penulis

akan menjelaskan terlebih dahulu bagaimana keterkaitan antara CISG dengan

UNCITRAL sebagai salah satu lembaga yang membentuk Modal Law on Electronic Commerce with Guide to Enactment pada tahun 1996. Seperti yang telah dijelaskan di awal, sesungguhnya UNCITRAL merupakan suatu lembaga

khusus yang dibentuk guna memberikan penyelesaian terhadap harmonisasi

hukum perdagangan internasional terlebih mengenai pengaturan kontrak jual beli

secara internasional. Dirintis hanya oleh beberapa Negara, namun lambat laun

karena unifikasi kontrak yang dibuat cukup memuaskan maka lembaga ini

semakin berusaha untuk memberikan aturan-aturan yang bersifat universal dan

berfungsi untuk mengatur sistem transaksi perdagangan internasional secara

spesifik, termasuk Modal Law mengenai e-commerce yang dibentuk pada tahun

1996 lalu. Modal law merupakan suatu model hukum yang mengatur mengenai

e-commerce. Bukan hanya diartikan dalam kegiatan jual-beli namun mencakup

seluruh aktivitas bisnis yang dapat dilakukan secara elektronik. Saat ini PBB

(18)

Commerce with Guide to Enactment 1996, United Nations Publication, New York, 1999, dan UNCITRAL Model Law on Electronic Signature with Guide to

Enactment 2001, United Nations Publication, New York, 2002.

Selain itu, UNCITRAL juga telah membentuk suatu konvensi khusus

mengenai penggunaan alat komunikasi elektronik pada 2007 yang disebut sebagai

United Nations Convention on the Use of Electronic Communications in

International Contracts.

Konvensi ini sebagai bentuk nyata akomodasi internasional dalam

mewadahi penggunaan alat komunikasi elektronik yang tidak dapat dilepaskan

dalam kegiatan transaksi jual beli secara internasional. Dalam pendahuluan

konvensi ini juga menyebutkan dengan tegas bagaimana electronic

communications dapat meningkatkan efisiensi dalam kegiatan perniagaan di dunia, dan memberikan banyak kesempatan baru kepada para pihak serta pasar

untuk ikut terlibat dalam memanfaatkannya demi sebuah pengembangan kegiatan

ekonomi, baik nasional maupun internasional. Namun, mengenai permasalahan

terkait penggunaan konvensi ini di dalam CISG sesungguhnya kembali lagi

kepada keterikatan suatu Negara dan para pihak yang terlibat dalam konvensi ini.

Selain itu, yang terpenting adalah prinsip-prinsip umum dalam kontrak elektronik

sesungguhnya dapat menjadi pertimbangan setiap pihak yang mengikatkan diri

pada Konvensi CISG tanpa harus melihat kepada aturan nasional suatu Negara.

Dengan demikian, jelas bahwa CISG sebagai hukum yang tidak mengakomodir

aturan mengenai electronic communication tetap dapat menggunakan aturan

hukum lain sebagai bahan hukum pendamping jika sewaktu-waktu terjadi

(19)

2. Internet dan CISG

Art.11 (1) In the context of contract formation, unless otherwise agreed by the parties, an offer and the acceptance of an offer may be expressed by means of data messages. Where a data message is used in the formation of a contract, that contract shall not be denied validity or enforceability on the sole ground that a data message was used for that purpose.

Kontrak elektronik juga diakui keabsahannya dalam praktek perdagangan

internasional sebagaimana dituangkan dalam pasal 11 UNCITRAL Model Law on

Electronic Commerce tahun 1996 yang menyatakan bahwa dalam pembentukan sebuah kontrak, kecuali para pihak menyepakati lain, proses penawaran dan

penerimaan dapat dilakukan melalui pesan data. Kontrak yang dibuat melalui

proses demikian tidak membuat kontrak tersebut tidak berlaku atau disangkal

keberadaannya.

Where the parties to a contract concluded electronically clearly indicate where their relevant place of business is located that place of business is to be taken into consideration in determining the internationality of the sales

transaction, not unlike in cases where the contract is concluded by more

“traditional” means23

Meskipun CISG tidak secara resmi mengikatkan diri pada issue keabsahan

transaksi elektronik, namun secara tidak langsung CISG terikat pada prinsip-prisip

umum keabsahan tersebut. Art.11 CISG membangun pengertian bahwa “a

contract for the international sale of goods need not be concluded in or evidenced by writing and is not subject to any other requirement as to form. It may be

23 Franco Ferrari, Brief Remarks on the Conclusion of Contracts on the Internet and the

(20)

proved by any means, including witnesses.” Terlebih, Art.11 juga tidak

menyebutkan persyaratan sebuah kontrak secara spesifik, artinya kontrak tersebut

dapat berupa tulisan, lisan maupun dalam bentuk lainnya termasuk dalam bentuk

pengiriman pesan melalui e-mail.

“In the eighteen years since text of the United Nations Convention on Contracts for the International Sale of Goods, Vienna 1980 was agreed to, the face of business communications has changed radically by the introduction of newer technologies and applications such as fax, electronic data interchange (EDI) and the internet. It is clear from the wording of article 13 that these applications were not available at the time as it only refers to telegram and telex. One of the criticisms of the CISG was that as a statutory piece of legislation it largely petrified the law and that it would be unable to change or be changed as needed and would therefore soon become more of a hindrance than a help. The challenges posed by these new communications applications in international commercial relations offer an excellent opportunity to assay whether that prognosis was accurate or not.”24

D. Penggunaan Internet dan CISG

Gagasan ini muncul seiring dengan perkembangan sistem komunikasi dan

informasi yang semakin berkembang pesat. Teknologi informasi dan komunikasi

telah mengubah perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara global.

Perkembangan teknologi informasi telah pula menyebabkan dunia menjadi tanpa

batas (borderless) dan menyebabkan perubahan sosial yang secara signifikan

berlangsung demikian cepat.25

Melihat fenomena ini, diperlukan pengaturan-pengaturan yang dapat

memberikan pemahaman yang lebih utuh dalam keberlangsungan CISG, dalam

hal ini sebagai salah satu konvensi yang memiliki andil besar dalam dunia

transaksi bisnis internasional. Sebagai salah satu Konvensi yang cukup

24 Siegfried Eiselen, Electronic commerce and the UN Convention on Contracts for the

International Sale of Goods (CISG) 1980, Reproduced with permission of 6 EDI Law Review, 1999, h. 21-46.

(21)

berpengaruh dari awal kemunculannya, CISG memiliki beberapa kelebihan dan

kekurangan yang dapat disempurnakan melalui penelitian-penelitian hukum. Oleh

sebab itulah, penulis akan membahas lebih dalam mengenai pemahaman internet

dan kaitannya dalam offer and acceptance sebagai bentuk contract formation dari

CISG.

A. Penggunaan Internet terkait dengan article di dalam CISG

Korelasi antara hukum dan ekonomi demikian erat dan saling

mempengaruhi untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam pergaulan hidupnya.

Perkembangan ekonomi akan mempengaruhi peta hukum26, demikian pula yang terjadi pada perkembangan hukum transaksi bisnis internasional.

Pada awal terbentuknya hukum ini, belum dikenal istilah internet serta

transaksi yang dilakukan antar Negara hanya dapat dilakukan melalui alat

komunikasi yang dikenal pada zamannya yaitu telegram ataupun telefax. Alat ini

memiliki perbedaan yang signifikan dengan jenis pesan elektronik lain yang

dikenal saat ini. Telegraf adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan,

kepada penerima, sedangakan isi pesan tersebut dikenal sebagai telegram.

Biasanya telegram bisa digunakan untuk menyampaikan informasi dalam jarak

yang cukup jauh. Telegram pertama kali dicetuskan oleh Samuel F.B. Morse,

orang Amerika yang mempopulerkan kirim mengirim telegram sekitar tahun

1800-1900. Penyampaian pesannya juga cepat, tidak sampai satu hari, pesan yang

dikirimkan akan tiba di tangan penerima. Telegram ini berisi kode-kode tertentu

yang dikirimkan lewat telegraf. Selain itu, alat ini bisa menjangkau daerah-daerah

26 Johannes Ibrahim Lindawati Sewu, Hukum Bisnis (dalam persepsi manusia modern),

(22)

dalam maupun luar negeri sebab menggunakan kabel bawah laut. Kabel inilah

yang menghubungkan satu lokasi ke lokasi lain yang dekat maupun sangat jauh

jaraknya.27

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi Information and

Communication Technology (ICT) yang begitu pesat dengan segala fasilitas penunjangnya dalam peradaban manusia modern saat ini, telah membawa kita

memasuki era baru yang disebut sebagai era digital (digital age). Berbagai bidang

kehidupan akhirnya dirambah oleh kemajuan ICT tersebut. Perkembangan

teknologi komunikasi massa yang menekankan pada komunikasi antarindividu

manusia secara langsung, seperti halnya pada penggunaan telepon, mengalami

kemajuan yang sangat berarti dengan dikenal dan digunakannya telepon bergerak

atau yang lebih dikenal dengan ’cellular phone’. Dalam perkembangan teknologi

informasi kemudian dikenal internet sebagai salah satu media untuk

berkomunikasi.

Internet bukan merupakan objek yang kasat mata yang dapat disentuh dan

dapat dirasakan. Internet merupakan lapisan kompleksitas teknologi dan jasa yang

perlahan-lahan bergabung membentuk sesuatu yang dapat dinikmati oleh semua

orang. Internet merupakan jaringan komputer terbesar di dunia yang

menghubungkan jutaan manusia dan tumbuh secara eksponensial. Jaringan yang

terhubung ini menjadi antarjaringan (internetwork) karena memiliki faktor penggabung sama yang memungkinkan berbagai jaringan untuk bekerja sama.

Internet adalah milik seluruh penghuni dunia. Setiap orang atau lembaga dengan

bebas dapat menyambungkan komputernya di internet. Setiap pengguna internet

(23)

semakin mendapat kemudahan dalam berkomunikasi, baik itu hanya sekedar

berkirim pesan, berdiskusi bahkan melakukan transaksi.

Internet secara cepat dan tidak disadari telah mempertemukan dan

menyatukan warga dunia. Dengan demikian batas negara di internet menjadi

semakin memudar. Samarnya batas-batas negara dalam dunia internet disebabkan

oleh karena internet dapat diakses oleh setiap penggunanya di seluruh dunia, dan

para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling berhubungan dalam hitungan

waktu sangat tepat, pada saat mereka mengakses ke dalam jaringan (real time).28 Seperti yang telah dirasakan saat ini, internet juga telah digunakan dengan

berbagai macam alat komunikasi yang lazimnya hanya digunakan sebagai alat

komunikasi namun dapat kini bersifat multitasking, seperti cellular phone. Dahulu alat komunikasi ini sangat berperan penting sebab dapat menyampaikan pesan

dalam bentuk suara kepada seseorang yang berada di belahan dunia manapun.

Namun kini alat tersebut telah bertransformasi sedemikian rupa sehingga dapat

disambungkan kepada koneksi internet dan dapat menyampaikan informasi

berupa pesan elektronik melalui berbagai macam aplikasi yang telah tersedia,

termasuk aplikasi e-mail.

Sarana elektronik yang dikenal saat ini, belum muncul pada saat

penyusunan CISG. Konvensi ini sendiri tidak memberikan definisi untuk

menggambarkan persyaratan "reach” (mencapai) yang diberikan kepada e-mail

dan komunikasi elektronik lainnya. Pendapat CISG Article 1 dengan jelas menyatakan bahwa "tempat" sebuah e-mail harus dipahami secara fungsional dan

bukan cara fisik. Akibatnya e-mail untuk "mencapai" penerima, cukup dengan

(24)

pemberitahuan bahawa e-mail sudah masuk ke server penerima. Sedangkan dalam sebuah kesepakatan perjanjian, penting untuk tau bahwa orang tersebut telah

benar-benar membacanya. Kemungkinan lain yang muncul adalah penerima tidak

dapat membaca pesan tersebut karena masalah teknis, karena berada di dalam

"lingkungan" si penerima yang terpengaruh dan tidak menyediakan sarana yang

memadai untuk memastikan internal-nya fungsi komunikasi memuaskan.29

Melihat pada pengaturan negara Indonesia dalam Pasal 1 Bab I UU No.

11/2008, angka 1 menyebutkan bahwa e-mail merupakan salah satu bagian dari

informasi elektronik. Pasal tersebut mengatakan bahwa: “informasi elektronik

adalah salah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tapi tidak terbatas

pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto elektronik data interchange

(EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, fotocopy atau

sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang telah

diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu

memahaminya.30 Seperti yang telah dibahas sebelumnya oleh penulis, bahwa sesungguhnya telegram dan e-mail merupakan suatu jenis informasi elektronik

yang dapat digolongkan dalam jenis yang sama yaitu “instantaneous communication”. Terkait pemahaman tersebut, penulis melakukan beberapa

analisa terhadap berlangsungnya suatu kontrak di dalam CISG berdasarkan pada

offer and acceptance.

“Today, the delivery of signed documents in an envelope by “snail mail” co-exists with the electronic transmission of electronic files containing not only typed letters, but also what is generally

referred to as “multimedia messages.” The law, including the CISG,

has adapt to this situation, and, in fact, it is able to do so. In Article 20, the Convention already contained a differentiation between

(25)

instantaneous and non-instantaneous means of communication, with phone and telex being the means that make the message available on

the addressee’s side immediately, explicitly mentioned as

instantaneous forms of communication. With e-mail and telefax not counted among oral communication and matching telex in speed, this gives a first indication as to how electronic communication can fit into

the system of the CISG.”31

Pengaruh tersebut sekaligus memberikan dampak yang besar bagi

keberlangsungan klausula yang tercantum di dalam CISG, spesifiknya mengenai

offer and acceptance. Offer and acceptance dalam CISG memiliki peran dan andil

yang penting, sebab suatu kontrak mulai dikatakan terbentuk akibat adanya

kesepakatan yang terjadi pada saat munculnya akseptasi (a contract is concluded at the moment when an acceptance of an offer becomes effective in accordance

with the provisions of this convention). Akseptasi memberikan gambaran yang jelas mengenai awal-muasal kontrak. Ketetntuan ini memang lebih identik

digunakan dalam Negara-negara yang menganut sistem common law, sedangkan bagi Negara-negara penganut sistem civil law lebih identik dengan kata ‘sepakat’ dalam menentukan terjadinya kontrak.

CISG memberikan beberapa poin penting dalam hal penawaran dan

penerimaan. Suatu kontrak mutlak dikatakan mengikat pada saat offer and

acceptance telah tejadi, dan tidak ada pertimbangan dan ketentuan formal yang lain selain hal tersebut.32 Yang terpenting ialah ketentuan-ketentuan mengenai

offer and acceptance telah sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam

CISG. Terdapat 3 syarat yang harus dipenuhi pada saat melakukan penawaran,

yaitu: (1) It must be “a proposal for concluding a contract” which is a standard

position; (2) It must indicate “an intention to be bound in case of acceptance”

(26)

which will distinguish an offer from general sales catalogue or advertisement or a

purchase inquiry; (3) an offer must be “sufficiently definite”. This provision is

directed towards only three contract terms: the description of the goods, their quantity and their price.33

Penulis dalam hal ini memaknai kata “instantaneous communication”

sebagai bagian dari penggunaan internet di dalam perkembangan CISG. Seperti

yang kita tahu, bahwa dalam suatu sistem transaksi membutuhkan komunikasi

dari antar pihak. Komunikasi yang dijalin sangat terkait erat dengan penggunaan

alat komunikasi. Perkembangan internet baru mulai muncul pada tahun 1990-an

dan ditandai dengan munculnya e-mail sebagai salah satu sistem pengiriman surat elektronik. Penggunaan e-mail memberikan dampak yang besar terhadap sistem komunikasi tradisional yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

B. Penerapan Offer and Acceptance dengan menggunakan internet

“Although every first year American law student studies about offer, acceptance and consideration, those three elements of contract formation are not present in other legal systems. Civil law emphasizes the agreement process, and does not include a consideration requirement. An examination of most commercial transactions will show that there is no real issue concerning consideration in the most of them. Thus, it requirement of consideration in its contract formation provisions.”34

Hal ini sekaligus menandakan bagaimana sesungguhnya offer and acceptance berperan sangat penting dalam suatu perjanjian yang terjadi di dalam CISG. Jelas bahwa dalam kasus komunikasi elektronik hanya ada referensi ke

telex dan tidak satu pun bentuk komunikasi lainnya dengan hasil bahwa adanya

33ibid.

34 Ralph H. Folson, International Bussiness Transaction: in a nutshell, West Publishing,

(27)

celah dapat diasumsikan. Materi konten yang tidak ditangani dengan jelas berada

dalam lingkup Konvensi karena berkaitan dengan bentuk komunikasi lainnya dan

tidak ada indikasi bahwa Konvensi tersebut bermaksud untuk mengecualikan jenis

komunikasi tertentu. Asumsi ini semakin diperkuat oleh fakta bahwa metode

komunikasi yang sedang didiskusikan sebagian besar tidak ada pada saat

penerimaan Konvensi.35

CISG menentukan bahwa dalam negosiasi tatap muka atau melalui telepon,

komunikasi harus didengar oleh penerima. Dalam kasus yang lain, hal itu harus

disampaikan secara pribadi atau ke alamat fisik. Dengan cara interpretasi analogis,

dapat disimpulkan bahwa, serupa dengan pos dan teleks yang telah disebutkan

secara khusus, dalam hal pengiriman komunikasi elektronik ke alamat yang valid

dimana penerima akan berharap untuk menerima pesan harus cukup memenuhi

persyaratan Konvensi. Supra note CISG hanya menegaskan sebagai berikut

perihal acceptance:

A statement or other conduct of the offeree indicating assent to an

offer is an acceptance.” It “becomes effective at the moment it

reaches the Offeror. An acceptance is not effective if it does not reach

the Offeror within the time fixed, or within a reasonable time.36

Prinsip yang mendasari dan membantu penafsirannya, adalah prinsip bahwa setiap

komunikasi dapat diterima oleh penerimanya secara pribadi (dalam hal bentuk

komunikasi langsung) atau harus ditempatkan secara efektif pada tempat di mana

seseorang biasanya menerima komunikasi atau di mana seharusnya mengharapkan

(28)

komunikasi dalam perjalanan bisnis normal. Oleh karena itu, pesan yang dikirim

ke alamat e-mail atau nomor faksimile atau alamat yang diberikan oleh penerima

harus memenuhi persyaratan untuk validitas yang diajukan oleh CISG.

Offer and acceptance yang dilakukan melalui e-mail maupun jenis

komunikasi elektronik lainnya dapat dikategorikan sebagai instantaneous communication dan berlaku ketentuan-ketentuan dalam UNCITRAL terkait kesepakatan di dalam suatu perjanjian. Untuk menunjukkan adanya penerimaan

dari pihak yang menerima penawaran, pihak tersebut harus menunjukkan adanya

persetujuan atas penawaran. Semata-mata pemberitahuan tentang informasi

mengenai didapatinya penawaran, sekedar pernyataan tertarik terhadap penawaran

tidaklah cukup. Persetujuan harus diberikan tanpa syarat, artinya persetujuan ini

tidak boleh digantungkan pada syarat-syarat yang harus di penuhi baik oleh pihak

yang menawarkan atau oleh pihak yang ditawari. Dengan kata lain, isi penerimaan

tidak boleh memuat variasi atau jenis syarat-syarat dari penawaran atau mengubah

secara materil syarat tersebut.

Penerimaan menjadi efektif pada saat pemberitahuan persetujuan sampai

pada pihak yang menawarkan. Dengan disetujuinya penawaran oleh pihak

penerima tawaran atau yang disebut dengan penerimaan penawaran, maka

persetujuan tersebut menjadi kesepakatan yang ditegaskan dalam suatu perjanjian

oleh para pihak, sehingga berlakulah Teori Pacta Sunt Servanda (kekuatan mengikat)37, yaitu semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Asas ini berhubungan dengan

akibat perjanjian. Dimana Hakim atau pihak ketiga harus menghormati subtansi

37 Salim, Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan kontrak, Rajawali, Mataram,

(29)

kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah

Undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi kontrak yang dibuat oleh para

pihak.

Menurut pendapat Victor Purba dalam disertasinya menyatakan bahwa

Teori Penerimaan melalui sistem informasi digolongkan sebagai sistem

penerimaan secara lisan dimana peraturan yang dapat diperlakukan adalah sebagai

berikut:

a. Memperhatikan Indikasi Persetujuan

Kontrak dikatakan telah terjadi pada saat telah sampai kepada offeror di tempat bisnisnya melalui messanger, fax, mengirim pemberitahuan bahwa suatu surat atau telegram telah tiba melalui kantor pos atau dengan menyimpan pesan dalam

elektronik.

b. Memperhatikan Petunjuk Persetujuan melalui pernyataan lisan

Pernyataan lisan bukan berarti bahwa harus bertatap muka tetapi juga dapat

dikategorikan dalam komunikasi melalui telephone, radio, video conference dan lain-lain. Menurut hemat penulis dapat dikatakan bahwa e-mail dan sistem

komunikasi sejenis lainnya juga dikategorikan sebagai alat penerimaan yang sah.

Informasi yang disampaikan secara lisan oleh pihak ketiga juga dianggap sebagai

suatu pernyataan lisan yang sah. Penawaran dan penerimaan secara lisan harus

diterima segera kecuali jika keadaan menunjukkan sebaliknya. Telex, fax, EDI

ataupun e-mail merupakan alat komunikasi sebagai pengganti langsung dan tukar

menukar dari pernyataan kehendak para pihak,38 dalam hal offer and acceptance.

38 Sono. K, Formation of International Contracts under the Vienna Convention: A Shift

(30)

Sedangkan menurut ahli hukum perdagangan yang lain yaitu Mieke Komar

Kantaatmadja, mengenai kapan terjadinya kesepakatan terdapat beberapa teori,

antara lain:39

1. Teori ucapan

Suatu perjanjian tercapai pada saat orang menerima tawaran dan menyetujui

tawaran tersebut.

2. Teori pengiriman

Perjanjian tercapai pada saat dikirimkannya surat jawaban mengenai penerimaan

terhadap suatu penawaran

3. Teori pengetahuan

Menurut teori ini, bahwa perjanjian tercapai setelah orang yang menawarkan

mengetahui bahwa penawarannya telah disetujui.

4. Teori penerimaan

Menyatakan perjanjian tercapai saat diterimanya surat jawaban penerimaan oleh

orang yang menawarkan.

Sedangkan seorang ahli Hukum Eropa dengan tegas mengemukakan bahwa

CISG dapat mengikuti perkembangan teknologi dan informasi dan mengakomodir

penggunaan alat elekronik dalam pembuatan kontrak terutama saat terjadinya

acceptance. Terlebih hal ini juga telah diatur oleh aturan tambahan yang kita kenal sebagai UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce.

It appears that the CISG is applicable not only to contracts concluded via traditional means, but also to contract concluded electronically.

Dubrovnik Lectures (New York), 1986, h. 111-131. Article 13: for the purpose of this convention

“writing” include telegram and telex.

39 Mieke Komar Kantaatmadja, Cyberlaw: Suatu Pengantar, ELIPS cet.1, Bandung,

(31)

The rules set forth in the CISG do appear workable in that context as well. Some of the rules, such as those relating to the effectiveness of communications, may need to be adapted to an electronic context; but it does not seem that this would cause any major problems, since some texts which could serve as models already exist, such as the UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce.40

Pendapat tersebut sekaligus memberikan pemahaman, bahwa sesungguhnya

penggunaan internet dalam hal offer and acceptance dapat digunakan dan dipraktikan dalam dunia transaksi bisnis dagang internasional. Namun yang

sampai saat ini belum dapat diakomodir ialah bagaimana penggunaan internet

dalam hal offer and acceptance yang diatur oleh CISG dapat diterapkan dalam

praktik kegiatan jual-beli barang internasional. Oleh sebab itu sebagaiman yang

telah penulis jabarkan diatas bahwa sesungguhnya dalam praktiknya, dapat

digunakan prinsip-prinsip umum yang dianut oleh negara-negara dan beberapa

tercantum dalam hukum nasional negara tersebut, salah satu contohnya ialah

negara Indonesia yang telah mengaplikasikannya di dalam UU ITE. Kemajuan

elektronik tidak boleh menghambat perkembangan sistem perdagangan yang

semakin memudahkan tiap subjek hukum untuk melakukan transaksi jual-beli.

Kemudahan ini sesungguhnya dapat diakomodasi oleh Hukum-hukum nasional

serta prinsip dasar yang dapat diterapkan jika timbulnya persoalan hukum di

dalam penggunaan alat komunikasi yang baru. Penulis juga berpendapat, bahwa

pengaturan tersebut berlaku universal bagi berbagai jenis aplikasi komunikasi

lainnya yang dapat digunakan dalam melakukan offer and acceptance, contohnya ialah aplikasi Facebook, Whatsapp, Skype dan berbagai jenis aplikasi pribadi

lainnya yang dapat menjadi operator terjalinnya komunikasi antara pemberi

(32)

tawaran dan penerimanya. Hal terpenting yang perlu diperhatikan ialah tidak

bertentangan dengan Pengaturan pasal-pasal yang diatur oleh CISG mengenai

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa ini, barrel vault kembali digunakan. Tidak seperti arsitektur gothic yang memiliki denah persegi panjang, pada masa renaissance denah yang digunakan

• Dasar fiscal - kerajaan mengurangkan perbelanjaan kerajaan atau meningkatkan kadar cukai. • Dasar kawalan langsung - dengan cara

Kata benda lebih mendominasi dalam bentuk lingual penamaan kelas di sekolah, (2) bentuk abreviasi yang ditemukan dalam penelitian ini hanya bentuk akronim sebanyak 51 data dan

Bahan resin komposit jenis hibrid saat ini sering digunakan karena kehalusan permukaannya yang lebih baik dari jenis resin komposit partikel kecil, estetik setara dengan

Tindak Pidana Formil adalah tindak pidana yang perumusannya dititik beratkan pada perbuatan yang dilarang, dengan kata lain dapat dikatakan, bahwa tindak pidana formil

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa program pascasarjana berikut ini adalah mahasiswa yang sedang aktif

Penggunaan stilistika sastra metonimia dalam novel-novel karya Arafat Nur-novel karya Arafat Nur menggunakan bentuk kalimat yang sepadan dengan nama-nama yang unik terhadap