• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEDUDUKAN DAN FUNGSI (BPOM) DALAM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP MAKANAN YANG MENGANDUNG BAHAN YANG BERBAHAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEDUDUKAN DAN FUNGSI (BPOM) DALAM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP MAKANAN YANG MENGANDUNG BAHAN YANG BERBAHAYA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KEDUDUKAN DAN FUNGSI (BPOM) DALAM PERLINDUNGAN

KONSUMEN TERHADAP MAKANAN YANG MENGANDUNG

BAHAN YANG BERBAHAYA

Oleh : I Made Indra Adytaman AP.

NPM : 1210122040

Pembimbing I : Dr. I Nyoman Putu Budiartha, SH, MH Pembimbing II : Ni Made Sukaryati Karma, SH, MH

ABSTRACT

Consumer protection is an important effort undertaken to ensure legal certainty in providing protection to consumers ", then issued a legislation that is Law no. 8 of 1999 on the Consumer Protection Act (UUPK). Consumer protection is essential where every food and beverage to be distributed must meet standardization and food safety especially health requirements. The problem discussed is first, how the position and function (BPOM) to protect consumers from foods containing hazardous materials? Second, how can the legal efforts that can be done by consumers due to losses in the use of foods containing harmful substances? The authors obtain materials on the issues discussed, the author conducts Library Research (Library Research) is to obtain materials through reading sources or written materials as data that is theoretical scientific or secondary data. The author also conducts normative research, namely legal research that examines written law from various aspects, namely aspects of theory, history, philosophy, comparison, structure, composition, scope and material, consistency of general explanation and article by section, formalities and provisions binding a law Invite, as well as legal subject used. The function and role of BPOM in protecting consumers against foods containing harmful substances where BPOM function is to provide certainty of protection to consumers of production. The circumstances that cause these losses often cornering the consumer, causing the disputes or problems between consumers and business actors, to resolve the dispute the consumer may sue the business actor through an agency in charge of resolving disputes between consumers and business actors or through the courts located in the general judicial environment.

Keywords: BPOM, Consumer Protection, Hazardous Substance

PENDAHULUAN

Dalam Undang-Undang 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia pasal 1 ayat (3) ditegaskan bahwa Negara Indonesia negara hukum. Selain itu, dalam Penjelasan Umum UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, dijelaskan bahwa: Indonesia adalah negara yang

berdasar atas hukum (Rechstaat) tidak berdasar atas kekuasaan

(2)

Keperluan adanya hukum untuk memberikan Perlindungan Konsumen Indonesia merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakkan, sejalan dengan salah satu tujuan pembangunan nasional kita yaitu melindungi bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia (pembukaan UUD 1945 alinea IV). Membahas keperluan hukum untuk memberikan perlindungan bagi konsumen Indonesia, hendaknya terlebih dahulu kita melihatsituasi peraturan perundang-undangan Indonesia, khususnya peraturan atau keputusan yang memberikan perlindungan bagi masyarakat. Sehingga bentuk hukum perlindungan konsumen yang ditetapkan, sesuai dengan yang diperlukan bagi konsumen Indonesia dan keberadaannya tepat apabila diletakkan di dalam kerangka sistem hukum nasional.

Pasal 111 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan telah mengatur tentang pangan yang layak untuk beredar yakni setiap makanan dan minuman yang akan diberi izin edar harus memenuhi standardisasi dan keamanan pangan khususnya persyaratan kesehatan. Selain itu, makanan dan minuman yang dikemas wajib diberi tanda atau label sesuai Peraturan Pemerintah tentang Label dan Iklan Pangan. Namun konsumen tidak akan pernah tahu nomor registrasi yang dicantumkan dalam kemasan produk tersebut benar dikeluarkan oleh pihak BPOM atau pun Dinas Kesehatan atau tidak, tanpa pernyataan dari pihak BPOM sendiri. Oleh karena itu dapat dilihat pentingnya itikad baik dimiliki oleh setiap pelaku usaha dalam menjalankan suatu usahanya, sebab layaknya suatu produk untuk dikonsumsi hanya dapat diketahui melalui cara tertentu seperti uji laboratorium oleh pihak yang berkompeten.

Pasal 7 huruf (a) Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, menegaskan yaitu salah satu kewajiban pelaku usaha yaitu harus beriktikad baik dalam melakukan usahanya, antara lain tidak dibenarkan mencampurkan bahan kimia obat pada produk pangan serta mencantumkan kode yang mana produk pangan yang diproduksi pada kenyataannya tidak memenuhi standardisasi mutu pangan.

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai

berikut : Bagaimana

kedudukan dan fungsi (BPOM) untuk melindungi konsumen dari makanan yang mengandung bahan yang berbahaya? Bagaimana upaya hukum yang dapat dilakukan konsumen akibat kerugian dalam penggunaan makanan yang mengandung zat berbahaya?

(3)

METODE PENELITIAN

Tujuan penelitian dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah: a) Sebagai media pengembagan diri pribadi dalam menjalani kehidupan sebagai anggota masyarakat, b) Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya di bidang penelitian. Sementara tujuan khusus adalah a) Untuk memberikan informasi kedudukan dan fungsi (BPOM) untuk melindungi konsumen dari makanan yang mengandung bahan yang berbahaya; dan b) Untuk menambah pengetahuan mengenai upaya hukum yang dapat dilakukan konsumen akibat kerugian dalam penggunaan makanan yang mengandung zat berbahaya.

Tipe penelitian yang digunakan untuk penyusunan skripsi ini adalah tipe penelitian

hukum normatif yaitu

penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek, yaitu aspek teori, sejarah, filosofi, perbandingan, struktur, komposisi, lingkup dan materi, konsistensi penjelasan umum dan pasal demi pasal, formalitas dan ketentuan mengikat suatu undang-undang, serta bahasan hukum yang digunakan. Pendekatan

masalah yang digunakan adalah

pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual yaitu menganalisis permasalahan yang akan dibahas melalui konsep-konsep hukum yang diambil dan buku-buku dan literatur-literatur maupun dengan pendekatan kasus-kasus yang ada relevansinya dengan permasalahan.

Bahan hukum dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder. Bahan hukum primer

diperoleh dari peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti Undang- Undang Dasar Republik Indonesia 1945, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang No. 23 Tahun 1922 tentang Kesehatan, Undang-Undang No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, Kitab undang-undang Hukum Pidana (KUHP), dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata,

sedangkan bahan hukum sekunder

bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti hasil-hasil karya dari kalangan hukum dan diperoleh dari literatur, buku-buku, jurnal, dan lain-lain.

Teknik pengumpulan bahan hukum cara mencatat bahan hukum yang diperoleh

dari penelitian kepustakaan yang relevan dengan masalah yang dibahas.

Bahan hukum yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menjelaskan, menggambarkan, serta memberikan kajian analisis terhadap bahan hukum yang ada setelah bahan hukum tersebut dicatat, diidentifikasikan

(4)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Az. Nasution berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat

mengatur dan mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen, sedangkan

hukum konsumen adalah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPK disebutkan bahwa:

“Perlindungan konsumen adalah segalaupaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001, tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, dengan perubahan terakhir yaitu Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ditetapkan sebagai Lembaga Non Kementrian (LPNK) yang bertanggung jawab langsung terhadap Presiden. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005 tentang Perubahan Keenam Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tersebut, bahwa dalam melaksanakan tugasnya BPOM dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan, khususnya dalam perumusan kebijakan yang berkaitan dengan instansi pemerintah lainnya serta penyelesaian permasalahn yang timbul dalam pelaksanaan kebijakan yang dimaksud.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah lembaga pemerintah yang bertugas melakukan regulasi, standardisasi, dan sertifikasi produk makanan dan obat yang mencakup keseluruhan aspek pembuatan, penjualan, penggunaan, dan keamanan makanan, obat-obatan, kosmetik, dan produk lainnya. Badan Pengawas Obat dan Makanan atau disingkat BPOM adalah sebuah lembaga di Indonesia yang bertugas mengawasi peredaran obat-obatan dan makanan di Indonesia.

Hal inilah yang menyebabkan bentuk perlindungan hukum bagi konsumen lebih sering dilihat dari segi masalah perdata, misalnya saja terkait dengan masalah ganti ruginya. Ganti rugi yang dapat diberikan oleh pelaku usaha berdasarkan Pasal 19 ayat (2) UUPK dapat berupa: Pengembalian uang atau pengembalian barang dan/atau jasa yang sejenis dan setara nilainya. Perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan.

(5)

Mediasi adalah adalah perluasan dari proses negosiasi. Pihak-pihak yang bertikai yang tidak mampu menyelesaikan konflik akan menggunakan jasa pihak ketiga yang bersikap netral untuk membantu mereka dalam mencapai suatu kesepakatan. Tidak seperti proses ajudikasi di mana pihak ketiga menerapkan hukum terhadap fakta-fakta yang ada untuk mencapai hasil, dalam mediasi, pihak ketiga akan membantu pihak-pihak yang bertikai dalam menerapkan nilai-nilainya terhadap fakta-fakta untuk mencapai hasil akhir. Nilai-nilai ini dapat meliputi: hukum, rasa keadilan, kepercayaan agama, moral dan masalah-masalah etik. Sifat pembeda dari mediasi adalah bahwa pihak-pihak yang bertikai selain sebagai pihak ketiga yang bersifat netral, akan memilih norma-norma yang akan mempengaruhi hasil pertikaian mereka.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan pemaparan yang dikemukakan sebelumnya pada pembahasan dari

permasalahan yang diajukan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1) Kedudukan

dan Fungsi BPOM dalam melindungi konsumen dari makanan yang mengandung zat/bahan berbahaya di mana fungsi BPOM antara lain: mengatur, regulasi, dan standardisasi; memberi lisensi dan sertifikasi industri di bidang farmasi berdasarkan cara-cara produksi yang baik; mengevaluasi produk sebelum diizinkan beredar; melakukan post marketing vigilance termasuk sampling dan pengujian laboratorium, memeriksa sarana produksi dan distribusi, melakukan penyidikan dan penegakan hukum; melakukan pre-audit dan pasca-audit iklan dan promosi produk; melakukan riset terhadap pelaksanaan kebijakan pengawasan obat dan makanan; menginformasikan dan mengedukasi publik termasuk peringatan publik; 2) Upaya hukum yang dapat dilakukan konsumen untuk melakukan penyelesaian sengketa akibat kerugian dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung zat berbahaya dilakukan dengan cara menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.

Saran

Dari hasil penelitian dalam skripsi ini diajukan saran sebagai berikut : 1)

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang memiliki tugas pokok dan

(6)

beredar di masyarakat, tidak hanya produsen usaha besar tetapi juga usaha kecil. Jika ternyata ada produsen yang terbukti menggunakan zat berbahaya sebaiknya BPOM menindak secara tegas produsen tersebut seperti melakukan pencabutan izin usaha agar produsen merasa jera dan tidak mengulangi kesalahan yang sama; 2) Dalam menjalankan usahanya sebaiknya produsen (pelaku usaha) tidak menggunakan bahan makanan yang mengandung zat berbahaya dan memenuhi ketentuan tentang peraturan penggunaan bahan makanan yang tidak mengandung zat berbahaya terhadap produk makanannya agar konsumen merasa aman dan nyaman terhadap banyaknya produk makanan yang beredar di masyarakat

DAFTAR BACAAN

Abdul Halim Barkatulah, 2008, Hukum Perlindungan Konsumen (KajianTeoritis dan

Perkembangan Pemikiran), Nusa Media, Bandung

.

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo. 2010. Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Rajawali Pers.

Dewi Tuti Muryati & B. Rini Heryanti, 2011, Penyelesaian Sengketa Nonlitigasi di Bidang

Perdagangan, Jurnal Dinamika Sosbud Vol. 13

Janus Sidabalok, 2010.Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti.

Undang- Undang Dasar Republik Indonesia 1945.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(7)

Denpasar, Juli 2017

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. I Nyoman Putu Budiartha, SH.,MH.) (Ni Made Sukaryati Karma, SH.,MH.)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mencoba menerapkan media pembelajaran audio visual dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan melaksanakan

Pada anak yang bernapas spontan oksigen dapat diberikan dengan berbagai cara tergantung dari keadaan klinik dan kebutuhan konsentrasi oksigen.. Alat

Adanya Unit Penertiban Pendakian LMDH Sumber Lestari merupakan salah satu bukti bahwa banyaknya wisatawan yang melakukan pendakian di Gunung Penanggungan membawa

Selama proses pelaksanaan proyek, pihak kontraktor harus memelihara secara teliti semua catatan mengenai perubahan-perubahan yang terjadi atas gambar-gambar dengan

Pemeriksaan sampel air (analisa konsentrasi logam Fe dalam air sumur) dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas MIPA Kimia UGM. Sampel air yang diambil yaitu

Dengan demikian, teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi,

Pengamatan keragaan fenotipik kambing yang dipelihara oleh kelompok Cahaya Purnama Desa Tembeling adalah untuk mengetahui tingkat keragaman ternak kambing pada kelompok

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Jenis alih kode dan campur kode yang terdapat pada lirik lagu Boy dan Girl band yaitu Alih kode ekstern