Bab-
3
R
ENCANA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
3.1. BAGIAN HULU 3.1.1. Kualitas Udara A. Tahap Konstruksi1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Kualitas udara khususnya SO2, CO2, NOx, PM10, H2S dan debu.
b) Sumber Dampak
Emisi gas buang dan debu dari beberapa kendaraan berat dan peralatan dari kegiatan mobilisasi peralatan
Aktivitas konstruksi BS dan GPF. 2) Tolok Ukur Dampak
PP No.41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien. 3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan
Mencegah atau meminimalkan tingkat pencemaran udara. 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan
Mesin diesel generator dilengkapi pengendali emisi standar dan menggunakan BBM berkadar sulfur rendah guna meminimasi emisi sulfur dioksida.
Menggunakan dust supression control (pengendali debu). Konstruksi BS dan GPF
Melengkapi pekerja dengan sarana K3 seperti masker. 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Sepanjang jalan yang dilalui kendaraan proyek terutama yang berdekatan dengan pemukiman yang berada dalam batas wilayah studi.
Kompleks BS dan GPF.
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
B. Tahap Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Kualitas Udara khususnya SO2, CO2, NOx, PM10, H2S dan debu.
b) Sumber Dampak
Emisi gas dari peralatan utama dari kegiatan operasi produksi di BS dan GPF. 2) Tolok Ukur Dampak
PP No.41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien.
Kepmen LH No. KEP-50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan. 3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan
Mencegah atau meminimalkan tingkat pencemaran udara. 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Pengoperasian fasilitas Acid Gas Removal Unit (AGRU) dan Sulfur Recovery Unit (SRU)
Memasang CEM (Continous Emision Monitoring) Melengkapi pekerja dengan sarana K3
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Kompleks BS dan GPF.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan Selama operasi BS dan GPF.
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
3.1.2. Kebisingan A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter lingkungan yang dikelola
b) Sumber Dampak
Aktivitas pembangunan konstruksi BS dan GPF 2) Tolok Ukur Dampak
Kep.Men LH No.48/ 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. 3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menjaga agar tidak melebihi baku mutu kebisingan 4) Pengelolaan Lingkungan
Aktivitas pembangunan yang menimbulkan kebisingan hanya dilakukan pada siang hari
Penggunaanearplugatau earmuff
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kompleks BS dan GPF
6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama tahap pembangunan konstruksi BS dan GPF 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Pertamina. EP – PPGM b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas dan KLH
3.1.3. Kualitas Air Permukaan A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter lingkungan yang dikelola
Kualitas air permukaan khususnya pH, suhu, BOD, COD, minyak dan lemak. b) Sumber Dampak
Tumpahan tidak sengaja jenis material, bahan bakar dan limbah air hidrotest, ceceran minyak/oli untuk pembersihan peralatan BS dan GPF sebelum dipasang. 2) Tolok Ukur Dampak
Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Mencegah pencemaran air permukaan.
4) Pengelolaan Lingkungan
Mengelola air buangan yang mengandung bahan bakar atau ceceran minyak dan oli dari aktivitas konstruksi dengan water waste treatment atau water injection
sebelum dibuang ke lingkungan. 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama tahap pembangunan/konstruksi BS dan GPF 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Pertamina. EP – PPGM b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas dan KLH.
B. Tahap Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter lingkungan yang dikelola
Kualitas air permukaan (pH, BOD, CD, H2S, Minyak dan lemak, TSS, TDS,
Fenol, Amonia) b) Sumber Dampak
Pemboran sumur pengembangan dan operasional BS dan GPF 2) Tolok Ukur Dampak
Kepmen ESDM No. 045 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Lumpur Bor Kepmen LH No. 4 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi
PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Mencegah pencemaran air permukaan.
4) Pengelolaan Lingkungan
Mengelola air buangan yang mengandung polutan dengan menggunakan waste water treatment (IPAL) atauwater injection sebelum dibuang ke lingkungan. 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Di perairan sekitar kompleks konstruksi BS dan GPF 6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama tahap pembangunan konstruksi BS dan GPF. 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Pertamina. EP – PPGM b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas dan KLH.
3.1.4. Kualitas Air Laut A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter lingkungan yang dikelola
Kualitas air laut. b) Sumber Dampak
Pemasangan pipa penyalur gas di laut (alternatif 3) 2) Tolok Ukur Dampak
Kep.Men. LH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. 3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah pencemaran air laut. 4) Pengelolaan Lingkungan
Menempatkan petugas pengawas lingkungan yang mengawasi jika terjadi ceceran/tumpahan minyak/oli pada kegiatan konstruksi dan segera melakukan penanganan pengelolaannya.
Membatasi bidang/area kegiatan konstruksi agar peningkatan kekeruhan dapat diminimalkan.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sepanjang jalur pipa penyalur gas yang melewati laut. 6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama tahap konstruksi pemasangan pipa penyalur gas di laut berlangsung. 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Pertamina. EP – PPGM b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas dan KLH.
3.1.5. Erosi Tanah A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting
a) Komponen atau parameter lingkungan yang dikelola
Komponen dan parameter yang dikelola pada terhadap erosi tanah adalah komponen tanah dengan parameter erosi seperti penutupan vegetasi dan teknik konservasi tanaman.
b) Sumber Dampak
Pembukaan lahan (Land clearing) dan pematangan lahan menyebabkan vegetasi penutupan lahan berkurang bahkan hilang, sehinga lahan menjadi
2) Tolok Ukur Dampak
Erosi tanah yang diperbolehkan yaitu (maksimal 9 ton/ha/th) mengingat solum tanah latosol yang tebal (100-150 cm)
3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah dan mengurangi tingkat erosi tanah. 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Sesegara mungkin menanami rumput pioner (leguminose) pada jalur pemasangan pipa.
Pada lokasi BS dan GPF dibuatkan saluran sederhana dan sumur resapan untuk menampung aliran permukaan sehingga tidak mengalir keluar lokasi.
Pada lokasi sumur gas dibuatkan saluran drainase di sekeliling lokasi sumur. 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Lokasi-lokasi pemboran Jalar roi (sempadan jalur pipa) 6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Sekali selama kegiatan pembukaan dan pematangan lahan. 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
3.1.6. Gangguan Sistem Irigasi dan Drainase A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Parameter yang dikelola pada gangguan sistem drainase irigasi adalah frekuensi dan lama genangan air di hulu lokasi pemasangan pipa dan kekurangan air irigasi di hilir lokasi pemasangan pipa saat pemasangan pipa penyalur gas berlangsung.
b) Sumber Dampak
Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas. 2) Tolok Ukur Dampak
Tidak terjadi genangan di sebelah hulu lokasi pemasangan pipa dan aliran air irigasi normal.
3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan
Mencegah dan mengurangi terjadinya genangan dan terhentinya irigasi lahan sawah.
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Menyiapkan pipa yang telah disambung/las yang akan ditanam pada perpotongan jalur pemasangan pipa dengan saluran irigasi atau alur sungai Sesegera mungkin dalam pemasangan pipa penyalur gas saat memotong
sungai dan saluran irigasi.
Memasang gorong-gorong pada saluran irigasi yang terpotong pipa penyalur gas.
Memindahkan sementara saluran irigasi saat pemasangan pipa dan mengembalikan posisi saluran irigasi setelah pemasangan pipa selesai.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Sepanjang jalur pemasangan pipa penyalur gas. 6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Sekali selama kegiatan pemasangan pipa penyalur gas. 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
3.1.7. Keselamatan Berlalulintas A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan Yang Dikelola
Rawan terjadinya kecelakaan lalulintas b) Sumber Dampak
Kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material. Kegiatan pemasangan pipa yang memotong ruas jalan 2) Tolok Ukur Dampak
Tidak ada kecelakaan lalulintas.
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Mencegah terjadinya kecelakaan lalulintas. 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material
Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang
Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila
melintasi daerah pemukiman dan kawasan perkotaan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat).
Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintas kendaraan proyek dengan menggunakan truk berukuran besar/trailer. Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam.
Pemasangan rambu-rambu peringatan/tanda hati-hati yang dipasang sebelum masuk kegiatan proyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan instansi terkait (PLN, PT Telkom, dll)
Kegiatan pemasangan pipa yang memotong ruas jalan
Pemasangan rambu-rambu tanda hati-hati pada galian jalur pipa
R1 : Rambu pengarah/petunjuk arah
R2 : Rambu informasi jarak 25 m dari lokasi pekerjaan R3 : Rambu informasi jarak 75 m dari lokasi pekerjaan R4 : Rambu peringatan ada proyek
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sepanjang jalan yang digunakan sebagai rute pengangkutan (dari Kintom sampai dengan Toili Barat)
Jalan yang dilakukan pemasangan pipa/di setiap perpotongan jalan raya. 6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material serta kegiatan pemasangan pipa berlangsung.
R1 R2 R3 R4 R4 R3 R2 R1
50 m 50 m 25 m
25 m 50 m 50 m
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM.
b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai.
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
B. Tahap Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan Yang Dikelola
Rawan terjadinya kecelakaan lalulintas. b) Sumber Dampak
Kegiatan pengangkutan kondensat lewat transportasi darat. 2) Tolok Ukur Dampak
Tidak ada kejadian kecelakaan lalulintas. 3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah terjadinya kecelakaan lalulintas. 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang
Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan perkotaan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat).
Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintas kendaraan proyek dengan menggunakan truk berukuran besar/trailer. Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam. Dalam operasional pengangkutan mengacu pada Skep Dirjen Perhubungan
Darat Nomor: SK.725/AJ.302/DRJD/2004 tentang Penyelenggaraan Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sepanjang jalan yang digunakan sebagai rute pengangkutan (dari Kintom sampai dengan Toili Barat)
6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama kegiatan pengangkutan kondensat lewat transportasi darat berlangsung. 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
C. Tahap Pasca Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan Yang Dikelola
Rawan terjadinya kecelakaan lalulintas. c) Sumber Dampak
Kegiatan demobilisasi peralatan. 2) Tolok Ukur Dampak
Tidak ada kejadian kecelakaan lalulintas. 3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah terjadinya kecelakaan lalulintas. 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang
Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan perkotaan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat).
Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintas kendaraan proyek dengan menggunakan truk berukuran besar/trailer. Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sepanjang jalan yang digunakan sebagai rute pengangkutan (dari Kintom sampai dengan Toili Barat)
6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Selama kegiatan pengangkutan peralatan. 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM.
b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
3.1.8. Kerusakan Jalan dan Jembatan A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan Yang Dikelola
Kerusakan jalan akibat beban berlebih yang melebihi kekuatan perkerasan jalan atau kekuatan jembatan.
d) Sumber Dampak
Mobilisasi peralatan dan pengangkutan material/bahan konstruksi. 2) Tolok Ukur Dampak
Terjadinya kerusakan jalan/jembatan
Adanya keluhan dari warga yang tinggal di sekitar jalan/jembatan 3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah terjadinya kerusakan jalan/jembatan serta mengembalikan kondisi perkerasan/jembatan seperti semula bila terjadi kerusakan.
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Perbaikan ringan selama masih digunakan untuk lalulintas kendaraan angkutan material dengan cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir (lapis tipis aspal pasir)
Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi Pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui Jika terjadi kerusakan maka perbaikan jalan/jembatan harus berkoordinasi
dengan Kimpraswil Kabupaten Banggai untuk menentukan persentase sumber penyebab kerusakan, mengingat banyak pihak lain yang memanfaatkan jalan yang sama.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sepanjang ruas jalan yang digunakan sebagai rute angkutan material. 6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama tahap konstruksi.
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM.
b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai.
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
B. Tahap Operasi
2) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan Yang Dikelola
Kerusakan jalan akibat beban berlebih yang melebihi kekuatan perkerasan jalan atau kekuatan jembatan.
b) Sumber Dampak
Mobilisasi peralatan dan pengangkutan kondensat. 2) Tolok Ukur Dampak
Terjadinya kerusakan jalan/jembatan
Adanya keluhan dari warga yang tinggal di sekitar jalan/jembatan 3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah terjadinya kerusakan jalan/jembatan serta mengembalikan kondisi perkerasan/jembatan seperti semula bila terjadi kerusakan.
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Perbaikan ringan bila terjadi kerusakan jalan segera mungkin dengan cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir (lapis tipis aspal pasir).
Perbaikan jalan/jembatan harus berkoordinasi dengan Kimpraswil Kabupaten Banggai untuk menentukan persentase sumber penyebab kerusakan, mengingat banyak pihak lain yang memanfaatkan jalan yang sama.
Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi. 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sepanjang ruas jalan yang digunakan sebagai rute pengangkutan. 6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama operasional
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM.
b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
C. Tahap Pasca Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan Yang Dikelola
Kerusakan jalan akibat beban berlebih yang melebihi kekuatan perkerasan jalan atau kekuatan jembatan
b) Sumber Dampak
Demobilisasi peralatan yang menggunakan kendaraan berat. 2) Tolok Ukur Dampak
Terjadinya kerusakan jalan/jembatan
Adanya keluhan dari warga yang tinggal di sekitar jalan/jembatan 3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah terjadinya kerusakan jalan/jembatan serta mengembalikan kondisi perkerasan/jembatan seperti semula bila terjadi kerusakan.
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Perbaikan ringan bila terjadi kerusakan jalan dengan cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir.
Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi. Pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui. 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sepanjang ruas jalan yang digunakan sebagai rute pengangkutan. 6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama demobilisasi.
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM.
b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai.
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
3.1.9. Kelancaran Lalulintas A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting
a) Komponen atau parameter lingkungan yang dikelola Rawan terjadinya kemacetan lalulintas
b) Sumber Dampak
Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan tenaga kerja
Kegiatan pemasangan pipa penyalur pipa gas yang memotong jalan umum.
2) Tolok Ukur Dampak
Terjadinya tundaan lalulintas (bertambahnya waktu tumpuk). Terjadinya antrian kendaraan pada dua arah.
3) Tujuan pengelolaan lingkungan hidup Mencegah terjadinya kemacetan lalulintas. 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan tenaga kerja Adanya petugas yang mengatur arus lalulintas
Kegiatan pemasangan pipa penyalur pipa gas
Adanya petugas yang mengatur arus lalulintas menerus selama ada kegiatan pemasangan pipa.
Pemasangan secara bertahap, yaitu pada separuh lebar jalan. 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Jalan yang terpotong oleh jalur pipa. 6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Selama kegiatan mobilisasi dan demobilisasi serta kegiatan pemasangan pipa berlangsung.
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM.
b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai
c). Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
3.1.10. Vegetasi A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Keanekaragaman dan kerapatan vegetasi. b) Sumber Dampak
Land clearing menyebabkan lahan menjadi terbuka sehingga terjadi penurunan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi.
Pemasangan pipa penyalur gas 2) Tolok Ukur Dampak
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mempertahankan keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi. 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Revegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan konstruksi dan operasional.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Sekitar lokasi sumur pengembangan BS dan GPF 6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Sekali selama pembukaan lahan. 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
B. Tahap Pasca Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Keanekaragaman dan kerapatan vegetasi. b) Sumber Dampak
Kegiatan revegetasi yang dilakukan setelah penutupan sumur produksi 2) Tolok Ukur Dampak
Perubahan keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi darat 3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan
Mengembalikan dan meningkatkan kerapatan dan keanekaragaman vegetasi di areal yang dulu digunakan untuk kegiatan operasional
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Restorasi atau pemulihan ke kondisi semula.
Melakukan revegetasi dengan tanaman lokal sesuai luas lahan yang digunakan.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Pada areal yang dulu digunakan untuk kegiatan eksploitasi gas 6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Satu kali setelah kegiatan operasi berakhir 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
3.1.11. Satwa A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa . b) Sumber Dampak
Land clearing menyebabkan penutupan lahan oleh vegetasi sebagai habitat hilang sehingga dapat menurunkan keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa.
Pemasangan pipa penyalur gas melalui jalur (alternatif1,2,3). 2) Tolok Ukur Dampak
Perubahan dan tingkat keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa. 3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan
Mencegah penurunan kelimpahan dan keanekaragaman satwa. Melestarikan satwa dilindungi
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
KegiatanLand clearing dan pemasangan pipa alternatif 1 dan 2
Revegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan konstruksi dan operasional.
Mempertahankan habitat satwa diantaranya dengan meminimalkan pembukaan lahan terbatas pada lokasi yang digunakan untuk fasilitas produksi, jalur pipa, lokasi BS dan GPF.
Kegiatan Pemasangan pipa penyalur gas melalui jalur pantai SM Bangkiriang (alternatif 3)
Pemasangan pipa konstruksi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemasangan pipa JOB – Pertamina Senoro
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Sekitar sumur pengembangan dan sekitar pipa. 6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Selama konstruksi.
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
B. Tahap Pasca Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa. b) Sumber Dampak
Kegiatan revegetasi yang dilakukan setelah penutupan sumur produksi. 2) Tolok Ukur Dampak
Perubahan dan tingkat keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa. 3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan
Mengembalikan dan meningkatkan kelimpahan dan keanekaragaman satwa di areal yang dulu digunakan untuk kegiatan operasional
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Restorasi atau pemulihan ke kondisi semula.
Melakukan revegetasi dengan tanaman lokal sesuai luas lahan yang digunakan. 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Pada areal yang dulu digunakan untuk kegiatan eksploitasi gas 6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Satu kali setelah kegiatan operasi berakhir 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
3.1.12. Biota Air Tawar A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota air sungai (plankton, benthos, ikan).
b) Sumber Dampak
Pembuangan sisa uji hidrostatik dari kegiatan KonstruksiBlock Station (BS) dan Fasilitas Produksi Gas (GPF)
2) Tolok Ukur Dampak
Penurunan keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota air sungai 3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah terjadinya penurunan keanekaragaman dan kelimpahan biota air sungai
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Air sisa uji hidrostatik dari kegiatan konstruksi BS dan GPF serta pemasangan pipa sebelum dibuang ke sungai, diolah terlebih dahulu apabila tidak memenuhi baku mutu lingkungan
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Lokasi BS, GPF dan lokasi pemipaan. 6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Selama konstruksi
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
B. Tahap Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota air sungai (plankton, benthos, ikan).
b) Sumber Dampak
Pemboran sumur pengembangan Kegiatan operasi produksi di GPF 2) Tolok Ukur Dampak
Perubahan keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota air atau indeks diversitas.
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah terjadinya penurunan keanekaragaman dan kelimpahan biota sungai 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke badan air 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
6) Periode Pengelolaan Lingkungan Selama operasional.
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bepdalda Kabupaten Banggai.
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
3.1.13. Biota Air Laut (Plankton, Benthos, Terumbukarang) A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota air laut (plankton, benthos, ikan, terumbukarang).
b) Sumber Dampak
Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas alternatif 3. 2) Tolok Ukur Dampak
Perubahan keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota air atau indeks diversitas. 3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Mencegah terjadinya penurunan keanekaragaman dan kelimpahan biota air laut 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan pemasangan pipa dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemasangan pipa JOB – Pertamina Senoro.
Rehabilitasi terumbu karang di sekitar kegiatan. 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Lokasi sekitar kegiatan.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan Selama konstruksi
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
3.1.14. Pola Kepemilikan Lahan A. Tahap Prakonstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Pola kepemilikan lahan b) Sumber Dampak
Kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh 2) Tolok Ukur Dampak
Persentase perubahan kepemilikan lahan dalam masyarakat 3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Memperoleh kepastian kepemilikan lahan yang akan dibebaskan beserta nilai penggantian lahan dan proses pembayarannya.
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat perihal kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh
Mendata hak kepemilikan lahan yang akan dibebaskan
Menetapkan harga penggantian lahan sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan beserta proses pembayarannya.
Koordinasi dengan instansi terkait: Tim-9 dan BPN.
MULAI
Pengurusan ijin lokasi Dikeluarkan oleh Bupati
Pertemuan Koordinasi dengan Tim-9 dan BPN
Pengukuran lahan, identifikasi & verifikasi pemilik lahan oleh BPN
Penetapan harga lahan, dikoordinasikan dan disetujui oleh Bupati
Sosialisasi kepada pemilik lahan oleh Tim-9 (tatap muka)
Diskusi langsung dengan pemilik lahan difasilitasi Tim-9 dan BPN
Siap dilakukan pembayaran
Pembayaran lahan dibantu BNI (bank pemerintah setempat) dan kuasa hukum setempat
SELESAI
Gambar 3.2. Diagram Alir Proses Pengadaan Lahan
Ya
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Desa-desa di sekitar tapak proyek di wilayah Kecamatan Toili, Toili Barat, dan Batui, Kabupaten Banggai
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Satu kali selama kegiatan pembebasan lahan 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, dan KLH.
3.1.15. Kesempatan Berusaha A. Tahap Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Kesempatan berusaha. b) Sumber Dampak
Kegiatan pemboran sumur pengembangan. Kegiatan operasi produksi di GPF.
2) Tolok Ukur Dampak
Jumlah penduduk lokal yang dapat membuka dan atau mengembangkan jenis usaha yang dapat mendukung kegiatan operasional pengembangan gas dan dapat memenuhi kebutuhan para karyawan seperti penginapan/kos-kosan, warung makan, toko kelontong, dan sebagainya.
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Memaksimalkan jumlah penduduk lokal yang dapat berpartisipasi dalam operasional pengembangan gas atau membuka dan mengembangkan usaha. 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Melakukan proses lelang untuk subkontraktor lokal agar dapat terlibat dalam berbagai kegiatan operasional pengembangan gas Matindok.
Memberikan kemudahan dan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan berpartisipasi dalam peluang usaha yang ada, misalnya dengan
memberikan pinjaman atau bantuan modal bergulir. 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Desa-desa di sekitar tapak proyek di wilayah Kecamatan Toili, Toili Barat, dan Batui, Kabupaten Banggai.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Enam bulan sekali selama tahap operasi. 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Kantor Disperindag Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, dan KLH.
3.1.16. Proses Sosial A. Tahap Prakonstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Proses sosial b) Sumber Dampak
Kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh. 2) Tolok Ukur Dampak
Munculnya ketidakpuasan warga masyarakat terkait pembebasan lahan dan tanam tumbuh
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Mencegah munculnya konflik antar pemilik lahan dan antara pemilik lahan dengan pemrakarsa.
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat perihal kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh.
Mendata hak kepemilikan lahan yang akan dibebaskan.
Menetapkan harga penggantian lahan sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan beserta proses pembayarannya.
Melakukan koordinasi dengan instansi terkait: Tim-9 dan BPN
Proses pengadaan lahan secara lebih rinci digambarkan seperti pada Gambar 3.2. Diagram Alir Proses Pengadaan Lahan.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Desa-desa di sekitar tapak proyek di wilayah Kecamatan Toili, Toili Barat, dan Batui, Kabupaten Banggai.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, dan KLH.
B. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Proses sosial b) Sumber Dampak
Konstruksi Block Station (BS) dan Fasilitas Produksi Gas (GPF). Pemasangan pipa penyalur gas (alternatif 1, 2, dan 3)
2) Tolok Ukur Dampak
Munculnya kecemburuan atau konflik antara penduduk lokal dengan pendatang yang umumnya mempunyai kesempatan kerja, kesempatan usaha dan tingkat pendapatan lebih baik dibandingkan penduduk lokal.
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Mencegah dan atau mengurangi munculnya konflik antar pihak terkait serta menanggulangi konflik apabila terjadi.
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Sosialisasi rencana kegiatan kepada warga masyarakat.
Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan seperti temu warga dan kegiatan sosial atau keagamaan lain.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Desa-desa di sekitar tapak proyek di wilayah Kecamatan Toili, Toili Barat, dan Batui, Kabupaten Banggai.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Enam bulan sekali selama tahap konstruksi. 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, dan KLH.
C. Tahap Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Proses sosial b) Sumber Dampak
Kegiatan penerimaan tenaga kerja. Kegiatan operasi produksi di GPF. 2) Tolok Ukur Dampak
Munculnya kecemburuan, ketidak harmonisan hubungan sosial dalam masyarakat bahkan konflik khususnya antara penduduk/tenaga kerja lokal dengan tenaga kerja pendatang.
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Mencegah dan atau mengurangi munculnya konflik antar pihak terkait serta menanggulangi konflik apabila terjadi
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan Penerimaan tenaga kerja
Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan kepada warga masyarakat di sekitarnya, baik tentang jumlah tenaga kerja, kualifikasi
(pendidikan dan ketrampilan) yang dibutuhkan dan proses seleksinya.
Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnyaunskilldari penduduk lokal sesuai kebutuhan
Tenaga kerjaskilldiseleksi sesuai kualifikasi skillyang dibutuhkan
Proses seleksi tenagaunskilldilakukan dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan hukum (misalnya KUD) dan untuk tenaga kerjaskill dengan melibatkan institusi rekrutmen ketenagakerjaan berskala regional dan nasional. Operasi produksi di GPF
Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan bersama dengan penduduk lokal seperti temu warga, perayaan hari besar agama/nasional, bakti sosial dan kegiatan sosial atau keagamaan lainnya.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Desa-desa di sekitar tapak proyek di wilayah Kecamatan Toili, Toili Barat, dan Batui, Kabupaten Banggai.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, dan KLH.
3.1.17. Pelapisan Sosial A. Tahap Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Pelapisan sosial. b) Sumber Dampak
Kegiatan operasi produksi di GPF. 2) Tolok Ukur Dampak
Munculnya kelas-kelas atau strata sosial yang baru di wilayah studi akibat banyaknya pendatang dengan tingkat pendidikan, ketrampilan dan penghasilan yang jauh berbeda dengan penduduk lokal.
Adanya pola/gaya hidup para pendatang yang jauh berbeda dengan penduduk lokal.
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Mencegah atau meminimalkan munculnya kelas-kelas sosial baru dalam masyarakat.
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Berbagai fasilitas untuk karyawan seperti pendidikan, kesehatan, olah raga dan ibadah tidak bersifat eksklusif, namun warga masyarakat sekitar juga dapat memanfaatkannya.
Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan bersama dengan penduduk lokal seperti temu warga, perayaan hari besar agama/nasional, bakti sosial dan kegiatan sosial atau keagamaan lainnya.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Desa-desa di sekitar tapak proyek di wilayah Kecamatan Toili, Toili Barat, dan Batui, Kabupaten Banggai.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, dan KLH.
3.1.18. Sikap dan Persepsi Masyarakat A. Tahap Prakonstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Sikap dan persepsi masyarakat b) Sumber Dampak
Kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh 2) Tolok Ukur Dampak
Adanya sikap dan persepsi negatif masyarakat terkait proses pembebasan lahan dan tanam tumbuh.
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Mencegah munculnya sikap dan persepsi negatif masyarakat. 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Memberikan informasi secara transparan kepada masyarakat tentang proses pembebasan lahan untuk proyek.
Mendata hak kepemilikan lahan yang akan dibebaskan.
Menetapkan harga penggantian lahan sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan beserta proses pembayarannya.
Melakukan koordinasi dengan instansi terkait: Tim-9 dan BPN.
Proses pengadaan lahan secara lebih rinci digambarkan pada Gambar 3.2. Diagram Alir Proses Pengadaan Lahan.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Desa-desa di sekitar tapak proyek di wilayah Kecamatan Toili, Toili Barat, dan Batui, Kabupaten Banggai.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Dua kali sebelum dan setelah proses pembebasan lahan. 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
B. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Sikap dan persepsi masyarakat b) Sumber Dampak
Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja. Kegiatan konstruksi BS dan GPF.
2) Tolok Ukur Dampak
Adanya dampak komponen fisik: peningkatan kadar debu, kebisingan, dan gangguan transportasi.
Munculnya kecemburuan atau konflik antara penduduk lokal dengan pendatang yang umumnya mempunyai kesempatan kerja, kesempatan usaha dan tingkat pendapatan lebih baik dibandingkan penduduk lokal.
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Mencegah atau mengurangi adanya sikap dan persepsi negatif masyarakat 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Menanggulangi dampak komponen fisik.
Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Melakukan sosialisasi setiap rencana kegiatan kepada masyarakat. 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Desa-desa di sekitar tapak proyek di wilayah Kecamatan Toili, Toili Barat, dan Batui, Kabupaten Banggai.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Enam bulan sekali selama tahap konstruksi. 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, dan KLH.
C. Tahap Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
b) Sumber Dampak
Kegiatan penerimaan tenaga kerja. Kegiatan operasi produksi di GPF. 2) Tolok Ukur Dampak
Munculnya konflik atau ketidak harmonisan hubungan sosial dalam masyarakat, khususnya antara penduduk/tenaga kerja lokal dengan tenaga kerja pendatang. Adanya dampak fisik kegiatan: peningkatan kadar debu, kebisingan, dan
gangguan transportasi.
Munculnya kecemburuan atau konflik antara penduduk lokal dengan pendatang yang umumnya mempunyai kesempatan kerja, kesempatan usaha dan tingkat pendapatan lebih.
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Mencegah atau mengurangi adanya sikap dan persepsi negatif masyarakat. 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Penerimaan tenaga kerja:
Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan kepada warga masyarakat di sekitarnya, baik tentang jumlah tenaga kerja, kualifikasi
(pendidikan dan ketrampilan) yang dibutuhkan dan proses seleksinya.
Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnyaunskilldari penduduk lokal sesuai kebutuhan.
Tenaga kerjaskilldiseleksi sesuai kualifikasi skillyang dibutuhkan.
Proses seleksi tenaga unskill dilakukan dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan hukum (misalnya KUD) dan untuk tenaga kerjaskill dengan melibatkan institusi rekrutmen ketenagakerjaan berskala regional dan nasional. Kegiatan operasi produksi di GPF.
Sosialisasi rencana kegiatan kepada warga masyarakat.
Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan bersama dengan penduduk lokal seperti temu warga, perayaan hari besar agama/nasional, bakti sosial dan kegiatan sosial atau keagamaan lainnya.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Desa-desa di sekitar tapak proyek di wilayah Kecamatan Toili, Toili Barat, dan Batui, Kabupaten Banggai.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Enam bulan sekali selama tahap operasi. 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, dan KLH.
D. Tahap Pasca Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Sikap dan persepsi masyarakat b) Sumber Dampak
Kegiatan penglepasan tenaga kerja. 2) Tolok Ukur Dampak
Jumlah keluhan, protes dan penilaian negatif terhadap munculnya pengangguran 3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Mencegah dan atau mengurangi adanya sikap dan persepsi negatif masyarakat. 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Penguatan jaringan komunikasi sosial melalui sosialisasi sebelum kegiatan penglepasan tenaga kerja.
Membantu masyarakat meningkatkan ketrampilan melalui pelatihan kewirausahaan atau ketrampilan.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Desa-desa di sekitar tapak proyek di wilayah Kecamatan Toili, Toili Barat, dan Batui, Kabupaten Banggai.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Sebelum dan selama kegiatan penglepasan tenaga kerja 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, dan KLH.
3.1.19. Sanitasi Lingkungan A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter lingkungan yang dikelola
b) Sumber Dampak
Adanya limbah padat konstruksi dan limbah padat serta limbah cair domestik para pekerja kegiatan:
Kegiatan Konstruksi BS dan GPF.
Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas. 2) Tolok Ukur Dampak
Terbatasnya fasilitas MCK yang memadahi.
Tidak adanya lokasi penampungan limbah padat konstruksi. 3) Tujuan pengelolaan lingkungan hidup
Agar kondisi sanitasi lingkungan di sekitar lokasi konstruksi BS dan GPF, serta sepanjang pembangunan jalur pipa gas terpelihara dengan baik.
4) Pengelolaan Lingkungan
Disediakan bak/penampung limbah padat konstruksi.
Disediakan bak/penampung limbah padat domestik para pekerja. Adanya fasilitas MCK yang memadahi.
Diadakan himbauan terhadap para pekerja dan penduduk sekitar proyek tentang pola hidup bersih dan sehat (PHBS)
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Di sekitar lokasi kegiatan pembangunan BS dan GPF dan di sepanjang jalur pipa penyalur gas.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Selama pembangunan/konstruksi BS dan GPF. Selama kegiatan pemasangan pipa penyalur gas. 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, dan KLH.
3.1.20. Tingkat Kesehatan Masyarakat A. Tahap Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter lingkungan yang dikelola
Tingkat kesehatan masyarakat. b) Sumber Dampak
2) Tolok Ukur Dampak
Adanya gangguan kesehatan yang dialami oleh para pekerja dan masyarakat di sekitarnya akibat adanya debu, emisi gas, kebisingan, dan air limbah dari kegiatan pemboran dan operasi produksi di GPF.
Kemungkinan timbulnya atau berkembangnya jenis-jenis penyakit menular seksual (PMS) dan berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh kegiatan operasi produksi GPF, seperti ISPA, penyakit kulit, diare, dsb.
3) Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup
Untuk mengurangi dan atau menanggulangi kemungkinan timbulnya berbagai jenis penyakit selama kegiatan pemboran sumur pengembangan dan operasi produksi di GPF.
4) Pengelolaan Lingkungan
Mengelola sumber dampak adanya debu dan emisi gas.
Mengelola air limbah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Melengkapi pekerja dengan sarana K3.
Mengadakan penyuluhan tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi pekerja dan masyarakat sekitar.
Memberikan pemeriksaan dan atau pengobatan masal gratis bagi pekerja dan masyarakat sekitarnya.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Di sekitar lokasi Kegiatan operasional pemboran sumur pengembangan Di sekitar lokasi Kegiatan operasi produksi di GPF
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Selama Kegiatan operasional pemboran sumur pengembangan dan operasional produksi di GPF
Penyuluhan, pengobatan gratis dan pembinaan posyandu diadakan 6 bulan sekali
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, dan KLH.
3.2. BAGIAN HILIR 3.2.1. Kualitas Udara A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter lingkungan yang dikelola
Kualitas udara khususnya SO2, CO2, NOx, PM10, H2S dan debu
b) Sumber Dampak
Emisi gas buang dan debu dari mesin diesel, beberapa kendaraan berat dan peralatan yang digunakan untuk aktivitas konstruksi kilang LNG dan
Pelabuhan Khusus 2) Tolok Ukur Dampak
PP No.41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien 3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah atau meminimalkan tingkat pencemaran udara 4) Pengelolaan Lingkungan
Mesin diesel generator dilengkapi pengendali emisi standar. Merawat mesin-mesin secara rutin agar kinerjanya bagus. Melengkapi pekerja dengan sarana K3 seperti masker Menggunakandust supresioncontrol (pengendali debu) 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus 6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama tahap konstruksi Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas dan KLH.
B. Tahap Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Kualitas Udara khususnya SO2, CO2, NOx, PM10, H2S dan debu
b) Sumber Dampak
2) Tolok Ukur Dampak
PP No.41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien.
Kepmen LH No. KEP-50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan. 3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan
Mencegah atau meminimalkan tingkat pencemaran udara 2) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Pengoperasian fasilitas MRU
Merawat peralatan yang mengeluarkan emisi agar kinerjanya optimal Melalukan penanaman tumbuhan yang berdaun rindang
Melengkapi pekerja dengan sarana K3 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus 6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
3.2.2. Kebisingan A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter lingkungan yang dikelola
Kebisingan. b) Sumber Dampak
Kebisingan dari Aktivitas pembangunan konstruksi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus
2) Tolok Ukur Dampak
Kep.Men LH No.48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan 3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menjaga agar tidak melebihi buku mutu kebisingan 4) Pengelolaan Lingkungan
Aktivitas pembangunan yang menimbulkan kebisingan hanya dilakukan pada siang hari
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Area kilang LNG dan Pelabuhan Khusus 6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama tahap konstruksi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas dan KLH
B. Tahap Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Kebisingan. b) Sumber Dampak
Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya. 2) Tolok Ukur Dampak
PP No.48 tahun 1996 tentang Baku tingkat kebisingan. 3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan
Menjaga atau meminimalkan tingkat kebisingan agar tidak melebihi baku mutu. 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Menggunakan peredam suara (acoustic design) pada peralatan yang mengeluarkan kebisingan tinggi
Memelihara dan/atau menanami pohon di sekitar area kegiatan
Melangkapi pekerja dengan sarana K3 (pelindung telinga terhadap kebisingan), pemasangan papan tanda di area dengan tingkat kebisingan tinggi.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus 6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Selama tahap operasi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
3.2.3. Kualitas Air Permukaan A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter lingkungan yang dikelola
Kualitas air permukaan khususnya pH, suhu, BOD, COD, minyak dan lemak.
b) Sumber Dampak
Tumpahan tidak sengaja jenis material, bahan bakar dan limbah air hidrotest, pembersihan peralatan sebelum komisioning yang dialirkan ke sungai kemungkinan akan menurunkan kualitas air sungai di sekitar kegiatan konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus.
2) Tolok Ukur Dampak
Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Mencegah pencemaran air permukaan.
4) Pengelolaan Lingkungan
PengefektifanEffluent Treatment Unitatau Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL)
Perawatan secara rutin dan terjadwal unit peralatan IPAL
Analisis secara periodik atas buangan air yang dialirkan ke badan air (sungai) untuk memastikan bahwa komponen polutan berada di bawah baku mutu yang diijinkan.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Di perairan sekitar kompleks kilangLNG dan Pelabuhan Khusus. 6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama tahap konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan :Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas dan KLH.
3.2.4. Kualitas Air Laut A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter lingkungan yang dikelola
b) Sumber Dampak
Kegiatan konstruksi Pelabuhan Khusus dan kemungkinan adanya ceceran minyak dari peralatan yang digunakan untuk pembangunan konstruksi Pelabuhan Khusus.
2) Tolok Ukur Dampak
Kep.Men LH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. 3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah pencemaran air laut. 4) Pengelolaan Lingkungan
Pengerukan untuk pembangunan Pelabuhan Khusus dilakukan dengan hati-hati agar dapat meminimalisir peningkatan kekeruhan di perairan laut.
Perawatan kebersihan dari kamar mesin alat pengeruk dan kapal pengangkut alat serta material konstruksi kilang dan Pelabuhan Khusus dari ceceran minyak dan oli.
Jika terjadi ceceran minyak atau oli agar segera dilakukan tindakan dengan caara menggunakan oil boomatauoil dispersant.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Sekitar lokasi Pelabuhan Khusus. 6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama kegiatan konstruksi kilang dan Pelabuhan Khusus berlangsung 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan :Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas dan KLH.
B. Tahap Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter lingkungan yang dikelola
Kualitas air laut (pH, TSS, TDS, BOD, COD, H2S, Minyak dan lemak, Fenol,
Amonia)
b) Sumber Dampak
Adanya buangan air limbah dari outlet IPAL pada saat kegiatan operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus, dan fasilitas pendukungnya.
2) Tolok Ukur Dampak
Kep.Men LH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. 3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah pencemaran air laut. 4) Pengelolaan Lingkungan
Analisis secara periodik atas buangan air yang dialirkan ke badan air (sungai) untuk memastikan bahwa komponen polutan berada di bawah baku mutu yang diijinkan
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi unit IPAL di kompleks Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus. 6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama kegiatan operasional kilang dan Pelabuhan Khusus berlangsung 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
c) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) d) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
e) Pelaporan :Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas dan KLH.
3.2.5. Keselamatan Berlalulintas A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan Yang Dikelola
Rawan terjadinya kecelakaan lalulintas b) Sumber Dampak
Kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material.
Kegiatan pembangunan kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus 2) Tolok Ukur Dampak
Tidak ada kejadian kecelakaan lalulintas. 3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah terjadinya kecelakaan lalulintas. 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material
Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang
Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan perkotaan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat).
Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintas kendaraan proyek dengan menggunakan truk berukuran besar/trailer. Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam Kegiatan pembangunan kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya
Pemasangan rambu-rambu peringatan/tanda hati-hati yang dipasang sebelum masuk kawasan proyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah.
50 m
50 m
25 m
Rambu Daerah kerja pengaman
25 m
50 m
50 m
Gambar 3.3. Sistem Perambuan
- Besar huruf pada rambu dapat terbaca dengan jelas pada jarak 25 meter - Memberi perlindungan kepada pekerja proyek dengan memberi batas
wilayah pekerjaan untuk memisahkan antara pekerja dengan lalulintas kendaraan bermotor (diberi traffic cone atau kerucut lalulintas sebagai pembatas yang diberi tali). Ukuran tinggi minimal 75 cm yang dipasang dengan jarak maksimal 5 meter dan diberi tali diatasnya yang terhubung satu sama lain. Warna kerucut lalulintas adalah merah atau jingga.
Rambu informasi jarak ada proyek
Rambu informasi jarak ada proyek
Rambu
pengarah/petunjuk arah
Rambu peringatan ada proyek Rambu informasi jarak ada proyek Rambu informasi jarak ada proyek Rambu
pengarah/petunjuk arah
Tali penghubung
3 - 5 m 3 - 5 m
Gambar 3.4.Traffic cone
- Pemasangan lampu penerangan untuk menerangi jalan di dalam kawasan. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan instansi terkait (PLN, PT Telkom, dll) 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sepanjang jalan yang digunakan sebagai rute pengangkutan (dari Kintom sampai dengan Toili Barat)
Jalan yang berada di dalam area pembangunan kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya
6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama kegiatan pengangkutan materialpembangunan/konstruksi
Pembangunan kompleks Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan Fasilitas Pendukungnya.
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG)
b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
B. Tahap Pasca Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting
a) Komponen atau parameter lingkungan yang dikelola Rawan terjadinya kecelakaan lalulintas
b) Sumber Dampak
Kegiatan pembongkaran dan demobilisasi peralatan. 2) Tolok Ukur Dampak
3) Tujuan pengelolaan lingkungan hidup Mencegah terjadinya kecelakaan lalulintas. 4) Pengelolaan Lingkungan
Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang
Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama mengemudi angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan perkotaan (Kintom, Batui) Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute pengangkutan yang
menggunakan truk berukuran besar/trailer
Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sepanjang jalan yang digunakan sebagai rute pengangkutan (dari Batui sampai dengan Kintom)
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Selama kegiatan pengangkutan peralatan. 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG)
b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
3.2.6. Kerusakan Jalan dan Jembatan A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan Yang Dikelola
Kerusakan jalan akibat beban berlebih yang melebihi kekuatan perkerasan jalan atau kekuatan jembatan
b) Sumber Dampak
Mobilisasi peralatan dan pengangkutan material/bahan konstruksi 2) Tolok Ukur Dampak
Terjadinya kerusakan jalan/jembatan
3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah terjadinya kerusakan jalan/jembatan serta mengembalikan kondisi perkerasan/jembatan seperti semula bila terjadi kerusakan.
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Perbaikan ringan selama masih digunakan untuk lalulintas kendaraan angkutan material dengan cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapisan penutup latasir (lapis tipis aspal pasir)
Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi Alternatif pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan
untuk dilalui
Perbaikan jalan/jembatan harus berkoordinasi dengan Kimpraswil Kab. Banggai untuk menentukan persentase sumber penyebab kerusakan, mengingat banyak pihak lain yang memanfaatkan jalan yang sama.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sepanjang ruas jalan yang digunakan sebagai rute angkutan material. 6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama tahap konstruksi
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG)
b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
B. Tahap Pasca Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting
a) Komponen atau parameter lingkungan yang dikelola
Kerusakan jalan akibat beban berlebih yang melebihi kekuatan perkerasan jalan atau kekuatan jembatan
b) Sumber Dampak
Demobilisasi peralatan yang menggunakan kendaraan berat. 2) Tolok Ukur Dampak
Terjadinya kerusakan jalan/jembatan
3) Tujuan pengelolaan lingkungan hidup
Mencegah terjadinya kerusakan jalan/jembatan serta mengembalikan kondisi perkerasan/jembatan seperti semula bila terjadi kerusakan.
4) Pengelolaan Lingkungan
Perbaikan ringan bila terjadi kerusakan jalan dengan cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir.
Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi. Pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui. 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sepanjang ruas jalan yang digunakan sebagai rute pengangkutan dalam batas wilayah studi.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan Selama kegiatan demobilisasi.
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG)
b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
3.2.7. Kelancaran Lalulintas A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting
a) Komponen atau parameter lingkungan yang dikelola Rawan terjadinya kemacetan lalulintas
b) Sumber Dampak
Kegiatan pembangunan kompleks kilang LNG yang berbatasan langsung dengan jalan.
2) Tolok Ukur Dampak
Terjadinya tundaan lalulintas.
Terjadinya antrian kendaraan pada dua arah. 3) Tujuan pengelolaan lingkungan hidup
Mencegah terjadinya kemacetan lalulintas 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Adanya petugas yang mengatur arus lalulintas menerus selama jalan tersebut belum dipindahkan.
Membuat jalur jalan baru terlebih dahulu yang setara dengan kualifikasi jalan lama.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Jalan yang berbatasan dengan lokasi kegiatan pembangunan kilang LNG. 6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Selama kegiatan serta kegiatan pembangunan kilang LNG 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG)
b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
3.2.8. Keselamatan Pelayaran A. Tahap Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting
a) Komponen atau Parameter Lingkungan Yang Dikelola Rawan terjadinya kecelakaan di alur pelayaran b) Sumber Dampak
Operasional Pelabuhan Khusus (lalu lalang kapal pengangkut LNG) 2) Tolok Ukur Dampak
Tidak ada kejadian kecelakaan di alur pelayaran 3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah terjadinya kecelakaan 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pemasangan rambu keselamatan pelayaran
Pemasangan lampu penerangan di batas tapak kegiatan fisik Pemasangan sarana bantu navigasi
Kapal pengangkut LNG dilengkapi dengan lampu penerangan di malam hari, baik pada saat memasuki/keluar pada alur pelayaran maupun pada saat bersandar di pelabuhan khusus.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi tapak pada perairan di sekitar Pelabuhan Khusus. 6) Periode Pengelolaan Lingkungan
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG)
b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai.
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
3.2.9. Vegetasi A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Keanekaragaman dan kerapatan vegetasi. b) Sumber Dampak
Land clearing menyebabkan lahan menjadi terbuka sehingga terjadi penurunan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi.
2) Tolok Ukur Dampak
Perubahan keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi darat 3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mempertahankan keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi 4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Revegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan konstruksi dan operasional.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Sekitar lokasi LNG.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan Sekali selama pembukaan lahan. 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
B. Tahap Pasca Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
b) Sumber Dampak
Kegiatan revegetasi yang dilakukan setelah penutupan kilang LNG. 2) Tolok Ukur Dampak
Perubahan keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi darat. 3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan
Mengembalikan dan meningkatkan kerapatan dan keanekaragaman vegetasi di areal yang dulu digunakan untuk kegiatan operasional.
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Restorasi atau pemulihan ke kondisi semula
Melakukan revegetasi dengan tanaman lokal sesuai luas lahan yang digunakan 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Pada areal yang dulu digunakan untuk kegiatan operasional kilang LNG. 6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Satu kali setelah kegiatan operasi berakhir 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
3.2.10. Satwa
A. Tahap Konstruksi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa . b) Sumber Dampak
Land clearing menyebabkan penutupan lahan oleh vegetasi sebagai habitat hilang sehingga dapat menurunkan keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa.
2) Tolok Ukur Dampak
Perubahan dan tingkat keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa. 3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan
Mencegah penurunan kelimpahan dan keanekaragaman satwa. Melestarikan satwa dilindungi
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Mempertahankan habitat satwa diantaranya dengan meminimalkan pembukaan lahan terbatas pada lokasi yang digunakan untuk pembangunan kilang LNG. Revegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan
konstruksi dan operasional. 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Sekitar lokasi LNG.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan Selama konstruksi.
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
a) Pelaksana : PT. Donggi Senoro LNG (PT. DSLNG) b) Pengawas : Bapedalda Kabupaten Banggai
c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH.
B. Tahap Pasca Operasi
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting a) Parameter Lingkungan yang Dikelola
Keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa. b) Sumber Dampak
Kegiatan revegetasi yang dilakukan setelah penutupan kilang LNG. 2) Tolok Ukur Dampak
Perubahan dan tingkat keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa 3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan
Mengembalikan dan meningkatkan kelimpahan dan keanekaragaman satwa di areal yang dulu digunakan untuk kegiatan operasional
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Restorasi atau pemulihan ke kondisi semula
Melakukan revegetasi dengan tanaman lokal sesuai luas lahan yang digunakan 5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Pada areal kilang LNG dan Pelabuhan Khusus. 6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Satu kali setelah kegiatan operasi berakhir 7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup