BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
II.. LLaattaar r BBeellaakkaanngg
Partus tidak maju adalah suatu kasus yang sering ditemukan dan masih Partus tidak maju adalah suatu kasus yang sering ditemukan dan masih merupakan masalah yang mau tidak mau memaksa kita untuk memperbaiki dan merupakan masalah yang mau tidak mau memaksa kita untuk memperbaiki dan me
mengnghinhindadari ri kekejadjadian ian yayang ng semsemestestinyinya a dadapapat t tidtidak ak teterjarjadi di dadan n jugjuga a ununtutuk k menurunkan angka kematian ibu maupun anak.
menurunkan angka kematian ibu maupun anak.
Persalinan yang berlangsung lebih lama dari 24 jam digolongkan sebagai Persalinan yang berlangsung lebih lama dari 24 jam digolongkan sebagai persalinan lama
persalinan lama. Namun demikian. Namun demikian, kalau kemajuan persalin, kalau kemajuan persalinan tidak terjadi secaraan tidak terjadi secara m
meemmadadaai i sesellaamma a ppeeririoodde e itituu, , sisitutuasasi i teterrsesebbuut t hhararuus s seseggeera ra ddininililaai.i. Permasal
Permasalahannya harus dikenali dan diatasi ahannya harus dikenali dan diatasi sebelusebelum m batas waktu 24 batas waktu 24 jam tercapai.jam tercapai. Seb
Sebagiaagian n besbesar ar partpartus us lama lama memenunnunjukjukkan kan pempemanjanjangangan an kalkala a I. I. ApaApapun pun yanyangg menjadi penyebabnya, cervix gagal membuka penuh dalam jangka waktu yang menjadi penyebabnya, cervix gagal membuka penuh dalam jangka waktu yang layak.
layak.
II
II.. TiTinjnjauauan Pan Pusustatakaka
Partus tak maju adalah persalinan dalam fase aktif yang lebih dari 12 jam Partus tak maju adalah persalinan dalam fase aktif yang lebih dari 12 jam pada primi denga
pada primi dengan rata-rata pembukaan rata-rata pembukaan 1 cm n 1 cm per jam atau lebih dari 16 jam padaper jam atau lebih dari 16 jam pada multi dengan rata-rata pembukaan 2 cm per jam.
multi dengan rata-rata pembukaan 2 cm per jam.
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum ada tanda-tanda Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum ada tanda-tanda inpa
inpartu rtu dan selanjudan selanjutnytnya a setesetelah lah ditditungunggu gu 1 1 jam jam belbelum um jugjuga a ada ada tandtanda-taa-tandanda inpartu. Ketuban pecah awal (
inpartu. Ketuban pecah awal (early rupture of membraneearly rupture of membrane) ketuban pecah pada saat) ketuban pecah pada saat fase laten atau 1 jam setelah persalinan dimulai.
fase laten atau 1 jam setelah persalinan dimulai. Sebab-sebab dari KPD adalah :
Sebab-sebab dari KPD adalah :
- Kelainan letak : sungsang atau lintang
- DKP
- Kehamilan ganda
- Pendular abdomen (perut gantung)
Inertia uteri adalah salah satu distosia oleh karena kelainan tenaga. Dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Inertia uteri primer adalah his lemah dari permulaan persalinan
2. Inertia uteri sekunder adalah mula-mula his baik tapi kemudian menjadi lemas karena otot-otot rahim lelah sehingga kontraksi rahim menjadi lemah, jarang serta tidak teratur dan dapat berhenti sama sekali.
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi.
Sebab-sebab dari partus lama tergantung dari pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang tidak baik dan penatalaksanaannya. Adapun
sebab-sebab utama pada partus lama dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :
- Dispoporsi kepala panggul (DKP)
- Malpresentasi dan malposisi
- Kerja uterus yang tidak efisien, termasuk servix yang kaku Dan ada 4 faktor tambahan, yaitu :
- Primigravida
- Ketuban pecah dini (KDP) ketika serviks masih menutup keras dan belum mendatar
- Analgesi dan anesthesi yang berlebihan dalam fase laten
- Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan.
Klasifikasi Partus Lama
Fase laten yang memanjang
Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada primigravida atau waktu 14 jam pada multipara merupakan keadaan abnormal. Sebab-sebab fase laten yang panjang mencakup :
1. Serviks belum matang pada awal persalinan 2. Posisi janin abnormal
3. DKP
4. Persalinan disfungsional
5. Pemberian sedatif yang berlebihan
Fase aktif yang memanjang pada primigravida
Para primigravida, fase aktif yang lebih panjang dari 12 jam merupakan keadaan abnormal. Yang lebih penting daripada panjangnya fase ini adalah kecepatan dilatasi cerviks. Pemanjangan fase aktif menyertai : 1. Malposisi janin
2. DKP
3. Penggunaan sedatif dan analgesik
4. Ketuban pecah sebelum dimulainya persalinan
Periode aktif yang memanjang dapat dibagi menjadi 2 kelompok klinis yang utama yaitu :
1. Kelompok yang masih menunjukkan kemajuan persalinan sekalipun dilatasi serviks berlangsung lambat ( primary dysfunctional labor )
2. Kelompok yang benar-benar mengalami penghentian dilatasi servik/penghentian serenda dilatasi ( secondary arrest of dilatasi).
Fase aktif yang memajang pada multipara
Fase aktif pada multipara yang berlangsung lebih dari 6 jam dan laju dilatasi yang kurang dari 1,5 cm per jam merupakan keadaan abnormal.
Penurunan bagian terendah
Penurunan yang aktif dimulai pada akhir kala I persalinan, proses ini terus berlangsung sepanjang perjalanan kala II. Gangguan pada penurunan kepala menunjukkan adanya permasalah.
Bahaya Partus Lama
Bahaya Bagi Ibu
Partus lama menimbulkan efek yang berbahaya bagi ibu dan anak. Beratnya cedera terus meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan. Risiko tersebut naik dengan cepat setelah 24 jam. Terdapat kenaikan pada insidensi atnia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan shock.
Bahaya Bagi Janin
Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta mortalitas janin dan semakin sering terjadi keadaan berikut ini :
1. Asfiksia
2. Trauma cerebri
3. Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit 4. Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran keadaan ini mengakibatkan
terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin.
BAB II K A S U S I. Identitas Pasien Nama : Ny M Umur : 21 th Agama : Islam
Alamat : Benda 01/04 Sirampog, Brebes
Tanggal Masuk, Jam : 6 Oktober 2001 pk 15.45 WIB di IGD RSMS.
II. Anamnesa
A. Keluhan Utama : Keluar air sejak hari Kamis tgl 4/10/01 pk 23.00
B. Keluhan Tambahan : Kenceng-kenceng sejak jumat malam tgl 5/10/01 Pk. 24.00
C. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien G1P0A0 hamil aterm datang dengan surat pengantar dari Bidan
dengan KPD, keluhan keluar air sejak hari kamis tgl 4/10/01 pk 23.00, dan keluhan kenceng-kenceng sejak hari Jumat, tanggal 5 Oktober 2001 pk 24.00.
HPHT : 10 Januari 2001, HPL : 17 Oktober 2001. ANC Teratur : Trimester I : 3 kali di Bidan
Trimester II : 3 kali di Bidan Trimester III : 2 kali di Bidan D. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit Jantung : disangkal Riwayat penyakit Paru : disangkal Riwayat penyakit Ginjal : disangkal Riwayat penyakit Kencing manis : disangkal Riwayat penyakit Darah tinggi : disangkal E. Riwayat Penyakit Keluarga : (-)
III. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sedang, CM
Vital Sign : T : 120/90 mmHg N : 88x/mnt R : 20x/mnt S : afebris Mata : CA ( -/- ) Thorax : C/P : dbn Abdomen : St. Obstetri Extermitas : Oedem (-) Tinggi badan : 151 cm Status Obstetri : Pemeriksaan Luar :
Inspeksi : Perut membuncit, memanjang Palpasi : TFU : 32 cm TBJ : 3255 gr
L1 : Teraba lunak L2 : Pu – Ki
L3 : Teraba keras L4 : Konvergen
His ( + ), Jarang, 2 x 10‘ selama 30’’ Auskultasi : DJJ ( + ) 12- 11- 11
Pemeriksaan Dalam :
Vulva / Vagina : Tak ada kelainan. Pembukaan : 2 – 3 cm
Portio : Lunak Ketuban : (- )/negatif. Kepala : Hodge I : caput
UPD : Promontorium tidak teraba , Linea inominata 1/3 bagian dari simfisis, Spina Ischiadica tidak menonjol,
Arcus pubis > 90o.
IV. Diagnosis
Primigravida, Hamil Aterm, janin tunggal, hidup, intra uterin, presentasi belakang kepala, punggung kiri, inpartu, kala I fase laten dengan ketuban pecah
dini (24 jam).
V. Therapi
- IVFD Ringer Laktat (RL) 20 tts/mnt
- Ampicillin 3 x 1 gr IV (skin test -/negatif)
- Observasi : Vital sign, His, DJJ dan pembukaan.
- Lapor dokter konsulen jaga
Jam 16.00 : Lapor dr. Hendro, SpOG, instruksi :
- Lavement
- Ampicillin 3 x 1 gr IV
- Drip Syntosinon 5 UI mulai 8 tetes/menit
- Observasi His, Djj, suhu dan pembukaan
Jam 16.15 : Mulai drip Syntosinon 5 UI 8 tts/mnt Djj 12-11-11, His 2 x 10’
30 “
Jam 16.30 : Djj 11-12-11, His 2 x 10‘ , Drip 12 tts/mnt 30”
Jam 16.45 : Djj 11-12-12, His 3 x 10’ , Drip 16 tts/mnt 40”
Jam 17.00 : Djj 11-12-12, His 3 x 10’ , Drip 20 tts/mnt 40”
Jam 17.15 : Djj 12-11-12, His 4 x 10’ , Drip 24 tts/mnt 60”
Jam 17.45 : Djj 12-12-11, His 4 x 10’ , Drip 28 tts/mnt, 60”
Epidosin 1 amp IM.
Jam 18.00 : Djj 12-12-11, His 4 x 10’ , >60” VT pembukaan : 6 – 7 cm, Drip 28 tts/mnt.
Jam 18.15 : Djj 11-12-12, His 4 x 10’ , Drip 28 tts/mnt >60”
Jam 18.30 : Djj 12-11-12, His 4 x 10’ , Drip 28 tts/mnt >60”
Jam 18.45 : Djj 11-12-12, His 4 x 10’ , Drip 28 tts/mnt, >60”
Ibu mulai mengedan, Anus mulai melebar, lendir darah mulai keluar, VT pembukaan lengkap, Persalinan dipimpin.
Jam 19.55 : Bayi lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, menangis, perempuan, BB : 3100 gr, A/S 7-8-9, plasenta lahir spontan.
VI. Diagnosa Klinis :
P1 A0 post partus spontan dengan riwayat ketuban pecah dini, partus tak maju dan inersia uteri primer.
Follow Up di Bangsal TANGGAL S O A P 7/10/01 8/10/01 9/10/01 Kel (-) Kel (-) Kel (-) Ku : Baik,CM Mata : CA (-/-) Thorax : C/P : dbn Ext : oedem (-) TFU : setinggi pusat, kontraksi uterus baik
Ku : Baik, CM St .generalis :
Dalam batas normal St. Obstetri :
TFU : 1 jari dibawah pusat
Ku : Baik,CM St.generalis :
Dalam batas normal St.Obstetri :
TFU : 2 jari dibawah pusat
P1A0 post partus spontan dengan riwayat KPD dan inersia uteri
P1A0 post partus spontan dengan riwayat KPD dan inersia uteri
P1A0 post partus spontan dengan riwayat KPD dan inersia uteri Ampicillin 4x500mg Roborantia 2 x 1 Terapi dilanjutkan
BAB III PEMBAHASAN
Inpartu (partus dimulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement ). Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu : 1. Fase laten
Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam
2. Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase :
- Periode ekselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm
- Periode dilatasi maximal ( steady) selama 2 jam
- Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap
Fase-fase yang dikemukakan diatas dijumpai pada primigravida. Sedangkan pada multi serviks membuka dan mendatar bisa dalam waktu bersamaan, dan berlangsung hanya 6-7 jam.
Pada kasus ini terjadi pemanjangan fase aktif yang dapat disebabkan oleh malposisi dan malpresentasi dari janin. Tetapi hal tersebut dapat disingkirkan oleh karena bayi lahir dengan presentasi belakang kepala. Sebab lain dari pemanjangan fase aktif adalah tidak terjadinya putaran paksi yang dapat disebabkan oleh gangguan pada kekuatan dari kontraksi uterus.
Pada kasus ini disebut juga primary dysfunctional labor atau persalinan yang masih menunjukkan kemajuan persalinan sekalipun dilatasi cerviks berlangsung
lambat yang dapat diakibatkan oleh ketuban pecah sebelum dimulainya persalinan. Adapun fungsi dari air ketuban adalah untuk proteksi janin, mencegah pelekatan janin dengan amnion. Agar janin dapat bergerak bebas, regulasi terhadap panas dan perubahan suhu, mungkin untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditelan atau diminum, yang kemudian dikeluarkan melalui kencing janin, meratakan tekanan intra uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.
Selain faktor ketuban, partus tidak maju dapat juga disebabkan oleh kekuatan yang mendorong janin keluar terganggu. Pada kasus ini terdapat gangguan pada kontraksi uterus diman frekuensi hanya 2-3 x dan durasinya hanya 20-30 detik.
His yang sempurna mempunyai kejang otot yang paling tinggi di fundus uteri dan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian uterus. Sesudah tiap his, otot-otot uters mengadakan retraksi. Oleh karena serviks kurang mengandung otot-otot maka servik tertarik dan dibuka, lebih-lebih jika ada tekanan oleh bagian besar janin yang keras. Umpamanya kepala yang merangsang pleksus saraf setempat. Pada kasus ini his yang tidak adekuat menyebabkan servik tidak dapat membuka dengan baik, hal ini dapat saja berhubungan dengan pecahnya ketuban sebelum dimulainya persalinan. Oleh karena fungsi air ketuban sebagai perata tekanan intra uterin tidak terpenuhi sehingga pada saat kontraksi tidak terjadi penyebaran kontraksi ke seluruh otot uterus, sehingga his tidak adekuat untuk membuka serviks.
Edema pada portio dan vagina dapat disebabkan kesalahan dalam memimpin persalinan yaitu pembukaan belum lengkap tapi ibu sudah dipimpin mengedan.
Kekurangan dari kasus ini adalah tidak diketahuinya secara pasti waktu persalinan dimulai sehingga tidak diketahui berapa lama fase laten berlangsung dan waktu dimulainya fase aktif. Diagnosis partus tidak maju ditegakkan dengan melihat kemajuan dari pembukaan yaitu 1 cm dalam 1 jam.
BAB IV KESIMPULAN
Pada kasus ini yang menyebabkan partus tidak maju adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan dimulai yang mengakibatkan tidak adekuatnya his sehingga servik tidak dapat membuka dengan baik.