• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gina Khairinisa 1, Yoes Prijatna Dachlan 2, Jusak Nugraha 3 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gina Khairinisa 1, Yoes Prijatna Dachlan 2, Jusak Nugraha 3 1"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No.1 April 2018

GAMBARAN DETEKSI ANTIGEN NON STRUCTURAL 1 (NS1)

PADA SERUM PASIEN DEMAM DENGUE DI RUMAH SAKIT

PREMIER SURABAYA PERIODE APRIL – SEPTEMBER 2016

Gina Khairinisa

1

, Yoes Prijatna Dachlan

2

, Jusak Nugraha

3

1Prodi Analis Kesehatan Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi 2Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga

3Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

ABSTRAK

Demam Dengue yang disebabkan infeksi virus dengue merupakan salah satu kasus penyakit terbanyak di Asia tenggara terutama di Indonesia yang dimana merupakan salah satu negara tropis. Pemeriksaan laboratorium demam dengue dilakukan untuk mengonfirmasi adanya infeksi virus dengue salah satunya deteksi antigen NS1 yang bisa digunakan untuk diagnosis dan deteksi dini sebelum menjadi Dengue Syok Syndrome yang dapat menimbulkan kematian. Antigen NS1 muncul pada hari pertama setelah serangan demam dan menurun ke tingkat tidak terdeteksi setelah 5-6 hari. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran deteksi Antigen Non Struktural 1 (NS1) pada serum pasien demam dengue di Rumah Sakit Premier Surabaya. Jenis penelitian ini dilakukan secara Cross sectional dimana dilakukan selama bulan April 2016 – September 2016, terdiri dari 42 pasien dengan gejala klinis Demam dengue yang dirawat di Rumah Sakit Premier Surabaya kemudian dilakukan pemeriksaan deteksi antigen NS1 menggunakan metode Imunokromatografi . Hasil penelitian menunjukkan kelompok usia yang mendominasi pada NS1 positif adalah kelompok usia remaja akhir (17-25 tahun) sebanyak 23,3 % sedangkan pada NS1 negatif kelompok usia yang mendominasi adalah remaja akhir (17-25 tahun) dengan presentase 33,3 %. Untuk Jenis Kelamin paling banyak terdapat pada perempuan sebanyak 53,3 % untuk NS1 positif sedangkan pada NS1 negatif terdapat pada laki-laki sebanyak 58,3 %. Simpulan penelitian adalah gambaran deteksi antigen NS1 pada serum pasien demam dengue di Rumah Sakit Premier Surabaya paling banyak terdapat pada pasien di kelompok usia remaja akhir dan perempuan. Kata kunci: Demam Dengue, Protein Non Struktural 1, Usia

(2)

ABSTRACT

Dengue fever caused by dengue virus infection is one of the most common cases of disease in Southeast Asia, especially in Indonesia, which is one of the tropical countries. Laboratory examination of dengue fever is done to confirm the presence of dengue virus infection one of which detection of NS1 antigen which can be used for early diagnosis and detection before becoming Dengue Shock Syndrome that can cause death. The NS1 antigen appears on the first day after the onset of fever and decreases to undetectable levels after 5-6 days. This study was conducted to determine the description of Non Structural Protein 1 (NS1) antigen in serum of dengue fever patients at Surabaya Premier Hospital. The type of this research was cross sectional conducted in April 2016 - September 2016, consisting of 42 patients with clinical symptoms of dengue fever treated at Surabaya Premier Hospital and then examined by NS1 antigen detection using immunochromatography method. The results showed that the dominant age group in the positive NS1 was the late adolescence group (17-25 years old) as much as 23.3% while in the negative NS1 the dominant age group was the late adolescent (17-25 years) with a percentage of 33.3%. For the sex is most prevalent in women as much as 53.3% for NS1 positive while in the negative NS1 found in men as much as 58.3%. The research conclusions were the description of the NS1 antigen in serum dengue fever patients at the Surabaya Premier Hospital most prevalent in patients in the late teenage and female age groups.

(3)

A. PENDAHULUAN

Demam Dengue (DD) adalah penyakit virus endemik di daerah tropis dan subtropis yang ditularkan oleh gigitan vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa terdapat 50 juta kasus baru DD yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun. WHO (2009) menunjukkan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terbanyak di Asia Tenggara adalah negara Indonesia. Pada kasus DBD di Indonesia, jumlah penderita DBD di Jawa Timur pada tahun 2014 mencapai 9273 kasus (Depkes, 2014). Dinas Kesehatan Kota Surabaya (2015) melaporkan kasus DBD merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak selama periode Januari-Desember 2015.

WHO pada tahun 1997

mengklasifikasikan infeksi virus dengue menjadi dua kelompok yaitu kelompok asimptomatik dan kelompok simptomatik. Kelompok simptomatik dikelompokkan lagi menjadi tiga kategori, yaitu undifferentiated fever, demam dengue (DD), dan demam berdarah dengue (DBD), kemudian DBD dikelompokkan lagi menjadi dua kategori sebagai DBD tanpa shock dan DBD dengan shock atau dikenal dengan Dengue Shock Syndrome (DSS). Pengklasifikasian kelompok berdasarkan derajat keparahan ini penting dilakukan sebagai bahan pertimbangan petugas medis untuk menentukan terapi dan observasi pasien (WHO, 2009).

Manifestasi demam berdarah selama fase demam dengue, biasanya berlangsung selama 3-8 hari, banyak gejala klinis menyerupai demam DBD, termasuk demam, mual / muntah, sakit kepala, ruam dan mialgia. Adanya nyeri perut dan pendarahan yang parah kurang sering terjadi pada demam dengue. Manifestasi perdarahan ringan seperti petechiae, epistaksis dan perdarahan gingiva kadang terjadi di demam

dengue, meskipun jarang dikaitkan dengan perdarahan hebat yang menyebabkan syok (Tantawichien, 2012).

Virus Dengue (DENV) merupakan salah satu dari beberapa patogen arthropoda yang sangat penting di dunia dalam genus Flavivirus. Infeksi dengue terjadi terutama di negara tropis dan sub-tropis di Asia Tenggara, Pasifik dan Amerika. Ada empat serotipe antigenik berbeda yaitu DENV1, -2, -3, dan -4 dan studi epidemiologi selama periode 20 tahun telah menentukan bahwa DENV-2 adalah serotipe yang paling umum. Sampai saat ini, mekanisme patogen dan interaksi antara DENV dengan faktor host masih belum sepenuhnya dipahami. Genom DENV merupakan positive single-stranded RNA yang memiliki panjang sekitar 11 kb berisi single open reading frame yang mengkode tiga protein struktural (Kapsul [C], Membran [M], dan Envelope [E]) dan tujuh Protein non-struktural (NS1, NS2A / B, NS3, NS4A / B, dan NS5) (Fan dkk, 2014).

NSI adalah glikoprotein yang highly conserved dengan berat molekul 46-55 kDa. Protein ini diekspresikan oleh sel mamalia yang terinfeksi virus dengue baik dalam bentuk monomer, dimer (membrane bound protein, mNS1) dan heksamer (secreted protein, sNS1).Protein NS1 yang disekresikan telah diidentifikasi sebagai penentu diagnostik yang potensial untuk deteksi awal infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue (Rastogi dkk, 2016).

Pemeriksaan deteksi antigen NS1 dapat mendeteksi virus dengue lebih awal dibandingkan dengan pemeriksaan antibodi dengue (WHO, 2011) dan juga dapat dijadikan sebagai prediktor untuk mengetahui adanya ancaman yang bersifat prognostik atau tidak karena jika tidak di deteksi secara dini pasien yang terinfeksi virus Dengue akhirnya bisa menjadi penyakit Dengue Shock Syndrome dimana pada fase kritisnya

(4)

dapat menimbulkan kematian. Banyaknya jumlah kasus kematian akibat penyakit Demam Berdarah ini maka pemeriksaan rapid test deteksi antigen NS1 ini dapat membantu tenaga medis dalam menegakkan diagnosis infeksi virus dengue.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran deteksi antigen NS1 pada serum pasien Demam Dengue di Rumah Sakit Premier Surabaya.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran deteksi antigen NS1 pada serum pasien Demam Dengue di RS.Premier Surabaya. Populasi penelitian ini adalah pasien Demam Dengue yang memenuhi kriteria inklusi dan dirawat di Rumah Sakit Premier Surabaya. Sampel penelitian merupakan serum pasien demam dengue yang dirawat di Rumah Sakit Premier Surabaya dimana dilakukan metode pemeriksaan rapid test untuk menentukan serum NS1 positif dan serum NS1 negatif.

Alat yang digunakan di penelitian ini berupa rapid test Non Structural 1 metode Imunokromatografi untuk menentukan secara kualitatif NS1 positif dengan NS1 negatif. Kriteria sampel Inklusi meliputi 1.Penderita demam dengan klinis Demam Dengue 2. Tidak ada batasan usia 3. Hasil screening NS1 dengue dengan teknik rapid test positif

4.Serum yang diambil pada pasien dengan panas di hari ke 2-4 sedangkan kriteria sampel eksklusi meliputi 1. Penderita keluar rumah sakit dengan cara paksa (pulang paksa) sehingga perkembangan penyakitnya tidak dapat diikuti 2. Dalam perkembangannya penderita didiagnosis bukan infeksi dengue.

Besar sampel penelitian sebanyak 42 pasien.Waktu pengambilan sampel dimulai bulan April 2016 sampai dengan September 2016 yang dilakukan di Rumah Sakit Premier Surabaya, dimana pada pasien demam dengue diambil darah ketika demam pada hari ke-2 sampai dengan hari ke-4.

Penelitian berdasarkan data yang ada (Jenis kelamin, NS1 positif, NS1 negatif) Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel dan grafik untuk mengetahui gambaran protein NS1 pada pasien Demam Dengue.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebanyak 42 sampel terdiri dari 21 laki-laki dan 21 perempuan dengan rentang usia 1

tahun hingga 72 tahun. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan usia dapat dilihat di tabel.

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Usia

Karakteristik Kelompok Total % NS1 (+) Positif NS1 (-) Negatif Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) Umur 1. Balita (0-5 tahun) 0 0 2 16,7 2 4,8 2. Kanak-kanak (5-11 tahun) 2 6,7 0 0 2 4,8

(5)

3. Remaja Awal (12-16 tahun) 5 16,7 0 0 5 11,9 4. Remaja Akhir (17-25 tahun) 7 23,3 4 33,3 11 26,2 5. Dewasa Awal (26-35 tahun) 5 16,7 1 8,3 6 14,3 6. Dewasa Akhir (36-45 tahun) 6 20 2 16,7 8 19 7. Lansia Awal (46-55 tahun) 2 6,7 2 16,7 4 9,5 8. Lansia Akhir (56-65 tahun) 2 6,7 2 16,7 4 9,5 9. Manula (>65 tahun) 1 3,3 0 0 1 2,4 Jumlah 30 100 12 100 42 100

Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui bahwa kelompok usia yang mendominasi pada NS1 positif adalah kelompok usia remaja akhir (17-25 tahun) sebanyak 7 orang (23,3 %) dan pada NS1 negatif untuk kelompok usia tertinggi juga terdapat pada kelompok usia remaja akhir (17-25 tahun) sebanyak 4 orang ( 33,3 %).

Hal ini sesuai dengan penelitian Karyanti dkk (2014) bahwa distribusi usia demam berdarah telah meningkat dan lebih banyak kasus telah diamati pada remaja dan orang dewasa.

Di Asia risiko terkena penyakit berat lebih besar pada pasien yang terinfeksi virus Dengue dengan umur 15 tahun dibandingkan orang dewasa.Virus Dengue masuk ke dalam aliran darah d engan spillover di epidermis dan dermis mengakibatkan infeksi sel Langerhans yang belum matang (sel dendritik epidermal) dan keratinosit.Sel yang terinfeksi kemudian bermigrasi dari tempat infeksi ke kelenjar getah bening, di mana monosit dan makrofag diambil menjadi sasaran infeksi.Akibatnya, infeksi virus dan virus disebarluaskan melalui sistem limfatik (Martina dkk, 2009).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Thai dkk (2011) untuk infeksi primer dan sekunder, kelompok usia yang lebih tinggi pada infeksi DENV terbukti menghasilkan risiko serangan klinis yang lebih tinggi pula. Usia sebagai modulator penting dari demam berdarah secara klinis menjelaskan peningkatan terbaru dalam kejadian demam berdarah di negara-negara Asia Tenggara dan terlebih lagi menimbulkan masalah paradoks terkait peningkatan kejadian demam berdarah pada pasien dewasa akibat penurunan kekuatan infeksi yang mungkin disebabkan oleh berbagai faktor termasuk waktu pada dinamika epidemiologi, ekologi dan demografi.

Hubungan antara usia dan risiko demam berdarah tidak pernah dikuantifikasi, dengan menggunakan data dari pasien klinis untuk menunjukkan bahwa risiko relatif penyakit demam berdarah setelah infeksi virus dengue primer meningkat seiring bertambahnya usia. Hubungan ini berimplikasi pada strategi yang bertujuan untuk mengendalikan kejadian demam berdarah (Egger dan Coleman, 2007).

(6)
(7)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No.1 April 2018

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik Kelompok NS1 (+) Positif NS1 (-) Negatif Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) Jenis Kelamin - Perempuan 16 53,3 5 41,7 - Laki-laki 14 46,7 7 58,3 Jumlah 30 100 12 100

Berdasarkan tabel 2 diketahui dari 42 sampel pasien Demam Dengue sebanyak 16 orang (53,3 %) dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki sebanyak 14 orang (46,7 %) dengan hasil NS1 positif dan pada kelompok NS1 negatif untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 5 orang (41,7 %) dan laki-laki dengan jumlah 7 orang (58,3%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Respati dkk (2017) yang mengatakan perempuan menjadi pemain utama dalam menjaga rumah dan lingkungannya sehingga apabila perempuan tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dan tidak melakukan aktivitas yang berhubungan dengan pencegahan penyakit demam berdarah dengan baik maka program demam berdarah terutama dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk tidak tercapai dan masih rendahnya kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan yang dapat memicu penyebaran atau transmisi virus dengue melalui vector nyamuk semakin mudah.

Transmisi Virus Dengue Ke Manusia Melalui Gigitan Nyamuk. Periode Inkubasi Berlangsung Sekitar 3-7 Hari. Setelah Gigitan Nyamuk Yang Terinfeksi Virus Dengue Pada Kulit Manusia Tersebut, Virus Dengue Masuk Dan Melakukan Awal Replikasinya Pada

(8)
(9)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No.1 April 2018

Dc Yang Terinfeksi Bermigrasi Ke Kelenjar Juga Mengaktifkan Sel B Yang Akan Melepas Antibodi. Ada 3 Jenis Antibodi Yang Telah Dikenali Yaitu Antibodi Netralisasi, Antibodi Hemaglutinasi, Antibodi Fiksasi Komplemen. Proses Tersebut Akan Menyebabkan Terlepasnya Mediator-Mediator Yang Merangsang Terjadinya Gejala Sistemik Seperti Demam, Nyeri Sendi, Otot, Malaise Dan Gejala Lainnya(Soegianto,2011). Orang Yang Terinfeksi Demam Berdarah Mengalami Gejala Akut Ketika Terdapat Viremia. Sebagai Respon Imun Melawan Infeksi Virus Dengue, Sel B Pada Orang Tersebut Mulai Memproduksi Antibodi Igm Dan Igg Yang Dilepaskan Dalam Darah Dan Cairan Getah Bening Dan Dapat Mengenali Dan Menetralkan Virus Dengue Juga Molekul Virus Seperti Antigen Ns1 Protein. Pada Patogenesis Demam Berdarah Mungkin Dapat Menyampaikan Manfaat Prognostik Untuk Memprediksi Penyakit (Espada Dan Morita, 2011).

D. SIMPULAN

Simpulan dari hasil penelitian adalah Gambaran deteksi antigen NS1 pada kelompok usia yang mendominasi pada NS1 positif adalah kelompok usia perempuan

Getah Bening Yang Dimana Infeksi Virus Dengue Menyebar Menuju Monosit, Makrofag, Sel B. Sistem Limfatik Berperan Penting Pada Virus Dalam Kadar Yang Tinggi Dalam Aliran Darah (Viremia), Dimana Virus Dengue Dapat Disebarluaskan Menuju Organ Lainnya Seperti Limpa, Hati Dan Sumsum Tulang. (Morrison Dkk, 2012). Manifestasi Klinis Demam Dengue Timbul Akibat Reaksi Tubuh Terhadap Masuknya Virus Yang Berkembang Di Dalam Peredaran Darah Dan Ditangkap Oleh Makrofag. Selama 2 Hari Akan Terjadi Viremia (Sebelum Timbul Gejala) Dan Berakhir Setelah Lima Hari Timbul Gejala Panas. Makrofag Akan Menjadi Antigen Presenting Cell (Apc) Dan Mengaktifasi Sel T-Helper Dan Menarik Makrofag Lain Untuk Memfagosit Lebih Banyak Virus. T-Helper Akan Mengaktifasi Sel T -Sitotoksik Yang Akan Melisis Makrofag Yang Sudah Memfagosit Virus.

sebanyak 16 orang (53,3%) remaja akhir (17-25 tahun) dengan presentase 23,3 % dan jenis kelamin.

(10)
(11)

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No.1 April 2018

DAFTAR PUSTAKA

Alcon, S., Talarmin, A., Debruyne, M., Falconar, A., Deubel, V. and Flamand, M., 2002.

Enzyme-linked immunosorbent assay

specific to Dengue virus type 1 nonstructural protein NS1 reveals circulation of the antigen in the blood during the acute phase of disease in patients experiencing

primary or secondary

infections. Journal of clinical

microbiology, 40(2), pp.376-381. Avirutnan, P., Punyadee, N., Noisakran, S.,

Komoltri, C., Thiemmeca, S., Auethavornanan, K., Jairungsri, A., Kanlaya, R., Tangthawornchaikul, N., Puttikhunt, C. dan Pattanakitsakul, S.N., 2006. Vascular leakage in severe dengue virus infections: a potential role for the nonstructural viral protein NS1 and complement. The Journal of infectious diseases, 193(8), pp.1078-1088.

Departemen Kesehatan 2014. Jumlah penderita DB di Jawa Timur.http://bankdata.depkes.go.i d

Dinas Kesehatan. 2015. Jumlah penderita DBD di Kota Surabaya .http://www.dinkes.surabaya.go.id Egger, J.R. dan Coleman, P.G., 2007.Age

and clinical dengue

illness. Emerging infectious diseases, 13(6), p.924.

Espada, L A dan Mourita K. 2011. Dengue and Soluble Mediators of the Innate Immune System. Tropical Medicine and Health Vol. 39 No. 4 Supplement, 2011, pp. 53-62 doi:10.2149/tmh.2011-S06

Fan, J., Liu, Y. dan Yuan, Z., 2014. Critical role of Dengue Virus NS1 protein in viral replication. Virologica Sinica, 29(3), pp.162-169.

Karyanti, M.R., Uiterwaal, C.S., Kusriastuti, R., Hadinegoro, S.R., Rovers, M.M., Heesterbeek, H., Hoes, A.W. and Bruijning-Verhagen, P., 2014. The changing incidence of dengue haemorrhagic fever in Indonesia: a

45-year registry-based analysis. BMC infectious diseases, 14(1), p.412. Martina, B.E., Koraka, P. and

Osterhaus, A.D., 2009. Dengue virus pathogenesis: an integrated view. Clinical microbiology reviews, 22(4), pp.564-581.

Morrison, J., Aguirre S dan Sesma A F. 2012.

Innate Immunity Evasion by Dengue

Virus. Viruses. 4, 397-413;

doi:10.3390/v4030397

Respati, T., Raksanagara, A., Djuhaeni, H., Sofyan, A., Faridah, L., Agustian, D. and Sukandar, H., 2017. Berbagai faktor yang memengaruhi kejadian demam

berdarah dengue di Kota

Bandung. ASPIRATOR-Jurnal

Penelitian Penyakit Tular Vektor

(Journal of Vector-borne Diseases Studies), 9(2), pp.91-96.

Soegianto, S., 2011. Patogenesa dan Perubahan Patofisiologi Infeksi Virus Dengue. Tantawichien, T., 2012.Dengue fever and

dengue haemorrhagic fever in adolescents and adults. Paediatrics and international child health, 32(sup1), pp.22-27. Thai, K.T., Nishiura, H., Hoang, P.L.,

Tran, N.T.T., Phan, G.T., Le, H.Q., Tran, B.Q., Van Nguyen, N. dan de Vries, P.J., 2011. Age-specificity of clinical dengue during primary and secondary infections. PLoS neglected tropical diseases, 5(6), p.e1180. World Health Organization (WHO). 2009.

Dengue : Guidelines for

diagnosis, treatment, prevention and control.A joint publication of the World Health Organization (WHO) and the Special Programme for Research and Training in Tropical Diseases (TDR). ISBN 978 92 4 154787 1 World Health Organization (WHO), 2011.

Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Jika saja kita memiliki attitude yang positif, maka kesuksesan akan lebih mudah untuk diraih.. sebaliknya jika sikap hidup kita

Terjadi pergeseran nilai ini tentu saja disebabkan karena faktor pendorong pergeseran atau perubahan.Kalau dilihat dalam masyarakat adat di Kenagarian Lubuk Jantan ini,

[r]

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kualitas pelayanan yang di- berikan dan semakin kompetitif harga jasa yang ditetapkan maka semakin

Jadi, erpangir adalah suatu upacara religius berdasarkan kepercayaan tradisional suku Karo ( pemena ), dimana seseorang/keluarga tertentu melakukan upacara berlangir

Daya dorong yang terdapat dalam diri seseorang sehingga orang tersebut berusaha untuk melakukan sesuatu tindakan / kegiatan dengan baik dan berhasil dengan

Tok Bomoh Ekor biasanya menggunakan jampian yang di ambil daripada ayat-ayat Al-Quran dan mentera-mentera tertentu dan jampi serapah menyeru Jin dalam usaha untuk menghadirkan nombor

Di dalam sel, peroksisom berbentuk bulat telur dengan diameter kurang lebih antara 0,5 - 0,7 mikrometer, hanya dibungkus oleh selapis membran. Jumlah peroksisom untuk tiap