• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI MEDIA SIMULASI ANIMASI KOMPUTER DAN FILM PENDEK

DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN ANALITIS DAN GAYA BELAJAR

SISWA

(Studi pada Materi Pembelajaran Suhu dan Kalor Kelas XI TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) Semester 1 di SMK Muhammadiyah 4

SragenTahun Pelajaran 2012/2013)

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains

Oleh:

ANGGIT GRAHITO WICAKSONO NIM. S 831102006

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2013

(2)

commit to user

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI MEDIA SIMULASI ANIMASI KOMPUTER DAN FILM PENDEK

DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN ANALITIS DAN GAYA BELAJAR

SISWA

(Studi pada Pembelajaran Fisika Materi Pembelajaran Suhu dan Kalor Kelas XI TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) Semester 1

di SMK Muhammadiyah 4 SragenTahun Pelajaran 2012/2013)

TESIS Oleh:

ANGGIT GRAHITO WICAKSONO (S831102006)

Komisi

Pembimbing Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I : Dr. H. Sarwanto, S.Pd, M.Si.

NIP. 19690901 199403 1 002 ... ...

Pembimbing II : Dra. Suparmi,MA., Ph.D. NIP. 19520915 197603 1 001

... ...

Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal ...2013

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana,

Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001

(3)

commit to user

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI MEDIA SIMULASI ANIMASI KOMPUTER DAN FILM PENDEK

DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN ANALITIS DAN GAYA BELAJAR

SISWA

(Studi pada Pembelajaran Fisika Materi Pembelajaran Suhu dan Kalor Kelas XI TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) Semester 1

di SMK Muhammadiyah 4 SragenTahun Pelajaran 2012/2013) TESIS

Oleh:

ANGGIT GRAHITO WICAKSONO (S831102006)

Komisi

Pembimbing Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. M. Masykuri, M.Si

NIP. 19681124 199403 1 001 ... ...

Sekretaris Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd

NIP. 19520116 198003 1 001 ... ... Anggota

Penguji

Dr. Sarwanto, S. Pd, M.Si

NIP. 19690901 199403 1 002 ... ... Dra. Suparmi, MA., Ph.D

NIP. 19520915 197603 1 001

... ...

Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat

pada tanggal ...2013

Direktur Program Pascasarjana,

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. NIP. 19610717 198601 1 001

Ketua Program Studi Pendidikan Sains,

Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001

(4)

commit to user

iv

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS Yang menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul: “PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI MEDIA SIMULASI ANIMASI KOMPUTER DAN FILM PENDEK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN ANALITIS DAN GAYA BELAJAR SISWA.” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas dari plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdaapt plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010)

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Sains PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Sains PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapakan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, 2 Februari 2013 Yang Membuat Pernyataan,

Anggit Grahito Wicaksono S831102006

(5)

commit to user

v

MOTTO

1. “Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?” Jadilah hamba yang selalu bersyukur dan berserah diri pada-Nya. (QS. Ar-Rahman : 13)

2. ”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (QS. Al Insyirah : 5) 3. Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan.

(Penulis)

4. Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rejeki melimpah (Kahlil Gibran) 5. Meskipun tidak ada yang bisa kembali dan membuat awal yang baru, siapa pun

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Tesis ini dipersembahkan kepada: 1. Ayahanda dan Ibunda tercinta

2. Adikku tersayang (Linggar Galih Mahanani)

3. Ida Resminawati, terima kasih atas dukungan dan motivasinya selama ini.

4. Teman seperjuangan 5. Almamater

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Tesis ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. M. Masykuri, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. H. Sarwanto, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sekaligus selaku pembimbing I, terima kasih atas bimbingannya dalam menyelesaikan Tesis ini. 4. Dra. Suparmi, M.A., Ph.D., selaku pembimbing II terimakasih atas

bimbingannya dalam menyelesaikan Tesis ini.

5. Daru Wahyuningsih, S.Si, M.Pd., selaku validator ahli instrumen terimakasih atas waktu, kesempatan, dan kerjasamanya.

6. Dwi Teguh R, S.Si, M.Si., selaku validator ahli instrumen terimakasih atas waktu, kesempatan, dan kerjasamanya.

7. Segenap guru dan karyawan SMK Muhammadiyah 4 Sragen, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

(8)

commit to user

viii

8. Siswa kelas XI TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) SMK Muhammadiyah 4 Sragen, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

9. Ibu dan Bapak yang telah memberikan do’a restu dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.

10. Adikku tercinta yang senantiasa menjadi motivator.

11. Teman seperjuangan di Pendidikan Sains Minat Utama Fisika Pascasarjana UNS.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini masih banyak kekurangan. Namun demikian besar harapan penulis semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan. Amin.

Surakarta, Februari 2013

(9)

commit to user

ix

ABSTRAK

Anggit Grahito Wicaksono. S831102006. 2013. Penggunaan Pendekatan

Kontekstual Melalui Media Simulasi Animasi Komputer dan Film Pendek Ditinjau dari Kemampuan Penalaran Analitis dan Gaya Belajar Siswa (Studi pada Pembelajaran Fisika Materi Pembelajaran Suhu dan Kalor Kelas XI TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) Semester 1 di SMK Muhammadiyah 4 SragenTahun Pelajaran 2012/2013). TESIS. Pembimbing I: Dr. Sarwanto, M.Si., II: Dra.

Suparmi, M.A., Ph.D. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), mata pelajaran Fisika bukan mata pelajaran inti tetapi mata pelajaran yang berfungsi sebagai mata pelajaran pendukung kompetensi program keahliannya sehingga pembelajaran belum menggunakan pendekatan dan media pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan interaksi antara penggunaan pendekatan kontekstual melalui media simulasi animasi komputer dan film pendek, kemampuan penalaran analitis, dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.

Penelitian menggunakan metode kuasi eksperimen dan dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 4 Sragen. Populasi semua siswa kelas XI TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) Tahun Ajaran 2012/2013 terdiri dari 3 kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling. Sampel sebanyak 2 kelas, kelas XI TKJ 1 sebagai kelas eksperimen I mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melalui media simulasi animasi komputer dan kelas XI TKJ 2 sebagai kelas eksperimen II mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melalui media film pendek. Pengambilan data melalui teknik tes untuk prestasi kognitif, kemampuan penalaran analitis, angket gaya belajar, dan lembar observasi untuk prestasi afektif. Teknik analisis data menggunakan ANAVA tiga jalan dengan General Linier Model (GLM) melalui program SPSS versi 16.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) ada pengaruh penggunaan pendekatan kontekstual melalui media simulasi animasi komputer dan film pendek terhadap prestasi belajar siswa; (2) ada pengaruh kemampuan penalaran analitis terhadap prestasi belajar siswa; (3) ada pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa; (4) ada interaksi antara penggunaan pendekatan kontekstual melalui media simulasi animasi komputer dan film pendek dengan kemampuan penalaran analitis siswa terhadap prestasi belajar siswa; (5) tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan kontekstual melalui media simulasi animasi komputer dan film pendek dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa; (6) ada interaksi antara kemampuan penalaran analitis dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa; (7) tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan kontekstual melalui media simulasi animasi komputer dan film pendek, kemampuan penalaran analitis dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa

Kata Kunci : Pendekatan kontekstual, simulasi animasi komputer, film pendek, kemampuan penalaran analitis, gaya belajar

(10)

commit to user

x

ABSTRACT

Anggit Grahito Wicaksono. S831102006. Using Contextual Approach Through

Simulation Computer Animation Media and Short Film Over Viewed From Analytical Reasoning Ability and Student Learning Styles (Study of Physics Learning on Temperature and Heat Topic Grade XI TKJ (Computer and Network Engineering) Semester I SMK Muhammadiyah 4 Sragen Academic Year 2012/2013). A THESIS. Consultant I: Dr. Sarwanto, M.Si, II: Dra. Suparmi, M.A.,

Ph.D. Science Education Study Program, Postgraduate Program of Sebelas Maret University.

At Vocational School (SMK), physics course is not a core course but a course that support the formation of skills competency therefore in the teaching learning process does not use apply the various of methods and media that can improve the student’s achievement. The purpose of this study was to determine the effect and the interaction between the use of a contextual approach through simulation computer animation media and short film, analytical reasoning ability, and student learning styles on student achievement.

The study it quasi-experimental used methods and was conducted in SMK Muhammadiyah 4 Sragen. The population was all the students of grade XI TKJ (Computer and Networks Engineering) in Academic Year 2012/2013 consisted of 3 classes. Sampling technique is cluster random sampling. Sample of two classes, class 1 as class XI TKJ experiment I get treatment learning with contextual approach through simulation computer animation media and XI TKJ 2 as the experimental class II get treatment learning with contextual approach through short film media. Data is collected through technical tests for cognitive achievement, analytical reasoning ability, learning style questionnaire and observation sheet for the achievement of affective. Data analysis techniques using three-way ANOVA with the General Linear Model (GLM) with SPSS version 16.

The results showed: (1) there was impact of using a contextual approach through simulation computer animation media and short film toward students’ achievement, (2) there was impact of analytical reasoning ability toward students’ achievement, (3) there was impact of learning styles toward students’ achievement; (4) there was interaction between the use of a contextual approach through simulation computer animation media and short film with analytical reasoning abilities toward students’ achievement, (5) there was no interaction between the use of a contextual approach through simulation computer animation media and short film with students' learning styles toward students’ achievement, (6) there was an interaction between analytical reasoning abilities and students learning styles toward students’ achievement, (7) there was no interaction between the use of a contextual approach through simulation computer animation media and short film, analytical reasoning ability and learning styles toward students’ achievement.

Keywords: contextual approach, simulation computer animation media, short film, analytical reasoning ability, learning styles

(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN ... LEMBAR PERNYATAAN... MOTTO………. PERSEMBAHAN………. KATA PENGANTAR ... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN………. BAB I PENDAHULUAN………..……….... A. Latar Belakang Masalah…………...………... B. Identifikasi Masalah………….…………...………... C. Pembatasan Masalah ……….………...…………... D. Perumusan Masalah………... E. Tujuan Penelitian ………...……... F. Manfaat Penelitian………..……... BAB II TINJAUAN PUSTAKA... A. Landasan Teori……... i ii iii iv v vi viii ix x xiv xvi xvii 1 1 8 10 10 11 12 13 13 13 Halaman

(12)

commit to user

xii 1. Belajar ...…………...………... 2. Mengajar…………... 3. Pembelajaran Fisika………... 4. Pendekatan Kontekstual…………... 5. Metode Mengajar…...…………..………..……….. 6. Media Pembelajaran... 7. Simulasi Animasi Komputer………... ….………... 8. Film Pendek... ….……… 9. Kemampuan Penalaran Analitis ....……….. 10. Gaya Belajar... ……….. 11. Prestasi Belajar..…….……….. 12. Materi Pokok Bahasan Suhu dan Kalor... B. Penelitian yang Relevan ... C. Kerangka Berpikir………..………... D. Pengajuan Hipotesis………..………... BAB III METODE PENELITIAN…………...……….... A. Tempat dan Waktu Penelitian ……….... 1. Tempat Penelitian ……… 2. Waktu Penelitian ……….. B. Metode Penelitian ……….. C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Penetapan Populasi... 2. Teknik Pengambilan Sampel... D. Variabel Penelitian... 21 24 28 34 37 40 41 42 43 45 48 50 64 68 74 75 75 75 75 76 77 77 77 77

(13)

commit to user

xiii

1. Varibel Bebas…...………... 2. Variabel Moderator……….. 3. Variabel Terikat……… E. Teknik Pengumpulan Data ... 1. Teknik Dokumentasi………. 2. Teknik Angket………... 3. Teknik Tes………. 4. Teknik Observasi……..……… F. Instrumen Penelitian ………... 1. Instrumen Pelaksanaan Penelitian... 2. Instrumen Pengambilan Data... G. Uji Coba Instrumen Penelitian……… 1. Instrumen Tes……… 2. Instrumen Angket……….. H. Teknik Analisis Data ………... 1. Uji Prasyarat Analisis... 2. Uji Hipotesis ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN….……….... A. Deskripsi Data………. 1. Data Kemampuan Penalaran Analisis Siswa……….. 2. Data Gaya Belajar Siswa…...………... 3. Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa……….. 4. Data Prestasi Belajar Afektif Siswa……… B. Pengujian Prasyarat Analisis………...

77 78 79 79 79 79 80 80 81 81 81 82 82 87 90 90 93 97 97 98 99 100 102 105

(14)

commit to user

xiv 1. Uji Normalitas……… 2. Uji Homogentitas……… C. Pengujian Hipotesis………. D. Uji Lanjut………. E. Pembahasan Hasil Penelitian………... 1. Hipotesis Pertama………... 2. Hipotesis Kedua……….. 3. Hipotesis Ketiga……….. 4. Hipotesis Keempat……… 5. Hipotesis Kelima……… 6. Hipotesis Keenam………... 7. Hipotesis Ketujuh………... F. Keterbatasan Penelitian………... BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN………... A. Kesimpulan……….. B. Implikasi……….. C. Saran……….…... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 105 106 106 110 115 115 117 119 121 122 124 127 128 131 131 132 134 137 141

(15)

commit to user

xv DAFTAR TABEL Tabel No Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 3.1. Tabel 3.2. Tabel 3.3. Tabel 3.4. Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6(a). Tabel 4.6(b). Tabel 4.6(c). Tabel 4.6(d). Tabel 4.6(e). Tabel 4.7(a). Tabel 4.7(b)

Perkembangan Kognitif Piaget………... Perbandingan Antar Skala Pada Termometer... Tahapan Penelitian... ………... Desain Eksperimen Faktorial 2 x 2 x 2…... Hasil Analisis Validitas Uji Coba Tes Kemampuan Kognitif ... Hasil Analisis Validitas Uji Coba Tes Kemampuan Penalaran Analitis... Deskripsi Data Kemampuan Penalaran Analitis Siswa... Distribusi Frekuensi Kemampuan Penalaran Analitis Siswa .... Deskripsi Data Gaya Belajar Visual Siswa... Deskripsi Data Gaya Belajar Kinestetik Siswa... Distribusi Frekuensi Gaya Belajar Siswa... Data Sebaran Prestasi Belajar Kognitif Siswa Berdasarkan Media Pembelajaran, Kemampuan Penalaran Analitis dan Gaya Belajar... Data Sebaran Prestasi Belajar Kognitif Siswa Berdasarkan Media Pembelajaran dan Kemampuan Penalaran Analitis... Data Sebaran Prestasi Belajar Kognitif Siswa Berdasarkan Media Pembelajaran dan Gaya Belajar... Data Sebaran Prestasi Belajar Kognitif Siswa Berdasarkan Kemampuan Penalaran Analitis dan Gaya Belajar... Data Sebaran Prestasi Belajar Kognitif Siswa Berdasarkan Media Pembelajaran, Kemampuan Penalaran Analitis, dan Gaya Belajar... Data Sebaran Prestasi Belajar Afektif Siswa Berdasarkan Media Pembelajaran, Kemampuan Penalaran Analitis dan Gaya Belajar………... Data Sebaran Prestasi Belajar Afektif Siswa Berdasarkan Media Pembelajaran dan Kemampuan Penalaran Analitis...

16 51 75 76 83 83 98 98 99 99 99 101 101 102 102 102 103 104 Halaman

(16)

commit to user

xvi Tabel 4.7(c) Tabel 4.7(d). Tabel 4.7(e) Tabel 4.8. Tabel 4.9. Tabel 4.10.

Data Sebaran Prestasi Belajar Afektif Siswa Berdasarkan Media Pembelajaran dan Gaya Belajar……….. Data Sebaran Prestasi Belajar Afektif Siswa Berdasarkan Kemampuan Penalaran Analitis dan Gaya Belajar... Data Sebaran Prestasi Belajar Afektif Siswa Berdasarkan Media Pembelajaran, Kemampuan Penalaran Analitis, dan Gaya Belajar………... Rangkuman Uji Normalitas……… Rangkuman Uji Homogenitas... Rangkuman Uji Hipotesis Penelitian Prestasi Belajar Kognitif dan Afektif... 104 104 104 105 106 107

(17)

commit to user

xvii DAFTAR GAMBAR Gambar No Hal Gambar 2.1. Gambar 2.2. Gambar 2.3. Gambar 2.4. Gambar 2.5. Gambar 2.6. Gambar 2.7. Gambar 2.8. Gambar 2.9 Gambar 4.1(a) Gambar 4.1(b) Gambar 4.2(a) Gambar 4.2(b) Termometer Raksa………... ……… Pemuaian Panjang... Pemuaian Luas... Pemuaian Volum... Diagram Perubahan Wujud Zat... Rambatan kalor secara konduksi……….. Arus konveksi pada air yang dipanaskan... Bagian-Bagian Kalorimeter………... Grafik Fase Perubahan Wujud Es………. Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar

Kognitif Siswa Kelas Eksperimen I... Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar

Kognitif Siswa Kelompok Eksperimen II... Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Siswa Kelompok Eksperimen I... Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif

Siswa Kelompok Eksperimen II... 50 53 54 55 57 58 59 60 61 100 101 103 103 Halaman

(18)

commit to user

xviii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16.

Lembar Validasi Instrumen Penelitian... Silabus Satuan Pelajaran... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa...

Kisi-Kisi Instrumen Uji Coba Tes Kemampuan Kognitif...

Instrumen Uji Coba Tes Kemampuan Kognitif... Kunci Jawaban Instrumen Uji Coba Tes Kemampuan Kognitif... Analisis Instrumen Uji Coba Tes Kemampuan Kognitif... Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Kognitif... Instrumen Tes Kemampuan Kognitif... Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Kognitif... Pedoman Observasi Kemampuan Afektif... Lembar Observasi Kemampuan Afektif... Kisi-Kisi Instrumen Uji Coba Tes Kemampuan Penalaran Analitis... Instrumen Uji Coba Tes Kemampuan Penalaran Analitis . Kunci Jawaban Uji Coba Tes Kemampuan Penalaran Analitis ... Analisis Instrumen Uji Coba Tes Kemampuan Penalaran Analisis... 141 183 189 331 332 343 344 347 348 350 358 359 361 363 369 370 Halaman Lampiran No.

(19)

commit to user

xix Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran 20. Lampiran 21. Lampiran 22. Lampiran 23. Lampiran 24 Lampiran 25. Lampiran 26. Lampiran 27. Lampiran 28. Lampiran 29. Lampiran 30. Lampiran 31. Lampiran 32.

Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Analitis... Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Analitis... Kunci Jawaban Instrumen Kemampuan Analisis... Kisi – kisi Instrumen Uji Coba Angket Gaya Belajar... Instrumen Uji Coba Angket Gaya Belajar... Analisis Instrumen Uji Coba Angket Gaya Belajar... Kisi – kisi Instrumen Angket Gaya Belajar... Instrumen Angket Gaya Belajar... Data Induk Penelitian... Uji Normalitas... Uji Homogenitas... Uji Hipotesis... Uji Lanjut... Contoh Hasil LKS Kelompok Berkemampuan Penalaran Analitis Tinggi dan Rendah... Contoh Hasil LKS Kelompok yang memiliki Gaya Belajar Visual dan Kinestetik... Lembar Perijinan... 371 373 378 379 381 386 389 391 396 398 402 408 412 429 437 445

(20)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu pada individu-individu guna mengembangkan bakat serta kepribadian manusia. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu masalah pendidikan perlu mendapat perhatian dan penanganan serius yang menyangkut berbagai masalah yang berkaitan dengan kuantitas, kualitas dan relevansinya.

Beberapa masalah yang cukup mengkhawatirkan dari pendidikan di Indonesia terutama dalam bidang Matematika dan Sains adalah hasil dari TIMSS. Indonesia berada di papan bawah dibandingkan dengan beberapa negara di Asia. Nilai rata-rata skor prestasi Sains siswa Indonesia pada TIMSS tahun 1999, 2003, dan 2007 secara berurutan adalah 435, 420, dan 433. Dengan perolehan skor tersebut siswa Indonesia menempati peringkat 32 dari 38 negara (1999), peringkat 37 dari 46 negara (2003), dan peringkat 35 dari 49 negara (2007). Soal-soal TIMSS cenderung untuk mengungkap produk, proses, dan sikap. Padahal pembelajaran Sains di Indonesia belum sampai untuk mengungkap proses hanya diunggulkan dalam produk dan sikap saja. Walaupun tim olimpiade Sains Indonesia lebih unggul dibandingkan Singapura maupun Malaysia tetapi hal itu tidak menjamin hasil TIMSS menjadi lebih baik. Kemampuan penalaran dan logika siswa-siswa di Indonesia masih sangat terbatas sehingga hasil TIMSS menjadi lebih buruk lagi.

(21)

commit to user

Pada saat ini berkembang pemikiran dikalangan para ahli pendidikan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan ilmiah yaitu siswa diibaratkan seperti ilmuwan yang menemukan konsep dan memecahkan masalah dengan analisis mereka masing-masing. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalaminya, bukan hanya mengetahui saja. Anggapan-anggapan bahwa Fisika itu sulit karena objek materi Fisika yang cenderung abstrak dan penurunan rumus yang rumit, kemudian disajikan dengan pendekatan yang konvensional. Dalam belajar Fisika di sekolah terutama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) banyak siswa yang tidak dapat menangkap konsep Fisika, siswa cenderung lebih banyak menghafal saja karena pada SMK berfungsi sebagai mata pelajaran pendukung kompetensi program keahliannya Inilah yang menyebabkan rendahnya kemampuan Fisika siswa.

Sekarang pendidikan di Indonesia mengenal banyaknya pendekatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain pendekatan konsep, pendekatan konstruktivistik, pendekatan kooperatif, pendekatan kontekstual, pendekatan pembelajaran berbasis masalah dan sebagainya. Dalam memilih pendekatan pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik materi dan perkembangan kognitif, agar pengintegrasian pengetahuan dapat diperoleh peserta didik.

Salah satu yang berkembang sekarang adalah pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning). Menurut Nurhadi yang dikutip oleh Sugiyanto (2007: 1) “pembelajaran kontekstual adalah konsep yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa”. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru ketika siswa belajar. Pembelajaran

(22)

commit to user

kontekstual menerapkan tujuh komponen utama yakni konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian sebenarnya.

Pada masa lalu, proses belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran dari pada pembelajaran. Menurut J.J Hasibuan dan Moedjiono (2006: 37) “konsep mengajar dalam proses perkembangannya masih dianggap sebagai suatu kegiatan penyampaian atau penyerahan pengetahuan”. Sehingga siswa belajar Fisika hanya dengan cara menghafal dan sekedar mengingat rumus. Mengingat keabstrakan Fisika, pada dasarnya belajar Fisika merupakan belajar proses bukan hanya sekedar konsep. Pendekatan kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks kehidupan sehari-hari mereka. Konteks memberi arti, relevansi dan manfaat penuh terhadap belajar. Dengan mengetahui manfaat/kegunaan materi pelajaran, maka siswa akan bertanggung jawab dalam belajar.

Widodo (2009) dari prodi Pendidikan Sains minat utama Kimia dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan kontekstual melalui metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar kimia siswa. Penelitian yang sejenis yang dilakukan oleh Kokom Komalasari (2009) menyimpulkan bahwa “contextual learning in civic education

influenced positively and significantly and contributed 26% to the civic competence of Junior High School student”. Jadi dari penelitian-penelitian tersebut menyatakan

bahwa pembelajaran kontekstual berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar.

Walaupun Fisika hanya pendamping untuk kompetensi program keahlian, tetapi harus dapat menjadi dasar yang kuat guna mendukung kompetensi program keahliannya. Maka perlu adanya peningkatan kualitas pembelajaran dengan

(23)

commit to user

menggunakan media penunjang pembelajaran. Simulasi animasi komputer dan film pendek pada Tesis ini merupakan contoh media penunjang pembelajaran. Kedua media tersebut sangat berkaitan erat dengan perkembangan teknologi informasi sehingga sesuai dengan kompetensi program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ). Sri Anitah (2008: 1) menyatakan bahwa “media pembelajaran adalah sesuatu yang dapat mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan”. Gagne dan Briggs dalam Azhar Arsyad (2002: 4) secara implisit mengatakan bahwa “media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi dan komputer”. Jadi dengan adanya media pembelajaran akan dapat memudahkan guru untuk menyampaikan pesan/informasi kepada peserta didik dengan lebih jelas, menarik dan inovatif.

Widha Sunarno (2008) dalam penelitiannya dalam Jurnal Paedogogia Pendidikan menyimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan media komputer lebih efektif dibandingkan pembelajaran menggunakan media audio-visual dan pembelajaran menggunakan media konvensional. Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Murwani Dewi Wijayanti (2009) menyimpulkan bahwa prestasi belajar kimia hasil dari penerapan model pembelajaran individual dengan media modul berbasis IT lebih sesuai dari pada model pembelajaran individual dengan simulasi animasi komputer. Jadi dari penelitian-penelitian tersebut menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran berbasis komputer akan lebih berpengaruh signifikan dibandingkan mengunakan media konvensional dalam pembelajaran di sekolah.

Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam diri (internal) maupun faktor lingkungan (eksternal). Dimyati dan Mudjiono (1999:

(24)

commit to user

238) menyatakan bahwa “faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, baik yang berupa fisik maupun mental misalnya kecerdasan, minat, bakat, konsentrasi dan lain sebagainya”. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri anak, seperti: metode, kurikulum, keadaan keluarga dan lingkungan, disiplin sekolah, serta sarana dan prasarana sekolah. Namun pada kenyataannya, faktor internal siswa cenderung kurang diperhatikan dalam proses pembelajaran. Untuk itu perlu adanya wacana terhadap gaya belajar siswa dan kemampuan penalaran analitis siswa.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah kemampuan penalaran analitis. Anonim (2009: 2) menyatakan bahwa “kemampuan penalaran analitis bertujuan untuk mengukur kemampuan membaca, mencerna, menganalisis, dan menarik kesimpulan logis dan metodis terhadap informasi yang diberikan”. Kemampuan ini menuntut peserta didik belajar memecahkan soal berdasarkan informasi yang disajikan. Ciri yang pertama adalah adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika, dan tiap penalaran mempunyai logika tersendiri atau dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir logis, dimana berpikir logis disini harus diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau logika tertentu. Ciri yang kedua dari penalaran adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang digunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah merupakan kegiatan analisis yang mempergunakan logika ilmiah, dan demikian juga penalaran lainnya yang mempergunakan logikanya tersendiri. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari suatu pola berpikir tertentu.

(25)

commit to user

Murwani Dewi Wijayanti (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa media modul berbasis IT pada model pembelajaran individual lebih sesuai untuk prestasi belajar peserta belajar yang memiliki daya kemampuan penalaran analitis tinggi dibandingkan kemampuan penalaran analitis rendah. Jadi dari penelitian tersebut menyatakan bahwa kemampuan penalaran analitis berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa.

Disamping kemampuan penalaran analitis, faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah gaya belajar. Gaya belajar siswa merupakan cara yang khas dan konsisten oleh siswa dalam menyerap informasi. Gaya belajar siswa dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Pada umumnya siswa memiliki ketiga gaya belajar tersebut, namun ada satu yang paling dominan dimilikinya. Kebanyakan siswa belum mengenal persis gaya belajar yang dimilikinya sehingga akan lebih mudah menerima materi yang disajikan dengan diskusi dan tanya jawab. Komponen startegi pembelajaran kontekstual yaitu bertanya dan masyarakat belajar dapat membantu siswa auditorial. Gaya belajar visual menggunakan indera penglihatannya untuk membantunya belajar. Dalam pembelajaran kontekstual digunakan sesuatu yang nyata, sesuatu yang sudah diketahui siswa untuk menyampaikan materi sehingga siswa visual dapat dibantu dengan membawa alat peraga seperti gambar, flow chart. Gaya belajar kinestetik menggunakan fisiknya sebagai alat belajar yang optimal. Siswa kinestetik dibantu dengan membawa alat peraga yang nyata misal balok, patung, ataupun dengan media komputer. Untuk itu gaya belajar merupakan komponen penting dalam mengaktualisasikan kemampuan belajar siswa.

Teguh Ernawan (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari prestasi belajar siswa yang memiliki gaya belajar

(26)

commit to user

baik visual, auditorial, maupun kinestetik. Penelitian yang sejenis yang dilakukan Basir (2010) menyimpulkan bahwa gaya belajar merupakan variabel penting yang perlu dipertimbangkan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Jadi dari penelitian-penelitian tersebut menyatakan bahwa gaya belajar siswa itu berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa.

Dalam melaksanakan belajar dikenal beberapa macam teori belajar, antara lain: teori belajar asosiasi, ilmu jiwa daya, teori belajar Gestalt, dan sebagainya. Penelitian ini membahas tentang pengajaran Fisika, maka teori yang sesuai adalah teori belajar Ausubel, teori belajar Gagne, teori belajar Piaget, dan teori belajar Bruner. Dalam menerapkan media pembelajaran dan metode pengajaran, hendaknya dapat menggunakan media yang menarik, efektif, dan interaktif sesuai pokok bahasan dalam Fisika yang mana memiliki karakteristik-karakteristik sendiri. Mata pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran adaptif, yang bertujuan membekali peserta didik dasar pengetahuan tentang hukum-hukum kealaman yang penguasaannya menjadi dasar sekaligus syarat kemampuan yang berfungsi mengantarkan peserta didik guna mencapai kompetensi program keahliannya. Di samping itu mata pelajaran Fisika mempersiapkan peserta didik agar dapat mengembangkan program keahliannya pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Penguasaan mata pelajaran Fisika memudahkan peserta didik menganalisis proses-proses yang berkaitan dengan dasar-dasar kinerja peralatan dan piranti yang difungsikan untuk mendukung pembentukan kompetensi program keahlian. Sesuai dengan Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Suplemennya berdasarkan sistem semester, pokok bahasan Suhu dan Kalor diberikan pada siswa SMK kelompok teknologi dan kesehatan kelas XI semester I. Pokok bahasan Suhu dan Kalor ini

(27)

commit to user

memiliki karakteristik yang konkret dan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari peserta didik sehingga sesuai dengan pendekatan kontekstual yang mengunggulkan pembelajaran sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari.

Dari uraian latar belakang tersebut maka perlu diadakan penelitian dengan judul “Penggunaan Pendekatan Kontekstual Melalui Media Simulasi Animasi Komputer dan Film Pendek Ditinjau dari Kemampuan Penalaran Analitis dan Gaya Belajar Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah adalah

1. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia terutama Matematika dan Sains dilihat dari hasil TIMSS.

2. Rendahnya kemampuan Fisika siswa disebabkan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berfungsi sebagai mata pelajaran pendukung kompetensi program keahliannya.

3. Rendahnya kualitas pembelajaran Fisika disebabkan sebagian besar anak merasa kesulitan dalam belajar Fisika.

4. Kesulitan belajar Fisika disebabkan pembelajaran Fisika banyak menggunakan pendekatan yang konvensional sehingga kurang berhubungan dengan fenomena alam dalam kehidupan sehari-hari dan kemajuan teknologi informasi.

5. Ada banyak jenis pendekatan seperti pendekatan kontruktivistik, pendekatan kooperatif, pendekatan kontekstual dan lain-lain tetapi guru selalu memakai pendekatan konvensional yang sudah kuno untuk digunakan.

(28)

commit to user

6. Pendekatan kontekstual sangat diperlukan oleh siswa karena siswa dapat mengalami yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari mereka, tetapi belum optimal dilakukan guru di sekolah.

7. Kurangnya kemampuan dan kemauan guru untuk berkreasi dalam menggunakan media yang inovatif seperti film, slide, video, dan komputer, sehingga cenderung masih menggunakan media masih sederhana dan konvensional seperti chart dan gambar.

8. Penggunaan media yang berbasis komputer seperti animasi maupun film masih jarang digunakan secara optimal oleh guru karena kurangnya kemampuan dan kemauan.

9. Kenyataan yang ada faktor internal siswa yang meliputi gaya belajar, minat, bakat, kemampuan penalaran analitis, dan lain-lain cenderung kurang diperhatikan guru dalam proses pembelajaran.

10. Kemampuan penalaran analitis siswa kurang diperhatikan, padahal tiap siswa memiliki kemampuan penalaran analitis yang berbeda-beda.

11. Gaya belajar seseorang dapat dalam bentuk auditori, visual, dan kinestetik, sangat mempengaruhi cara belajar orang tersebut, tetapi kurang diperhatikan oleh guru karena asumsi kelas adalah homogen.

12. Sebagian besar guru dalam penilaiannya hanya terfokus pada penilaian kognitif saja sedangkan dalam pembelajaran masih ada lagi aspek afektif dan aspek psikomotorik yang cenderung kurang dipertimbangkan oleh guru.

13. Materi Suhu dan Kalor memiliki karakteristik konkret dan mudah dilihat siswa dalam kehidupan sehari-hari tetapi dalam materi tertentu sulit untuk dilihat siswa dalam kehidupan sehari-hari siswa.

(29)

commit to user

C. Pembatasan Masalah

Agar di dalam pembahasan permasalahan dapat lebih mendalam maka penelitian ini membatasi permasalahan adalah

1. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kontekstual. 2. Media dalam pembelajaran digunakan media simulasi animasi komputer yang

dibuat dengan menggunakan Macromedia Flash Professional dan film pendek. 3. Kemampuan penalaran analitis siswa dibatasi pada kemampuan penalaran

analitis tinggi dan rendah.

4. Gaya belajar dibatasi pada gaya belajar kinestetik dan visual.

5. Prestasi belajar dibatasi pada kemampuan kognitif dan aspek afektif siswa. 6. Pokok bahasan yang dipilih adalah Suhu dan Kalor di SMK kelompok Teknologi

dan Kesehatan kelas XI semester I.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut dapat diketahui perumusan masalah adalah

1. Adakah pengaruh penggunaan media simulasi animasi komputer dan film pendek terhadap prestasi belajar siswa ?

2. Adakah pengaruh kemampuan penalaran analitis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa ?

3. Adakah pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar siswa ?

4. Adakah interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan kemampuan penalaran analitis terhadap prestasi belajar siswa ?

5. Adakah interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa ?

(30)

commit to user

6. Adakah interaksi antara kemampuan penalaran analitis dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa ?

7. Adakah interaksi antara penggunaan media pembelajaran, kemampuan penalaran analitis, dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa ?

E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan media simulasi animasi komputer dan film pendek terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Suhu dan Kalor.

2. Pengaruh kemampuan penalaran analitis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Suhu dan Kalor.

3. Pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Suhu dan Kalor.

4. Interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan kemampuan penalaran analitis terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Suhu dan Kalor. 5. Interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan gaya belajar terhadap

prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Suhu dan Kalor.

6. Interaksi antara kemampuan penalaran analitis dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Suhu dan Kalor.

7. Interaksi antara penggunaan media pembelajaran, kemampuan penalaran analitis, dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Suhu dan Kalor.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi banyak manfaat yang berguna dalam peningkatan proses belajar mengajar di sekolah, antara lain:

(31)

commit to user

1. Memberi masukan bagi guru dalam pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran misalnya pendekatan kontekstual.

2. Memberikan masukan bagi guru tentang media pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik dengan menggunakan Macromedia Flash Professional maupun film pendek.

3. Memberikan masukan bagi guru untuk selalu memperhatikan faktor internal siswa seperti minat, bakat, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan penalaran analitis dan sebagainya agar pembelajaran lebih optimal.

4. Memberikan peluang untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pendekatan kontekstual, media pembelajaran, gaya belajar, dan kemampuan penalaran analitis.

5. Sebagai khasanah pengetahuan bagi pembaca dan bahan referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis atau lanjutan.

(32)

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Belajar a. Pengertian Belajar

Menurut Herman Hudojo dikutip Abdul Haris dan Asep Jihad (2009: 3) “belajar adalah suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan-perubahan itu terbentuk kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama (konstan). Serta perubahan-perubahan tersebut terjadi karena usaha yang dilakukan oleh individu yang sedang belajar”.

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Adapula yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis.

Definisi tentang belajar menurut pendapat yang tradisional seperti yang dikemukakan oleh Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 6) bahwa “belajar adalah usaha memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan“.

Muhibbin Syah (2008: 92) menyatakan bahwa “belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”. Menurut Arthur T Jersild dikutip oleh Syaiful Sagala (2009: 12) menyatakan bahwa belajar adalah “modification of behavior through experience and training” yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan.

(33)

commit to user

Muhibbin Syah (2008: 90) menurut Skinner yang dikutip Barlow dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya, Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer). Dari berbagai uraian pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, dimana perubahan itu bersifat konstan dan berbekas sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

b. Teori Belajar

Dalam melaksanakan belajar dikenal beberapa macam teori belajar, antara lain: teori belajar asosiasi, ilmu jiwa daya, teori belajar Gestalt dan sebagainya. Penelitian ini membahas tentang pengajaran IPA, maka teori yang sesuai adalah teori belajar Ausubel, teori belajar Gagne, teori belajar Piaget, dan teori belajar Bruner.

1) Teori Belajar Ausubel

Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, yaitu yang dirangkum dari Ratna Wilis Dahar (1989: 111)

(a) dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan; dan (b) dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ini ialah fakta-fakta, konsep-konsep dari generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kedua dimensi tersebut menunjukkan dua bentuk belajar yaitu bentuk belajar hafalan dan bentuk belajar bermakna . Belajar hafalan terjadi bila siswa hanya menghafalkan informasi baru, tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur

(34)

commit to user

kognitifnya, Sedangkan belajar bermakna terjadi siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya.

Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Menurut Ausubel dan juga Novak ada tiga kebaikan dari belajar bermakna , yaitu yang ditulis oleh Ratna Wilis Dahar (1989: 111-115) :

(a) informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat; (b) informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan diferensiasi dari subsumer-subsumer, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip; dan (c) informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif, meninggalkan efek residual pada subsumer, sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip, walaupun telah terjadi ”lupa”. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa teori Ausubel sesuai dengan pembelajaran kontekstual, siswa diharapkan belajar melalui pengalaman (penemuan) yang akan lebih bermakna bukan secara hafalan yang mana informasi yang dipelajari dengan cara ini menghalang-halangi belajar selanjutnya tentang informasi yang baru yang mirip. Pembelajaran ini akan lebih bermakna dengan penggunaan metode yang tepat dan media yang interaktif dan menarik yaitu simulasi animasi dan film pendek. Pendekatan kontekstual dengan metode demonstrasi disertai media inovatif yang disajikan dengan simulasi animasi dan film pendek akan mendorong siswa berpartisipasi secara aktif dan mandiri sehingga siswa memperoleh pengalaman belajarnya dan menemukan konsep dari apa yang dipelajari.

2) Teori Belajar Jean Piaget

Jean Piaget mengemukakan bahwa ada tiga aspek dalam perkembangan intelektual yang struktur, isi, dan fungsi. Piaget juga membedakan pengertian belajar menjadi dua yaitu belajar dalam arti sempit dan belajar dalam arti luas. Seperti yang diungkapkan Paul Suparno (2001: 140-141).

(35)

commit to user

Belajar dalam arti sempit adalah belajar yang hanya menekankan pada perolehan informasi baru dan pertambahannya. Belajar seperti ini disebut belajar figuratif, di mana dalam proses belajarnya senantiasa dipenuhi dengan aspek berfikir figuratif dan bersifat statis dan merupakan tiruan (imitasi) yang bersifat sesaat yang ditandai dengan pengetahuan hafalan atau representasi. Belajar dalam arti luas disebut juga perkembangan, adalah belajar untuk memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan dalam berbagi situasi. Belajar ini disebut juga belajar operatif, di mana seorang anak aktif mengolah dan membentuk pengetahuannya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar itu pada dasarnya aktif yaitu memasukkan proses asimilasi dan pemahaman dari diri anak sementara mengingat dan menghafalkan tidak dianggap sebagai belajar. Untuk itu setiap pengetahuan mengandalkan suatu interaksi dan pengalaman, tanpa interaksi dan pengalaman seorang anak tidak dapat mengkonstruksi pengetahuan dalam suatu proses belajar.

Teori pengetahuan Piaget sangat mempengaruhi dalam bidang pendidikan terlebih pendidikan kognitif. Hal itu terjadi karena teori pengetahuan piaget tidak bisa lepas dari teori perkembangan kognitif anak yang terdiri dari empat tahap yaitu sensorimotorik, praoperasi, operasi kongkret dan operasi formal. Secara garis besar tahap-tahap beserta ciri-cirinya dapat dilihat dalam tabel 2.1

Tabel 2.1. Perkembangan Kognitif Piaget (Paul Suparno, 2001: 103)

Tahap Sensorimotor Pra-operasi Operasi

Kongkret

Operasi formal

Umur 0 – 2 2 – 7 7 – 11 11 tahun ke atas

Dasar Pemikiran Tindakan dan meniru Simbolis/ bahasa intuitif, imaginal Transformasi reversibel dan kekekalan, masih kongkret Deduktif, hipotesis dan induktif abstrak Saat Pemikiran

Sekarang Mulai yang

tidak sekarang Masih terbatas kekongkretan Meninggalkan yang sekarang dan memulai yang mendatang

(36)

commit to user

Ciri- ciri lain Refleks, kebiasaan, pembedaan, sarana, dan hasil Egosentris Decentering, seriasi, konsep bilangan, waktu probabilitas Kombinasi, proporsi, reverensi ganda, fleksibel

Dari tabel 2.1 telihat bahwa urutan tahap itu mempunyai sifat tetap meskipun umur rata-rata terjadinya dapat bervariasi secara individual menurut tingkat intelegensi maupun lingkungan sosial seseorang. Meskipun begitu tahap-tahap itu mulai berkembang pada diri seseorang dapat berbeda-beda, ada yang berkembang lebih cepat dan ada yang lebih lambat. Setiap tahap lebih maju mempunyai penalaran yang secara kualitatif berbeda dengan tahap sebelumnya, dan setiap kemajuan dalam penalaran selalu dapat diterapkan secara lebih menyeluruh serta kemajuan tahap baru selalu mengandung perluasan dari struktur sebelumnya.

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang rata-rata usia siswanya di atas 11 tahun. Menurut perkembangan kognitif Piaget, anak pada usia ini berbeda pada tahap operasi formal, dengan demikian siswa sudah mulai dapat mengajukan hipotesis, bekerja sama dan bertukar pikiran dalam diskusi dan tanya jawab sehingga mengajak siswa aktif dalam membentuk dan mengolah pengetahuannya.

3) Teori Belajar Bruner

Menurut Bruner yang dapat dirangkum dari Syaiful Sagala (2009: 35), bahwa belajar melibatkan tiga proses yang hampir bersamaan yaitu (a) informasi yaitu dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah dimiliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan yang telah diketahui sebelumnya; (b) transformasi yaitu informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasikan

(37)

commit to user

dalam bentuk yang lebih abstrak, atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan; dan (c) evaluasi yaitu penilaian hingga pengetahuan yang diperoleh dan ditransformasikan dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Jadi menurut Bruner belajar dapat dilakukan manusia melalui pengalaman-pengalaman memperoleh informasi dan memilih informasi untuk dikembangkan, dipertahankan dan ditransformasikan secara aktif dan yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi itu untuk mencapai pemahaman yang memberikan kemampuan padanya lewat ketrampilan dan kemampuan berpikirnya.

Di dalam proses belajar tersebut, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan "discovery learning

environment" ialah lingkungan yang siswa dapat melakukan eksplorasi,

penemuan-penemuan baru yang belum dikenal. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan-penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif dan berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Menurut Bruner yang dirangkum dari Ratna Wilis Dahar (1989: 103), belajar yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan tiga kebaikan yaitu (a) pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat atau lebih mudah diingat; (b) hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil belajar lainnya; dan (c) secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa diharapkan belajar melalui berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan

(38)

commit to user

prinsip-prinsip untuk memperoleh pengalaman dan mendiskusikan pertanyaan, sehingga mampu menemukan konsep materi sesuai pemahamannya. Dalam hal ini pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan teori Bruner, yaitu pembelajaran dengan penggunaan pendekatan kontekstual yang mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan pengalaman serta dengan metode diskusi dan tanya jawab sehingga siswa dilatih untuk melakukan kerja kelompok, berdiskusi, mengeluarkan pendapat dan menemukan konsep sendiri.

4) Teori Belajar Gagne

Menurut Gagne yang dirangkum dari Dimyati dan Mudjiono (2009: 11-12) mengemukakan lima macam kapabilitas/kemampuan yang diharapkan untuk memperoleh hasil belajar yaitu (a) informasi verbal adalah kemampuan untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilikan informasi verbal memungkinkan individu berperanan dalam kehidupan; (b) keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret, dan terdefinisi, dan prinsip; (c) strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah; (d) keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani; dan (e) sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual meliputi konstruktivisme, kegiatan inkuiri, kelompok belajar, kegiatan bertanya, permodelan, refleksi, dan sebagainya. Dengan demikian dalam pembelajaran ini, dikembangkan kemampuan-kemampuan yang sesuai dengan teori Gagne. Pembelajaran ini akan lebih optimal

(39)

commit to user

dengan penggunaan media yang menarik, interkatif, dan inovatif, yaitu simulasi animasi dan film pendek. Penggunaan media dengan metode diskusi dan tanya jawab ini akan lebih mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa.

c. Tujuan Belajar

Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat penting, karena semua komponen dalam sistem pembelajaran dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan belajar.

Dalam usaha pencapaian tujuan perlu diciptakan adanya sistem lingkungan/kondisi belajar yang baik. Sistem lingkungan yang baik terdiri dari komponen-komponen pendukung antara lain tujuan belajar yang akan dicapai, bahan pengajaran yang digunakan mencapai tujuan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta memiliki hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan dan sarana/prasarana yang tersedia.

Tujuan belajar bermacam dan bervariasi, tetapi dapat diklasifikasikan menjadi dua: pertama yang eksplisit diusahakan untuk dicapai tindakan instruksional, lazim dinamakan instruksional efek, yang biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan yang kedua merupakan hasil sampingan yang diperoleh misalnya: kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan sikap terbuka. Hasil sampingan ini disebut nurturant effect.

Seorang siswa dikatakan berhasil dalam belajar jika siswa mencapai kriteria tingkat keberhasilan belajar yang meliputi hal-hal berikut: pengetahuan, konsep, ketrampilan, dan sikap. Sehingga tujuan belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan, serta pembentukan sikap.

(40)

commit to user

2. Mengajar a. Pengertian Mengajar

Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tidak pernah lepas dari pembahasan mengenai pendidikan. Mengajar merupakan suatu upaya yang dilakukan guru agar siswa belajar. Dalam menjalankan tugasnya sebagai penyaji pelajaran khususnya di kelas, guru tidak hanya dituntut mentransfer pengetahuan/isi pelajaran yang ia sajikan kepada siswanya melainkan lebih daripada mentransfer pengetahuan. Guru juga harus mentransfer kecakapan karsa dan kecakapan rasa yang terkandung dalam materi pelajaran yang disajikan. Dalam arti yang lebih ideal, mengajar bahkan mengandung konotasi membimbing dan membantu untuk memudahkan siswa dalam menjalani proses belajar untuk meraih kecakapan cipta, rasa dan karsa yang menyeluruh dan utuh. Kegiatan yang paling nyata dalam memberi bantuan dan membimbing adalah mengajar.

Menurut Nasution yang dikutip oleh Muhibbin Syah (2008: 182) menyatakan bahwa “mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar”. Sedangkan menurut Tyson dan Caroll yang dikutip oleh Muhibbin Syah (2008: 182) “mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan”.

Melalui interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antara sesama siswa dalam proses belajar mengajar (PBM) akan menimbulkan perubahan perilaku siswa. Jadi apabila interaksi tersebut terjadi dengan baik, maka kegiatan belajar mengajar akan terjadi. Jika interaksi belajar buruk, maka kegiatan belajar mengajar tidak sesuai dengan harapan.

(41)

commit to user

Menurut Waini Rasyidin yang dikutip oleh Slameto (2010: 34) menyatakan bahwa ”mengajar yang dipentingkan ialah adanya partisipasi guru dan siswa satu sama lain”. Sedangkan Muhibbin Syah (2008: 219) mengungkapkan bahwa “mengajar adalah kegiatan mengembangkan seluruh potensi ranah psikologis melalui penataan lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya kepada siswa agar terjadi proses belajar”.

Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu upaya untuk menciptakan kondisi yang sesuai untuk berlangsungnya kegiatan belajar siswa di mana antara siswa dan guru sama-sama aktif. Dalam upaya menciptakan kondisi tersebut ada faktor yang mempengaruhi yaitu lingkungan. Lingkungan tidak hanya di dalam kelas, tetapi semua hal yang relevan dengan kegiatan belajar siswa, antara lain: guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya.

b. Prinsip-Prinsip Mengajar

Ada sepuluh prinsip-prinsip mengajar yang dirangkum dari Slameto (2010: 35-37) sebagai berikut:

1) Perhatian

Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian anak pada pelajaran yang disampaikan. Perhatian lebih besar bila anak mempunyai minat dan bakat.

2) Aktifitas

Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktifitas anak dalam berfikir maupun berbuat. Bila anak menjadi partisipan yang aktif, maka akan memiliki ilmu pengetahuan itu dengan baik, dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

(42)

commit to user

3) Apersepsi

Setiap guru dalam mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki anak, ataupun pengalamannya. Dengan demikian anak akan memperoleh hubungan antara pengetahuan yang telah menjadi miliknya dengan pelajaran yang akan diterimanya.

4) Peragaan

Saat mengajar di depan kelas, guru harus dapat berusaha menunjukkan benda-benda yang asli. Bila mengalami kesulitan boleh menunjukkan model, gambar, benda tiruan, atau dengan menggunakan media lain seperti radio, TV, dan sebagainnya.

5) Repetisi

Penjelasan suatu unit pelajaran perlu diulang-ulang sehingga pengertian itu makin lama semakin lebih jelas dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah. 6) Korelasi

Hubungan antara setiap mata pelajaran perlu diperhatikan, agar dapat memperluas dan memperdalam pengetahuan siswa itu sendiri.

7) Konsentrasi

Hubungan antara mata pelajaran dapat diperluas yaitu dapat dipusatkan kepada salah satu pusat minat, sehingga anak memperoleh pengetahuan secara luas dan mendalam.

8) Sosialisasi

Dalam perkembanganya anak perlu bergaul dengan temanya, karena anak di samping sebagai individu juga mempunyai segi yang perlu dikembangkan. Bekerja di dalam kelompok dapat meningkatkan cara berpikir sehingga dapat memecahkan masalah dengan lebih baik dan lancar.

(43)

commit to user

9) Individualisasi

Setiap individu mempunyai perbedaan yang khas, seperti perbedaan intelektual, minat dan bakat, hobi, tingkah laku, maupun sikapnya. Sehingga guru diharapkan dapat mendalami perbedaan anak secara induvidu, agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaan anak.

10) Evaluasi

Semua kegiatan belajar mengajar perlu dievaluasi. Evaluasi dapat memberikan motivasi bagi guru maupun murid agar lebih giat belajar dan meningkatkan proses berfikir. Evaluasi dapat menggambarkan kemajuan anak, prestasinya, hasil rata-ratanya, tetapi dapat juga menjadi bahan umpan balik bagi guru. Demikian guru dapat meneliti dirinya dan berusaha memperbaiki dalam perencanaan maupun teknik penyajian.

3. Pembelajaran Fisika a. Pengertian Fisika

Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam. Sementara itu IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta, tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Menurut Margono (1998: 20) pengertian IPA dapat dirangkum menjadi tiga hal pokok, yaitu (1) produk IPA yaitu berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori; (2) proses IPA atau metode ilmiah yaitu cara kerja yang dilakukan untuk memperoleh hasil-hasil IPA atau produk IPA; dan (3) nilai dan sikap ilmiah yaitu semua tingkah laku yang diperlukan selama melakukan proses IPA, sehingga diperoleh hasil IPA.

(44)

commit to user

Dari uraian diatas, IPA dapat dipandang sebagai suatu produk, proses,dan sikap ilmiah atau nilai ilmiah. IPA sebagai produk sebab IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah, berupa konsep, prinsip, hukum, dan teori. IPA sebagai proses karena IPA merupakan kegiatan untuk memahami alam beserta isinya dengan logis dan objektif. Pemecahan masalah dilakukan melalui kegiatan eksperimen dan pengamatan (metode ilmiah). IPA dipandang sebagai nilai karena dalam memperoleh produk IPA diperlukan sikap ingin tahu, pola pikir kritis dan logis, jujur, terbuka, objektif, dan komunikatif, sehingga diperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Fisika merupakan bagian dari IPA, hal ini berdasar keputusan Meran Dasar 1 yang menyatakan bahwa “Fisika dalam pelajaran tidak diberikan sebagai ilmu pengetahuan matematika, melainkan sebagai ilmu pengetahuan alam“.(Herbert Druxes et al, 1986: 74). Dalam buku yang sama, Wizsacher berpendapat: “Fisika adalah teori peramalan alternatif-alternatif yang secara empiris (dengan percobaan ) dapat dibeda-bedakan“.(Herbert Druxes et al, 1986: 3) Herbert juga mengutip pendapat Gertsen yang menyatakan bahwa “Fisika adalah suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam yang sederhana dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya. Persyaratan dasar untuk pemecahan persoalannya ialah mengamati gejala-gejala tersebut“. (Herbert Druxes et all, 1986: 3) Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa Fisika merupakan bagian dari IPA yang memiliki karakteristik tertentu, yaitu produk, proses, dan memerlukan sikap ilmiah. Fisika digali dari fenomena-fenomena yang terjadi di alam. Kejadian-kejadian tersebut diteliti dan dipelajari kemudian hasil yang diperoleh diterapkan pada kondisi yang lain tanpa merubah kejadiannya. Untuk

(45)

commit to user

selanjutnya ditemukan pengetahuan baru serta aspek-aspek yang saling berhubungan.

b. Pengajaran Fisika di SMK

Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika material melalui penemuan piranti mikroelektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang Fisika.

Dalam kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mata pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran adaptif, yang bertujuan membekali peserta didik dasar pengetahuan tentang hukum-hukum kealaman yang penguasaannya menjadi dasar sekaligus syarat kemampuan yang berfungsi mengantarkan peserta didik guna mencapai kompetensi program keahliannya. Di samping itu mata pelajaran Fisika mempersiapkan peserta didik agar dapat mengembangkan program keahliannya pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Penguasaan mata pelajaran Fisika memudahkan peserta didik menganalisis proses-proses yang berkaitan dengan dasar-dasar kinerja peralatan dan piranti yang difungsikan untuk mendukung pembentukan kompetensi program keahlian.

Sedangkan dasar yang digunakan dalam hubungan hakikat Fisika menurut taksonomi Bloom seperti yang dirangkum dari Syaiful Sagala (2009: 3) adalah sebagai berikut (1) unsur kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal

Gambar

Diagram Perubahan Wujud Zat........................................
Tabel 2.1. Perkembangan Kognitif Piaget (Paul Suparno, 2001: 103)  Tahap  Sensorimotor  Pra-operasi  Operasi
Gambar 2.1. Termometer raksa
Tabel 2.2 Perbandingan Antar Skala Pada Termometer
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian sistem menunjukkan bahwa (a) Penggunaan smartphone yang berbeda dapat menjalankan aplikasi dengan baik; (b) Jarak optimal yang dibutuhkan untuk dapat mendeteksi marker

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan usia menarche ibu di SMP Negeri 3 Sumbul tahun 2014, paling banyak pada kelompok umur normal yaitu

Untuk Pekerjaan Belanja Bahan/Material/Olahraga pada Dinas Pendidikan Kabupaten Sarolangun Tahun Anggaran 2012, dengan ini diumumkan bahwa

Women (Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan) yang disahkan dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan

Berdasarkan hasH penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada perbedaan antara rerata pretest dan posttest, sehingga dapat dikatakan bahwa massa otot dada peserta tes

Gereja harus sadar betul bahwa dirinya adalah agen Allah untuk mewujudnyatakan keadilan di bumi. Gereja perlu menekankan kepada umat bahwa tujuan hidup bukanlah

Gambar 4 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tepung kacang tunggak : tepung kacang hijau, lama waktu pengukusan dan interaksi kedua perlakuan tidak

Kegiatan analisis dalam hal ini adalah kegiatan membadingkan dengan cermat hasil pengukuran waktu siklus pada pengetesan yang dilakukan pada suatu gerakan atttachment tertentu