BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility)
Perusahaan berkembang atau perusahaan besar memiliki tanggung
jawab yang tinggi untuk mengungkapkan kegiatan sosial perusahaan yang
dinyatakan dalam laporan tahunan perusahaan. Tanggung jawab sosial atau
corporate social responsibility (CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi,
khususnya perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap
konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam
segala aspek operasional perusahaan.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara
sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam
operasinya dan interaksinya dengan stockholders, yang melebihi tanggung
jawab organisasi di bidang hukum (Darwin dalam Saputri, 2011).
CSR berhubungan erat dengan “pembangunan berkelanjutan”, dimana
ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya
harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan,
konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka
panjang.
Penerapan CSR dalam perusahaan-perusahaan diharapkan selain
memiliki komitmen finansial kepada pemilik atau pemegang saham, tapi juga
memiliki komitmen sosial terhadap para pihak lain yang berkepentingan,
karena CSR merupakan salah satu bagian dari strategi bisnis perusahaan
dalam jangka panjang. Adapun tujuan dari CSR adalah (Saputri, 2011):
1. Untuk meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan, biasanya
secara implisit, asumsi bahwa perilaku perusahaan secara fundamental
adalah baik.
2. Untuk membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya
kontrak sosial di antara organisasi dan masyarakat. Keberadaan kontrak
sosial ini menuntut dibebaskannya akuntabilitas sosial.
3. Sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan
tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada investor.
Untuk itulah maka pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR)
perlu diungkapkan dalam perusahaan sebagai wujud pelaporan tanggung
jawab sosial kepada masyarakat.
2.1.2 Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
Pengungkapan didefenisikan sebagai suatu usaha perusahaan untuk
menyeimbangkan komitmen-komitmennya terhadap kelompok dan individual
dalam lingkungan perusahaan (Ebert dan Griffin dalam Saputri, 2011).
bersifat sukarela tetapi sudah menjadi kegiatan yang wajib dinyatakan dalam
laporan tahunan. Semakin besar perusahaan maka semakin diwajibkan
perusahaan tersebut untuk mengungkapkan kegiatan sosialmya.
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dinyatakan dalam
laporan tahunan untuk memberikan informasi kepada pengguna laporan
keuangan tahunan dan kegiatan sosial yang dilakukan untuk mengurangi
dampak negatif yang dialami perusahaan seperti kemungkinan terjadinya
kesenjangan sosial atau kerusakan lingkungan.
Ada dua pendekatan yang secara signifikan berbeda dalam melakukan
penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin
diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional.
Pendekatan ini secara umum akan menganggap masyarakat keuangan sebagai
pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan
cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial yang
dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua dengan meletakkan pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran informasi
dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas ini
telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan
sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
Pengungkapan sosial dan lingkungan adalah sebagai berikut:
voluntary disclosures of information, both qualitative and quantitative made
by organizations to inform or influence a range of audiences. the quantitative
disclosures may be in financial on no-financial terms. Berdasarkan definisi
tersebut maka pengungkapan sosial dan lingkungan merupakan
pengungkapan informasi sukarela, baik secara kuantitatif yang dibuat oleh
organisasi untuk menginformasikan aktivitasnya, dimana pengungkapan
kuantitatif berupa informasi keuangan maupun non keuangan (Mathews
dalam Anavianti, 2011). Pengungkapan sosial perusahaan secara rinci
meliputi lingkungan fisik, energi, sumberdaya manusia, dan keterlibatan
masyarakat.
Menurut Murtanto (2006) dalam Media Akuntansi, pengungkapan
kinerja seringkali dilakukan secara sukarela (voluntary disclosure) oleh
perusahaan. Adapun alasan-alasan perusahaan mengungkapkan kinerja sosial
secara sukarela antara lain.
1. Internal Decision Making : Manajemen membutuhkan informasi untuk menentukan efektivitas informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan sosial perusahaan. Walaupun hal ini sulit diidentifikasi dan diukur, namun analisis secara sederhana lebih baik daripada tidak sama sekali.
2. Product Differentiation : Manajer perusahaan memiliki insentif untuk membedakan diri dari pesaing yang tidak bertanggung jawab secara sosial kepada masyarakat. Hal ini mendorong perusahaan yng peduli sosial untuk mengungkapkan informasi tersebut sehingga masyarakat dapat membedakan mereka dari perusahaan lain.
Pada saat perusahaan mulai berinteraksi dan dekat dengan lingkungan
luarnya (masyarakat), maka berkembang hubungan saling ketergantungan dan
kesamaan minat serta tujuan antara perusahaan dengan lembaga sosial yang
ada. Interaksi ini menyebabkan perusahaan tidak bisa lagi membuat
keputusan atau kebijakan yang hanya menguntungkan pihaknya saja. Tetapi
perusahaan juga harus memikirkan kebutuhan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan terhadap perusahaan (stakeholder needs).
2.1.3 Faktor-faktor pelaporan pengungkapan tanggung jawab sosial Ada dua jenis ungkapan dalam pelaporan keuangan yang telah
ditetapkan oleh badan yang memiliki otoritas di pasar modal. Pertama adalah
ungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu informasi yang harus di
ungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal di suatu
negara. Kedua adalah ungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu
ungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan
oleh standar yang ada.
Pengungkapan sosial yang diungkapkan perusahaan merupakan
informasi yang sifatnya sukarela. Perusahaan memiliki kebebasan untuk
mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan oleh badan penyelenggara
pasar modal. Keragaman dalam pengungkapan disebabkan oleh entitas yang
dikelola oleh manajer yang memiliki filosofis manajerial yang berbeda dan
keluasan dalam kaitannya dengan pengungkapan informasi kepada
Namun ada juga perusahaan yang tidak mengungkapkan secara lebih
luas laporan keuangannya karena menganggap pengungkapan lengkap hanya
akan menyesatkan dan berakibat pada kegagalan pasar. Pengungkapan akan
membantu pesaing dengan merugikan pemegang saham. Selain itu,
pengungkapan yang luas akan menimbulkan lebih banyak biaya dibandingkan
dengan manfaat yang diterima oleh perusahaan. Oleh karena itu, hanya
sebagian perusahaan yang melakukan pengungkapan sukarela.
Standar pelaporan pengungkapan sosial masih belum memiliki standar
yang baku, sehingga jumlah dan cara pengungkapan informasi sosial
bergantung kepada kebijakan dari pihak manajemen perusahaan. Hal ini
mengakibatkan timbulnya variasi luas pengungkapan informasi sosial dalam
laporan tahunan masing-masing perusahaan.
Dalam menyusun dan mengungkapkan informasi tentang aktivitas
pertanggungjawaban sosial perusahaan diidentifikasikan hal-hal yang
berkaitan dengan pelaporan perusahaan, yaitu sebagai berikut.
1. Lingkungan.
Bidang ini meliputi tentang pengendalian pencemaran dan pelestarian
lingkungan hidup dan pengendalian, pencegahan, atau perbaikan
terhadap kerusakan yang berkaitan dengan lingkungan.
2. Energi.
Bidang ini meliputi aktivitas dalam pengaturan penggunaan energi
dalam hubungannya dengan operasi perusahaan dan peningkatan
3. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja.
Perusahaan bertanggung jawab dalam memberikan perlindungan
masyarakat luas dari bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk
industri. Tenaga kerja terjamin kesehatan dan keselamatan kerjanya,
maka perlu keseimbangan yang menguntungkan dari faktor beban
kerja, beban tambahan akibat lingkungan kerja dan kapasitas kerja.
4. Lain-lain tentang tenaga kerja
Tanggung jawab sosial pada bidang ini adalah mengungkapkan
jumlah tenaga kerja meliputi antara lain mengungkapkan jumlah
tenaga kerja dalam perusahaan, persentasi gaji untuk pensiun, jumlah
staf, rencana pembagian keuntungan, program untuk kemajuan dan
lain-lain.
2.1.4 Karakteristik perusahaan dalam pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
Pengungkapan laporan keuangan tidak lepas dari pengaruh
karakteristik perusahaan dimana pengungkapan itu dikeluarkan. Karakteristik
perusahaan secara umum didefenisikan sebagai ciri-ciri khusus yang dimiliki
perusahaan dan melekat pada citra perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini,
karakteristik yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan diproksikan ke dalam tingkat leverage, ukuran perusahaan,
struktur kepemilikan saham manajerial, struktur kepemilikan saham
2.1.4.1 Tingkat leverage
Menurut Stice dan Skousen (2005) “rasio-rasio leverage
adalah sebuah indikasi sejauh mana suatu perusahaan menggunakan
dana pihak luar untuk membeli aktiva”. Tingkat leverage merupakan
proporsi hutang total terhadap rata-rata ekuitas pemegang saham.
Leverage ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai
struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat
tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang.
Oleh karena itu, perusahaan dengan leverage yang tinggi
memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas
daripada perusahaan dengan leverage yang rendah.
Rumus untuk menghitung tingkat leverage adalah sebagai
berikut.
𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝑡𝑡𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐷𝐷𝐷𝐷𝑅𝑅𝑅𝑅𝐷𝐷𝑅𝑅𝑡𝑡 (𝐷𝐷𝐴𝐴𝑅𝑅) =Total Kewajiban
𝑇𝑇𝑡𝑡𝐷𝐷𝑅𝑅𝑇𝑇𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐷𝐷𝐷𝐷
2.1.4.2 Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan variabel yang banyak
digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan
perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Secara umum,
perusahaan besar akan mengungkapan informasi lebih banyak dari
pada perusahaan kecil, disebabkan karena perusahaan besar akan
menghadapi risiko politis yang lebih besar daripada perusahaan kecil.
Pada umumnya perusahaan besar tidak terlepas dari tekanan
pertanggungjawaban sosial. Tetapi, perusahaan yang kecil tidak
terlalu mengalami tekanan yang mengharuskan untuk mengungkapkan
tanggung jawab sosial.
Oleh karena itu, ukuran perusahaan yang diukur dengan total
aktiva yang dimiliki perusahaan dapat menjelaskan pengungkapan
tanggung jawab sosial. Dihitung dengan.
Size = Total Aktiva
2.1.4.3 Struktur kepemilikan saham manajerial
Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan
bahwa manajer memiliki saham dalam perusahaan atau manajer
tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Rustiarini
dalam Tamba, 2011). Pihak tersebut adalah mereka yang duduk di
dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan. Keberadaan
manajemen perusahaan mempunyai latar belakang yang berbeda,
antara lain: pertama, mereka mewakili pemegang saham institusi;
kedua, mereka adalah tenaga- tenaga professional yang diangkat oleh
pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham; ketiga,
mereka duduk di jajaran manajemen perusahaan karena turut memiliki
saham.
Berdasarkan teori keagenan, hubungan antara manajemen
dengan pemegang saham, rawan untuk terjadinya masalah keagenan.
Teori keagenan menyatakan bahwa salah satu mekanisme untuk
memkasimalkan jumlah kepemilikan manajerial. Dengan menambah
jumlah kepemilikan manajerial, maka manjemen akan merasakan
dampak langsung atas setiap keputusan yang mereka ambil karena
mereka menjadi pemilik perusahaan (Jensen dan Meckling dalam
Tamba 2011).
Peningkatan atas kepemilikan manajerial akan membuat
kekayaan manajemen secara pribadi, semakin terikat dengan kekayaan
perusahaan sehingga manajemen akan berusaha mengurangi resiko
kehilangan kekayaanya. Kepemilikan manajerial yang tinggi
berakibat pada rendahnya dividen yang dibayarkan kepada
shareholder. Hal ini disebabkan karena pembiayaan yang dilakukan
oleh manajemen terhadap nilai investasi di masa yang akan datang
bersumber dari biaya internal.
Struktur kepemilikan manajerial dapat diukur sesuai dengan
proporsi saham biasa yang dimiliki oleh manajerial, dapat dirumuskan
sebagai berikut.
𝐾𝐾𝐷𝐷𝐾𝐾𝐷𝐷𝐾𝐾𝑅𝑅𝑇𝑇𝑅𝑅𝐾𝐾𝑅𝑅𝐾𝐾𝑀𝑀𝑅𝑅𝐾𝐾𝑅𝑅𝑀𝑀𝐷𝐷𝑀𝑀𝑅𝑅𝑅𝑅𝑇𝑇= Jumlah Kepemilikan Saham Manajerial Total Saham yang Beredar
2.1.4.4 Struktur kepemilikan saham institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh
pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti yayasan, bank,
perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, perusahaan
berbentuk perseroan (PT), dan institusi lainnya. Institusi biasanya
lebih besar dibandingkan dengan pemegang saham lainnya. Oleh
karena menguasai saham mayoritas, maka pihak institusional dapat
melakukan pengawasan terhadap kebijakan manajemen lebih kuat
dibandingkan dengan pemegang saham lain.
Perusahaan dengan kepemilikan institusi yang besar
mengindikasikan kemampuannya untuk memonitori manajemen.
Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien
pemanfaatan aktiva perusahaan dan dapat diharapkan juga dapat
bertindak sebagai pencegah terhadap pemborosan yang dilakukan oleh
pihak manajemen.
Struktur kepemilikan institusional dapat diukur yang
dirumuskan sebagai berikut.
𝐾𝐾𝐷𝐷𝐾𝐾𝐷𝐷𝐾𝐾𝑅𝑅𝑇𝑇𝑅𝑅𝐾𝐾𝑅𝑅𝐾𝐾𝐼𝐼𝐾𝐾𝐴𝐴𝐷𝐷𝑅𝑅𝐷𝐷𝐼𝐼𝐴𝐴𝑅𝑅𝑡𝑡𝐾𝐾𝑅𝑅𝑇𝑇 =Jumlah Kepemilikan Saham Institusional Total Saham yang Beredar
2.1.4.5 Struktur kepemilikan saham asing
Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang
dianggap concern terhadap corporate social responsibility
disclousure.
Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh
asing biasanya lebih sering menghadapi masalah asimetri informasi
dikarenakan hambatan geografis dan bahasa. Oleh sebab itu
perusahaan dengan kepemilikan asing yang besar akan terdorong
untuk melaporkan atau mengungkapkan informasinya secara sukarela
Struktur kepemilikan asing dapat diukur sesuai dengan
proporsi saham biasa yang dimiliki oleh asing, dapat dirumuskan
sebagai berikut.
𝐾𝐾𝐷𝐷𝐾𝐾𝐷𝐷𝐾𝐾𝑅𝑅𝑇𝑇𝑅𝑅𝐾𝐾𝑅𝑅𝐾𝐾𝐴𝐴𝐴𝐴𝑅𝑅𝐾𝐾𝐴𝐴=Jumlah Kepemilikan Saham Asing
Total Saham yang Beredar
2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan telah
dilakukan oleh Marpaung (2010) yang melakukan pengujian untuk mengetahui
pengaruh kepemilikan saham, tingakat leverage, profitabilitas dan ukuran
perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada
perusahaan manufaktur selama periode 2006 sampai 2008. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa struktur kepemilikan, profitabilitas, ukuran perusahaan,
umur perusahaan berpengaruh negative sedangkan tingkat leverage berpengaruh
positif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan
tahunan.
Penelitian lain dilakukan oleh Saputri (2011) yang menguji pengaruh
profitabilitas, leverage, size, dan kepemilikan saham publik terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada perusahaan manufaktur
selama periode 2008 sampai 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan dan kepemilikan saham publik secara
simultan berpengaruh terhadap pengungkapan sosial perusahaan pada perusahaan
publik yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan hanya leverage yang tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
Sandra (2011) merupakan peneliti yang melakukan pengujian untuk
mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris,
kepemilikan manajemen, tingkat leverage terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan pada perusahaan manufaktur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris,
kepemilikan manajemen, leverage secara simultan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Secara parsial hanya dewan
komisaris yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial
perusahaan.
Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama
Penelitian
Variabel Peneliti Hasil Penelitian
1. Marpaung
(2010)
Variabel Independen: Kepemilikan saham, tingkat leverage, profitabilitas, ukuran
perusahaan, umur perusahaan berpengaruh negative
sedangkan tingkat leverage berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan leverage, ukuran perusahaan dan kepemilikan saham publik secara simultan berpengaruh terhadap pengungkapan sosial
perusahaan pada perusahaan manufaktur.
2.3Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, tinjauan
penelitian terdahulu dan penambahan variabel lain, maka dapat dirumuskan
bahwa leverage, ukuran perusahaan, struktur kepemilikan saham manajerial,
sruktur kepemilikan saham insstitusional dan struktur kepemilikan saham
asing memiliki pengaruh dalam pengungkapan tanggunng jawab sosial.
Maka dirumuskan kerangka konseptual sebagai berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 di atas merupakan kerangka konseptual yang merupakan
keterangan tentang bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor
yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Keterangan Ukuran Perusahaan (X2)
Leverage (X1)
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Y) Struktur Kepemilikan
Saham Manajerial (X3)
Struktur Kepemilikan Saham Institusional (X4)
yang terdiri dari leverage, ukuran perusahaan struktur kepemilikan saham
manajerial, struktur kepemilikan saham institusional, struktur kepemilikan
saham asing yang merupakan variabel X, memiliki pengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial yang merupakan variabel Y. Kerangka
konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel X
(variabel independen) dengan variabel Y (variabel dependen).
Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas
yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, tetapi juga harus
memberi manfaat bagi para stakeholder. Dengan demikian, keberadaan suatu
perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan stakeholder
perusahaan tersebut (Ghozali dan Chairi, 2007).
Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage
yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya
keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi. Semakin
tinggi tingkat leverage (rasio hutang/ekuitas) semakin besar kemungkinan
akan melanggar janji kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk
melaporkan laba sekarang lebih tinggi oleh karena itu perusahaan dengan
leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan
yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah.
Ukuran perusahaan diukur melalui total aktivanya, apabila jumlah
aktivanya besar maka perusahaan tersebut termasuk dalam perusahaan besar.
Semakin besar perusahaan maka semakin luas pengungkapan sosialnya dan
untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang
dinyatakan dalam laporan tahunannya.
Struktur kepemilikan saham manajerial, struktur kepemilikan saham
institusional, dan struktur kepemilikan saham asing dilihat dari seberapa besar
persentase kepemilikan saham dari masing-masing kepemilikan saham.
Struktur kepemilikan saham ini juga wajib mengetahui tanggung jawab sosial
yang dilakukan suatu perusahaan. Semakin besar kepemilikan saham oleh
manajerial, institusional, dan asing dalam suatu perusahaan, maka semakin
besar pula tanggung jawab perusahaan untuk mengungkapkan tanggung
jawab sosialnya.
2.3.2 Hipotesis penelitian
Menurut Erlina dan Mulyani (2007) “hipotesis merupakan proposisi
yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris, dan hipotesis
merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan
tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi”.
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H1 : Karakteristik perusahaan tingkat leverage, ukuran perusahaan, struktur
kepemilikan saham manajerial, struktur kepemilikan saham
institusional, dan struktur kepemilikan saham asing secara simultan
berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
H2: Karakteristik perusahaan tingkat leverage secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H3: Karakteristik perusahaan ukuran perusahaan secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
H4: Karakteristik perusahaan struktur kepemilikan saham manajerial
secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
H5: Karakteristik perusahaan struktur kepemilikan saham institusional
secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
H6: Karakteristik perusahaan struktur kepemilikan saham asing secara
parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek