BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mood merupakan salah satu aspek psikologis yang termasuk dalam afek yang dialami manusia. Afek adalah perasaan yang dialami seseorang, yang di
dalamnya terdapat aspek mood dan emosi (Pautz, 2010). Lebih lanjut, Pautz (2010) menjelaskan bahwa emosi adalah reaksi terhadap objek emosi
(kejadian/orang), sedangkan mood tidak memiliki objek tertentu. Emosi terjadi sebagai akibat dari suatu rangkaian kejadian yang terjadi pada konteks tertentu
(Davine dkk, 2010). Ia mengungkapkan bahwa emosi dapat berubah menjadi
mood apabila kehilangan objek yang memunculkan emosi dan bertahan dalam waktu yang lebih lama (jam atau hari), begitupun sebaliknya, mood dapat berubah
menjadi emosi apabila memiliki objek emosi dan memiliki kecenderungan untuk
memunculkan perilaku dalam waktu yang singkat. Pautz (2010) berpendapat
bahwa emosi bersifat action oriented, sedangkan mood bersifat kognitif. Hal ini menunjukkan bahwa emosi dapat mengarahkan pada perilaku tertentu, sedangkan
mood akan memicu seseorang untuk berpikir atau merenung sejenak.
Mood merupakan kondisi yang memiliki afek positif dan afek negatif (Zevon dan Tellegen, 1982 serta Watson dan Tellegen, 1985). Afek positif
mengarah kepada keadaan yang bersemangat atau aktif, sedangkan afek negatif
mengarah pada ketegangan atau distres personal (Ekkekakis, 2012). Huelsman
menggambarkan antusias dan kegembiraan, sedangkan afek negatif yang tinggi
menggambarkan distres dan mudah merasa terganggu.
Mood seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti situasi yang mengelilinginya, pola pikir dalam menginterpretasi situasi yang mengelilinginya,
sensasi internal tubuh, reaksi perilaku, serta lingkungan sosial (Devine et al,
2010). Djohan (2010) menyatakan bahwa kapanpun dan dimanapun seseorang
dapat mengalami pengalaman musikal. Misalnya lagu yang diputar di kafe
membangkitkan mood tertentu pelanggan. Dengan demikian, musik sebagai salah
satu komponen situasi yaitu hal yang mengelilingi individu pada waktu tertentu.
Walaupun aspek mood tidak begitu banyak digunakan untuk penelitian musik, namun beberapa peneliti menunjukkan bahwa musik dapat mempengaruhi
mood (Hu, 2010). Seperti penelitian Kramer (dalam Murrock, 2005) menunjukkan bahwa bunyi-bunyian yang menyusun musik dapat mempengaruhi mood. Selain itu, Ganser dan Huda (2010) dalam Music’s Effect on Mood and Helping
Behavior menyatakan bahwa faktor lingkungan dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi mood seseorang yang mengarah pada kecenderungan perilaku menolong orang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik dengan tempo
upbeat dan populer serta berisikan lirik prososial meningkatkan mood positif; sedangkan musik dengan tempo cepat dan berulang serta berisikan lirik antisosial
meningkatkan mood negatif; namun keadaan tanpa musik menurunkan mood positif dan mood negatif. Dalam penelitian ini, mood yang dibangkitkan musik tidak terbukti mempengaruhi perilaku menolong. Namun Greitemer (dalam
musik dengan lirik prososial mendonasikan uang lebih banyak dibandingkan
partisipan yang diperdengarkkan musik dengan lirik yang netral.
Musik menjadi hal yang menarik dibahas dikarenakan kekuatannya dalam
mempengaruhi manusia, sehingga penelitian-penelitian terhadap musik
berkembang dan berlanjut. Djohan (2009) dalam Psikologi Musik mengungkapkan bahwa musik berpengaruh pada kehidupan, yaitu ketika
diperdengarkan, dimainkan, ditampilkan, bahkan pada saat dipelajari secara
ilmiah. Tidak hanya pada masa modern ini, pengaruh musik terhadap keadaan
seseorang juga sudah ditunjukkan pada zaman dahulu oleh suku Ibrani kuno
seperti yang terjadi pada Raja Saul yang tertulis di Alkitab :
―Dan setiap kali apabila roh yang daripada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur daripadanya.‖ (Kitab 1 Samuel Pasal 16 Ayat 23).
Diceritakan pada kitab ini bahwa Raja Saul diganggu oleh roh jahat karena
Roh Tuhan tidak lagi berdiam padanya. Kemudian hamba-hamba Saul
menyarankan agar ketika roh jahat itu menghinggapi Saul, Saul sebaiknya
mendengarkan permainan kecapi supaya ia merasa nyaman. Lalu Daud diutus
untuk bermain kecapi pada saat roh jahat hinggap pada Raja Saul, kemudian roh
jahat undur dari Raja Saul. Hal ini menunjukkan bahwa musik tradisional diyakini
memiliki pengaruh pada keadaan mental seseorang.
Musik tradisional sebagai alat yang digunakan untuk memberi gambaran
orang dalam kelompok tertentu dan cara mereka hidup (Merriam, 1964). Bahari
(2008) berpendapat bahwa musik merupakan ungkapan keindahan suatu kelompok
kelompok tersebut. Merriam (dalam Djohan, 2010) mengklasifikasikan sepuluh
fungsi musik tradisional dalam masyarakat, yaitu sebagai (1) respons fisik, (2)
sarana komunikasi, (3) ekspresi emosi, (4) representasi simbolik, (5) penguatan
konformitas terhadap norma sosial, (6) validasi instituisi sosial dan ritual
keagamaan, (7) kontribusi terhadap kontinuitas dan stabilitas budaya, (8)
kontribusi terhadap integrasi masyarakat, (9) kesenangan terhadap keindahan, dan
(10) hiburan.
Demikian halnya di Sumatera Utara yang memiliki keragaman suku, tentu
saja memiliki keragaman budaya yang khas satu dengan yang lainnya. Menurut
data Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Sumatera Utara
(2010) menyebutkan bahwa penduduk asli Sumatera Utara adalah suku Melayu,
Batak Karo, Batak Toba, Simalungun, Dairi/Fak-fak, Mandailing, Pesisir, dan
Nias. Di dalam menjaga kelestarian budaya, Suku Batak Toba memiliki rasa
kewajiban untuk mempertahankan kebudayaannya di dalam kehidupan sehari-hari
hingga sekarang sebagai bentuk ketaatan terhadap adat istiadat yang berlaku
(Panggabean, 2008). Demikian pula halnya dengan menjaga kelestarian musik
tradisional, suku Batak Toba berusaha melestarikannya melalui kegiatan-kegiatan
adat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat pada penggunaan musik
tradisional di setiap acara, seperti pernikahan dan kematian. Musik tradisional,
Musik tradisional Batak Toba dikenal dengan sebutan gondang. Gondang berarti seperangkat alat musik, ensambel musik, dan komposisi lagu (Pasaribu
dalam Irfan, 2004). Berdasarkan pengertian ansambel, gondang dibagi atas dua bagian, yaitu gondang sabangunan dan uning-uningan yang kemudian lebih dikenal dengan gondang hasapi (Simangungsong, 2013). Purba (2002) menyatakan bahwa gondang sabangunan digunakan pada saat masa tanam, perayaan masa panen raya, ritus penyembuhan penyakit, atau hal-hal yang bersifat
pesta adat (ulaon adat); sedangkan gondang hasapi disajikan pada acara-acara yang bersifat hiburan, misalnya pada opera Batak (Simon, 1985). Hal ini sejalan
dengan pendapat Merriam (dalam Djohan, 2010) bahwa musik gondang sabangunan dan gondang hasapi berfungsi sebagai sarana komunikasi suku Batak terhadap Sang Pencipta, ekspresi komunikasi, ritual keagamaan, kontribusi
terhadap kesatuan masyarakat Batak Toba dan hiburan.
Pengaruh musik tradisional Batak Toba terhadap pendengarnya, baik
secara afektif, kognitif, perilaku tidak begitu banyak diteliti. Walaupun Simon
(1985) menyatakan bahwa ogung dalam gondang sabangunan memiliki suara yang cukup keras yang mampu menimbulkan mekanisme psikomotorik dan
akhirnya orang-orang yang mendengar merespon untuk berpesta bersama.
Panisioan (2012) juga menyatakan bahwa gondang hasapi digunakan untuk hiburan yang menggeliatkan alunan musik dan mempertontonkan lelucon untuk
menghibur masyarakat. Tetapi bukti ini tidak cukup kuat untuk menunjukkan
diperlukan penelitian-penelitian terhadap aspek psikologis yang dipengaruhi
setelah mendengarkan musik tradisional Batak Toba.
Atas pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh musik
tradisional Batak Toba terhadap aspek mood. Peneliti tertarik meneliti aspek mood
untuk melihat pengaruh musik tradisional Batak Toba terhadap afek positif dan
afek negatif mood pendengar. Selain itu, aspek mood tidak banyak diteliti untuk melihat pengaruh musik terhadap aspek psikologis seperti yang diungkapkan oleh
Hu (2010) sehingga penelitian ini akan memperkaya penelitian pengaruh musik
terhadap mood. Aspek mood juga dipilih karena perubahan pada afek positif maupun afek negatif mood mengubah aktivitas kognitif seseorang yang kemudian
mengarah kepada emosi yang akan dimunculkan (actions oriented). Sedangkan
musik tradisional Batak Toba dipilih karena peneliti berada di Sumatera Utara
sehingga untuk mendapatkan lagu musik tradisional Batak Toba lebih terjangkau.
Peneliti yang berasal dari suku Batak Toba juga beranggapan bahwa penelitian ini
penting dilakukan agar musik tradisional Batak Toba dapat dilestarikan dan tidak
hilang, dan juga hasil penelitian dapat diaplikasikan dengan efektif dan efisien
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menjadi pelengkap/sarana suatu kegiatan
(rumah makan, spa, acara-acara tertentu).
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yaitu dengan memberikan
perlakuan musik tradisional Batak Toba dan kemudian dilihat pengaruh musik
sehingga tidak begitu banyak data yang dapat dijadikan sebagai referensi
penelitian.
B. RUMUSAN PERMASALAHAN
Musik dapat mempengaruhi mood seseorang, baik afek positif maupun afek negatif mood tersebut. Peneliti berkesimpulan bahwa musik ansambel gondang Batak Toba juga mempengaruhi perubahan mood pendengar, baik afek positif maupun afek negatif mood. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah musik ansambel Batak Toba mempengaruhi afek positif mood
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
2. Apakah musik ansambel Batak Toba mempengaruhi afek negatif mood
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
3. Apakah terdapat perbedaan afek positif mood setelah diperdengarkan ansambel gondang sabangunan.
4. Apakah terdapat perbedaan afek negatif mood setelah diperdengarkan
ansambel gondang sabangunan.
5. Apakah terdapat perbedaan afek positif mood setelah diperdengarkan ansambel gondang hasapi.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh musik tradisional
Batak Toba yaitu ansambel gondang sabangunan dan gondang hasapi terhadap afek positif dan afek negatif mood pendengar.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik dan
bersifat teoritis maupun praktis, yaitu :
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangan
pengetahuan terhadap ilmu Psikologi, yaitu Applied Psychology dalam mengembangkan ilmu di bidang tersebut.
b. Penelitian ini juga diharapkan menjadi masukan bagi para
pemerhati kebudayaan dalam mempelajari budaya Batak Toba.
2. Manfaat praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan memberi pemahaman bagi pembaca
pengaruh musik tradisional Batak Toba terhadap mood setelah mendengarkan musik tradisional Batak Toba, yaitu ansambel
gondang sabangunan dan gondang hasapi.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : Pendahuluan
Berisi uraian singkat mengenai gambaran latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
BAB II : Landasan Teori
Berisi tinjuan teoritis yang menjadi acuan dalam
pembahasan permasalahan. Memuat dasar teori tentang
mood dan musik tradisional Batak Toba. BAB III : Metode Penelitian
Berisi identifikasi variabel, definisi operasional, populasi,
dan metode pengambilan sampel, metode pengambilan
data, serta metode analisis data penelitian.
BAB IV : Pembahasan dan Hasil Penelitian
Bab ini terdiri dari uraian mengenai gambaran subjek
penelitian berdasarkan penggolongan suku bangsa, hasil
penelitian utama, serta pembahasan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan yang mencakup hasil
analisis dan intepretasi data penelitian dan saran berupa
saran metodologis untuk penelitian selanjutnya dan saran