BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Orang Batak termasuk salah satu sub suku bangsa di Indonesia, Suku Batak
terdiri dari enam sub suku yang dibagi secara geografis, yaitu: Batak Toba dan Pakpak di
Tapanuli Utara, Batak Karo dan Simalungun di Timur dan Timur Laut Tapanuli Utara,
Batak Angkola dan Mandailing di Tapanuli Selatan.1
Orang Batak Toba yang memiliki filosofi hidup yaitu hagabeon, hamoraon,
hasangapon yang dikenal dengan konsep harajaon.
Perkampungan leluhur mereka di
kaki gunung pusuk buhit yang tidak jauh dari kota Pangururan sekarang. Etnis Batak
adalah kelompok etnis ke empat terbesar di Indonesia setelah etnis Jawa, Sunda dan Bali
Orang Batak Toba sering menyebut mereka sebagai halak hita (orang kita) untuk
menyebutkan suku sendiri. Orang kita (halak kita) biasa digunakan diperantauan untuk
menunjukkan kedekatan emosional dan kebersamaan di tanah perantauan.
2
1
Johan Hasselgren, Batak Toba di Medan: Perkembangan Identitas Etno-Religius Batak Toba Di
Medan 1912-1965, Medan: Bina Media Perintis, 2008. Hal 63.
2
Ibid, Hal 27.
Untuk menempuh filosofi ini,
beberapa tindakan dilakukan oleh orang Batak yaitu hagabeon ditempuh dengan
mendambakan panjang umur dan mendapatkan keturunan dalam ikatan perkawinan
khususnya anak laki- laki, Hamoraon, bagian ini di tempuh dengan berusaha sekuat
tenaga untuk mencari kekayaan dan kesejahteraan. Dalam bagian ini harta mempunyai
peranan penting dalam kehidupan orang Batak Toba, hasangapon ditempuh dengan
memiliki wibawa yang diwujudkan dengan kekuasaan. Untuk menwujudkan
harajaon-nya, Orang Batak didorong untuk bermigrasi mencari wilayah baru yang memungkinkan
▸ Baca selengkapnya: di sebuah desa terdapat populasi 100 orang
(2)Salah satu wilayah yang menjadi tujuan migrasi Orang Batak Toba adalah wilayah
kekuasaan orang Pakpak Dairi. Migrasi Batak Toba ke Kabupaten Dairi diperkirakan
sudah terjadi sekitar tahun 1900-an3. Orang Batak Toba yang tinggal dan menetap di
Dairi sudah ratusan dan tahun- tahun selanjutnya jumlah terus meningkat sehingga lahan
pertanian yang tersedia tidak mencukupi, sehingga mendorong mereka mencari lahan
pertanian yang baru di Dairi4. Desa Simanduma merupakan salah satu dari 13 Desa yang
ada di kecamatan Pegagan Hilir yang menjadi tujuan migrasi orang Batak Toba. Semakin
banyaknya jumlah pendatang semakin banyak sumber berita tentang Dairi kepada
saudara-saudara mereka yang ada di (Bonapasogit). Sejak tahun 1925 Dairi semakin
dikenal sebagai daerah panombangan.5
3
Merisdawaty Limbong, Migrasi Batak Toba Di Sidikalang, 1964-1985, Skripsi Sarjana
Universitas Sumatera Utara, 2010. Hal 23.
4
Dairi terbagi atas 5 wilayah suak yaitu, Pakpak Simsim yang menetap di Simsim, Pakpak
Keppas yang menetap di kecamatan Silima Pungga-pungga, Tanah Pinem, Parbuluan, dan Kecamatan Sidikalang, Pakpak Pegagan yang menetap di Pegagan Hilir, Tiga Lingga dan Sumbul Pegagan, Pakpak Kelasen yang menetap di Kecamatan Parlilitan, Pakkat dan Barus, Pakpak Boang yang menetap di wilayah
Singkil. Lister brutu, Nurbani Padang, Tradisi Dan Perubahan konteks Masyarakat Pakpak Dairi, Medan:
C. V Monora 1998. Hal 3. 5
Refi Roslila Siringo-Ringo, Migrasi Batak Toba di Sumbul Pegagan, 1971-1990, Skripsi Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2008. Hal 37.
Orang- orang dari Holbung, Silindung, dan Toba
Holbung tidak hanya berbondong- bondong ke Sidikalang atau daerah- daerah yang sudah
ditempati pendatang yang sudah lebih duluan, tetapi juga mencari daerah- daerah baru ke
seluruh pelosok Dairi bahkan ada yang sampai ke Tanah Alas dan Singkil. Mereka
mendirikan rumah- rumah sederhana di ladang- ladang mereka atau beberapa marga dari
daerah asal yang sama mendirikan satu kampung di daerah yang baru ditempati. Maka
tidak heran kalau di temukan pada satu tempat yang semuanya satu marga juga.
Pendatang dari Humbang dan Toba Holbung ada yang membuka lahan persawahan dan
tentu lebih banyak yang membuka kebun kopi karena kondisi daerah yang yang cocok
Perpindahan orang Batak Toba datang dengan mengikuti ajakan keluarga ataupun
kerabat dekat yang sudah terlebih dahulu tinggal dan menetap. Mereka biasanya sudah
berhasil meningkatkan taraf hidup seperti memiliki tanah. Pada masyarakat tradisional
Batak Toba tanah berperan ganda, semakin banyak tanah yang di miliki maka akan
sangap atau wibawa sosialnya akan tinggi dalam masyarakat. Tanah juga merupakan
harta benda yang akan di wariskan kepada keturunanya.
Penyebab migrasi orang Batak Toba ke Desa Simanduma disebabkan berbagai
faktor seperti adanya faktor pendorong dan penarik baik dari daerah asal maupun daerah
yang dituju. Salah satu faktor yang dominan adalah faktor ekonomi. Kebutuhan hidup
yang beraneka ragam dan semakin lama semakin mengalami peningkatan, serta jumlah
anggota keluarga juga semakin bertambah tetapi tidak didukung dengan pendapatan
ekonomi yang baik pada satu keluarga. Sedangkan sektor pertanian juga tidak dapat
diandalkan. Keadaan lahan yang tandus dan iklim yang tidak mendukung turut
menyebabkan kesulitan ekonomi. Ketidak cukupan lahan atau ketidak mampuan lahan
untuk menjamin kelangsungan hidup anggota masyarakat tersebut membuat mencari
perluasan lahan pertanian ke daerah lain karena pembukaan lahan-lahan pertanian baru
terutama persawahan tidak mungkin lagi didaerah asal mereka dan sumber penghasilan
lainya juga sangat terbatas. Sementara itu perekonomian dalam hal ini pertanian dan
persawahan di Desa Simanduma mulai mengalami peningkatan seiring dengan
penanaman kopi Robusta dan kopi Arabika6
Selain faktor demografi dan ekonomi, pembukaan jalan turut menyumbang laju
migrasi Batak Toba ke Desa Simanduma. Pada waktu hubungan lalu lintas masih di
dominasi jalan setapak, perpindahan penduduk dari Tapanuli Utara kedaerah-daerah .
6
sekitarnya ditempuh beberapa hari perjalanan, namun dengan dibukanya jalan-jalan yang
lebih besar yang menghubungkan antara daerah semakin banyak dibangun sehingga
Tapanuli Utara semakin terbuka dengan daerah luar melalui pembukaan jalan-jalan yang
menghubungkan daerah tapanuli dengan daerah lainya seperti dari
Siborong-borong-Doloksanggul-Sidikalang (tahun 1930)7
Pertambahan penduduk orang Batak Toba di Desa Simanduma terus bertambah.
Sekitar tahun 1985 orang Batak Toba yang tinggal menetap sudah banyak ± 100 kepala
keluarga dan secara berlahan-lahan terus bertambah karena banyak keluarga yang sudah
tinggal di Desa Simanduma itu mengajak saudara, kerabat atau famili yang ada di daerah
asal untuk tinggal di daerah ini karena masih banyak lahan yang kosong dan kesuburan
tanah serta persawahan cukup baik. Kedatangan mereka ada yang datang dengan keluarga
maupun secara individu dengan ikatan persaudaraan yang sama dan juga ada yang
berbeda marga. Di Desa Simanduma itu sendiri kebanyakan bermarga Banjar Nahor,
Siregar dan Lumbangaol.
.
8
Pada waktu mereka datang, Desa ini dihuni oleh masyarakat Pakpak yang
daerahnya memiliki banyak lahan yang kosong hanya berupa hutan yang ditumbuhi
pohon-pohon yang besar. Dapat di katakan bahwah Desa Simanduma itu sendiri pada
awalnya hanyalah hutan yang kemudian dibuka oleh masyarakat Batak Toba untuk
dijadikan lahan pertanian dengan cara membeli tanah pada masyarakat penduduk asli
(Pakpak)9
7
O.H.S Purba. Elvis f Purba,, “Migrasi Spontan Batak Toba(Marserak): Sebab, Motif dan Akibat
Perpindahan Penduduk dari Daratan Tinggi Toba.” Medan: Monora, 1997. Hal 91.
8
Wawancara Pine Lumbanggaol, Simanduma, 30 Mei 2013
9
Secara etimologis, Pakpak artinya puncak gunung. Orang Pakpak disebut orang pegunungan
karena sebagian besar hidup dan bertempat tinggal di pegunungan. Budi Agustono, Konferensi Nasional
Sejarah: Etnik Pakpak Membelah Wilayahnya Sendiri: Pemekaran Kabupaten Pakpak Barat, 2011.
. Kondisi tanah di daerah ini cukup subur dan juga sangat baik untuk daerah
persawahan, selain persawahan juga terdapat tanaman kopi, jagung dan tanaman
holtikultura lainya. Hal ini membuat para petani Batak Toba yang datang ke daerah ini
harus mencocokkan diri untuk mulai beralih ke perladangan dan persawahan. Awal
kedatangan petani Batak Toba ini mereka menebang hutan untuk lahan pertanian serta
membuat tali air atau irigasi dari sungai yang paling dekat dengan Desa. Mereka bekerja
keras untuk membuka lahan baru untuk di tanami tanaman kopi. Hal ini merupakan
pekerjaan yang biasa bagi mereka karena di kampung halamannya Batak Toba sudah
terbiasa bekerja keras. Dengan cara seperti ini memberi harapan baru kepada para migran
Batak Toba, sehingga mereka gigih bekerja untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
yang akan memperbaiki ekonomi mereka dan dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka
dan anak- anaknya.
Orang Batak Toba menjadi dominan di Desa Simanduma Hal ini disebabkan
karena Batak Toba lebih unggul dari masyarakat Pakpak dalam bidang pendidikan.
Dilihat juga dari bidang pendidikan orang Pakpak masih jauh ketinggalan jika
dibandingkan dengan orang Batak Toba. Keterbelakangan dalam bidang pendidikan pada
masyarakat Pakpak disebabkan rendahnya minat untuk melanjutkan pendidikan
anak-anaknya ke jenjang yang lebih Tinggi. Sedangkan orang Batak Toba jauh lebih maju
dalam bidang pendidikan sehingga memudahkan bagi orang Batak Toba untuk menguasai
orang Pakpak di Desa Simanduma. Bahasa merupakan unsur dari kebudayaan yang paling
cepat terpengaruh, bila tidak bisa dipertahankan maka unsur- unsur budaya lainnya akan
hilang. Dengan demikian pengaruh bahasa Batak Toba membawa perubahan di di Desa
Simanduma, dengan kata lain orang Batak Toba dapat mempertahankan bahasa sendiri di
daerah migran yang merupakan hal yang paling sulit dan sebaliknya penduduk asli tidak
orang Batak Toba menyadari telah memberikan kesempatan bagi orang Pakpak untuk
memakai bahasa mereka, karena orang Batak Toba sebagai orang Pendatang harus
menghargai orang pakpak, dengan harapan orang pakpak mampu belajar dan
mempertahankan bahasa sendiri, dimulai dari percakapan di kalangan keluarga dan
percakapan sehari- hari.
Maka dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa pengaruh bahasa Batak
Toba itu sangat kuat pada masyarakat generasi muda Pakpak. Keluarga Pakpak yang
tinggal di Simanduma, sehingga hampir tidak mengetahui domain unsur- unsur tertentu
dalam berbahasa, termasuk domain bahasa dalam keluarga. Sementara domain- domain
bahasa lain yang menyangkut pendidikan, teman sebaya, atau teman bermain seluruhnya
itu sudah dikuasai Batak Toba
Bertambahnya jumlah penduduk orang Batak Toba di Desa Simanduma membawa
perubahan tidak hanya pada masyarakat Batak Toba tetapi juga dengan orang Pakpak
yang relatif berbeda budaya dengan orang Pakpak sebagai penduduk asli. orang Batak
Toba sebagai pendatang yang membawa budaya sendiri dan menjalankan budayanya
didaerah Pakpak dapat beradaptasi dengan budaya setempat. Bahkan sebagai masyarakat
pendatang cenderung untuk mempengaruhi budaya setempat. Orang Pakpak di Desa
Simanduma ini bahkan cenderung mengikuti budaya Batak Toba hal ini terlihat dalam
berbagai upacara seperti perkawinan, upacara meninggal, dan pesta- pesta kecil lainnya.
Dengan latar belakang permasalahan yang dikemukakan, penulis tertarik untuk
meneliti keberadaan orang Batak Toba yang tinggal di Desa Simanduma dengan judul
Berdasarkan hasil penelitian, Orang Batak Toba di Desa Simanduma tidak
mengalami akulturasi budaya dengan budaya lokal, bahkan masyarakat Simanduma
cenderung untuk mengunakan tradisi Batak Toba. Adaptasi budaya Batak Toba oleh
masyarakat menjadi topik permasalah yang menarik, karena biasa dalam migrasi
suku-suku tertentu kesuatu wilayah, masyarakat pendatang cenderung untuk beradaptasi
terhadap budaya setempat. Hasil penelitian juga menunjukkan orang Batak Toba dengan
Pakpak lebih memilih hidup berkelompok. Proses perubahan dan pengelompokan
pemukiman menjadi hal yang unik dan menarik untuk diteliti di mana kedua orang
memiliki budaya yang berbeda walaupun termasuk dalam suku bangsa yang sama sebagai
suku Batak.
Untuk mempermudah pembahasan dan penulisan sejarah ini, penulis membatasi
waktu antara tahun 1985-2000 penelitian di awali tahun 1985 karena jumlah orangBatak
Toba di Desa Simanduma semakin bertambah karena adanya pembukaan lahan pertanian
dan pemukiman yang baru lahan Sedangkan tahun akhir batasan penulisan ini yaitu pada
tahun 2000 orang Batak Toba memiliki perkampungan (huta) sendiri. Pembatasan waktu
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dibuatlah suatu perumusan mengenai
masalah yang hendak diteliti sebagai landasan utama dalam penelitian sekaligus menjaga
sinkronisasi dalam uraian penelitian. Untuk mempermudah penulisan dalam upaya
menghasilkan penelitian yang objektif maka pembahasanya dirumuskan terhadap
masalah sebagai berikut:
1. Bagamana kehidupan sosial orang Batak Toba di Desa Simanduma?
2. Bagaimana interaksi sosial antara orang Batak Toba dengan orang Pakpak di Desa
Simanduma?
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui kehidupan sosial orang Batak Toba di Desa Simanduma
2. Untuk mengetahui interaksi sosial antara orang Batak Toba dengan Pakpak di Desa
Simanduma
Adapun mamfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menjadi sebuah karya tulis (skripsi), sebagai persyaratan untuk menjadi Sarjana
Depertemen Ilmu Sejarah
2. Untuk dapat memberikan gambaran atau informasi yang jelas tentang kehidupan sosial
orang Batak Toba di Desa Simanduma.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk referensi bahan perbandingan
4. Telaah Pustaka
Penelitian merupakan masalah yang harus dipahami sehingga di perlukan
beberapa referensi yang dapat di jadikan panduan penulis nantinya dalam bentuk tinjauan
pustaka. Bagian ini berisi sistimatis tentang hasil-hasil penelitian terdahulu dan yang ada
hubunganya dengan penelitian yang akan di lakukan dan harus di revisi terlebih dahulu
di dalam proposal penelitian ini penulis menggunakan beberapa buku sebagai bahan
referensi yang menimbulkan gagasan, konsep, teori,dan mengarah pada pembentukan
hipotesa, dan sumber informasi atau pendukung.
Ada beberapa buku yang mendukung dalam penelitian ini yang dapat dijadikan
referensi adalah O.H.S. Purba dan Elvis F. Purba, dalam bukunya Migrasi Spontan Batak
Toba (Marserak): Sebab, Motip, dan Akibat Perpindahan Penduduk dari Dataran Tinggi
Toba. Menjelaskan bahwa orang Batak Toba pada mulanya berdiam di sekitar danau
Toba. Perkampungan leluhur mereka (Siraja Batak) adalah Sianjur Mula- Mula, di kaki
Gunung Pusuh Buhit. Dalam buku ini juga membahas faktor yang mendorong
perpindahan penduduk keluar dari Tapanuli Utara, Bagi orang Batak Toba, tanah
merupakan salah satu faktor produksi yang paling penting dan sumber penghasilan utama.
Begitu pula adat- istiadat berhubungan erat dangan tanah dan usaha pertanian tersebut.
Pertambahan penduduk yang pesat di Tapanuli menimbulkan tekanan terhadap lahan
pertanian dan perkampungan. Lahan yang semakin sempit dan kurang subur menjadi
salah satu alasan mengapa orang Batak Toba berpindah. Selain itu keluarga- keluarga
muda yang baru berumah- tangga (Manjae) mendorong penduduk mendirikan rumah-
rumah baru dan bahkan membuka kampung baru. Kampung baru yang telah di buka
menciptakan perpencaran dan jauh dari kampung induknya. Mereka mulai menyebar ke
Seiring dengan perkembangan zaman, Marserak mengandung pengertian yang
luas. Selain dari menyebar (perpindahan dari kampung halaman keluar wilayah budaya
sendiri), marserak memiliki arti mobilitas sosial dan ekonomi, pendidikan. Kemajuan
zaman yang berkembang dan kebutuhan manusia yang semakin banyak menyebabkan
pola hidup penduduk harus disesuaikan dengan perkembangan zaman tersebut. Buku ini
penulis gunakan untuk melihat faktor-faktor perpindahan etnis Batak Toba ke Desa
Simanduma.
Soejono Soekanto, dalam “Sosiologi Suatu Pengantar” (1970) Perubahan sosial
dipandang sebagai konsep yang serba mencakup seluruh kehidupan masyarakat baik dari
tingkat individu, kelompok masyarakat yang mengalami perubahan hal yang penting
dalam perubahan sosial menyangkut aspek, perubahan pola pikir, prilaku, nilai sosial,
interaksi sosial, norma-norma sosial, organisasi dan lapisan-lapisan masyarakat. Buku ini
membantu penelitian untuk melihat Keberadaan orang Batak Toba di daerah (tanoh)
Pakpak. Dalam bukunya Soejono Soekanto memaparkan Selain perubahan sosial juga
membahas mengenai proses sosial dan interaksi sosial. Bentuk umum proses sosial
adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi
sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial dalam menjalani hidup
sehari-hari. Interaksi sosial merupakan hubungan yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara individu-individu, antara kelompok dan orang dengan kelompok dengan
keterkaitan buku ini juga dapat menggambarkan interaksi sosial yang terjadi antara orang
Batak Toba dengan orang Pakpak di Desa Simanduma.
Koentjaraningrat, “Pengantar Ilmu Antropologi” Migrasi yang dilakukan orang
Batak Toba keluar Tapanuli akan membawa kebudayaanya ke tempat migrasi sehingga
yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang
berbeda setelah mereka bergaul secara insentif. Sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan
golongan-golongan itu masing-masing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan
campuran dan. Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok
manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu
kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu
lambat laun diterima dan di olah dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan itu sendiri. Dengan adanya buku ini membantu penulis melihat
bahwah komunikasi dengan penduduk asli yakni orang Pakpak yang memiliki latar
belakang budaya yang berbeda maka dari itu di perlukan komunikasi dan interaksi sosial
agar tidak terjadi kesalah pahaman. Proses asimilasi dan akulturasi dengan keberadaan
orang Batak Toba di Desa Simanduma yang memiliki perbedaan bahasa dan adat istiadat
yang relatif memiliki perbedaan. Tetapi dalam hal ini orang Pakapak itu yang beradaptasi
terhadap etnis Batak toba sehingga buku ini sangat membantu dalam penulisan ini.
5. Metode Penelitian
Penulisan sejarah yang deskriptif –analitis haruslah melalui tahapan demi tahapan.
Ada empat tahapan Metode dalam penelitian sejarah: satu, heuristik (pengumpulan
sumber); dua verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber); tiga, interprestasi (analisa dan
sintesis); dan empat, historiografi (penulisan).
Metode penelitian adalah suatu hal penting yang tidak terpisahkan dari suatu
petunjuk teknis. Metode penelitian sejarah lazim juga disebut metode sejarah. Metode
sejarah adalah suatu proses yang benar aturan-aturan yang dirancang untuk membantu
Langkah pertama yang penulis kerjakan yaitu Heuristik adalah pengumpulan
sumber-sumber atau data-data yang terkait dalam objek penelitian penulis dalam
berbagai sumber dalam hal ini penulis menggunakan metode library research (penelitian
kepustakaan) dan field research (penelitian lapangan), sumber tersebut merupakan
sumber primer dan sumber sekunder. Sesuatu prinsip yang harus di pegang dan di
lakukan oleh penulis didalam heuristik yaitu harus mencari dan mengumpulkan sumber
primer. yaitu sumber lisan berupa wawancara dengan masyarakat Batak Toba, Pakpak
dan aparat Pemerintah sedangkan penelitian kepustakaan library research mencari
sumber buku yang berhubugan dengan judul penelitian yang dilakukan.
Langkah kedua yaitu Kritik sumber (verifikasi), setelah sumber sejarah di
butuhkan semua terkumpul maka dilanjutkan dengan tahapan kritik sumber, hal ini di
lakukan untuk memperoleh keabsaan atau keaslian sumber atau data yang didapat.
Penulis dalam melakukan kritik sumber atau penyeleksian yang dilakukan terhadap
sumber-sumber melalui dua pendekatan intern dan ektern. Dimana dalam pendekatan
intern yang harus dilakukan yakni menelaah dan memverifikasi kebenaran isi atau fakta
sumber baik yang bersifat tulisan (buku, artikel, laporan dan arsip) maupun sumber lisan
(wawancara) kritik ektstern yang di lakukan dengan cara memverifikasi untuk melakukan
keaslian sumber baik sumber lisan maupun sumber tulisan. Hal ini dilaksanakan agar
penulis dapat menghasilkan suatu tulisan yang benar-benar objektif yang berasal dari
data-data yang terjaga keasliannya dan keobjektifanya tanpa ada unsur subjektifitas yang
mempengaruhi hasil penulisannya.
Langkah ketiga yang dilakukan yaitu interprestasi, setelah data tersebut melewati
kritik sumber maka penulis melakukan tahapan yang ketiga yaitu penafsiran atau
untuk menghilangkan kesubjektifitasanya sumber. Interprestasi ini dapat di katakan data
sementara sebelum penulis membuatatkan hasil keseluruhan dalam suatu penulisan.
Langkah selanjutnya dan yang terakhir yaitu Historiografi, tahapan ini berisi
tentang penulisan, pemaparan atau laporan hasil penelitian sejarah yang telah di lakukan.
Layaknya penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan
layaknya penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian, sejak dari awal (heuristik)
sampai dengan akhir yaitu penarikan kesimpulan sehingga dapat dikatakan penulisan
tersebut bersifat kronologis atau sistimatis. Berdasarkan penulisan sejarah itu pula akan
dapat dinilai apakah penelitiannya berlangsung sesuai dengan prosedur yang
digunakannya tepat atau tidak, apakah sumber data yang mendukung penarikan
kesimpulanya memilik validitas yang memadai atau tidak, jadi dengan penulisan sejarah