• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah - Orang Batak Toba Di Desa Simanduma (1985-2000)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah - Orang Batak Toba Di Desa Simanduma (1985-2000)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Orang Batak termasuk salah satu sub suku bangsa di Indonesia, Suku Batak

terdiri dari enam sub suku yang dibagi secara geografis, yaitu: Batak Toba dan Pakpak di

Tapanuli Utara, Batak Karo dan Simalungun di Timur dan Timur Laut Tapanuli Utara,

Batak Angkola dan Mandailing di Tapanuli Selatan.1

Orang Batak Toba yang memiliki filosofi hidup yaitu hagabeon, hamoraon,

hasangapon yang dikenal dengan konsep harajaon.

Perkampungan leluhur mereka di

kaki gunung pusuk buhit yang tidak jauh dari kota Pangururan sekarang. Etnis Batak

adalah kelompok etnis ke empat terbesar di Indonesia setelah etnis Jawa, Sunda dan Bali

Orang Batak Toba sering menyebut mereka sebagai halak hita (orang kita) untuk

menyebutkan suku sendiri. Orang kita (halak kita) biasa digunakan diperantauan untuk

menunjukkan kedekatan emosional dan kebersamaan di tanah perantauan.

2

1

Johan Hasselgren, Batak Toba di Medan: Perkembangan Identitas Etno-Religius Batak Toba Di

Medan 1912-1965, Medan: Bina Media Perintis, 2008. Hal 63.

2

Ibid, Hal 27.

Untuk menempuh filosofi ini,

beberapa tindakan dilakukan oleh orang Batak yaitu hagabeon ditempuh dengan

mendambakan panjang umur dan mendapatkan keturunan dalam ikatan perkawinan

khususnya anak laki- laki, Hamoraon, bagian ini di tempuh dengan berusaha sekuat

tenaga untuk mencari kekayaan dan kesejahteraan. Dalam bagian ini harta mempunyai

peranan penting dalam kehidupan orang Batak Toba, hasangapon ditempuh dengan

memiliki wibawa yang diwujudkan dengan kekuasaan. Untuk menwujudkan

harajaon-nya, Orang Batak didorong untuk bermigrasi mencari wilayah baru yang memungkinkan

▸ Baca selengkapnya: di sebuah desa terdapat populasi 100 orang

(2)

Salah satu wilayah yang menjadi tujuan migrasi Orang Batak Toba adalah wilayah

kekuasaan orang Pakpak Dairi. Migrasi Batak Toba ke Kabupaten Dairi diperkirakan

sudah terjadi sekitar tahun 1900-an3. Orang Batak Toba yang tinggal dan menetap di

Dairi sudah ratusan dan tahun- tahun selanjutnya jumlah terus meningkat sehingga lahan

pertanian yang tersedia tidak mencukupi, sehingga mendorong mereka mencari lahan

pertanian yang baru di Dairi4. Desa Simanduma merupakan salah satu dari 13 Desa yang

ada di kecamatan Pegagan Hilir yang menjadi tujuan migrasi orang Batak Toba. Semakin

banyaknya jumlah pendatang semakin banyak sumber berita tentang Dairi kepada

saudara-saudara mereka yang ada di (Bonapasogit). Sejak tahun 1925 Dairi semakin

dikenal sebagai daerah panombangan.5

3

Merisdawaty Limbong, Migrasi Batak Toba Di Sidikalang, 1964-1985, Skripsi Sarjana

Universitas Sumatera Utara, 2010. Hal 23.

4

Dairi terbagi atas 5 wilayah suak yaitu, Pakpak Simsim yang menetap di Simsim, Pakpak

Keppas yang menetap di kecamatan Silima Pungga-pungga, Tanah Pinem, Parbuluan, dan Kecamatan Sidikalang, Pakpak Pegagan yang menetap di Pegagan Hilir, Tiga Lingga dan Sumbul Pegagan, Pakpak Kelasen yang menetap di Kecamatan Parlilitan, Pakkat dan Barus, Pakpak Boang yang menetap di wilayah

Singkil. Lister brutu, Nurbani Padang, Tradisi Dan Perubahan konteks Masyarakat Pakpak Dairi, Medan:

C. V Monora 1998. Hal 3. 5

Refi Roslila Siringo-Ringo, Migrasi Batak Toba di Sumbul Pegagan, 1971-1990, Skripsi Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2008. Hal 37.

Orang- orang dari Holbung, Silindung, dan Toba

Holbung tidak hanya berbondong- bondong ke Sidikalang atau daerah- daerah yang sudah

ditempati pendatang yang sudah lebih duluan, tetapi juga mencari daerah- daerah baru ke

seluruh pelosok Dairi bahkan ada yang sampai ke Tanah Alas dan Singkil. Mereka

mendirikan rumah- rumah sederhana di ladang- ladang mereka atau beberapa marga dari

daerah asal yang sama mendirikan satu kampung di daerah yang baru ditempati. Maka

tidak heran kalau di temukan pada satu tempat yang semuanya satu marga juga.

Pendatang dari Humbang dan Toba Holbung ada yang membuka lahan persawahan dan

tentu lebih banyak yang membuka kebun kopi karena kondisi daerah yang yang cocok

(3)

Perpindahan orang Batak Toba datang dengan mengikuti ajakan keluarga ataupun

kerabat dekat yang sudah terlebih dahulu tinggal dan menetap. Mereka biasanya sudah

berhasil meningkatkan taraf hidup seperti memiliki tanah. Pada masyarakat tradisional

Batak Toba tanah berperan ganda, semakin banyak tanah yang di miliki maka akan

sangap atau wibawa sosialnya akan tinggi dalam masyarakat. Tanah juga merupakan

harta benda yang akan di wariskan kepada keturunanya.

Penyebab migrasi orang Batak Toba ke Desa Simanduma disebabkan berbagai

faktor seperti adanya faktor pendorong dan penarik baik dari daerah asal maupun daerah

yang dituju. Salah satu faktor yang dominan adalah faktor ekonomi. Kebutuhan hidup

yang beraneka ragam dan semakin lama semakin mengalami peningkatan, serta jumlah

anggota keluarga juga semakin bertambah tetapi tidak didukung dengan pendapatan

ekonomi yang baik pada satu keluarga. Sedangkan sektor pertanian juga tidak dapat

diandalkan. Keadaan lahan yang tandus dan iklim yang tidak mendukung turut

menyebabkan kesulitan ekonomi. Ketidak cukupan lahan atau ketidak mampuan lahan

untuk menjamin kelangsungan hidup anggota masyarakat tersebut membuat mencari

perluasan lahan pertanian ke daerah lain karena pembukaan lahan-lahan pertanian baru

terutama persawahan tidak mungkin lagi didaerah asal mereka dan sumber penghasilan

lainya juga sangat terbatas. Sementara itu perekonomian dalam hal ini pertanian dan

persawahan di Desa Simanduma mulai mengalami peningkatan seiring dengan

penanaman kopi Robusta dan kopi Arabika6

Selain faktor demografi dan ekonomi, pembukaan jalan turut menyumbang laju

migrasi Batak Toba ke Desa Simanduma. Pada waktu hubungan lalu lintas masih di

dominasi jalan setapak, perpindahan penduduk dari Tapanuli Utara kedaerah-daerah .

6

(4)

sekitarnya ditempuh beberapa hari perjalanan, namun dengan dibukanya jalan-jalan yang

lebih besar yang menghubungkan antara daerah semakin banyak dibangun sehingga

Tapanuli Utara semakin terbuka dengan daerah luar melalui pembukaan jalan-jalan yang

menghubungkan daerah tapanuli dengan daerah lainya seperti dari

Siborong-borong-Doloksanggul-Sidikalang (tahun 1930)7

Pertambahan penduduk orang Batak Toba di Desa Simanduma terus bertambah.

Sekitar tahun 1985 orang Batak Toba yang tinggal menetap sudah banyak ± 100 kepala

keluarga dan secara berlahan-lahan terus bertambah karena banyak keluarga yang sudah

tinggal di Desa Simanduma itu mengajak saudara, kerabat atau famili yang ada di daerah

asal untuk tinggal di daerah ini karena masih banyak lahan yang kosong dan kesuburan

tanah serta persawahan cukup baik. Kedatangan mereka ada yang datang dengan keluarga

maupun secara individu dengan ikatan persaudaraan yang sama dan juga ada yang

berbeda marga. Di Desa Simanduma itu sendiri kebanyakan bermarga Banjar Nahor,

Siregar dan Lumbangaol.

.

8

Pada waktu mereka datang, Desa ini dihuni oleh masyarakat Pakpak yang

daerahnya memiliki banyak lahan yang kosong hanya berupa hutan yang ditumbuhi

pohon-pohon yang besar. Dapat di katakan bahwah Desa Simanduma itu sendiri pada

awalnya hanyalah hutan yang kemudian dibuka oleh masyarakat Batak Toba untuk

dijadikan lahan pertanian dengan cara membeli tanah pada masyarakat penduduk asli

(Pakpak)9

7

O.H.S Purba. Elvis f Purba,, “Migrasi Spontan Batak Toba(Marserak): Sebab, Motif dan Akibat

Perpindahan Penduduk dari Daratan Tinggi Toba.” Medan: Monora, 1997. Hal 91.

8

Wawancara Pine Lumbanggaol, Simanduma, 30 Mei 2013

9

Secara etimologis, Pakpak artinya puncak gunung. Orang Pakpak disebut orang pegunungan

karena sebagian besar hidup dan bertempat tinggal di pegunungan. Budi Agustono, Konferensi Nasional

Sejarah: Etnik Pakpak Membelah Wilayahnya Sendiri: Pemekaran Kabupaten Pakpak Barat, 2011.

. Kondisi tanah di daerah ini cukup subur dan juga sangat baik untuk daerah

(5)

persawahan, selain persawahan juga terdapat tanaman kopi, jagung dan tanaman

holtikultura lainya. Hal ini membuat para petani Batak Toba yang datang ke daerah ini

harus mencocokkan diri untuk mulai beralih ke perladangan dan persawahan. Awal

kedatangan petani Batak Toba ini mereka menebang hutan untuk lahan pertanian serta

membuat tali air atau irigasi dari sungai yang paling dekat dengan Desa. Mereka bekerja

keras untuk membuka lahan baru untuk di tanami tanaman kopi. Hal ini merupakan

pekerjaan yang biasa bagi mereka karena di kampung halamannya Batak Toba sudah

terbiasa bekerja keras. Dengan cara seperti ini memberi harapan baru kepada para migran

Batak Toba, sehingga mereka gigih bekerja untuk mendapatkan hasil yang lebih baik

yang akan memperbaiki ekonomi mereka dan dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka

dan anak- anaknya.

Orang Batak Toba menjadi dominan di Desa Simanduma Hal ini disebabkan

karena Batak Toba lebih unggul dari masyarakat Pakpak dalam bidang pendidikan.

Dilihat juga dari bidang pendidikan orang Pakpak masih jauh ketinggalan jika

dibandingkan dengan orang Batak Toba. Keterbelakangan dalam bidang pendidikan pada

masyarakat Pakpak disebabkan rendahnya minat untuk melanjutkan pendidikan

anak-anaknya ke jenjang yang lebih Tinggi. Sedangkan orang Batak Toba jauh lebih maju

dalam bidang pendidikan sehingga memudahkan bagi orang Batak Toba untuk menguasai

orang Pakpak di Desa Simanduma. Bahasa merupakan unsur dari kebudayaan yang paling

cepat terpengaruh, bila tidak bisa dipertahankan maka unsur- unsur budaya lainnya akan

hilang. Dengan demikian pengaruh bahasa Batak Toba membawa perubahan di di Desa

Simanduma, dengan kata lain orang Batak Toba dapat mempertahankan bahasa sendiri di

daerah migran yang merupakan hal yang paling sulit dan sebaliknya penduduk asli tidak

(6)

orang Batak Toba menyadari telah memberikan kesempatan bagi orang Pakpak untuk

memakai bahasa mereka, karena orang Batak Toba sebagai orang Pendatang harus

menghargai orang pakpak, dengan harapan orang pakpak mampu belajar dan

mempertahankan bahasa sendiri, dimulai dari percakapan di kalangan keluarga dan

percakapan sehari- hari.

Maka dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa pengaruh bahasa Batak

Toba itu sangat kuat pada masyarakat generasi muda Pakpak. Keluarga Pakpak yang

tinggal di Simanduma, sehingga hampir tidak mengetahui domain unsur- unsur tertentu

dalam berbahasa, termasuk domain bahasa dalam keluarga. Sementara domain- domain

bahasa lain yang menyangkut pendidikan, teman sebaya, atau teman bermain seluruhnya

itu sudah dikuasai Batak Toba

Bertambahnya jumlah penduduk orang Batak Toba di Desa Simanduma membawa

perubahan tidak hanya pada masyarakat Batak Toba tetapi juga dengan orang Pakpak

yang relatif berbeda budaya dengan orang Pakpak sebagai penduduk asli. orang Batak

Toba sebagai pendatang yang membawa budaya sendiri dan menjalankan budayanya

didaerah Pakpak dapat beradaptasi dengan budaya setempat. Bahkan sebagai masyarakat

pendatang cenderung untuk mempengaruhi budaya setempat. Orang Pakpak di Desa

Simanduma ini bahkan cenderung mengikuti budaya Batak Toba hal ini terlihat dalam

berbagai upacara seperti perkawinan, upacara meninggal, dan pesta- pesta kecil lainnya.

Dengan latar belakang permasalahan yang dikemukakan, penulis tertarik untuk

meneliti keberadaan orang Batak Toba yang tinggal di Desa Simanduma dengan judul

(7)

Berdasarkan hasil penelitian, Orang Batak Toba di Desa Simanduma tidak

mengalami akulturasi budaya dengan budaya lokal, bahkan masyarakat Simanduma

cenderung untuk mengunakan tradisi Batak Toba. Adaptasi budaya Batak Toba oleh

masyarakat menjadi topik permasalah yang menarik, karena biasa dalam migrasi

suku-suku tertentu kesuatu wilayah, masyarakat pendatang cenderung untuk beradaptasi

terhadap budaya setempat. Hasil penelitian juga menunjukkan orang Batak Toba dengan

Pakpak lebih memilih hidup berkelompok. Proses perubahan dan pengelompokan

pemukiman menjadi hal yang unik dan menarik untuk diteliti di mana kedua orang

memiliki budaya yang berbeda walaupun termasuk dalam suku bangsa yang sama sebagai

suku Batak.

Untuk mempermudah pembahasan dan penulisan sejarah ini, penulis membatasi

waktu antara tahun 1985-2000 penelitian di awali tahun 1985 karena jumlah orangBatak

Toba di Desa Simanduma semakin bertambah karena adanya pembukaan lahan pertanian

dan pemukiman yang baru lahan Sedangkan tahun akhir batasan penulisan ini yaitu pada

tahun 2000 orang Batak Toba memiliki perkampungan (huta) sendiri. Pembatasan waktu

(8)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dibuatlah suatu perumusan mengenai

masalah yang hendak diteliti sebagai landasan utama dalam penelitian sekaligus menjaga

sinkronisasi dalam uraian penelitian. Untuk mempermudah penulisan dalam upaya

menghasilkan penelitian yang objektif maka pembahasanya dirumuskan terhadap

masalah sebagai berikut:

1. Bagamana kehidupan sosial orang Batak Toba di Desa Simanduma?

2. Bagaimana interaksi sosial antara orang Batak Toba dengan orang Pakpak di Desa

Simanduma?

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui kehidupan sosial orang Batak Toba di Desa Simanduma

2. Untuk mengetahui interaksi sosial antara orang Batak Toba dengan Pakpak di Desa

Simanduma

Adapun mamfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjadi sebuah karya tulis (skripsi), sebagai persyaratan untuk menjadi Sarjana

Depertemen Ilmu Sejarah

2. Untuk dapat memberikan gambaran atau informasi yang jelas tentang kehidupan sosial

orang Batak Toba di Desa Simanduma.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk referensi bahan perbandingan

(9)

4. Telaah Pustaka

Penelitian merupakan masalah yang harus dipahami sehingga di perlukan

beberapa referensi yang dapat di jadikan panduan penulis nantinya dalam bentuk tinjauan

pustaka. Bagian ini berisi sistimatis tentang hasil-hasil penelitian terdahulu dan yang ada

hubunganya dengan penelitian yang akan di lakukan dan harus di revisi terlebih dahulu

di dalam proposal penelitian ini penulis menggunakan beberapa buku sebagai bahan

referensi yang menimbulkan gagasan, konsep, teori,dan mengarah pada pembentukan

hipotesa, dan sumber informasi atau pendukung.

Ada beberapa buku yang mendukung dalam penelitian ini yang dapat dijadikan

referensi adalah O.H.S. Purba dan Elvis F. Purba, dalam bukunya Migrasi Spontan Batak

Toba (Marserak): Sebab, Motip, dan Akibat Perpindahan Penduduk dari Dataran Tinggi

Toba. Menjelaskan bahwa orang Batak Toba pada mulanya berdiam di sekitar danau

Toba. Perkampungan leluhur mereka (Siraja Batak) adalah Sianjur Mula- Mula, di kaki

Gunung Pusuh Buhit. Dalam buku ini juga membahas faktor yang mendorong

perpindahan penduduk keluar dari Tapanuli Utara, Bagi orang Batak Toba, tanah

merupakan salah satu faktor produksi yang paling penting dan sumber penghasilan utama.

Begitu pula adat- istiadat berhubungan erat dangan tanah dan usaha pertanian tersebut.

Pertambahan penduduk yang pesat di Tapanuli menimbulkan tekanan terhadap lahan

pertanian dan perkampungan. Lahan yang semakin sempit dan kurang subur menjadi

salah satu alasan mengapa orang Batak Toba berpindah. Selain itu keluarga- keluarga

muda yang baru berumah- tangga (Manjae) mendorong penduduk mendirikan rumah-

rumah baru dan bahkan membuka kampung baru. Kampung baru yang telah di buka

menciptakan perpencaran dan jauh dari kampung induknya. Mereka mulai menyebar ke

(10)

Seiring dengan perkembangan zaman, Marserak mengandung pengertian yang

luas. Selain dari menyebar (perpindahan dari kampung halaman keluar wilayah budaya

sendiri), marserak memiliki arti mobilitas sosial dan ekonomi, pendidikan. Kemajuan

zaman yang berkembang dan kebutuhan manusia yang semakin banyak menyebabkan

pola hidup penduduk harus disesuaikan dengan perkembangan zaman tersebut. Buku ini

penulis gunakan untuk melihat faktor-faktor perpindahan etnis Batak Toba ke Desa

Simanduma.

Soejono Soekanto, dalam “Sosiologi Suatu Pengantar” (1970) Perubahan sosial

dipandang sebagai konsep yang serba mencakup seluruh kehidupan masyarakat baik dari

tingkat individu, kelompok masyarakat yang mengalami perubahan hal yang penting

dalam perubahan sosial menyangkut aspek, perubahan pola pikir, prilaku, nilai sosial,

interaksi sosial, norma-norma sosial, organisasi dan lapisan-lapisan masyarakat. Buku ini

membantu penelitian untuk melihat Keberadaan orang Batak Toba di daerah (tanoh)

Pakpak. Dalam bukunya Soejono Soekanto memaparkan Selain perubahan sosial juga

membahas mengenai proses sosial dan interaksi sosial. Bentuk umum proses sosial

adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi

sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial dalam menjalani hidup

sehari-hari. Interaksi sosial merupakan hubungan yang dinamis yang menyangkut

hubungan antara individu-individu, antara kelompok dan orang dengan kelompok dengan

keterkaitan buku ini juga dapat menggambarkan interaksi sosial yang terjadi antara orang

Batak Toba dengan orang Pakpak di Desa Simanduma.

Koentjaraningrat, “Pengantar Ilmu Antropologi” Migrasi yang dilakukan orang

Batak Toba keluar Tapanuli akan membawa kebudayaanya ke tempat migrasi sehingga

(11)

yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang

berbeda setelah mereka bergaul secara insentif. Sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan

golongan-golongan itu masing-masing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan

campuran dan. Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok

manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu

kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu

lambat laun diterima dan di olah dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya

kepribadian kebudayaan itu sendiri. Dengan adanya buku ini membantu penulis melihat

bahwah komunikasi dengan penduduk asli yakni orang Pakpak yang memiliki latar

belakang budaya yang berbeda maka dari itu di perlukan komunikasi dan interaksi sosial

agar tidak terjadi kesalah pahaman. Proses asimilasi dan akulturasi dengan keberadaan

orang Batak Toba di Desa Simanduma yang memiliki perbedaan bahasa dan adat istiadat

yang relatif memiliki perbedaan. Tetapi dalam hal ini orang Pakapak itu yang beradaptasi

terhadap etnis Batak toba sehingga buku ini sangat membantu dalam penulisan ini.

5. Metode Penelitian

Penulisan sejarah yang deskriptif –analitis haruslah melalui tahapan demi tahapan.

Ada empat tahapan Metode dalam penelitian sejarah: satu, heuristik (pengumpulan

sumber); dua verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber); tiga, interprestasi (analisa dan

sintesis); dan empat, historiografi (penulisan).

Metode penelitian adalah suatu hal penting yang tidak terpisahkan dari suatu

petunjuk teknis. Metode penelitian sejarah lazim juga disebut metode sejarah. Metode

sejarah adalah suatu proses yang benar aturan-aturan yang dirancang untuk membantu

(12)

Langkah pertama yang penulis kerjakan yaitu Heuristik adalah pengumpulan

sumber-sumber atau data-data yang terkait dalam objek penelitian penulis dalam

berbagai sumber dalam hal ini penulis menggunakan metode library research (penelitian

kepustakaan) dan field research (penelitian lapangan), sumber tersebut merupakan

sumber primer dan sumber sekunder. Sesuatu prinsip yang harus di pegang dan di

lakukan oleh penulis didalam heuristik yaitu harus mencari dan mengumpulkan sumber

primer. yaitu sumber lisan berupa wawancara dengan masyarakat Batak Toba, Pakpak

dan aparat Pemerintah sedangkan penelitian kepustakaan library research mencari

sumber buku yang berhubugan dengan judul penelitian yang dilakukan.

Langkah kedua yaitu Kritik sumber (verifikasi), setelah sumber sejarah di

butuhkan semua terkumpul maka dilanjutkan dengan tahapan kritik sumber, hal ini di

lakukan untuk memperoleh keabsaan atau keaslian sumber atau data yang didapat.

Penulis dalam melakukan kritik sumber atau penyeleksian yang dilakukan terhadap

sumber-sumber melalui dua pendekatan intern dan ektern. Dimana dalam pendekatan

intern yang harus dilakukan yakni menelaah dan memverifikasi kebenaran isi atau fakta

sumber baik yang bersifat tulisan (buku, artikel, laporan dan arsip) maupun sumber lisan

(wawancara) kritik ektstern yang di lakukan dengan cara memverifikasi untuk melakukan

keaslian sumber baik sumber lisan maupun sumber tulisan. Hal ini dilaksanakan agar

penulis dapat menghasilkan suatu tulisan yang benar-benar objektif yang berasal dari

data-data yang terjaga keasliannya dan keobjektifanya tanpa ada unsur subjektifitas yang

mempengaruhi hasil penulisannya.

Langkah ketiga yang dilakukan yaitu interprestasi, setelah data tersebut melewati

kritik sumber maka penulis melakukan tahapan yang ketiga yaitu penafsiran atau

(13)

untuk menghilangkan kesubjektifitasanya sumber. Interprestasi ini dapat di katakan data

sementara sebelum penulis membuatatkan hasil keseluruhan dalam suatu penulisan.

Langkah selanjutnya dan yang terakhir yaitu Historiografi, tahapan ini berisi

tentang penulisan, pemaparan atau laporan hasil penelitian sejarah yang telah di lakukan.

Layaknya penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan

layaknya penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat

memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian, sejak dari awal (heuristik)

sampai dengan akhir yaitu penarikan kesimpulan sehingga dapat dikatakan penulisan

tersebut bersifat kronologis atau sistimatis. Berdasarkan penulisan sejarah itu pula akan

dapat dinilai apakah penelitiannya berlangsung sesuai dengan prosedur yang

digunakannya tepat atau tidak, apakah sumber data yang mendukung penarikan

kesimpulanya memilik validitas yang memadai atau tidak, jadi dengan penulisan sejarah

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu diperlukan identifikasi limbah abu terbang ( fly ash) dan limbah bawah pembakaran batu bara kemudian mencocokan hasil identifikasi limbah atau abu terbang dan

Dari grafik lama waktu penyelesaian KTI mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan tingkat akhir di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta didapatkan hasil dengan presentase

[r]

Alternative solutions for students in the category of moderate ability is to provide understanding of the concept of matter, giving about - exercises in the form of

asbestos/chrysotile, jika tidak sesuai maka bahan baku semen dikembalikan ke supplier dan jika bahan baku sesuai maka Bagian Gudang mencetak Tanda Terima Barang

Peta tangan kiri-tangan kanan merupakan suatu alat dari studi gerakan untuk mengetahui gerakan-gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan dalam

Pengaturannya dinyatakan dalam Pasal 21 UULH bahwa: "Dalam beberapa kegiatan yang menyangkut jenis sumber daya tertentu tanggung jawab timbul secara mutlak pada perusak

Judul Kegiatan : Etnobiologi Masyarakat Adat Talang Mamak di Dusun Tua Datai dalam Penggunaan Zona Pemanfaatan Tradisional Taman Nasional Bukit Tigapuluh.. Nama