• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Cepatnya perkembangan bisnis di Indonesia menyebabkan banyak perusahaan bersaing secara sehat agar mampu bertahan. Banyaknya perusahaan baru yang tumbuh membuat persaingan menjadi semakin ketat sehingga menambah kompleksitas masalah yang dihadapi perusahaan. Setiap perusahaan, baik yang bergerak dibidang jasa, dagang, maupun manufaktur selalu mencoba menjadi yang terbaik, baik dalam persediaan barang dagang, service, kualitas, keamanan, kenyamanan, dan harga yang bersaing. Perusahaan selalu berusaha memperbaiki kekurangannya, agar dapat memenuhi kebutuhan konsumennya.

Namun pada kenyatannya, perusahaan mengalami hambatan untuk mencapai tujuan utamanya yaitu mencari laba. Salah satu hambatan tersebut adalah persediaan, seperti ketidaktersediaan barang dagang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

(2)

(raw materials), barang dalam proses (work in process), dan barang jadi (finish

goods), walaupun produk yang mereka produksi berbeda (Kieso dkk, 2011 : 408).

Perhitungan persediaan pun dapat mempengaruhi neraca maupun laporan laba rugi. Apabila terjadi kesalahan dalam perhitungan persediaan bisa mengakibatkan kesalahan dalam saldo persediaan akhir, aktiva lancar, dan total aktiva dalam neraca, sebab perhitungan persediaan dijadikan dasar dalam membuat jurnal penyesuaian untuk mencatat penciutan persediaan. Hal lain yang dapat terjadi dalam kesalahan perhitungan persediaan adalah timbulnya kekeliruan dalam penyajian harga pokok penjualan, laba kotor, dan laba bersih dalam laporan keuangan (Warren dkk, 2006:455).

Persediaan dapat dinilai melalui beberapa metode, yaitu Identifikasi Khusus

(Specific Identification), metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau

First-in First-out (FIFO), Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP) atau Last-in

First-out (LIFO), dan Rata-Rata Tertimbang atau Weighted Average (Skousen

dkk, 585:2009). Sama halnya dengan ketentuan IAS 2 (International Accounting

Standar) sebelum revisi terbaru memperbolehkan penggunaan tiga alternatif

metode pengukuran persediaan, yaitu meode FIFO dan rata-rata tertimbang yang disebut sebagai “benchmark treatments”, serta metode LIFO yang disebut

allowed alternative treatments” (Eipstein dan Jermakomicz, 2008 : 194). Hal

yang berbeda terdapat dalam PSAK No.14 (revisi 2008), hanya memperbolehkan dua metode penilaian persediaan yaitu metode FIFO dan rata-rata tertimbang.

(3)

inflasi yang tinggi melebihi 10%. Terdapat sekitar 700 perusahaan yang mengganti sistem penilaian persediaan mereka menjadi LIFO, salah satunya adalah perusahaan DuPont. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kepentingan pajak, yaitu karena adanya kenaikan harga yang cukup panjang, sehingga metode LIFO digunakan agar menghasilkan laporan laba dan pembayaran pajak yang lebih kecil. Pada saat itu Internal Revenue Service (IRS) mengharuskan perusahaan yang mengguakan metode LIFO untuk kepentingan pajak, juga harus menerapkan metode tersebut untuk laporan keuangannya, maka hal ini dapat menghemat pengeluaran pajak DuPont sebesar $250 juta, tetapi juga menurunkan laba bersih sebesar $300 juta.

PSAK No.14 (revisi 2008) yang menggantikan PSAK No.14 tahun 1994, menjadikan hal ini sejalan dengan peraturan perpajakan di Indonesia, karena adanya kesamaan pengakuan metode akuntansi persediaan yang digunakan. Didalam undang-undang perpajakan yaitu undang-undang PPH No.36 tahun 2008, metode persediaan yang diperbolehkan antara lain yaitu metode rata-rata dan metode FIFO, sehingga apabila suatu perusahaan dalam laporan keuangan menggunakan metode identifikasi khusus atau LIFO maka untuk tujuan pajak harus membuat kembali dengan metode yang diperbolehkan (Zaid dan Suryo Heramana, 2010:153-154).

(4)

manufaktur merupakan perusahaan yang memiliki kegiatan produksi barang yang paling kompleks, dimulai dari bahan baku, barang dalam proses sampai barang jadi. Hampir semua data dalam perusahaan manufaktur merupakan informasi persediaan yang nantinya akan mempengaruhi harga pokok penjualan dalam laporan laba-rugi dan persediaan di neraca.

Perubahan metode penilaian persediaan mempengaruhi biaya dari suatu perusahaan, laba bersih, dan arus kas, yang nantinya akan mempengaruhi investasi di masa depan, produksi, dan pemilihan pendanaan. Ketika perusahaan mengganti metode penilaian persediaannya, perubahan tersebut dicatat sebagai perubahan dalam prinsip akuntansi dan jika perubahannya menjadi biaya rata-rata atau FIFO, maka persediaan awal dan akhir dapat dihitung dengan dasar yang baru dan dampak dari perubahan metode persediaan dapat ditentukan dan dilaporkan dalam laporan keuangan (Stice dkk, 2009:602).

(5)

Perbedaan metode penilaian persediaan yang diterapkan dalam perusahaan akan mempengaruhi nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan, dan laba bersih perusahaan. Dalam kondisi harga yang terus meningkat, metode FIFO akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang tinggi dan harga pokok penjualan yang rendah, sehingga laba bersih menjadi tinggi. Sebaliknya, metode LIFO akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah, harga pokok penjualan yang tinggi, dan laba bersih yang rendah, sedangkan metode rata-rata tertimbang akan menghasilkan nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan, dan laba bersih yang nilainya berada diantara metode FIFO dan metode LIFO.

Dalam penelitian sebelumnya, Salma Taqwa (2001) melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ”. Pada penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan, struktur kepemilikan,

financial leverage, variabilitas persediaan, rasio lancar, dan metode persediaan

sebagai variabel dependen. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa ukuran perusahaan dan variabilitas persediaan mempengaruhi metode akuntansi secara signifikan, sementara struktur kepemilikan, financial leverage, rasio lancar, tidak berpengaruh secara signifikan.

(6)

adalah pemilihan metode akuntansi persediaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan ukuran perusahaan, intensitas modal, intensitas persediaan, variabilitas harga pokok penjualan, berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode persediaan, sedangkan variabilitas persediaan dan variabilitas laba akuntansi tidak berpengaruh secara signifikan.

Kasini (2011) juga melakukan penelitian dengan judul, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009”. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, financial

leverage, variabilitas persediaan, margin laba kotor, dan variabel dependen yang

digunakan adalah pemilihan metode persediaan. Hasil pengujian menunjukkan, bahwa ukuran perusahaan, financial leverage, variabilitas persediaan dan margin laba kotor secara simultan berpengaruh terhadap pemilihan metode persediaan. Hal yang berbeda dikemukakan dalam penelitian Sofa Marwah (2012) dengan judul, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010”. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap metode penilaian persediaan sedangkan

leverage, likuiditas, dan laba sebelum pajak tidak berpengaruh secara signifikan.

(7)

penelitian ini adalah struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, financial leverage, variabilitas persediaan, dan rasio lancar, sedangkan variabel dependen adalah pemilihan metode penilaian persediaan yang sesuai dengan PSAK No. 14 (revisi 2008). Hasil penelitian tersebut menunjukkan struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, financial leverage, variabilitas persediaan, dan rasio lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan yang sesuai dengan PSAK No. 14 (revisi 2008).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu menunjukkan inkonsistensi, sehingga mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan, dan meneliti ukuran perusahaan, financial leverage, likuiditas, dan laba sebelum pajak sebagai variabel bebas. Peneliti memilih perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI, dengan periode pengamatan 2009-2011, dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pemilihan Metode Penilaian Persediaan pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan penelitian ini adalah:

(8)

2. Apakah ukuran perusahaan, financial leverage, likuiditas, laba sebelum pajak berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian persediaan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI secara simultan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, financial leverage, likuiditas, dan laba sebelum pajak secara parsial terhadap pemilihan metode penilaian persediaan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.

2. Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, financial leverage, likuiditas, dan laba sebelum pajak secara simultan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan nantinya tidak hanya dapat memberikan manfaat bagi peneliti, tetapi juga untuk pembaca, perusahaan, pihak akademik, dan peneliti yang selanjutnya.

1. Untuk peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti, juga dapat membantu mengaplikasikannya di dunia kerja.

(9)

3. Untuk perusahaan, dengan penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk memutuskan pemilihan metode penilaian persediaan.

Referensi

Dokumen terkait

Pengambilan data pada Aplikasi Logika Fuzzy Dalam Optimisasi Produksi Barang Menggunakan Metode Tsukamoto Dan Metode Mamdani yaitu: Data permintaan barang,

Berdasarkan seluruh hasil tahapan penelitian yang telah dilakukan pada Analisa Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Pengadilan Agama Pematangsiantar

Indonesia wajah bangunan, merupakan elemen penting pada koridor jalan, karena selain sebagai dinding pelingkup ruang koridor jalan, fungsi utama lainnya adalah sebagai elemen

- Space mean speed: kecepatan rata-rata kendaraan yang melintasi suatu segmen di ruas jalan (waktu tempuh diukur setiap kendaraan yang melintasi segmen jalan dan dihitung

c) sudut tercangkum di pusat bulatan berdasarkan maklumat yang diberi. ii) Mencari luas tembereng suatu bulatan... iii) Menyelesaikan masalah yang melibatkan luas sektor. 27 – 29

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 yang menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh negatif terhadap kecenderungan penghindaran pajak, tidak

(8) Buku teks pelajaran antropologi sekolah menengah atas (SMA) dan madrasah aliyah (MA), sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII Peraturan Menteri ini,

(4) Pekerjaan yang diajukan untuk mendapatkan poin pekerjaan adalah pekerjaan yang merupakan tugas pokok jabatan yang diatur berdasarkan Hasil Analisis Jabatan di