41 Mulai
Merancang bentuk alat
Menggambar dan menentukan dimensi
alat
Memilih bahan
Diukur bahan yang akan digunakan
Dipotong bahan yang
digunakan sesuai dengan
Merangkai alat
Pengujian alat
Layak?
Pengukuran parameter
a
42
a
Analisis data
Data
43 Lampiran 2. Spesifikasi alat
1. Dimensi
Panjang = 41 cm
Lebar = 41 cm
Tinggi = 55 cm
2. Bahan
Mata pisau = Stainless steel
Batang penopang = Besi
Rangka = Besi
Alas = Stainless steel
3. Dimensi mata pisau
Diameter = 3,5 cm
Panjang = 24,9 cm
4. Motor Listrik
Tenaga = 1 HP
Daya listrik = 750 watt
Voltase = 220 V
44 Lampiran 3. Analisis ekonomi
1. Unsur produksi
1. Biaya pembuatan alat (P) = Rp. 5.000.000
efektif berdasarkan tahun 2014)
2. Perhitungan biaya produksi
a. Biaya tetap (BT)
1. Biaya penyusutan (D)
Dt = (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, t-1)
Tabel 3. Perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund
45
2. Bunga modal dan asuransi (I)
Bunga modal pada bulan Januari 6% dan Asuransi 2%
I = i(P)(n+1)
2n
= (8%)Rp .5.000.000 (5+1)
2(5)
= Rp. 240.000/tahun
Tabel 4. Perhitungan biaya tetap tiap tahun
Tahun D (Rp) I (Rp)/tahun Biaya tetap (Rp)/tahun 1 4.500.000,00 240.000 4.740.000,00 2 2.315.358,00 240.000 2.555.358,00 3 1.588.152,42 240.000 1.828.152,42 4 1.225.181,70 240.000 1.465.181,70 5 1.007.853,75 240.000 1.247.853,75
b. Biaya tidak tetap (BTT)
1. Biaya perbaikan alat (reparasi)
Biaya reparasi = 1,2%(P−S)
100
= 1,2%(Rp .5.000.000−Rp .500.000)
100 jam
= Rp. 540/jam
2. Biaya operator
Diperkirakan upah operator untuk mengupas nanas per10 kg adalah
sebesar Rp. 500. Sehingga diperoleh biaya operator:
Jumlah produksi per hari = 1278,05 kg
Biaya operator per hari = 1278,05
10 kg x Rp. 500
= Rp. 63.902,5/hari
46
3. Biaya listrik
Diperkirakan pemakaian listrik per kwh adalah Rp. 979/kwh, sehingga
diperoleh biaya listrik:
Jumlah pemakaian per hari = 5 jam
Biaya listrik per hari = 750 w
1000 x 5 jam x Rp. 979/kwh
= Rp. 3.671,25/hari
= Rp. 734,25/jam
Total biaya tidak tetap = Rp. 14.054,75/jam
c. Biaya pengupasan nanas
Biaya pokok = [BT
x + BTT]C
Tabel 5. Perhitungan biaya pokok tiap tahun
47 Lampiran 4. Break even point
Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan
dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha
yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap
sama dengan nol.
Penerimaan setiap produksi (R) = Rp. 150/kg (harga ini diperoleh dari
perkiraan di lapangan)
Alat akan mencapai break even point jika alat telah mengupas nanas sebanyak :
N = F
(R−V)
= Rp .1.247.853,75/tahun
(Rp .150/kg −Rp .54,9851/kg )
48 Lampiran 5. Net present value
Berdasarkan persamaan (9), nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan
rumus: CIF-COF ≥ 0
Pendapatan = penerimaan x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun
dengan asumsi alat bekerja pada kapasitas penuh
= Rp.57.512.250/tahun
Pembiayaan = biaya pokok x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun
Tabel 6. Perhitungan pembiayaan tiap tahun
Tahun BP (Rp/kg) Kap. Alat (kg/jam) Jam kerja (jam/tahun) Pembiayaan
1 67,3097 255,61 1500 25.807.549
= Rp.57.512.250 x 4,2124
= Rp. 242.264.601,9
2. Nilai akhir = Nilai akhir x (P/F, 6%,5)
= Rp 500.000 x 0,7473
= Rp. 373.650
49
Cash out Flow 6%
1. Investasi = Rp. 5.000.000
2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/F, 6%,n)
Tabel 7. Perhitungan pembiayaan (6 %)
Tahun (n) Biaya (P/F, 6%, n) Pembiayaan (Rp)
1 25.807.549 0,9434 24.346.841,727
2 23.624.115 0,89 21.025.462,350
3 22.897.352 0,8396 19.224.616,739
4 22.534.565 0,7921 17.849.628,937
5 22.317.360 0,7473 16.677.763,128
Total 99.124.312,880
Jumlah COF = Rp. 5.000.000 + Rp. 99.124.312,880
= Rp. 104.124.312,9
NPV 6% = CIF – COF
= Rp. 242.638.251,9 – Rp. 104.124.312,9
= Rp. 138.513.939
Jadi, besarnya NPV 6% adalah Rp. 138.513.939 > 0 maka usaha ini layak
50 Lampiran 6. Internal rate of return
Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan
kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan
tertentu. Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate,
dimana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X
(positif) atau NPV= Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif),
dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut :
IRR = p% + 𝑋𝑋
𝑋𝑋+𝑌𝑌x (q% - p%) (positif dan negatif)
dan
IRR = q% + 𝑋𝑋
𝑋𝑋−𝑌𝑌x (q% - p%) (positif dan positif)
Dimana: p = suku bunga bank paling atraktif
q = suku bunga coba-coba ( > dari p)
= Rp. 229.629.160,6
2. Nilai akhir = Nilai akhir x (P/F, 8%,5)
= Rp. 500.000 x 0,6806
= Rp. 340.300
51
Cash out Flow 8%
1. Investasi = Rp. 5.000.000
2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 8%,5)
Tabel 8. Perhitungan pembiayaan (8 %)
Tahun (n) Biaya (P/F, 8%, n) Pembiayaan (Rp)
1 25.807.549 0,9259 23.895.209,619
2 23.624.115 0,8573 20.252.953,790
3 22.897.352 0,7938 18.175.918,018
4 22.534.565 0,7350 16.562.905,275
5 22.317.360 0,6806 15.189.195,216
Total 94.076.181,917
Jumlah COF = Rp. 5.000.000 + Rp. 94.076.181,917
= Rp. 99.076.181,917
NPV 8% = CIF – COF
= Rp. 229.969.460,6 – 99.076.181,917
= Rp. 130.893.278,7
Karena nilai X dan Y adalah positif maka digunakan rumus:
52 Lampiran 7. Gambar buah nanas
Buah nanas sebelum dikupas
Buah nanas setelah dikupas
53
Lampiran 8. Gambar mesin pengupas kulit nanas
Tampak depan
54
Tampak samping kiri
55
Tampak atas
56