BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi mengakibatkan adanya perubahan dengan tuntutan tertentu pada tenaga kerja seperti dalam hal penguasaan teknologi baru, batasan atau waktu yang lebih ketat, perubahan tuntutan terhadap hasil kerja serta perubahan dalam peraturan kerja dan lain-lain yang dapat menimbulkan suatu situasi yang menekan tenaga kerja yang bersangkutan. Jika karyawan sebagai individu tidak dapat dengan segera menyesuaikan diri, maka ia dapat mempersepsikan hal ini sebagai tekanan yang mengancam dirinya dan lama kelamaan dapat menimbulkan stres bagi karyawan yang bersangkutan.
Salah satu masalah yang pasti akan dihadapi oleh setiap orang dalam kehidupan adalah stres. Stres tersebut harus diatasi, baik oleh individu sendiri, maupun dengan bantuan pihak lain seperti para spesialis. Stres merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stres yang tidak diatasi dengan baik biasanya berakibat pada ketidakmampuan seseorang berinteraksi secara positif dengan lingkungannya, baik dalam arti lingkungan pekerjaan maupun di luarnya (Siagian, 2004:300)
Menurut Hasibuan (2001: 203), Faktor-faktor yang menyebabkan stress kerja antara lain: beban kerja yang terlalu sulit (berlebihan), tekanan dan sikap
kepemimpinan yang kurang wajar (adil), waktu dan peralatan kerja yang kurang
memadahi, konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, dan masalah
keluarga.
Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi dan mengawasi orang lain untuk
mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan (Fahmi,2013: 68). Ketidakseimbangan dan pencampuran yang terjadi secara terus menerus
dua atau lebih kegiatan yang saling bertentangan.Bila tidak dikendalikan secara baik akan menimbulkan dampak negatif. Dalam batas- batas tertentu, konflik kerja justru dapat mengakibatkan pengaruh yang positif atau menguntungkan. Namun, apabila lewat suatu batas tertentu, konflik dapat menimbulkan hal negatif atau merugikan. Jadi , tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa konflik selalu merugikan perusahaan. Misalnya dalam suatu perusahaan, persaingan yang sehat dapat menimbulkan efek yang positif. Namun, bila persaingan tersebut melampaui batas, dapat menjadi persaingan yang tidak sehat yang menimbulkan efek negatif (Rivai, 2004:508).
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu rumah sakit jiwa yamg ada di Sumatera Utara yang kepemilikannya adalah milik pemerintah. Rumah sakit ini terletak di terusan Padang Bulan km 10, yang berfungsi untuk melayani kesehatan gangguan jiwa dan fisik masyarakat.Dalam memberikan pelayanan kepada masyrakat.
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara dapat lebih memberikan pelayanan dengan maksimal, jika pemeliharaan hubungan antara kepala perawat dengan perawat, perawat dengan pasien dilakukan secara berkelanjutan dan serasi. Salah satu hal yang penting diperhatikan dalam pemeliharaan hubungan tersebut adalah mengenai penanggulangan stres kerja para perawat. Penanggulangan terhadap stres kerja itu sendiri harus mendapatkan perhatian dan kesungguhan dari manajemen rumah sakit agar tujuan organisasi bisa lebih mudah dicapai.
dan kondisi ruangan yang sempit. Tuntutan untuk bertindak cepat dan tepat dalam menangani pasien biasanya dihadapi oleh perawat diruang gawat darurat atau bagian kecelakaan. Melalui pengamatan langsung terhadap perawat diperoleh keterangan bahwa perawat menemukan kesulitan untuk berkomunikasi baik dengan pasiennya, disamping itu harus tetap waspada akan tingkah pasien yang terkadang bisa saja dapat membahayakan bagi keselamatan jiwa si perawat.
Dari hasil pra survey yang dilakukan terhadap perawat-perawat yang bekerja dirumah sakit jiwa, ada empat kategori sumber stres pada perawat jiwa, yaitu karakteristik pasien yang negatif, keterbatasan sumber daya, konflik staf dan masalah penjadwalan. Perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara memiliki tingkat stres kerja yang tinggi.
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penerapan pengaruh dan bimbingan yang ditujukan kepada semua staf keperawatan untuk menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Pemimpin keperawatan harus mampu memimpin, meminta, meyakinkan, membujuk untuk melakukan tugas dengan tanggung jawab. Pekerjaan seorang perawat sangatlah berat. Seorang perawat membutuhkan seorang pemimpin yang memberikan contoh untuk diteladani, yang memotivasi, yang menimbulkan semangat kerja, dan yang mempercayai bawahan untuk mengendalikan diri sendiri.
kepemimpinan yang melibatkan kelompok dalam mengambil keputusan dan memberi tanggung jawab kepada perawat. Gaya kepemimpinan yang terjadi pada kepala perawat rumah sakit jiwa ini mampu mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif. terkadang bisa saja dapat membahayakan bagi keselamatan jiwa si perawat.
Tabel 1.1
Jumlah perawat dan pasien dalam setiap ruangan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
NO. Nama Ruangan Jumlah Perawat/ Hari Jumlah Pasien
1. Sibual-Buali 7 Orang 65 Orang
Sumber :Bagian Keperawatan (2014),diolah
Tabel 1.1 menunjukkan keterbatasan sumber daya manusia khususnya perawat dengan jumlah pasien yang sangat banyak, yang membuat para perawat merasa kewalahan dalam menangani pasien. Perawat dituntut melayani pasien secara maksimal dan keseluruhan. Sehingga, perawat sering mengalami konflik internal dalam dirinya, dimana ia merasa bimbang mana yang harus atau dilakukan.
Akibatnya timbullah gejala stres pada perawat seperti: merasa kelelahan, emosi, marah, intonasi suara jadi tinggi, berfikir tidak realistis, sedih dan khawatir. Menurut Suarli dan Yanyan (2002:51) ketenagakerjaan dalam keperawatan primer beban kasus adalah 4-6 orang pasien untuk satu perawat.
Provinsi Sumatera Utara adalah terdapat antara rekan sekerja yaitu kurang adanya saling mendukung dalam mengerjakan pekerjaan sebagai team, di samping itu sifat yang saling menjatuhkan antara perawat satu dan perawat lainnya demi menguatkan posisinya didepan pemimpin. Terlihat para perawat di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara mengalami stres didalam melakukan pekerjaannya, dan konflik kerja yang terus menerus berkelanjutan yang membuat suasana di dalam lingkungan kerja menjadi tidak kondusif, dan turunnya semangat kerja. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Dan Konflik Terhadap Stres Kerja Karyawan Bidang Keperawatan Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Utara”. 1.2 Perumusan Masalah
Dari alasan – alasan yang dikemukakan terdahulu,maka perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh antara kepemimpinan terhadap stres kerja karyawan bidang keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara?
2. Apakah terdapat pengaruh konflik terhadap stres kerja karyawan bidang keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap stres kerja karyawan bidang keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara”.
2. Untuk mengetahui pengaruh konflik terhadap stres kerja karyawan bidang beperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara”.
3. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan dan konflik terhadap stres kerja karyawan bidang keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara”
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pihak Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang
kepemimpinan dan konflik terhadap stres kerja sehingga tidak
menimbulkan stres kerja dimasa yang akan datang.
2. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan
menambah ilmu pengetahuan di bidang manajemen, khususnya dalam
3. Bagi Pihak Lain