• Tidak ada hasil yang ditemukan

PIO Observasi Disiplin Kerja Pada Karya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PIO Observasi Disiplin Kerja Pada Karya"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran disiplin kerja pada karyawan pria bagian quality control di PT. Astra Komponen Indonesia (ASKI) serta faktor-faktor yang menyebabkan disiplin kerja.

LANDASAN TEORI A. Disiplin Kerja

1. Pengertian Disiplin Kerja

Sastrohadiwiryo (2001) menjelaskan bahwa disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak menerima sanksi-sanksinya, bilamana melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa disiplin kerja adalah sikap para pengawai untuk berprilaku sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dimana mereka bekerja.

Menurut, Wusranto (1989) disiplin kerja berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Jadi sifat disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan. Sedangkan, menurut Yuwono (1988) disiplin kerja adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi keputusan yang telah ditetapkan.

Selanjutnya, Levine (1980) memberikan definisi antara lain, disiplin kerja merupakan suatu kekuatan yang selalu berkembang di tubuh para pekerja yang membuat mereka dapat mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

Disiplin adalah ketaatan yang sikapnya impersonal, tidak memakai perasaan dan tidak memakai perhitungan pamrih atau kepentinga pribadi (Susanto, 2005).

2. Ciri-ciri Disiplin Kerja

Menurut Lateiner (dalam Soejono, 1983), umumnya disiplin kerja karyawan memiliki ciri sebagai berikut:

a) Para karyawan datang ke kantor dengan tertib, tepat waktu, dan teratur. Dengan datang ke kantor secara tertib, tepat waktu, dan teratur, maka disiplin kerja dapat dikatakan baik.

(2)

b) Berpakaian rapi di tempat kerja. Berpakaian rapi ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan, karena dengan berpakaian rapi suasana kerja akan terasa nyaman dan rasa percaya diri dalam bekerja akan bertambah.

c) Menggunakan perlengkapan perusahaan dengan hati-hati. Sikap hati-hati dapat menunjukkan bahwa karyawan memiliki disiplin kerja yang baik karena bilamana penggunaan perlengkapan tidak dengan hati-hati kemungkinan besar akan terjadi kerusakan pada perlengkapan tersebut dan secara otomatis perusahaan akan mengalami kerugian.

d) Mengikuti cara kerja yang ditentukan perusahaan. Dengan mengikuti cara kerja yang ditentukan perusahaan, maka dapat menunjukkan bahwa karyawan tersebut memiliki disiplin kerja yang baik karena telah menunjukkan kepatuhan terhadap perusahaan.

e) Memiliki tanggung jawab. Tanggung jawab sangat mempengaruhi disiplin kerja seorang karyawan, dengan adanya rasa tanggung jawab terhadap tugasnya, maka menunjukkan disiplin kerja yang tinggi.

Disiplin mencakup berbagai bidang dan cara pandang, seperti menurut, Guntur (1996). Ada beberapa sikap disiplin kerja yang perlu dikelola dalam pekerjaan, yaitu:

1. Disiplin terhadap waktu 2. Disiplin terhadap target 3. Disiplin terhadap kualitas 4. Disiplin terhadap prioritas kerja 5. Disiplin terhadap prosedur

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Menurut Singodimedjo (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan, yaitu:

1. Besar kecilnya pemberian kompensasi

Besar kecilnya kompensasi dapat memengaruhi tegaknya disiplin. Para karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jeri payahnya yang telah dikontribusikan bagi perusahaan.

2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan

(3)

seorang pemimpin menginginkan tegaknya disiplin dalam perusahaan, maka ia harus lebih dulu mempraktekkan agar dapat diikuti dengan baik oleh para karyawan lainnya.

3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan

Para karyawan akan mau melakukan disiplin bila ada aturan yang jelas dan diinformasikan kepada mereka. Bila aturan disiplin hanya menurut selera pimpinan saja, atau berlaku untuk orang tertentu saja, jangan diharap bahwa para karyawan akan mematuhi aturan tesebut.

4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan

Bila ada seorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu ada keberenian pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dibuatnya. Dengan adanya tindakan terhadap pelanggar disiplin, sesuai dengan sanksi yang ada, maka semua karyawan akan merasa terlindungi, dan dalam hatinya berjanji tidak akan berbuat hal yang serupa.

5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada pengawasan, yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dengan adanya pengawasan seperti demikian, maka sedikit banyak para karyawan akan terbiasa melaksanakan disiplin kerja.

6. Ada tidaknya perhatian kepada karyawan

Karyawan adalah manusia yang mempunyai perbedaan karakter antara yang satu dengan yang lain. Seorang karyawan tidak hanya puas dengan penerimaan kompensasi yang tinggi, pekerjaan yang menantang, tetapi juga mereka masih membutuhkan perhatian yang besar dari pimpinannya sendiri. Keluhan dan kesulitan mereka ingin didengar serta dicarikan jalan keluarnya, dan sebagainya.

7. Menciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin. Kebiasaan-kebiasaan tersebut itu antara lain:

 Saling menghormati bila bertemu di lingkungan pekerjaan.

 Melontarkan pujian yang sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga para karyawan akan turut merasa bangga dengan pujian tersebut.

 Sering mengikutsertakan karyawan dalam pertemuan-pertemuan, apalagi pertemuan yang berkaitan dengan nasib dan pekerjaan mereka.

(4)

Dari beberapa pendapat tersebut dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan disiplin kerja adalah sikap hormat terhadap peraturan dan ketetapan suatu perusahaan yang ada pada diri karyawan yang menyebabkan ia dapat menyesuaukan diri dengan sukarela pada peraturan dan ketetapan perusahaan.

B. Quality Control 1. Pengertian Quality Control

Quality control atau biasa disebut pengendalian mutu merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, dan objektif dalam memantau dan menilai barang, jasa, maupun pelayanan yang dihasilkan perusahaan atau institusi dibandingkan dengan standar yang ditetapkan serta menyelesaikan masalah yang ditemukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu.

Ishikawa (1989) menyatakan bahwa quality control adalah suatu sistem yang efektif untuk mengintegrasikan kegiatan-kegiatan pemeliharaan dan pengambangan mutu dalam suatu organisasi, sehingga dapat diperoleh produksi dan servis dalam tingkat yang paling ekonomis dan memuaskan konsumen.

Menurut Nasution (2001) menyatakan quality control adalah perpadua semua fungsi ke dalam falsafah holistis yang dibangin berdsarkan konsep kualitas, team work, produktivitas, dan pengertian serta kepuasaan pelanggan.

Sedangkan, menurut Gaspersz (2005) quality control adalah pendekatan manajemen sistimatik yang berorientasi pada organisasi, pelanggan, dan pasar melalui kombinasi menciptakan peningkatan secara signifikan dalam kualitas dan produktivitas.

quality control adalah aktivitas pengendalian proses untuk mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan, dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila, ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar (Purnomo, 2004).

2. Dimensi-dimensi Quality Control

Quality control biasanya tidak hanya ditentukan oleh satu atribut atau dimensi tunggal, tetapi kualitas memiliki dimensi yang banyak, sehingga sulit untuk mendefinisikan. Menurut Gorvin (dalam Nasrullah, 1996) menyatakan terdapat delapan dimensi yang dapat diterapkan pada produk atau jasa, yaitu:

(5)

2. Sifat-sifat khusus dan menarik minat (features) yang menjadikan suatu produk unik dibandingkan dengan produk sejenis dari produsen lain.

3. Keandalan (realibility), yaitu kemampuan produk untuk bertahan atau tidak mogok dalam masa kerjanya.

4. Kecocokan atau kesesuaian (conformance) dengan standar industri, misalnya standar gas buang pada kendaraan bermotor tidak boleh melebihi sekian persen kandungan tembaga.

5. Daya tahan produk (durability) terhadap waktu, tidak mudah rusak ukuran umur produk dan teknologi modern mempengaruhinya.

6. Kemudahan diperbaiki jika terjadi kerusakan (serviceability). Produk yang digunakan untuk jangka waktu yang lama memungkinkan harus diperbaiki atau dipelihara, sehingga dibutuhkan ketersediaan suku cadang, tenaga ahli ataupun mekanisme kerja produk itu sendiri yang cukup sederhana sehingga tidak sulit untuk diperbaiki.

7. Keindahan penampilan (aesthetic). Gorvin menyadari keindahan (Aesthetics) suatu produk memungkinkan pelanggan termotivasi oleh kualitas produk.

8. Persepsi konsumen dimensi ini tidak didasarkan pada produk itu sendiri tetapi pada citra dan reputasinya.

3. Tujuan Quality Control

Menurut Purnomo (2004) pengendalian mutu atau quality control memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan-tujuan dari pengendalian mutu adalah sebagai berikut:

1. Pengendalian kualitas terhadap suatu bahan atau produk sehingga bahan atau produk tersedia memenuhi spesifikasi.

2. Agar dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.

3. Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan dengan rencana melalui instruksi-instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.

4. Mengetahui apakah kelemahan dan kesulitan serta menjaga jangan sampai terjadi kesalahn lagi.

(6)

PEDOMAN OBSERVASI

I. Identitas Subjek Nama (inisial) : R

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 25 tahun

Pendidikan : SMA/SMK

Agama : Islam

Pekerjaan : Quality Contol (QC)

Alamat : Komplek Kehutanan Selakopi. Blok A.15. RT 01/06. Kel. Pasir Mulya. Bogor Barat

II. Pelaksanaan Observasi

Hari, Tanggal : Minggu - Senin, 16 - 17 November 2014 Waktu : 22.00 - 13.00 WIB

Tempat : Rumah subjek dan kantin perusahaan III. Observasi Terhadap Subjek

A. Gambaran penampilan B. Tingkah laku

C. Setting tempat pada saat observasi IV. Hal-hal yang Diamati

A. Ciri-ciri Disiplin Kerja Subjek

No Ciri-ciri Disiplin

Kerja Subjek Indikator

Penilaian Gambaran

Perilaku Ya Tidak

1. Tepat waktu Subjek berangkat tepat waktu dari rumah

menuju tempat kerja

Pukul 04.30 WIB Subjek sudah berangkat ke tempat kerja

Subjek kembali bekerja/ masuk kembali setelah jam istirahat tepat pada waktu yang telah ditentukan

10 menit sebelum jam istirahat habis, Subjek sudah masuk kembali ke

(7)

subjek hanya mengalami 3x keterlambatan selama bekerja kurang lebih 3 tahun, dengan alasan keterlambatan yang rasional

untuk berbicara dan bertanya kepada pihak leader perusahaan tersebut

2. Berpakaian rapi di tempat kerja

Subjek selalu

mengenakan seragam

kerjanya saat bekerja

Subjek selalu

mengenakan seragam kerjanya di tempat kerja dengan baik tanpa pernah mengalami yang tidak dimengerti kepada Supervisor QC

Subjek terlihat bertanya kepada Supervisor QC cara menggunakan sebuah alat pemrosesan 4. Mengikuti cara

kerja yang ditentukan

Subjek mengikuti seluruh ketentuan

perusahaan yang berlaku di tempatnya bekerja

Subjek mengajak untuk berbicara dan bertanya kepada 5. Tanggung jawab Subjek salah satu

karyawan berpredikat baik di tempatnya bekerja dan dikenal sosok yang bertanggung

Subjek mengajak dua

(8)

jawab terhadap pekerjaannya

jawab yang

Referensi

Dokumen terkait

sebaliknya jika disiplin karyawan tidak baik maka efektivitas kerja yang. dihasilkan tidak maksimal dan tujuan perusahaan tidak akan

Ike Nova Sari: Pengaruh Disiplin Karyawan Terhadap Efektivitas Kerja Karyawan pada Perusahaan Daerah Air ..., 2007... Ike Nova Sari: Pengaruh Disiplin Karyawan Terhadap

Gaya kepemimpinan demokratis merupakan pengaruh yang sangat dominan mempengaruhi kinerja karyawan, sedangkan disiplin kerja memiliki pengaruh yang kurang baik bagi

Sebaliknya jika karyawan tidak memiliki disiplin kerja yang baik maka kemungkinan hasil kerja yang diberikan karyawan tidak dapat tercapai dengan baik secara

Hasil analisis tersebut membuktikan bahwa variabel motivasi kerja memiliki pengaruh terhadap disiplin kerja karyawan menunjukkan bahwa disiplin kerja karyawan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Ada pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja dan iklim komunikasi terhadap motivasi kerja karyawan dari DPKY baik secara parsial

karyawan. Latarbelakang penelitian ini motivasi kerja menjadi sesuatu yang dominan dalam suatu perusahaan dan disiplin kerja karyawan merupakan sesuatu yang berperan

Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, dengan nilai Sig