• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Perlindungan Konsumen Pertemuan 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hukum Perlindungan Konsumen Pertemuan 4"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Terdapat 2 Model:

HUBUNGAN PRODUSEN - KONSUMEN

(JALUR PEMASARAN)

Produsen

Konsumen

(2)

HUBUNGAN PRODUSEN - KONSUMEN

(JALUR PEMASARAN)

Produsen Grosir/ Whole Saler

Pengecer/

Retailer Konsumen

Wanprestasi

(3)

HUBUNGAN

PERIKATAN DAN PERJANJIAN

Perikatan

Perjanjian

(Privity of Contract)

(4)

Kemanfaatan penerapan tahapan konsumen:

o

agar dengan mudah mencari akar permasalahan dan

mencari jalan penyelesaiannya.

o

penyusunan perundang-undangan yang melindungi

konsumen.

– Tahap Pra transaksi konsumen. – Tahap transaksi konsumen.

– Tahap purna transaksi konsumen.

(5)

1.

Tahap Pra transaksi konsumen

– Konsumen mencari informasi atas barang dan jasa. – Informasi yang benar dan bertanggungjawab.

– Putusan pilihan konsumen yang benar atas barang dan jasa yang dibutuhkan sangat bergantung atas kebenaran dan bertanggungjawabnya informasi yang disediakan oleh pihak-pihak yang berkaitan dengan barang dan jasa konsumen. – Informasi dapat berupa:

• Label/etiket pada produk.

• Kegiatan marketing berupa pamflet, brosur, selebaran, • Kegiatan peluncuran ptoduk;

• Iklan dan hal lainnya yang serupa.

(6)

• Label/etiket pada produk

harus memuat semua informasi pokok tentang produk tersebut sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, ditempelkan atau dimasukan dalam kemasan

• Iklan

peran iklan sangat berpengaruh terhadap konsumen, baik

menyesatkan atau memberi perlindungan. Iklan yang baik dapat memberikan pertimbangan putusan bagi konsumen, sedangkan yang menyesatkan dapat menimbulkan kerugian bagi konsumen. • Perlu dibinanya kode etik priklanan. Regulasi periklanan adalah

Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia (TKTCPI) yang dijalankan oleh Komisi Tata Krama dan Tata Cara Periklanan

(7)

2.

Tahap transaksi konsumen

– Transaksi konsumen sudah terjadi.

– Permasalahan banyak terjadi untuk transaksi di luar tunai (cash), misalnya: kredit, beli sewa dsb.

– Masalah banyak diakibatkan dengan menggunakan perjanjian baku, di mana orang tidak meneliti terlebih dahulu atas syarat-syarat baku yang disodorkan oleh penjual.

– Perjanjian ini dikenal dengan kontrak standar (standard

contract) atau syarat-syarat umum (algemene voorwaarden) – Konsumen harus menerima perjanjian baku yang disodorkan

untuk transaksi tersebut (“take it or leave it).

(8)

– Penerapan syarat-syarat baku yang bersifat negatif ( hak

menuntut gantirugi, pengalihan tanggungjawab) dinilai mergikan posisi konsumen.

– Penggunaan metode pemasaran produk (desain, jaringan

distribusi, iklan untuk mengingat produk tertentu, sistem direct selling dsb)

– Diperlukan adanya persaingan usaha yang jujur (fair competition), khususnya terhadap penjualan yang menggunakan cara dengan embel-embel hadiah dsb.

– Kasus-kasus banyak terjadi yang berkaitan dengan barang yang dijual dengan cara kredit, perumahan di kawasan real estate

dsb.

(9)

• Tahap purna transaksi konsumen

– telah terjadi transaksi dan pelaksanaannya telah diselenggarakan. – Terdapat kepuasan atau kekecewaan dari konsumen.

• Masalah hukum dan ekonomi terjadi:

– bila barang/jasa yang telah digunakan konsumen tidak memenuhi harapannya sebagaimana yang diiklankan.

– bila barang/jasa tidak sesuai dengan mutu produk, baik sesuai standard yang berlaku maupun klaim pengusaha ybs.

– Layanan purna jual tidak cocok tentang jaminan mutu produk (guarantee) maupun penyediaan suku cadangnya.

• Sengketa terhadap

masalah ini diatasi dengan cara:

– melalui penyelesaian damai.

– Melalui lembaga atau instansi yang berwenang.

(10)

 Tanggung jawab produsen di bidang goods (barang) dan bukan jasa, karena pertanggungjawaban jasa telah khusus yaitu Proffesional

liability yang bersandar pada contractual liability.

 Dalam product liability dikenal dua caveat yaitu Caveat Emptor

(konsumen berhati-hati) dan Caveat Venditor (produsen berhati-hati)

 pertanggung jawaban produk ini merupakan tanggungjawab produsen kalau produknya menimbulkan kerugian dan merupakan

tanggungjawab perdata.

 Untuk melindungi konsumen terdapat dua ketentuan yaitu hukum publik dan hukum perdata, di mana dalam hukum perdata terdiri dari hukum perjanjian dan hukum tentang perbuatan melawan hukum.

 Hukum perjanjian didalamnya terdapat tanggungjawab atas dasar kontrak (contractual liability) sedangkan hukum tentang perbuatan

melawan hukum atas dasar Tortius liability (Tanggungjawab atas dasar perbuatan melawan hukum

(11)

Hubungan Product Liability dan

Perlindungan Konsumen

CONSUMER PROTECTION

Civil Law Public Law

Law of Obligations (Perikatan)

Law of Contract (Perjanjian) Law of Tort (Hk Tentang Perbuatan Melawan Hukum

Contractual Liability (tanggung jawab

atas dasar kontrak) atas dasar perbuatan melawan hukumTortius Liability ( Tanggungjawab

Fault Liability (Klasik:

tanggung jawab atas dasar kesalahan Pasal 1365 KUHPerdata

No Fault Liability/ Strict Liability

PRODUCT LIABILITY Building Owner

(12)

Hubungan Product Liability dan

Perlindungan Konsumen

Fault Liability (Klasik:

tanggung jawab atas dasar kesalahan Pasal 1365 KUHPerdata

No Fault Liability/ Strict Liability

PRODUCT LIABILITY Building Owner

liability Vicarious Liability

Bukan atas dasar kontraktual atau perjanjian, tetapi perbuatan

(13)

• Pasal 1365 KUHPerdata berbunyi:

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”

• bukan mendasarkan kontraktual atau perjanjian tetapi perbuatan melawan hukum, karena dalam bisnis jarang sekali hubungan produsen langsung ke konsumen (lihat model pemasaran 2).

• Bila melihat bahwa produsen yang bertanggungjawab , maka kita menggugatnya tidak dengan wanprestasi, karena tidak ada

hubungan kontraktual (Privity of contract, yaitu hubungan yang

langsung dengan konsumen). Jadi bila tidak ada hubungan tersebut maka menggugatnya harus berdasarkan perbuatan melawan

hukum.

(14)

• Kronologisnya hukum perikatan--- hukum perjanjian--- hukum perbuatan melawan hukum.

• Bila berdasarkan hukum perjanjian adalah wanprestasi (contractual liability) sedangkan berikutnya adalah perbuatan melawan hukum (law of Tort) adalah tortius liability.

• Tortius liability terbagi atas:

– Fault Liability menggugat berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata, berarti siapa yang mendalilkan, dia harus yang membuktikan. Bila diterapkan dalam kasus biskuit beracun, maka konsumen harus membuktikan bahwa produsen yang bersalah. Ini tidak menguntungkan bagi

konsumen. Perlindungan terhadap konsumen menjadi mustahil kalau berdasarkan fault liability, karena yang mendalilkan harus membuktikan.

(15)

◦ Isi Pasal 1365 KUHPerdata bila dikaji:

 Perbuatan melawan hukum.  Kesalahan.

 Kerugian

 Hubungan Kausal (sebab akibat)

◦ membuktikan kesalahan adalah upaya yang paling sulit. Bagaimana agar beban konsumen diperingan?.

◦ Oleh karena itu unsur kesalahan yang tadinya dibebankan kepada konsumen dialihkan atau dibebankan kepada produsen yang harus

membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Ketiga unsur lainnya tetap berada pada konsumen.

 Ini yang disebut rezim baru yaitu No fault liability di mana dalam product liability penggugat/konsumen tidak perlu membuktikan

kesalahan produsen, melainkan produsen yang harus membuktikan bahwa dia tidak bersalah.

(16)

• Kesimpulan:

Fault: Penggugat membuktikan.

No fault liability: Penggugat tidak perlu membuktikan.

• Strict liability disebut pula No Fault Liability.

• Di Indonesia terdapat Vicaroius liability, yaitu perbuatan melawan hukum yang berada dalam tanggungjawab majikan terhadap

pekerjaan buruhnya (Pasal 1367 KUHPerdata).

– Building Owner Liability: pemilik gedung.

– Pete’s master Liability: pemilik binatang peliharaan yang bertanggungjawab.

(17)

• Perkembangan/munculnya Prinsip No Fault Liability.

• Proses terjadinya menimbulkan polemik dalam hukum, khususnya terhadap prinsip “Presumption innocence”, di mana harus dibuktikan terlebih dahulu di pengadilan baru dapat dikatakan bersalah.

– Awal mulanya terdapat prinsip RES IPSA LOQUITUR (the things speak for itself), artinya fakta telah bicara sendiri, tidak perlu

dibuktikan lagi. Hal ini sangat berpengaruh dalam perkembangan no fault liability. Misal: sungai telah tercemar (berbusa) dari industri

tersebut.

– Muncul kasus-kasus yang PRIMA FACIE CASE (nyata-nyata tidak

perlu diperdebatkan lagi, kejadian telah berbicara sendiri). Misal makan biskuit langsung mati, fakta telah membuktikannya.

• Prinsip No Fault Liability dipelopori para advokasi/ praktisi konsumen.

(18)

• Hukum Konsumen menurut Mochtar Kusumaatmaja adalah:

– “ Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan/ atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup.”

• Hukum Perlindungan Konsumen adalah:

– “Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan

melindungi konsumen dalam hubungan dan masalahnya dengan para penyedia barang dan/ atau jasa konsumen”.

• Kesimpulan:

– Hukum konsumen pada pokoknya lebih berperan dalam hubungan dan masalah konsumen yang kondisi para pihaknya berimbang dalam

kedudukan sosial ekonomi, daya saing maupun tingkat pendidikannya. – Hukum Perlindungan Konsumen dibutuhkan apabila kondisi pihak-pihak

yang mengadakan hubungan hukum atau bermasalah itu dalam masyarkat tidak seimbang.

(19)

• Kepentingan Fisik konsumen:

– “kepentingan badani konsumen yang berhubungan dengan keamanan dan keselamatan tubuh dan/ atau jiwa mereka dalam penggunaan

barang atau jasa konsumen. Dalam setiap perolehan barang atau jasa konsumen, barang atau jasa tersebut harus memenuhi kebutuhan hidup dari konsumen tersebut dan memberikan manfaat baginya (tubuh dan jiwanya)”.

• Kepentingan sosial ekonomi konsumen:

– “Setiap konsumen dapat memperoleh hasil optimal dengan penggunaan sumber-sumber ekonomi mereka dalam mendapatkan barang atau jasa kebutuhan hidup mereka. Untuk keperluan itu, tentu saja konsumen harus mendapatkan informasi yang benar dan bertanggungjawab tentang produk konsumen tersebut, yaitu informasi yang informatif tentang segala sesuatu kebutuhan hidup yang diperlukan.

• kepentingan perlindungan hukum:

(20)

• kepentingan perlindungan hukum:

Sampai saat ini masih merupakan

– hambatan bagi konsumen atas perarutan yang diterbitkan bukan tujuan utamanya mengatur dan atau melindungi konsumen.

– Kriteria konsumen dan apa kategori kepentingan konsumen.

– Perilaku dari pelaku bisnis yang canggih, sehingga terhadap perbuatan tersebut undang-undang tidak dapat menjangkaunya.

– Hukum acara yang ada tidak dapat secara mudah dimanfaatkan oleh konsumen yang dirugikan dalam hubungannya dengan penyedia

barang dan/atau jasa.

(21)

Beberapa Praktek Niaga Yang Merugikan Konsumen: • Iklan pancingan (bait and switch ad)

– iklan pancingan adalah iklan yang sebenarnya tidak berniat untuk menjual produk yang ditawarkan tetapi lebih ditujukan pada menarik konsumen ke tempat usaha tersebut. Setelah mereka datang

ditawarkan produk lainnya, karena produk tersebut sudah habis. – Contoh: analogi iklan: Air Asia dsb.

• iklan-klan yang menyesatkan ( mock up ad).

– Iklan jenis ini mengesankan keampuhan suatu barang dengan cara mendomontrasikannya secara berlebihan dan mengarah menyesatkan. Umumnya menggunakan media televisi.

– Contoh: iklan pencukur (shave cream).

• Kunjungan penjual dan kiriman langsung

PRAKTEK NIAGA

(22)

Beberapa Praktek Niaga Yang Merugikan Konsumen: • Kunjungan penjual dan kiriman langsung

– dilakukan dengan kunjungan penjual (salesman calls) yang selain menawarkan juga menjual produk tersebut.

– Praktek niaga kiriman langsung menimbulkan 2 (dua) masalah yaitu: • Apakah ia merupakan bagian dari perjanjian antara pengusaha dan

konsumen atau tidak;

• siapa yang dibebani kewajiban mengembalikan produk konsumen yang dikirim langsung, apabila tidak terjadi kesepakatan untuk mengadakan hubungan hukum mengenai produk itu.

PRAKTEK NIAGA

(23)

Konstruksi hukum: • Perjanjian

• Perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUHPerdata)

Perbandingan:

• Australia: Trade Practises Act 1974/1977 • Unsolicited Goods and Services Act 1971

– Kesimpulan dari 2 (dua) undang-undang di atas, bahwa pengiriman barang atau jasa yang tidak dipesan atau diminta oleh konsumen baik secara tertulis atau lisan merupakan perbuatan melawan hukum.

– Akibatnya tidak dapat meminta pembayaran atas barang tersebut.

PRAKTEK NIAGA

(24)

• Aspek Hukum Privat:

TINJAUAN

ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK

Asas Hukum

Kaidah Hukum

• Asas Kebebasan Berkontrak (Pasal 1338 ayat 1) •Asas Konsensualitas (Pasal 1320 ayat 1).

•Asas Itikad Baik (Pasal 1338 ayat 3)

Hukum Perjanjian

• Perjanjian dengan syarat2 baku (standard contract).

• Lihat Praktik di Inggris

•“ The Unfair Contrcat Terms Act 1977

• Syarat baku dilarang berkaitan dengan: • pengecualian tanggungjawab karena wan prestasi.

• Menghindari Tanggungjawab atas kelaikan • barang.

(25)

TINJAUAN

ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK

Kaidah Hukum LIHAT PERIKATAN

Perjanjian

(26)

Nyonya Donoghue diajak temannya kr restoran milik Minchella, dan di sana ia ditraktir temannya itu dengan sebotol minuman “ginger beer” dan es krim. Botol “ginger beer” itu guram sehingga orang tidak dapat melihat apa yang ada didalamnya. Minchella menuangkan sebagian “ginger beer” ke dalam gelas berisi es krim untuk Nyonya Donoghue dan langsung diminumnya, sedangkan sisanya dituangkan teman Nyonya Donoghue ke gelas kosong lain yang tersedia, dan kini di dalam gelas kosong tersebut terlihat

keong (snail) dalam bentuk terpotong-potong. Milihat barang menjijikan tersebut Nyonya Donoghue shock dan menderita “gastro enteritis”. Atas gangguan kesehatan tubuh dan

kejiwaannya, ia menggugat gantirugi terhadap Stevenson, produsen “ginger beer” itu.

TINJAUAN

ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK

(27)

TINJAUAN

ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK

Perbuatan Melawan Hukum

• House of Lord memutuskan:

•Nyonya Donoghue mempunyai alas hak untuk menggugat Stevenson dan mengabulkan gugatan Nyonya Donoghue.

• Pertimbangan House of Lord

(28)

• Aspek Hukum Publik terdiri atas:

– Hukum Administrasi:

• Peraturan yang berhubungan dengan pembinaan dan pengawasan mutu dan keamanan barang.

• Peraturan yang berhubungan dengan praktik penjualan. • Peraturan yang berhubungan dengan lingkungan hidup.

– Hukum Pidana:

• KUHPidanadan peraturan perundang-undangan diluar KUHPidana.terdiri atas KUHAPidana

• Dapat dijadikan dasar untuk menggugat secara perdata (kasus biskuit beracun).

• Pasal-pasal penting: Pasal 204, 205 KUHPidana: menyangkut barang-barang pada umumnya.

• Pasal 382 bis : persaingan curang.

TINJAUAN

(29)

• Aspek Hukum Publik terdiri atas:

• Pasal 383: penjual menipu pembeli tentang berbagai barang, keadaan, sifat dst.

• Pasal 386: menyangkut khusus barang makanan, minuman dan obat-obatan.

• Pasal 386 ayat 2: barang makanan, minuman dan obat-obatan palsu yaitu yang harga dan guna obat tersebut menjadi berkurang karena telah dicampur dengan bahan-bahan lain.

• Dst.

– Hukum Internasional:

• Yurisdiksi : Hakim mana yang berwenang mengadili gugatan.

• Pilihan hukum: hukum mana yang digunakan dalam memeriksa dan memutus sengketa yang terjadi.

TINJAUAN

Referensi

Dokumen terkait

Apabila terjadi pelanggaran atas hak konsumen Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menetapkan dua cara penyelesaian yaitu melalui pengadilan atau diluar

“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PADA JASA PENGIRIMAN BARANG OLEH PT TIKI INDONESIA DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMER 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN

Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan bahwa klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan

Tanggung jawab hukum produsen sebagai pelaku usaha terhadap konsumen akibat perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian bagi konsumen menurut Undang-Undang Nomor

Tujuan dari peraturan tentang Perlindungan Konsumen dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen terdapat dalam Pasal 3, bahwa tujuan Perlindungan Konsumen adalah untuk

Apabila terjadi pelanggaran atas hak konsumen Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menetapkan dua cara penyelesaian yaitu melalui pengadilan atau diluar

Definisi pelaku usaha berdasarkan Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa : “Pelaku usaha adalah setia orang perorangan atau badan usaha, baik yang

Hak-hak Konsumen Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen, Hak-hak Konsumen adalah: 1 Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau