• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Kelas V Bersertifikasi di Daerah Binaan 2 Kecamatan Parakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Kelas V Bersertifikasi di Daerah Binaan 2 Kecamatan Parakan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Guru dan Sertifikasi

2.1.1. Guru

Menurut Atmaka (2004: 17) pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan baik jasmani maupun rohaninya. Agar tercapai tingkat kedewasaan mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri.

Suparlan mengungkapkan hal yang berbeda tentang pengertian guru. Menurut Suparlan (2008: 12), guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa

dalam semua aspek yaitu spiritual, emosional,

intelektual, dan fisikal. Suparlan (2008: 13) juga menambahkan bahwa secara legal formal, guru sudah memperoleh surat keputusan untuk mengajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa guru telah memperoleh Surat Keputusan (SK) baik dari pihak swasta atau pemerintah untuk menggeluti profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya untuk mengajar dan mendidik.Bisa dikatakan bahwa seorang guru atau pendidik harus memiliki dan menguasai keahliannya sebagai seorang pengajar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(2)

8

2009 Guru adalah pendidik profesional yang memiliki

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Persamaan dari pendapat para ahli tersebut, guru adalah pendidik yang mempunyai tugas memberi

pengetahuan baru pada peserta didik serta

membimbing dan menilai serta mengevaluasi hasilnya dan dapat dipertanggung jawabkan secara didaktis dan metodis. Guru adalah jabatan profesi sehingga seorang guru diharapkan mampu melaksanakan tugasnya secara profesional. Seseorang disebut professional jika sanggup mengerjakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dengan selalu berpegang teguh pada prinsip-prinsip pelayanan prima yang didasarkan pada unsur-unsur ilmu atau teori secara sistematis, kewenangan profesional, pengakuan dari masyarakat, dan kode etik yang regulatif.

Guru sebagai seorang pendidik profesional memiliki tugas utama seperti pada Nomor 14 Tahun

2005. Guru melaksanakan tugasnya dengan

menerapkan norma tertentu yang diperolehnya melalui pendidikan profesi. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 38 tentang Standar Nasional

Pendidikan, pendidik atau guru adalah agen

pembelajaran yang harus memiliki Kualifikasi

(3)

9

akreditasi. Juga harus memiliki empat jenis

kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial, maka kompetensi guru diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi.

2.1.2. Sertifikasi Guru

Certification merupakan kata asal dari sertifikasi yang artinya pengakuan atau diploma secara resmi kompetensi seseorang untuk pengakuan suatu jabatan

yang sudah profesional. Untuk meningkatkan

kompetensi dan kinerja guru pemerintah menyusun kebijakan sertifikasi guru.

Tujuan dan manfaat sertifikasi adalah upaya

untuk mengangkat martabat bangsa melalui

pendidikan dalam menjamin kualitas pendidikan nasional dan untuk meningkatkan mutu pembelajaran secara berkelanjutan, sertifikasi ini khusus untuk membenahi kualitas tenaga pendidik. Direktorat jenderal peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan nasional (2007) menyebutkan bahwa:

Program sertifikasi pendidik bertujuan untuk (1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidik nasional;(2) meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan;(3) meningkatkan martabat guru; (4) meningkatkan profesionalisme guru.

(4)

10

penjaminan mutu tenaga kependidikan dalam rangka

pengembangan kompetensi, pengembangan dan

peningkatan program pelatihan yang lebih bermutu. Dari kutipan Muslich (2007) ada beberapa pasal yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen berkaitan dengan sertifikasi guru sebagai berikut :

a. Pasal 1 butir 11 sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru dan dosen.

b. Pasal 8 guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

c. Pasal 16 Guru yang memiliki sertifikat pendidik memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali dari gaji.

Menurut Mulyasa (2007:33), pengertian sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai tenaga yang professional, sedangkan sertifikasi guru yaitu suatu proses pemberian pengakuan bahwa seorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu setelah lulus uji kompetensi. Jadi dapat dinyatakan bahwa sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang

dirancang untuk mengungkapkan penguasaan

kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian

sertifikat pendidik.

(5)

11

pendidik setelah dinyatakan lulus uji kompetensi. Oleh

karena itu, guru berhak mendapatkan imbalan (reward)

berupa tunjangan profesi dari pemerintah sebesar satu kali gaji pokok.

Dari uraian tersebut kebijakan sertifikasi

memiliki target untuk mengoptimalkan kinerja guru sehingga mampu mendorong peningkatan kualitas lulusan yang akan berdampak baik dalam peningkatan mutu pendidikan nasional. Untuk mengendalikan keberhasilan sertifikasi guru, perlu dilakukan evaluasi kinerja guru secara berkala. Evaluasi ini berguna sebagai kontrol pencapaian tujuan program sertifikasi dengan adanya evaluasi kinerja dapat diketahui kelemahan-kelemahan masing-masing guru sehingga

bisa direncanakan solusi yang terbaik untuk

meningkatkan kinerjanya.

2.2.

Kinerja

2.2.1. Pengertian Kinerja

Kata kinerja merupakan terjemahan dari Bahasa

Inggris, yaitu dari kata performance yang berarti

menampilkan. Pendapat para ahli tentang kinerja cukup beragam. Menurut Sulistyorini dalam Mulyasa (2013) mengemukakan bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan.

Kinerja sangat berkaitan dengan hasil kerja. Menurut Lan (dalam Mulyasa, 2013) kinerja atau

performansi dapat diartikan sebagai prestasi,

(6)

12

keluaran dari suatu proses. Gomes mengatakan kinerja adalah catatan hasil produksi pada fungsi pekerjaan yang spesifik atau aktifitas selama periode tertentu. Pendapat dari Samsudin menyebutkan bahwa kinerja adalah tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang dan unit, atau divisi dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mancapai tujuan organisasi atau perusahaan.

Pendapat Samsudin hampir sama dengan

pendapat Fattah dan Mulyasa yaitu mendefinisikan

kinerja sebagai ungkapan kemampuan dalam

menghasilkan sesuatu atau bisa dikatakan sebagai hasil dari proses dalam melakukan suatu tindakan

kerja. Dari beberapa pendapat tersebut dapat

dinyatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam bahasan ini difokuskan pada kinerja guru mengajar di Sekolah Dasar (SD).

Kemudian menurut Sulistiyani (2003: 223) “Kinerja

seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil

kerjanya”. Hasibuan (2001: 34) mengemukakan kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya yang didasarkan atas

kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Kinerja dapat diartikan sebagai hasil prestasi kerja seseorang berdasarkan kecakapannya/kompetensinya.

(7)

13

jawabnya telah dilaksanakan sesuai ketentuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap bidang pekerjaan memiliki standar kerja yang harus dipenuhi oleh masing-masing karyawan.

Menurut Rivai ( 2004: 309) mengemukakan kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2001). Dari pengertian Mangkunegara ditambahkan bahwa kinerja bukan hanya dilihat sebagai kualitas baik atau buruknya namun juga dilihat dari kuantitas. Yaitu seberapa banyak aspek kerja yang bisa dicapai sesuai tujuan atau target kerja masing-masing karyawan.

2.2.2. Kinerja Guru

(8)

14

Soedjiartie (dalam Tjandralila, 2004) mengatakan ada tiga gugusan kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru yaitu :

1. merencanakan program belajar mengajar

2. melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar

3. penilaian kemampuan proses belajar mengajar, menafsirkan, dan memanfaatkan hasil kemajuan belajar mengajar dan informasi lainya untuk menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya.

Tiga kecakapan tersebut akan mendukung guru

dalam menjalankan proses pembelajaran yang

merupakan peran guru sebagai seorang pendidik profesional. Menurut Miarso yang dikutip dalam Siregar (2011: 12) pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja dengan tujuan yang telah

ditetapkan sebelum proses dilaksanakan serta

pelaksanaanya terkendali. Pembelajaran adalah suatu proses sehingga terdapat komponen-komponen yang saling terkait di dalamnya yang mencakup pendidik, peserta didik, kurikulum, strategi pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan lain-lain (Djamarah, 2010: 325). Hubungan antar komponen-komponen tersebut salah satunya akan membentuk proses pembelajaran.

Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses yang berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses meliputi proses perencanaan proses

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,

(9)

15

proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Berikut penjelasan detail proses pembelajaran:

1. Perencanaan Proses Pembelajaran

Bintoro Tjokroaminoto mendefinisikan

perencanaan sebagai proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. SP Siagian juga mendefinisikan perencanaan sebagai proses, yaitu keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang mengenai hal-hal yang akan dikerjakan di masa akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Dalam konteks pembelajaran, perencanaan proses pembelajaran adalah proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajar- an, menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran serta penilaian dalam suatu alokasi waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Berdasarkan Permendiknas Nomor 41

Tahun 2007 tentang standar proses untuk, berikut prisnsip dasar dalam menyusun perenca- naan pembelajaran :

a. Memperhatiakan perbedaan individu peserta didik, b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik, c. Mengembangkan budaya membeca dan menulis, d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut, e. keterkaitan dan keterpaduan, f. menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

(10)

16

output pendidikan. Oleh karena itu pelaksanaan proses pembelajaran harus dilaksanakan secara tepat, ideal, dan proporsional. Dengan demikian guru harus mampu mengimplementasikan teori yang berkaitan dengan teori pembelajaran ke dalam realitas pembelajaran yang sebenarnya.

Menurut Roy R Lefrancois yang dikutip oleh Djiwandon (1989) menyatakan bahwa pelaksana- an pembelajaran adalah pelaksanaan strategi-strategi yang telah dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembe- lajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

3. Penilaian Hasil Pembelajaran

Penilaian merupakan proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Dalam

proses pembelajaran, penilaian memegang

peranan yang penting salah satunya untuk

mengetahui ketercapaian pelaksanaan

pembelajaran yang dilakukan. Seperti yang diungkapkan oleh Gronlund (dalam Sudjana

2010), bahwa penilaian dilakukan untuk

menentukan sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Purwanto (2002: 5) penilaian hasil pembelajaran mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

(11)

17

bimbingan konseling. (d) Alat untuk keperluan pengembangan dan perbaikan.

Selain itu penilian hasil belajar didasarkan pada beberapa prinsip yaitu :

(a)penilaian mencerminkan didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. (b) penilaian berdasarkan prosedur dan kriteria yang jelas. (c) penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik. (d) penilaian tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. (e) terbuka. (f) penilaian dilakukan secara berencana dan sistematis. (g) penilaian didasarkan pada pencapaian kompetensi yang ditetapkan. (h) akuntabel.

Kinerja mengajar guru baik jika guru telah melakukan unsur-unsur tugas utama guru tersebut dengan kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada

tugasnya dalam mengajar. Mengembangkan dan

menguasai bahan pelajaran, disiplin, dan kreativitas dalam melaksanakan tugasnya. Teori dasar yang digunakan sebagai landasan tentang kinerja guru menurut T.R. Mithcell (dalam Mangkunegara, 2000) yaitu:

Human Performance = Ability + Motivation Motivation = Attitude + Situation Ability = Knowledge + Skill

(12)

18

a. Faktor Kemampuan (Ability)

Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan

reality (knowledge + skill). Yang artinya

seseorang dengan pendidikan yang memadai

dan keterampilan dalam mengerjakan

pekerjaanya akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

b. Faktor Motivasi

Motivasi diartikan sebagai suatu sikap

pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja di lingkungan organisasinya.

Dari uraian tentang faktor yang mempengaruhi kinerja guru, motivasi kerja juga memiliki peran penting dalam optimalisasi kinerja selain kemampuan potensi diri. Seseorang dengan kemampuan (IQ) yang tinggi belum tentu memiliki kinerja yang baik apabila tidak didukung dengan adanya motivasi kerja yang positif. Maka dari itu lingkungan kerja dan hubungan kerja perlu diperhatikan utuk meningkatkan kinerja guru.

2.3.

Evaluasi Kinerja

2.3.1. Evaluasi

Evaluasi erat kaitanya dengan pengukuran, dan penilaian. Pengukuran didevinisikan sebagai proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris yang digunakan untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan (Purwanti,

2008:7). Sridadi (2007:15) menyatakan bahwa

pengukuran adalah suatu proses yang dilakukan

secara sistematis untuk memperoleh besaran

kuantitatif dari suatu obyek tertentu dengan

(13)

19

tersebut dapat dinyatakan bahwa esensi pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang suatu karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu. Dimana fakta/gejala/peristiwa yang diamati bisa dikuantitatifkan/diangkakan sesuai dengan standar ukuran suatu objek yang telah

ditentukan. Dalam bidang pendidikan misalnya,

pengawas sekolah menaksir prestasi kerja guru dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan guru, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang

mereka katakan. Untuk kemudian semua yang diamati

dikuantitatifkan dalam angka yang sesuai dengan standar.

Sedangkan penilaian adalah kegiatan

menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran

(Merpadi,1999:8). Bisa dikatakan bahwa setelah

dilakukan pengukuran, hasil pengukuran tersebut ditafsirkan dengan ukuran kualitatif sesuai kriteria atau aturan tertentu, misalnya dalam ukuran baik atau buruk.

Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan penilaian, pengukuran, maupun tes. Evaluasi adalah

kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang

berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan

pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek

dengan menggunakan instrumen dan hasilnya

dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh simpulan (Yunanda, 2009). Menurut Stufflebeam dan Shinkfield (dalam Widoyoko, 2009) bahwa evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang

dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk

menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari

(14)

20

untuk membentuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Peryataan Arikunto, Yunanda, dan Shinkfield tentang definisi evaluasi memiliki kesamaan. Mereka mendefinisikan evaluasi sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam mengungkapkan keadaan atau menentukan keputusan tertentu. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi

pihak decision maker untuk mempuat kesimpulan atau

menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

Dari kajian tentang pengukuran, penilaian, dan

evaluasi dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pengukuran, penilaian dan evaluasi adalah kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya kegiatan tersebut tidak

dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam

pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan atau bisa digambarkan sebagai berikut (Purwanti,2008) :

Gambar 2.1. Evaluasi, Penilaian, dan Pengukuran

Pada prinsipnya evaluasi pendidikan dapat dikelompokkan ke dalam tiga cakupan penting, yaitu evaluasi kinerja, evaluasi program, dan evaluasi sistem (Sukardi, 2008: 5). Dalam penelitian ini dilakukan

Evaluasi

Penilaian

(15)

21

evaluasi kinerja. Evaluasi kinerja atau penilaian prestasi karyawan yang dikemukakan Mengginson (dalam Mangkunegara, 2001) adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. Selanjutnya Sikula yang dikutip (dalam Mangkunegara, 2001) mengemukakan bahwa penilaian pegawai merupakan evaluasi sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dikembangkan. Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi. Pelatihan kerja secara tepat dan tanggung jawab kepada karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan lebih baik dimasa yang akan datang dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan atau penentuan imbalan.

Ada tiga elemen penting dalam evaluasi yaitu (1) kriteria/pembanding yaitu merupakan ciri ideal dari situasi yang diinginkan yang dapat dirumuskan melalui

tujuan operasional, (2) bukti/kejadian adalah

kenyataan yang ada yang diperoleh dari hasil

penelitian, dan (3) penilaian (judgement) yang dibentuk

dengan membandingkan kriteria dengan kejadian (Sutjipta, 2009). Dalam evaluasi kinerja elemen tersebut dinyatakan dalam bentuk instrumen penelitian yang akan membantu pemimpin untuk menyimpulkan dan membuat keputusan.

(16)

22

1. Fokusnya adalah membina kekuatan untuk menyelesaikan setiap persoalan yang timbul dalam pelaksanaan evaluasi kinerja

2. Selalu didasarkan atas suatu pertemuan pendapat atau hasil diskusi.

3. Suatu proses manajemen yang alami/natural, jangan merasa dan menimbulkan kesan yang terpaksa.

Dari prinsip dan elemen penting tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan evalusi kinerja perlu dilakukan perencanaan evalusi secara baik dengan instrument penilaian yang jelas yang disetujui oleh kedua belah pihak, didasari oleh permasalahan yang nyata, dan pengambilan keputusan dilakukan dengan diskusi hasil evaluasi.

Menurut Mangkunegara (2005: 11) kegunaan dari evaluasi kinerja kerja sebagai berikut:

1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. 2. Untuk mengukur sejauh mana karyawan dapat

menyelesaikan pekerjaanya.

3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi evektifitas seluruh kegiatan dalam organisasi/perusahaan. 4. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja

karyawan shingga tercapai performance yang baik.

5. Sebagai alat untuk dapat melihat kekurangan atau kelemahan dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.

6. Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan kecakapan karyawan.

2.3.2. Evaluasi Kinerja Mengajar Guru

(17)

23

kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru yaitu :

1. merencanakan program belajar mengajar

2. melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar

3. penilaian kemampuan proses belajar mengajar, menafsirkan, dan memanfaatkan hasil kemajuan belajar mengajar dan informasi lainya untuk menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya.

Dari gugusan tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja guru adalah suatu proses penilaian yang dilakukan oleh pimpinan terhadap kegiatan mengajar seorang guru di kelas, dalam proses merencanakan kegiatan belajar mengajar, mengelola kegiatan belajar mengajar, dan menilai kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.

Kegiatan evaluasi kinerja mengajar guru penting dilakukan untuk mengetaui apakah seorang guru telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan standar yang berlaku yaitu standar proses dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Terutama

bagi guru yang telah mendapatkan tunjangan

sertifikasi. Dengan kegiatan evaluasi diharapkan bisa

diketahui bagaimana kinerja guru yang telah

bersertifikasi dan apakah tunjangan profesi yang diberikan kepadanya mampu memberikan dampak dalam peningkatkan kinerja seorang guru.

Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk

memperbaiki atau meningkatkan kinerja suatu

organisasi melalui peningkatan kinerja dari

(18)

24

(a)Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan. (b)mengukur sejauh mana seorang karyawan dapat menyelesakan pekerjaanya (c) sebagai alat untuk melihat kekurangan atau kelemahan karyawan (d) sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan

Dari penjelasan tersebut dinyatakan bahwa

dengan evaluasi kinerja seorang atasan bisa

mengetahui kekurangan dan kelemahan dari seorang karyawan, dalam penelitian ini adalah guru. Setelah mengetahui kelemahan itu atasan bisa merumuskan

tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk

memperbaiki kinerja karyawannya. Jadi evaluasi kinerja mengajar guru bisa digunakan sebagai sarana untuk memperbaiki mereka yang tidak melakukan tugasnya sesuai standar ketentuan.

Penilaian erat kaitannya dengan evaluasi. Secara umum orang mengidentikkan kegiatan evaluasi dengan kegiatan pengukuran dan penilaian. Penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya kegiatan tersebut tidak dapat dipisahkan satu

sama lain dan dalam pelaksanaannya harus

dilaksanakan secara berurutan. Penilaian adalah penerapan beberapa cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana ketercapaian suatu tujuan. Sedangkan evaluasi bisa dikatakan sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang didapat dari proses penilaian yang sangat dibutuhkan untuk mebuat alternatif-alternatif keputusan. Jadi penilaian adalah satu kegiatan di dalam proses evaluasi.

Ada beberapa program penilaian yang dilakukan untuk mengevaluasi kinerja guru. Salah satu program

(19)

25

kompetensi guru adalah PKG (Penilaian Kinerja Guru). PKG ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan penguasaan kompetensi guru dan mengembangkan kinerja keprofesiannya. Dengan adanya PKG fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional guru dapat dilaksanakan sesuai aturan yang berlaku sehingga terjamin proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan. Dari hasil PKG ini akan diketahui kelemahan dan kekurangan guru dalam melaksanakan tugas profesinya, kemudian dari hasil tersebut dapat dirumuskan kegiatan pelatihan dan

bimbingan yang dibutuhkan oleh guru untuk

mengoptimalkan kinerja.

Selain itu di negara-negara lain juga menerapkan sistem penilaian kinerja guru salah satunya adalah

TGTCFS (The General Theaching Council For Scotland)

yang berisi standar-standar yang harus dimiliki oleh

pengajar di Scotlandia. Di Amerika terdapat National

Board for Professional Teaching Standards yang berisi standar yang harus dimiliki guru sebagai tenaga profesional. Sistem ini berkonsep sama dengan PKG yang ada di Indonesia yaitu menyusun standar-standar

kinerja seorang guru atau job description dari seorang

guru untuk kemudian dijadikan acuan melakukan penilain kinerja. Penilaian kinerja dengan standar yang telah ditentukan dapat diketahui berapa banyak standar yang telah dipenuhi oleh guru dan dapat diketahui standar-standar yang menjadi kelemahan kinerja guru.

2.4.

Penelitian yang Relevan

(20)

26

metode deskriptif untuk memaparkan hasil penelitian-nya. Masturiyah dengan instrumen penelitian berupa kuesioner dan angket observasi menemukan bahwa kinerja mengajar guru-guru bersertifikasi di daerah binaan 3 Kecamatan Kranggan berada pada kategori cukup baik dilihat dari perencanaan pembelajaran, yaitu RPP yang dibuat oleh guru serta kelengkapan administrasi untuk evaluasi. Kinerja mengajar guru dari segi pelaksanaan, langkah pembelajaran, dan pengelolaan kelas berada pada kategori baik. Sedang-kan kinerja mengajar guru dilihat dari cara guru memberikan evaluasi hasil belajar siswa masuk pada kategori cukup.

Yari (2011) dalam jurnal nasional yang berjudul Perbedaan Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Perolehan Sertifikat Pendidik dan Latar Belakang Pendidikan menemukan bahwa tidak ada perbedaan kinerja mengajar yang signifikan antara guru yang telah bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi. Ini didukung dengan adanya penelitian Darmini (2012) dalam judul Persepsi Guru Non Sertifikasi terhadap Etos Kerja dan Kinerja Mengajar

Guru Sekolah Dasar Bersertifikasi Kecamatan

Kandangan menemukan bahwa kinerja guru yang bersertifikasi belum memenuhi kriteria baik, dimana kinerjanya tidak jauh berbeda dengan kinerja mengajar guru non sertifikasi di Gugus Cengkeh Kecamatan Kandangan.

Trisnawati (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kinerja Guru Bersertifikasi pada Sekolah Dasar Negeri dalam Menyusun RPP se

Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang

menemukan bahwa 57% guru di Kecamatan

(21)

27

ketentuan yang berlaku. Dalam jurnal pendidikan yang ditulis oleh Pasaribu (2012) ditemukan bahwa ada perbedaan kinerja guru mengajar antara guru yang bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi di Kecamatan Garoga, Tapanuli Utara. Namun dalam jurnal yang ditulis oleh Fitriani (2014) dengan judul Uji

Beda Kinerja dan Kompetensi Antara Guru

Bersertifikasi dan Guru Belum Bersertifikasi di SMPN 02 Pacangan Jepara mengemukakan bahwa sertifikasi guru tidak memiliki dampak signifikan terhadap peningkatan kinerja dan kompetensi guru.

Dalam Education Policy Analysis Archives Journal

Vol. 12 Vandevoort (2004) menemukan bahwa murid

yang diajar oleh guru yang telah tersertifikasi The

National Board for Professional Teaching Standards

(NBPTS) mendapatkan nilai yang lebih tinggi dalam ujian akhir dibandingkan dengan siswa yang diajar oleh guru biasa. Namun ini berbeda dengan penelitian

Sanders (2005) yang berjudul Comparison of the Effects

of NBPTS Certified Teachers with Other Teachers on the Rate Of Student Academic Progress menemukan bahwa murid yang diajar oleh guru yang memiliki sertifikat

The National Board for Professional Teaching

mendapatkan nilai ujian yang rata-rata sama dengan murid yang diajar oleh guru biasa.

Dalam Analysis On The Difference Between The

(22)

28

dibanding guru yang belum bersertifikasi dari hasil observasi mengajar.

Dalam jurnal-jurnal penelitian tersebut evaluasi atau penilaian kinerja guru pasca sertifikasi dilihat dari capaian nilai peserta didik dalam ujian sekolah maupun ujian nasional. Penelitian-penelitian tersebut juga menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis data statistik. Dalam penelitian ini kinerja guru akan dievaluasi dari proses guru melakukan pembelajaran di kelas dengan metode kombinasi yaitu mengkombinasikan metode kualitatif dan kuantitatif.

2.5.

Kerangka Pikir

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Guru yang telah bersertifikasi dituntut untuk memiliki kinerja yang optimal dan memiliki etos kerja yang baik. Untuk mengetahui kinerja guru-guru yang telah bersertifikasi perlu dilakukan evaluasi kinerja.

Secara konseptual, ada tiga kemampuan yang harus dikuasai seorang guru, yaitu: merencanakan, melaksanakan, dan memimpin proses belajar mengajar, menilai dan mengevaluasi kemajuan proses belajar mengajar. Maka dari itu akan dilakukan evaluasi kinerja guru mengajar pada tiga tahapan tersebut.

Merencanakan Melaksanakan Menilai Hasil

EVALUASI

Gambar

Gambar 2.1. Evaluasi, Penilaian, dan Pengukuran
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini dan pentingnya kinerja mengajar guru IPS sebagai komponen utama dalam kegiatan belajar mengajar IPS, maka kepada peneliti

Tesis dengan judul “Hubungan Kepuasan Kerja, Kemampuan Me- nyusun RPP dengan Kinerja Mengajar Guru SD Ber- sertifikasi UPT Dindikbud Petungkriyono” ini dapat

Ada hubungan yang signifikan dengan arah positif antara kemampuan menyusun RPP dengan kinerja mengajar guru SD Bersertifikasi di UPT Dindikbud Petungkriyono,

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pascasarjana Universitas Kristen Satya

Pendapat lain dikemukakan oleh beberapa guru yang belum sertifikasi, bahwa tak ada perubahan yang signifikan dari guru yang telah sertifikasi dibanding sebelum

Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah Menengah Pertama Sekecamatan Nggaha Ori Angu Kabupaten Sumba Timur.. Program Pascasarjana Magister Manajemen

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: mengevaluasi kinerja mengajar guru di Madrasah Itidaiyah (MI) seluruh kecamatan Sidorejo kota Salatiga. Jenis penelitian

Hasil penelitian evaluasi kinerja guru bersertifikasi di SMA Negeri 1 Waingapu menunjukkan bahwa pada domain Perencanaan dan Persiapan Pembelajaran 4 orang guru