• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara intensitas pemakaian handphone dengan motivasi belajar siswa remaja - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara intensitas pemakaian handphone dengan motivasi belajar siswa remaja - USD Repository"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PEMAKAIAN HANDPHONE

DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA REMAJA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Yesica Setiara Siregar

069114024

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

I can get pressures at times

But I am strong and I'm gonna try again Time to try and Never give up forever Because I konow that

Jesus always besides me and blesses me everyday

Penelitian ini aku persembahkan untuk :

Yesus Kristus yang selalu menyertaiku

Mama dan Papa yang selalu percaya padaku

Adik-adikku (Julius, Daniel, dan Yabes) yang selalu menyayangiku

(5)

v

Pernyataan Keaslian Karya

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 14 Desember 2011

Penulis

(6)

vi

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PEMAKAIAN HANDPHONE

DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA REMAJA

Yesica Setiara Siregar

ABSTRAK

Penelitian ini termasuk penelitian korelasional yang bertujuan untuk menguji hubungan antara intensitas pemakaian handphone dengan motivasi belajar siswa remaja.. Hipotesis yang

diajukan adalah ada hubungan antara intensitas pemakaian handphone dengan motivasi belajar

siswa remaja. Subjek dalam penelitian ini adalah anggota Persekutuan Remaja Gekisia Argamakmur sebanyak 45 orang. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa skala yang terdiri

dari 38 item skala motivasi belajar dengan reliabilitas sebesar 0.950 dan 18 item skala intensitas pemakaian handphone dengan reliabilitas sebesar 0.877. Proses pengambilan data menggunakan

model try out terpakai karena subjek yang terbatas sehingga pengambilan data hanya dilakukan

satu kali. Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data adalah Pearson Product Moment. Hasil penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang signifikan antara intensitas

pemakaian handphone dengan motivasi belajar. Ditunjukkan dengan hasil r = -0.521 pada taraf

signifikasi 1% (p< 0.01). Artinya, semakin tinggi tingkat intensitas pemakaian handphone yang

dimiliki maka semakin tinggi pula motivasi belajar yang mereka miliki. Sebaliknya semakin rendah intensitas pemakaian handphone anggota maka semakin rendah pula motivasi belajar

mereka.

(7)

vii

RELATIONSHIP BETWEEN INTENSITY OF USING MOBILE PHONE WITH LEARNING MOTIVATION OF STUDENTS

Yesica Setiara Siregar

ABSTRACT

This research was a corelational research which was aimed to investigate the relation between the intensity of using mobile phone with the learning motivation of students. The hypothesis that there is a relation between the intensity of using mobile phone with learning motivation of students. The Subjects of this research were the member of Argamakmur partnership which were 45 people,. The tools to collect this data were scale consisted of 38 items of learing motivation scale with reliability coefficients 0,950, and 18 item of mobile phone using intensity scale with coefficient 0,877. The statistic method used was Pearson product Moment. It was shown with r =-0,521with the significancy level of 1% (p<0,01). The meaning was the higher of the mobile phone of using intensity of students, means the higher also their learning motivation on the other hand the ,lower of the mobile phone using intensity of the students, means the lower also their learning motivation.

(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Yesica Setiara Siregar

Nomor Mahasiswa : 069114024

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Hubungan Antara Intensitas Pemakaian Handphone Dengan Motivasi Belajar Siswa Remaja

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta,

Pada tanggal 14 Desember 2011

Yang menyatakan,

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih karunia dan

penyertaannya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Hubungan Antara Intensitas Pemakaian Handphone (Handphone) Dengan

Motivasi Belajar Siswa Remaja” sebagai syarat untuk menyelesaikan studi S1

saya pada jurusan Psikologi Universitas Sanata Dharma .

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan dukungan dan

bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Titik Kristiani S.Psi., M.Psi., selaku Kaprodi Psikologi Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak P.Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing

Skripsi yang telah meluangkan waktunya dan dengan penuh kesabaran

telah memberi nasihat serta kritikan kepada penulis dalam meyelesaikan

skripsi ini sehingga dapat terselesaikan.

4. Bapak Edison Siregar, S.Sos dan Ibu Asima Siahaan, B.A, Orangtua

Penulis terima kasih untuk untuk semua kepercayaan yang diberikan dan

dukungan yang tulus ikhlas, kesabaran dan cinta kasih kalian.

5. Adik-adikku yang sangat kusayangi Julius, Daniel, Yabes terimakasih

(10)

x

6. Bapak Agung Santoso, S.Psi, MA. selaku dosen penguji I yang telah

bersedia memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak C. Siswa Widyatmoko, S.Psi, M.Si. selaku dosen penguji II yang

telah bersedia memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

8. Bapak Drs. H. Wahyudi, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

9. Segenap staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

khususnya Ibu Tanti, Ibu Susan, Ibu Siwi, Ibu Titik, Ibu Dewa, Ibu Lusi,

Ibu Nimas, Ibu Ari, Mbak Etta, Bapak Cahya, Bapak Agung, Bapak

Minto, Bapak Priyo, Bapak Heri, Bapak Didik, Bapak Adi yang telah

memberikan segala pengetahuan tentang dunia psikologi yang sangat

bermanfaat dan menarik.

10.Segenap karyawan Fakultas Psikologi; Mbak Nani, Mas Gandung, dan

Pak Gi di sekretariat Fakultas Psikologi, Mas Mudji di Laboratorium

Fakultas Psikologi dan Mas Doni di ruang baca Fakultas Psikologi yang

telah memperlancar dan membantu proses kuliah saya selama ini.

11.Sahabat-sahabatku tersayang Lita, Ratri, Nita menyenangkan bersama

kalian, merindukan kenangan bersama-sama saat kuliah.

12.Teman-teman angkatan 2006, semoga semua kenangan dan kebersamaan

kita tetap terjalin dan menjadi kenangan indah bagi kita.

13.Anak-anak Kost Gratia, khususnya Kak Rini menyenangkan setahun

bersamamu, Stepy terimakasih sudah menjadi adik yang baik ( lestarikan

musik korea, he..), Ester terimakasih selalu untuk pinjaman motornya, Tia

(11)

xi

14.Teman-teman Persekutuan Remaja Gekisia Argamakmur, terima kasih

untuk bantuannya.

15.Kepada semua pihak yang telah membantu dan teman-teman yang tidak

dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas kehadirannya dalam

hidupku dan atas segala dukungan yang telah diberikan.

Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini

terdapat berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan kritik serta saran sehingga

skripsi ini dapat berguna bagi ilmu psikologi.

Yogyakarta, 14 Desember 2011

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR SKEMA ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

(13)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Pengertian Motivasi ... 8

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 10

2. Aspek-aspek Motivasi Belajar ... 11

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 14

B. Intensitas pemakaian Handphone... 16

1. Pengertian Intensitas pemakaian Handphone ... 16

2. Aspek-aspek Intensitas pemakaian Handphone ... 18

3. Deskripsi singkat Handphone ... 18

4. Pengaruh dan Penyalahgunaan Handphone ... 21

C. Remaja ... 21

1. Perkembangan Fisik ... 22

2. Perkembangan Emosional ... 22

3. Perkembangan Kognitif ... 23

4. Perkembangan Sosial ... 24

D. Dinamika Hubungan Antara Intensitas Pemakaian Handphone Dengan Motivasi Belajar ... 26

E. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 30

(14)

xiv

1. Motivasi Belajar ... 31

2. Intensitas Pemakaian Handphone... 32

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 32

E. Subjek Penelitian ... 38

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data ... 38

1. Validitas ... 38

2. Seleksi Item ... 39

3. Reliabilitas ... 43

G. Pengambilan Data ... 44

H. Metode Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Persiapan Penelitian ... 45

B. Pelaksanaan Penelitian ... 45

C. Deskripsi Subjek Penelitian ... 46

D. Deskripsi Data Penelitian ... 46

E. Analisis Data Penelitian ... 49

F. Pembahasan... 52

BAB V PENUTUP ... 55

A. Kesimpulan ... 55

(15)

xv

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel Spesifikasi Item Motivasi Belajar Sebelum Uji Coba ... 34

Tabel 2 Tabel Spesifikasi Item Intensitas Pemakaian Handphone Sebelum Uji Coba ... 36

Tabel 3 Hasil Analisis Item Skala Motivasi Belajar ... 40

Tabel 4 Hasil Analisis Item Skala Intensitas Pemakaian Handphone ... 41

Tabel 5 Tabel Spesifikasi Item Motivasi Belajar Setelah Uji Coba ... 42

Tabel 6 Tabel Spesifikasi Item Intensitas Pemakaian Handphone Setelah Uji Coba ... 42

Tabel 7 Gambaran Subjek Penelitian ... 46

Tabel 8 Deskripsi Statistik Data Empiris ... 47

Tabel 9 Mean Teoritis, Mean Empiris, Dan Standar Deviasi ... 48

Tabel 10 Hasil Uji Normalitas... 49

Tabel 11 Hasil Uji Linieritas ... 50

(17)

xvii

DAFTAR SKEMA

Skema Hubungan Antara Intensitas Pemakaian Handphone Dengan

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Try Out Dan Penelitian ... 61

Lampiran 2 Data Hasil Try Out Dan Data Hasil Penelitian ... 78

Lampiran 3 Analisis Item (Korelasi Item Total) ... 91

Lampiran 4 Uji Asumsi (Uji Normalitas Dan Uji Linearitas) ... 97

Lampiran 5 Uji Hipotesis ... 99

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan tugas utama para siswa namun seringkali tidak

dilakukan dengan baik. Hal ini tampak dari adanya siswa yang malas, tidak

bersemangat, belajar harus diawasi, takut pada guru, kurang tekun, tidak senang

pada mata pelajaran tertentu, sering bolos sekolah dan ada siswa yang cepat

lelah.Motivasi merupakan jantungnya proses belajar oleh karena motivasi begitu

penting dalam proses pembelajaran, maka tugas guru yang pertama dan terpenting

adalah membangkitkan atau membangun motivasi siswa terhadap apa yang akan

dipelajari oleh siswa. Siswa yang bermotivasi dalam pembelajaran akan

menunjukan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran. Dengan

demikian tinggi rendahnya motivasi belajar siswa mempengaruhi semangat dan

hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dalam belajar

akan mencapai hasil belajar yang baik, sedangkan jika siswa yang memiliki

motivasi belajar rendah dalam belajar maka hasil belajar siswa kurang baik.

Motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri

manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan

tingkahlakunya (Handoko, 1992). Setiap manusia memiliki motivasi yang

melatarbelakangi berbagai macam tingkah laku dalam kehidupannya. Di antara

sekian banyak motivasi yang melatarbelakangi tingkahlaku manusia, pada

(20)

Motivasi ada pada setiap manusia, dengan memiliki motivasi, individu melakukan

banyak kegiatan untuk mencukupi kebutuhannya itu. Siswa pun sebagai individu

yang melakukan kegiatan belajar, sudah pasti dilatarbelakangi oleh motivasi.

Motivasi menjadi daya penggerak bagi siswa dalam menjalani tugas utamanya

sebagai pelajar. Motivasi belajar siswa merupakan hal penting bagi siswa untuk

dapat mencapai hasil yang baik dan berprestasi di sekolah. Namun demikian

dalam masyarakat kita makna belajar tereduksi menjadi hanya berupa aktifitas di

dalam kelas, harus ada buku, guru, dan siswa serta target-target yang harus

dikuasai. Dengan pemahaman ini, maka kata belajar menjadi sangat

membosankan yang dimunculkan bukan motivasi internal, tetapi motivasi

eksternal

Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses

dan output. Input merupakan peserta didik yang akan melaksanakan aktivitas

belajar, proses merupakan kegiatan dari belajar mengajar sedangkan output

merupakan hasil dari proses yang dilaksanakan. Dari pelaksanaan proses

pendidikan tersebut diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang

berkualitas dan berdaya saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era

globalisasi dewasa ini.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu

penekanan dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang Undang

No. 20 Tahun 2003 tentang tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang

(21)

“Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab”.

Anak yang memiliki motivasi belajar tinggi akan mempunyai banyak

energi untuk melakukan kegiatan belajar. Anak dengan motivasi belajar tinggi

memiliki ciri-ciri seperti tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan,

menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja

mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, senang mencari dan

memecahkan soal-soal.

Seiring dengan perkembangan zaman dan era globalisasi saat ini,

kesadaran manusia untuk berpikir maju terlihat dari keinginan masyarakat untuk

memenuhi kebutuhannya. Tingginya aktivitas masyarakat saat ini menyebabkan

masyarakat menuntut cara yang paling mudah dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya yang tidak terbatas, tidak hanya kebutuhan primer (sandang, pangan,

papan) tetapi kebutuhan lain yang berfungsi sebagai pelengkap dalam

kehidupannya misalnya, alat komunikasi seperti Televisi, Radio, Telepon dan

sebagainya.

Masa remaja merupakan masa yang sulit karena usianya masih labil,

dimana siswa perlu penyesuaian dan pendampingan untuk memiliki motivasi yang

(22)

masih labil sehingga siswa mudah terpengaruh dengan godaan-godaan untuk

bermain playstation dan internet-an. Dengan demikian siswa dibimbing agar dapat

meningkatkan kegiatan-kegiatan positif tersebut untuk mengembangkan motivasi

belajar dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak siswa yang tidak memiliki

motivasi untuk belajar maka banyak orangtua yang mengeluhkan hal tersebut.

Komunikasi handphone telah menurunkan minat baca masyarakat. Menurut data

majalah Komputer Aktif (no. 50/26 Maret 2003) berdasarkan survei Siemens

Mobile Lifestyle III menyebutkan bahwa 60 persen remaja usia 15-19 tahun dan

remaja lebih senang mengirim dan membaca SMS daripada membaca buku,

majalah atau koran. Dalam hal ini komunikasi melalui handphone seperti

pengiriman SMS ternyata berdampak buruk untuk menurunkan minat baca siswa.

Jika dilihat dari fungsi handphone, selain untuk menelepon dan menerima

telepon, handphone juga dapat digunakan untuk internet, penunjuk waktu, games,

radio, MP3 (musik), voice dial (alat untuk memanggil perintah melalui suara

untuk menelepon), voice note (perekam suara), SMS, luas bandwith (kekutaan

jaringan sinyal), nada dering, stopwatch, warna layar, kalender, camera digital

dan composer (nada dering sesuai keinginan pengguna). Bahkan sekarang

pengguna handphone bisa mengakses internet dengan mudah. ( Info Komputer,

2009).

Permasalahan timbul sebenarnya bukan dari handphone tersebut di zaman

sekarang ini, akan tetapi kalangan pengguna handphone tersebut yang sulit untuk

diawasi. Sekarang ini anak-anak di bawah umur sudah menggunakan handphone

(23)

khusus untuk kalangan orang tua dan dewasa. Handphone menjadi karya baru

yang begitu cepat perkembangannya, menjadi media komunikasi yang canggih

dan tiada batasan Siswa, (“DIY Dilarang Bawa Handphone Saat Pelajaran

Sekolah”, 2010). Seiring berkembangnya handphone, ternyata ada yang

menggunakan handphone untuk menambah nilai pelajaran sekolah, juga ada yang

justru membuat siswa malas dan sering membuang waktu di depan handphone.

Banyak juga yang menyalahgunakannya untuk bertindak dan bertingkah laku

menyeleweng dari norma-norma baku yang berlaku di masyarakat. Lebih parah

lagi ternyata budaya anak-anak juga semakin cepat pertumbuhannya, dengan ada

aplikasi-aplikasi yang seharusnya hanya boleh dilihat oleh orang dewasa( “semua

orang jadi repot”, 2010).

Remaja sekarang yang dilahirkan dan dijadikan sebagai pelaku-pelaku

kehidupan zaman sekarang. Mereka hidup dengan kondisi sekeliling yang tidak

lepas dari tersedianya perangkat mutakhir yang kemampuan perangkat tersebut

sangat jauh melaju cepat dibandingkan beberapa dekade yang lalu. Banyak hal

yang dapat diperhatikan dari fenomena ini. Misalnya adalah jika dilihat dari segi

pendidikan, beberapa sekolah sering melakukan razia handphone, hal ini juga

didukung dengan permintaan Mendiknas Mohammad Nuh agar para kepala

sekolah di daerah-daerah segera merazia handphone, dan laptop milik para siswa (“Razia Handphone Semua Pelajar Sekarang Juga!”, 2010). Bahkan beberapa

sekolah di Yogyakarta sudah mulai melarang siswa membawa handphone ke

(24)

sinilah dapat dilihat bahwa kemudahan aplikasi handphone, fitur-fitur yang

menggoda remaja menggganggu konsentrasi belajar siswa yaitu motivasi belajar

siswa yang berdampak pada prestasi belajar siswa. Dengan aturan larangan

disiplin pemakaian handphone di sekolah dinilai meningkatkan prestasi belajar

siswa dan meningkatkan semangat belajar siswa terlepas dari gangguan

handphone(“Tiga Siswa SMAN 94, Semanan Dapat Beasiswa”, 2010).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin melihat fenomena maraknya

pemakaian handphone pada anak remaja yang terkait dengan motivasi belajar

siswa.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, rumusan masalah yang ada yaitu apakah ada

hubungan antara intensitas pemakaian handphone dengan motivasi belajar siswa

remaja.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini secara khusus adalah untuk mengetahui

hubungan antara intensitas pemakaian handphone terhadap motivasi belajar siswa

(25)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada ilmu

psikologi, untuk melengkapi perbendaharaan hasil-hasil penelitian terutama

penelitian tentang usia remaja.

2. Manfaat Praktis.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi orangtua dan guru untuk

memberikan informasi tentang gambaran intensitas pemakaian Handphone dan

(26)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Motivasi

Sebelum masuk pada pengertian motivasi belajar, terlebih dahulu harus

mengerti pengertian motif. Menurut Sardiman (2007) kata motif diartikan sebagai

daya upaya yang mendorong seseorang itu berbuat sesuatu. Sedangkan motif

menurut Handoko (1992) yaitu suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan

seseorang berbuat sesuatu atau melakukan tindakan atau bersikap tertentu. Jadi

motif adalah alasan-alasan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu sedangkan

motivasi adalah alasan seseorang untuk mencapai tujuan. Kaitan motif dan

motivasi adalah alasan atau dorongan seseorang untuk mencapai suatu tujuan.

Sebagai contoh Amir membuat kekacauan dan keributan, apa motifnya yaitu

karena Abdul rajin membaca begitu seterusnya mengapa seseorang memiliki

motif dan motivasi tertentu.

Motivasi yaitu suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri

manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah

lakunya (Handoko, 1992). Jadi motivasi belajar siswa adalah tenaga yang

menggerakkan dan mengarahkan aktivitas siswa untuk belajar.

Sementara menurut Hudoyo (1998), motivasi merupakan kekuatan pendorong

yang ada dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk

mencapai suatu tujuan. Motivasi ini sangat berhubungan dengan motif. Bila

(27)

memulai dan mengatur aktivitasnya. Misalnya minat, sikap dan kehendak yang

kesemuanya bergantung kepada individu orang.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi

adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas

dalam rangka memenuhi kebutuhannya demi mencapai suatu tujuan tertentu.

Sedangkan motivasi belajar adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk

melakukan aktivitas-aktivitas belajar dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar

demi mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Hillgard & Russel (dalam

Soemanto, 1998), motivasi dapat diartikan sebagai proses perubahan tenaga dalam

diri seseorang, yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi mencapai

tujuan. Sedangkan menurut Woodworth & Marquis (dalam Abror,1993),

mengatakan bahwa motivasi adalah satu set motif atau kesiapan yang menjadikan

individu cenderung melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu.

Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen

pokok, yaitu menggerakkan, yang berarti menimbulkan kekuatan pada individu,

mengarahkan, yang berarti menyalurkan tingkah laku terhadap sesuatu, menopang

tingkah laku manusia, yakni lingkungan sekitar harus menguatkan (Reinforce)

intensitas, dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu

(28)

1. Pengertian Motivasi Belajar

Seorang siswa akan berhasil dalam belajar, jika dalam dirinya ada

keinginan untuk belajar. Motivasi belajar siswa dalam hal ini meliputi dua hal

(1) mengetahui apa yang akan dipelajari, dan (2) memahami mengapa hal

tersebut patut di pelajari (Sardiman, 2007) Jadi siswa yang tahu apa yang

akan dipelajari dan memahami serta mengerti mengapa hal tertentu perlu di

pelajari adalah siswa yang mempunyai motivasi untuk belajar sehingga

kegiatan belajarnya lancar.

Motivasi belajar siswa adalah suatu nilai dan suatu dorongan untuk

belajar Wlodkowski & Jaynes (2004). Jika siswa tidak memiliki motivasi

belajar maka siswa cenderung kurang giat berusaha, kurang bersemangat,

kurang tekun, mudah putus asa jika mendapatkan kesulitan dan kurang

membaca buku sehinggga untuk memulai kegiatan belajar akhirnya siswa

malas serta terhambat dalam belajarnya.

Menurut Winkel (2004), motivasi belajar adalah keseluruhan daya

penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan

memberikan arah pada kegitan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.

Dari uraian diatas, yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah

keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga anak

(29)

2. Aspek -aspek Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2007) menerangkan bahwa motivasi belajar yang

ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut :

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang

lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan

hambatan, tidak lekas putus asa).

c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin

(tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

d. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa” (peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum, misalnya

masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan

korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan

sebagainya).

e. Lebih senang bekerja mandiri.

f. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,

berulang ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

g. Dapat mempertahankan pendapat (kalau sudah yakin akan sesuatu dan

dipandangnya cukup rasional).

h. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

(30)

Sardiman (2007) membagi motivasi belajar menjadi dua macam, yaitu

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Kedua motivasi belajar ini ada pada

diri subjek dan memberikan arah pada kegiatan subjek.

a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri

siswa sendiri. Motif-motif telah menjadi aktif atau berfungsi tanpa harus

dirangsang dari luar. Dengan kata lain, didalam diri siswa sudah ada

dorongan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh,

seorang yang senang membaca tanpa harus disuruh pasti rajin mencari

buku-buku untuk dibaca. Kalau dilihat dari tujuan kegiatan yang

dilakukan (misalnya:belajar), motivasi intrinsik merupakan keinginan

untuk melakukan kegiatan belajar, karena betul-betul ingin mendapatkan

pengetahuan, nilai, keterampilan yang berguna bagi masa depannya dan

bukan tujuan yang lain.

Oleh karena itu, motivasi intrinsik dapat pula dikatakan sebagai bentuk

motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan

berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan

dengan aktivitas belajarnya.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena ada

rangsangan dari luar. Sebagai contoh seorang itu belajar menjelang ujian

supaya mendapat nilai yang baik sehingga dipuji oleh teman-temannya

(31)

gurunya karena mendapat nilai yang jelek atau tidak bisa menjawab

pertanyaan gurunya. Jadi, yang penting bukan karena ingin mengetahui

sesuatu tetapi hadiah berupa pujian atau karena takut hukuman.

Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk

motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan

berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan

aktivitas belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi ini tetap penting.

Sebab, kemungkinan besar keadaaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan

kemungkinan komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada

yang kurang menarik bagi siswa sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

Sejalan dengan diatas Handoko, (1992) juga membagi motivasi menjadi

dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik

adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa yang berupa kepribadian,

sikap, harapan dan cita-cita yang menjangkau masa depan. Sedangkan

motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari luar, dapat

ditimbulkan oleh beberapa sumber faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan belajar siswa. Sebagai contoh seorang siswa yang giat belajar

karena ingin mendapatkan nilai yang baik.

Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan

tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau

belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar siswa termotivasi untuk

belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai

(32)

ekstrinsik dan menggunakannya dalam rangka menunjang proses interaksi

belajar mengajar di kelas (Djamarah, 2002).

Berdasarkan penjelasan diatas aspek-aspek motivasi belajar dibagi

dalama beberapa aspek yaitu:

a. Keinginan untuk memiliki wawasan yang luas

b. Persistensi pada kegiatan belajar

c. Pengorbanan untuk mencapai tujuan

d. Memiliki aspirasi/harapan

e. Memiliki kualifikasi prestasi/ output

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Imron (1996) berpendapat bahwa ada beberapa unsur yang

mempengaruhi motivasi belajar siswa, yaitu cita-cita siswa, kemampuan

siswa, faktor keluarga, kondisi belajar siswa di lingkungan sekolah. Sejalan

dengan ini, Mubbin (2008) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar siswa menjadi tiga faktor yaitu: faktor Efisiensi belajar, faktor

pendekatan belajar serta faktor internal dan faktor eksternal siswa.

Pengaruh-pengaruh utama dalam motivasi belajar menurut Raymond,

(2004) adalah budaya, keluarga, sekolah dan diri anak itu sendiri.

Masing-masing pengaruh utama tersebut mewakili sebuah sistem. Dengan demikian

pengembangan motivasi belajar adalah ketika ada keselarasan dari keempat

area pengaruh tersebut.

Mengingat banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

(33)

mempengaruhi motivasi belajar siswa kedalam empat bagian besar yaitu:

faktor cita-cita siswa, faktor kemampuan siswa, faktor kondisi belajar siswa di

lingkungan sekolah dan faktor keluarga.

a. Faktor cita-cita siswa

Siswa-siswa yang memiliki cita-cita ingin menjadi guru, dokter, psikolog

akan termotivasi dengan baik dalam belajarnya. Sebab siswa yang

memiliki motivasi intrinsik memiliki kesadaran yang tinggi dalam dirinya

untuk melakukan kegiatan lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan

dengan siswa yang kurang termotivasi dalam belajar. Motivasi dalam

belajar tidak saja merupakan suatu energi yang menggerakan siswa untuk

belajar, tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan aktifitas siswa kepada

tujuan dan cita-cita belajar. Jadi dalam belajar dan mengejar cita-cita yang

telah dipilih, para guru dan orangtua dianjurkan untuk memperlakukan

anak-anak supaya mereka menyadari bahwa cara mengerjakan sesuatu

lebih penting ketimbang hasil atau prestasi akhirnya (Judith, 2004).

b. Kemampuan siswa

Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Inteligensi itu

adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk

menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat

dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak

secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat (Joko,

2006). Jadi inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.

(34)

tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai tingkat

inteligensi yang rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat

inteligensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajarnya. Hal ini

disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan

banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan inteligensi adalah salah

satu faktor diantara faktor yang lain. Jika faktor lain itu bersifat

menghambat atau berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa

gagal dalam belajarnya.

c. Kondisi belajar siswa di lingkungan sekolah

Motivasi belajar siswa sangat ditentukan oleh lingkungannya. Oleh karena

itu siswa akan termotivasi dalam belajar jika lingkungan belajar dapat

memberikan semangat sehingga siswa tertarik untuk belajar. Dalam hal ini

guru harus menyusun lingkungan atau suasana belajar secara bijaksana

sehingga siswa termotivasi untuk belajar.

Para guru dan orangtua harus mengerti dalam menumbuhkan dan

memberi motivasi bagi kegiatan belajar siswa di sekolah dan dirumah sebab

mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan

perkembangan siswa dalam belajar di sekolah.

B. Intensitas Pemakaian Handphone

1. Pengertian Intensitas Pemakaian Handphone

Dalam kamus Psikologi, intensitas adalah kuatnya tingkah laku atau

(35)

kamus Besar Bahasa Indonesia, intensitas adalah keadaan tingkatan atau

ukuran intens (DepDikNas, 2003). Intens disini merupakan sesuatu yang hebat

atau sangat; tinggi; bergelora/penuh semangat;sangat emosional. Tingkatan di

sini menggambarkan seberapa sering handphone dipakai oleh seorang remaja

dalam kurun waktu tertentu, untuk berkomunikasi dengan orang lain, bermain

game, internet dengan suatu layanan tertentu dalam aplikasi handphone itu

sendiri. Pemakaian adalah proses, pembuatan, cara memakai, pemakaian

(DepDikNas, 2003).

Kaloh (Arani, 2010) berpendapat bahwa intensitas merupakan tingkat

keseringan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu yang didasari

rasa senang dengan kegiatan yang dilakukan tersebut. Intensitas kegiatan

seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan perasaan. Perasaan senang

terhadap kegiatan yang akan dilakukan dapat mendorong orang yang

bersangkutan melakukan kegiatan tersebut secara berulang-ulang. Sebaliknya,

orang yang mempunyai perasaan tidak suka terhadap suatu kegiatan akan

jarang melakukan kegiatan yang tidak disukai, seperti halnya mengunakan

Handphone.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa intensitas handphone

(handphone) adalah tingkat kedalaman atau reaksi emosional dan kekuatan

yang mendukung seseorang untuk menggunakan handphone atau bisa disebut

(36)

2. Aspek-aspek Intensitas Pemakaian Handphone

Menurut Fishbein dan Ajzen (Arani, 2010), bahwa intensitas terdiri dari

elemen- elemen yang membentuknya yaitu perilaku yang diulang-ulang,

pemahaman terhadap apa yang dilakukannya, dan batasan waktu. Sehingga

apabila dijabarkan seperti berikut:

a. Perilaku yang diulang-ulang dalam penelitian ini adalah pemakaian

Handphone yaitu menggunakan fitur-fitur yang disediakan.

b. Pemahaman, yaitu mengerti dan paham akan Handphone.

c. Batasan waktu dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan frekuensi

dalam waktu sehari semalam

Dari pengertian intensitas di atas, dapat diambil beberapa aspek dalam

intensitas berhandphone, yaitu:

a. Mengetahui perihal Handphone (Knowing)

b. Pemakaian fasilitas Handphone (Application).

Adanya proses, mengolah dan atau mengutak-atik Handphone, seperti

mengaplikasikan fitur-fitur yang disediakan oleh produk handphone itu

sendiri.

c. Tingkat keseringan/frekuensi individu (Frequency)

3. Deskripsi Singkat Mengenai Handphone

(37)

yang mampu mengirimkan dan menerima sinyal suara. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia disebutkan bahwa telepon genggamadalah telepon mandiri

yang menggunakan baterai, tanpa kabel dan menerima suara melalui sinyal.

Sedangkan, menurut Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Pos dan

Telekomunikasi, Direktorat Standardisasi Pos dan Telekomunikasi, telepon

genggam merupakan alat dan perangkat telekomunikasi yang tidak

menggunakan frekuensi radio.

Apabila dilihat dari fungsi utamanya, handphone merupakan teknologi

komunikasi yang dapat memenuhi kebutuhan manusia sehingga semua urusan

menjadi lancar, nyaman, efisien dan mudah. Lewat komunikasi dengan

Handphone, jarak, tempat dan waktu menjadi tanpa batas sehingga dikatakan

bahwa handphone mampu menghilangkan atau memperpendek jarak.

Media iklan memiliki peran dalam hal mempromosikan produk ini,

dimana saat ini banyak iklan yang menawarkan slogan-slogan tertentu agar

produk mereka mampu bersaing di pasaran. Seperti slogan yang ditampilkan

oleh beberapa merek handphone seperti Sonny Ericsson, Siemens dan Nokia. Siemens memiliki slogan “Keep people in touch, wordwide and the concept of “pocket mobility” gave our designers a great idea”. Demikian halnya dengan slogan yang ditawarkan oleh Sonny Ericsson, yaitu “Soon, people will be

using their mobile phone for surfing, GSM recognized, no frontiers”. Produk Nokia30 memberikan slogan “Connecting people dan nikmati kemudahan

(38)

Ada banyak keuntungan yang ditawarkan ketika kita mengkonsumsi

handphone, antara lain kita menjadi lebih cepat, mandiri dan dinamis. Selain

itu, kita dapat dihubungi dimana dan kapan saja karena sifatnya yang handy

dan mobile. Dengan adanya handphone pun urusan dan masalah pribadi tidak

selalu dapat didengar dan diawasi orang tua atau pihak lainnya. Ketika kita

memiliki handphone, dapat dikatakan bahwa kita tidak ketinggalan zaman

karena kita telah mengikuti tuntutan perkembangan teknologi komunikasi saat

ini. Oleh karena itu, handphone digunakan untuk membangun dan menjaga

image seseorang.

Sedangkan kerugian ketika kita memiliki dan menggunakan handphone

adalah kita menjadi merasa lebih tahu, tidak sabar dan suka memberi perintah.

Di sisi lain, kita pun menjadi kurang berminat untuk melakukan percakapan

secara langsung dan kurang berminat membaca buku. Jika dilihat dari fungsi

handphone saat ini, handphone juga berfungsi untuk mendengarkan musik seperti slogan yang ditampilkan oleh Nokia yaitu “Getarannya bikin yang lain

ikut nge-dance”. Di samping itu, handphone juga berfungsi untuk merekam

video yang tampak pula dalam slogan yang ditawarkan oleh Nokia. Slogan

tersebut berbunyi “Rekaman video 1 jam untuk segala hal yang tak cukup

diabadikan dalam sekejap”. Demikian halnya dengan slogan Sonny Ericsson yang berbunyi “catch the moment”.

Peran handphone dalam kehidupan sehari-hari pun menjadi berbagai

macam, seperti mencari dan memahami pendapat orang lain, mencari-cari

(39)

membangun jaringan aksi dan komunikasi sosial (Lembaga Studi

Realino,“Komunikasi massa (l) tanpa rakyat dan mobilitas handphone, 2005).

4. Pengaruh dan Penyalahgunaan Handphone

Beberapa pengaruh pemakaian dan penyalahgunaan handphone

dikalangan remaja antara lain adalah menggunakan aplikasi internet di

handphone mereka (http://tulisananakkos.wordpress.com/2009)

a. Kurangnya waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas

b. Kurangnya waktu untuk bersosialisasi dan berinteraksi secara langsung

dengan orang lain dan lingkungan

c. Membuat lupa waktu sehingga pola hidup tidak teratur

d. Masyarakat terbiasa melalukan hal-hal dengan praktis, sehingga tidak

termotivasi untuk melakukan hal-hal yang sulit.

e. Pola finansial yang terkesan membuang-buang uang (Pulsa handphone).

C. Remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa. Menurut Santrock (2003), individu dikatakan remaja saat ia sudah

memasuki usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22

tahun. Menurut Hurlock (1994) remaja adalah mereka yang berada pada usia

12-18tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun.

Menurut Stanley Hall (Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang

12-23tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa

(40)

bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang

diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.

Lerner & Hultsch (Santrock,2003) menguraikan perubahan yang terjadi

pada masa remaja yang cukup unik, dimana ciri umum yang menonjol adalah

berlangsungnya perubahan itu sendiri. Perubahan dan perkembangan terjadi

hampir pada semua aspek kehidupan yang meliputi:

1. Perkembangan Fisik

Remaja mulai merasa adanya perbedaan dalam diri mereka. Perubahan

ini paling jelas terlihat ditandai dengan mengerasnya otot tubuh, tinggi dan

berat badan meningkat, bentuk tubuh lebih proporsional, muncul public hair

(rambut pada alat kelamin), dan tumbuh payudara pada remaja putri.

Perubahan biologis yang terjadi karena adanya perubahan hormon-hormon

yang diproduksi, yang memberikan tanda bahwa kemampuan bereproduksi

sudah berfungsi, dan bentuk fisik baru yang mereka dapatkan akan membawa

mereka pada dunia remaja.

2. Perkembangan Emosional

Perubahan hormonal dan fisik yang terjadi pada masa ini mempengaruhi

emosi remaja, dimana mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat.

Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson

(Setiono, www.e-psikologi.com, 2002), menemukan bahwa remaja rata-rata

(41)

“sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk

hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada remaja ini sering

kali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan

sehari-hari di rumah. Meski mood remaja mudah berubah dengan cepat, hal

tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.

Emosi yang menggebu-gebu yang terjadi pada masa ini justru

bermanfaat untuk terus menerus mencari identitas dirinya, dan dengan adanya

emosi tersebut, remaja secara bertahap akan mencari jalannya menuju

kedewasaan. Bagaimana reaksi orang dan lingkungan terhadapnya akan

membuat remaja belajar dari pengalaman untuk mengambil langkah-langkah

yang terbaik (Sarwono, 1989).

Pada masa ini para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam

kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap

pendapat orang lain karena menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi

atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri

mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri

mereka dan merefleksikan anggapan tersebut yang kemudian menjadi citra

dirinya.

3. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif remaja menurut Piaget memasuki perkembangan

operasional formal (formal operation), yang ditandai dengan kemampuan

(42)

puncak pemikiran ini tercapai sepenuhnya di akhir masa remaja, sekitar usia

15-20 tahun. Pada usia ini remaja memantapkan pemikiran operasional formal

dan menggunakannya dengan lebih konsisten (Santrock, 2003). Munculnya

pemikiran operasional formal menjadikan remaja memiliki kemampuan untuk

mengimajinasikan segala kemungkinan yang ada.

Menurut Elkind (Gunarsa, 2004), perkembangan kognitif tidak selalu

mengarah pada hal-hal positif. Salah satu perkembangan kemampuan mental

yang bisa mengganggu fungsi kognitif adalah egosentrisme. Egosentrisme

merupakan suatu perkembangan, dimana seorang remaja memiliki sudut

pandang dan pola pikir yang berorientasi pada diri sendiri. Remaja cenderung

untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan

mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran (Setiono,

www.e-psikologi.com, 2002). Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan

cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya,

sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya

jika ia terlihat unik dan “hebat”.

4. Perkembangan Sosial

Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini

sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak

Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu

bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress)

(43)

Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas

atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James

Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja

yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity

achieved (Santrock, 2003, Monks, dkk, 2000, Muss, 2001). Karakteristik

remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering

menimbulkan masalah pada diri remaja.

Semakin bertambahnya usia, semakin luas interaksi individu dengan

lingkungan, maka semakin kompleks pula tuntutan-tuntutan yang dihadapi.

Remaja bukan lagi dikatakan sebagai anak-anak, oleh karena itu orang tua

maupun lingkungan menuntut remaja untuk menentukan atau memilih satu

peran yang nantinya akan berimbas pada masa depannya, misalnya saja seperti

penentuan jurusan dan minat.

Masalah muncul ketika remaja tidak mau lagi dikatakan sebagai

anak-anak, namun juga belum bisa dikatakan sebagai seorang dewasa. Mereka

belum siap mengambil keputusan yang berdampak jangka panjang untuk masa

depannya, namun di sisi lain ingin membebaskan diri dari orang dewasa (ingin

mandiri). Remaja menjadi bertanya-tanya tentang banyak hal mengenai diri

mereka, peran mereka, dan akan melangkah kemana mereka dikemudian hari.

Kondisi seperti ini memunculkan perasaan dilema. Erikson menyebutnya

dengan identity vs identity confusion atau identitas versus kebingungan

(44)

kepribadian baru yang menarik dan dapat diterima. Remaja yang tidak

berhasil mengatasi krisis identitas ini bingung dan menderita (Santrock, 2003).

Menurut Erikson (Santrock, 2003), remaja tidak sekedar

mempertanyakan siapa dirinya, tapi bagaimana dan dalam konteks/kelompok

apa seseorang bisa menjadi lebih bermakna. Identitas individu tergantung dari

bagaimana orang lain mempertimbangkan dirinya, oleh karena itu seorang

remaja memiliki keinginan untuk diakui, untuk meningkatkan kepercayaan

diri, sekaligus meningkatkan kemandirian.

Hubungan interpersonal dengan peer-group (teman sebaya) akan lebih

intensif pada masa ini. Konformitas atau tekanan kelompok sebaya secara

nyata ataupun tidak nyata akan berpengaruh pada perilaku, karena adanya

adopsi sikap/perilaku dari anggota peer group. Begitu berpengaruhnya teman

sebaya terhadap perkembangan remaja merumuskan dan memperbaiki konsep

dirinya. Apabila konformitas bersifat positif, maka remaja akan mengadopsi

hal-hal yang positif. Sebaliknya, jika konformitas bersifat negatif, maka

remaja dengan mudah terbawa pada perilaku yang kurang baik.

D. Dinamika Hubungan Antara Intensitas Pemakaian Handphone Dengan

Motivasi Belajar

Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah ini mencakup kematangan

mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1994). Pada diri remaja, pengaruh

(45)

menjadi satu-satunya landasan dan tumpuan harapan masa depan siswa. Yang

dimaksudkan motivasi belajar di sini adalah semangat untuk menuntut ilmu dan

meningkatkan prestasi belajar di sekolah, yang harus dimiliki dan dijadikan

pendorong oleh anak-anak sejak masa kecil hingga dewasa.

Menurut Winkel (2004), motivasi belajar adalah keseluruhan daya

penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan

memberikan arah pada kegitan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Jadi dapat

disimpulkan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri

siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan

belajar, sehingga anak tidak hanya belajar namun juga menghargai dan menikmati

belajarnya.

Motivasi belajar yang tinggi pada umumnya mempunyai hasil belajar yang

tinggi pula, karena keterlibatan dan aktivitas yang tinggi dalam belajar. Siswa

yang motivasi belajarnya tinggi akan cenderung meluangkan waktunya untuk

belajar. Semakin optimal peserta didik dalam belajar maka akan mendapatkan

hasil yang maksimal.

Handphone merupakan alat komunikasi yang sekarang hampir digunakan

oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan menggunakan handphone masyarakat

yang terlahir sebagai makhluk sosial merupakan salah satu cara untuk memenuhi

kebutuhan komunikasi serta sosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat.

Banyaknya daya tarik yang ditwarkan handphone serta kepraktisan pemakaiannya

(46)

dalam kehidupan sehari-hari. Intensitas pemakaian handphone terkadang

(47)

Skema 1.

Skema Hubungan Antara Intensitas Pemakaian Handphone Dengan Motivasi Belajar

E. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan negatif antara intensitas pemakaian handphone dengan

(48)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional. Disebut

penelitian korelasional karena dalam penelitian ini dibahas hubungan variabel

yang satu dengan variabel yang lain, yaitu untuk mengetahui hubungan yang

signifikan antara intensitas pemakaian handphone dengan motivasi belajar siswa.

Peneliti ingin melihat kebenaran dari kesimpulan logika tersebut. Hal tersebut

berdasar pada tujuan penelitian korelasional, yaitu untuk menentukan hubungan

antara variabel atau menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi

yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Koefisien korelasi ini akan

menerangkan sejauh mana variabel tersebut berkorelasi. Sedangkan dalam

pengujian hipotesis, koefisien akan menunjukan tingkat signifikan teruji tidaknya

hipotesis (Suryabrata, 1997).

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel bebas : Intensitas pemakaian handphone

(49)

C. Definisi Operasional

1. Motivasi belajar

Belajar adalah usaha mencari, menambah, dan mengumpulkan

pengetahuan baik disekolah ataupun di luar sekolah. Kegiatan belajar juga

membutuhkan kognisi, bakat dan situasi yang berasal dari diri manusia itu

sendiri. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri

siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan

belajar, sehingga anak tidak hanya belajar namun juga menghargai dan

menikmati belajarnya. Aspek –aspek motivasi belajar adalah sebagai berikut: a. Keinginan untuk memiliki wawasanyang luas

b. Persistensi pada kegiatan belajar

c. Pengorbanan untuk mencapai tujuan

d. Memiliki aspirasi/harapan

e. Memiliki kualifikasi prestasi/ output

Motiivasi belajar pada siswa remaja ini diungkap dengan menggunakan

skala Motivasi belajar. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek,

menunjukkan semakin tinggi motivasi belajar yang dimiliki siswa itu sendiri.

Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh subjek, rendah

(50)

2. Intensitas Pemakaian Handphone

Intensitas suatu perilaku di definisikan sebagai suatu keinginan untuk

melakukan atau tidak melakukan perilaku (Ajzen dan Fishbein,1980).

Intensitas juga di definisikan sebuah ukuran dari kekuatan sebuah keinginan

untuk melakukan suatu perilaku yang spesifik.

Intensitas pemakaian handphone (handphone) adalah tingkat kedalaman

atau reaksi emosional dan kekuatan yang mendukung seseorang untuk

menggunakan handphone. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek,

menunjukkan semakin tinggi ntensitas pemakaian handphone subjek. Begitu

pula sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh subjek, maka semakin

rendah pula ntensitas pemakaian handphone subjek.

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Instrumen atau alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan skala. Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala

Likert. Motivasi Belajar Siswa akan diukur dengan skala M-B. Item-item dalam

skala tersebut berisi pernyataan yang berisi pernyataan favorable dan unfavorable.

Sedangkan Intensitas Pemakaian handphone akan diukur dengan skala I-H.

Item-item dalam skala tersebut juga berisi pernyataan yang berisi pernyataan favorable

dan unfavorable. Dengan demikian, ada dua skala dalam penelitian ini yaitu Skala

Motivasi Belajar dan Skala Intensitas pemakaian handphone.

(51)

menggunakan kategori jawabn “Netral/Ragu-ragu”. Hal ini dikarenakan adanya

dua alasan, yaitu : pertama, kategori N (netral) atau R (ragu-ragu) dapat

mempunyai arti ganda sehingga dapat diartikan belum dapat memutuskan atau

memberikan jawaban atau diartikan sebagai pilihan netral atau tidak dapat

menentukan pilihannya. Kedua, akan menimbulkan kecenderungan untuk

menentukan pilihan di tengah (central tendency effect), terutama bagi respon

ragu-ragu atau bingung untuk menentukan jawabannya (Hadi, 1991). Selain itu,

maksud dari kategori jawaban “Sangat Tidak Sesuai”, “Tidak Sesuai”, “Sesuai”, dan “Sangat Sesuai” adalah untuk melihat kecenderungan pendapat subjek kearah

setuju atau tidak setuju.

Kedua skala tersebut akan dibagikan kepada subjek penelitian dalam 1

eksemplar,masing-masing terdiri dari Skala Motivasi Belajar dan Skala Intensitas

Pemakaian Handphone. Skala Motivasi Belajar selanjutnya disebut Bagian 1 dan

Skala Intensitas pemakaian Handphone selanjutnya disebut Bagian 2. Berikut

adalah Blue print skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Blue print

(52)

Tabel.1

Tabel Spesifikasi item Motivasi Belajar SebelumUji Coba

Aspek Motivasi Belajar Siswa Total Bobot

Ekstrinsik Intrinsik

Favorable unfavorable Favorable unfavorable

Keinginan

aspirasi/harapan 35,36,37,38 4 8%

(53)

Pemberian skor pada alat ukur di atas adalah sebagai berikut :

Untuk item favorable

Nilai 4 : Untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), artinya pernyataan yang tersedia

dirasa sangat sesuai dengan diri subjek.

Nilai 3 : Untuk jabawan Sesuai (S), artinya artinya pernyataan yang tersedia

dirasa sesuai dengan diri subjek.

Nilai 2 : Untuk jabawan Tidak Sesuai (TS), artinya artinya pernyataan yang

tersedia dirasa tidak sesuai dengan diri subjek.

Nilai 1 : Untuk jabawan Sangat Tidak Sesuai (STS), artinya artinya pernyataan

yang tersedia dirasa sangat tidak sesuai dengan diri subjek.

Untuk item unfavorable

Nilai 1 : Untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), artinya pernyataan yang tersedia

dirasa sangat sesuai dengan diri subjek.

Nilai 2 : Untuk jabawan Sesuai (S), artinya artinya pernyataan yang tersedia

dirasa sesuai dengan diri subjek.

Nilai 3 : Untuk jabawan Tidak Sesuai (TS), artinya artinya pernyataan yang

tersedia dirasa tidak sesuai dengan diri subjek.

Nilai 4 : Untuk jabawan Sangat Tidak Sesuai (STS), artinya artinya pernyataan

(54)

Tabel.2

Tabel Spesifikasi Item Intensitas Pemakaian Handphone Sebelum Uji Coba

Aspek Jenis pernyataan Total Bobot

Favorable unfavorable

Intensitas Pemakaian

Knowing (pengetahuan/

pemahaman)

15,20,29, 28, 4 16,7%

Application (pemakaian fitur

fitur yang ada)

1,4,6,7,12,

13,14,16,17,21, 23, 11 43,3%

Frequency

(keseringan) 2,3,5,8,9,10,11, 18,19,22, 24,25,2730 15 40%

(55)

Pemberian skor pada alat ukur di atas adalah sebagai berikut :

Untuk item favorable

Nilai 4 : Untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), artinya pernyataan yang tersedia

dirasa sangat sesuai dengan diri subjek.

Nilai 3 : Untuk jabawan Sesuai (S), artinya artinya pernyataan yang tersedia

dirasa sesuai dengan diri subjek.

Nilai 2 : Untuk jabawan Tidak Sesuai (TS), artinya artinya pernyataan yang

tersedia dirasa tidak sesuai dengan diri subjek.

Nilai 1 : Untuk jabawan Sangat Tidak Sesuai (STS), artinya artinya pernyataan

yang tersedia dirasa sangat tidak sesuai dengan diri subjek.

Untuk item unfavorable

Nilai 1 : Untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), artinya pernyataan yang tersedia

dirasa sangat sesuai dengan diri subjek.

Nilai 2 : Untuk jabawan Sesuai (S), artinya artinya pernyataan yang tersedia

dirasa sesuai dengan diri subjek.

Nilai 3 : Untuk jabawan Tidak Sesuai (TS), artinya artinya pernyataan yang

tersedia dirasa tidak sesuai dengan diri subjek.

Nilai 4 : Untuk jabawan Sangat Tidak Sesuai (STS), artinya artinya pernyataan

(56)

E. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah para anggota Persekutuan Remaja Gekisia

Argamakmur. Alasan dipilihnya anggota Persekutuan Remaja Gekisia

Argamakmur sebagai subjek penelitian karena Subjek memiliki subjek dalam

penelitian ini berusia 14 hingga 19 tahun dimana pada rentang usia tersebut

individu dikatakan remaja saat ia sudah memasuki usia kira-kira 10 hingga 12

tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun (Santrock, 2003).

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data

1. Validitas

Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya (Azwar, 2007). Suatu alat ukur

dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut

menjalankan fungsinya ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai

dengan tujuan pengukuran. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui

pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau professional

judgement. Validitas dilakukan dengan mengkonsultasikan item pada dosen

pembimbing yang telah berpengalaman untuk memeriksa tes yang disusun

peneliti dan menyimpulkan apakah tes tersebut memberi kesan mengukur sifat

(57)

2. Seleksi Item

Dasar kerja yang digunakan dalam seleksi item dalam penelitian ini

adalah memilih item-item yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan

fungsi ukur tes. Pengujian keselarasan fungi item dengan fungsi tes

menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor

pada setiap item dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor total

itu sendiri. Secara teknis, pengujian konsistensi item dilakukan dengan

menghitung koefisien korelasi antara skor subjek pada item yang

bersangkutan dengan skor total tes (korelasi item-total).(Azwar,2007)

Untuk menentukan item mana yang memiliki validitas yang memadai,

para ahli menetapkan patokan besar koefisien item total dikoreksi sebesar 0,25

atau 0,30 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah item. Artinya semua

item pertanyaan atau pernyataan yang memiliki koefisien korelasi item total

dikoreksi sama atau lebih besar dari 0,25 atau 0,30 diindikasikan memiliki

validitas internal yang memadai, dan kurang dari 0,25 atau 0,30 diindikasikan

item tersebut tidak valid(Azwar,1999).

Besarnya koefisien korelasi item total bergerak dari 0 sampai dengan

1,00 dengan tanda positif atau negatif. Semakin tinggi korelasi positif antara

skor item dengan skor tes berarti semakin tinggi konsistensi antara item

tersebut dengan tes keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya.

Bila koefisien korelasinya rendah mendekati nol, berarti fungsi item tersebut

tidak cocok dengan fungsi ukur tes dan daya bedanya tidak baik. Bila korelasi

(58)

bersangkutan. (Supratiknya, 2009). Selanjutnya, menggunakan teknik korelasi

Pearson Product Moment, parsial pada analisis komputer SPSS for Windows Seri 16.00.

Pengujian terhadap skala motivasi belajar menggunakan proses

pemilihan item yang memiliki. Dari 50 item yang terdiri 25 item favorable

dan 25 item unfavorable, terdapat 38 item soal memiliki nilai r ix 0,3.

Empat puluh dua item tersebut memenuhi syarat dalam penyusunan skala

motivasi belajar. Sedangkan, 12 item memiliki nilai r ix 0,3 sehingga

dinyatakan gugur. Hasil pengujian pada variabel motivasi belajar adalah

sebagai berikut:

Tabel.3

Hasil Analisis Item Skala Motivasi Belajar

r ix No. Item Total

r ix 0,3

1, 2, 40,41,42, 43, 44,45, 46, 47, 48, 50 12 item

r ix

0,3 3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23, 24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37, 38,39, 49, 38 item

Pengujian terhadap skala intensitas pemakaian handphone memperlihatkan

bahwa dari 30 item yang terdiri dari 24 item favorable dan 6 item unfavorable, ,

terdapat 18 item soal memiliki nilai r ix 0,25 dan memenuhi syarat dalam

penyusunan skala intensitas pemakaian handphone. Sedangkan, 12 item memiliki

nilai r ix 025 sehingga dinyatakan gugur karena tidak memenuhi kriteria item

(59)

Tabel.4

Hasil Analisis Item Skala Intensitas Pemakaian Handphone

r ix No. Item Total

r ix 0,3 4, 6,10,15,18,219,2,23,24,25,26,27,28,29 12 item

r ix 0,3 1,2,3,5,7,8,9,11,12,13,14,16,17,20,21,30 18 item

Item-item yang telah dianalisis baik dan memenuhi kriteria sebagai item

yang baik digunakan untuk menyusun skala motivasi belajar dan skala intensitas

pemakaian handphone.

Setelah item yang tidak memenuhi syarat digugurkan dan distribusi item

diproporsionalkan maka didapatkan item-item yang layak untuk dioleh sebagai

alat ukur penelitian. Tabel 5 berisi item motivasi berprestasi yang dipergunakan

(60)

Tabel. 5

Tabel Spesifikasi Item Motivasi Berlajar Setelah Uji Coba

Aspek Motivasi Belajar Siswa Total Bobot

Ekstrinsik Intrinsik

Item intensitas pemakaian handphone yang dipergunakan dalam penelitian dapat

dilihat pada tabel 6 berikut :

Tabel.6

Tabel Spesifikasi ItemIntensitas Pemakaian Handphone Setelah Uji Coba

Aspek Jenis pernyataan Total Bobot

Gambar

Tabel Spesifikasi item Motivasi Belajar SebelumUji Coba
Tabel Spesifikasi Item Intensitas Pemakaian Handphone Sebelum Uji Coba
Tabel Spesifikasi Item Motivasi Berlajar Setelah Uji Coba

Referensi

Dokumen terkait

Grafik menunjukkan bahwa bobot hasil GA dan AntCo sangat dipengaruhi oleh jumlah simpul, semakin banyak jumlah simpul pada graf, maka semakin banyak jalur yang dapat dipilih,

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Jenis penelitian adalah adalah Quasi eksprimen untuk melihat efek suplementasi tablet Fe + vitamin C dan obat cacing terhadap perubahan kadar haemoglobin pada remaja

Menurut data yang diperoleh kesalahan yang dilakukan mahasiswa meliputi kesalahan konsep, prinsip, dan operasi Faktor-faktor penyebab kesalahan adalah mahasiswa kurang

Lomba ini juga bertujuan untuk mempratikkan teori dan ilmu yang telah dipelajari dibangku kuliah untuk diaplikasikan dalam bentuk nyata, sehingga dengan hasil yang telah didapatkan

Permasalahan yang mengakibatkan rendahnya prestasi belajar pada kelas IV akan diperbaiki sesuai dengan mata pelajaran yang akan dilaksanakan dalam penelitian disesuaikan

Gambaran Tingkat self-esteem Remaja Usia 15-17 tahun LKSA Taman Harapan Muhammadiyah Bandung perorang ...75.

In decode mode, the CS92288 accepts MPEG transport, program and audio/video elementary bit streams.. The OSD feature supports both text and 2-bit, 4-bit, and 8-bit graphics