i
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PEMAKAIAN HANDPHONE
DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA REMAJA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Yesica Setiara Siregar
069114024
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
I can get pressures at times
But I am strong and I'm gonna try again Time to try and Never give up forever Because I konow that
Jesus always besides me and blesses me everyday
Penelitian ini aku persembahkan untuk :
Yesus Kristus yang selalu menyertaiku
Mama dan Papa yang selalu percaya padaku
Adik-adikku (Julius, Daniel, dan Yabes) yang selalu menyayangiku
v
Pernyataan Keaslian Karya
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 14 Desember 2011
Penulis
vi
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PEMAKAIAN HANDPHONE
DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA REMAJA
Yesica Setiara Siregar
ABSTRAK
Penelitian ini termasuk penelitian korelasional yang bertujuan untuk menguji hubungan antara intensitas pemakaian handphone dengan motivasi belajar siswa remaja.. Hipotesis yang
diajukan adalah ada hubungan antara intensitas pemakaian handphone dengan motivasi belajar
siswa remaja. Subjek dalam penelitian ini adalah anggota Persekutuan Remaja Gekisia Argamakmur sebanyak 45 orang. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa skala yang terdiri
dari 38 item skala motivasi belajar dengan reliabilitas sebesar 0.950 dan 18 item skala intensitas pemakaian handphone dengan reliabilitas sebesar 0.877. Proses pengambilan data menggunakan
model try out terpakai karena subjek yang terbatas sehingga pengambilan data hanya dilakukan
satu kali. Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data adalah Pearson Product Moment. Hasil penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang signifikan antara intensitas
pemakaian handphone dengan motivasi belajar. Ditunjukkan dengan hasil r = -0.521 pada taraf
signifikasi 1% (p< 0.01). Artinya, semakin tinggi tingkat intensitas pemakaian handphone yang
dimiliki maka semakin tinggi pula motivasi belajar yang mereka miliki. Sebaliknya semakin rendah intensitas pemakaian handphone anggota maka semakin rendah pula motivasi belajar
mereka.
vii
RELATIONSHIP BETWEEN INTENSITY OF USING MOBILE PHONE WITH LEARNING MOTIVATION OF STUDENTS
Yesica Setiara Siregar
ABSTRACT
This research was a corelational research which was aimed to investigate the relation between the intensity of using mobile phone with the learning motivation of students. The hypothesis that there is a relation between the intensity of using mobile phone with learning motivation of students. The Subjects of this research were the member of Argamakmur partnership which were 45 people,. The tools to collect this data were scale consisted of 38 items of learing motivation scale with reliability coefficients 0,950, and 18 item of mobile phone using intensity scale with coefficient 0,877. The statistic method used was Pearson product Moment. It was shown with r =-0,521with the significancy level of 1% (p<0,01). The meaning was the higher of the mobile phone of using intensity of students, means the higher also their learning motivation on the other hand the ,lower of the mobile phone using intensity of the students, means the lower also their learning motivation.
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Yesica Setiara Siregar
Nomor Mahasiswa : 069114024
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Hubungan Antara Intensitas Pemakaian Handphone Dengan Motivasi Belajar Siswa Remaja
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta,
Pada tanggal 14 Desember 2011
Yang menyatakan,
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih karunia dan
penyertaannya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Hubungan Antara Intensitas Pemakaian Handphone (Handphone) Dengan
Motivasi Belajar Siswa Remaja” sebagai syarat untuk menyelesaikan studi S1
saya pada jurusan Psikologi Universitas Sanata Dharma .
Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Titik Kristiani S.Psi., M.Psi., selaku Kaprodi Psikologi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak P.Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah meluangkan waktunya dan dengan penuh kesabaran
telah memberi nasihat serta kritikan kepada penulis dalam meyelesaikan
skripsi ini sehingga dapat terselesaikan.
4. Bapak Edison Siregar, S.Sos dan Ibu Asima Siahaan, B.A, Orangtua
Penulis terima kasih untuk untuk semua kepercayaan yang diberikan dan
dukungan yang tulus ikhlas, kesabaran dan cinta kasih kalian.
5. Adik-adikku yang sangat kusayangi Julius, Daniel, Yabes terimakasih
x
6. Bapak Agung Santoso, S.Psi, MA. selaku dosen penguji I yang telah
bersedia memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Bapak C. Siswa Widyatmoko, S.Psi, M.Si. selaku dosen penguji II yang
telah bersedia memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
8. Bapak Drs. H. Wahyudi, selaku Dosen Pembimbing Akademik.
9. Segenap staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
khususnya Ibu Tanti, Ibu Susan, Ibu Siwi, Ibu Titik, Ibu Dewa, Ibu Lusi,
Ibu Nimas, Ibu Ari, Mbak Etta, Bapak Cahya, Bapak Agung, Bapak
Minto, Bapak Priyo, Bapak Heri, Bapak Didik, Bapak Adi yang telah
memberikan segala pengetahuan tentang dunia psikologi yang sangat
bermanfaat dan menarik.
10.Segenap karyawan Fakultas Psikologi; Mbak Nani, Mas Gandung, dan
Pak Gi di sekretariat Fakultas Psikologi, Mas Mudji di Laboratorium
Fakultas Psikologi dan Mas Doni di ruang baca Fakultas Psikologi yang
telah memperlancar dan membantu proses kuliah saya selama ini.
11.Sahabat-sahabatku tersayang Lita, Ratri, Nita menyenangkan bersama
kalian, merindukan kenangan bersama-sama saat kuliah.
12.Teman-teman angkatan 2006, semoga semua kenangan dan kebersamaan
kita tetap terjalin dan menjadi kenangan indah bagi kita.
13.Anak-anak Kost Gratia, khususnya Kak Rini menyenangkan setahun
bersamamu, Stepy terimakasih sudah menjadi adik yang baik ( lestarikan
musik korea, he..), Ester terimakasih selalu untuk pinjaman motornya, Tia
xi
14.Teman-teman Persekutuan Remaja Gekisia Argamakmur, terima kasih
untuk bantuannya.
15.Kepada semua pihak yang telah membantu dan teman-teman yang tidak
dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas kehadirannya dalam
hidupku dan atas segala dukungan yang telah diberikan.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini
terdapat berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan kritik serta saran sehingga
skripsi ini dapat berguna bagi ilmu psikologi.
Yogyakarta, 14 Desember 2011
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR SKEMA ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
xiii
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Pengertian Motivasi ... 8
1. Pengertian Motivasi Belajar ... 10
2. Aspek-aspek Motivasi Belajar ... 11
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 14
B. Intensitas pemakaian Handphone... 16
1. Pengertian Intensitas pemakaian Handphone ... 16
2. Aspek-aspek Intensitas pemakaian Handphone ... 18
3. Deskripsi singkat Handphone ... 18
4. Pengaruh dan Penyalahgunaan Handphone ... 21
C. Remaja ... 21
1. Perkembangan Fisik ... 22
2. Perkembangan Emosional ... 22
3. Perkembangan Kognitif ... 23
4. Perkembangan Sosial ... 24
D. Dinamika Hubungan Antara Intensitas Pemakaian Handphone Dengan Motivasi Belajar ... 26
E. Hipotesis Penelitian ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
A. Jenis Penelitian ... 30
B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 30
xiv
1. Motivasi Belajar ... 31
2. Intensitas Pemakaian Handphone... 32
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 32
E. Subjek Penelitian ... 38
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data ... 38
1. Validitas ... 38
2. Seleksi Item ... 39
3. Reliabilitas ... 43
G. Pengambilan Data ... 44
H. Metode Analisis Data ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Persiapan Penelitian ... 45
B. Pelaksanaan Penelitian ... 45
C. Deskripsi Subjek Penelitian ... 46
D. Deskripsi Data Penelitian ... 46
E. Analisis Data Penelitian ... 49
F. Pembahasan... 52
BAB V PENUTUP ... 55
A. Kesimpulan ... 55
xv
DAFTAR PUSTAKA ... 57
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel Spesifikasi Item Motivasi Belajar Sebelum Uji Coba ... 34
Tabel 2 Tabel Spesifikasi Item Intensitas Pemakaian Handphone Sebelum Uji Coba ... 36
Tabel 3 Hasil Analisis Item Skala Motivasi Belajar ... 40
Tabel 4 Hasil Analisis Item Skala Intensitas Pemakaian Handphone ... 41
Tabel 5 Tabel Spesifikasi Item Motivasi Belajar Setelah Uji Coba ... 42
Tabel 6 Tabel Spesifikasi Item Intensitas Pemakaian Handphone Setelah Uji Coba ... 42
Tabel 7 Gambaran Subjek Penelitian ... 46
Tabel 8 Deskripsi Statistik Data Empiris ... 47
Tabel 9 Mean Teoritis, Mean Empiris, Dan Standar Deviasi ... 48
Tabel 10 Hasil Uji Normalitas... 49
Tabel 11 Hasil Uji Linieritas ... 50
xvii
DAFTAR SKEMA
Skema Hubungan Antara Intensitas Pemakaian Handphone Dengan
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner Try Out Dan Penelitian ... 61
Lampiran 2 Data Hasil Try Out Dan Data Hasil Penelitian ... 78
Lampiran 3 Analisis Item (Korelasi Item Total) ... 91
Lampiran 4 Uji Asumsi (Uji Normalitas Dan Uji Linearitas) ... 97
Lampiran 5 Uji Hipotesis ... 99
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan tugas utama para siswa namun seringkali tidak
dilakukan dengan baik. Hal ini tampak dari adanya siswa yang malas, tidak
bersemangat, belajar harus diawasi, takut pada guru, kurang tekun, tidak senang
pada mata pelajaran tertentu, sering bolos sekolah dan ada siswa yang cepat
lelah.Motivasi merupakan jantungnya proses belajar oleh karena motivasi begitu
penting dalam proses pembelajaran, maka tugas guru yang pertama dan terpenting
adalah membangkitkan atau membangun motivasi siswa terhadap apa yang akan
dipelajari oleh siswa. Siswa yang bermotivasi dalam pembelajaran akan
menunjukan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran. Dengan
demikian tinggi rendahnya motivasi belajar siswa mempengaruhi semangat dan
hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dalam belajar
akan mencapai hasil belajar yang baik, sedangkan jika siswa yang memiliki
motivasi belajar rendah dalam belajar maka hasil belajar siswa kurang baik.
Motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri
manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan
tingkahlakunya (Handoko, 1992). Setiap manusia memiliki motivasi yang
melatarbelakangi berbagai macam tingkah laku dalam kehidupannya. Di antara
sekian banyak motivasi yang melatarbelakangi tingkahlaku manusia, pada
Motivasi ada pada setiap manusia, dengan memiliki motivasi, individu melakukan
banyak kegiatan untuk mencukupi kebutuhannya itu. Siswa pun sebagai individu
yang melakukan kegiatan belajar, sudah pasti dilatarbelakangi oleh motivasi.
Motivasi menjadi daya penggerak bagi siswa dalam menjalani tugas utamanya
sebagai pelajar. Motivasi belajar siswa merupakan hal penting bagi siswa untuk
dapat mencapai hasil yang baik dan berprestasi di sekolah. Namun demikian
dalam masyarakat kita makna belajar tereduksi menjadi hanya berupa aktifitas di
dalam kelas, harus ada buku, guru, dan siswa serta target-target yang harus
dikuasai. Dengan pemahaman ini, maka kata belajar menjadi sangat
membosankan yang dimunculkan bukan motivasi internal, tetapi motivasi
eksternal
Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses
dan output. Input merupakan peserta didik yang akan melaksanakan aktivitas
belajar, proses merupakan kegiatan dari belajar mengajar sedangkan output
merupakan hasil dari proses yang dilaksanakan. Dari pelaksanaan proses
pendidikan tersebut diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era
globalisasi dewasa ini.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu
penekanan dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang
“Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Anak yang memiliki motivasi belajar tinggi akan mempunyai banyak
energi untuk melakukan kegiatan belajar. Anak dengan motivasi belajar tinggi
memiliki ciri-ciri seperti tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan,
menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja
mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, senang mencari dan
memecahkan soal-soal.
Seiring dengan perkembangan zaman dan era globalisasi saat ini,
kesadaran manusia untuk berpikir maju terlihat dari keinginan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhannya. Tingginya aktivitas masyarakat saat ini menyebabkan
masyarakat menuntut cara yang paling mudah dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya yang tidak terbatas, tidak hanya kebutuhan primer (sandang, pangan,
papan) tetapi kebutuhan lain yang berfungsi sebagai pelengkap dalam
kehidupannya misalnya, alat komunikasi seperti Televisi, Radio, Telepon dan
sebagainya.
Masa remaja merupakan masa yang sulit karena usianya masih labil,
dimana siswa perlu penyesuaian dan pendampingan untuk memiliki motivasi yang
masih labil sehingga siswa mudah terpengaruh dengan godaan-godaan untuk
bermain playstation dan internet-an. Dengan demikian siswa dibimbing agar dapat
meningkatkan kegiatan-kegiatan positif tersebut untuk mengembangkan motivasi
belajar dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak siswa yang tidak memiliki
motivasi untuk belajar maka banyak orangtua yang mengeluhkan hal tersebut.
Komunikasi handphone telah menurunkan minat baca masyarakat. Menurut data
majalah Komputer Aktif (no. 50/26 Maret 2003) berdasarkan survei Siemens
Mobile Lifestyle III menyebutkan bahwa 60 persen remaja usia 15-19 tahun dan
remaja lebih senang mengirim dan membaca SMS daripada membaca buku,
majalah atau koran. Dalam hal ini komunikasi melalui handphone seperti
pengiriman SMS ternyata berdampak buruk untuk menurunkan minat baca siswa.
Jika dilihat dari fungsi handphone, selain untuk menelepon dan menerima
telepon, handphone juga dapat digunakan untuk internet, penunjuk waktu, games,
radio, MP3 (musik), voice dial (alat untuk memanggil perintah melalui suara
untuk menelepon), voice note (perekam suara), SMS, luas bandwith (kekutaan
jaringan sinyal), nada dering, stopwatch, warna layar, kalender, camera digital
dan composer (nada dering sesuai keinginan pengguna). Bahkan sekarang
pengguna handphone bisa mengakses internet dengan mudah. ( Info Komputer,
2009).
Permasalahan timbul sebenarnya bukan dari handphone tersebut di zaman
sekarang ini, akan tetapi kalangan pengguna handphone tersebut yang sulit untuk
diawasi. Sekarang ini anak-anak di bawah umur sudah menggunakan handphone
khusus untuk kalangan orang tua dan dewasa. Handphone menjadi karya baru
yang begitu cepat perkembangannya, menjadi media komunikasi yang canggih
dan tiada batasan Siswa, (“DIY Dilarang Bawa Handphone Saat Pelajaran
Sekolah”, 2010). Seiring berkembangnya handphone, ternyata ada yang
menggunakan handphone untuk menambah nilai pelajaran sekolah, juga ada yang
justru membuat siswa malas dan sering membuang waktu di depan handphone.
Banyak juga yang menyalahgunakannya untuk bertindak dan bertingkah laku
menyeleweng dari norma-norma baku yang berlaku di masyarakat. Lebih parah
lagi ternyata budaya anak-anak juga semakin cepat pertumbuhannya, dengan ada
aplikasi-aplikasi yang seharusnya hanya boleh dilihat oleh orang dewasa( “semua
orang jadi repot”, 2010).
Remaja sekarang yang dilahirkan dan dijadikan sebagai pelaku-pelaku
kehidupan zaman sekarang. Mereka hidup dengan kondisi sekeliling yang tidak
lepas dari tersedianya perangkat mutakhir yang kemampuan perangkat tersebut
sangat jauh melaju cepat dibandingkan beberapa dekade yang lalu. Banyak hal
yang dapat diperhatikan dari fenomena ini. Misalnya adalah jika dilihat dari segi
pendidikan, beberapa sekolah sering melakukan razia handphone, hal ini juga
didukung dengan permintaan Mendiknas Mohammad Nuh agar para kepala
sekolah di daerah-daerah segera merazia handphone, dan laptop milik para siswa (“Razia Handphone Semua Pelajar Sekarang Juga!”, 2010). Bahkan beberapa
sekolah di Yogyakarta sudah mulai melarang siswa membawa handphone ke
sinilah dapat dilihat bahwa kemudahan aplikasi handphone, fitur-fitur yang
menggoda remaja menggganggu konsentrasi belajar siswa yaitu motivasi belajar
siswa yang berdampak pada prestasi belajar siswa. Dengan aturan larangan
disiplin pemakaian handphone di sekolah dinilai meningkatkan prestasi belajar
siswa dan meningkatkan semangat belajar siswa terlepas dari gangguan
handphone(“Tiga Siswa SMAN 94, Semanan Dapat Beasiswa”, 2010).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin melihat fenomena maraknya
pemakaian handphone pada anak remaja yang terkait dengan motivasi belajar
siswa.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, rumusan masalah yang ada yaitu apakah ada
hubungan antara intensitas pemakaian handphone dengan motivasi belajar siswa
remaja.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini secara khusus adalah untuk mengetahui
hubungan antara intensitas pemakaian handphone terhadap motivasi belajar siswa
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada ilmu
psikologi, untuk melengkapi perbendaharaan hasil-hasil penelitian terutama
penelitian tentang usia remaja.
2. Manfaat Praktis.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi orangtua dan guru untuk
memberikan informasi tentang gambaran intensitas pemakaian Handphone dan
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Motivasi
Sebelum masuk pada pengertian motivasi belajar, terlebih dahulu harus
mengerti pengertian motif. Menurut Sardiman (2007) kata motif diartikan sebagai
daya upaya yang mendorong seseorang itu berbuat sesuatu. Sedangkan motif
menurut Handoko (1992) yaitu suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan
seseorang berbuat sesuatu atau melakukan tindakan atau bersikap tertentu. Jadi
motif adalah alasan-alasan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu sedangkan
motivasi adalah alasan seseorang untuk mencapai tujuan. Kaitan motif dan
motivasi adalah alasan atau dorongan seseorang untuk mencapai suatu tujuan.
Sebagai contoh Amir membuat kekacauan dan keributan, apa motifnya yaitu
karena Abdul rajin membaca begitu seterusnya mengapa seseorang memiliki
motif dan motivasi tertentu.
Motivasi yaitu suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri
manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah
lakunya (Handoko, 1992). Jadi motivasi belajar siswa adalah tenaga yang
menggerakkan dan mengarahkan aktivitas siswa untuk belajar.
Sementara menurut Hudoyo (1998), motivasi merupakan kekuatan pendorong
yang ada dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk
mencapai suatu tujuan. Motivasi ini sangat berhubungan dengan motif. Bila
memulai dan mengatur aktivitasnya. Misalnya minat, sikap dan kehendak yang
kesemuanya bergantung kepada individu orang.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
dalam rangka memenuhi kebutuhannya demi mencapai suatu tujuan tertentu.
Sedangkan motivasi belajar adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk
melakukan aktivitas-aktivitas belajar dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar
demi mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Hillgard & Russel (dalam
Soemanto, 1998), motivasi dapat diartikan sebagai proses perubahan tenaga dalam
diri seseorang, yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi mencapai
tujuan. Sedangkan menurut Woodworth & Marquis (dalam Abror,1993),
mengatakan bahwa motivasi adalah satu set motif atau kesiapan yang menjadikan
individu cenderung melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu.
Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen
pokok, yaitu menggerakkan, yang berarti menimbulkan kekuatan pada individu,
mengarahkan, yang berarti menyalurkan tingkah laku terhadap sesuatu, menopang
tingkah laku manusia, yakni lingkungan sekitar harus menguatkan (Reinforce)
intensitas, dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu
1. Pengertian Motivasi Belajar
Seorang siswa akan berhasil dalam belajar, jika dalam dirinya ada
keinginan untuk belajar. Motivasi belajar siswa dalam hal ini meliputi dua hal
(1) mengetahui apa yang akan dipelajari, dan (2) memahami mengapa hal
tersebut patut di pelajari (Sardiman, 2007) Jadi siswa yang tahu apa yang
akan dipelajari dan memahami serta mengerti mengapa hal tertentu perlu di
pelajari adalah siswa yang mempunyai motivasi untuk belajar sehingga
kegiatan belajarnya lancar.
Motivasi belajar siswa adalah suatu nilai dan suatu dorongan untuk
belajar Wlodkowski & Jaynes (2004). Jika siswa tidak memiliki motivasi
belajar maka siswa cenderung kurang giat berusaha, kurang bersemangat,
kurang tekun, mudah putus asa jika mendapatkan kesulitan dan kurang
membaca buku sehinggga untuk memulai kegiatan belajar akhirnya siswa
malas serta terhambat dalam belajarnya.
Menurut Winkel (2004), motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegitan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
Dari uraian diatas, yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga anak
2. Aspek -aspek Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (2007) menerangkan bahwa motivasi belajar yang
ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut :
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang
lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan (ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan
hambatan, tidak lekas putus asa).
c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin
(tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
d. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa” (peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum, misalnya
masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan
korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan
sebagainya).
e. Lebih senang bekerja mandiri.
f. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
g. Dapat mempertahankan pendapat (kalau sudah yakin akan sesuatu dan
dipandangnya cukup rasional).
h. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
Sardiman (2007) membagi motivasi belajar menjadi dua macam, yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Kedua motivasi belajar ini ada pada
diri subjek dan memberikan arah pada kegiatan subjek.
a. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri
siswa sendiri. Motif-motif telah menjadi aktif atau berfungsi tanpa harus
dirangsang dari luar. Dengan kata lain, didalam diri siswa sudah ada
dorongan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh,
seorang yang senang membaca tanpa harus disuruh pasti rajin mencari
buku-buku untuk dibaca. Kalau dilihat dari tujuan kegiatan yang
dilakukan (misalnya:belajar), motivasi intrinsik merupakan keinginan
untuk melakukan kegiatan belajar, karena betul-betul ingin mendapatkan
pengetahuan, nilai, keterampilan yang berguna bagi masa depannya dan
bukan tujuan yang lain.
Oleh karena itu, motivasi intrinsik dapat pula dikatakan sebagai bentuk
motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajarnya.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena ada
rangsangan dari luar. Sebagai contoh seorang itu belajar menjelang ujian
supaya mendapat nilai yang baik sehingga dipuji oleh teman-temannya
gurunya karena mendapat nilai yang jelek atau tidak bisa menjawab
pertanyaan gurunya. Jadi, yang penting bukan karena ingin mengetahui
sesuatu tetapi hadiah berupa pujian atau karena takut hukuman.
Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk
motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan
aktivitas belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi ini tetap penting.
Sebab, kemungkinan besar keadaaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan
kemungkinan komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada
yang kurang menarik bagi siswa sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
Sejalan dengan diatas Handoko, (1992) juga membagi motivasi menjadi
dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa yang berupa kepribadian,
sikap, harapan dan cita-cita yang menjangkau masa depan. Sedangkan
motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari luar, dapat
ditimbulkan oleh beberapa sumber faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa. Sebagai contoh seorang siswa yang giat belajar
karena ingin mendapatkan nilai yang baik.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan
tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau
belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar siswa termotivasi untuk
belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai
ekstrinsik dan menggunakannya dalam rangka menunjang proses interaksi
belajar mengajar di kelas (Djamarah, 2002).
Berdasarkan penjelasan diatas aspek-aspek motivasi belajar dibagi
dalama beberapa aspek yaitu:
a. Keinginan untuk memiliki wawasan yang luas
b. Persistensi pada kegiatan belajar
c. Pengorbanan untuk mencapai tujuan
d. Memiliki aspirasi/harapan
e. Memiliki kualifikasi prestasi/ output
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Imron (1996) berpendapat bahwa ada beberapa unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa, yaitu cita-cita siswa, kemampuan
siswa, faktor keluarga, kondisi belajar siswa di lingkungan sekolah. Sejalan
dengan ini, Mubbin (2008) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar siswa menjadi tiga faktor yaitu: faktor Efisiensi belajar, faktor
pendekatan belajar serta faktor internal dan faktor eksternal siswa.
Pengaruh-pengaruh utama dalam motivasi belajar menurut Raymond,
(2004) adalah budaya, keluarga, sekolah dan diri anak itu sendiri.
Masing-masing pengaruh utama tersebut mewakili sebuah sistem. Dengan demikian
pengembangan motivasi belajar adalah ketika ada keselarasan dari keempat
area pengaruh tersebut.
Mengingat banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
mempengaruhi motivasi belajar siswa kedalam empat bagian besar yaitu:
faktor cita-cita siswa, faktor kemampuan siswa, faktor kondisi belajar siswa di
lingkungan sekolah dan faktor keluarga.
a. Faktor cita-cita siswa
Siswa-siswa yang memiliki cita-cita ingin menjadi guru, dokter, psikolog
akan termotivasi dengan baik dalam belajarnya. Sebab siswa yang
memiliki motivasi intrinsik memiliki kesadaran yang tinggi dalam dirinya
untuk melakukan kegiatan lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan
dengan siswa yang kurang termotivasi dalam belajar. Motivasi dalam
belajar tidak saja merupakan suatu energi yang menggerakan siswa untuk
belajar, tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan aktifitas siswa kepada
tujuan dan cita-cita belajar. Jadi dalam belajar dan mengejar cita-cita yang
telah dipilih, para guru dan orangtua dianjurkan untuk memperlakukan
anak-anak supaya mereka menyadari bahwa cara mengerjakan sesuatu
lebih penting ketimbang hasil atau prestasi akhirnya (Judith, 2004).
b. Kemampuan siswa
Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Inteligensi itu
adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk
menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat
dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak
secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat (Joko,
2006). Jadi inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai tingkat
inteligensi yang rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat
inteligensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajarnya. Hal ini
disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan
banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan inteligensi adalah salah
satu faktor diantara faktor yang lain. Jika faktor lain itu bersifat
menghambat atau berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa
gagal dalam belajarnya.
c. Kondisi belajar siswa di lingkungan sekolah
Motivasi belajar siswa sangat ditentukan oleh lingkungannya. Oleh karena
itu siswa akan termotivasi dalam belajar jika lingkungan belajar dapat
memberikan semangat sehingga siswa tertarik untuk belajar. Dalam hal ini
guru harus menyusun lingkungan atau suasana belajar secara bijaksana
sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
Para guru dan orangtua harus mengerti dalam menumbuhkan dan
memberi motivasi bagi kegiatan belajar siswa di sekolah dan dirumah sebab
mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan
perkembangan siswa dalam belajar di sekolah.
B. Intensitas Pemakaian Handphone
1. Pengertian Intensitas Pemakaian Handphone
Dalam kamus Psikologi, intensitas adalah kuatnya tingkah laku atau
kamus Besar Bahasa Indonesia, intensitas adalah keadaan tingkatan atau
ukuran intens (DepDikNas, 2003). Intens disini merupakan sesuatu yang hebat
atau sangat; tinggi; bergelora/penuh semangat;sangat emosional. Tingkatan di
sini menggambarkan seberapa sering handphone dipakai oleh seorang remaja
dalam kurun waktu tertentu, untuk berkomunikasi dengan orang lain, bermain
game, internet dengan suatu layanan tertentu dalam aplikasi handphone itu
sendiri. Pemakaian adalah proses, pembuatan, cara memakai, pemakaian
(DepDikNas, 2003).
Kaloh (Arani, 2010) berpendapat bahwa intensitas merupakan tingkat
keseringan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu yang didasari
rasa senang dengan kegiatan yang dilakukan tersebut. Intensitas kegiatan
seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan perasaan. Perasaan senang
terhadap kegiatan yang akan dilakukan dapat mendorong orang yang
bersangkutan melakukan kegiatan tersebut secara berulang-ulang. Sebaliknya,
orang yang mempunyai perasaan tidak suka terhadap suatu kegiatan akan
jarang melakukan kegiatan yang tidak disukai, seperti halnya mengunakan
Handphone.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa intensitas handphone
(handphone) adalah tingkat kedalaman atau reaksi emosional dan kekuatan
yang mendukung seseorang untuk menggunakan handphone atau bisa disebut
2. Aspek-aspek Intensitas Pemakaian Handphone
Menurut Fishbein dan Ajzen (Arani, 2010), bahwa intensitas terdiri dari
elemen- elemen yang membentuknya yaitu perilaku yang diulang-ulang,
pemahaman terhadap apa yang dilakukannya, dan batasan waktu. Sehingga
apabila dijabarkan seperti berikut:
a. Perilaku yang diulang-ulang dalam penelitian ini adalah pemakaian
Handphone yaitu menggunakan fitur-fitur yang disediakan.
b. Pemahaman, yaitu mengerti dan paham akan Handphone.
c. Batasan waktu dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan frekuensi
dalam waktu sehari semalam
Dari pengertian intensitas di atas, dapat diambil beberapa aspek dalam
intensitas berhandphone, yaitu:
a. Mengetahui perihal Handphone (Knowing)
b. Pemakaian fasilitas Handphone (Application).
Adanya proses, mengolah dan atau mengutak-atik Handphone, seperti
mengaplikasikan fitur-fitur yang disediakan oleh produk handphone itu
sendiri.
c. Tingkat keseringan/frekuensi individu (Frequency)
3. Deskripsi Singkat Mengenai Handphone
yang mampu mengirimkan dan menerima sinyal suara. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia disebutkan bahwa telepon genggamadalah telepon mandiri
yang menggunakan baterai, tanpa kabel dan menerima suara melalui sinyal.
Sedangkan, menurut Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Pos dan
Telekomunikasi, Direktorat Standardisasi Pos dan Telekomunikasi, telepon
genggam merupakan alat dan perangkat telekomunikasi yang tidak
menggunakan frekuensi radio.
Apabila dilihat dari fungsi utamanya, handphone merupakan teknologi
komunikasi yang dapat memenuhi kebutuhan manusia sehingga semua urusan
menjadi lancar, nyaman, efisien dan mudah. Lewat komunikasi dengan
Handphone, jarak, tempat dan waktu menjadi tanpa batas sehingga dikatakan
bahwa handphone mampu menghilangkan atau memperpendek jarak.
Media iklan memiliki peran dalam hal mempromosikan produk ini,
dimana saat ini banyak iklan yang menawarkan slogan-slogan tertentu agar
produk mereka mampu bersaing di pasaran. Seperti slogan yang ditampilkan
oleh beberapa merek handphone seperti Sonny Ericsson, Siemens dan Nokia. Siemens memiliki slogan “Keep people in touch, wordwide and the concept of “pocket mobility” gave our designers a great idea”. Demikian halnya dengan slogan yang ditawarkan oleh Sonny Ericsson, yaitu “Soon, people will be
using their mobile phone for surfing, GSM recognized, no frontiers”. Produk Nokia30 memberikan slogan “Connecting people dan nikmati kemudahan
Ada banyak keuntungan yang ditawarkan ketika kita mengkonsumsi
handphone, antara lain kita menjadi lebih cepat, mandiri dan dinamis. Selain
itu, kita dapat dihubungi dimana dan kapan saja karena sifatnya yang handy
dan mobile. Dengan adanya handphone pun urusan dan masalah pribadi tidak
selalu dapat didengar dan diawasi orang tua atau pihak lainnya. Ketika kita
memiliki handphone, dapat dikatakan bahwa kita tidak ketinggalan zaman
karena kita telah mengikuti tuntutan perkembangan teknologi komunikasi saat
ini. Oleh karena itu, handphone digunakan untuk membangun dan menjaga
image seseorang.
Sedangkan kerugian ketika kita memiliki dan menggunakan handphone
adalah kita menjadi merasa lebih tahu, tidak sabar dan suka memberi perintah.
Di sisi lain, kita pun menjadi kurang berminat untuk melakukan percakapan
secara langsung dan kurang berminat membaca buku. Jika dilihat dari fungsi
handphone saat ini, handphone juga berfungsi untuk mendengarkan musik seperti slogan yang ditampilkan oleh Nokia yaitu “Getarannya bikin yang lain
ikut nge-dance”. Di samping itu, handphone juga berfungsi untuk merekam
video yang tampak pula dalam slogan yang ditawarkan oleh Nokia. Slogan
tersebut berbunyi “Rekaman video 1 jam untuk segala hal yang tak cukup
diabadikan dalam sekejap”. Demikian halnya dengan slogan Sonny Ericsson yang berbunyi “catch the moment”.
Peran handphone dalam kehidupan sehari-hari pun menjadi berbagai
macam, seperti mencari dan memahami pendapat orang lain, mencari-cari
membangun jaringan aksi dan komunikasi sosial (Lembaga Studi
Realino,“Komunikasi massa (l) tanpa rakyat dan mobilitas handphone, 2005).
4. Pengaruh dan Penyalahgunaan Handphone
Beberapa pengaruh pemakaian dan penyalahgunaan handphone
dikalangan remaja antara lain adalah menggunakan aplikasi internet di
handphone mereka (http://tulisananakkos.wordpress.com/2009)
a. Kurangnya waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas
b. Kurangnya waktu untuk bersosialisasi dan berinteraksi secara langsung
dengan orang lain dan lingkungan
c. Membuat lupa waktu sehingga pola hidup tidak teratur
d. Masyarakat terbiasa melalukan hal-hal dengan praktis, sehingga tidak
termotivasi untuk melakukan hal-hal yang sulit.
e. Pola finansial yang terkesan membuang-buang uang (Pulsa handphone).
C. Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Menurut Santrock (2003), individu dikatakan remaja saat ia sudah
memasuki usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22
tahun. Menurut Hurlock (1994) remaja adalah mereka yang berada pada usia
12-18tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun.
Menurut Stanley Hall (Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang
12-23tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa
bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang
diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.
Lerner & Hultsch (Santrock,2003) menguraikan perubahan yang terjadi
pada masa remaja yang cukup unik, dimana ciri umum yang menonjol adalah
berlangsungnya perubahan itu sendiri. Perubahan dan perkembangan terjadi
hampir pada semua aspek kehidupan yang meliputi:
1. Perkembangan Fisik
Remaja mulai merasa adanya perbedaan dalam diri mereka. Perubahan
ini paling jelas terlihat ditandai dengan mengerasnya otot tubuh, tinggi dan
berat badan meningkat, bentuk tubuh lebih proporsional, muncul public hair
(rambut pada alat kelamin), dan tumbuh payudara pada remaja putri.
Perubahan biologis yang terjadi karena adanya perubahan hormon-hormon
yang diproduksi, yang memberikan tanda bahwa kemampuan bereproduksi
sudah berfungsi, dan bentuk fisik baru yang mereka dapatkan akan membawa
mereka pada dunia remaja.
2. Perkembangan Emosional
Perubahan hormonal dan fisik yang terjadi pada masa ini mempengaruhi
emosi remaja, dimana mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat.
Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson
(Setiono, www.e-psikologi.com, 2002), menemukan bahwa remaja rata-rata
“sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk
hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada remaja ini sering
kali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan
sehari-hari di rumah. Meski mood remaja mudah berubah dengan cepat, hal
tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Emosi yang menggebu-gebu yang terjadi pada masa ini justru
bermanfaat untuk terus menerus mencari identitas dirinya, dan dengan adanya
emosi tersebut, remaja secara bertahap akan mencari jalannya menuju
kedewasaan. Bagaimana reaksi orang dan lingkungan terhadapnya akan
membuat remaja belajar dari pengalaman untuk mengambil langkah-langkah
yang terbaik (Sarwono, 1989).
Pada masa ini para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam
kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap
pendapat orang lain karena menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi
atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri
mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri
mereka dan merefleksikan anggapan tersebut yang kemudian menjadi citra
dirinya.
3. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif remaja menurut Piaget memasuki perkembangan
operasional formal (formal operation), yang ditandai dengan kemampuan
puncak pemikiran ini tercapai sepenuhnya di akhir masa remaja, sekitar usia
15-20 tahun. Pada usia ini remaja memantapkan pemikiran operasional formal
dan menggunakannya dengan lebih konsisten (Santrock, 2003). Munculnya
pemikiran operasional formal menjadikan remaja memiliki kemampuan untuk
mengimajinasikan segala kemungkinan yang ada.
Menurut Elkind (Gunarsa, 2004), perkembangan kognitif tidak selalu
mengarah pada hal-hal positif. Salah satu perkembangan kemampuan mental
yang bisa mengganggu fungsi kognitif adalah egosentrisme. Egosentrisme
merupakan suatu perkembangan, dimana seorang remaja memiliki sudut
pandang dan pola pikir yang berorientasi pada diri sendiri. Remaja cenderung
untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan
mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran (Setiono,
www.e-psikologi.com, 2002). Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan
cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya,
sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya
jika ia terlihat unik dan “hebat”.
4. Perkembangan Sosial
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini
sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak
Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu
bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress)
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas
atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James
Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja
yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity
achieved (Santrock, 2003, Monks, dkk, 2000, Muss, 2001). Karakteristik
remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering
menimbulkan masalah pada diri remaja.
Semakin bertambahnya usia, semakin luas interaksi individu dengan
lingkungan, maka semakin kompleks pula tuntutan-tuntutan yang dihadapi.
Remaja bukan lagi dikatakan sebagai anak-anak, oleh karena itu orang tua
maupun lingkungan menuntut remaja untuk menentukan atau memilih satu
peran yang nantinya akan berimbas pada masa depannya, misalnya saja seperti
penentuan jurusan dan minat.
Masalah muncul ketika remaja tidak mau lagi dikatakan sebagai
anak-anak, namun juga belum bisa dikatakan sebagai seorang dewasa. Mereka
belum siap mengambil keputusan yang berdampak jangka panjang untuk masa
depannya, namun di sisi lain ingin membebaskan diri dari orang dewasa (ingin
mandiri). Remaja menjadi bertanya-tanya tentang banyak hal mengenai diri
mereka, peran mereka, dan akan melangkah kemana mereka dikemudian hari.
Kondisi seperti ini memunculkan perasaan dilema. Erikson menyebutnya
dengan identity vs identity confusion atau identitas versus kebingungan
kepribadian baru yang menarik dan dapat diterima. Remaja yang tidak
berhasil mengatasi krisis identitas ini bingung dan menderita (Santrock, 2003).
Menurut Erikson (Santrock, 2003), remaja tidak sekedar
mempertanyakan siapa dirinya, tapi bagaimana dan dalam konteks/kelompok
apa seseorang bisa menjadi lebih bermakna. Identitas individu tergantung dari
bagaimana orang lain mempertimbangkan dirinya, oleh karena itu seorang
remaja memiliki keinginan untuk diakui, untuk meningkatkan kepercayaan
diri, sekaligus meningkatkan kemandirian.
Hubungan interpersonal dengan peer-group (teman sebaya) akan lebih
intensif pada masa ini. Konformitas atau tekanan kelompok sebaya secara
nyata ataupun tidak nyata akan berpengaruh pada perilaku, karena adanya
adopsi sikap/perilaku dari anggota peer group. Begitu berpengaruhnya teman
sebaya terhadap perkembangan remaja merumuskan dan memperbaiki konsep
dirinya. Apabila konformitas bersifat positif, maka remaja akan mengadopsi
hal-hal yang positif. Sebaliknya, jika konformitas bersifat negatif, maka
remaja dengan mudah terbawa pada perilaku yang kurang baik.
D. Dinamika Hubungan Antara Intensitas Pemakaian Handphone Dengan
Motivasi Belajar
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah ini mencakup kematangan
mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1994). Pada diri remaja, pengaruh
menjadi satu-satunya landasan dan tumpuan harapan masa depan siswa. Yang
dimaksudkan motivasi belajar di sini adalah semangat untuk menuntut ilmu dan
meningkatkan prestasi belajar di sekolah, yang harus dimiliki dan dijadikan
pendorong oleh anak-anak sejak masa kecil hingga dewasa.
Menurut Winkel (2004), motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegitan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Jadi dapat
disimpulkan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga anak tidak hanya belajar namun juga menghargai dan menikmati
belajarnya.
Motivasi belajar yang tinggi pada umumnya mempunyai hasil belajar yang
tinggi pula, karena keterlibatan dan aktivitas yang tinggi dalam belajar. Siswa
yang motivasi belajarnya tinggi akan cenderung meluangkan waktunya untuk
belajar. Semakin optimal peserta didik dalam belajar maka akan mendapatkan
hasil yang maksimal.
Handphone merupakan alat komunikasi yang sekarang hampir digunakan
oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan menggunakan handphone masyarakat
yang terlahir sebagai makhluk sosial merupakan salah satu cara untuk memenuhi
kebutuhan komunikasi serta sosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Banyaknya daya tarik yang ditwarkan handphone serta kepraktisan pemakaiannya
dalam kehidupan sehari-hari. Intensitas pemakaian handphone terkadang
Skema 1.
Skema Hubungan Antara Intensitas Pemakaian Handphone Dengan Motivasi Belajar
E. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan negatif antara intensitas pemakaian handphone dengan
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional. Disebut
penelitian korelasional karena dalam penelitian ini dibahas hubungan variabel
yang satu dengan variabel yang lain, yaitu untuk mengetahui hubungan yang
signifikan antara intensitas pemakaian handphone dengan motivasi belajar siswa.
Peneliti ingin melihat kebenaran dari kesimpulan logika tersebut. Hal tersebut
berdasar pada tujuan penelitian korelasional, yaitu untuk menentukan hubungan
antara variabel atau menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi
yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Koefisien korelasi ini akan
menerangkan sejauh mana variabel tersebut berkorelasi. Sedangkan dalam
pengujian hipotesis, koefisien akan menunjukan tingkat signifikan teruji tidaknya
hipotesis (Suryabrata, 1997).
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel bebas : Intensitas pemakaian handphone
C. Definisi Operasional
1. Motivasi belajar
Belajar adalah usaha mencari, menambah, dan mengumpulkan
pengetahuan baik disekolah ataupun di luar sekolah. Kegiatan belajar juga
membutuhkan kognisi, bakat dan situasi yang berasal dari diri manusia itu
sendiri. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga anak tidak hanya belajar namun juga menghargai dan
menikmati belajarnya. Aspek –aspek motivasi belajar adalah sebagai berikut: a. Keinginan untuk memiliki wawasanyang luas
b. Persistensi pada kegiatan belajar
c. Pengorbanan untuk mencapai tujuan
d. Memiliki aspirasi/harapan
e. Memiliki kualifikasi prestasi/ output
Motiivasi belajar pada siswa remaja ini diungkap dengan menggunakan
skala Motivasi belajar. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek,
menunjukkan semakin tinggi motivasi belajar yang dimiliki siswa itu sendiri.
Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh subjek, rendah
2. Intensitas Pemakaian Handphone
Intensitas suatu perilaku di definisikan sebagai suatu keinginan untuk
melakukan atau tidak melakukan perilaku (Ajzen dan Fishbein,1980).
Intensitas juga di definisikan sebuah ukuran dari kekuatan sebuah keinginan
untuk melakukan suatu perilaku yang spesifik.
Intensitas pemakaian handphone (handphone) adalah tingkat kedalaman
atau reaksi emosional dan kekuatan yang mendukung seseorang untuk
menggunakan handphone. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek,
menunjukkan semakin tinggi ntensitas pemakaian handphone subjek. Begitu
pula sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh subjek, maka semakin
rendah pula ntensitas pemakaian handphone subjek.
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Instrumen atau alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan skala. Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala
Likert. Motivasi Belajar Siswa akan diukur dengan skala M-B. Item-item dalam
skala tersebut berisi pernyataan yang berisi pernyataan favorable dan unfavorable.
Sedangkan Intensitas Pemakaian handphone akan diukur dengan skala I-H.
Item-item dalam skala tersebut juga berisi pernyataan yang berisi pernyataan favorable
dan unfavorable. Dengan demikian, ada dua skala dalam penelitian ini yaitu Skala
Motivasi Belajar dan Skala Intensitas pemakaian handphone.
menggunakan kategori jawabn “Netral/Ragu-ragu”. Hal ini dikarenakan adanya
dua alasan, yaitu : pertama, kategori N (netral) atau R (ragu-ragu) dapat
mempunyai arti ganda sehingga dapat diartikan belum dapat memutuskan atau
memberikan jawaban atau diartikan sebagai pilihan netral atau tidak dapat
menentukan pilihannya. Kedua, akan menimbulkan kecenderungan untuk
menentukan pilihan di tengah (central tendency effect), terutama bagi respon
ragu-ragu atau bingung untuk menentukan jawabannya (Hadi, 1991). Selain itu,
maksud dari kategori jawaban “Sangat Tidak Sesuai”, “Tidak Sesuai”, “Sesuai”, dan “Sangat Sesuai” adalah untuk melihat kecenderungan pendapat subjek kearah
setuju atau tidak setuju.
Kedua skala tersebut akan dibagikan kepada subjek penelitian dalam 1
eksemplar,masing-masing terdiri dari Skala Motivasi Belajar dan Skala Intensitas
Pemakaian Handphone. Skala Motivasi Belajar selanjutnya disebut Bagian 1 dan
Skala Intensitas pemakaian Handphone selanjutnya disebut Bagian 2. Berikut
adalah Blue print skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Blue print
Tabel.1
Tabel Spesifikasi item Motivasi Belajar SebelumUji Coba
Aspek Motivasi Belajar Siswa Total Bobot
Ekstrinsik Intrinsik
Favorable unfavorable Favorable unfavorable
Keinginan
aspirasi/harapan 35,36,37,38 4 8%
Pemberian skor pada alat ukur di atas adalah sebagai berikut :
Untuk item favorable
Nilai 4 : Untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), artinya pernyataan yang tersedia
dirasa sangat sesuai dengan diri subjek.
Nilai 3 : Untuk jabawan Sesuai (S), artinya artinya pernyataan yang tersedia
dirasa sesuai dengan diri subjek.
Nilai 2 : Untuk jabawan Tidak Sesuai (TS), artinya artinya pernyataan yang
tersedia dirasa tidak sesuai dengan diri subjek.
Nilai 1 : Untuk jabawan Sangat Tidak Sesuai (STS), artinya artinya pernyataan
yang tersedia dirasa sangat tidak sesuai dengan diri subjek.
Untuk item unfavorable
Nilai 1 : Untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), artinya pernyataan yang tersedia
dirasa sangat sesuai dengan diri subjek.
Nilai 2 : Untuk jabawan Sesuai (S), artinya artinya pernyataan yang tersedia
dirasa sesuai dengan diri subjek.
Nilai 3 : Untuk jabawan Tidak Sesuai (TS), artinya artinya pernyataan yang
tersedia dirasa tidak sesuai dengan diri subjek.
Nilai 4 : Untuk jabawan Sangat Tidak Sesuai (STS), artinya artinya pernyataan
Tabel.2
Tabel Spesifikasi Item Intensitas Pemakaian Handphone Sebelum Uji Coba
Aspek Jenis pernyataan Total Bobot
Favorable unfavorable
Intensitas Pemakaian
Knowing (pengetahuan/
pemahaman)
15,20,29, 28, 4 16,7%
Application (pemakaian fitur
fitur yang ada)
1,4,6,7,12,
13,14,16,17,21, 23, 11 43,3%
Frequency
(keseringan) 2,3,5,8,9,10,11, 18,19,22, 24,25,2730 15 40%
Pemberian skor pada alat ukur di atas adalah sebagai berikut :
Untuk item favorable
Nilai 4 : Untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), artinya pernyataan yang tersedia
dirasa sangat sesuai dengan diri subjek.
Nilai 3 : Untuk jabawan Sesuai (S), artinya artinya pernyataan yang tersedia
dirasa sesuai dengan diri subjek.
Nilai 2 : Untuk jabawan Tidak Sesuai (TS), artinya artinya pernyataan yang
tersedia dirasa tidak sesuai dengan diri subjek.
Nilai 1 : Untuk jabawan Sangat Tidak Sesuai (STS), artinya artinya pernyataan
yang tersedia dirasa sangat tidak sesuai dengan diri subjek.
Untuk item unfavorable
Nilai 1 : Untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), artinya pernyataan yang tersedia
dirasa sangat sesuai dengan diri subjek.
Nilai 2 : Untuk jabawan Sesuai (S), artinya artinya pernyataan yang tersedia
dirasa sesuai dengan diri subjek.
Nilai 3 : Untuk jabawan Tidak Sesuai (TS), artinya artinya pernyataan yang
tersedia dirasa tidak sesuai dengan diri subjek.
Nilai 4 : Untuk jabawan Sangat Tidak Sesuai (STS), artinya artinya pernyataan
E. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah para anggota Persekutuan Remaja Gekisia
Argamakmur. Alasan dipilihnya anggota Persekutuan Remaja Gekisia
Argamakmur sebagai subjek penelitian karena Subjek memiliki subjek dalam
penelitian ini berusia 14 hingga 19 tahun dimana pada rentang usia tersebut
individu dikatakan remaja saat ia sudah memasuki usia kira-kira 10 hingga 12
tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun (Santrock, 2003).
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
1. Validitas
Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya (Azwar, 2007). Suatu alat ukur
dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut
menjalankan fungsinya ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan tujuan pengukuran. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui
pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau professional
judgement. Validitas dilakukan dengan mengkonsultasikan item pada dosen
pembimbing yang telah berpengalaman untuk memeriksa tes yang disusun
peneliti dan menyimpulkan apakah tes tersebut memberi kesan mengukur sifat
2. Seleksi Item
Dasar kerja yang digunakan dalam seleksi item dalam penelitian ini
adalah memilih item-item yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan
fungsi ukur tes. Pengujian keselarasan fungi item dengan fungsi tes
menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor
pada setiap item dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor total
itu sendiri. Secara teknis, pengujian konsistensi item dilakukan dengan
menghitung koefisien korelasi antara skor subjek pada item yang
bersangkutan dengan skor total tes (korelasi item-total).(Azwar,2007)
Untuk menentukan item mana yang memiliki validitas yang memadai,
para ahli menetapkan patokan besar koefisien item total dikoreksi sebesar 0,25
atau 0,30 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah item. Artinya semua
item pertanyaan atau pernyataan yang memiliki koefisien korelasi item total
dikoreksi sama atau lebih besar dari 0,25 atau 0,30 diindikasikan memiliki
validitas internal yang memadai, dan kurang dari 0,25 atau 0,30 diindikasikan
item tersebut tidak valid(Azwar,1999).
Besarnya koefisien korelasi item total bergerak dari 0 sampai dengan
1,00 dengan tanda positif atau negatif. Semakin tinggi korelasi positif antara
skor item dengan skor tes berarti semakin tinggi konsistensi antara item
tersebut dengan tes keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya.
Bila koefisien korelasinya rendah mendekati nol, berarti fungsi item tersebut
tidak cocok dengan fungsi ukur tes dan daya bedanya tidak baik. Bila korelasi
bersangkutan. (Supratiknya, 2009). Selanjutnya, menggunakan teknik korelasi
Pearson Product Moment, parsial pada analisis komputer SPSS for Windows Seri 16.00.
Pengujian terhadap skala motivasi belajar menggunakan proses
pemilihan item yang memiliki. Dari 50 item yang terdiri 25 item favorable
dan 25 item unfavorable, terdapat 38 item soal memiliki nilai r ix 0,3.
Empat puluh dua item tersebut memenuhi syarat dalam penyusunan skala
motivasi belajar. Sedangkan, 12 item memiliki nilai r ix 0,3 sehingga
dinyatakan gugur. Hasil pengujian pada variabel motivasi belajar adalah
sebagai berikut:
Tabel.3
Hasil Analisis Item Skala Motivasi Belajar
r ix No. Item Total
r ix 0,3
1, 2, 40,41,42, 43, 44,45, 46, 47, 48, 50 12 item
r ix
0,3 3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23, 24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37, 38,39, 49, 38 item
Pengujian terhadap skala intensitas pemakaian handphone memperlihatkan
bahwa dari 30 item yang terdiri dari 24 item favorable dan 6 item unfavorable, ,
terdapat 18 item soal memiliki nilai r ix 0,25 dan memenuhi syarat dalam
penyusunan skala intensitas pemakaian handphone. Sedangkan, 12 item memiliki
nilai r ix 025 sehingga dinyatakan gugur karena tidak memenuhi kriteria item
Tabel.4
Hasil Analisis Item Skala Intensitas Pemakaian Handphone
r ix No. Item Total
r ix 0,3 4, 6,10,15,18,219,2,23,24,25,26,27,28,29 12 item
r ix 0,3 1,2,3,5,7,8,9,11,12,13,14,16,17,20,21,30 18 item
Item-item yang telah dianalisis baik dan memenuhi kriteria sebagai item
yang baik digunakan untuk menyusun skala motivasi belajar dan skala intensitas
pemakaian handphone.
Setelah item yang tidak memenuhi syarat digugurkan dan distribusi item
diproporsionalkan maka didapatkan item-item yang layak untuk dioleh sebagai
alat ukur penelitian. Tabel 5 berisi item motivasi berprestasi yang dipergunakan
Tabel. 5
Tabel Spesifikasi Item Motivasi Berlajar Setelah Uji Coba
Aspek Motivasi Belajar Siswa Total Bobot
Ekstrinsik Intrinsik
Item intensitas pemakaian handphone yang dipergunakan dalam penelitian dapat
dilihat pada tabel 6 berikut :
Tabel.6
Tabel Spesifikasi ItemIntensitas Pemakaian Handphone Setelah Uji Coba
Aspek Jenis pernyataan Total Bobot