• Tidak ada hasil yang ditemukan

Negara, Ilmu Negara, Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Berobjek Negara Lainnya. Disusun oleh: Pamungkas Satya Putra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Negara, Ilmu Negara, Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Berobjek Negara Lainnya. Disusun oleh: Pamungkas Satya Putra"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Hukum

Universitas Singaperbangsa Karawang Karawang

2014

Negara, Ilmu Negara, Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Berobjek Negara Lainnya

Disusun oleh:

Pamungkas Satya Putra

1 P am u n gk as S at ya P u tr a

(2)

 Ilmu Negara Hakekat Pengetahuan (Science/

Knowledge). Pengetahuan merupakan suatu yang diketahui

melalui panca indera manusia di dalam pergaulan hidupnya dengan manusia lainnya.

 Manusia adalah satu-satunya ciptaan Allah SWT yang dikaruniai akal pikiran, dan kewajibannya yaitu mengembangkan pengetahuan tersebut. Kemudian Jujun S.S. mengemukakan bahwa pengetahuan yang diperoleh bisa melalui akal pikiran yang disebut pengetahuan, bisa juga melalui wahyu, intuisi ataupun panca indera (pemerolehan pengetahuan bukan berdasarkan rasionalisme dan empirisme). Manusia mampu mengembangkan pengetahuan disebabkan oleh dua hal utama yakni: a). Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. b). Manusia mampu berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu. 2

P am u n gk as S at ya P u tr a

(3)

 Aristoteles menegaskan dalam istilah “zoon politicon” atau manusia merupakan makhluk sosial. Manusia saling memiliki hubungan dengan manusia lainnya atau medselejik

ervaring atau manusia berinteraksi dengan manusia lainnya.

 Syarat-syarat Ilmu Pengetahuan:

1. Syarat Mutlak (absolut) atau Condition Sine Quanon (Sesuatu hal yang tidak dapat ditawar lagi): Adanya ruang lingkup atau objek penyelidikan, dan memiliki metode

(metodos, jalan ke arah/ cara bekerja).

2. Syarat Relatif atau tidak mutlak: Identitas di dalam cabang ilmu pengetahuan, dan sistematis (sisteem) yaitu sesuatu yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub sistem yang saling berhubungan, saling ketergantungan, sebagai kesatuan utuh yang teratur baik di dalam akar, batang,

cabang hingga ranting. (Pohon Keilmuan). 3

P am u n gk as S at ya P u tr a

(4)

Pembagian Ilmu Pengetahuan

 Dilthey dalam buku yang berjudul “Inleitung In Die Geisteswissenschaft” atau Pengantar Ke Dalam Ilmu Kerohanian, membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua golongan, yaitu:

Natuur Wissenschaft atau Ilmu Pengetahuan Alam, objek penyelidikan “benda mati”. Metode penyelidikan “Trial and Error”. Contoh: Penyelidikan di laboratorium-laboratorium, sehingga hasil sulit untuk di duga dan diperhitungkan, dan Pembuatan Bom Hidrogen.

Geistes (kultuur) Wissenschaft atau Ilmu Pengetahuan Kerohanian, objek penyelidikan “benda hidup atau manusia”. Metode penyelidikan “budaya sebagai hasil ciptaan manusia dan bukan coba dan gagal berdasarkan pergaulan hidup manusia yang mempunyai nilai-nilai, bangunan-bangunan, dan tatanan-tatanan tertentu”.

4 P am u n gk as S at ya P u tr a

(5)

 Freyer dalam buku yang berjudul “Soziollogis Als Wirklichkeits Wissenschaft” atau Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan Kenyataan, mengembangkan ilmu pengetahuan menurut Dilthey dengan membagi Geistes

Wissenschaft:

1. Wirklichkeits Wissenschaft: ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kenyataan-kenyataan. Objek penyelidikan adalah masyarakat, dan keutamaannya adalah mempelajari kenyataan-kenyataan yang ada di dalam masyarakat.

Ilmu pengetahuan tersebut disebut juga sebagai Ontologi

(Onthology), tokoh Aristoteles sebagai Bapak Ontologi.

Metode yang dipergunakan yaitu Induktif Empiris (metode yang mempelajari suatu hal konkrit berdasarkan atas kenyataan). 5 P am u n gk as S at ya P u tr a

(6)

2. Logos Wissenschaft: ilmu pengetahuan yang didasarkan pada hal-hal yang berada di luar kenyataan atau idealisme yang tidak nyata (angan-angan). Letaknya berada di atas kenyataan atau disebut sebagai cita. Pusat dari inti ilmu pengetahuan tersebut adalah ajaran Plato yaitu Ideen Leer. Metode yang dipergunakan yaitu Deduktif Analitis Transedental. Contoh: Agama, Moral, Bahasa, Kesenian, dan lainnya. P am u n gk as S at ya P u tr a

(7)

 Herman Heller dalam buku yang berjudul “Staats-lehre”, membagi Geistes Wissenschaft menjadi dua bagian, yaitu: 1. Wirklichkeits Wissenschaft;

2. Sinnes Wissenschaft.

 Herman Heller membagi kembali Sinnes Wissenschaft

menjadi dua bagian, yaitu:

1. Abstraktes Sinnes Wissenschaft: Objek penyelidikan tidak tergantung ke dalam sikap tindak manusia dan tidak tergantung dari waktu, tempat, dan keadaan. Contoh: moral, norma-norma susila dan lainnya.

2. Historisches Sinnes Wissenschaft: Objek penyelidikan ditentukan oleh sejarah, maka hal tersebut didasarkan pada waktu, tempat, dan keadaan, sehingga faktor sejarah ini menjadi faktor dominan.

7 P am u n gk as S at ya P u tr a

(8)

Kesimpulan:

 Bahwa Ilmu Negara telah memenuhi syarat-syarat ilmu yaitu objek penyelidikan benda hidup yaitu kenyataan sosial yang di dapat dalam hidup manusia dan memiliki metodologi. Ilmu Negara sebagai Ilmu Pengetahuan Kerohanian yang tergolong ke dalam Wirklichkeits Wissenschaft yaitu kenyataan-kenyataan sosial, karena kenyataan-kenyataan sosial, maka negara itu bertindak sebagai organisasi kewibawaan (gezag organisatie) dalam masyarakat. Negara sebagai organisasi sosial yang bertindak sebagai organisasi keibawaan dalam masyarakat.

 Bahwa negara sebagai suatu kenyataan sosial yang hidup, dan kenyataan yang hidup itu muncul ke permukaan sebagai bentuk organisasi kewibawaan yang disebut Form Aus

Leben, sedangkan yang hidup dalam kehidupan disebut

Leben Aus Form. 8

P am u n gk as S at ya P u tr a

(9)

 Ilmu Negara sebagai Ilmu Pengetahuan telah memenuhi syarat-syarat:

1. Syarat Empiris (menselijk arvaring), segala sesuatu yang diperoleh berdasarkan kenyataan-kenyataan sosial berdasarkan gejala-gejala yang terdapat pada pergaulan hidup manusia. Tokoh: Auguste Comte.

2. Syarat Immanent, segala gejala yang ada harus dapat dikembalikan ke dalam kekuatan-kekuatan yang ada di dalam dunia itu sendiri.

3. Syarat Fungsional, segala gejala yang terdapat dalam dunia ini, selalu berhubungan antara gejala satu dengan gejala lainnya (hubungan interdependensi). Contoh:

Fungsi Ilmu Pengetahuan Alam: Tergantung pada X dan pada Y; Tugas, Kerja, dan Hubungan; Hubungan timbal balik antara bagian-bagian dengan keseluruhan; Kerja

(werking). 9 P am u n gk as S at ya P u tr a

(10)

Fungsi Ilmu Pengetahuan Kerohaniaan: Tugas, kerja, dan hubungan; Hubungan timbal balilk antara bagian-bagian dengan bagian dan bagian dengan keseluruhan; Kerja

(werking).

Fungsi Negara untuk Masyarakat: Menghormati, melindungi, menjamin kelangsungan hidup masyarakat yang menghendaki kehidupan secara konstan dan teratur.

Herman Heller menegaskan bahwa negara memerlukan wilayah atau memerlukan sentral kekuasaan untuk menyatukan daerah dari masyarakat itu untuk diatur atau disebut Territorial Gezag Organisatie.

P am u n gk as S at ya P u tr a

(11)

4. Syarat Dialektis, suatu pertentangan baik yang satu dengan lainnya, yang tetap pada kedudukan atau tetap berjalan dan tidak dapat disatukan. Contoh: Dalam lapangan sosiologi individu x masyarakat, dalam lapangan ilmu negara warga negara x masyarakat negara, dalam lapangan ilmu hukum kebebasan x keadilan (Baca Paul Scholten dengan teori

Sepaning van het Recht, George Wilhelm Friedrich Hegel,

Karl Marx). Syarat dialektis berbeda dengan teori dialektika yang terdiri atas:

a. Adanya suatu these (dalil, aksi, argumen); b. Adanya suatu anti-these (reaksi, sanggahan); c. Adanya suatu synthese (perpaduan).

Syarat Dialektis didasarkan pada these x anti-these, dan tidak dapat ditarik untuk dijadikan synthese (kesimpulan).

11 P am u n gk as S at ya P u tr a

(12)

5. Syarat Dinamis, bahwa gejala-gejala yang terdapat di dunia ini berubah-ubah dan berkembang dari waktu ke waktu. Negara perlu mengikuti perubahan-perubahan masyarakat.

6. Syarat Bermanfaat, bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan harus dimanfaatkan sebesar-besar bagi manusia, bagi kesejahteraan manusia, bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, serta pengembangan pribadi Warga Negara.

Kesimpulan:

Ilmu Negara telah memenuhi syarat ilmu dan syarat-syarat ilmu pengetahuan modern.

P am u n gk as S at ya P u tr a

(13)

Peristilahan Negara

 Negara staat (Belanda), state (Inggris), d’etat (Prancis), Stato (Portugal).

 George Jellinek (Bapak Ilmu Negara), negara merupakan organisasi tertinggi dari bangunan hukum satu sisi dan bangunan masyarakat di sisi lain. Ikatan orang-orang yang bertempat tinggal di wilayah tertentu yang dilengkapi dengan kekuasaan untuk memerintah.

Max Weber, negara merupakan kumpulan suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.

 Djokosoetono, negara merupakan organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di bawah suatu

pemerintahan yang sama. 13

P am u n gk as S at ya P u tr a

(14)

 Miriam Budiardjo, negara merupakan suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. (negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision

making), kebijakan (policy, beleid), pembagian

(distribution) atau alokasi (allocation)).

P am u n gk as S at ya P u tr a

(15)

Selayang Pandang

 Ilmu Negara: Pengantar, genus (umum, universal), teoritis, abstrak (terlepas dari tempat, waktu, tidak memiliki adjektif tertentu)

 Kedudukan Ilmu Negara: Sebagai mata kuliah wajib berdasarkan Kurikulum Nasional yang tergolongkan di dalam Mata Kuliah Dasar Keahlian Hukum.

 Fungsi Ilmu Negara: Sebagai “Pengantar” dalam mempelajari Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum Internasional, dan Hukum Kenegaraan lainnya.

 Ilmu Negara memiliki nilai teoritis, bukan praktis (HTN, HAN, HI). 15 P am u n gk as S at ya P u tr a

(16)

 Istilah-istilah Ilmu Negara:

1. Allgemeine Staat Lehre atau Pengantar Ilmu Negara

(Jerman);

2. Algemeine Staats Leer atau Pengantar Ilmu Negara

(Belanda);

3. The General Theory of State atau Teori Umum tentang

Negara (Inggris);

4. Political Theory, Political Science (Inggris);

5. Teoria Politica (Spanyol);

6. Teorie d’Etat (Prancis);

7. Science Politique (Prancis).

 Ilmu Negara memerlukan istilah untuk menunjukan bahwa salah satu dari cabang ilmu kenegaraan, dan sebagai cabang ilmu kenegaraan yang berdiri sendiri.

P am u n gk as S at ya P u tr a

(17)

 Ilmu Kenegaraan merupakan cakupan atau asal dari ilmu negara sebagai cabang yang telah berdiri sendiri atau melepaskan diri berdasarkan perkembangan dengan objek yaitu “negara” sehingga ruang lingkup ilmu kenegaraan menjadi sempit, di mana:

1. Ilmu Negara; 2. Ilmu Politik;

3. Hukum Tata Negara;

4. Hukum Administrasi Negara; 5. Hukum Internasional;

6. Ilmu Ekonomi;

7. Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara, dan lainnya.

17 P am u n gk as S at ya P u tr a

(18)

Pengertian Ilmu Negara

 Roelf Kranenburg, ilmu negara merupakan “Ilmu tentang Negara”. Negara diselidiki sifat hakikatnya, struktur, dan bentuknya, asal mulanya dan segenap persoalan yang berkisar di sekitar negara dalam pengertian umum. Juga dibahas dan diteliti sifat-sifat umum dan ciri-ciri tabiatnya.  Nasroen, ilmu negara umum merupakan suatu ilmu

pengetahuan yang tertentu. Sebagai ilmu pengetahuan, maka Ilmu Negara Umum adalah mencari dan menetapkan sesuatu ketentuan dan kebenaran terhadap pokok penyelidikannya dan di dalam hal ini adalah soal negara. Ilmu Negara Umum harus menjawab pertanyaan apakah negara itu? P am u n gk as S at ya P u tr a

(19)

 M Solly Lubis, ilmu negara merupakan ilmu yang mempelajari negara secara umum, mengenai asal mulanya negara, wujudnya negara, lenyapnya negara, perkembangannya dan jenis-jenisnya.

 Obyek ilmu negara bersifat abstrak dan umum, tak terikat ruang, tempat, waktu dan bersifat universal. Maka Ilmu Negara berfungsi: Menyelidiki pengertian pokok dan sendi-sendi pokok negara dan merupakan ilmu dasar bagi Hukum Tata Negara Positif (HTN hic et nunc). Dengan kata lain, seorang yang akan mempelajari Hukum Tata Negara harus terlebih dulu memahami Ilmu Negara, karena Ilmu Negara memberikan dasar-dasar teoritis Hukum Tata Negara dan Hukum Tata Negara merupakan realisasi dari teori-teori Ilmu Negara.

CST. Kansil, ilmu negara merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki atau mempelajari sendi-sendi pokok (asas-asas pokok) dan pengertian pokok akan negara.

19 P am u n gk as S at ya P u tr a

(20)

 Sjachran Basah, ilmu negara merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok

(grondbegrippen) dan sendi-sendi pokok negara dan hukum

negara (grondbeginselen van de staat en het staatsrecht), ilmu negara juga merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi hukum tata negara positif (grondwetenschap van het positief

staatsrecht).

 Negara menekankan hal-hal yang bersifat umum dengan menganggap negara sebagai genus (bentuk umum) dan mengesampingkan sifat-sifat khusus dari negara-negara. Ilmu Negara tidak membahas bagaimana pelaksanaan hal-hal umum itu dalam suatu negara tertentu. Maka Ilmu Negara bernilai teoritis

 Ilmu Negara menyelidiki asal mula negara, hakekat negara, bentuk negara dan pemerintahan.

P am u n gk as S at ya P u tr a

(21)

21 P am u n gk as S at ya P u tr a

(22)

 George Jellinek (1851-1911) merupakan filsuf dan ahli tata negara asal Jerman (lahir di kota Lepzig), yang dikenal juga sebagai Bapak Ilmu Negara.

 Dalam bukunya “Algemeine Staatlehre” membagi Ilmu kenegaraan dalam arti luas, menjadi dua (2) bag-Ian yaitu “Staatswissenschaft” dalam arti sempit dan “Rechtswissenschaft” tentang ilmu pengetahuan huku-m.

 “Staatswissenschaft” dalam arti sempit dapat dirum-uskan Ilmu Kenegaraan dalam arti luas

“Schaftwissen-schaften” dikurangi ilmu pengetahuan hukum “Rechtswissenschaft”. Atau

“Schaftwissenschaften” - “Rechtswissenschaft” = “Staatswissenschaft”.

P am u n gk as S at ya P u tr a

(23)

Staatswissenschaft: studies state from the object perspective (state). Suatu ilmu pengetahuan mengenai negara yang penyelidikannya menekan pada negara sebagai objeknya.

Rechtswissenschaft: studies state from the juridisch perspective. Suatu ilmu pengetahuan mengenai negara yang penyelidikannya menekan pada hukum “yuridis” sebagai objeknya.

Beschreibende Staatswissenschaft: Kumpulan ilmu pengetahuan yang menjelaskan unsur-unsur negara, aspek negara, dan lain-lain mengenai negara. Bersifat deskriptif menggambarkan peristiwa yang terjadi berhubungan dengan negara dan belum tersistematis karena baru dikumpulkan.

Theoritische Staatswissenschaft: Kumpulan Beschreibende

Staatswissenschaft yang menjelaskan negara, unsur-unsur negara, aspek negara, dan lain-lain mengenai negara yang telah diolah, dianalisis, dan dikumpulkan secara sistematis. Bersifat teoritis yang menyelidiki tentang negara. Hal tersebutlah yang disebut “Ilmu Negara”.

Praktische Staatswissenschaft: mencari upaya bagaimana hasil penyelidikan

Theoritische Staatswissenschaft agar dapat dilaksanakan dalam praktek (ilmu politik). 23 P am u n gk as S at ya P u tr a

(24)

Allgemeine Staatslehre: menyelidiki negara pada umumnya.

Hal-hal yang berlaku umum di berbagai negara yang bersifat umum dan universal.

Allgemeine Soziale Staatslehre: menyelidiki negara sebagai gejala

sosial. Meliputi sifat hakekat negara, legitimasi negara, terjadinya negara, tujuan negara, tipe-tipe negara.

Allgemeine Staatsrechtslehre: menyelidiki negara dari segi yuridis.

Hal tersebut meliputi: bentuk negara dan pemerintahan, kedaulatan, unsur negara, fungsi negara, konstitusi, lembaga perwakilan, alat perlengkapan negara, sendi pemerintahan, kerjasama antar negara.

Besondere Staatslehre: menyelidiki khusus suatu negara (hukum

tata negara, hukum administrasi negara, hukum internasional). Hal-hal yang berlaku di satu atau suatu negara saja yang bersifat khusus.

Individual Staatslehre: menyelidiki negara tertentu (konkrit).

Spezielle Staatslehre: menyelidiki negara dalam pengertian umum,

kemudian diselidiki lembaga negara yang khusus (spesial).

P am u n gk as S at ya P u tr a

(25)

Nilai Ilmu Negara

1. Nilai Totalitas: Objek penyelidikan dapat diselidiki secara

menyeluruh (als Ganzheit) yang tidak tertuju semata-mata pada suatu negara tertentu saja. Metode penyelidikan melalui perbandingan lebih dari satu negara. Hasil penyelidikan mengandung nilai utuh menyeluruh sebagai lawan nilai tertentu. Contoh: Republik, Kerajaan dan lainnya.

2. Nilai Umum: Nilai yang digambarkan secara keseluruhan, di mana

mengandung genus begrip, bukan species begrip. Hal tersebut merupakan suatu abstraksi dari objek penyelidikan tertentu, yang memuat pengertian khusus setelah kemudian diperbandingkan dengan menggunakan metode perbandingan.

3. Nilai Abstrak: Nilai yang tidak nyata dan diperoleh sebagai akibat

dari nilai totalitas dan umum.

4. Nilai Teoritis: Perumusan dan konkretisasi cita-cita sebagai lawan dari

nilai praktis. Nilai teoritis muncul dari hubungan nilai umum, abstrak dan hal-hal yang muncul itu berupa ajaran-ajaran atau paham-paham.

5. Bebas Nilai (Free Value): Tidak dipengaruhi oleh waktu, tempat, dan

keadaan. Ilmu Negara sebagai dasar, basis, dan landasan yang bersifat fundamental. 25 P am u n gk as S at ya P u tr a

(26)

Fungsi Ilmu Negara

 Fungsi Ilmu Negara sebagai pengantar (inleiding-Belanda,

inleitung-Jerman, introduction-Inggris).

 Pengertian pengantar sebagaimana dimaksud di dalam Ilmu Negara yaitu ilmu pengetahuan yang menjawab pernyataan-pernyataan pendahuluan (verfragen,

prealabele, wissenschaftlehre). Ilmu Negara sebagai

pengantar ilmu pengetahuan dasar atau basis

(grondwetenschap atau basiswetenschap) untuk mata

kuliah lain pada cabang-cabang ilmu kenegaraan.

P am u n gk as S at ya P u tr a

(27)

ASAL MULA NEGARA

 Asal mula Negara yang dimaksud bukan merupakan asal mula atau terbentuknya negara secara konkrit, misalnya Republik Indonesia, Kerajaan Inggris, Kerajaan Kamboja, Federal Amerika Serikat, dan lainnya.

 Pengertian yang dimaksud adalah pengertian terbentuknya atau terjadinya asal mula atau sesuatu yang dinamakan sebagai negara dalam pikiran atau angan-angan, misalnya Masa Yunani, Masa Romawi, Masa Abad Pertengahan, Masa Renaissance, dan Masa Aliran Hukum Positif.

(28)

HAKEKAT NEGARA

 Hakekat negara di mana negara sebagai alat, wadah atau organisasi/ perkumpulan dan lainnya memiliki syarat-syarat untuk dapat disebut sebagai negara.

Syarat Mutlak: Wilayah, Rakyat, Kekuasaan/ Pemerintah yang berdaulat.

Syarat Tidak Mutlak: Pengakuan dari negara lain (tambahan).

(29)

B

ENTUK

N

EGARA

 Bentuk Negara dalam arti konkrit.

Tugas Ilmu Negara mengkaji, mempelajari, sifat, seluk-beluk, segi-segi, dan masalah negara secara umum, yaitu:

1.Asal mula negara;

2.Sejarah terjadinya negara;

3.Organisasi dan peranan dalam kehidupan manusia;

4.Mengumpulkan gejala-gejala, peristiwa-peristiwa mengenai negara pada masa lalu, kini, dan tinjauan perkembangan sejarah dan berorientasi pada konteks teoritis.

(30)

Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Berobjek Negara Lainnya

 Ilmu Negara sebagai ilmu sosial yang bersifat teoritis, di mana segala hasil penyelidikan dipraktekkan oleh Ilmu Politik sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat praktis (Sjachran Basah).

 Ilmu Negara sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok dan sendi-sendi pokok negara dapat memberikan dasar-dasar teoritis yang bersifat umum untuk HTN, HAN, HI, dan hukum kenegaraan lainnya. Antara Ilmu Negara dan HTN, HAN, HI terdapat persamaan, yaitu objek “negara”. Ilmu Negara sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari objek negara dalam arti abstrak, sedangkan HTN, HAN, HI mempelajari objek negara dalam arti konkrit.

P am u n gk as S at ya P u tr a

(31)

Pengertian Ilmu Politik Ortodoks

 Roger F. Soltau, political science is the study of the state, its

aim and purpose (...) the institutions buy which these are

going to be realized, its relations with its individual

members, and other state. (Ilmu Politik mempelajari negara,

tujuan-tujuan negara (...) dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu, hubungan antara negara dengan warganya serta hubungan antarnegara).

 J. Barents, en maatschappelijk leven (...) waarvan de staat

een onderdeel vornt. Ilmu Politik mempelajari kehidupan

bermasyarakat (...) dengan negara sebagai bagiannya. De wetenschap der politiek is de wetenschap die het leven van

de staat een onderdeel vormt. Aan het onderzoek van die

staten, zoals ze werken, is de wetenschap der politiek

gewijd. Ilmu Politik mempelajari negara dan bagaimana

negara tersebut melakukan tugas serta fungsinya.

31 P am u n gk as S at ya P u tr a

(32)

Pengertian Hukum Tata Negara

 J.H.A. Logemann: Hukum Tata Negara ialah serangkaian kaidah hukum mengenai jabatan atau kumpulan jabatan di dalam negara dan mengenai lingkungan berlakunya hukum suatu negara. Hukum Tata Negara ialah hukum organisasi negara.

 A.V. Dicey: Hukum Tata Negara ialah seluruh peraturan yang secara langsung maupun tidak langsung mengenai pembagian kekuasaan dan pelaksana tertinggi suatu negara.

 Djokosoetono: Hukum Tata Negara ialah hukum mengenai konstitusi negara dan konstelasi negara, dan karena itu hukum tata negara disebut juga hukum konstitusi negara (Constitutional Law).

 Maurice Duveger: Hukum Tata Negara ialah hukum yang mengatur organisasi dan tugas-tugas politik dari suatu lembaga negara.

P am u n gk as S at ya P u tr a

(33)

PERSAMAAN ILMU NEGARA DAN HUKUM TATA NEGARA:

Ilmu Negara dan Hukum Tata Negara memiliki pokok

bahasan yang sama, yaitu negara.

Ilmu Negara dan Hukum Tata Negara termasuk ilmu sosial

dan memiliki obyek penelitian yang sama, yaitu manusia yang berkeinginan hidup dan berkembang dalam tata kehidupan bernegara.

Ilmu Negara dan Hukum Tata Negara memiliki dalil-dalil dan

rumusan/ definisi yang bersifat nisbi (relatif) berbeda sesuai dengan sudut pandang ahli yang mengemukakannya.

(34)

Perbedaan Ilmu Negara dan Hukum Tata Negara: A. Ilmu Negara

Obyek yang dipelajari: Negara secara umum, asal-usul, unsur-unsur, timbul dan lenyapnya, tujuannya dan jenis-jenis atau bentuk negara secara umum. Sifat: Teoritis/ Abstrak. Ketentuan Umum Negara: Pelaksanaannya tidak diuraikan. Definisi Umum: Ilmu yang mempelajari asal-usul, perkembangan wujud dan lenyapnya negara.

B. Hukum Tata Negara

Obyek yang dipelajari: Negara tertentu, bagaimana pemerintahan dalam negara itu disusun dan dijalankan mulai dari pemerintah pusat hingga daerah dalam wilayah kekuasaannya. Sifat: Praktis/

Nyata. Ketentuan Umum Negara: Pelaksanaannya diuraikan secara khusus. Definisi: Ilmu yang mempelajari sistem pemerintahan suatu negara.

(35)

SIFAT-SIFAT NEGARA

Negara memiliki sifat-sifat khusus yang merupakan

manifestasi kedaulatan yang dimilikinya dan yang membedakannya dari organisasi lain yang juga memiliki kedaulatan.

Sifat memaksa, yang berarti bahwa negara memiliki

kekuasaan untuk menggunakan kekerasaan fisik secara legal agar peraturan undang-undang ditaati sehingga penertiban dalam masyarakat tercapai dan tindakan anarki dapat dicegah.

Sifat monopoli, yang berarti bahwa negara memegang

monopoli dalam menetapkan tujuan bersama masyarakat. Dalam hal ini, negara dapat melarang suatu aliran kepercayaan atau politik tertentu yang membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara.

(36)

Sifat mencakup semua (all-encompassing, all-embracing), yang

berarti bahwa seluruh peraturan undang-undang dalam suatu negara berlaku untuk semua orang yang terlibat di dalamnya tanpa kecuali. Apabila ada orang yang dibiarkan berada di luar ruang lingkup aktivitas negara, maka usaha kolektif negara ke arah tercapainya masyarakat yang dicita-citakan akan gagal karena menjadi warga negara tidak berdasarkan kemauan sendiri (involuntary membership) sebagaimana berlaku dalam asosiasi/ organisasi lain yang keanggotaannya bersifat sukarela.

P am u n gk as S at ya P u tr a

(37)

Pengertian-pengertian Pokok dan Sendi-sendi Pokok  Definisi

Pengertian: tafsiran, artian, sedangkan pengartian adalah proses, cara, perbuatan memberi arti.

Sendi: alas, dasar, serta fundamen.

 Dasar Bahan Ilmu Negara: 1. Bahan Idiil, mengandung dua (2) unsur:

a. Unsur Rasio (Tetap): segala sesuatu yang didasarkan pada pikiran/ rasional/ masuk akal (redellijk). Lahirlah apa yang disebut dengan pengertian (begrip), pengertian yang sifatnya tetap atau tidak berubah-ubah (konstan kapanpun dan di manapun). Pengertian-pengertian pokok didasarkan pada: 1. manusia (subjek hukum) atau person leer dan badan hukum/ recht person. 2. Ajaran tentang kekuasaan. 3. Hubungan-hubungan hukum. Sifat: umum yang

mendasari hukum normatif sebagai bentuk dari dunia cita. 37

P am u n gk as S at ya P u tr a

(38)

b. Unsur Susila: segala sesuatu yang didasarkan pada moral yang bertalian erat dengan etika, kesopanan serta patut berdasarkan norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat yang baik. Oleh karena itu berkesusilaan

(zedelijk). Dari hal tersebut timbul sendi, dasar atau

fundamen yang disebut dengan sendi-sendi pokok atau tidak tetap yang dapat terdiri atas: antropologi hukum, sosiologi hukum, filsafat hukum, politik hukum, psikologi hukum, hukum perundang-undangan, perbandingan hukum, sejarah hukum, hukum ekonomi, dan lainnya. Sifat: khusus. Hal tersebut didasarkan kepada hukum sebagai kenyataan yang bersifat empiris tergantung terhadap hukum positif yang berada di setiap negara sebagai konsekuensi dari dunia nyata. P am u n gk as S at ya P u tr a

(39)

2. Bahan Riil: memuat tiga (3) unsur yaitu manusia, alam

(naturalia), dan tradisi. Sendi bertalian erat dengan bahan

rill dan berubah-ubah (variabel menurut waktu, tempat dan keadaan). Oleh karena itu sendi (pokok), bersifat variabel (contoh: itikad baik (te goeder trouw), sebagai tuan rumah yang baik (als een goed huisvader) dan demokrasi-liberal). Sedangkan pengertian (pokok) sifatnya konstan (contoh: subjek hukum, objek hukum, hukum objektif, hukum subjektif, republik dan demokrasi).

39 P am u n gk as S at ya P u tr a

(40)

UNSUR-UNSUR NEGARA

 UNSUR NEGARA SECARA KLASIK;  UNSUR NEGARA SECARA YURIDIS;

 UNSUR NEGARA SECARA SOSIOLOGIS;

 UNSUR NEGARA MENURUT KONSEP HUKUM

(41)

UNSUR NEGARA SECARA KLASIK/

TRADISIONAL

 WILAYAH TERTENTU;  RAKYAT;

(42)

WILAYAH TERTENTU

 Batas wilayah di mana kekuasaan negara itu berlaku;

 Kekuasaan negara itu tidak berlaku di luar batas wilayahnya karena dapat menimbulkan sengketa internasional (kecuali di daerah ekstrateritorial, seperti kedutaan asing, kapal/ pesawat perang berbendera asing).

(43)

D

I MANA KITA MELIHAT BATAS WILAYAH TERTENTU ITU

?

 Perjanjian batas-batas wilayah yang dibuat secara bilateral  melibatkan dua negara;

 Perjanjian batas-batas wilayah yang dibuat secara multilateral  melibatkan lebih dari dua negara.

 Penentuan dalam konstitusi (UUD) hanya suatu peringatan saja bahwa negara mempunyai wilayah yang berbatas.

(44)

PANDANGAN GEORGE JELLINEK TENTANG UNSUR WILAYAH  Segi Negatif  tidak ada ada organisasi lain yang

berpengaruh di atas wilayah tertentu itu, kecuali: 1. Perjanjian tertentu (kondominium);

2. Susunan negara serikat; 3. Negara protektorat;

4. Negara yang kalah perang (ocupation);

 Segi Positif  setiap orang yang berada di atas wilayah tertentu itu tunduk kepada penguasanya.

(45)

RAKYAT

 Rakyatsekumpulan orang yang hidup di suatu tempat.

 Rumpun/ raskumpulan orang yang mempunyai ciri-ciri jasmaniah yang sama (warna kulit, rambut, bentuk badan, bentuk muka, dan lainnya).

 Sukukumpulan orang yang mempunyai kesamaan kebudayaan.  Bangsa (natie)rakyat yang sudah berkesadaran membentuk

(46)

E

MPAT

U

NSUR

B

ANGSA

(

NATIE

)

 DR. HERTS:

1. Ada hasrat kesatuan;

2. Ada hasrat untuk merdeka; 3. Ada hasrat keaslian budaya;

(47)

B

ANGSA

(

NATIE

) – J.J. R

OUSSEAU

Citoyen  golongan bangsa yang berstatus aktif;

Suyet  bangsa yang tunduk pada kekuasaan di atasnya atau bangsa yang berstatus pasif;

(48)

B

ANGSA

(

NATIE

) – G. J

ELLINEK

Status Positifhak warga negara untuk menuntut tindakan positif pada negara tentang perlindungan dan kesejahteraan;

 Status Negatif  negara tidak boleh campur tangan/ merugikan hak-hak asasi warganya;

 Status Aktif  hak warga negara untuk berpartisipasi dalam pemerintahan;

 Status Pasif  kewajiban warga negara untuk mematuhi hukum/ perintah negara.

(49)

A

SAS

-

ASAS

K

EWARGANEGARAAN

 Ius Sanguinus  seseorang menjadi warga negara berdasarkan keturunan.

 Ius Soli  seseorang menjadi warga negara berdasarkan tempat kelahiran.

(50)

D

WI

K

EWARGANEGARAAN

(

B

IPATRIDE

)

 Terjadi apabila seseorang lahir di negara yang menganut asas tempat kelahiran (ius soli), namun orang tuanya berasal dari negara yang menganut asas keturunan (ius sanguinus).

 Misalnya  anak yang lahir di Inggris namun orang tuanya (ayahnya) berkewargaan Belanda.

(51)

T

ANPA

K

EWARGANEGARAAN

(

A

PATRIDE

/

STATELESS

)

 Terjadi apabila seseorang lahir di negara yang menganut asas keturunan (ius sanguinus), namun orang tuanya berasal dari negara yang menganut asas tempat kelahiran (ius soli).

 Misalnya  anak yang dilahirkan di Belanda namun orang tuanya (ayahnya) berkewargaan Inggris (& tidak dilaporkan dalam waktu 12 bulan sejak kelahirannya di Kedutaan Inggris).

(52)

B

AGAIMANA PENGATURAN

KEWARGANEGARAAN DI

I

NDONESIA

?

Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan:

Republik

Indonesia

menganut

asas

ius

sanguinis

”,

di

mana

kewarganegaan

anak

ditentukan oleh kewarganegaraan ayahnya.

Dalam undang-undang tersebut, hanya anak yang

lahir

di

luar

nikah

dan

jika

status

kewarganegaraan ayahnya tidak diketahui, maka

kewarganegaraan anak bisa mengikuti ibunya

(53)

U

NDANG

-U

NDANG

N

OMOR

12 T

AHUN

2006

TENTANG

K

EWARGANEGARAAN

 Mengadopsi variasi “ius soli” dan “ius sanguinis” sehingga perempuan WNI bisa memberi kewarganegaraan kepada anaknya yang lahir di Indonesia.

Adanya kemudahan dalam proses naturalisasi dan keimigrasian.  Untuk menghindari bipatride atau dwikewarganegaraan, maka

setelah berusia 18 tahun anak tersebut menentukan sikap dalam tempo 3 tahun.

(54)

PEMERINTAH YANG BERDAULAT

 Dalam arti luas  keseluruhan badan pengurus negara dengan segala organisasi, bagian-bagian, pejabat-pejabat yang menjalankan tugas negara dari pusat dan daerah;

 Dalam arti sempit  badan pimpinan yang mempunyai peran dalam menentukan dan melaksanakan tugas negara.

 Pemerintahan  fungsi/ tugas dari pemerintah baik dalam arti sempit (eksekutif) maupun dalam arti luas (legislatif, eksekutif, dan yudikatif).

 Berdaulat ke dalam dibatasi oleh hukum positif, ke luar oleh hukum internasional.

(55)

UNSUR NEGARA SECARA YURIDIS

LOGEMANN:

 Wilayah hukum (gebiedsleer) yakni meliputi darat, laut, udara, serta orang dan batas wewenangnya;

 Subyek hukum (persoonsleer) yakni pemerintah yang berdaulat;  Hubungan hukum (de leer van de rechtsbetrekking) yakni

hubungan hukum antara penguasa dengan rakyat, termasuk hubungan hukum ke luar dengan dunia internasional.

(56)

UNSUR NEGARA SECARA SOSIOLOGIS

RUDOLF KJELLIN:  Faktor Sosial: 1. Masyarakat; 2. Ekonomis; 3. Budaya/ Kultur.  Faktor Alam: 1. Wilayah; 2. Bangsa.

(57)

B

ARRY

B

UZAN

(P

EOPLE

, S

TATE AND

F

EAR

;

S

USSEX

, 1983)

Tiga Komponen Utama Negara:

 Gagasan/ Cita-cita/ Tujuan Nasional;  Basis Fisik (penduduk dan wilayah);

 Kelembagaan (legislatif, eksekutif, yudikatif), aparatur dan lembaga-lembaga yang turut berperan sebagai penopang eksistensi negara.

(58)

UNSUR NEGARA MENURUT KONSEP HUKUM INTERNASIONAL

OPPENHEIM-LAUTERPACHT:

Rakyat;

Daerah;

Pemerintah;

Kemerdekaan;

Pengakuan dari negara lain;

Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara

(59)

K

EMAMPUAN MENJALIN HUBUNGAN DENGAN NEGARA LAIN

 Mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan pejabatnya

(agents) terhadap negara lain.

 Kemampuan dan kesediaan untuk menaati hukum internasional.

 Keabsahan berdirinya negara itu dalam hukum internasional.

 Kemampuan untuk menentukan nasib sendiri negara yang bersangkutan.

(60)

T

ERIMA

K

ASIH

P am u n gk as S at ya P u tr a

(61)

W

AASALAMU

ALAIKUM

WR. WB.

61 P am u n gk as S at ya P u tr a

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan tidak terlepas dari beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti terkait permasalahan perencanaan jumlah barang bantuan yang

rata skor 15,63 dari skor maksimum 24, hasil 72,91% dengan rata-rata skor 2,91. dari skor maksimum 4 dan waktu sebesar 84,72% dengan rata-rata skor

Ketika terjadi suatu peristiwa kesalahan dan suatu pesan ditampilkan di dalam hasil query, anda dapat melakukan dua kali klik pada pesan kesalahan dan melihat kode baris

Tingginya laju konsumsi energi mengakibatkan berbagai masalah dan ketimpangan antara lain pengurasan sumberdaya fosil (minyak bumi, gas bumi dan batubara) yang jauh lebih

tujuan dan ruang lingkup pekerjaan persiapan lokasi kerja  Dapat menjelaskan prosedur pekerja- an persiapan lokasi kerja  Mampu melaksa- nakan pekerjaan persiapan lokasi

Cisco Press - Building Cisco Remote Access Networks Student Guide v1.1 Page 13-4..

[r]

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Antara Siswa yang Mendapatkan Model Discovery Learning dengan Model Problem Based Learning Materi Perbandingan di SMPN 6