• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2009"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

; Pertumbuhan ekonomi Bali yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan I 2009 dibanding triwulan IV 2008 (q-to-q) mencapai 0,14 persen, dan apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 (y-on-y) ekonomi Bali tumbuh 7,75 persen.

; Dari 9 sektor ekonomi, hanya 4 sektor yang tercatat mengalami pertumbuhan secara q-to-q, yaitu sektor industri pengolahan 1,15 persen, listrik, gas, dan air bersih 1,33 persen, perdagangan, hotel, dan restoran 0,46 persen, serta sektor pengangkutan dan telekomunikasi sebesar 0,92 persen.

; Sementara jika dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya (y-on-y), seluruh sektor tercatat mengalami pertumbuhan, dimana pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar 12,87 persen.

; Sumber utama pertumbuhan (q-to-q) 0,14 persen adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang menyumbang sebesar 0,15 persen. Demikian pula pertumbuhan y-on-y sebesar 7,75 persen, dominan disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebesar 3,21 persen.

; Besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan I tahun 2009 mencapai Rp. 13,68 triliun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan yang sama adalah Rp. 6,44 triliun. ; Dari besaran PDRB (atas dasar harga berlaku) tersebut, 29,70 persen dibentuk oleh sektor Perdagangan,

Hotel, dan Restoran, 18,09 persen oleh sektor pertanian, 14,82 persen oleh sektor jasa–jasa dan 13,37 persen sektor pengangkutan dan komunikasi, sementara 5 sektor lainnya hanya memberi sumbangan masing–masing dibawah 10 persen.

; Dari sisi penggunaan, sebagian besar PDRB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 54,97 persen, konsumsi pemerintah 10,26 persen, pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik 21,64 persen serta ekspor neto 10,96 persen (ekspor 76,90 persen dan impor 65,94 persen).

; Dibanding triwulan sebelumnya (q-to-q) hanya konsumsi rumah tangga yang mengalami pertumbuhan positif sedangkan jika dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya (y-on-y) seluruh komponen tercatat mengalami pertumbuhan positif.

No. 20/05/51/Th. III, 15 Mei 2009

PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2009

1. Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan I 2009

Kinerja perekonomian Bali pada triwulan I tahun 2009 yang digambarkan oleh perkembangan PDRB atas dasar harga konstan 2000, mengalami pertumbuhan sebesar 0,14 persen dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut besar dipengaruhi oleh demand domestik yang

(2)

Dari sembilan sektor ekonomi pembentuk PDRB tercatat empat sektor mengalami pertumbuhan, yaitu sektor industri pengolahan 1,15 persen, sektor listrik, gas, dan air bersih 1,33 persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran 0,46 persen, serta sektor pengangkutan dan telekomunikasi sebesar 0,92 persen. Kebutuhan pemilu (kampanye) seperti baju kaos, baliho, kartu nama, selebaran, dan lain-lain memberi pengaruh pada tumbuhnya sektor industri pada triwulan ini. Sementara untuk sektor listrik, gas, dan air bersih, pertumbuhan yang terjadi selain dipicu oleh peningkatan pemakaian rumah tangga, juga dipengaruhi oleh meningkatnya penggunaan listrik industri. Kemudian untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dipicu oleh meningkatnya output yang dihasilkan ketiga sub sektornya, dimana perdagangan mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya barang industri yang diperdagangkan, kemudian hotel dan restoran mengalami peningkatan seiring makin meningkatnya penggunaan hotel dan restoran terutama oleh kalangan domestik. Sejalan dengan ketiga sektor tersebut, sektor angkutan juga mengalami pertumbuhan terkait dengan makin meningkatnya penggunaan angkutan terutama angkutan udara dan jalan raya terkait dengan kesibukan pemilu serta adanya beberapa libur panjang (tahun baru, Maulid Nabi, Imlek dll) pada triwulan I lalu.

Tabel 1

Laju Pertumbuhan PDRB Bali Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (dalam persen)

Lapangan Usaha Triw. I 2009 terhadap Triw. IV 2008 Triw. I 2009 terhadap Triw. I 2008 Sumber pertumbuhan q- to-q Sumber pertumbuhan y- on-y (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian -0,14 4,24 -0,03 0,85 2. Pertambangan & Penggalian -5,12 12,87 -0,03 0,07 3. Industri Pengolahan 1,15 11,08 0,11 1,08 4. Listrik, Gas, & Air Bersih 1,33 4,61 0,02 0,07 5. Bangunan -0,60 1,61 -0,02 0,06 6. Perdagangan, Hotel, & Restoran 0,46 10,09 0,15 3,21 7. Pengangkutan & Komunikasi 0,92 12,82 0,10 1,41 8. Keuangan, Persewaan, & Jasa

Perusahaan -1,14 4,36 -0,08 0,32 9. Jasa-jasa -0,60 4,85 -0,08 0,67

PDRB 0,14 7,75 0,14 7,75

Untuk empat sektor yang mengalami kontraksi, yaitu sektor pertanian -0,14 persen; pertambangan dan penggalian -5,12 persen; bangunan -0,60 persen; dan jasa-jasa -0,60 persen dominan dipengaruhi oleh faktor musim/siklus. Pertanian diantaranya tanaman bahan makanan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan tercatat mengalami kontraksi terkait adanya pengaruh musim. Demikian pula untuk sektor bangunan, dimana pada triwulan I sebagian besar proyek fisik pemerintah belum berjalan. Hal ini pula yang memberi pengaruh terhadap permintaan pada sektor penggalian. Sementara sektor jasa-jasa, terpengaruh oleh belum terserapnya anggaran pemerintah daerah secara optimal pada awal tahun (triwulan I). Sedangkan satu sektor lainnya yang juga mengalami kontraksi yaitu sektor keuangan dan jasa perusahaan sebesar -1,14 persen banyak dipengaruhi oleh melemahnya kinerja perbankan. Seperti diketahui, lesunya perekonomian global berpengaruh terhadap keberanian perbankan dalam memberikan kredit kepada pengusaha. Disamping itu, kalangan pengusaha juga tidak bisa meningkatkan jumlah kredit karena lesunya permintaan. Hal inilah yang

(3)

menyebabkan sektor keuangan dan jasa perusahaan masih mengalami kontraksi dibanding triwulan sebelumnya.

Selanjutnya perekonomian Bali pada triwulan I 2009 apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (y-on-y) tercatat mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi, yaitu mencapai 7,75 persen. Hal ini dipicu oleh lebih baiknya kinerja pariwisata yang menjadi motor penggerak ekonomi Bali dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya. Selama triwulan I 2009, jumlah wisman yang datang langsung ke Bali mencapai 490.454 orang atau meningkat sebesar 4,29% dari triwulan I 2008. Sehingga bisa dikatakan bahwa selain pemilu (yang memicu peningkatan permintaan domestik) kedatangan wisman yang lebih tinggi juga merupakan pendorong pertumbuhan secara y-on-y. Hal inilah yang membuat pertumbuhan y-on-y relatif lebih tinggi dibanding q-to-q. Dilihat dari sektornya, semua sektor tercatat sebagai pendorong pertumbuhan/mengalami pertumbuhan positif, dimana pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar 12,87 persen.

Meski secara q-to-q sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor listrik, gas, dan air bersih sementara secara y-on-y pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian, namun jika dilihat dari besarnya sumbangan terhadap total pertumbuhan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran masih tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap terjadinya pertumbuhan ekonomi Bali baik secara q-to-q (0,15 persen) maupun y-on-y (3,21 persen).

2. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000

Dilihat dari nilai absolutnya, perkembangan PDRB Provinsi Bali baik atas dasar harga berlaku maupun konstan cenderung meningkat. Berdasarkan harga berlaku, pada Triwulan IV Tahun 2008 PDRB Bali baru mencapai Rp. 13,30 trilyun kemudian meningkat menjadi Rp. 13,68 trilyun di Triwulan I 2009. Sementara berdasarkan harga konstan tahun 2000, terjadi peningkatan dari Rp. 6,43 trilyun, menjadi Rp. 6,44 trilyun.

Tabel 2

PDRB Bali Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (trilyun rupiah)

Berlaku Konstan

Lapangan Usaha Triwulan IV

2008 Triwulan I 2009 Triwulan IV 2008 Triwulan I 2009

(1) (2) (3) (5) (6)

1. Pertanian 2,41 2,47 1,25 1,25 2. Pertambangan & Penggalian 0,10 0,09 0,04 0,04 3. Industri Pengolahan 1,24 1,28 0,64 0,65

4. Listrik, Gas, & Air Bersih 0,28 0,28 0,10 0,10 5. Bangunan 0,62 0,63 0,25 0,24 6. Perdagangan, Hotel, &

Restoran 3,88 4,06 2,08 2,09

7. Pengangkutan & Komunikasi 1,74 1,83 0,73 0,74 8. Keuangan, Persewaan, &

Jasa Perusahaan 1,00 1,00 0,46 0,46 9. Jasa-jasa 2,03 2,03 0,88 0,87

(4)

Lebih jauh jika diperhatikan per sektornya, pada Triwulan I 2009 terlihat bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran masih menjadi sektor dengan nilai tambah terbesar, yaitu mencapai Rp.4,06 trilyun untuk harga berlaku dan Rp.2,09 trilyun untuk harga konstan. Tempat kedua juga masih diduduki oleh sektor pertanian dengan nilai tambah sebesar Rp. 2,47 trilyun untuk harga berlaku dan Rp. 1,25 trilyun untuk harga konstan.

3. Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha

Sejalan dengan besarnya nilai tambah masing-masing sektor, struktur perekonomian Provinsi Bali yang dilihat dari kontribusi masing–masing sektor terhadap pembentukkan PDRB masih ditopang oleh dua sektor dominan yaitu: perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pertanian. Kedua sektor ini memberi kontribusi masing-masing sebesar 29,70 persen dan 18,09 persen, atau jika keduanya digabung akan memiliki peranan hampir setengah dari PDRB berlaku Propinsi Bali.

Untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran, terlihat adanya kecenderungan yang terus meningkat dalam hal kontribusinya terhadap PDRB Bali. Jika pada Triwulan I 2008 sektor ini baru memberi sumbangan sebesar 29,01 persen, maka pada triwulan IV 2008 peranannya meningkat menjadi 29,21 persen dan meningkat lagi menjadi 29,70 persen pada triwulan I 2009. Sebaliknya untuk sektor pertanian, terlihat kecenderungan yang terus menurun. Jika pada triwulan yang sama tahun sebelumnya (triwulan I 2008) sektor ini telah menyumbang sebesar 18,32 persen, maka pada triwulan sebelumnya (triwulan IV 2008) peranannya mengecil menjadi 18,15 persen dan menurun lagi menjadi 18,09 persen pada triwulan I 2009 ini. Penurunan kontribusi tersebut menunjukkan makin tergesernya peranan sektor pertanian di Bali. Selain alih fungsi lahan, pendapatan yang kurang menjanjikan tampaknya merupakan pendorong beralihnya penduduk untuk menggeluti sektor lainnya, terutama sektor-sektor yang terkait dengan industri pariwisata.

Tabel 3

Kontribusi Masing–masing Sektor Terhadap PDRB Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

(dalam persen)

2008 2009

Lapangan Usaha

Triwulan I Triwulan IV Triwulan I

(1) (2) (4) (5)

1. Pertanian 18,32 18,15 18,09 2. Pertambangan & Penggalian 0,65 0,72 0,68 3. Industri Pengolahan 9,09 9,35 9,39 4. Listrik, Gas, & Air Bersih 2,12 2,07 2,05 5. Bangunan 4,87 4,69 4,58 6. Perdagangan, Hotel, & Restoran 29,01 29,21 29,70 7. Pengangkutan & Komunikasi 12,46 13,07 13,37 8. Keuangan, Persewaan, & Jasa

Perusahaan 7,65 7,51 7,32 9. Jasa-jasa 15,82 15,24 14,82

(5)

4. PDRB Provinsi Bali Menurut Penggunaan

Dari sisi penggunaan, PDRB Bali dapat dirinci menurut pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan inventori, ekspor, dan impor. Besaran PDRB Bali atas dasar harga berlaku senilai Rp.13,68 trilyun rupiah, sebagian besar masih digunakan untuk konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 7,52 trilyun, diikuti oleh pembentukkan modal tetap domestik bruto sebesar 2,96 trilyun, kemudian net ekspor (ekspor dikurangi impor) sebesar 1,50 trilyun dan pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 1,40 trilyun. Jika diperhatikan dari laju pertumbuhan masing-masing komponen, maka terlihat bahwa dorongan permintaan domestik dan hambatan eksternal telah memberi warna tersendiri pada perkembangan masing-masing komponen. Dibanding triwulan sebelumnya, hanya pengeluaran konsumsi rumah tangga yang masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 0,55 persen, sementara komponen lain tercatat mengalami kontraksi. Hal ini dapat dipahami mengingat pengaruh krisis ekonomi global yang telah melemahkan kemampuan investor (terutama investor asing) serta menurunkan permintaan ekspor, sehingga komponen-komponen tersebut tercatat mengalami kontraksi. Sedangkan pengaruh permintaan domestik, yang antara lain dipicu oleh adanya pemilu dan hari besar keagamaan seperti Hari Raya Galungan, Kuningan, Nyepi serta Piodalan di Pura Besakih merupakan pendorong terjadinya peningkatan konsumsi rumah tangga.

Jika dibandingkan dengan kondisi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya (y-on-y) semua komponen tercatat mengalami pertumbuhan positif. Kondisi ini besar dipengaruhi oleh kinerja pariwisata di triwulan I 2009 yang masih lebih baik jika dibanding triwulan I 2008. Meski ekspor barang tercatat menurun, namun ekspor jasa masih mengalami peningkatan seiring meningkatnya kunjungan wisatawan asing ke Bali.

Tabel 4

Laju Pertumbuhan PDRB Bali Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Komponen Penggunaan (dalam persen)

Komponen Penggunaan Triw. I 2009 terhadap Triw. IV 2008 Triw. I 2009 terhadap Triw. I 2009 Sumber pertumbuhan y-on-y (1) (2) (3) (4)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 0,55 20,69 10,65 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -6,39 5,22 0,43 3. Pembentukkan Modal Tetap Domestik Bruto -11,97 7,10 1,52

4. Perubahan Inventori -3,67 26,53 0,07 5. Ekspor -0,04 8,40 5,18 6. Impor -10,47 31,63 14,20

PDRB 0,14 7,75 7,75

Dilihat dari perannya terhadap pembentukkan PDRB, komponen konsumsi ternyata masih menjadi penggerak ekonomi Bali dari sisi penggunaan. Dengan nilai absolut atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 7,52 trilyun, pengeluaran konsumsi rumah tangga menyumbang sekitar 54,97 persen terhadap total PDRB. Kemudian konsumsi pemerintah memberi peran sebesar 10,26 persen, dengan nilai absolut mencapai Rp. 1,40 trilyun. Sehingga, total peranan komponen konsumsi terhadap PDRB Bali atas dasar harga berlaku mencapai 65,23 persen dengan nilai absolut mencapai Rp. 8,92 trilyun.

(6)

Tabel 5

PDRB Menurut Penggunaan Triwulan IV 2008 dan Triwulan I 2009 (Trilyun rupiah)

Triwulan IV 2008 Triwulan I 2009

Lapangan Usaha

Berlaku Konstan Berlaku Konstan

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 7,29 3,69 7,52 3,71 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,47 0,55 1,40 0,51 3. Pembentukkan Modal Tetap Domestik

Bruto 3,35 1,56 2,96 1,37 4. a.Perubahan Inventori 0,05 0,02 0,05 0,02 b.Deskripansi Statistik -0,80 0,56 0,25 0,36 5. Ekspor 10,24 4,00 10,52 4,00 6. Impor 8,29 3,95 9,02 3,53 PDRB 13,30 6,43 13,68 6,44 Tabel 6

Distribusi Komponen-Komponen PDRB Penggunaan Provinsi Bali Triwulan IV 2008 dan Triwulan I 2009 (dalam persen)

Berlaku Konstan

Lapangan Usaha Triwulan IV

2008

Triwulan I

2009 Triwulan IV 2008 Triwulan I 2009

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah

Tangga 54,81 54,97 57,45 57,69 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 11,05 10,26 8,52 7,97 3. Pembentukkan Modal Tetap

Domestik Bruto 25,17 21,64 24,24 21,31 4. a.Perubahan Inventori 0,35 0,33 0,30 0,29 b.Deskripansi Statistik (6,03) 1,84 8,64 5,52 5. Ekspor 76,99 76,90 62,21 62,10 6. Impor 62,34 65,94 61,37 54,87 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00

(7)

Informasi lebih lanjut hubungi : Ir. Yudhadi

Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Provinsi Bali

Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail : [email protected]

Referensi

Dokumen terkait

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas 11,71 persen, adapun dari sisi Pengeluaran terjadi pada

Pada Sektor Listrik, Gas dan Air mengalami perubahan yang awalnya menjdi sektor basis berubah menjadi non basis karena nilai PDRB sektor Listrik, Gas dan Air

Berbeda dengan pertumbuhan (q-to-q), pertumbuhan IBS secara (y-on-y) sebesar 6,81 persen menunjukkan Industri Manufaktur Makanan mengalami kenaikan tertinggi

Keseluruhan sektor menunjukkan pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi pada sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 11,23 persen

Secara umum, kondisi ekonomi triwulan II-2009 ini mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibanding triwulan I-2009, Sektor pertanian yang merupakan sektor penyumbang terbesar

; Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 (y-on-y), PDRB Jawa Tengah triwulan III-2009 ini mengalami pertumbuhan sebesar 5,5 persen, dimana semua sektor

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan-komunikasi, yakni sebesar 15,65 persen, kemudian diikuti oleh sektor konstruksi sebesar 6,25 persen, sektor

Pada triwulan III-2013 ini, sektor pertanian memberikan sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu 1,12 persen (q-to-q), sektor perdagangan, hotel, dan restoran