i
EVALUASI SISTEM AKUNTANSI DAN PROSEDUR PENGELOLAAN
DANA DESA DALAM OPTIMALISASI DANA DESA PADA
DESA COMPONG KECAMATAN PITU RIASE
KABUPATEN SIDENRENG
RAPPANG (SIDRAP)
SKRIPSI
Oleh
MUHAMMAD NUR
105730424513
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
ii
EVALUASI SISTEM AKUNTANSI DAN PROSEDUR PENGELOLAAN
DANA DESA DALAM OPTIMALISASI DANA DESA PADA
DESA COMPONG KECAMATAN PITU RIASE
KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
(SIDRAP)
Oleh
MUHAMMAD NUR
NIM 105730424513
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
”Satu untuk alam
Alam untuk semua
Dari alam kita menempah ketabahan”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Kedua Orang Tua ku
Pasangan Hidupku
Almamaterku
Lembaga
tercinta “PAHALA UNISMUH
MAKASSAR”
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat
dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang
tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “ Evaluasi sistem
akuntansi dan prosedur pengelolaan dana desa dalam optimalisasi dana desa
pada Desa Compong kecamatan Pitu Riase Kabupaten Sidenreng Rappang (
SIDRAP). Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
kedua orang tua penulis yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian,
kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan saudara-saudarku tercinta yang
senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan
seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang
telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa
yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang
kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula
penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan
dengan hormat kepada :
1.
Bapak Dr. H. Abd Rahman rahim, SE.,MM., Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2.
Bapak Ismail Rasullong, SE., MM, Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah
Makassar.
ix
3.
Bapak Dr. Ismail Badollahi,SE.,M.Si.,Ak.,CA.,CSP. selaku Ketua
Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4.
Bapak Dr.H. Muchran BL SE.,M.,Si selaku Pembimbing I yang
senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan
penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.
5.
Ibu Mira SE,.M,.Ak selaku Pembimbing II yang telah berkenan
membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
6.
Bapak/ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan
ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.
7.
Para staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8.
Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi
yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan
dalam aktivitas studi penulis.
9.
Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu
persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan
dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi
ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua
pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa
mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Billahi fisabilil Haq fastabiqul khairat, Wassalamualaikum Wr.Wb
x
ABSTRAK
MUHAMMAD NUR, 2019. Evaluasi Sistem Akuntansi dan Prosedur
Pengelolaan Dana Desa Dalam Optimalisasi Dana Desa Pada Desa Compong
Kecamatan Pitu Riase Kabupaten Sidenreng Rappang, Skripsi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing
oleh Pembimbing I Muchran dan Pembimbing II Mira
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi sistem akuntansi
dana desa dan mengetahui prosedur pengelolaan dana desa di desa compong.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode metode kualitatif dan
menggunakan jenis data dari data primer dan data sekunder. Hasil yang dicapai
dalam penelitian ini adalah menunjukkan bahwa evaluasi sistem akuntansi dan
prosedur pengelolaan dana desa di desa compong sudah optimal
pencatatan dana desa dan prosedur pengelolaan dana desa di Desa compong
dimulai dari tahap perencanaan, pengelolaan, dan pertanggung jawaban
dibuktikannya dengan lengkapnya pencatatan dana desa pemerintah desa
compong mulai dari tahap perencanaan, tahap pengelolaan, dan tahap
pertanggung jawaban yang sesuai dengan sistem dan aturan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Serta berdasarkan tabel realisasi dari
pelaksanaan APBDes berdasar alokasi dana desa (ADD) dimana realisasi dari
anggaran yang terlihat bahwa laporan realisasi pelaksanaan tersebut telah
menunjukkan bahwa bidang penyelenggara pemerintah desa di desa compong
sudah dilakukan realisasi sebesar 847,840,000 dari anggaran dana desa tersebut,
begitupun bidang pembangunan desa dimana laporan realisasi pelaksanaan telah
mencatat bahwa sudah ada 936,000,000 dari anggaran dana desa tersebut, serta
di bidang pembinaan dan pemberdayaan masyarakat sudah adanya laporan
realisasi dari pemerintah desa compong masing - masing sebesar 87,500,000 dan
96,844,750 dari anggaran dana desa.
Kata Kunci : Sistem Akuntansi, Prosedur Pengelolaan Dana Desa,Optimalisasi
Dana Desa
xi
ABSTRACT
MUHAMMAD NUR, 2019. Evaluation Of The Accounting System and
Procedure for Managing Village funds In Optimizing Village Funds in Compong
village Pitu Riase District Sidenreng Rappang District, Thesis of the faculty of
Thesis, Faculty of Economics and Business, Accounting Department, University
of Muhammadiyah Makassar. Supervised by Advisor I Muchran and Supervisor
II Mira
The purpose of this study was to evaluate the village fund
accounting system and find out the procedures for managing village funds in the
compong village. The research method used is a qualitative method and uses data
types from primary data and secondary data. The results achieved in this study
indicate that the evaluation of the accounting system and procedures for managing
village funds in the compong village is optimal recording of village funds and
procedures for managing village funds in compong village starts from the
planning, management, and accountability stages proven by the complete
recording of village government compong village funds starting from the planning
stage, management stage, and the accountability stage in accordance with the
systems and rules of the Oversight Agency Finance and Development (BPKP).
And based on the realization table of the APBDes based on the allocation of
village funds (ADD) where the realization of the budget shows that the realization
report of the implementation has shown that the field of village government
administrators in the compong village has carried out a realization of 847,840,000
from the village fund budget, as well as the village development sector where the
implementation realization report has recorded that there are 936,000,000 from
the village funding budget, and in the field of community development and
empowerment there have been realization reports from the compong village
government of 87,500,000 and 96,844,750 from the village budget.
Keywords: Accounting System, Village Fund Management Procedures,
Optimization of Village Funds
xii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iii
HALAMAN PERSETUJUAN... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
SURAT PERNYATAAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. TINJAUAN TEORI ... 7
1. Definisi Akuntansi ...
xiii
2. Prosedur Pengelolaan Dana Desa... 13
3. Optimalisasi Dana Desa ... 19
4. Tinjauan Empiris ... 25
5. Kerangka Fikir ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
A. Jenis Penelitian ... 30
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
C. Subjek Penelitian ... 30
D. Sumber Data ... 31
E. Teknik Pengumpulan Data ... 32
F. Teknik Analisis Data ... 32
G. Tahapan Olah Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Hasil Penelitian ... 35
1. Gambaran objek penelitian ... 35
2. Tahap Prosedur Pengelolaan Dana Desa Compong ... 44
B. Pembahasan ... 47
BAB V PENUTUP ... 53
A. Kesimpulan ... 53
B. Saran ... 54
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 26
Tabel 4.1 Rencana Kerja Pemerintah Desa Compong ... 49
Tabel 4.2 Rencana Anggaran Biaya Desa Compong ... 50
Tabel 4.3 Anggaran Pendapatan Biaya dan Daerah Desa Compong ... 51
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konsep ... 29
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pemerintah Desa Compong ... 41
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran 1 Dokumentasi Kepala Desa Compong ... 58
Lampiran 2 Dokumentasi Rencana Pembangunan Desa Compong ... 59
Lampiran 3 Dokumentasi Musyawarah Pembangunan Desa Compong ... 60
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Undang undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menimbulkan polemik dan pro kontra dimasyarakat. Masalah mengenai otonomi daerah khususnya desa dan peraturan yang melengkapinya, merupakan isu yang menarik untuk diteliti (Utomo dan Wahyudi 2008).
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 membahas tentang implementasi otonomi daerah yang sudah diserahkan kepada desa, sehingga desa memiliki wewenang untuk mengurus, mengatur, dan menyelenggarakan rumah tangganya sendiri serta bertambahnya beban dan tanggung jawab kewajiban desa, namun penyelenggaraan pemerintahan tersebut tetap harus dipertanggung jawabkan.
Berdasarkan Permendagri No 113 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (9) “Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBN Kab/Kota yang digunakan bagi desa yang di transfer melalui pelaksanaan pembangunan, pembinaan, kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat”.
Dana desa filosofinya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan adanya pemerataan dalam pembangunan yang dilaksanakan di desa dengan pelayanan kepada publik yang meningkat perekonomian di desa yang maju mengurangi kesenjangan pembangunan antar desa tidak hanya untuk sebagai objek tapi bertindak sebagai subjek dalam pembangunan di desa.
Desa tidak hanya menjadi objek pembangunan, namun desa mampu menjadi subyek untuk membangun kesejahteraan.
2
Undang undang menegaskan komitmen politik dan konstitusional bahwa negara melindungi dan memberdayakan desa agar menjadi kuat dan maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera (Eko : 2014).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014. Prioritas pemanfaatan Dana Desa adalah untuk pembangunan dan pemberdayaan pedesaan, kementerian desa, pembangunan desa tertinggal, dan transmigrasi menetapkan prioritas kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat pedesaan.
Menurut pasal 71 ayat (1) UU Nomor 6 Tahun 2014 dinyatakan bahwa Keuangan Desa adalah hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu beupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Selanjutnya pada ayat (2) dinyatakan bahwa adanya hak dan kewajiban akan menimbulkan pendapatan belanja, pembiayaan,dan pengelolaan Keuangan Desa.
Menurut Menteri Desa Pembangunan daerah tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo. Di tahun 2015 pemerintah memberikan dana desa sebesar Rp 20,766 triliun dan tahun 2016 sebesar Rp46,9 triliun dan masing masing 60 triliun pada tahun 2017 dan 2018 dan di tahun 2019 sebesar 70 triliun untuk seluruh desa di Indonesia.
Jumlah dana desa yang selalu meningkat dari tahun ke tahun tersebut harus di evaluasi dan di pertanggung jawabkan dengan baik mengingat desa sebagai pemerintahan yang langsung bersentuhan dengan
3
masyarakat menjadi fokus utama dalam pembangunan pemerintah, hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia ada di pedesaan.
Menurut BPKP (2015 : 2) Menyatakan bahwa dalam pengelolaan dana desa akan ada risiko terjadinya kesalahan baik bersifat administratif maupun substantif yang dapat mengakibatkan terjadinya permasalahan hukum mengingat belum memadainya kompetensi kepala desa dan aparat desa dalam hal penatausahaan, pelaporan,dan pertanggungjawaban keuangan desa.
Pengelolaan Dana Desa hingga saat ini merupakan hal yang sangat diperhatikan agar lebih optimal dan dikelola dengan baik sehingga anggaran Dana Desa yang dikeluarkan tepat sasaran dan masyarakat bisa merasakan manfaat dari anggaran Dana tersebut misalnya pembangunan atau infrastruktur desa dan kerja keras pemerintah. Serta menciptakan perubahan yang signifikan terhadap kemajuan dan kesejahteraan di desa.
Namun demikian, tidak sedikit kalangan yang khawatir dengan lahirnya undang undang ini. Lahirnya UU 6 Tahun 2014 dianggap sebagai kebijakan politis semata yang justru akan menjerat aparat desa Wiyanto (2014). Banyak pihak yang menganggap kemampuan aparat desa akan membawahnya pada meja hijau. Dalam hal pengelolaan dana desa, akan nada resiko terjadinya kesalahan baik bersifat administratif maupun substansif yang akan mengakibatkan terjadinya permasalahan hukum mengingat belum memadainya kompetensi kepala desa dan aparat desa dalam hal penatausahaan, pelaporan, dan pertanggung jawaban keuangan desa ( BPKP : 2015). Seperti pada kasus penyelewengan Dana desa yang bersumber APBN tahun 2016. Seorang kepala desa di Allakuang Kecamatan
4
Maritenggae kabupaten sidrap yang berinisial UR yang telah melakukan tindak pidana korupsi yang merugikan keuangan negara sebesar Rp.200.000.000.Serta kasus penyelewengan dana desa pada tahun 2019 yang terjadi di Desa Mattirowalie Kecamatan Bengo Kabupaten Bone yang terbukti melakukan tindak pidana korupsi dan di denda sebesar Rp.50.000.000 dan mengembalikan kerugian Negara senilai Rp.147.000.000. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya bahwa aparat desa memang belum memiliki kesiapan dalam pelaksanaan undang undang 6/2014. Mereka belum memahami sepenuhnya pengelolaan Dana Desa berdasarkan Permendagri 113/2014. Sehingga penelitian mencoba menggali evaluasi sistem akuntansi dan prosedur pengelolaan Dana Desa dalam optimalisasi dana desa sudah tepat sasaran dan bermanfaat serta berdaya guna bagi masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas maka dalam penyusunan proposal ini penulis memilih judul sebagai berikut “EVALUASI SISTEM AKUNTANSI DAN PROSEDUR PENGELOLAAN DANA DESA DALAM OPTIMALISASI DANA DESA PADA DESA COMPONG KECAMATAN PITU RIASE KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG (SIDRAP)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini akan mengangkat masalah tentang :
1) Bagaimana Pelaksanaan sistem akuntansi dana desa di Desa Compong 2) Bagaimana Prosedur Pengelolaan dana desa dalam Optimalisasi dana
desa Di Desa Compong. C. Tujuan Penelitian
5
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Sistem akuntansi dana desa di Desa Compong 2. Untuk mengetahui Prosedur Pengelolaan Dana Desa di Desa
Compong
D. Manfaat Penelitian 1. Kontribusi Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan dalam usaha perbaikan dan peningkatan pertanggungjawaban bagi pemerintah desa khususnya Pemerintah Desa Compong Kecamatan Pitu Riase Kabupaten Sidrap dalam mempertimbangkan pengelolaan keuangan desa.
2. Kontribusi TeorItis a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menerapkan teori dan pengetahuan selama perkuliahan serta mendapatkan pengetahuan mengenai ilmu akuntansi keuangan khususnya tentang system akuntansi dan prosedur pengelolaan dana desa.
b. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menjadi tambahan referensi dalam penelitian yang dilakukannya serta mendapatkan pengetahuan terutama mengenai ilmu akuntansi publik khususnya tentang Sistem Akuntansi dan Prosedur Pengelolaan Dana Desa dalam Optimalisasi Dana Desa.
c. Bagi pemerintah dan instansi yang terkait
Khususnya Pemerintah Desa Compong Kecamatan Pitu Riase Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) penelitian ini diharapkan
6
mampu menjadi bahan pertimbangan atau evaluasi dalam menetapkan kebijakan yang terkait dengan sistem akuntansi dan prosedur pengelolaan dana desa dalam optimalisasi danan desa
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Definisi Akuntansi a. Pengertian AkuntansiAkuntansi adalah sebuah sistem yang memberikan laporan kepada pengguna mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi dari sebuah bisnis Warren, Reeve, dan Duchac (2011). Sedangkan menurut Sadeli (2015) menyatakan bahwa akuntansi digunakan untuk mencatat, meringkas, melaporkan, menginterpretasikan data dasar ekonomi untuk kepentingan perorangan, pengusaha, pemerintah, dan anggota masyarakat lainnya.
Akuntansi adalah seni pencatatan, pengklarifikasian dan peringkasan mengenai data keuangan, transaksi dan kejadian yang
menjadi bagian dari karakteristik keuangan serta
menginterpretasikannya Francis (2013).
Tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi (economic information) dari suatu kesatuan ekonomi (economy unity) kepada pihak-pihak yang berkepentingan Priyati (2013).
Dari pengertian beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Akuntansi adalah aktivitas jasa yang terdiri dari mencatat, mengklasifikasi dan melaporkan suatu transaksi atau kejadian ekonomi yang akhirnya akan menghasilkan suatu kesimpulan informasi laporan keuangan yang akan dibutuhkan oleh pihak tertentu untuk pengambilan keputusan.
8
b. Tahapan dalam Akuntansi 1. Tahapan Pencatatan
Tahap ini merupakan langkah dari siklus akuntansi. Berawal dari bukti bukti transaksi selanjutnya dilakukan pencatatan ke dalam buku yang sesuai
2. Tahap Penyajian/Penggolongan
Tahap yang dilakukan setelah pencatatan berdasarkan bukti transaksi adalah tahap penggolongan. Tahap penggolongan merupakan tahap mengelompokkan catatan bukti transaksi kedalam kelompok buku besar sesuai dengan nama akun dan saldo saldo yang telah dicatat dan dinilai dalam kelompok debit dan kredit.
3. Tahap Pelaporan
Tahap ini merupakan tahap akhir dari siklus akuntansi kegiatan yang dilakukan pada tahap ini :
a. Membuat laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDes
b. Laporan Kekayaan Milik Desa yang berisi posisi aset lancer, aset tidak lancer, dan kewajiban pemerintah desa per 31 Desember tahun tertentu.
c. Akuntansi Sektor Publik
Muindro (2013) Akuntansi sektor publik dapat didefinisikan sebagai aktivitas jasa yang terdiri dari mencatat, mengklasifikasikan dan melaporkan kejadian atau transaksi ekonomi yang akhirnya akan menghasilkan informasi keuangan yang akan di butuhkan oleh
pihak-9
pihak tertntu untuk pengambilan keputusan yang diterapkan pada pengelolaan dana publik di lembaga-lembaga tinggi Negara dan departemen-departemen. Akuntansi sektor publik di indonesia pada berbagai entitas yakni sebagai berikut :
1. Akuntansi pusat 2. Akuntansi pemerintah 3. Akuntansi Desa
4. Akuntansi Tempat Ibadah : Masjid, Gereja, Pura, Wihara 5. Akuntansi LSM
6. Akuntansi Yayasan
7. Akuntansi Pendidikan : Sekolah, Perguruan Tinggi 8. Akuntansi Kesehatan : Puskesmas, Rumah Sakit
d. Akuntansi Pemerintahan
Pada hakekatnya akuntansi pemerintahan adalah aplikasi akuntansi di bidang keuangan negara (Public Finance), Khususnya pada tahapan pelaksanaan anggaran (Butget execution), termasuk yang di timbulkannya, baik yang bersifat seketika maupun yang lebih permanen pada semua tingkatan dan unit pemerintahan,tuntutan transparansi dan akuntabilitas publik atas penggunanaan akuntansi dalam mencatan dan melaporkan kinerja pemerintahan.
Sadeli (2015 : 4) Menyatakan Akuntansi pemerintahan termasuk pula akuntansi lembaga-lembaga non profit atau Institusional accounting. Mengkhususkan pada masalah pencatatan dan pelaporan transaksi dari unit-unit pemerintahan dan organisasi nonprofit lainya. Akuntansi
10
pemerintahan dilaksanakan pada proses pencatatan dan pelaporan setiap transaksi yang terjadi pada proses pelaksanaan pemerintahan. Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa akuntansi pemerintahan yang khususnya pada tahapan pencatatan, pelaporan, dan pelaksanaan anggaran termasuk segala pengaruh yang ditimbulkan pada suatu tingkat atau unit pemerintahan, baik itu bersiat sementara, ataupun permanen Aremu ( 2015).
e. Akuntansi Desa
Suharso (2016) bahwa desa seharusnya dalam berkewajiban menyelenggarakan akuntansi untuk mendukung proses akuntabilitas pengelolaan keuangannya kepada publik. Jika dihadapkan pada pilihan standar akuntansi ada saat ini, standar akuntansi yang cocok untuk akuntansi desa adalah Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Setidaknya ada dua alasan yang dapat memperkuat pendapat ini. Pertama, desa bertanggung jawab mengurus urusan pemerintahan (UU No 6 Tahun 2014 Pasal 1) Kepala desa wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintah desa kepada bupati/walikota (UU 6/2014, Pasal 27) Kedua, alasan tersebut menunjukan hubungan yang erat antara aktifitas desa dengan aktivitas pemerintah.
Rusmianto & Yuliansyah (2016 : 5) Menyatakan Akuntansi Desa juga berperan dalam struktur organisasi sektor swasta dan publik saat ini akuntabilitas tidak melihat kepada input ataupun output melainkan kepada
outcome. Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
11
APBDes yang di jelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negri (Permendagri) Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Dengan diberikannya kewenangan pengelolan keuangan, maka Pemerintah Desa wajib untuk melaporkan kinerja kepada pemerintah dan masyarakat untuk menunjukan transparansi suatu laporan Pemerintah Desa.
f. Sistem Akuntansi Desa
Menurut Permendagri No 113 tahun 2014 Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.
Menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Penatausahaan
Sistem akuntansi yang dirancang dan dijalankan secara baik akan menjamin dilakukannya prinsip stewardship dan accountability dengan baik pula. Pemerintah atau unit kerja pemerintah perlu memiliki sistem akuntansi yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pengendalian transaksi keuangan akan tetapi sistem akuntansi tersebut hendaknya mendukung pencapain tujuan organisasi.
Menurut mulyadi (2001), sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dubutuhkan oleh manajemen
12
guna memudahkan pengelolaan perusahaan. Formulir atau dokumen merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi.
Prinsip Dasar dalam Sistem Akuntansi Dana Desa dapat di kemukakan sebagai berikut :
1. Sistem keuangan dan sistem akuntansi desa dibangun berdasarkan prinsip akuntabilitas fiskal dan akuntabilitas operasional. Akuntabilitas fiskal adalah pertanggungjawaban kepatuhan akan hukum dalam memeroleh pendapatan dan melaksanakan belanja desa. Akuntabilitas operasional adalah tentang efektivitas dan efisiensi desa melaksanakan APB Desa, proyek konstruksi, program dan kegiatan desa. Dasar akuntabilitas adalah (1)pertanggungjawaban setiap program, proyek, kegiatan memang benar benar perlu bagi desa, (2) dapat di audit, dan bahwa (3) LK sesuai dengan SAP Desa
2. Seluruh transaksi keuangan didokumentasi dengan dokumentasi transaksi dari pihak luar atau dibuat sendiri, sebagai bukti transaksi 3. membuat daftar dokumen yang diperoleh dari pihak luar, dan daftar
tersebut masuk kedalam Pedoman Sistem Desa membuat daftar dokumen yang harus dibuat sendiri, dan daftar tersebut masuk ke dalam pedoman Sistem
4. Camat mengawasi dan menjamin Desa melakukan akuntansi desa sesuai SAP Des
5. LK Desa diterbitkan dan ditandatangani Kepala Desa berpotensi diperiksa Direktorat Pajak – Kementerian Keuangan, Badan
13
Musyawarah Desa, BPK, NPKP, Satuan Pengawas Internal Kabupaten dan KPK
6. CALK pada LK Desa wajib menjelaskans Dana Desa berasal dari APBN dan Bantuan Keuangan berasal dari provinsi
7. CALK Desa wajib mengungkapkan transaksi pajak, pungutan dan retribusi desa.Dengan pengarahan Camat dan hikmah dari Bab ini, Desa membuat Pedoman Sistem Keuangan dan Akuntansi Desa 8. LK Desa auditan atau LK bukan auditan, dapat menjadi bagian
Laporan Tahunan Desa.Secara berkala Kepala Desa memeriksa kepatuhan aparat desa pada Pedoman Sistem Keuangan dan Akuntansi Desa
2. Prosedur Pengelolaan Dana Desa a. Pengertian Dana Desa
Dana Desa adalah sejumlah anggaran dana yang diberikan kepada desa dari pemerintah, dana tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang merupakan sumber dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, jumlah yang diterima paling sedikit adalah 10%. Alokasi dana yang diberikan harus digunakan secara konsisten dan terkendali. Setiap kegiatan yang menggunakan alokasi dana, sebaiknya melalui beberapa tahapan proses perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi yang jelas dan berdasar prinsip. Kemudian segala bentuk laporan yang dibuat, harus transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
14
b. Tujuan dana desa disalurkan secara umum kepada masyarakat, antara lain sebagai berikut;
1) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
2) Meratakan berbagai infrastruktur dan pelayanan publik yang ada di desa
3) Membangun pemerataan kesenjangan yang terdapat di desa\ 4) Mengimplementasikan sikap berbangsa dan bernegara dengan
menan pada subjek pembangunan di pedesaan. c. Manfaat Dana Desa
Pada pemberian dana desa di tahun 2015, sangat memberikan manfaat dan masyarakat dapat merasakan dampaknya secara langsung, masyarakat merasakan berbagai dampak positif, salah satunya adalah membantu masyarakat miskin di desa tersebut, dan mengatasi masalah ketimpangan dalam desa tersebut.Peningkatan dana yang diberikan desa, juga perlu disiapkan dan dikelola oleh SDM yang baik. Sehingga dalam beberapa hal yang dilakukan desa selain menggunakan dana untuk pembangunan desa, tetapi juga melaksanakan pembinaan, bimbingan serta pendampingan, dan pemantauan yang lebih tertata dan saling berhubungan.
d. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengelolaan Keuangan Dana Desa sebagai berikut :
1. Perencanaan
a. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa dibuat,
15
Permusyarawatan Desa untuk disepakati bersama paling lambat bulan oktober tahun berjalan
b. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati atau disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain paling lambat tiga hari sejak disepakati untuk dievaluasi
c. Bupati/Walikota melakukan evaluasi paling lama dua puluh hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa. Dalam hal Bupati/Walikota tidak melakukan evaluasi dalam batas waktu tersebut, maka Peraturan Desa berlaku dengan sendirinya
d. Dalam hal ada koreksi yang disampaikan atau penyesuaian yang harus dilakukan dari hasil evaluasi tersebut, maka Kepala Desa harus melakukan penyempurnaan paling lama tujuh hari kerja sejak diterimanya hasil evaluasi.
e. Apabila hasil evaluasi tidak dilanjuti oleh Kepala Desa dan kepala desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Kepala Desa tentang APBDesa menjadi peraturan desa.
f. Kepala Desa memberhentikan pelaksanaan peraturan Desa palimg lama tujuh hari kerja setelah pembatalan dan selanjutnya bersama BPD mencabut peraturan desa dimaksud g. Dalam hal bupati/Walikota mendelegasikan evaluasi
Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada camat atau sebutan lain,maka langkah yang dilakukan adalah :
16
1) Camat menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa paling lama dua puluh hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa
2) Dalam hal Camat tidak bisa memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu yang ditetapkan,Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.
3) Dalam hal ada koreksi yang disampaikan atau penyesuaian yang harus dilakukan dari hasil evaluasi tersebut.Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama tujuh hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
4) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Kepala Desa tentang APBDesa menjadi peraturan Desa,Camat menyampaikan usulan pembatalan Peraturan Desa kepada Bupati/Walikota.
2. Pelaksanaan
a. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa
b. Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah
c. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan selain yang ditetapkan dalam peraturan desa
17
d. Bendahara dapat menyimpan uang dalam Kas Desa pada jumlah tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional pemerintah desa.
e. Pengeluaran Desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa
f. Pengeluaran desa untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan operasional perkantoran yang ditetapkan dalam peraturan kepala desa tetap dapat dikeluarkan walaupun rancangan peraturan desa tentang APBDesa belum ditetapkan g. Pelaksana kegiatan mengajukan pendanaan untuk
melaksanakan kegiatan harus disertai dengan dokumen diantaranya Rencana Anggaran Biaya (RAB). Sebelum digunakan RAB tersebut diverifikasi oleh Sekretaris Desa dan disahkan oleh Kepala Desa.
h. Pelaksana kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan yang menyebabkan pengeluaran atas beban anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan Buku Pembantu Kas Kegiatan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan desa.
3. Penatausahaan
Bendahara desa wajib :
a. Melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib. Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran dilakukan
18
menggunakan Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank
b. Mempertanggung jawabkan uang melalui laporan pertanggung jawaban.
4. Pelaporan
Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota yang meliputi:
a. Laporan semester pertama berupa Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa semester pertama
b. Laporan semester akhir tahun berupa Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester akhir
5. Pertanggungjawaban
Kepala Desa menyampaikan kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran meliputi:
a. Laporan pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun anggaran berkenaan :
1) Merupaka bagian tidak terpisahkan dari laporan penyelenggaraan Pemerintah Desa
2) Diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat
3) Disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain
b. Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun anggaran berkenaan
19
c. Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke Desa
6. Pembinaan dan Pengawasan
a. Pemerintah Provinsi wajib membina dan mengawasi pemberian dan penyaluran Dana Desa Alokasi Dana Desa dan Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah dari kabupaten / Kota kepada Desa b. Pemerintah Kabupaten/Kota wajib membina dan mengawasi
pelaksanaan pengelolaan keuangan Bank.
3. Optimalisasi Dana Desa
Menurut Wikipedia Optimalisasi adalah proses untuk mencapai hasil yang ideal atau optimasi (nilai efektif yang dapat dicapai). Optimalisasi dapat diartikan sebagai ukuran yang menyebabkan tercapainya tujuan dipandang
Optimalisasi juga banyak diartikan sebagai ukuran dimana semua kebutuhan dapat dipenuhi dari kegiatan kegiatan yang dilaksnakan.
Dari uraian tersebut diketahui bahwa optimalisasi hanya dapat diwujudkan apabila dalam perwujudannya secara efektif dan efisien.
Mengoptimalkan dana desa dengan Alokasi Dana Desa ( ADD) dimana Alokasi Dana Desa adalah dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota setelah dikurangi Alokasi Khusus.Pemerintah daerah Kabupaten/Kota mengalokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah Kabupaten/Kota setiap tahun anggaran ADD paling sedikit 10 % dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus ADD mempertimbangkan :
20
a. Kebutuhan penghasilan tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa
b. Jumlah penduduk desa angka kemiskinan desa ,luas wilayah desa dan tingkat kesulitan geografis desa.
Tujuan dari pemberian Alokasi Dana Desa ini adalah :
a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya
b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di Desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa
c. Meningkatkan pemerataan pendapatan,kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa
d. Mendorong peningkatan swadaya dan gotong royong masyarakat di Desa
Prinsip Dasar Sistem Akuntansi Desa
1. Sistem keuangan dan sistem akuntansi desa dibangun berdasarkan prinsip akuntabilitas fiskal dan akuntabilitas operasional. Akuntabilitas fiskal adalah pertanggungjawaban kepatuhan akan hukum dalam memeroleh pendapatan dan melaksanakan belanja desa. Akuntabilitas operasional adalah tentang efektivitas dan efisiensi desa melaksanakan APB Desa, proyek konstruksi, program dan kegiatan desa. Dasar akuntabilitas adalah (1)pertanggungjawaban setiap program, proyek, kegiatan memang
21
benar benar perlu bagi desa, (2)dapat di audit, dan bahwa (3) LK sesuai dengan SAP Desa
2. Seluruh transaksi keuangan didokumentasi dengan dokumentasi transaksi dari pihak luar atau dibuat sendiri, sebagai bukti transaksi 3. Desa membuat daftar dokumen yang diperoleh dari pihak luar, dan
daftar tersebut masuk kedalam Pedoman Sistem
4. Desa membuat daftar dokumen yang harus dibuat sendiri, dan daftar tersebut masuk ke dalam pedoman Sistem
5. Kabupaten Camat mengawasi dan menjamin Desa melakukan akuntansi desa sesuai SAP Des
6. LK Desa diterbitkan dan ditandatangani Kepala Desa berpotensi diperiksa Direktorat Pajak – Kementerian Keuangan, Badan Musyawarah Desa, BPK, NPKP, Satuan Pengawas Internal Kabupaten dan KPK
7. CALK pada LK Desa wajib menjelaskans Dana Desa berasal dari APBN dan Bantuan Keuangan berasal dari provinsi
8. CALK Desa wajib mengungkapkan transaksi pajak, pungutan dan retribusi desa.Dengan pengarahan Camat dan hikmah dari Bab ini, Desa membuat Pedoman Sistem Keuangan dan Akuntansi Desa 9. LK Desa auditan atau LK bukan auditan, dapat menjadi bagian
Laporan Tahunan Desa.Secara berkala Kepala Desa memeriksa kepatuhan aparat desa pada Pedoman Sistem Keuangan dan Akuntansi Desa
22
B. Tinjauan Empiris
Hadi Prabowo Gimon, Jantje J. Tinangon, Dhullo Affandi, (2015) ”Analisis Sistem Pelaksanaan Akuntansi APBDes Pada Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu Selatan Kotamobagu”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dikarenakan desa kopandakan I telah menggunakan aplikasi sistem keuangan desa (SISKUDES), aplikasi ini adalah aplikasi yang dibuat oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, maka Sistem Akuntansi yang diselenggarakan desa Kopandakan I dalam pelaksanaan APBDes dua tahun terakhir telah memadai dan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, terlebih di tahun 2016 desa Kopandakan I mengalami peningkatan karena telah menggunakan aplikasi sistem keuangan desa (SISKEUDES) dalam
Muhammad Ismail, Ari Kuncara Widagdo, Agus Widodo,(2016), “Sistem Akuntansi Pengelolaan Dana Desa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan utama yang timbul adalah rendahnya pengetahuan dari kepala desa terkait pengelolaan keuangan desa berdasarkan Permendagri No. 113/2015. Hal itu ditambah lagi dengan belum adanya tenaga pendamping dari Kabupaten Boyolali untuk membantu pengelolaan dana desa. Penelitian ini mengusulkan sistem terkomputerisasi untuk pelaporan dana desa sebagai solusi. Dengan sistem yang berkomputerisasi, pelaporan dana desa akan mampu dilakukan dengan cepat dan output laporan keuangannnya juga akan lebih handal dibanding dengan pelaporan secara manual.
23
Kenny Larony Tangkaroro, Ventje Ilat, Heince Wokas,(2017) “Penerapan Sistem Akuntansi Dan Prosedur dan Pengelolaan Dana Desa di Desa Tincep Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penerapan Sistem Akuntansi untuk Pengelolaan Dana Desa di Desa Tincep secara pencatatan sudah sesuai dengan Permendagri No. 113/2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa dan PMK Nomor 49/PMK.07/2016 Tentang Tatacara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa.
Novita Purnamasari,(2015), “Akuntabilitas Alokasi Dana Desa Pakuniran Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap perencanaan alokasi dana desa telah menerapkan prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas yang dibuktikan dengan adanya daftar hadir musrembangdes dan hasil dari musyawarah dilampirkan dilaporan pertanggungjawaban. Tahap pelaksanaan di desa Pakuniran masih belum sepenuhnya menerapkan prinsip transparansi, dibuktikan dengan tidak memanfaatkan papan informasi sehingga masyarakat kesulitan untuk melihat jadwal pelaksanaan kegiatan namun telah menerapkan prinsip akuntabiltas, dibuktikan dengan semua kegiatan dicantumkan di laporan. Tahap pertanggungjawaban secara teknis sudah baik, sesuai peraturan bupati dan pemendagri namun masih rendahnya SDM dalam tingkat pemahaman pengelolaan administrasi keuangan sehingga mengakibatkan keterlambatan dalam penyerahan laporan pertanggungjawaban.
24
Suci Indah Hanifah,Sugeng Praptoyo,(2015), “Akuntabilitas dan Transparansi dan pertanggung jawaban anggaran pendapatan belanja desa (APBDes)”. Hasil pengumpulan data dianalisis dengan metode kualitatif menggunakan paradigma deskriptif.Manajemen keuangan Desa Kepatihan sudah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 37 tahun 2007 yang menunjukkan pelaksanaan yang akuntabel dan transparan yang dilihat dari pelaporan pertangungjawaban Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDesa), namun dari sisi pencatatan akuntansi masih diperlukan adanya pembinaan dan pelatihan lebih lanjut, karena belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan. Hambatan utamanya adalah belum efektifnya pelatihan para perangkat desa dan kompetensi sumber daya manusia, sehingga masih memerlukan perhatian khusus dari aparat pemerintah desa secara berkelanjutan.
Desmon Mahamura, Markus Kaunang, Sarah Sambiran, (2016) “Optimalisasi Alokasi Dana Desa dalam Meningkatkan Pembangunan Desa”. Hasil dari penelitian ini bahwa pembahasan mengenai Optimalisasi Alokasi Dana Desa dalam meningkatkan pembangunan desa yang dalam tahap pembangunan meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban.
Nunuk Riyani,(2016) “Analisis Pengelolaan Dana Desa”. Hasil penelitian ini bahwa hasil analisis kesesuaian perencanaan pengelolaan Keuangan Desa di Desa Boreng dengan perencanaan pengelolaan keuangan desa menurut Permendagri 2007 menunjukkan bahwa masih banyak ketidaksesuaian antara perencanaan pengelolaan keuangan desa
25
dengan perencanaan pengelolaan keuangan desa menurut Permendagri 37 Tahun 2007.
Agus Prayudha, (2015) “Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Tahun Anggaran di Kecamatan Sintang”.Hasil dari penelitian ini bahwa rata rata belanja di bidang Desa Kecamatan Sintang sebesar 29,33 %. Berdasarkan hasil penghitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa rata rata proporsi penggunaan belanja yang ditetapkan dalam APBDesa pada Desa di Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun anggaran 2015 sudah sesuai dengan peraturan pemerintah No 43 Tahun 2014 pasal 100.
Moh.Giofani Fahrizal, (2018) “Evaluasi Implementasi Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Kedungmaling dan Desa Kumilir Kabupaten Mojokerto berdasarkan Permendagri No.113 Tahun 2014”. Hasil penelitian ini bahwa data yang dilakukan terhadap temuan penelitian dapat menjawab masalah mengenai bagaimana evaluasi implementasi pengelolaan keuangan dana desa di Desa Kedungmaling dan Desa Kumilir Kabupaten Mojokerto berdasarkan Permendagri No.113 Tahun 2014.
Jabal Arfah, Yuliana Musin, (2017) “Evaluasi Pengelolaan Dana Alokasi Desa (DAD) dalam Percepatan Pembangunan Desa di Kabupaten Konawe”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa DAD (Dana Alokasi Desa) atau DD (Dana Desa) sangatlah berperan bagi pembangunan Desa karena dana tersebut merupakan stimulant bagi Desa dalam pembangunan di Desa.
26
Tabel 2.1 TINJAUAN EMPIRIS NO PENULIS/ TAHUN JUDUL PENELITIAN/MET ODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN 1. Hadi Prabowo Gimon,Ja njte j.Tinangon ,Dhullo Affandi (2018) Analisis Sistem Pelaksanaan Akuntansi APBDes Pada Desa Kopandakan I Kecamatan Kotamobagu Selatan Kotamobagu / Metode KualitatifBerdasarkan hasil penelitian yang di peroleh, dikarenakan desa kopandakan I telah
menggunakan aplikasi sistem keungan desa (SISKUDES), aplikasi ini adalah aplikasi yang
dibuat oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, maka Sistem Akuntansi yang
diselenggarakan desa Kopandakan I dalam pelaksanaan APBDes dua tahun terakhir telah
memadai dan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa, terlebih di tahun 2016 desa Kopandakan I mengalami peningkatan karena telah menggunakan aplikasi sistem
keuangan desa (SISKEUDES) dalam hal pengelolaan keuangan desa 2. Muhamma d Ismail, Ari Kuncara, Widagdo, Agus Widodo (2016) Sistem Akuntansi Pengelolaan Dana Desa Metode Kualitatif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan utama yang timbul adalah rendahnya pengetahuan dari kepala desa terkait pengelolaan keuangan desa berdasarkan Permendagri No. 113/2015. Hal itu ditambah lagi dengan belum adanya tenaga pendamping dari Kabupaten Boyolali untuk membantu pengelolaan dana desa. Penelitian ini mengusulkan sistem terkomputerisasi untuk
pelaporan dana desa sebagai solusi. Dengan sistem yang berkomputerisasi, pelaporan dana desa akan mampu dilakukan dengan cepat dan output laporan keuangannnya juga akan lebih handal dibanding dengan pelaporan secara manual. 3. Kenny Larony Tangkaror Penerapan Sistem Akuntansi Dan Prosedur dan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penerapan Sistem Akuntansi untuk Pengelolaan Dana Desa di Desa
27
o, Ventje Ilat, Heince Wokas (2017) Pengelolaan Dana Desa di Desa Tincep Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa Metode Kualitatif Tincep secarapencatatan sudah sesuai dengan Permendagri No. 113/2014 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa dan PMK Nomor
49/PMK.07/2016 Tentang Tatacara Pengalokasian, Penyaluran,
Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa.
4. Novita Purnamas ari
(2015)
Akuntabilitas Alokasi Dana Desa Pakuniran
Kecamatan
Maesan Kabupaten Bondowoso
Metode Kualitatif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap perencanaan alokasi dana desa telah menerapkan prinsip
partisipasi, transparansi dan
akuntabilitas yang dibuktikan dengan adanya daftar hadir musrembangdes dan hasil dari musyawarah dilampirkan dilaporan pertanggungjawaban. Tahap pelaksanaan di desa Pakuniran masih belum sepenuhnya menerapkan prinsip transparansi, dibuktikan dengan tidak memanfaatkan papan informasi sehingga masyarakat kesulitan untuk melihat jadwal pelaksanaan kegiatan namun telah menerapkan prinsip akuntabiltas, dibuktikan dengan semua kegiatan dicantumkan di laporan. Tahap pertanggungjawaban secara teknis sudah baik, sesuai peraturan bupati dan pemendagri namun masih rendahnya SDM dalam tingkat
pemahaman pengelolaan administrasi keuangan sehingga mengakibatkan keterlambatan dalam penyerahan laporan pertanggungjawaban. 5. Suci Indah Hanifah,S ugeng Praptoyo (2015) Akuntabilitas dan Transparansi dan pertanggung jawaban anggaran pendapatan belanja desa (APBDes) Metode Kualitatif
Hasil pengumpulan data dianalisis dengan metode kualitatif menggunakan paradigma deskriptif.Manajemen keuangan Desa Kepatihan sudah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.37 tahun 2007 yang
menunjukkan pelaksanaan yang akuntabel dan transparan yang dilihat dari pelaporan pertangungjawaban Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDesa), namun dari sisi pencatatan akuntansi masih diperlukan adanya pembinaan dan pelatihan lebih lanjut, karena belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan. Hambatan utamanya adalah belum efektifnya
28
pelatihan para perangkat desa dan kompetensi sumber daya manusia, sehingga masih memerlukan perhatian khusus dari aparat pemerintah desa secara berkelanjutan. 6 Desmon mahamura h,Markus Kaunang, Sarah Sambiran( 2016) Optimalisasi
Alokasi Dana Desa Dalam
Meningkatkan Pembangunan Desa
Metode Kualitatif
Hasil dari penelitian ini bahwa pembahasan mengenai Optimalisasi Alokasi Dana Desa dalam
meningkatkan pembangunan desa yang dalam tahap pembangunan meliputi proses perencanaan.pelaksanaan dan pertanggung jawaban 7 Nunuk Riyani (2016) Analisis Pengelolaan Dana Desa Metode Kualitatif
Hasil analisis kesesuaian Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Boreng dengan perencanaan
pengelolaan keuangan desa menurut permendagri No 37 Tahun 2007 menunjukkan bahwa masih banyak ketidaksesuaian antara perencanaan pengelolaan keuangan desa dengan perencanaan pengelolaan keuangan desa menurut permendagri 37 Tahun 2007 8 Agus Frayudha (2015) Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Tahun Anggaran di Kecamatan Sintang Metode Kualitatif
Hasil dari penelitian ini bahwa rata rata belanja di bidang desa di kecamatan sintang 29,33% .Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa rata rata proporsi penggunaan belanja yang ditetapkan dalam
APBDesa pada desa desa di
Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Tahun anggaran 2015 sudah sesuai dengan peraturan pemerintah No 43 Tahun 2014 pasal 100. 9 Moh Giofani Fahrizal (2018) Evaluasi Implementasi Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Kedungmaling dan Desa Kumitir Kabupaten Mojokerto berdasarkan Permendagri No 113 Tahun 2014 Metode Kualitatif
Hasil dari penelitian ini bahwa data yang dilakukan terhadap temuan penelitian dapat menjawab masalah mengenai bagaimana evaluasi implementasi pengelolaan keuangan dana desa di Desa Kedungmaling dan Desa Kumitir Kabupaten Mojokerto berdasarkan Permendagri No 113 Tahun 2014. 10 Jabal Arfah Evaluasi Pengelolaan Dana
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa DAD atau DD sangatlah
29
Optimalisasi Dana Desa ,Yuliana Musin, (2017) Alokasi Desa (DAD) dalam Percepatan Pembangunan Desa di Kabupaten Konawe Metode Kualitatif
berperan bagi pembangunan Desa karena dana tersebut merupakan stimulant bagi Desa dalam pembangunan di Desa
C. Kerangka Konsep
Dapat dilihat bahwa evaluasi sistem akuntansi dan prosedur pengelolaan dana desa dalam optimalisasi dana desa berpengaruh besar dapat dilihat pada gambar 2.1 :
Gambar 2.1 KERANGKA KONSEP Desa Compong Kab. Sidrap UU No.6 Tahun 2014 A.D.D Akuntansi Pemerintahan - Mengurus - Menyusun - Menyelenggarakan - Sistem Akuntansi - Prosedur Dana Desa
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif Menurut Sugiyono (2014:9) metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivism, digunakan untuk meneliti objek alamiah sebagai lawannya adalah eksperimen dimana peneliti sebagai instrument kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna pada generalisasinya.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada pada Desa Compong Kecamatan Pitu Riase Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) dilaksanakan kurang lebih 2 (Dua) bulan dan penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 20 Juni 2019 s/d 20 Agustus 2019.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelian ini adalah beberapa informasi yang dipercaya dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dengan akurat. Sesuai dengan ketentuan permendagri 113 tahun 2014 subjek tersebut meliputi :
31
1. Kepala desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan.
2. Pelaksanaan teknis pengelolaan keuangan desa yang selanjutnya disingkat PTPKD adalah unsur perangkat desa yang membantu kepala desa untuk melakukan pengelolaan keuangan desa. PTPKD terdiri atas:
a. Sekretaris desa sebagaimana dimaksud bertindak selaku koordinator pelaksanaan teknis pengelolaan keuangan desa. b. Kepala seksi sebgaimana dimaksud bertindak sebagai pelaksana
kegiatan sesuai dengan bidangnya.
c. Bendahara sebagaimana dimaksud mempunyai tugas menerima, menyimpan, menyetorkan/membayar, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa
D. Sumber Data
Jenis data pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil wawancara kepada pihak desa mengenai evaluasi penerapan akuntansi dana desa di Desa Compong Kecamatan Pitu Riase Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap).
32
Data sekunder yaitu data yang digunakan untuk mendukung dan mencari fakta yang sebenarnya.Data sekunder dalam penelitian ini didapat secara tidak langsung yang diperlukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara
Wawancara menurut Esterberg dalam Sugiyono (2010:231), wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu.Pada bagian ini peneliti melakukan wawancara mendalam dengan informasi penelitian yang sudah terpilih yaitu Kepala desa Compong itu sendiri.
2. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2010:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.Dokumen biasa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang.
F. Teknik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, dimana peneliti menggambarkan kenyataan atau keadaan-keadaan atas suatu obyek dalam bentuk uraian kalimat dan data angka berdasarkan keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang
33
berhubungan langsung dengan masalah penelitian. Hasil analisis tersebut kemudian diniterpretasikan guna memberikan gambaran yang jelas tekait dengan masalah yang diajukan (Lamia, 2015).
Metode analisis tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Kesek (2013) bahwa analisis deskriptif yaitu suatu penelitian dengan mengumpulkan, menyusun, mengolah, dan menganalisis data angka, agar dapat memberikan gambaran mengenai suatu keadaan tertentu sehingga dapat ditarik kesimpulan. Metode analisis tersebut sudah pernah digunakan pada penelitian sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Suoth tahun 2016 dan penelitian yang dilakukan oleh Rondonuwu tahun 2015.
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif karena dalam penelitian ini peneliti menggambarkan mengenai bagaimana evaluasi sistem akuntansi dan prosedur pengelolaan dana desa dalam optimalisasi dana dapakah desa pada desa compong kecamatan pitu riase kabupaten sidenreng rappang yaitu bagaimana sistem akuntansi dana desa , serta bagaimana prosedur pengelolaan dana desa terhadap optimalisasi dana desa. Dari hasil analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan terkait masalah yang diajukan.
G. Tahapan Olah Data
Tahapan Olah data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Reduksi Data
34
Menurut Sugiyono (2017) Reduksi data adalah analisis data yang dilakukan dengan memilih hal hal yang pokok memfokuskan pada pada hal hal yang penting, dan dicari tema dan polanya.
2. Editing
Yaitu cara yang digunakan untuk meneliti kembali data yang telah diperoleh dilapangan baik yang diperoleh melalui wawancara maupun dokumentasi guna menghindari kekeliruan dan kesalahan. Teknik editing data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyalin ulang hasil dari wawancara dan informasi yang berupa data mentah yang berkaitan dengan proses evaluasi sistem akuntansi dan prosedur pengelolaan dana desa.
3. Display Data
Yaitu menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan menyajikan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah berbentuk naratif ini dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.
4. Penarikan Kesimpulan
Merupakan penarikan kesimpulan dan verifikasi kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan berikutnya
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Objek Penelitian 1. Desa Compong
Desa compong terletak di sebelah timur Kabupaten Sidenreng Rappang dengan luas wilayah 1.500 km pada ketinggian 900 m – 1400 m diatas permukaan laut (dpl) suhu rata rata harian berkisar antara 75 C. Curah hujan rata rata 220 mm/thn dengan jumlah 5 bulan pertahun. Benteng wilayah desa compong dataran, warna hitam, tekstur tanah, lempungan, berpasir dan pada umumya kondisinya subur.
Desa compong terbagi menjadi 5 Dusun, yaitu Dusun I compong dengan kepala dusun H. Amiruddin , Dusun II dengan Kepala Dusun Muh. Ilham S.Pd, Dusun III Proyek dengan kepala dusun Sahiban, Dusun IV Padang Lampe dengan Kepala Dusun Gallari, Dusun V Dusun Batu Bolong dengan Kepala Dusun Baba.J.
Wilayah Compong disebelah Utara berbatasan dengan Desa Leppangeng di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lombo. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Wajo dan disebelah barat berbatasan dengan Kel.Batu.
Dilihat dari tata guna tanah. Desa compong terbagi sebagai berikut : sawah irigasi teknis 95 Ha, sawah irigasi semi teknis 4 Ha ,Tegal lading 6,352 Ha, pemukiman 1.263 Ha, pemukiman real estate 1.721 Ha, tanah kas desa 33,08 Ha, lapangan 2,3 Ha perkantoran/pemerintahan 1,3 Ha , Jalan 28,6 Ha, sekolah 2,7 Ha.
36
Dari segi orbitrasi atau jarak desa dengan pusat pemerintahan, jarak dari Kecamatan Compong 17 Km, jarak dengan Kabupaten Sidrap 70 Km dan jarak dengan Provinsi Sulawesi Selatan 211 Km. kendaraan umum yang digunakan sebagai sarana angkutan ke pusat pemerintahan adalah Mini Bus.
Desa compong adalah salah satu desa dari 12 desa yang terletak di Kecamatan Pitu Riase Kabupaten Sidenreng Rappang (SIDRAP) Provinsi Sulawesi Selatan. Adapun desa desa yang ada di Kecamatan Pitu Riase Sebagai Berikut :
1) Batu 2) Belawae 3) Bila Riase 4) Bola Bulu 5) Botto 6) Buntu Buangin 7) Compong 8) Dengeng Dengeng 9) Lagading 10) Leppangeng 11) Lombo 12) Tana Toro
2. Visi dan Misi Desa Compong
Desa Compong memiliki visi dan misi dalam pelaksanaan pembangunan desa untuk kemajuan desa compong dan visi desa
37
compong yaitu “Tercapainya kemakmuran desa compong melalui pembangunan yang berbasis pada sektor pertanian/perkebunan dan peternakan serta menjadikan desa compong sebagai desa mandiri di bidang perkebunan tahun 2019”.
Adapun misi desa compong yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan sarana dan prasarana disegala bidang ( sarana dan prasarana ekonomi dan social budaya )
2. Membangun sarana infrastruktur secara berkesinambungan. 3. Meningkatkan sarana dan prasarana kelembagaan.
4. Meningkatkan produktifitas lahan perkebunan dan persawahan yang ramah lingkungan.
5. Mendorong tumbuhnya pengusaha yang bergerak di bidang perdagangan hasil pertanian dan perkebunan.
6. Menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk menggerakkan roda perekonomian.
7. Meningkatkan solidaritas ( kepedulian sesama ).
8. Melakukan pembangunan secara partisipatif dan berkelanjutan dengan berbasis keswadayaan.
Serta dalam lingkup desa mengadakan RKP Desa dimana RKP Desa adalah kepanjangan dari Rencana Kerja Pemerintah Desa. RKP Desa adalah penjabaran dari RPJM Desa (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa) untuk jangka Waktu 1(Satu) tahun anggaran.
38
Adapun maksud dan Tujuan penyusunan RKP (Rencana Kegiatan Pemerintah) Desa Compong Tahun 2019 Adalah sebagai berikut:1. Menyajikan dokumen perencanaan pembangunan tahunan desa yang menjamin adanya sinergi perumusan kondisi atau masalah desa, perencanaan, serta perumusan yang sesuai dengan kebutuhan desa.
2. Menyajikan pedoman perencanaan pembangunan Desa bagi penyelenggaraan pemerintahan di desa compong tahun 2019.
Dan tujuan dari penyusunan Rencana Kerja Pemerintahan Desa Compong Adalah:
1. Mengevaluasi kinerja pembangunan Desa Compong Tahun 2015 Serta menganalisis prospek pembangunan tahun 2019 dengan memperhatikan kondisi pembangunan Naisonal Dan Regional. 2. Mengarahkan pencapaian visi dan misi Desa Compong Tahun
2019 kedalam suatu strategi pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun 2019 dan tahun Anggaran 2018
3. Memebrikan penjelsana tentang kebijakan pembangunan Desa Compong yang dituangkan dalam susunan prioritas program kegiatan desa tahun 2019.
Dan disamping itu terdapat manfaat dari penyusunan rencana kerja Desa Compong:
1. Lebih Menjamin kesinambungan pembangunan Desa. 2. Sebagai pedoman dan acuan pembangunan Desa. 3. Pemberi arah kegiatan pembangunan Tahunan di Desa.
39
3. Struktur Organisasi dan Job Descrption Desa Compong a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah kerangka yang menunjukkan pekerjaan untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi serta wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap anggota organisasi pada setiap pekerjaan.
Dalam pencapain tujuan dan sasaran suatu organisasi maka struktur organisasi sangat penting karena struktur organisasi merupakan salah satu syarat dalam upaya pencapaian tujuan organisasi yang efektif dan efisien.serta dilakukannya agar adanya kejelasan tentang tugas masing masing bidang dalam struktur tersebut dan menjadikannya menjadi tertata dan tersusun dalam pengelolaan dalam organisasi, badan pemerintahan atau perusahaan.
Struktur organisasi yaitu kerangka yang mewujudkan pola tetap dari hubungan-hubungan diantara bidang-bidang kerja, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan dan peranan masing-masing dalam kebutuhan kerjasama.
Struktur organisasi adalah sistem formal dari aturan dan tugas serta hubungan otoritas yang mengawasi bagaimana anggota organisasi bekerjasama dan menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi.
40
Gambar 4.1
STRUKTUR ORGANISASI DESA COMPONG Badan Permasyarakatan Desa Kaur Perencana an Kaur Umum Kaur Keuangan Kepala Seksi Pemerinta han Operator Desa Kepala Dusun I Kepala Seksi Pelayan an Kepala Dusun II Kepala Dusun IV Kepala Dusun III Kepala Desa Bendahara Desa Kepala Seksi Kesejah teraan Kepala Dusun V LPM/Lembaga Adat BKAD BUM desa Sekretaris Desa
41
b. Job Description1) Badan Pemerintahan Desa adalah lembaga yang anggotanya merupakan wakil penduduk desa yang ditetapkan secara demokratis berdasarkan kewilayahan. Fungsi BPD adalah membahas dan menyepakati rencana peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi dari masyarakat, dan mengawasi kinerja kepala desa.
2) 2. Kepala Desa adalah pemerintahan desa atau yang disebut dengan nama lain yang di bantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan desa. Bertugas untuk menyelenggarakan pemerintah dan pemberdayaan desa.
3) Sekretaris Desa adalah perangkat yang membantu kepala
desa menjalankan tugasnya. Fungsi sekretaris meliputi menyiapkan dan melaksanakan pengelolaan administrasi desa, membantu persiapan penyusunan peraturan desa dan bahan untuk laporan penyelenggara pemerintah desa serta melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala desa.
4) Kaur Perencanaan bertugas untuk membantu kepala desa dalam mengelola administrasi dan perumusan bahan kebijakan desa, dan, melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan kependudukan, pertanahan, pembinaan ketentraman, dan ketertiban masyarakat.
5) Kaum Pembangunan adalah membantu kepala desa dalam menyiapkan teknis pembangunan ekonomi desa serta mengelola administrasi pembangunan dan layanan masyarakat. Berfungsi
42
untuk melaksanakan kegiatan administrasi pembangunan dan layanan masyarakat dan kajian perkembangan ekonomi masyarakat serta mengelola tugas pembantuan.
6) Kaur Keuangan adalah berfungsi untuk membantu sekretaris desa mengelola sumber pendapatan, administrasi keuangan, penyusunan APBDesa dan laporan keuangan desa, serta melakukan tugas lain yang diberikan sekretaris.
7) Kaur Umum adalah fungsinya untuk membantu sekretaris dalam mengelola arsip desa, inventaris kekayaan desa, dan administrasi umum, dan juga sebagai penyedia, pemelihara, dan perbaikan peralatan kantor. Serta pelaksana tugas lain yang diberikan oleh sekretaris desa.
8) Operator Desa adalah bagian yang mengurus administrasi dalam pelayanan desa
9) Bendahara Desa adalah bertugas untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggung jawabkan penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka pelaksana pemerintahan desa. Maka tugas bendahara jauh lebih detail dan teknis dalam penanganan masalah keuangan desa.
10) Kepala Seksi Pemerintahan bertugas untuk membantu kepala desa dalam mengelola administrasi dan perumusan bahan kebijakan desa, dan, melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan kependudukan, pertanahan, pembinaan ketentraman, dan ketertiban masyarakat.