FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO
KECIL DAN MENENGAH (SAK EMKM) PADA UMKM DI BIDANG KULINER KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
MUH. SARWAN ABIDIN 105731110917
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2022
KARYA TUGAS AKHIR MAHASISWA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO
KECIL DAN MENENGAH (SAK EMKM) PADA UMKM DI BIDANG KULINER KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Oleh:
MUH. SARWAN ABIDIN
NIM: 105731110917
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi Pada Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2022 M/1443 H
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Setiap ada masalah,jangan lupa istighfar”
PERSEMBAHAN
Persembahan untuk : Kedua orang tua saya
Atas semua dukungan, perhatian, pengorbanan dan doa tulus yang diberikan untuk menunjang kesuksesan dalam menggapai cita-cita
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM) Pada UMKM di Bidang Kuliner Kota Makassar”
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada orang tua penulis bapak Abidin(Alm) dan Ibu Astia yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus. Dan saudara- saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, serta dukungan baik materi maupun moral, dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan
viii
yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse., M.Ag, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an., S.E., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Mira SE., M.Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Agussalim HR, SE., MM., selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi selesai dengan baik.
5. Ibu Linda Arisanty Razak, SE., M.Si., Ak. CA, selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
6. Bapak/Ibu dan Asisten/Konsultan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.
7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
8. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Angkatan 2017 yang selalu belajar Bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
9. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini.
ix
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.
Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater tercinta Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.
Nashrun min Allahu wa Fathun Karien, Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum WR.Wb.
Makassar, 4 Januari 2022
Penulis,
Muh. Sarwan Abidin
x
ABSTRAK
Muh. Sarwan Abidin. “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Implementas Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Dan Menegah (SAK EMKM) pada UMKm Dibidang Kuliner Kota Makassar. Dibimbing oleh Agussalim HR dan Linda Arisanty Razak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi standar akuntansi keuangan entitas mikro kecil dan menengah (SAK EMKM) pada UMKM dibidang kuliner kota Makassar. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksplanatori. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memperoleh informasi mengenai latar belakang pendidikan, ukuran usaha, umur usaha, informasi dan sosialisasi terhadap implementasi SAK EMKM pada UMKM di bidang kulier kota Makassar. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda Alat analisis yang digunakan adalah program SPSS versi 22.
Hasil dari penelitian ini adalah variabel latar belakang pendidikan berpengaruh signifikan terhadap Implementasi SAK EMKM pada UMKM dibidang kuliner Kota Makassar. Ukuran usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap implementasi SAK EMKM pada UMKM dibidang kuliner Kota Makassar. Umur Usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap implementasi SAK EMKM pada UMKM dibidang kuliner Kota Makassar. Informasi dan Sosialisasi berpengaruh signifikan terhadap implementasi SAK EMKM pada UMKM dibidang kuliner Kota Makassar.
Kata kunci: Latar Belakang Pendidikan, Ukuran usaha, Umur Usaha, Informasi dan Sosialisasi, dan Implementasi SAK EMKM
xi
ABSTRACK
Muh. Sarwan Abidin, 2021. “Factors Influencing the Implementation of Financial Accounting Standards for Micro, Small and Medium Entities (SAK EMKM) in UMKM in the Culinary Field of Makassar City. Supervised by Agussalim HR and Linda Arisanty Razak.
This study aims to determine the factors that influence the implementation of financial accounting standards for micro, small and medium entities (SAK EMKM) in UMKM in the culinary field of Makassar. This study uses a quantitative research approach with the type of explanatory research. This study aims to examine and obtain information regarding educational background, business size, age of business, information and socialization of the implementation of SAK EMKM on UMKM in the culinary field of Makassar city.
This research uses multiple linear regression analysis method. The analytical tool used is the SPSS version 22 program.
The results of this study are the educational background variable has a significant effect on the implementation of SAK EMKM on UMKM in the culinary field of Makassar City. The size of the business has no significant effect on the implementation of SAK EMKM on UMKM in the culinary field of Makassar City.
Age of Business has no significant effect on the implementation of SAK EMKM on UMKM in the culinary field of Makassar City. Information and socialization have a significant effect on the implementation of SAK EMKM on SMEs in the culinary field of Makassar City.
Keywords: Educational Background, Business Size, Age of Business, Information and Socialization, and Implementation of SAK EMKM
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iv
LEMBAR PENGESAHAN ... v
LEMBAR PERNYATAAN KEABSAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
ABSTRACK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Grand Teori... 7
B. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ... 9
C. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) ... 10
D. SAK EMKM ... 10
1. Pengertian SAK EMKM ... 10
2. Karakteristik SAK EMKM ... 11
xiii
3. Manfaat dan Tujuan SAK EMKM ... 12
E. Laporan Keuangan Menurut SAK EMKM ... 13
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi SAK EMKM ... 15
G. Tinjauan Empiris ... 17
H. Kerangka Pikir ... 24
I. Hipotesis ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
A. Jenis Penelitian ... 28
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
C. Jenis Dan Sumber Data ... 28
D. Populasi dan Sampel ... 29
E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ... 31
F. Teknik Pengumpulan Data ... 34
G. Teknik Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 38
B. Hasil Penelitian ... 47
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63
BAB V PENUTUP ... 69
A. Kesimpulan ... 69
B. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
LAMPIRAN ... 75
BIOGRAFI PENULIS ... 100
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ... 17
3.1 Indikator Implementasi SAK EMKM ... 33
4.1 Freekuensi Responden Berdasarkan Jenis kelamin ... 47
4.2 Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 48
4.3 Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Usaha ... 49
4.4 Frekuensi Responden Berdasarkan Ukuran Usaha ... 50
4.5 Hasil Uji Validitas Pertanyaan Informasi dan Sosialisasi ... 51
4.6 Hasil Uji Validitas Implementasi SAK EMKM ... 51
4.7 Uji Realibitas ... 53
4.8 Hasil Uji Normalitas ... 54
4.9 Hasil Uji Multikolonieritas ... 55
4.10 Hasil Uji Autokorelasi ... 57
4.11 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 58
4.12 Hasil Uji Parsial (Uji t) ... 61
4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 63
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Kerangka pikir ... 24 4.1 Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan UKM ... 40 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 56
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia menjadi salah satu Negara yang tergabung dalam anggota ASEAN. Dengan terbentuknya kawasan ekonomi terintegrasi di wilayah Asia Tenggara yang dikenal dengan istilah masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Indonesia dan anggota ASEAN memasuki persaingan yang sangat ketat di bidang ekonomi. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu sasaran dan fokus masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dalam menciptakan stabilitas dan perkembangan ekonomi di wilayah regional ASEAN (Bank Indonesia, 2017).
Salah satu jenis usaha yang terus berkembang pesat di Indonesia saat ini adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).UMKM merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian bangsa karena memiliki peran penting dalam mendorong serta meningkatkan perekonomian secara berkesinambungan dan terus menerus (Nuvitasari, 2019). UMKM membantu mempercepat pertumbuhan dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia sehingga dapat menaikkan taraf hidup masyarakat serta mengurangi jumlah pengangguran. Dengan adanya sektor UMKM ini, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang.(Sari, 2020).
UMKM memiliki peran penting untuk pengembangan usaha di negara kita Indonesia. Kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia sebesar 61,07 Persen atau senilai dengan Rp 8.573,89 triliun. Kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia meliputi kemampuan menyerap 97 persen dari total
1
tenaga kerja yang ada, serta dapat menghimpun sampai 60,4 persen dari total investasi. (Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartato, 2021).
Besarnya kontribusi UMKM tersebut ada kaitannya disebabkan faktor internal dari tiap UMKM. Faktor internal yang mempengaruhi adalah pembukuan atau penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan komponen penting untuk mendapatkan informasi posisi keuangan perusahaan dan hasil usaha yang ditempuh atau dicapai perusahaan yang dilaporkan tiap akhir periode sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban. Sedangkan kebanyakan pemilik UMKM tidak mampu memberikan informasi akuntansi terkait kondisi usaha (Pratiwi dan Hanafi, 2016).
Demi kemudahan UMKM dalam menyelenggarakan pembukuan, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengesahkan atau menetapkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2018, yang sebelumnya SAK EMKM adalah Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Dengan adanya SAK EMKM ini dapat membantu UMKM Indonesia agar menjadi lebih transparan, efisien, serta akuntabel. SAK EMKM lebih mudah dipahami bagi pelaku UMKM dan standar akuntansinya lebih sederhana dari SAK ETAP.
SAK EMKM ini menjadi upaya untuk mendukung kemajuan perekonomian Indonesia. Dengan adanya SAK EMKM maka diharapkan UMKM bisa lebih maju dan mandiri. Dengan adanya SAK EMKM ini, UMKM dapat menyelenggarakan pencatatan atas laporan keuangan usahanya,
mengingat informasi akuntansi mempunyai peranan penting untuk mencapai keberhasilan usaha, termasuk bagi UMKM. Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang andal untuk memperoleh kredit dari bank, tujuan pelaporan pajak maupun tujuan internal perusahaan seperti pengambilan keputusan ekonomis dalam pengelolaan usaha, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan harga dan lain-lain. Dengan demikian diharapkan dengan adanya SAK EMKM akan meningkatkan profesionalitas dari pelaku UMKM. Namun keberadaan SAK EMKM ini belum banyak diketahui oleh para pelaku UMKM karena kurangnya sosialisasi yang menjadi faktor utama kurang dikenalnya SAK EMKM di lingkungan UMKM.
Hal ini terjadi karena minimnya pengetahuan, pemahaman serta kesadaran akan pentingnya penerapan akuntansi secara lengkap dan sesuai dengan SAK EMKM bagi pelaku UMKM terutama dalam proses penyusunan laporan keuangan dalam rangka memperoleh informasi tentang kegiatan usahanya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi penerapan SAK EMKM berdasarkan dari penelitian sebelumnya diantaranya yaitu pendidikan pemilik, pemahaman akuntansi, motivasi dan umur usaha. Romi Eka Putra (2018) hasil penelitiannya menyatakan bahwa tingkat pendidikan pemilik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerapan SAK EMKM.
Sedangkan penelitian dari Delvin Kautsar (2020) menyatakan bahwa pembrtian informasi dan sosialisasi, latar belakang pendidikan, lama usaha dan ukuran usaha secara signifikan mempengaruhi penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM,
Penelitian ini dilakukan pada UMKM khususnya di bidang kuliner sebagai objek penelitian adalah karena bidang usaha kuliner sangat pesat
perkembangannya dan memiliki persaingan yang sangat ketat. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa, berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, industri kuliner menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia,industri kuliner sebagai sub sektor penyumbang PDB terbesar dari ekonomi kreatif, rata-rata tiap tahun sekitar 43% dari total pendapatan domestik bruto (PDB) ekonomi kreatif. (https://nasional.kontan.co.id, diakses 13 Juli 2021).
UMKM di bidang kuliner Kota Makassar merupakan UMKM yang berkembang yang sudah seharusnya menyusun laporan keuangannya berdasarkan SAK EMKM. Namun, dalam pelaksanaannya mengalami kendala dalam menyusun laporan keuangannya berdasarkan SAK EMKM.
Hasil penelitian Ummu Kalsum (2020), menunjukkan bahwa dalam penyusunan laporan keuangan, pelaku UMKM yang terdaftar di Food City Pasar Segar di Kota Makassar belum menerapkan SAK EMKM dikarenakan pelaku usaha tidak pernah mendapat sosialisasi, minimnya latar belakang pendidikan pelaku UMKM, tidak ada regulasi terkait pelaksanaan SAK EMKM, kurang pengetahuan dan pemahaman terkait pelaksanaan SAK EMKM, minimnya pelatihan SAK EMKM, rendahnya modal untuk mempekerjakan staf ahli dalam menyusun laporan keuangan dan sarana prasarana yang tidak memadai serta pemilik usaha yang kurang fokus pada pelaporan hasil usahanya.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Dan Menengah (SAK EMKM) Pada UMKM di Bidang Kuliner Kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang dibuat adalah sebagai berikut:
1. Apakah latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap implementasi SAK EMKM?
2. Apakah ukuran usaha berpengaruh terhadap implementasi SAK EMKM?
3. Apakah umur usaha berpengaruh terhadap implementasi SAK EMKM?
4. Apakah informasi dan sosialisasi berpengaruh terhadap implementasi SAK EMKM?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bahwa latar belakang pendidikan berpengaruh signifikan terhadap implementasi SAK EMKM
2. Untuk mengetahui bahwa ukuran usaha berpengaruh signifikan terhadap implementasi SAK EMKM
3. Untuk mengetahui bahwa umur usaha berpengaruh signifikan terhadap implementasi SAK EMKM
4. Untuk mengetahui bahwa informasi dan sosialisasi berpengaruh signifikan terhadap implementasi SAK EMKM
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dengan melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi SAK EMKM pada UMKM khususnya di bidang kuliner, serta sebagai referensi bagi penelitian penelitian yang serupa di masa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, sebagai sarana pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan di bidang penelitian.
b. Bagi UMKM, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para pelaku UMKM untuk menerapkan SAK EMKM dalam menyajikan laporan keuangannya sebagai upaya untuk mengembangkan usaha bisnisnya.
c. Bagi civitas akademika Universitas Muhammadiyah Makassar, hasil penelitian ini untuk memberikan sumbangsi pemikiran sebagai bahan masukan atau referensi bagi yang berminat melakukan penelitian terkait permasalahan yang sama atau sejenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Grand Teori
1. Teori Modal Manusia (Human Capital Theory)
Human Capital Theory dikembangkan oleh Becker (1965) yang mengemukakan bahwa investasi dalam pelatihan dan untuk meningkatkan human capital adalah penting sebagai suatu investsi dari bentuk-bentuk modal lainnya. Human Capital Theory berpendapat bahwa investasi sumber daya manusia mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan produktivitas, peningkatan produktivitas tenaga kerja ini dapat didorong melalui pendidikan dan pelatihan. Teori ini menyatakan bahwa pendidikan menanamkan ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai kepada manusia dan karenanya mereka dapat meningkatkan kapitas belajar dan produksinya.
Human Capital Theory adalah suatu pemikiran yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu bentuk kapital atau barang modal sebagaimana barang-barang modal lainnya, seperti tanah, gedung, mesin, dan sebagainya. Human capital dapat didefinisikan sebagai jumlah total dari pengetahuan, skill, dan kecerdasan rakyat dari suatu negara.
Dalam arti yang lebih luas, berbagai elemen yang diperlukan untuk menciptakan pasokan tenaga kerja yang memadai menjadi dasar teori human capital dan sangat penting bagi kesehatan ekonomi dan social bangsa-bangsa di dunia.
7
Implikasi Human Capital Theory dalam penelitian ini adalah teori ini digunakan sebagai landasan teori untuk menjelaskan bagaimana tingkat pendidikan pelaku UMKM dan umur usaha dapat berpengaruh terhadap implementasi SAK EMKM.Teori ini digunakan sebagai landasan teori untuk memperkuat variabel latar belakang pendidikan pemilik.
2. Unified Theory Of Acceptance And Use Of Technology (UTAUT) Teori ini dikembangkan oleh Vankatesh dkk. (2003), dengan merumuskan empat macam penentu inti (core determinant) suatu niat dan pengguna teknologi informasi dengan empat moderator dari hubungan pokok (key relationships). Keempat core determinant yang dimaksud adalah: pertama, ekspektasi terhadap kinerja (performance expectancy), yaitu sejauh mana individu percaya terhadap penggunaan suatu sistem dalam membantu kinerjanya. Kedua, ekspektasi terhadap upaya (effort expectancy), yaitu sejauhmana tingkat kemudahan dari suatu sistem.
Ketiga, pengaruh sosial (social influence), yaitu sejauh mana individu dapat meyakinkan orang lain dengan sistem yang baru. Keempat, kondisi yang mendukung (facilitating condition), yaitu sejauhmana individu percaya bahwa infrastruktur organisasi dan langkah teknis harus ada untuk mendukung penggunaan sistem. (Sururudddin, 2017)
Faktor kondisi yang mendukung (facilitating conditition) digunakan sebagai landasan teori untuk memperkuat kerangka berfikir variabel ukuran usaha, umur usaha, dan informasi dan sosialisasi dalam mempengaruhi implementasi SAK EMKM. Perusahaan dengan skala usaha besar akan lebih kompleks kegiatan operasional usahanya
dibandingkan dengan perusahaan berskala sedang dan kecil. Sehingga ukuran usaha dapat mempengaruhi UMKM dalam mengimplementasikan SAK EMKM.
B. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Pengertian UMKM berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yaitu:
1. Usaha Mikro
Usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang- Undang.
2. Usaha Kecil
Usaha Ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang.
3. Usaha Menengah
Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
C. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Menurut IAI (2019), mendefinisikan sebagai berikut:
“Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI) serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di bawah pengawasannya.”
Tujuan ditetapkannya Standar Akuntansi Keuangan adalah menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan untuk umum.
Menurut Muslichah (2018) Tujuan tersebut yaitu:
1. Untuk keseragaman, laporan keuangan yang relevan dan reliable.
2. Memudahkan penyusunan laporan keuangan karena adanya pedoman baku sehingga meminimalkan bias dari penyusunan.
3. Memudahkan auditor dalam mengaudit.
4. Memudahkan pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda.
5. Pengguna laporan keuangan banyak pihak sehingga penyusun tidak dapat menjelaskan kepada masing-masing pengguna.
D. Standar Akuntansi Keuangan Entitas, Mikro, Kecil dan Menengah (SAK EMKM)
1. Pengertian SAK EMKM
Sehubungan dengan pentingnya laporan keuangan bagi suatu entitas, maka pada tahun 2016, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil
dan Menengah (SAK EMKM) untuk membantu pelaku UMKM dalam menyusun laporan keuangannya sehingga laporan keuangan yang dihasilkan akan menjadi lebih transparan, efisien, dan akuntabel. SAK EMKM berisi 18 bab aturan yang terdiri dari ruang lingkup, konsep dan prinsip pervasive, penyajian laporan keuangan, laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, catatan atas laporan keuangan, kebijakan akuntansi, estimasi dan kesalahan, aset dan liabilitas keuangan, persedian, investasi pada ventura bersama, aset tetap, aset tetap, aset tidak berwujud, liabilitas dan ekuitas, pendapatan dan beban, pajak penghasilan, transaksi dalam mata uang asing, ketentuan transisi, dan tanggal efektif.
Komponen penyajian laporan keuangan ini meliputi penyajian wajar, kepatuhan terhadap SAK EMKM, frekuensi laporan keuangan, penyajian yang konsisten, informasi komparatif, laporan keuangan, serta adanya identifikasi laporan keuangan(Handayani., 2018).
2. Karakteristik SAK EMKM
SAK EMKM memiliki karakteristik sebagai berikut (Handayani., 2018):
a. Standar akuntansi yang berdiri sendiri (tidak mengacu pada SAK Umum).
b. Mayoritas penggunaannya menggunakan konsep biaya historis.
c. Hanya mengatur transaksi umum yang dilakukan Usaha Kecil dan Menengah.
d. Pengaturannya lebih sederhana dibandingkan SAK Umum dan SAK ETAP.
3. Manfaat dan Tujuan SAK EMKM
Pada tahun 2009, DSAK IAI menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) untuk diterapkan pada entitas kecil dan menengah. Akan tetapi, melihat kebutuhan standar akuntansi yang lebih sederhana pada entitas mikro kecil dan menengah, DSAK IAI menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM) pada tahun 2016. SAK EMKM dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar yang ditetapkan.Setiap perusahaan memiliki prinsip going concern yakni menginginkan usahanya terus berkembang, maka perlunya meyakinkan publik bahwa usaha yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam akuntansi, wujud pertanggungjawaban dilakukan dengan menyusun dan menyajikan laporan keuangn sesuai dengan standar yang ditentukan. Penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan standar, akan membantu manajemen perusahaan untuk memperoleh berbagai kemudahan, misalnya untuk menentukan kebijakan perusahaan dimasa yang akan datang dapat memperoleh pinjaman dana dari pihak ketiga, dan sebagainya. (Tatik, 2018).
SAK EMKM disusun untuk memenuhi kebutuhan pelapor keuangan entitas mikro, kecil dan menengah, SAK EMKM ditujukan untuk digunakan oleh entitas yang tidak atau belum mampu memenuhi persyaratan akuntansi yang diatur SAK ETAP. SAK EMKM diharapkan dapat membantu pelaku UMKM di Indonesia dalam menyusun laporan keuangannya dengan tepat tanpa harus terjebak dalam kerumitan standar akuntansi keuangan yang ada saat ini. SAK EMKM ini disusun cukup
sederhana sehingga tidak akan menyulitkan bagi penggunanya yang merupakan perusahaan yang tergolong usaha kecil dan menengah, sebagaimana kepanjangan yang telah diuraikan diatas merupakan unit kegiatan yang melakukan aktifitas tetapi sahamnya tidak dimiliki oleh masyarakat atau dengan kata lain unit usaha yang dimiliki oleh perorang atau sekelompok orang, dimana kegiatan dan modalnya masih terbatas.
Jenis kegiatan seperti ini di Indonesia menempati sekitar 80%. Oleh sebab itu perlu adanya perhatian khusus dari semua pihak yang berkepentingan dalam hal penyajian laporan keuangan (Purwanti, 2018).
E. Laporan Keuangan Menurut SAK EMKM
Penjelasan mengenai laporan keuangan sesuai SAK EMKM adalah sebagai berikut:
1. Laporan posisi keuangan akhir priode
Laporan posisi keuangan atau neraca adalah suatu daftar yang menunjukkan posisi keuangan yaitu komposisi dan jumlah aset, liabilitas, dan ekuitas dari suatu entitas tertentu pada suatu tanggal tertentu. Menurut IAI dalam SAK EMKM (2016), laporan posisi keuangan menyajikan informasi tentang aset, liabilitas, dan ekuitas entitas pada akhir priode pelaporan. Laporan posisi keuangan entitas menurut SAK EMKM dapat mencakup akun-akun seperti kas dan setara kas, piutang, persediaan, aset tetap, utang usaha, dan utang bank.
2. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan yang memberikan informasi kinerja terhadap perusahaan dalam menjalankan kegiatan oprasinya
dalam jangka waktu tertentu (Sariati, 2014). Menurut IAI dalam SAK EMKM entitas dapat menyajikan laporan laba rugi yang merupakan kinerja keuangan entitas dalam suatu periode dalam laporan laba rugi entitas dapat mencakup akun-akun seperti pendapatan, beban keuangan, beban pajak dan lain-lain.
3. Catatan atas laporan keuangan
Laporan keuangan tidak memberikan seluruh informasi yang dibutuhkan pihak yang berkepentingan atau pemakai laporan tersebut maka dari itu perlu adanya catatan atas laporan keuangan untuk menambahkan informasi yang dibutuhkan dalam bentuk deskriptif dan dilaporkan dalam bentuk narasi, selain itu dapat menginterpretasikan angka-angka yang terkandung didalam laporan keuangan, maka dari itu pemakai juga perlu melihat catatan atas laporan keuangan agar dapat memahami asumsi- asumsi yang dipakai dalam keseluruhan laporan keuangan. Menurut IAI dalam SAK EMKM catatn atas laporan keuangan disajikan secara sistematis sepanjang hal tersebut praktis dimana setiap akun dalam laporan keuangan menunjukkan informasi terkait dalam catatan atas laporan keuangan yang berisikan tambahan memuat:
1) Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan SAK EMKM.
2) Ikhtisar kebijakan akuntansi.
3) Informasi tambahan dan rincian akun tertentu yang menjelaskan transaksi yang penting dan material sehingga bermanfaat bagi pengguna untuk memahami laporan keuangan.
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi SAK EMKM 1. Latar Belakang Pendidikan Pemilik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pendidikan memiliki arti sebagai proses pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi dari objek tertentu dan spesifik. Secara formal diperoleh hasil pengetahuan setiap individu yang memiliki pola pikir, perilaku dan moral sesuai dengan pendidikan yang diperoleh.Di dalam Undang-Undang Nomor 20 2003 tentang sistem pendidikan nasional, jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal.
Menurut Pratiwi dan Hanafi (2016) pendidikan pemilik perusahaan mikro, kecil dan menengah ditentukan berdasarkan pendidikan formal yang pernah ditempuh. Jika tingkat pendidikan formal pemilik atau manajer rendah, maka akan rendah penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan formal pemilik yang tinggi.
2. Ukuran Usaha
Ukuran secara umum dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar atau kecilnya suatu objek.Menurut (Nugroho, 2014) menyatakan bahwa ukuran usaha menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dinyatakan dengan pertumbuhan aktiva yang dimiliki usaha dan peningkatan penjualan bersih yang diperoleh usaha.
Menurut UU No.20 Tahun 2008 dibagi kedalam empat kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar.Penentuan pengukuran usaha dapat ditentukan dari faktor utama yang mempengaruhi.
Dalam penelitian (Hartono dan Hartomo.D, 2016) Ukuran perusahaan memiliki tiga faktor utama yaitu:
a. Besarnya total aktiva, total aktiva merupakan total aset yang dimiliki perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahanya seperti:
peralatan yang dimiliki, persediaan yang dimiliki, dan lain-lain
b. Besarnya hasil penjualan, penjualan dalam hal ini merupakan pendapatan uang masuk yang diterima selama kegiatan usaha.
c. Besarnya kapitalisasi pasar, Besar atau kecilnya harga perusahaan di Bursa Efek Indonesia.
3. Umur Usaha
Umur usaha merupakan lamanya perusahaan itu berdiri. Lamanya usaha tersebut berjalan dapat mempengaruhi keahlian atau produktivitasnya, sehingga dapat menambah efesiensi dan mampu menekan biaya produksi lebih kecil dari hasil penjualannya. Umur usaha mengakibatkan perubahan pola pikir perusahaan dalam bertindak dan menjalankan operasional perusahaan. Umur usaha juga akan menentukan kedewasaan pelaku UMKM untuk mengambil seuah keputusan atas tindakan-tindakannya.
4. Informasi dan Sosialisasi SAK EMKM
Informasi merupakan data yang telah diolah sehingga data tersebut dapat berguna dalam membuat keputusan.Informasi juga dapat didefinisikan sebagai sekumpulan fakta dimana fakta tersebut telah diolah ke dalam bentuk data, sehingga dapat menjadi lebih berguna dan juga dapat
digunakan oleh siapa saja yang membutuhkannya sebagai pengetahuan dan dapat juga digunakan untuk pengambilan keputusan.
Infomasi dan Sosialisasi merupakan cara untuk mengenalkan dan membantu UMKM dalam mengetahui serta memahami tentang SAK EMKM.
Informasi akuntansi merupakan alat yang digunakan oleh pengguna informasi akuntansi. Informasi akuntansi sebagai informasai kuantitatif tentang entitas ekonomi yang bermanfaat untuk mengambil keputusan ekonomi dalam menentukan pilihan diantara alternatif-alternatif tindakan (Prawesti, 2017).
G. Tinjauan Empiris
Tinjauan empiris merupakan hasil dari penelitian terdahulu yang mengemukakan konsep yang relevan. Adapun penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Metode Hasil penelitian
1 Indah Cahyaningr um
(Jurnal Vol 1 No. 1.1 Mei 2021, hal 302-312, Universitas Pembangun an Nasional
“Veteran”
Jawa Timur)
Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan SAK EMKM Pada UMKM Toko Sembako
Metode kuantitatif
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa:
1. latar belakang pendidikan tidak berpengaruh terhadap penerapan SAK EMKM pada UMKM Toko sembako
2. ukuran usaha tidak berpengaruh terhadap penerapan SAK EMKM pada UMKM Toko sembako
3. umur usaha
berpengaruh terhadap penerapan SAK EMKM pada UMKM Toko
sembako
4. persepsi kemudahan berpengaruh terhadap penerapan SAK EMKM pada UMKM Toko sembako
2 Tutik Siswanti (Jurnal Inovasi Bisnis dan Manjemen Indonesia Volume 03, Nomor 03, Juni 2020, Universitas Dirgantara Mersekal Suryadarma )
Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM) dalam Penyusunan Laporan Keuangan (Study Kasus pada UMKM Kecamatan Makasar, Jakarta Timur)
Metode Kuantitatif
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (UMKM) faktor yang dominan mempengaruhi penerapan SAK EMKM dalam penyusunan laporan keuangan adalah Ukuran
Perusahaan dan
Kompetensi Sumber Daya Manusia. Berdasarkan hasil persamaan regresi menunjukkan, bahwa koefisen nilai ukuran perusahaan dan Komptensi SDM memiliki hubungan positif searah dengan penerapan SAK EMKM dalam penyusunan laporan keuangan. Hasil ini juga diperkuat dengan hasil uji hipotesis, dimana secara parsial dan simultan kedua variabel tersebut berpengaruh terhadap penerapan SAK EMKM.
Hasil koefisien determinasi menunjukkan kemampuan varian variabel ukuran
perusahaan dan
kompetensi SDM
menjelaskan varian dari penerapan SAK EMKM dalam penyusunan laporan keuangan sebesar 67,5%
3 Nuvitasari (Internation al Journal of Social Science and Business Vol. 3 No. 3 2019,
Universitas
Implementasi
SAK EMKM
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM
Kualitatif Dari hasil penelitian yang dilakukan di UD. Karya Tangi Banyuwangi, terlihat bahwa laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh UD. Karya Tangi Banyuwangi masih sangat sederhana dan tidak sesuai dengan SAK EMKM karena pemilik UMKM tidak
Muhammadi yah Jember)
memahami dan memahami standar laporan keuangan khusus untuk UMKM, setelah menerapkan
laporan keuangan
UD.Karya Tangi
Banyuwangi berdasarkan
SAK EMKM secara
keseluruhan, disiapkan dan disajikan dengan jumlah yang sama. Penerapan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK EMKM menyajikan laporan keuangan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu laporan posisi keuangan, beberapa statistik dan catatanlaporan keuangan.
4 Tatik Amani (Jurnal Ilmiah Ilmu Akuntansi Vol. 2 No. 2 2018,
Universitas Panca Marga Probolinggo )
Penerapan SAK-EMKM Sebagai Dasar Penyusunan Laporan Keuangan UMKM:(Studi Kasus di UD Dua Putri Solehah
Probolinggo)
kuantitatif Hasil penelitian pada UMKM UD Dua Putri Solehah menunjukkan bahwa Laporan Keuangan belum disusun seperti standard yang ditetapkan SAK EMKM. Sesuai aturan setiap entitas UMKM diwajibkan menyajikan sebuah Laporan Keuangan seperti standar dan kaidah SAK EMKM yang berlaku mulai 1 Januari 2018.
Laporan ini sebagai dasar untuk mengambil keputusan bagi yang berkepentingan dan merupakan syarat pengajuan dana untuk memperbesar modal usaha ke perbankan.
5 Shinta Eka Kartika (Jurnal EMBA Vol.
9 No.1 2021, Hal 670-685, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Tingkat Pemahaman dan Kesiapan Pelaku UMKM di Kota Mataram dalam
Implementasi SAK EMKM
Dekskriptif Kualitatif
Hasil penelitian
memberikan bukti bahwa tingkat pemahaman pelaku UMKM di Kota Mataram dalam
menginplementasikan SAK EMKM dalam pelaporan keuangannya berada pada kategori cukup paham.
Artinya pelaku UMKM di Kota Mataram memiliki
AMM Mataram)
pemahaman yang cukup dalam pengukuran, asumsi dasar dan penyajian laporan keuangan.
Sedangkan tingkat kesiapan pelaku UMKM di Kota Mataram dalam mengimplementasikan SAK EMKM dalam pelaporan keuangannya berada pada kategori tidak siap. Pelaku UMKM di Kota Mataram tidak memiliki catatan transaksi berbasis akrual, tidak ada pemisahan antara keuangan perusahaan dengan keuangan pribadi, dan tidak memiliki sumber daya manusia yang ahli di bidang akuntansi.
6 Delvin Kautsar (Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 7 No. 1 2020,
Universitas Krisnadwipa yana)
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pemahaman UMKM dalam Penyajian Laporan Keuangan Berdasarkan
SAK EMKM
pada UMKM di Kelurahan Jakasetia
Kuantitatif Hasil penelitian ini menunjukkan:
1. Pemberian infomasi dan sosialisasi berpengaruh signifikan positif terhadap
pemahaman UMKM
dalam menyusun laporan keuangan.
2. Latar belakang pendidikan berpengaruh signifikan positif terhadap
pemahaman UMKM
dalam menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM diterima.
Karena pengelola yang berlatar belakang akuntansi cenderung lebih cepat memahami.
3. Jenjang pendidikan berpengaruh signifikan positif terhadap
pemahaman UMKM
dalam menyusun laporan keuangan berdasarkan
SAK EMKM yang
diterima. Karena semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh oleh pengelola UMKM maka
pemahaman SAK EMKM akan meningkat.
4. Lama usaha dan ukuran usaha berpengaruh signifikan positif terhadap
pemahaman UMKM
dalam menyusun laporan keuangan.
7 Sularsih, H., Sobir, A.
(Jurnal Akuntansi Vol. 4 No. 4, 2019,
Sekolah Tinggi Ekonomi Gempol Pasuruan)
Penerapan Akuntansi SAK EMKM dalam Penyusunan Laporan
Keuangan pada UMKM
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang
Kualitatif Hasil penelitian menunjukkan pemilik
membuat laporan
pembukuan hanya yang bisa dipahami dan dimengerti oleh pemilik.
Pemilik Usaha tidak memperhatikan aktiva dan pasiva secara lebih jelas dan akurat. Pemilik juga tidak
memperhitungkanharta kekayaan yang dimiliki pemilik dan tidak memperhitungkan
kewajiban dan ekuitas yang dimiliki perusahaan.
8 Bella Silvia (Jurnal Analisis Bisnis Ekonomi Vol. 17 No.1 2019, STIE Bank BPD Jateng
Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Pengusaha UMKM terhadap Laporan
Keuangan Berbasis SAK EMKM
kuantitatif Adapun hasil penelitian ini adalah:
1. Tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap persepsi pengusaha
UMKM terkait
pentingnya laporan keuangan berbasis SAK EMKM
2. Pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh terhadap persepsi pengusaha
UMKM terkait
pentingnya laporan keuangan berbasis SAK EMKM
3. Lama usaha tidak berpengaruh terhadap persepsi pengusaha
UMKM terkait
pentingnya laporan keuangan berbasis SAK EMKM
4. Omzet memiliki
pengaruh terhadap persepsi pengusaha
UMKM terkait
pentingnya laporan keuangan berbasis SAK EMKM
5. Pemberian informasi dan sosialisasi SAK
EMKM memiliki
pengaruh terhadap pengusaha UMKM terkait pentingnya laporan keuangan berbasis SAK EMKM 9 Intan Adino
(Jurnal Akuntansi Kompetif Vol. 2 No. 3, 2019,
Universitas Lancang Kuning Pekanbaru)
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pemahaman Pelaku UMKM terhadap SAK EMKM : Survey pada UMKM yang Terdaftar
di Dinas
Koperasi dan
UKM Kota
Pekanbaru)
Kuantitatif Adapun hasil penelitian ini sebagai berikut :
1. Sosialisasi SAK EMKM memiliki pengaruh terhadap Pemahaman Pelaku UMKM mengenai SAK EMKM. Semakin sering pelaku UMKM mendapat sosialiasi SAK EMKM, maka semakin tinggi tingkat pemahaman pelaku UMKM mengenai SAK EMKM.
2. Tingkat Pendidikan memiliki pengaruh terhadap Pemahaman Pelaku UMKM mengenai SAK EMKM. Semakin tinggi tingkat pendidikan pelaku UMKM, maka semakin tinggi pula pemahaman pelaku UMKM mengenai SAK EMKM.
3. Skala Usaha tidak memiliki pengaruh terhadap Pemahaman Pelaku UMKM mengenai SAK EMKM. Dalam penelitian ini ditemukan hasil bahwa baik perusahaan kecil maupun perusahaan
besar tingkat
pemahaman pelaku
UMKM mengenai SAK EMKM masih dalam tingkat cukup.
4. Umur Usaha tidak memiliki pengaruh terhadap Pemahaman Pelaku UMKM mengenai SAK EMKM. Dalam penelitian ini ditemukan hasil bahwa baik perusahaan yang baru berdiri maupun perusahaan yang sudah lama berdiri tingkat pemahaman pelaku UMKM mengenai SAK EMKM masih dalam tingkat cukup.
10 Nurhidayant i
(Skripsi thesis, Universitas Pancasakti Tegal, 2020)
Pengaruh Pemahaman Teknologi
Informasi, Latar Belakang
Pendidikan Pemilik, Umur Usaha, Dan Persepsi
Kemudahan UMKM Terhadap Implementasi Sak – EMKM Pada UMKM Di Kecamatan Kramat Kab Tegal
kuantitatif Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) variabel pemahaman teknologi informasi dan variabel umur usaha tidak berpengaruh terhadap implementasi SAK EMKM.
2) variabel persepsi kemudahan pada SAK EMKM dan variabel latar belakang berpengaruh terhadap implementasi SAK EMKM.
H. Kerangka Pikir
Kerangka pikir adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian untuk menjelaskan hubungan antara variabel yang saling berkaitan (Riskayanti, 2021). Adapun kerangka pikir dari penelitian ini:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
I. Hipotesis
1. Latar Belakang Pendidikan
Human Capital Theory menyatakan bahwa pendidikan menanamkan ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai kepada manusia dan karenanya mereka dapat meningkatkan kapasitas belajar dan produktivitasnya. Jadi pendidikan dapat berfungsi meningkatkan produktivitas dan berperan sebagai sinyal kemampuan.(Zahro dan Wahyundaru, 2015).
Menurut Sulistyawati (2020), pelaku usaha yang mempunyai latar belakang pendidikan ekonomi akan lebih mudah menerapkan SAK EMKM sebagai pelaporan keuangan. Sedangkan penelitian dari Nurhidayanti (2019), menyatakan bahwa implementasi SAK EMKM dipengaruhi oleh variabel latar belakang pendidikan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah:
Latar Belakang Pendidikan (X1)
Ukuran Usaha (X2)
Umur Usaha (X3)
Informasi dan Sosialisasi (X4)
Implementasi SAK EMKM pada UMKM Bidang Kuliner Kota
Makassar (Y)
H1 : Diduga latar belakang pendidikan pemilik berpengaruh positif signifikan terhadap implementasi SAK EMKM pada UMKM di bidang kuliner Kota Makassar
2. Ukuran Usaha
Semakin besar ukuran perusahaan berimplikasi perusahaan mempunyai sumber daya yang lebih besar dan juga lebih mampu memperkerjakan karyawan dengan keahlian yang lebih baik, sehingga mendukung implementasi SAK EMKM.
Ukuran UMKM yang semakin besar menyebabkan semakin tinggi pula pemahaman pemilik usaha untuk mempraktikkanSAK EMKM sebagai standar pelaporan keuangan (Sulistyawati, 2020). Riset dari Sulistyawati (2020), menyatakan bahwa variabel ukuran usaha berpengaruh positif terhadap pemahaman UMKM untuk menyusun SAK EMKM sebagai pelaporan keuangan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah:
H2 : Diduga ukuran usaha berpengaruh positif signifikan terhadap implementasi SAK EMKM pada UMKM di bidang kuliner kota Makassar
3. Umur Usaha
Umur usaha akan menentukan bagaimana cara berfikir, bertindak dan berperilaku perusahaan dalam melakukan operasionalnya. Selain itu, umur juga mengakibatkan perubahan pola fikir dan tingkat kedewasaan perubahaan dalam mengambil sikap atas setiap tindakannya. Apabila pelaku usaha ingin eksistensi usahanya tetap ada, maka pemilik usaha
harus mengambil keputusan yang dapat memperpanjang umur usahanya.
Pembukuan yang rapi sesuai standar serta pengelolaan yang baik dapat meningkatkan umur usaha. Semakin lama umur usaha, maka semakin baik perkembangan usahanya dan akan dibutuhkan SAK EMKM sebagai dasar pencatatan akuntansi bagi UMKM.
Semakin lama suatu UMKM berdiri, maka penerapan SAK EMKM untuk pelaporan keuangan akan semakin baik pula (Putra, 2018). Hasil penelitian Agustina, dkk (2020), menyatakan bahwa variabel lama usaha yang secara parsial berpengaruh dalam penerapan SAK ETAP dan SAK EMKM. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah:
H3 : Diduga Umur usaha berpengaruh positif signifikan terhadap implementasi SAK EMKM pada UMKM di bidang kuliner kota Makassar
4. Informasi dan Sosialisasi
Besarnya informasi dan sosialisasi mengenai penerapan SAK EMKM akan sangat bermanfaat bagi pelaku UMKM, karena pelaku UMKM akan mampu memahami pentingnya pembukuan sesuai dengan SAK EMKM demi keberlangsungan usahanya. Apabila tidak ada sosialisasi tentang penerapan SAK EMKM akan membuat pelaku UMKM takut untuk menggunakannya, karena keengganan pelaku usaha dalam mengambil resiko untuk mengubah tatanan keuangan yang sudah ada sedari awal.
Hasil penelitian Ningsih, (2020) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan antara pemberian informasi dan sosialisasi terhadap pemahaman pengusaha UMKM atas SAK EMKM. Dengan adanya pemberian informasi dan sosialisasi kepada pelaku UMKM akan dapat meningkatkan pengetahuan UMKM terhadap SAK EMKM. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dewi et al (2017) yang menyatakan bahwa pemberian informasi dan sosialisasi berpengaruh positif signifikan terhadap penggunaan SAK EMKM pada UMKM. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Silvia dan Azmi (2019) bahwa terdapat pengaruh positif antara pemberian informasi dan sosialisasi SAK EMKM terhadap persepsi pengusaha UMKM terkait pentingnya laporan keuangan berbasis SAK EMKM.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah:
H4 : Diduga Informasi dan sosialsiasi berpengaruh positif signifikan terhadap implementasi SAK EMKM pada UMKM di bidang kuliner kota Makassar
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif pendekatan eksplanatori. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik (Indriantoro dan Supomo, 2014:12).
Penelitian eksplanatori adalah penelitian yang menjelaskan mengenai hubungan sebab akibat antara variabel independent dan variabel dependent (Sugiyono, 2017). Jenis penelitian dalam penyusunan proposal merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data dalam bentuk angka hasil analisis data terkait pegaruh latar belakang pendidikan, umur usaha, dan informasi dan sosialisasi terhadap implementasi SAK EMKM pada UMKM kuliner Kota Makassar.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Kota Makassar, tepatnya pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang bergerak dibidang usaha kuliner. Sedangkan waktu penelitian yang dibutuhkan kurang lebih selama dua bulan, yaitu pada bulan November-Desember.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian merupakan data primer.Data primer merupakan data yang diperoleh dan atau dikumpulkan
28
secara langsung dari sumber datanya. Data primer dari penelitian ini berasal dari jawaban responden seperti jawaban atas daftar kuisioner yang peneliti berikan kepada pelaku usaha (Chandrarin, 2017). Data primer digunakan oleh peneliti untuk memperoleh informasi mengenai latar belakang pendidikan (X1), ukuran Perusahaan (X2), umur usaha (X3), Pemberian informasi dan sosialisasi SAK EMKM (X4), implementasi SAK EMKM pada UMKM di bidang kuliner kota Makassar (Y).
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit yang akan diteliti yang merupakan sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi informasi serta diharapkan mampu menjawab permasalahan dalam penelitian ini.
Populasi dari penelitian ini adalah UMKM yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar sebanyak 5.387 UMKM.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dengan adanya sampel, kemudian peneliti mampu menarik kesimpulan yang dapat megeneralisasikan terhadap populasi yang diminati. Pengambilan sampel ini dilakukan sedemikian rupa sehingga sampel benar-benar dapat mewakili (representatif) dan bisa menggambarkan populasi sebenarnya.
Dalam penelitian ini penulis mempersempit populasi yaitu jumlah UMKM sebanyak 5.387 orang dengan menghitung ukuran sampel yang
dilakukan dengan menggunakan teknik Slovin Sugiyono, 2011 dalam (Radityo, 2018). Adapun penelitian ini menggunakan rumus Slovin karena dalam pengambilan sampel, jumlahnya harus representative agar hasilnya dapat digeneralisasikan dan perhitungannya tidak memerlukan tabel jumlah sampel, tetapi dilakukan dengan menggunakan rumus.
Rumus Slovin untuk menentukan sampel sebagai berikut:
Keterangan :
n = Ukuran sampel/ jumlah responden N = Ukuran populasi
e = Tingkat ketepatan yang diinginkan (10%)
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 5.387 orang. Sehingga presentase kelonggaran yang digunakan yaitu sebesar 10%. Maka untuk mengetahui sampel penelitian ini, digunakan perhitungan sebagai berikut:.
dibulatkan menjadi 100 sampel.
Berdasarkan perhitungan diatas maka sampel yang menjadi responden sebanyak 100 orang, hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam pengolahan data dan untuk pengujian yang lebih baik. Sampel diambil berdasarkan teknik purposive sampling, yang merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik yang dikehendaki atau biasa disebut dengan penarikan sampel bertujuan.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Variabel Independen
a. Latar Belakang Pendidikan
Latar Belakang Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan terakhir yang diperoleh dibangku sekolah formal.Indikator tingkat pendidikan pada penelitian ini mengacu pada penelitian Rudiantoro dan Siregar (2012). Pengukuran untuk variabel latar belakang pendidikan menggunakan skala ordinal yaitu, 1 jika pendidikan terakhir SD, 2 jika pendidikan terakhir SMP, 3 jika pendidikan terakhir SMA/SMK, 4 jika pendidikan terakhir S1, dan 5 jika pendidikan terakhir S2.
b. Ukuran Usaha
Ukuran usaha dalam penelitian ini adalah ukuran yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan, ukuran usaha ditentukan total aset, total pendapatan, dan jumlah TK yang dimiliki perusahaan.Indikator ukuran usaha yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian (Adis Puspita 2018) yaitu berdasarkan total aset yang dimiliki UMKM. Pengukuran untuk variabel ini menggunakan skala interval yaitu, diberi nilai 1 sampai 3. 1 untuk kriteria usaha mikro yang memiliki total aset paling banyak Rp 50 juta, 2 untuk kriteria usaha kecil yang memiliki total lebih dari Rp 50 juta sampai Rp 500 juta, dan 3 untuk Kriteria usaha menengah yang memiliki total aset lebih dari Rp 500 juta sampai paling banyak Rp 10 Milyar.
c. Umur Usaha
Umur usaha dalam penelitian ini adalah lamanya perusahaan berdiri yang dihitung sejak perusahaan itu berdiri. Indikator umur usaha yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian (Adis Puspita,2018) adalah umur perusahaan diukur berdasarkan waktu (dalam tahun) sejak perusahaan berdiri sampai dengan penelitian ini dilakukan.
Pengukuran untuk variabel ini menggunakan skala interval yaitu, 1 untuk umur dibawah 5 tahun, 2 untuk umur 6 sampai 10 tahun, 3 untuk 11 sampai 15 tahun, 4 untuk 16 sampai 20 tahun, dan 5 untuk umur 21 tahun ke atas.
d. Informasi dan Sosialisasi
Indikator informasi dan sosialisasi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian (Mulyaga, 2016) yaitu dari sumber-sumber informasi dan sosialisasi SAK EMKM yang diperoleh oleh pemilik UMKM, adalah:
1) Media (koran, majalah, internet).
2) Seminar / pelatihan akuntansi
3) Instansi Pemerintah (Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sulawesi Selatan)
4) Pelatihan akuntansi dari organisasi (LSM atau organisasi lainnya Pengukuran variabel ini menggunakan skala ordinal yaitu 1 untuk tidak pernah, 2 untuk jarang, 3 untuk kadang-kadang, 4 untuk sering, dan 5 untuk sangat sering.
2. Variabel Dependen
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel implementasi SAK EMKM merujuk dari pedoman SAK EMKM yang dikeluarkan oleh IAI yang dikembangkan hingga dihasilkan indikator yang mewakili dan mampu mengukur atau menggambarkan variabel implementasi SAK EMKM.
Pengukuran variabel ini dengan skala ordinal. Skala ordinal adalah data yang diklasifikasikan menurut jenjang tertentu. Skala ordinal ini digunakan untuk mengukur variabel bebas. Adapun skala ordinal yang digunakan, yaitu 1 untuk tidak pernah, 2 untuk jarang, 3 untuk kadang-kadang, 4 untuk sering, dan 5 untuk sangat sering
Tabel 3.1
Indikator Implementasi SAK EMKM
Definisi Ukuran/indicator skala
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel implementasi SAK EMKM merujuk dari pedoman SAK EMKM yang dikeluarkan oleh IAI yang dikembangkan hingga dihasilkan indikator yang mewakili dan mampu mengukur atau menggambarkan variabel implementasi SAK EMKM
1. Mencatat (menjurnal) transaksi ke dalam buku besar
2. Memposting jurnal ke buku besar
3. Laporan posisi keuangan 4. Laporan laba rugi
5. Catatan atas laporan keuangan
6. Mengakui semua asset dan kewajiban
7. Menyajikan laporan keuangan pada setiap periode pelaporan
8. Laporan keuangan antar periode disusun secara konsisten
1 : Tidak pernah 2 : Jarang
3 : kadang-kadang 4 : Sering
5 : Sangat Sering
Sumber:Christian (2020)
F. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah menyebarkan kuesioner. Kuesioner adalah metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden secara langsung untuk menjawab. Pengumpulan data dalam bentuk kuesioner dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan yang dibagikan kepada para pemilik UMKM yang menjadi sampel penelitian untuk diisi secara online dan jawaban yang didapat digunakan sebagai alat untuk mengukur variabel.
G. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Uji Instrumen Penelitian a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau sah tidaknya kuesioner. Kuesioner dapat dikatakan valid jika pernyataan yang ada pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner itu. Dalam penelitian ini, pengukuran validitas dilakukan dengan melakukan hubungan atau korelasi antar score tiap item pertanyaan dengan total score construct. Bila hasil dari r hitung lebih besar dari r tabel, maka kuesioner tersebut valid. (Murniati, 2013)
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat pengujian untuk mengukur kuesioner yang merupakan dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan bisa dipercaya atau reliabel jika jawaban responden terhadap pernyataan stabil atau konsisten
dari waktu ke waktu. Suatu variabel atau construct dapat dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0.60 (Murniati, 2013)
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk menguji dalam model regresi, variabel independen dan dependen mempunyai distribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogrov-smirnov, data dikatakan berdistribusi normal jika memiliki nilai probabilitas pengujian
> 0,05.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas menguji pada model regresi ditemukan adanya hubungan atau korelasi antar variabel indeppenden atau bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak ada hubungan atau korelasi antar variabel independen. Jika Antar variabel independen saling berhubungan atau berkorelasi, maka variabel tidak orthoggonal. Variabel orthogonal yaitu variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel independent = nol.
Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan cara melihat nilai tolerance dan lawannya. Model regresi bisa dikatakan bebas dari multikolinieritas jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 atau samadengan seperti nilai VIF > 10.
c. Uji Heterokedastisitas
Model regresi yang baik adalah tidak adanya atau terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas dengan Uji Glejser.Jika variabel bebas atau independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat atau dependen, maka bisa terjadi
heteroskedastisitas. Dan jika dilihat dari probabilitas signifikansi jika di atas tingkat kepercayaan (0,05). Dapat disimpulkan model regresi tidak ada atau memiliki heteroskedastisitas (Ghozali, 2018).
3. Analisis regresi berganda
Alat pengujian atau teknik analisis data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah analsis regresi berganda. Untuk itu diformulasikan model regresi berganda sebagai berikut :
γ = α + ß1 X1 + ß2 X2 + ß3 X3+ ß4 X4 + e Dimana :
γ = Implementasi SAK EMKM α = Konstanta
ß1 – ß 4 = koefisien regresi berganda X1 = Latar Belakang Pendidikan X2 = Ukuran Usaha
X3 = Umur Usaha
X4 = Informasi dan Sosialisasi e = error / faktor kesalahan
4. Uji Koefisien Regresi
a. Uji Koefisien Regresi Secara Individual (Uji t)
Uji statistik t untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Cara melakukan uji t sebagai berikut (Ghozali, 2018:97) :
1) Jika nilai signifikan ρ > 0,05 maka Hipotesis ditolak, yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.
2) Jika nilai signifikan ρ < 0,05 maka Hipotesis diterima, yang artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.
b. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji Koefisien determinasi untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Jika nilai semakin mendekati nol berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Jika nilai mendekati variabel dependen (Ghozali, 2018:95). satu berarti kemampuan variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
(Ghozali, 2018).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Profil Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar
Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mempunyai peranan besar terhadap pemberdayaan Koperasi dan UMKM di Kota Makassar dituntut dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) yang merupakan proses penjabaran lebih lanjut dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) yang mencakup periode tahunan.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) menggambarkan kegiatan tahunan yang akan dilaksanakan oleh OPD dan indikator kinerja beserta target-targetnya berdasarkan program,kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dalam rencana stategis (Renstra).
Disamping itu Rencana Kinerja memuat usulan-usulan tahun 2018 yang diusulkan oleh Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar.Maksud disusunnya Rencana Kinerja Tahunan adalah menjaga konsistensi dan keterpaduan dalam perencanaan, pelaksanaan, penganggaran maupun pengawasan.Adapun tujuan penyusunan Rencana Kinerja Tahunan adalah sebagai salah satu acuan bagi Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar dalam menyusun dokumen pelaksanaan anggaran.
38
2. Visi dan Misi
Visi Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kota Makassar merupakan perwujudan dari sasaran dan arah kebijakan pembangunan Kota Makassar Tahun 2014 – 2019. Perwujudan visi ini adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan tugas dan fungsi dalam kurun waktu 5 (lima) Tahun.
Perumusan Visi dilakukan untuk menindaklanjuti hasil analisis isu- isu strategis dan permasalahan pembangunan daerah (PPD) untuk menemukan perwujudan visi.Berbagai permasalahan pembangunan yang berhubungan layanan atau peningkatan kinerja penyelenggaraan urusan.
Visi Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar dirumuskan berdasarkan tindak lanjut hasil analisis isu-isu strategis dan permasalahan pembangunan daerah. Visi Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar adalah :“Terwujudnya Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang Kondusif, Kuat dan Kompetitif Bagi Pengembangan Ekonomi Daerah”
Untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan dalam lima tahun kedepan (Tahun 2014-2019) yang bertumpu pada potensi dan sumber daya yang dimiliki serta ditunjang oleh semangat kebersamaan, tanggung jawab yang optimal dan proporsional, maka misi Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah adalah :
a. Merekonstruksi nasib rakyat menjadi masyarakat sejahtera standar dunia
b. Merestorasi tata ruang kota menjadi kota nyaman berkelas dunia
c. Meningkatkan kualitas kelembagaan, produktivitas, daya saing dan kemandirian Koperasi dan UMKM;
d. Meningkatkan kompetensi SDM Koperasi dan UMKM yang professional;
e. Memberikan peluang berusaha yang seluas-luasnya kepada Koperasi dan UKM melalui program Dana Bergulir;
f. Meningkatkan promosi dalam dan luar negeri sehingga mampu menguasai pangsa pasar dalam era perdagangan bebas/globalisasi;
3. Struktur Organisasi dan Tugas Gambar 4.1
Struktur Organisasi Dinas Koperasi UKM Kota Makassar