• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Soal Secara Manual

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Soal Secara Manual"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Katalog Dalam Terbitan: KDT

Analisis Soal Secara Manual

ISBN 978 - 979-1228 - 37- 4

Judul Buku:

Analisis Soal Secara Manual

Penulis: Dra. Rahmah Zulaiha, MA

Penerbit: PUSPENDIK Jakarta, 2012

(3)

KATA PENGANTAR

Hasil tes prestasi belajar diharapkan dapat memberi gambaran yang akurat tentang penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran. Untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik setiap butir soal perlu dilakukan analisis soal baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Pada dasarnya terdapat dua macam karakteristik soal yang ditinjau dalam analisis soal secara kuantitatif yaitu tingkat kesukaran soal dan daya beda soal.

Buku panduan analisis butir soal ini dimaksudkan untuk membantu para peserta pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menganilisis butir soal secara manual.

Jakarta, Agustus 2012

Kepala Pusat Penilaian Pendidikan

Dr. Hari Setiadi

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Data Terbitan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

BAB 1. Analisis Soal Pilihan Ganda ... 1

A. Analisis Kualitatif ... 1

B. Analisis Kuantitatif ... 3

1. Daya Pembeda ... 3

2. Tingkat Kesukaran ... 14

3. Penyebaran Pilihan Jawaban ... 18

4. Kesimpulan Hasil Analisis ... 22

BAB 2. Analisis Soal Uraian ... 26

A. Analisis Kualitatif ... 26

B. Analisis Kuantitatif ... 28

1. Daya Pembeda ... 28

2. Tingkat Kesukaran ... 35

3. Kesimpulan Hasil Analisis ... 40

(5)

BAB

1

ANALISIS SOAL PILIHAN GANDA

Untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik setiap butir soal perlu dilakukan analisis soal, baik analisis kualitatif maupun analisis kuantitatif. Hasil analisis soal dapat digunakan untuk menguji apakah suatu soal akan berfungsi (analisis kualitatif) atau telah berfungsi (analisis kuantitatif) dengan baik. Di samping itu, hasil analisis soal dapat digunakan untuk mengetahui apakah soal termasuk kategori soal baik, soal perlu diperbaiki, atau soal jelek.

A. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif atau yang dikenal dengan telaah mutu soal dilakukan sebelum soal diujikan kepada peserta tes. Analisis ini dilakukan berdasarkan pertimbangan (professional judgement) ahli materi, konstruksi tes, dan bahasa. Hal tersebut dilakukan untuk meyakinkan bahwa soal berkualitas baik. Selain itu analisis ini dilakukan dengan berpedoman pada kaidah penulisan soal yang dilihat dari segi materi, konstruksi, dan bahasa. Berikut ini adalah kaidah penulisan soal pilihan ganda.

Materi

1. Soal harus sesuai dengan indikator.

(6)

3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar.

Konstruksi

4. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.

5. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja.

6. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar.

7. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. 8. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.

9. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, "Semua pilihan

jawaban di atas salah", atau "Semua pilihan jawaban di atas benar".

10. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, atau kronologisnya.

11. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.

12. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

Bahasa

13. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

14. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.

15. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.

16. Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.

Berdasarkan telaah soal, soal-soal diperbaiki, kemudian dirakit menjadi perangkat tes yang siap diujicobakan.

(7)

B. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui apakah soal berkualitas baik atau tidak berdasarkan data empirik yang diperoleh melalui ujicoba soal. Soal-soal diujicobakan pada sejumlah siswa yang mempunyai ciri (karakteristik) yang sama dengan siswa yang akan menempuh soal-soal tersebut di kemudian hari.

Analisis kuantitatif dilakukan diantaranya untuk mengetahui apakah sebuah soal dapat membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan kemampuan rendah, dan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. Khusus untuk soal pilihan ganda, analisis dilakukan untuk mengetahui penyebaran pilihan jawaban yaitu melihat berfungsi tidaknya pengecoh (pilihan jawaban selain kunci). Dari hasil analisis kuantitatif akan diperoleh soal baik, soal perlu diperbaiki, dan soal jelek.

1. Daya Pembeda

Dari hasil analisis kuantitatif soal pilihan ganda diperoleh daya pembeda soal, tingkat kesukaran, dan penyebaran pilihan jawaban. Soal yang baik adalah soal yang dapat membedakan kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Indeks yang dapat mengukur perbedaan itu adalah daya pembeda (item discrimination). Dengan demikian daya pembeda soal sama dengan validitas soal.

Daya pembeda soal adalah selisih proporsi jawaban benar pada kelompok siswa berkemampuan tinggi (kelompok atas) dan berkemampuan rendah (kelompok bawah). Daya pembeda soal berkisar antara -1 sampai dengan +1. Tanda negatif berarti kelompok siswa berkemampuan rendah yang menjawab benar soal tertentu lebih banyak dari kelompok siswa berkemampuan tinggi. Sebuah soal mungkin dapat membedakan kedua kelompok siswa dengan baik, tetapi dapat juga sebuah soal tidak dapat membedakan kedua kelompok siswa (bila daya pembeda = 0). Soal yang baik adalah soal dengan daya pembeda bertanda positif (+) untuk kunci berarti soal tersebut dapat mengukur kemampuan secara tepat. Sedangkan daya pembeda untuk pengecoh diharapkan negatif, karena diharapkan yang terkecoh adalah kelompok bawah. Daya pembeda soal diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan rumus:

(8)

DP = daya pembeda soal

KA = banyak siswa pada kelompok atas yang menjawab benar

KB = banyak siswa pada kelompok bawah yang menjawab benar

n = banyak siswa atau

DP = daya pembeda soal

KA = banyak siswa pada kelompok atas yang menjawab benar

KB = banyak siswa pada kelompok bawah yang menjawab benar

nA = banyak siswa pada kelompok atas

nB = banyak siswa pada kelompok bawah

Catatan:

Kelompok atas dan kelompok bawah diperoleh berdasarkan skor total setiap siswa untuk tes tersebut bukan atas keseharian mereka.

Menurut kriteria yang berlaku di Pusat Penilaian Pendidikan soal yang baik atau diterima bila memiliki daya pembeda soal di atas 0,25 karena soal tersebut dapat membedakan kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Berikut ini kriteria daya pembeda soal.

Kriteria Daya Pembeda Keterangan

DP > 0,25 Diterima

0 < DP  0,25 Diperbaiki

DP  0 Ditolak

Daya pembeda untuk pengecoh yang baik bila memiliki daya pembeda kurang dari 0 (negatif).

Berikut ini cara memperoleh daya pembeda soal dengan menggunakan data pada tabel 1.1. Pada tabel 1.1 terdapat jawaban dari 6 siswa yang menempuh

B B A A n K n K DP  n ) K K ( 2 DP A  B

(9)

10 soal pilihan ganda dan di baris akhir terdapat kunci jawaban untuk 10 soal pilihan ganda tersebut.

Tabel 1.1 Jawaban Siswa Nama Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Hasnah B B B C D C D C D A Maula C D B A B B D C D A Fikri C D B B A A D C D B Syifa A A A D C D D D C C Fahri D D B A D C C D C C Rayhan C C B A C B C C D A KUNCI C D A A C B D C D A

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan skor total untuk

setiap siswa dengan menggunakan data pada tabel 1.1. Hasil perhitungan skor total tersaji pada tabel 1.2.

Tabel 1.2

Perhitungan Skor Total Siswa

Nama Soal Skor

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Hasnah B B B C D C D C D A 4 Maula C D B A B B D C D A 8 Fikri C D B B A A D C D B 5 Syifa A A A D C D D D C C 3 Fahri D D B A D C C D C C 2 Rayhan C C B A C B C C D A 7 KUNCI C D A A C B D C D A

(10)

Langkah kedua adalah mengurutkan data pada tabel 1.2 berdasarkan skor

total dan hasilnya tersaji pada tabel 1.3.

Tabel 1.3

Urutan Skor Total Siswa

Nama Soal Skor

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Maula C D B A B B D C D A 8 Rayhan C C B A C B C C D A 7 Fikri C D B B A A D C D B 5 Hasnah B B B C D C D C D A 4 Syifa A A A D C D D D C C 3 Fahri D D B A D C C D C C 2 KUNCI C D A A C B D C D A

Langkah ketiga adalah membagi 2 sama banyak data pada tabel 1.3 dan

hasilnya tersaji pada tabel 1.4.

Tabel 1.4

Pembagian Kelompok

Nama Soal Skor

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Maula C D B A B B D C D A 8 Kelompok Atas Rayhan C C B A C B C C D A 7 Fikri C D B B A A D C D B 5 Hasnah B B B C D C D C D A 4 Kelompok Bawah Syifa A A A D C D D D C C 3 Fahri D D B A D C C D C C 2 KUNCI C D A A C B D C D A

(11)

Langkah keempat adalah memasukkan data pada tabel 1.4 ke dalam format

pada tabel 1.5. Untuk kunci berilah tanda bintang (*). Kolom O (other) berisi bila siswa menjawab lebih dari satu jawaban atau tidak menjawab. Cara memasukkan data adalah sebagai berikut. Misal soal nomor 1, pertama kita lihat kelompok atas, semua siswa menjawab C berarti kolom C diisi 3 dan kolom lainnya diisi 0. Kemudian kita lihat kelompok bawah, siswa yang menjawab A, B, dan D masing-masing 1 orang berarti kolom A, B, dan D diisi 1 sedangkan kolom C diisi 0. Selanjutnya soal nomor 2 sampai dengan 10 dilakukan dengan cara yang sama yaitu dengan melihat pada masing-masing kelompok, dimulai dari kelompok atas lalu kelompok bawah. Hasil tabulasi tersaji pada tabel 1.5.

Tabel 1.5

Tabulasi Jawaban siswa

No. Soal Kel. Penyebaran Jawaban A B C D O 1 KA 0 0 3* 0 0 KB 1 1 0* 1 0 2 KA 0 0 1 2* 0 KB 1 1 0 1* 0 3 KA 0* 3 0 0 0 KB 1* 2 0 0 0 4 KA 2* 1 0 0 0 KB 1* 0 1 1 0 5 KA 1 1 1* 0 0 KB 0 0 1* 2 0 6 KA 1 2* 0 0 0 KB 0 0* 2 1 0 7 KA 0 0 1 2* 0 KB 0 0 1 2* 0 8 KA 0 0 3* 0 0 KB 0 0 1* 2 0 9 KA 0 0 0 3* 0 KB 0 0 2 1* 0

(12)

10 KA 2* 1 0 0 0

KB 1* 0 2 0 0

Langkah kelima adalah mengitung daya pembeda soal dan daya pembeda

pengecoh berdasarkan data pada tabel 1.5. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut.

a. Soal nomor 1

Pada soal nomor 1, kelompok atas yang menjawab benar ada 3 siswa (KA=3), tidak ada kelompok bawah yang menjawab benar (KB=0), dan

banyak siswa pada kelompok atas dan bawah masing-masing 3 siswa (nA

= nB = 3).

Dengan menggunakan rumus:

n ) K K ( 2 DP A  B atau B B A A n K n K DP  diperoleh: 1 6 6 6 3 2 3 3 ) 0 3 ( 2 n ) K K ( 2 DP A B      atau 1 0 1 3 0 3 3 n K n K DP B B A A

Jadi daya pembeda soal nomor 1 adalah 1 berarti soal diterima karena 1 > 0,25

1). Pengecoh A

Pada pengecoh A, tidak ada kelompok atas yang menjawab pengecoh A (KA=0), kelompok bawah yang menjawab pengecoh A ada 1 siswa

(KB=1), dan banyak siswa pada kelompok atas dan bawah

masing-masing 3 siswa (nA = nB = 3). Dengan menggunakan rumus

n ) K K ( 2 DP A  B atau B B A A n K n K DP  diperoleh:

(13)

33 , 0 6 2 6 1 2 3 3 ) 1 0 ( 2 n ) K K ( 2 DP A B          

(14)

atau 33 , 0 33 , 0 0 3 1 3 0 n K n K DP B B A A

Jadi daya pembeda pengecoh A adalah 0,33 berarti pengecoh ini

sudah berfungsi karena 0,33 < 0.

2). Pengecoh B

Pada pengecoh B, tidak ada kelompok atas yang menjawab pengecoh B (KA=0), kelompok bawah yang menjawab pengecoh B ada 1 siswa

(KB=1), dan banyak siswa pada kelompok atas dan bawah

masing-masing 3 siswa (nA = nB = 3). Dengan menggunakan rumus

n ) K K ( 2 DP A  B atau B B A A n K n K DP  diperoleh: 33 , 0 6 2 6 1 2 3 3 ) 1 0 ( 2 n ) K K ( 2 DP A B           atau 33 , 0 33 , 0 0 3 1 3 0 n K n K DP B B A A

Jadi daya pembeda pengecoh B adalah  0,33 berarti pengecoh ini

sudah berfungsi karena 0,33 < 0.

3). Pengecoh D

Pada pengecoh D, tidak ada kelompok atas yang menjawab benar (KA=0), kelompok bawah yang menjawab benar ada 1 siswa (KB=1),

dan banyak siswa pada kelompok atas dan bawah masing-masing 3 siswa (nA = nB = 3). Dengan menggunakan rumus

n ) K K ( 2 DP A  B atau B B A A n K n K DP 

(15)

diperoleh: 33 , 0 6 2 6 1 2 3 3 ) 1 0 ( 2 n ) K K ( 2 DP A B           atau 33 , 0 33 , 0 0 3 1 3 0 n K n K DP B B A A

Jadi daya pembeda pengecoh D adalah  0,33 berarti pengecoh ini

sudah berfungsi karena 0,33 < 0.

Jadi soal nomor 1 dapat diterima (DP = 1) dan semua pengecohnya berfungsi.

b. Soal nomor 8

Pada soal nomor 8, kelompok atas yang menjawab benar ada 3 siswa (KA=3), kelompok bawah yang menjawab benar ada 1 siswa (KB=1), dan

banyak siswa pada kelompok atas dan bawah masing-masing 3 siswa (nA

= nB = 3).

Dengan menggunakan rumus:

n ) K K ( 2 DP A  B atau B B A A n K n K DP  diperoleh: 67 , 0 6 4 6 2 2 3 3 ) 1 3 ( 2 n ) K K ( 2 DP A B          atau 67 , 0 3 2 3 1 3 3 n K n K DP B B A A

Jadi daya pembeda soal nomor 8 adalah 0,67 berarti soal diterima karena 0,67 > 0,25

1). Pengecoh A

Pada pengecoh A, tidak ada kelompok atas yang menjawab pengecoh A (KA = 0), tidak ada kelompok bawah yang menjawab pengecoh A (KB

(16)

= 0), dan banyak siswa pada kelompok atas dan bawah masing-masing 3 siswa (nA=nB=3). Dengan menggunakan rumus

n ) K K ( 2 DP A  B atau B B A A

n

K

n

K

DP

diperoleh: 0 6 0 6 0 2 3 3 ) 0 0 ( 2 n ) K K ( 2 DP A B      atau 0 0 0 3 0 3 0 n K n K DP B B A A

Jadi daya pembeda pengecoh A adalah 0 berarti pengecoh ini tidak

berfungsi.

2). Pengecoh B

Pada pengecoh B, tidak ada kelompok atas yang menjawab pengecoh B (KA=0), tidak ada kelompok bawah yang menjawab pengecoh B

(KB=0), dan banyak siswa pada kelompok atas dan bawah

masing-masing 3 siswa (nA = nB = 3). Dengan menggunakan rumus

n ) K K ( 2 DP A  B atau B B A A n K n K DP  diperoleh: 0 6 0 6 0 2 3 3 ) 0 0 ( 2 n ) K K ( 2 DP A B          atau 0 0 0 3 0 3 0 n K n K DP B B A A

Jadi daya pembeda pengecoh B adalah 0 berarti pengecoh ini tidak

(17)

3). Pengecoh D

Pada pengecoh D, tidak ada kelompok atas yang menjawab benar (KA=0), kelompok bawah yang menjawab benar ada 2 siswa (KB=2),

dan banyak siswa pada kelompok atas dan bawah masing-masing 3 siswa (nA = nB = 3). Dengan menggunakan rumus

n ) K K ( 2 DP A  B atau diperoleh: 67 , 0 6 4 6 2 2 3 3 ) 2 0 ( 2 n ) K K ( 2 DP A B           atau 67 , 0 67 , 0 0 3 2 3 0 n K n K DP B B A A

Jadi daya pembeda pengecoh D adalah  0,67 berarti pengecoh ini

sudah berfungsi karena 0,67 < 0.

Karena ada pengecoh yang tidak befungsi yaitu A dan B, maka status soal nomor 8 turun dari diterima menjadi direvisi.

Dengan melalui perhitungan seperti soal nomor 1 dan 8, diperoleh hasil selengkapnya seperti tersaji pada tabel 1.6. Pada tabel 1.6 juga tersaji kualitas soalnya. B B A A n K n K DP 

(18)

Tabel 1.6

Daya Pembeda Soal

No. Soal Daya Pembeda Keterangan Soal A B C D 1 1 -0,33 -0,33 1* -0,33 Diterima 2 0,33 -0,33 -0,33 0,33 0,33* Direvisi pengecoh C 3 -0,33 -0,33* 0,33 0 0 Ditolak 4 0,33 0,33* 0,33 -0,33 -0,33 Direvisi pengecoh B 5 0 0,33 0,33 0* -0,67 Ditolak 6 0,67 0,33 0,67* -0,67 -0,33 Direvisi pengecoh A 7 0 0 0 0 0* Ditolak

8 0,67 0 0 0,67* -0,67 Direvisi pengecoh A dan B

9 0,67 0 0 -0,67 0,67* Direvisi pengecoh A dan B

10 0,33 0,33* 0,33 -0,67 0 Direvisi pengecoh B dan D

2. Tingkat Kesukaran

Setelah daya pembeda soal diperoleh, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan tingkat kesukaran soal. Tingkat kesukaran adalah proporsi siswa yang menjawab benar. Tingkat kesukaran berkisar dari 0 sampai dengan 1. Makin besar tingkat kesukaran makin mudah soal tersebut begitu pula sebaliknya makin kecil tingkat kesukaran makin sukar soal tersebut.

Tingkat kesukaran soal diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan rumus:

TK = tingkat kesukaran

JB = banyak siswa yang menjawab benar n = banyak siswa

n JB TK 

(19)

Tingkat kesukaran biasanya dibagi menjadi 3 kategori yaitu soal sukar, soal sedang, dan soal mudah. Berikut ini kriteria tingkat kesukaran soal.

Kriteria Tingkat Kesukaran Kategori

TK < 0,3 Sukar

0,3  TK  0,7 Sedang

TK > 0,7 Mudah

Berikut ini cara memperoleh tingkat kesukaran soal dengan menggunakan data sebagai berikut.

Tabel 1.7 Jawaban Siswa Nama Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Hasnah B B B C D C D C D A Maula C D B A B B D C D A Fikri C D B B A A D C D B Syifa A A A D C D D D C C Fahri D D B A D C C D C C Rayhan C C B A C B C C D A KUNCI C D A A C B D C D A

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan banyak jawaban

(20)

Tabel 1.8

Jawaban Benar Setiap Soal

Nama Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Hasnah B B B C D C D C D A Maula C D B A B B D C D A Fikri C D B B A A D C D B Syifa A A A D C D D D C C Fahri D D B A D C C D C C Rayhan C C B A C B C C D A KUNCI C D A A C B D C D A JB 3 3 1 3 2 2 4 4 4 3

Langkah kedua adalah mengitung tingkat kesukaran soal berdasarkan data

pada tabel 1.8. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut.

a. Soal nomor 1

Pada soal nomor 1, siswa yang menjawab benar ada 3 orang (JB = 3) dari 6 siswa yang mengikuti tes (n = 6). Dengan menggunakan rumus

n JB TK  diperoleh: 5 , 0 6 3 n JB TK  

Jadi tingkat kesukaran soal nomor 1 adalah 0,5 berarti soal sedang karena 0,3  0,5  0,7.

(21)

b. Soal nomor 2

Pada soal nomor 2, siswa yang menjawab benar ada 3 orang (JB = 3) dari 6 siswa yang mengikuti tes (n = 6). Dengan menggunakan rumus

n JB TK  diperoleh: 5 , 0 6 3 n JB TK  

Jadi tingkat kesukaran soal nomor 2 adalah 0,5 berarti soal sedang karena 0,3  0,5  0,7.

c. Soal nomor 3

Pada soal nomor 3, siswa yang menjawab benar ada 1 orang (JB = 1) dari 6 siswa yang mengikuti tes (n = 6). Dengan menggunakan rumus

n JB TK  diperoleh: 17 , 0 6 1 n JB TK  

Jadi tingkat kesukaran soal nomor 1 adalah 0,17 berarti soal sukar karena 0,17 < 0,3.

Dengan melalui perhitungan seperti soal nomor 1, 2, dan 3 diperoleh hasil seperti tersaji pada tabel 1.9.

(22)

Tabel 1.9

Tingkat Kesukaran Soal

No. Soal Tingkat Kesukaran Keterangan 1 0,5 Sedang 2 0,5 Sedang 3 0,17 Sukar 4 0,5 Sedang 5 0,33 Sedang 6 0,33 Sedang 7 0,67 Sedang 8 0,67 Sedang 9 0,67 Sedang 10 0,5 Sedang

3. Penyebaran Pilihan Jawaban

Setelah tingkat kesukaran soal diperoleh, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan penyebaran pilihan jawaban. Penyebaran pilihan jawaban adalah proporsi siswa yang menjawab pilihan jawaban tertentu. Penyebaran pilhan jawaban berkisar antara 0 sampai dengan 1. Dengan diperolehnya penyebaran pilhan jawaban yaitu kunci dan pengecoh akan diketahui berfungsi tidaknya sebuah pengecoh. Suatu pengecoh dikatakan berfungsi bila pengecoh tersebut dipilih paling sedikit oleh 2,5% (≥ 0,025).

Penyebaran pilihan jawaban diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan rumus:

n J

P PJ

(23)

PPJ = penyebaran jawaban untuk pilihan jawaban tertentu

JPJ = banyak siswa yang memilih pilihan jawaban tertentu

n = banyak siswa

Berikut ini cara memperoleh daya pembeda soal dengan menggunakan data sebagai berikut.

Tabel 1.10 Jawaban Siswa Nama Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Hasnah B B B C D C D C D A Maula C D B A B B D C D A Fikri C D B B A A D C D B Syifa A A A D C D D D C C Fahri D D B A D C C D C C Rayhan C C B A C B C C D A KUNCI C D A A C B D C D A

Langkah pertama adalah memasukkan data pada tabel 1.10 ke dalam format

pada tabel 1.11. Untuk kunci berilah tanda bintang (*). Kolom O (other) berisi bila siswa menjawab lebih dari satu kunci atau tidak menjawab. Cara memasukkan data adalah melihat soal nomor 1 diperoleh 1 siswa menjawab A, 1 siswa menjawab B, 3 siswa menjawab C, dan 1 siswa menjawab D. Setelah itu tulis di kolom A, B, C, dan D berturut-turut 1, 1, 3, dan 1. Selanjutnya soal nomor 2 sampai dengan 10 dilakukan dengan cara yang sama.

(24)

Tabel 1.11

Tabulasi Jawaban siswa

No. Soal Penyebaran Jawaban A B C D O 1 1 1 3* 1 0 2 1 1 1 3* 0 3 1* 5 0 0 0 4 3* 1 1 1 0 5 1 1 2* 2 0 6 1 2* 2 1 0 7 0 0 2 4* 0 8 0 0 4* 2 0 9 0 0 2 4* 0 10 3* 1 2 0 0

Langkah kedua adalah menghitung penyebaran pilihan jawaban berdasarkan

data pada tabel 1.11. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut.

a. Pilihan Jawaban A

Siswa yang memilih pilihan jawaban A ada 1 orang (PA= 1) dan banyak

siswa ada 6 orang (n = 6). Dengan menggunakan rumus

n J PPJ  PJ diperoleh: 17 , 0 6 1 n J PA  A  

Jadi penyebaran pilihan jawaban A (pengecoh A) adalah 0,17 berarti

(25)

b. Pilihan Jawaban B

Siswa yang memilih pilihan jawaban B ada 1 orang (PB = 1) dan banyak

siswa ada 6 orang (n = 6). Dengan menggunakan rumus

n J P PJ PJ  diperoleh: 17 , 0 6 1 n J PB  B  

Jadi penyebaran pilihan jawaban B (pengecoh B) adalah 0,17 berarti

pengecoh B berfungsi karena > 0,025.

c. Pilihan Jawaban C

Siswa yang memilih pilihan jawaban C (kunci) ada 3 orang (PC= 3) dan

banyak siswa ada 6 orang (n = 6). Dengan menggunakan rumus

n J P PJ PJ  diperoleh: 5 , 0 6 3 n J P C C   

Jadi penyebaran pilihan jawaban C (kunci) adalah 0,5 berarti tingkat kesukaran soal nomor 1 adalah sedang.

d. Pilihan Jawaban D

Siswa yang memilih pilihan jawaban D ada 1 orang (PD= 1) dan banyak

siswa ada 6 orang (n = 6). Dengan menggunakan rumus

n J PPJ  PJ diperoleh: 17 , 0 6 1 n J PD  D  

(26)

pengecoh D berfungsi karena > 0,025.

Dengan melalui perhitungan seperti soal nomor 1, diperoleh hasil seperti tersaji pada tabel 1.12.

Tabel 1.12 Penyebaran Jawaban No. Soal Penyebaran Jawaban Keterangan A B C D O 1 0,17 0,17 0,5* 0,17 0 Semua pengecoh berfungsi 2 0,17 0,17 0,17 0,5* 0 Semua pengecoh berfungsi 3 0,17* 0,83 0 0 0 Penecoh C dan D tidak berfungsi 4 0,5* 0,17 0,17 0,17 0 Semua pengecoh berfungsi 5 0,17 0,17 0,33* 0,33 0 Semua pengecoh berfungsi 6 0,17 0,33* 0,33 0,17 0 Semua pengecoh berfungsi 7 0 0 0,33 0,67* 0 Penecoh A dan B tidak berfungsi 8 0 0 0,67* 0,33 0 Penecoh A dan B tidak berfungsi 9 0 0 0,33 0,67* 0 Penecoh A dan B tidak berfungsi 10 0,5* 0,17 0,33 0 0 Penecoh D tidak berfungsi

(27)

4. Kesimpulan Hasil Analisis

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda, tingkat kesukaran, dan penyebaran pilihan jawaban diperoleh hasil seperti tertera pada tabel 1.13.

Tabel 1.13

Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran, dan Penyebaran Jawaban

No.

Soal Daya Pembeda

Tingkat

Kesukaran Penyebaran Jawaban

1 Diterima Sedang Semua pengecoh

berfungsi

2 Direvisi pengecoh C Sedang Semua pengecoh

berfungsi

3 Ditolak Sukar Penecoh C dan D tidak

berfungsi

4 Direvisi pengecoh B Sedang Semua pengecoh

berfungsi

5 Ditolak Sedang Semua pengecoh

berfungsi

6 Direvisi pengecoh A Sedang Semua pengecoh

berfungsi

7 Ditolak Sedang Penecoh A dan B tidak

berfungsi

8 Direvisi pengecoh A dan B Sedang Penecoh A dan B tidak berfungsi

9 Direvisi pengecoh A dan B Sedang Penecoh A dan B tidak berfungsi

10 Direvisi pengecoh B dan D Sedang Penecoh D tidak berfungsi

Berdasarkan tabel 1.13 di atas dapat disimpulkan kualitas masing-masing soal. Kesimpulannya adalah sebagai berikut.

a. Soal nomor 1

Soal nomor 1 sudah baik dan semua pengecohnya berfungsi. Soal ini termasuk soal sedang.

(28)

b. Soal nomor 2

Soal nomor 2 masih harus direvisi karena pada pengecoh C yang terkecoh justru kelompok atas bukan kelompok bawah. Soal ini termasuk soal sedang.

c. Soal nomor 3

Soal nomor 3 kurang baik sehingga soal ini ditolak.

d. Soal nomor 4

Soal nomor 4 masih harus direvisi karena pada pengecoh B yang terkecoh justru kelompok atas bukan kelompok bawah. Soal ini termasuk soal sedang.

e. Soal nomor 5

Soal nomor 5 kurang baik sehingga soal ini ditolak.

f. Soal nomor 6

Soal nomor 6 masih harus direvisi karena pada pengecoh A yang terkecoh justru kelompok atas bukan kelompok bawah. Soal ini termasuk soal sedang.

g. Soal nomor 7

Soal nomor 7 kurang baik sehingga soal ini ditolak.

h. Soal nomor 8

Soal nomor 8 masih harus direvisi karena pada pengecoh A dan B yang terkecoh justru kelompok atas bukan kelompok bawah. Selain itu pengecoh A dan B tidak berfungsi. Soal ini termasuk soal sedang.

i. Soal nomor 9

Soal nomor 9 masih harus direvisi karena pada pengecoh A dan B yang terkecoh justru kelompok atas bukan kelompok bawah. Selain itu pengecoh A dan B tidak berfungsi. Soal ini termasuk soal sedang.

(29)

j. Soal nomor 10

Soal nomor 10 masih harus direvisi karena pada pengecoh B dan D yang terkecoh justru kelompok atas bukan kelompok bawah. Selain itu pengecoh D tidak berfungsi. Soal ini termasuk soal sedang.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh kualitas soal seperti tertera pada tabel 1.14.

Tabel 1.14

Kualitas Soal

No.

Soal Kualitas Soal

1 Soal baik dengan tingkat kesukaran sedang

2 Soal direvisi pengecoh C dengan tingkat kesukaran sedang 3 Soal ditolak

4 Soal direvisi pengecoh B dengan tingkat kesukaran sedang 5 Soal ditolak

6 Soal direvisi pengecoh A dengan tingkat kesukaran sedang 7 Soal ditolak

8 Soal direvisi pengecoh A dan B dengan tingkat kesukaran sedang

9 Soal direvisi pengecoh A dan B dengan tingkat kesukaran sedang

10 Soal direvisi pengecoh B dan D dengan tingkat kesukaran sedang

(30)

BAB

2

ANALISIS SOAL URAIAN

Untuk memperoleh soal uraian yang baik, sama halnya dengan soal bentuk pilihan ganda, soal uraian harus dianalisis baik analisis kualitatif maupun analisis kuantitatif. Analisis kualitatif atau yang dikenal dengan telaah mutu soal dilakukan setelah soal tersusun.

A. Analisis Kualitatif

Analisis kualiatatif ini dilakukan oleh ahli yang menguasai materi, teknik penulisan soal, dan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Analisis ini dilakukan dengan berpedoman pada kaidah penulisan soal yang dilihat dari segi materi, konstruksi, dan bahasa. Berikut ini adalah kaidah penulisan soal uraian.

Materi

1. Soal harus sesuai dengan indikator.

2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus jelas.

3. Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, atau tingkat kelas.

Konstruksi

4. Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata-kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai, seperti: mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah. Jangan menggunakan kata tanya yang tidak menuntut jawaban uraian, misalnya: siapa, di mana, kapan. Demikian juga kata-kata tanya yang hanya menuntut jawaban ya atau tidak.

(31)

6. Buatlah pedoman penskoran segera setelah soalnya ditulis.

7. Hal-hal lain yang menyertai soal seperti tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya, harus disajikan dengan jelas dan berfungsi.

Bahasa

8. Rumusan soal menggunakan bahasa yang sederhana.

9. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan siswa.

10. Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.

11. Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 12. Rumusan soal harus komunikatif.

13. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.

Berdasarkan telaah soal, soal-soal diperbaiki, kemudian dirakit menjadi perangkat tes yang siap diujicobakan.

B. Analisis Kuantitatif

Sebelum melakukan analisis kuantitatif dilakukan ujicoba terhadap soal-soal. Soal-soal diujicobakan pada sejumlah siswa yang mempunyai ciri yang sama dengan siswa yang akan menempuh soal-soal tersebut dikemudian hari.

Analisis kuantitatif dilakukan untuk memperoleh apakah sebuah soal dapat membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan kemampuan rendah. Dari hasil analisis kuantitatif dapat diketahui daya pembeda soal dan tingkat kesukaran.

1. Daya Pembeda

Dari hasil analisis kuantitatif soal uraian diperoleh daya pembeda soal dan tingkat kesukaran. Soal yang baik adalah soal yang dapat membedakan kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Indeks yang dapat mengukur perbedaan itu adalah daya pembeda (item

(32)

discrimination). Jadi daya pembeda soal sama dengan validitas soal.

Daya pembeda soal adalah selisih proporsi jawaban benar pada kelompok siswa berkemampuan tinggi (kelompok atas) dan berkemampuan rendah (kelompok bawah). Daya pembeda soal berkisar antara -1 sampai dengan +1. Tanda negatif berarti kelompok siswa berkemampuan rendah yang menjawab benar soal tertentu lebih banyak dari kelompok siswa berkemampuan tinggi. Sebuah soal mungkin dapat membedakan kedua kelompok siswa dengan baik tetapi dapat juga sebuah soal tidak dapat membedakan kedua kelompok siswa (bila daya pembeda = 0). Soal yang baik adalah soal dengan daya pembeda bertanda positif (+) dan lebih dari 0,25. Daya pembeda soal uraian diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan rumus:

DP = daya pembeda soal uraian

MeanA = rata-rata skor siswa pada kelompok atas

MeanB = rata-rata skor siswa pada kelompok bawah

Skor Maksimum = skor maksmum yang ada pada pedoman penskoran

Soal yang baik atau diterima bila memiliki daya pembeda soal di atas 0,25 karena soal tersebut dapat membedakan kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Berikut ini kriteria daya pembeda soal.

Kriteria Daya Pembeda Keterangan

DP > 0,25 Diterima

0 < DP  0,25 Diperbaiki

DP  0 Ditolak

Berikut ini cara memperoleh daya pembeda soal dengan menggunakan data Maksimum

Skor

Mean Mean

(33)

sebagai berikut. Tabel 2.1 Skor Siswa Nama Soal 1 2 3 4 Lubis 9 7 8 2 Ani 8 8 10 6 Made 6 12 18 15 Roni 11 3 9 4 Helmi 8 8 10 8 Budi 10 9 15 10 Wisnu 8 8 12 14 Sidik 10 10 16 11 Skor Maksimum 12 12 18 16

(34)

Langkah pertama adalah menentukan skor total dengan menggunakan data

pada tabel 2.1. Hasil perhitungannya tersaji pada tabel 2.2.

Tabel 2.2

Perhitungan Skor Total Siswa

Nama Soal Skor

Total 1 2 3 4 Lubis 9 7 8 2 26 Ani 8 8 10 6 32 Made 6 12 18 15 51 Roni 11 3 9 4 27 Helmi 8 8 10 8 34 Budi 10 9 15 10 44 Wisnu 8 8 12 14 42 Sidik 10 10 16 11 47 Skor Maksimum 12 12 18 16

Langkah kedua adalah mengurutkan data pada tabel 2.2 berdasarkan skor

total dan hasilnya tersaji pada tabel 2.3.

Tabel 2.3

Urutan Skor Total Siswa

Nama Soal Skor

Total 1 2 3 4 Made 6 12 18 15 51 Sidik 10 10 16 11 47 Budi 10 9 15 10 44 Wisnu 8 8 12 14 42 Helmi 8 8 10 8 34 Ani 8 8 10 6 32 Roni 11 3 9 4 27 Lubis 9 7 8 2 26 Skor Maksimum 12 12 18 16

(35)
(36)

Langkah ketiga adalah membagi 2 sama banyak data pada tabel 2.3 dan

hasilnya tersaji pada tabel 2.4.

Tabel 2.4

Pembagian Kelompok

Nama Soal Skor Total 1 2 3 4 Made 6 12 18 15 51 Kelompok Atas Sidik 10 10 16 11 47 Budi 10 9 15 10 44 Wisnu 8 8 12 14 42 Helmi 8 8 10 8 34 Kelompok Bawah Ani 8 8 10 6 32 Roni 11 3 9 4 27 Lubis 9 7 8 2 26 Skor Maks 12 12 18 16

Langkah keempat adalah mengitung daya pembeda soal berdasarkan data

pada tabel 2.4. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut. a. Soal nomor 1

Pada soal nomor 1, skor siswa pada kelompok atas adalah 6,10,10, dan 8. Sedangkan siswa pada kelompok bawah adalah 8, 8, 11, dan 9. Skor maksimum soal nomor 1 adalah 12.

5 , 8 4 34 4 8 10 10 6 MeanA       9 4 36 4 9 11 8 8 MeanB      

Dengan menggunakan rumus

Maksimum Skor

Mean Mean

(37)

diperoleh: 04 , 0 12 5 , 0 12 9 5 , 8 Maksimum Skor Mean Mean DP A  B

Jadi daya pembeda soal nomor 1 adalah 0,04 berarti soal ditolak karena  0

b. Soal nomor 2

Pada soal nomor 2, skor siswa pada kelompok atas adalah 12, 10, 9, dan 8. Sedangkan siswa pada kelompok bawah adalah 8, 8, 3, dan 7. Skor maksimum soal nomor 2 adalah 12.

75 , 9 4 39 4 8 9 10 12 MeanA      

Dengan menggunakan rumus

Maksimum Skor Mean Mean DP A  B diperoleh: 27 , 0 12 25 , 3 12 5 , 6 75 , 9 Maksimum Skor Mean Mean DP A  B

Jadi daya pembeda soal nomor 2 adalah 0,27 berarti soal diterima karena > 0,25. 5 , 6 4 26 4 7 3 8 8 MeanB      

(38)

c. Soal nomor 3

Pada soal nomor 3, skor siswa pada kelompok atas adalah 18, 16, 15, dan 12. Sedangkan siswa pada kelompok bawah adalah 10, 10, 9, dan 8. Skor maksimum soal nomor 3 adalah 18.

25 , 15 4 61 4 12 15 16 18 MeanA       25 , 9 4 37 4 8 9 10 10 MeanB      

Dengan menggunakan rumus

Maksimum Skor Mean Mean DP A  B diperoleh: 33 , 0 18 6 18 25 , 9 25 , 15 Maksimum Skor Mean Mean DP A  B    

Jadi daya pembeda soal nomor 3 adalah 0,33 berarti soal diterima karena > 0,25

d. Soal nomor 4

Pada soal nomor 4, skor siswa pada kelompok atas adalah 15, 11, 10, dan 14. Sedangkan siswa pada kelompok bawah adalah 8, 6, 4, dan 2. Skor maksimum soal nomor 4 adalah 16.

5 , 12 4 50 4 14 10 11 15 MeanA       5 4 20 4 2 4 6 8 MeanB      

Dengan menggunakan rumus

Maksimum Skor Mean Mean DP A  B diperoleh:

(39)

47 , 0 16 5 , 7 16 5 5 , 12 Maksimum Skor Mean Mean DP A  B    

Jadi daya pembeda soal nomor 4 adalah 0,47 berarti soal diterima karena > 0,25

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh daya pembeda soal seperti tersaji pada tabel 2.5.

Tabel 2.5

Daya Pembeda Soal

No.

Soal Daya Pembeda Keterangan

1  0,04 Ditolak

2 0,27 Diterima

3 0,33 Diterima

4 0,47 Diterima

2. Tingkat Kesukaran

Setelah daya pembeda soal diperoleh, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan tingkat kesukaran soal. Tingkat kesukaran adalah proporsi siswa yang menjawab benar. Tingkat kesukaran berkisar antara 0 sampai dengan 1. Makin besar tingkat kesukaran makin mudah soal tersebut begitu pula sebaliknya makin kecil tingkat kesukaran makin sukar soal tersebut.

Menurut klasifikasi Puspendik tingkat kesukaran soal diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan rumus:

TK = tingkat kesukaran soal uraian

Mean = rata-rata skor siswa

Skor Maksimum = skor maksmum yang ada pada pedoman penskoran

Maksimum Skor

Mean TK 

(40)

Tingkat kesukaran biasanya dibagi menjadi 3 kategori yaitu soal sukar, soal sedang, dan soal mudah. Berikut ini kriteria tingkat kesukaran soal.

Kriteria Tingkat Kesukaran Kategori

TK < 0,3 Sukar

0,3  TK  0,7 Sedang

TK > 0,7 Mudah

Berikut ini cara memperoleh tingkat kesukaran soal dengan menggunakan data sebagai berikut.

Tabel 2.6 Jawaban Siswa Nama Soal 1 2 3 4 Lubis 9 7 8 2 Ani 8 8 10 6 Made 6 12 18 15 Roni 11 3 9 4 Helmi 8 8 10 8 Budi 10 9 15 10 Wisnu 8 8 12 14 Sidik 10 10 16 11 Skor Maksimum 12 12 18 16

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan skor total untuk

setiap siswa dengan menggunakan data pada tabel 2.6. Hasil perhitungan skor total tersaji pada tabel 2.7.

(41)

Tabel 2.7

Perhitungan Skor Total Siswa

Nama Soal Skor

Total 1 2 3 4 Lubis 9 7 8 2 26 Ani 8 8 10 6 32 Made 6 12 18 15 51 Roni 11 3 9 4 27 Helmi 8 8 10 8 34 Budi 10 9 15 10 44 Wisnu 8 8 12 14 42 Sidik 10 10 16 11 47 Skor Maksimum 12 12 18 16

Langkah kedua adalah mengurutkan data pada tabel 2.7 berdasarkan skor

total dan hasilnya tersaji pada tabel 2.8.

Tabel 2.8

Urutan Skor Total Siswa

Nama Soal Skor

Total 1 2 3 4 Made 6 12 18 15 51 Sidik 10 10 16 11 47 Budi 10 9 15 10 44 Wisnu 8 8 12 14 42 Helmi 8 8 10 8 34 Ani 8 8 10 6 32 Roni 11 3 9 4 27 Lubis 9 7 8 2 26 Skor Maksimum 12 12 18 16

Langkah ketiga adalah mengitung tingkat kesukaran soal berdasarkan data

(42)

a. Soal nomor 1

Pada soal nomor 1, skor siswa adalah 6, 10, 10, 8, 8, 8, 11, dan 9. Skor maksimum soal nomor 1 adalah 12.

75 , 8 8 70 8 9 11 8 8 8 10 10 6 Mean         

Dengan menggunakan rumus

Maksimum Skor Mean TK  diperoleh: 73 , 0 12 75 , 8 Maksimum Skor Mean TK  

Jadi tingkat kesukaran soal nomor 1 adalah 0,73 berarti soal mudah karena 0,73 > 0,7.

b. Soal nomor 2

Pada soal nomor 2, skor siswa adalah 12, 10, 9, 8, 8, 8, 3, dan 7. Skor maksimum soal nomor 2 adalah 12.

125 , 8 8 65 8 7 3 8 8 8 9 10 12 Mean         

Dengan menggunakan rumus

Maksimum Skor Mean TK  diperoleh: 68 , 0 12 125 , 8 Maksimum Skor Mean TK  

Jadi tingkat kesukaran soal nomor 2 adalah 0,68 berarti soal sedang karena 0,3 ≤ 0,68 ≤ 0,7.

(43)

c. Soal nomor 3

Pada soal nomor 3, skor siswa adalah 18, 16, 15, 12, 10, 10, 9, dan 8. Skor maksimum soal nomor 3 adalah 18.

25 , 12 8 98 8 8 9 10 10 12 15 16 18 Mean         

Dengan menggunakan rumus

Maksimum Skor Mean TK  diperoleh: 68 , 0 18 25 , 12 Maksimum Skor Mean TK  

Jadi tingkat kesukaran soal nomor 3 adalah 0,68 berarti soal sedang karena 0,3 ≤ 0,68 ≤ 0,7.

d. Soal nomor 4

Pada soal nomor 4, skor siswa adalah 15, 11, 10, 14, 8, 6, 4, dan 2. Skor maksimum soal nomor 4 adalah 16.

75 , 8 8 70 8 2 4 6 8 14 10 11 15 Mean         

Dengan menggunakan rumus

Maksimum Skor Mean TK  diperoleh: 55 , 0 16 75 , 8 Maksimum Skor Mean TK  

Jadi tingkat kesukaran soal nomor 4 adalah 0,55 berarti soal sedang karena 0,3 ≤ 0,55 ≤ 0,7.

(44)

Dengan melalui perhitungan seperti di atas, diperoleh hasil seperti tersaji pada tabel 2.9.

Tabel 2.9

Tingkat Kesukaran Soal

No. Soal Tingkat Kesukaran Keterangan

1 0,73 Mudah

2 0,68 Sedang

3 0,68 Sedang

4 0,55 Sedang

3. Kesimpulan Hasil Analisis

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda dan tingkat kesukaran seperti tertera pada tabel 2.10.

Tabel 2.10

Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal

No. Soal Daya Pembeda Tingkat Kesukaran

1 Ditolak Mudah

2 Diterima Sedang

3 Diterima Sedang

4 Diterima Sedang

Berdasarkan tabel 2.10 di atas dapat disimpulkan kualitas masing-masing soal. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Soal nomor 1

Soal nomor 1 kurang baik sehingga soal ini ditolak. Soal ini termasuk soal mudah.

b. Soal nomor 2

(45)

c. Soal nomor 3

Soal nomor 3 sudah baik. Soal ini termasuk soal sedang.

d. Soal nomor 4

Soal nomor 4 sudah baik. Soal ini termasuk soal sedang.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh kualitas soal seperti tertera pada tabel 2.11.

Tabel 2.11

Kualitas Soal

No.

Soal Kualitas Soal

1 Soal ditolak

2 Soal baik dengan tingkat kesukaran sedang

3 Soal baik dengan tingkat kesukaran sedang

4 Soal baik dengan tingkat kesukaran sedang

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Airasian, P.W.. Classroom assessment. New York: McGraw-Hill, Inc., 1994.

Anastasi, A. Psychological Testing, (6th ed.). New York: MacMillan Publishing Company, 1988.

Freman, F.S.. Theory and Practise, Psychological Testing. New York: MacMillan Publishing Company, 1971.

Linn, Robert L. and Gronlund, N.E. Measurement and Assessment in Teaching. MacMillan Publishing Company, 1990.

.... Measurement and Assessment in Teaching. New Jersey: Englewood Cliffs, Prentice-Hall, Inc., 1995.

Mehrens, William A. and Irvin, J. Lehman. Measurement and Evaluation in

Education and Psychology. Holt, Rinehart and Winston,Inc., 1991.

Nitko, A.J. & Hsu. T. (Teacher’s guide to better classroom testing. A Judgemental approach. Jakarta: Madecor Career Systems and Pusat Pengembangan Agribisnis, 1996.

Gambar

Tabel 1.1  Jawaban Siswa  Nama  Soal  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  Hasnah  B  B  B  C  D  C  D  C  D  A  Maula  C  D  B  A  B  B  D  C  D  A  Fikri  C  D  B  B  A  A  D  C  D  B  Syifa  A  A  A  D  C  D  D  D  C  C  Fahri  D  D  B  A  D  C  C  D  C  C  R
Tabel 1.4  Pembagian Kelompok
Tabel 1.6  Daya Pembeda Soal  No.  Soal  Daya Pembeda  Keterangan  Soal  A  B  C  D  1  1  -0,33  -0,33  1*  -0,33  Diterima  2  0,33  -0,33  -0,33  0,33  0,33*  Direvisi pengecoh C  3  -0,33   -0,33*  0,33  0  0  Ditolak  4  0,33  0,33*  0,33  -0,33  -0,3
Tabel 1.7  Jawaban Siswa  Nama  Soal  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  Hasnah  B  B  B  C  D  C  D  C  D  A  Maula  C  D  B  A  B  B  D  C  D  A  Fikri  C  D  B  B  A  A  D  C  D  B  Syifa  A  A  A  D  C  D  D  D  C  C  Fahri  D  D  B  A  D  C  C  D  C  C  R
+7

Referensi

Dokumen terkait

After the researcher reformulated the research instruments, he began to conduct the main study by interviewing both of the teachers to obtain the data

Berdasarkan perhitungan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, saldo Kas Daerah pada tanggal 31 Desember tahun 2004 yang

[r]

mempraktekkannya di pembelajaran ternyata tidak semudah pengetahuan yang didapat dan dimiliki. Ada sisi baik bagi guru karena mempunyai pengalaman khusus untuk

Namun, yang menjadi perhatian adalah ternyata budaya ghasab tidak hanya terjadi di pesantren salaf, namun di pesantren khalaf atau pesantren modern tetap mewabah (Nabila,

Dengan mempertimbangkan pentingnya jaminan ketepatan pemberian terapi antibiotik pada kelompok pasien yang memiliki perbedaan profil farmakokinetik tersebut, besarnya

antara hasil pembelian dari para petani dengan hasil penjualan yang dilakukan. ke pabrik pengolahan

Dari hasil simulasi, dapat disimpulkan bahwa usia awal kerja memberikan dampak yang signifikan pada normal cost, accrued liability, dan present value future benefit karyawan..