• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia adalah badan usaha yang menyelenggarakan pelayanan navigasi penerbangan di Indonesia serta tidak berorientasi mencari keuntungan, berbentuk Badan Usaha Milik Negara yang seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham sesuai Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Perum LPPNPI atau lebih dikenal sebagai Airnav Indonesia bertekad untuk menjadi Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan dengan standar Internasional yang mengedepankan keselamatan, keteraturan dan kenyamanan.

Pada tanggal 10 April 2013, di Sheraton Bandara Hotel telah mengadakan rapat koordinasi dengan Direksi Perum LPPNPI, AP1, dan AP2 dan general manager dari 26 bandara. Rapat koordinasi diadakan karena Perum LPPNPI baru-baru ini dalam bentuk Peraturan Pemerintah No.77 tahun 2013, dan pada tahun 2013 ini diharapkan akan berjalan dengan sebaik-baiknya.

Manajemen ruang udara Indonesia oleh negara asing diatur oleh ICAO (International Civil Aviation Organization ) yang menangani penerbangan di dunia . Dan untuk alasan teknis, karena " berpikir" kita belum mampu mengelola ,

(2)

sehingga sambil mengelola wilayah udara kami dikelola oleh Singapura dan Australia.

Mengingat hal ini, diharapkan Perum LPPNPI udara manajemen ruang Indonesia dapat dilakukan sepenuhnya oleh bangsa. Jadi dengan latar belakang ini, pemerintah harus memiliki konsentrasi penuh untuk serius mempersiapkan semua persyaratan agar dapat mengelola ruang udaranya. Direktur LPPNPI, mengatakan bahwa, sebagai nama Perum LPPNPI, agak sulit untuk mengenali, maka untuk selanjutnya dikenal sebagai Air Navigation, LPPNPI, Navigasi udara Indonesia.

Selama ini di Indonesia sendiri ada 2 ruang udara bahwa manajer AP1, melalui MATSC (Makassar Air Traffic Service Center) dan AP2, melalui JATSC (Jakarta Air Traffic Service Center), dimana masing-masing standar berbeda, sehingga diharapkan untuk manajemen dengan LPPNPI, standar layanan akan memiliki standar yang sama dan bisa lebih baik.

VISI

Menjadi partner terpercaya

MISI

1. Menyediakan layanan lalu lintas penerbangan yang aman, nyaman dan ramah lingkungan bersama mitra demi memenuhi ekspetasi pengguna jasa. 2. Memenuhi ekspetasi Pemegang Saham dan Regulator.

(3)

2.2. Lingkup dan Bidang Usaha

PERUM Airnav Indonesia melayani pengaturan lalu lintas dan navigasi udara yang melingkupi seluruh wilayah udara Indonesia dari sabang sampai merauke dan menjaga keamanan dan kenyamanan lalu lintas udara yang melewati zona udara Negara Indonesia. .

2.3. Sumber Daya Manajemen Operasional Perusahaan

Organisasi adalah suatu kerangka hubungan kerja antara individu-individu yang bekerja secara sadar untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan menekankan wewenang, tanggung jawab, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kepentingan bersama dan untuk dilaksanakan dalam suatu kesatuan yang utuh. Struktur organisasi yang baik adalah dengan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas, akan memperlancar suatu proses untuk menuju suatu keberhasilan yang maksimum dengan modal yang semaksimal mungkin dan menggunakan sarana yang tersedia semaksimal mungkin baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Sturktur organisasi yang baik akan menghasilkan kinerja yang baik pula.

Berdasarkan keputusan Direksi Perum LPPNPI Nomor: KEP.071/LPPNPI/X/2013, tanggal 4 oktober 2013 tentang struktur organisasi dan tata kerja unit pelaksana Teknis Bandar Udara, dan tugas pokok serta fungsi unit telekomunikasi Penerbangan pada Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan di Bandar Udara Soekarno-Hatta adalah sebagai berikut:

(4)

General Manager JATSC

SMS Manager ATS EngineeringDeputy GM Of

Sys & Proc Junior Manager

Ops & Facility QAJunior MAnager Engineering Support Sysem Manager Energy Continuity & Environment Jr Manager

Security Sys & Building Management Jr MAnager Com. Engineering Manager

Radcom & Net Jr. Manager Recording & Switching Sys Jr Manager Nav & Surveilance Manager Airnav Equipment Junior Manager Surveillence Jr Manager Automation System Manager FDPS-RDPS Jr Manager AMSS-ADPS Jr. Manager

Gambar 2.1 Struktur Organisasi JATSC Airnav Indonesia

Sumber : Dokumen SOP JATSC Airnav Indonesia (2014)

2.4. Tantangan Airnav Indonesia

Sesuai amanat dalam UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, pengelolaan pelayanan navigasi penerbangan harus dipisahkan dari pengelolaan Bandar Udara, sehingga Airnav Indonesia mengemban tugas dan tanggung jawab untuk fokus melaksanakan pelayanan navigasi penerbangan di seluruh wilayah ruang udara Indonesia guna menjamin pemberian pelayanan yang selamat, teratur dan efisien. Tugas dan tanggung jawab Airnav Indonesia tidaklah ringan mengingat Indonesia memiliki tingkat kebutuhan dan permintaan terhadap jasa transportasi udara yang cukup besar. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut saat ini terjadi ekspansi dan pertumbuhan maskapai penerbangan yang sangat pesat.

(5)

Indikator pertumbuhan tersebut dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah pergerakan pesawat akibat penambahan jumlah armada, penambahan rute dan jadwal penerbangan secara signifikan.

Berdasarkan data, pergerakan lalu lintas pada ruang udara di wilayah timur Indonesia yang dilayani oleh Pusat Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Makassar (MATSC) pada tahun 2012 tumbuh 10.8 % dan keseluruhan traffic nasional yang dilayani sudah mencapai 1 juta traffic/tahun. Bahkan rute penerbangan Jakarta-Surabaya-Denpasar mengalami pertumbuhan sangat tinggi dan dalam tiga tahun terakhir mencapai 12 persen per tahun menjadi rute terpadat kelima dunia. Di cabang Jakarta Air Traffic Services Centre yang menangani pergerakan pesawat di Bandara Soekarno Hatta dan ruang udara bagian barat Indonesia, pergerakan paling tinggi terjadi sebanyak 1.195 pergerakan dalam sehari, dan pergerakan tertinggi dalam satu jam terjadi pada 24 Juli 2014 dengan 77 pergerakan pesawat dalam 1 jam. Dari 67.008 pergerakan pesawat yang dimonitoring, hanya terjadi 237 delay atau hanya sekitar 2,8% sehingga dapat dikatakan keseluruhan operasional berjalan dengan sangat baik dan normal. Beberapa bandara lainnya, seperti Juanda – Surabaya, Ngurah Rai – Bali, Sepinggan – Balikpapan, dll. Juga mengalami hal yang sama, over capacity. (sumber: http://www.airnavindonesia.co.id/)

Dampak dari kondisi over capacity tersebut, tentu saja sangat merepotkan semua pihak terkait. Pilot yang terbang memasuki wilayah Jakarta, harus mengantri panjang dalam waktu yang cukup lama saat akan berangkat, dan harus holding (terbang berputar-putar menunggu giliran untuk mendarat) saat

(6)

melakukan pendekatan untuk mendarat ke Bandara Soetta. Sudah tentu, kondisi ini akan membakar bahan bakar lebih banyak, yang berarti biaya operasional membengkak. Bagi penumpang, lama perjalanan menjadi tidak menentu, karena antrean dapat memakan waktu dari bilangan puluhan menit bahkan sampai bilangan jam, yang berarti bisnis terganggu. Bagi Crew Airnav Indonesia yang bertugas memberikan layanan, kondisi seperti ini juga sangat memberatkan.

Mengatur puluhan pesawat dengan kecepatan tinggi di udara pada waktu bersamaan, yang terus bergerak maju, dan semuanya ingin mendapatkan pioritas, sungguh suatu kondisi yang menuntut konsentrasi tinggi, ketelitian, serta mental yang kuat. Banyak pihak berusaha menekan para Pemandu Lalu Lintas Penerbangan baik melalui telephone maupun berita miring via media massa, seolah para petugas tersebut tak mampu bekerja secara profesional, cepat, cermat dan cekatan. Perlu dipahami, bahwa kelancaran dan efisiensi kegiatan operasi penerbangan tidak hanya dipengaruhi oleh pelayanan navigasi penerbangan, tetapi juga faktor – faktor lain seperti kapasitas runway, konfigurasi taxiway, kapasitas apron juga fasilitas penunjang lainnya. Pesatnya pertumbuhan pergerakan lalu lintas penerbangan pada kenyataannya juga kurang diimbangi oleh ketersediaan infrastruktur bandara sebagai tempat melayani kegiatan lalu lintas pesawat penerbangan dan penumpang. Ketidak-seimbangan kondisi tersebut seringkali mengakibatkan terganggunya operasional penerbangan yang berujung pada terjadinya penundaan penerbangan, pembatalan penerbangan dan penumpukan penumpang di ruang terminal bandara, hingga permasalahan berupa adanya

(7)

maskapai yang berebut terbang saat “golden time”, baik saat pagi maupun pada sore hari.

Dalam berbagai keterbatasan infrastruktur bandara tersebut, Airnav Indonesia berusaha menjaga dan meningkatkan standart keselamatan serta kualitas pelayanan navigasi penerbangan, agar kegiatan operasi penerbangan dapat berlangsung secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang maksimal dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Perlu digaris bawahi, bahwa Airnav Indonesia dalam memberikan pelayanan navigasi penerbangan tetap harus mengacu kepada standard dan prosedur yang berlaku secara nasional, maupun internasional. Tantangan Airnav Indonesia kedepan tentu saja mewujudkan harmonisasi antara efisiensi, efektifitas dan tingkat keselamatan penerbangan yang ditunjukkan dengan terciptanya keadaan dimana prosedur keselamatan dalam memberikan pelayanan navigasi penerbangan serta peningkatan kualitas pelayanan navigasi penerbangan mampu menurunkan rasio serius insiden, mampu mengeliminasi dan memitigasi “hazards” yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan, serta mampu meningkatkan kepuasan pengguna jasa.

Langkah – langkah proaktif dan kolaborasi dengan pihak terkait harus dilakukan secara berkesinambungan, dalam rangka mengantisipasi ketidakseimbangan antara jumlah pesawat udara yang beroperasi dengan ketersediaan serta kesiapan infrastruktur bandar udara seiring dengan perkembangan industri penerbangan sipil nasional yang semakin pesat. Airnav Indonesia dan pengelola bandar udara di Indonesia perlu bekerja sama meningkatkan efisiensi kinerja, melaksanakan peningkatan pelayanan dan

(8)

menyusun metode kerja untuk mengoptimalkan pelayanan navigasi penerbangan dan bandara di Indonesia, agar dapat menjadi model infrastruktur yang berkelanjutan berkelas dunia.

2.5. Proses/Kegiatan Fungsi Bisnis

Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI), selanjutnya akan disebut sebagai Airnav Indonesia merupakan satu-satunya institusi yang diberi mandat oleh Pemerintah untuk memberikan layanan navigasi penerbangan di seluruh Indonesia (Single Air Traffic Service / ATS Provider), sebagaimana amanat UU no. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan. Sebagai single ATS Provider di Indonesia, perum ini mempunyai maksud dan tujuan melaksanakan penyediaan jasa pelayanan navigasi penerbangan sesuai dengan standar yang berlaku untuk mencapai efisiensi dan efektivitas penerbangan dalam lingkup nasional dan internasional.

Dalam rangka melaksanakan maksud dan tujuan sebagaimana tersebut di atas, Airnav Indonesia melakukan kegiatan:

a. Pelayanan lalu lintas penerbangan (Air Traffic Services/ATS) yang terdiri atas: 1) Pelayanan pemanduan Ialu lintas penerbangan (Air Traffic Control Service); 2) Pelayanan informasi penerbangan (Flight Information Service); dan

3) Pelayanan kesiagaan (Alerting Service).

b. Pelayanan telekomunikasi penerbangan (Aeronautical Telecommunication/COM) yang terdiri atas:

(9)

2) Pelayanan aeronautika bergerak (Aeronautical Mobile Services-AMS); dan 3) Pelayanan radio navigasi aeronautika (Aeronautical Radio Navigation

Service/ARNS).

c. Pelayanan informasi aeronautika (Aeronautical Information Services/AIS) terdiri dari:

1) Pelayanan informasi aeronautika dan peta penerbangan; 2) Penerbitan dan penyebarluasan Notam (notice to airmen); dan 3) Pelayanan informasi aeronautika bandar udara.

d. Pelayanan informasi meteorologi penerbangan (Aeronautical Meteorological Services/MET); dan

e. Pelayanan informasi pencarian dan pertolongan (Search And Rescue/SAR). Ke lima hal (a s/d e) tersebut di atas, adalah urusan utama dari Airnav Indonesia, yang dengan seperangkat sarana-prasarana serta sumber daya manusia yang tersedia, harus mampu membuktikan, bahwa Airnav Indonesia mampu menjadi “Single ATS Provider” di Indonesia, yang dipercaya pengguna jasa baik domestik maupun internasional.

(10)

Air Traffic Services/ ATS Aeronautical Telecommunication/ COM Aeronautical Information Services/ AIS Aeronautical Meteorological Services/MET

Search And Rescue/ SAR

Konsumen/Airline AIRNAV

INDONESIA

Gambar. 2.2 Alur Pengiriman informasi ke maskapai

Sumber: Data diolah (2016)

Setiap unit yang berada dalam lingkungan Airnav dan yang bekerjasama dengan Airnav akan memberikan informasi kepada satu titik yaitu unit Air Traffic Services (ATS), karena ATS tersebut yang memiliki kewajiban untuk menyampaikan informasi sebelum dan sesudah sebuah pesawat melakukan aktivitas penerbangan.

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi JATSC Airnav Indonesia  Sumber : Dokumen SOP JATSC Airnav Indonesia (2014)

Referensi

Dokumen terkait

Pada kawasan perdesaan potensial, seharusnya dapat berperan sebagai simpul pelayanan bagi daerah belakang ( hinterland ). Namun karena keterbatasan infrastruktur,

Ubi jalar yang diterima perusahaan dari pemasok diklasifikasi menggunakan sistem grading untuk memudahkan proses produksi pasta ubi jalar dan menjaga kualitas

Tidak berhenti dalam kedua bidang tersebut, perusahaan yang memiliki fokus utama untuk memberikan pelayanan terbaik dengan mengutamakan faktor keselamatan dan keamanan

Untuk dapat memberikan pelayanan informasi dalam rangka mencapai tujuan, maka perpustakaan harus berusaha untuk menyediakan berbagai sumber informasi atau bahan

Berbagai masalah yang peneliti temukan pada wawancara di lapangan mengenai kualitas pelayanan publik antara lain keterbatasan sarana dan prasarana fisik yang

Berbagai tindakan pelayanan medis yang dilakukan oleh dokter ataupun dari tenaga kesehatan yang menangani pasien tidak dengan prosedur atau tidak menjaga

Dengan komitmen yang tidak pernah putus inilah, maka Djarum Bakti Lingkungan terus berusaha melakukan penanaman pohon dan ikut berperan serta dalam meningkatkan kualitas

Film mempunyai prinsip keterbatasan waktu karena film merupakan media elektronik yang mempunyai sifat selintas. Factor keterbatasan waktu juga yang mengikat dan