• Tidak ada hasil yang ditemukan

85779_MODUL PRAKTIKUM_KOMPUTASI GEOFISIKA 2018.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "85779_MODUL PRAKTIKUM_KOMPUTASI GEOFISIKA 2018.docx"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PRAKTIKUM

MODUL PRAKTIKUM

KOMPUT

KOMPUTASI

ASI GEOFISIKA

GEOFISIKA

DIBUAT OLEH :

DIBUAT OLEH :

TIM ASISTEN PRAKTIKUM KOMPUTASI GEOFISIKA

TIM ASISTEN PRAKTIKUM KOMPUTASI GEOFISIKA

DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA

DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN

KEBUMIAN

KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... ... ii DAFTAR GAMBAR 

DAFTAR GAMBAR  ... ... ... iiiiii MODUL I DASAR

MODUL I DASAR –  –  DASAR PEMOGRAMAN MATLAB DASAR PEMOGRAMAN MATLAB ... ... 11

1. Pendahuluan 1. Pendahuluan ... ... ... 11 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang ... ... .. 11 1.2 Tujuan 1.2 Tujuan ... .. 11 2. Dasar Teori 2. Dasar Teori ... ... 11 2.1 Skalar dan Matriks

2.1 Skalar dan Matriks ... 1... 1 2.2 Struktur dalam MatLab

2.2 Struktur dalam MatLab ... 2 ... 2 2.3 If-While-For statement

2.3 If-While-For statement ... 3... 3 3. Tugas

3. Tugas ... 3... 3 MODUL II LINIER & NON-LINIER 

MODUL II LINIER & NON-LINIER ... 4... 4 1. Pendahuluan 1. Pendahuluan ... ... ... 44 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang ... ... .. 44 1.2 Tujuan 1.2 Tujuan ... .. 44 2. Dasar Teori 2. Dasar Teori ... ... 44 2.1 Penyelesaian Sistem Linier

2.1 Penyelesaian Sistem Linier ... ... .. 44 2.2 Penyelesaian Sistem Non-Linier

2.2 Penyelesaian Sistem Non-Linier ... 9... 9 3. Tugas

3. Tugas ... ... 1111 MODUL III INTEGRAL & TURUNAN

MODUL III INTEGRAL & TURUNAN ... 12... 12 1. Pendahuluan 1. Pendahuluan... 12... 12 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang ... 12... 12 1.2 Tujuan 1.2 Tujuan ... 12... 12 2. Dasar Teori 2. Dasar Teori ... ... 1212 2.1 Integral 2.1 Integral... 12... 12 2.2 Turunan 2.2 Turunan ... 15... 15 3. Tugas 3. Tugas ... ... 1616 MODUL IV OPTIMASI &

MODUL IV OPTIMASI & EIGEN-VALUEIGEN-VALUESES ... 17 ... 17 1. Pendahuluan 1. Pendahuluan... 17... 17 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang ... 17... 17 1.2 Tujuan 1.2 Tujuan ... 17... 17 2. Dasar Teori 2. Dasar Teori ... ... 1717 2.1 Finding Values (Bisection, Graphical Method)

(3)

2.2 Optimasi... 18

2.3 Eigen Values ... 19

3. Tugas ... 20

MODUL V TUGAS BESAR ... 21

1. Pendahuluan... 21

1.1 Latar Belakang ... 21

1.2 Tujuan ... 21

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Pemanggilan variabel ‘Praktikum’ pada Command Window ... 2 Gambar 1. 2 Pemanggilan variabel ‘Seismic’ pada Command Window ... 3 Gambar 2. 1 plot kurva dari persamaan (2.16) dimana solusinya adalah

x1  2

 dan

x2  3

(Chapra, 2008) ... 9 Gambar 2. 2 Ilustrasi pendekatan Newton Raphson (Chapra, 2008) ... 11 Gambar 3. 1 Pendekatan integral dapat dilakukan dengan (a) garis lurus (trapezoid) dan (b)  parabola (Chapra, 2008)... 12

Gambar 3. 2 Luas kurva dengan pendekaran linier dibagi menjadi s egmen-segmen sebanyak n (Chapra, 2008) ... 13 Gambar 3. 3 Luas kurva dengan pendekaran parabolik dibagi menjadi segmen-segmen sebanyak n (Chapra, 2008) ... 14 Gambar 3. 4 Simpson’s 1/3 dan 3/8 diaplikasikan bersama pada suatu kurva (Chapra, 2008) ... 15 Gambar 3. 5 (a) dan (b) merupakan gambaran dari diferensial, sedangkan (c) merupakan derivatif (Chapra, 2008) ... 15 Gambar 4. 1 Contoh script untuk Bisection ... 18 Gambar 4. 2 Ilustrasi dalam penentuan nilai maksimal dan minimal (Chapra, 2008)... 19 Gambar 4. 3 Penentuan parameter –  parameter yang digunakan dalam metode Golden Section Search ... 19

(5)

MODUL I

DASAR

 – 

 DASAR PEMOGRAMAN MATLAB

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dalam memahami pemograman MatLab, diperlukan pemahaman yang berbeda dibandingkan dengan bahasa pemograman yang lain. MatLab merupakan perangkat lunak yang sangat berguna dengan kemudahannya dalam memanggil  function yang sudah tersedia. Tidak seperti bahasa pemograman yang lain, yang harus membuat dari awal terlebih dahulu ataupun harus memiliki paket  function tertentu. Dalam MatLab sendiri,  biasanya dapat digunakan untuk perhitungan yang diperuntukan para Engineer  dimana selain itu, dapat membuat suatu aplikasi dengan layout yang sudah diberikan oleh Matlab. Oleh karena itu, dengan mengetahui dasar –  dasar dari pemograman dari MatLab sendiri, diharapkan praktikan dapat mengembangkan pemograman sesuai yang akan ditekuninya.

1.2 Tujuan

 Memahami dasar –  dasar pemograman MatLab

 Dapat mengaplikasikan dasar  –   dasar pemograman MatLab dalam perhitungan geofisika

2. Dasar Teori

2.1 Skalar dan Matriks

2.1a Skalar

Skalar merupakan jenis data yang berupa satuan. Pada matematika sendiri, biasanya skalar hanya berdiri satu angka dan tidak berpengaruh dengan arah geraknya. Sedangkan input/output dalam bentuk skalar merupakan bentuk dalam jenis ‘interger’ . 2.1b Matriks

Apabila pada subsubab 2.1a menjelaskan skalar yang beridiri sendiri. Maka matriks merupakan kumpulan dari skalar tersebut yang dijadikan dalam 1 struktur matriks. Matriks sendiri memiliki ukuran m x n, dimana dengan mengetahui ukuran dari matriks tersebut sangat berguna untuk melakukan perhitungan selanjutnya.

(6)

Transpose Matriks

Diberi tanda petik (‘) di akhir 

2.2 Struktur dalam MatLab

2.2a Cell

Merupakan struktur dalam MatLab yang berupa gabungan dari nilai nilai matriks atau skalar tertentu. Dalam pembuatan cell sendiri merupakan pembuatan suatu variabel  baru dengan menggunakan tanda{} seperti berikut dimana matriks merupakan contoh

matriks dengan bentuk 1x3,

Dan pada command window apabila dipanggil cell  ‘Praktikum’ akan menampilkan seperti  berikut,

Gambar 1. 1 Pemanggilan variabel ‘Praktikum’ pada  Command Window

2.2b Structure

Untuk mempermudah atau mengurangi banyak variabel (digunakan dalam geofisika atau data lainnya), MatLab menyediakan fitur structure yang berguna untuk membuat sebuah variabel yang bercabang. Sehingga apabila kita memiliki suatu variabel ‘Seismic’ dimana memiliki variabel cabang yaitu, ‘Traces’, ‘Header’, dan ‘Time’, maka dapat dibuat menggunakan script seperti berikut,

(7)

Dimana untuk menggabungkan variabel variabel tersebut menggunakan dot  (.) untuk membuat  structure  dari seismic. Apabila ingin mengetahui, struktur dari Seismic sendiri, maka dapat dipanggil dengan cara menginput Seismic di command window,

Gambar 1. 2 Pemanggilan variabel ‘Seismic’ pada  Command Window

2.3 If-While-For statement

2.3a If Statement

 If Statement  merupakan bahasa pemograman yang bertujuan untuk melaksanakan sesuatu (dapat berupa perhitungan atau lainnya) dengan syarat syarat tertentu. Untuk menggunakan if statement  dapat menggunakan argumen seperti berikut,

Argumen Deskripsi

= Sama dengan

~= Tidak Sama Dengan > Lebih dari

< Kurang dari

>= Lebih dari sama dengan <= Kurang dari sama dengan

| | Atau

&& Dan

2.3b While loop

While loop  merupakan jenis looping   yang berguna untuk memaksimalkan atau  pengulangan suatu pemograman sampai tercapainya suatu parameter. Sedikit sama dengan if statement  yang dimana memanfaatkan suatu parameter untuk mengeksekusi  script . Sedangkan While loop  memiliki kelebihan dimana pemograman akan terus  berjalan sampai dengan suatu parameter tercapai,

2.3c For loop

 For loop merupakan jenis looping  tertutup dimana untuk melakukan script -nya akan dibatas dari batas awal sampai akhir seperti i = 1,2,3,...,N. Oleh karena itu,  penggunakan For loop biasanya digunakan untuk perhitunga yang diskrit dan memiliki  batasan yang sudah diinginkan.

3. Tugas

1. Membuat 3 persamaan sederhana berorde 2.

2. Menghitung menggunakan persamaan yang telah dibuat dari langkah 1 menggunakan for loop dan/atau while loop serta if statement .

3. Hasil dari perhitungan dibuat ke dalam bentuk struktur . 4. Melakukan plot antara hasil dengan variabelnya.

(8)

MODUL II

LINIER & NON-LINIER

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Permasalahan sehari-hari dapat disederhanakan dalam suatu persamaan. Persamaan tersebut dapat berupa persamaan linier atau persamaan non-linier. Untuk menyelesaikan  permasalahan tersebut, dibutuhkan suatu penyelesaian. Dalam praktiknya, persamaan tersebut dapat berupa persamaan yang rumit, yang apabila diselesaikan secara manual dapat menghabiskan waktu yang lama. Sehingga untuk mempersingkat waktu  penyelesaian, digunakan MATLAB untuk memudahkan perhitungan.

1.2 Tujuan

 Praktikan dapat merepresentasikan sistem persamaan linier dan non-linier dalam  bentuk matriks

 Praktikan dapat melakukan penyelesaian sistem persamaan linier dan non-linier menggunakan MATLAB

 Praktikan dapat mengaplikasikan perhitungan Integral dan Turunan pada perhitungan metode Geofisika menggunakan MATLAB

2. Dasar Teori

2.1 Penyelesaian Sistem Linier

Persamaan linier adalah suatu kalimat matematika terbuka yang variabel berderajat (berpangkat) satu.

  

      

merupakan contoh sistem persamaan linier, dengan

,,,

 dan

 adalah konstanta. a. Invers Matriks

Apabila jumlah persamaan (M) sama dengan jumlah variabel (N) maka dapat digunakan metode invers matriks. Misal untuk persamaan (2.2)

  

 

  6

2

  

  2

 3

 

  13

  2

dapat dituliskan dalam bentuk matriks

   

1 1 1

2 1 3

1 2 1

   6132 

dimana

 

 merupakan parameter model,

 adalah matriks kernel, dan

 adalah data. Untuk menghitung nilai

 dapat dilakukan dengan mengalikan invers

 

 pada kedua ruas.

 

−

   

−

  

−

(2.1) (2.2) (2.3) (2.4) (2.5)

(9)

Di MATLAB, persamaan (2.5) dituliskan sebagai >> x = inv(A)*b atau

>> x = A\b

Karena menggunakan invers, maka operasi ini hanya bisa dilakukan apabila

 

 bukan merupakan matriks singular (determinan

 

 tidak sama dengan nol).

Apabila persamaannya overdetermined 

 > 

, maka harus dikalkulasi dengan mengalikan transpose

 

 sehingga menjadi matriks kotak

 

   ′

  

 

−

 ′

 b. Eliminasi Gauss

Metode eliminasi Gauss merupakan metode untuk mendapatkan nilai suatu variabel dengan cara me-nol-kan bagian lower   matriks

 

. Metode ini terdiei dari  forward elimination dan backward substitution.

Misal

:

:

:

:



3

 4

2







 1

3





2

  3



 2

 3

 

 4

 Forward elimination

:



 2

 → 

:





 3

 

 → 

 → 

:

:

4

3



 3

 

 

 

 5

 3

 7

 2

  7

  4

  15

  8

:

:





 4

 3

 → 

 → 

:

:



 

 

3

 13

 3

 5

13

  7

  4

  13

  13

 Backward substitution

: 

 

 −

−

  1

: 

 

 

1313

 



1313  0

: 

  75

  

  750  2

: 

  43

 

  4 3 2  1

Dituliskan dalam bentuk matriks

1 1 0

2 1  1

3 1 1

1 2 3 1

312

   4134

(2.6) (2.7) (2.8) (2.9) (2.10)

(10)

Pengoperasian metode eliminasi Gauss dengan matriks dilakukan dengan membuat augmented matrix, yaitu menggabungkan matriks

 dengan

 

4 | 1 3 2 1 3 | 2 1 1 3 1 | 1 1 1 2 4 | 3 0 1 1 Menghilangkan

dengan

8 | 2 3 3 0 15 | 7 1 4 0 7 | 5 1 1 0 4 | 3 0 1 1 Menghilangkan

dengan

13 | 13 0 0 0 13 | 13 3 0 0 7 | 5 1 1 0 4 | 3 0 1 1

Kemudian dilakukan backward substitution.

  1313  1

  13131

3  0

  71051

1

 2

  4120031

1

 1

c. Eliminasi Gauss Jordan

Jika metode eliminasi Gauss hanya me-nol-kan matriks lower , metode Gauss-Jordan me-nol-kan lower  dan upper  sehingga menjadi matriks identitas.

Baris ke 1 dibagi dengan



 , lalu baris lainnya dieliminasi dengan baris 1, sehingga kolom 1 (selain baris 1) menjadi 0

4 | 1 3 2 1 3 | 2 1 1 3 1 | 1 1 1 2 4 | 3 0 1 1

8 | 2 3 3 0 15 | 7 1 4 0 7 | 5 1 1 0 4 | 3 0 1 1

(11)

Baris ke 2 dibagi dengan



 , lalu baris lainnya dieliminasi dengan baris 2, sehingga kolom 2 (selain baris 2) menjadi 0

8 | 2 3 3 0 15 | 7 1 4 0 7 | 5 1 1 0 4 | 3 0 1 1

13 | 13 0 0 0 13 | 13 3 0 0 7 | 5 1 1 0 3 | 2 1 0 1

Baris ke 3 dibagi dengan



 , lalu baris lainnya dieliminasi dengan baris 3, sehingga kolom 3 (selain baris 3) menjadi 0

13 | 13 0 0 0 33 , 4 | 33 , 4 1 0 0 7 | 5 1 1 0 3 | 2 1 0 1

13 | 13 0 0 0 33 , 4 | 33 , 4 1 0 0 67 , 2 | 67 , 0 0 1 0 33 , 1 | 33 , 2 0 0 1

Baris ke 4 dibagi dengan



 , lalu baris lainnya dieliminasi dengan baris 4, sehingga kolom 4 (selain baris 4) menjadi 0

1 | 1 0 0 0 33 , 4 | 33 , 4 1 0 0 67 , 2 | 67 , 0 0 1 0 33 , 1 | 33 , 2 0 0 1

1 | 1 0 0 0 0 | 0 1 0 0 2 | 0 0 1 0 1 | 0 0 0 1

Sehingga didapatkan nilai

  1

;

  2

;

  0

; dan

  1

d. Iterasi Jacobi

Misal

10

  

 2

 6



 11

 

 3

 25

2

 

3

  

  10

 8

 

 15

  11

Dipindah ruas sehingga menjadi

 110

 210

  610

 111

  111

  311

 2511

  210

  110

  110

 1110

 38

 18

 158



 110



 210



  610



  111



  111



  311



  2511

(2.11) (2.12)

(12)



   210



  110



  110



 1110



  38



 18



 158

Dituliskan dalam bentuk matriks

8 15 10 11 11 25 10 6 0 8 1 8 3 0 10 1 0 10 1 10 2 11 3 11 1 0 11 1 0 10 2 10 1 0 ) ( 4 ) ( 3 ) ( 2 ) ( 1 ) ( 4 ) ( 3 ) ( 2 ) ( 1

 x

 x

 x

 x

 x

 x

 x

 x

lama lama lama lama baru baru baru baru Inisiasi awal



  0;0;0;0



  610



  2511



  1110



  158

 Nilai

 ini menjadi



 pada perhitungan selanjutnya



 110



 210



  610



  111



  111



  311



 2511



   210



  110



  110



 1110



  38



 18



 158

Perhitungan seperti ini dilakukan terus hingga nilai iterasi maksimum atau hingga tercapai error maksimal yang ditoleransi

Tabel 2.1. Hasil akhir elemen-elemen vektor x hingga iterasi ke-10

k 0 1 2 3 4 ... 9 10



0,0000 0,6000 0,9326 0,9326 1,0152 ... 0,9997 1,0001



0,0000 2,2727 2,0530 2,0530 1,0357 ... 2,0004 1,9998



0,0000 -1,1000 -1,0493 -1,0493 -0,9681 ... -1,0004 -0,9998



0,0000 1,8852 1,1309 1,1309 0,9739 ... 1,0006 0,9998 Hasil akhir iterasi ke-10 sudah mendekati solusi yang tepat yaitu :

  1;2; 1;1

e. Iterasi Gauss Seidel

Metode ini hampir sama dengan metode iterasi Jacobi, hanya saja vektor



yang langsung digunakan pada persamaan berikutnya (tanpa menunggu iterasi  berikutnya.

(13)



 110



 210



  610



  111



  111



  311



  2511



   210



  110



  110



 1110



  38



 18



 158

2.2 Penyelesaian Sistem Non-Linier

Persamaan non linier adalah suatu kalimat matematika dengan variabel berderajat bukan satu atau mengandung nilai fungsi non linier, seperti log, sin dan lain sebagainya.

  11

  7  12

2  6  4log

  2

/

    3

a. Substitusi Suksesif

Prinsipnya sama dengan iterasi Gauss-Seidel, dimana setiap persamaan nonlinier dapat menjadi penyelesaian dari persamaan lainnya. Dihitung secara iterasi sehingga (diharapkan) dapat konvergen mendekati suatu solusi.

Contoh,



 

  10

  3



  57

Gambar 2. 1 plot kurva dari persamaan (2.16) dimana solusinya adalah

  2

 dan

  3

(Chapra, 2008)

Persamaan (2.16a) dapat diselesaikan dengan

  10



dan persamaan (2.16b) dapat diselesaikan dengan

  573



(2.15) (2.14)

(2.16a) (2.16b)

(14)

Dengan asumsi awal

  1,5

 dan

  3,5

 disubstitusikan untuk mengetahui nilai

 dan

  10 1,5

3,5   2,21429

  5732,214293,5

  24,37516

Terlihat bahwa pendekatan menunjukkan divergensi. Apabila dilakukan i terasi kedua

  102,21429

24,37516   0,20910

  5730,2091024,37516

  429,709

Jelas bahwa pendekatan ini tidak sesuai. Maka diperlukan komputasi dengan cara lain. Persamaan (2.16) dihitung dengan solusi alternatif sebagai berikut

  √ 10

   57

3

Substitusi asumsi awal nilai

 dan

  √ 10 1,53,5  2,17945

    573,5

32,17945  2,86051

  √ 102,179452,86051  1,94053

   57 2,86051

31,94053   3,04955

Pendekatan ini konvergen menuju nilai

  2

 dan

  3

 b.  Newton Raphson

Metode Newton Raphson menggunakan derivatif/gradien untuk menentukan  penyelesaian suatu sistem persamaan non-linier. Deret Taylor orde 1 :

 

+

  

 

+

 

 



dimana

  merupakan asumsi awal dan

+

  merupakan titik dimana gradien  berpotongan dengan sumbu-x (gambar 2.2). Persamaan (2.17) dapat dituliskan

sebagai

+

  

  

 ′

Kemudian dengan persamaan (2.18) dilakukan iterasi hingga nilai iterasi maksimal atau hingga nilai error yang ditoleransi (dimana

  |

 

+

| ≈ 0

)

(2.17)

(15)

Gambar 2. 2 Ilustrasi pendekatan Newton Raphson (Chapra, 2008)

3. Tugas

Terapkan metode penyelesaian sistem persamaan linier dan non-linier (yang ada pada dasar teori) ke dalam MATLAB

(16)

MODUL III

INTEGRAL & TURUNAN

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dalam pembelajaran yang telah dilakukan dalam Kalkulus maupun Fisika Dasar, selalu terdapat perhitungan menggunakan integral dan/atau diferensial (turunan). Dalam  perhitungan sistematis, suatu persamaan dapat diubah menjadi persamaan yang lebih sederhana setelah melalui proses ini. Namun, untuk perhitungan untuk mendapatkan solusi yang unique, perhitungan manual membutuhkan waktu serta energi yang cukup banyak. Selain itu, dalam pendekatan persamaan yang digunakan dalam metode geofisika pun menggunakan integral ataupun diferensial yang seperti contohnya dalam mendapatkan kecepatan dan lainnya. Oleh karena itu, dengan menggunakan MatLab dalam perhitungan integral dan turunan, diharapkan praktikan dapat mendapatkan solusi yang unique  pada  persamaan integral dan differensial yang kompleks.

1.2 Tujuan

 Praktikan memahami perhitungan Integral dan Turunan menggunakan MatLab

 Praktikan dapat mengaplikasikan perhitungan Integral dan Turunan pada perhitungan metode Geofisika menggunakan MatLab

2. Dasar Teori

2.1 Integral

Untuk menentukan luasan di bawah suatu kurva dapat digunakan integral. Prinsip dari integral adalah membagi luasan tersebut menjadi bagian-bagian kecil, lalu luasan bagian kecil tersebut didekati dengan rumus luas bangun 2 dimensi biasa, dan akhirnya dijumlahkan sehingga didapatkan luasan total kurva tersebut. Bangun 2 dimensi yang dimaksud bisa berupa trapesium, persegi, ataupun yang lainnya.

Gambar 3. 1 Pendekatan integral dapat dilakukan dengan (a) garis lurus (trapezoid) dan (b)  parabola (Chapra, 2008)

Composite Trapezoidal Rule (Orde 1)

Gambar 3.1.(a) menunjukkan pendekatan dengan garis yang membentuk bangun trapesium. Integral dari f(x) adalah

  ∫ x 



dengan menggunakan persamaan garis orde 1, persamaan (3.1) menjadi

(17)

  ∫  ( )



−

−



Rumus luas trapesium adalah

 

 (+)−

Jika luasan dibawah kurva dibagi menjadi segmen-segmen sebanyak n (gambar 3.2), maka

   

 

... 



  ℎ2( 



)ℎ2( 



)...ℎ2( 

−



)

 

 

[ 

2∑ 

−

=



]

Dengan

ℎ 

 −

Gambar 3. 2 Luas kurva dengan pendekaran linier dibagi menjadi segmen-segmen sebanyak n (Chapra, 2008)

* Fungsi di MATLAB untuk integral trapezoid dituliskan dengan >> trap (y,a,b,n) dengan y = fungsi kurva a = batas bawah  b = batas atas n = banyak segmen

I ntegral

 Simpson’s Rule

Selain dengan trapesoid, integral juga dapat didekati dengan polinom atau dengan orde yang lebih besar. Semakin besar orde, semakin besar pula ketelitiannya.

a. Simpson’s 1/3 Rule (Orde 2)

(3.2)

(3.3)

(18)

     



 

 



 

 

  



 

 



 

 

  



 

 



 

 



    

 4

6



 

 

 

 4





dimana

ℎ   /2

.

Jika luasan dibawah kurva dibagi menjadi segmen-segmen sebanyak n (gambar 3.3), maka

   

 

... 



  2ℎ 

 4

6



2ℎ 

 4

6



⋯

2ℎ 

−

 4

6

−



   



 + ∑ 



,,



+ ∑ (



,,

)

+ 

Gambar 3. 3 Luas kurva dengan pendekaran parabolik dibagi menjadi segmen-segmen sebanyak n (Chapra, 2008)

 b. Simpson’s 3/8 Rule (Orde 3)

 

 

 

3

3





dengan

ℎ   /3

(3.5)

(3.6)

(19)

Gambar 3. 4 Simpson’s 1/3 dan 3/8 diaplikasikan bersama pada suatu kurva (Chapra, 2008)

I ntegr ation with Unequal Segments

Dapat diselesaikan dengan pendekatan trapesium pada setiap segmen

  ℎ

 

+

ℎ

 

+

  ⋯ℎ

 



+

* Fungsi di MATLAB untuk unequal segments >> trapuneq (x,y)

2.2 Turunan

Diferensial dapat diartikan sebagai perbedaan.

∆∆  

 ∆

∆

Apabila

∆

 mendekati nol, maka diferensial tersebut menjadi derivatif (turunan)

  lim

∆→

 

 ∆

∆

Gambar 3. 5 (a) dan (b) merupakan gambaran dari diferensial, sedangkan (c) merupakan derivatif (Chapra, 2008)

* Fungsi di MATLAB untuk diferensial adalah diff

(3.8)

(3.9)

(20)

>> diff (x) menghitung

+

 

atau gradient

>> gradient (f,h) dengan h adalah

+

  

Apabila jarak antar data tidak sama, dapat digunakan polinomial Lagrange (3.11) untuk  pendekatan turunannya

    

 

 

  

 

 

    



 

 



 

 

  



 

 



 

 

  



 

 



 

 

Turunan polinomial orde 2

 

   2 



 



 

 

 

  2 



 



 

 

 

  2 



 

 



 

 

3. Tugas

1. Selesaikan

∫ 1 







a. analisa matematis  b.  single trapezoidal rule

c. composite trapezoidal rule dengan n = 3 d.  single Simpson’s 1/3 rule

e. composite Simpson’s 1/3 rule dengan n = 4 f. fungsi trap dengan n = 4

2. Tentukan turunan dari

  2

 6

 12 8

 pada

  0

 berdasarkan nilai

  0,5

;

  1

;

  2

 dengan menggunakan a. Persamaan (3.12)

 b. diff atau gradient dengan h = 1 Orde 1

Orde 2

(3.11a)

(3.12) (3.11b)

(21)

MODUL IV

OPTIMASI & EIGEN-VALUES

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dalam penerapan suatu alat beserta penggunaannya, user  selalu menginginkan nilai yang optimal agar menghasilkan nilai yang paling optimal bagi user . Untuk mendapatkan nilai tersebut, maka diperlukan optimasi yang sesuai dengan alat tersebut. Sedangkan, ketika suatu benda yang saling terhubung satu sama lain, seharusnya memiliki persamaan yang mengikat keduanya. Untuk mempermudah dalam perhitungan tersebut, model  perhitungan menggunakan  Eigen-values  merupakan cara yang mudah untuk

mempresentasikan hal tersebut.

1.2 Tujuan

 Mahasiswa memahami teori Optimasi dan  Eigen-values  menggunakan perangkat lunak MatLab

 Mahasiswa memahami aplikasi dari Optimasi dan  Eigen-values  dalam metode geofisika

2. Dasar Teori

2.1 Finding Values (Bisection, Graphical Method) 2.1a Graphical Method

Untuk mendapatkan suatu nilai persamaan sendiri dapat menggunakan pendekatan grafik, dimana menggunakan cara menghitung terlebih dahulu grafik awal dari suatu  persamaan dengan nilai variabel dengan range tertentu. Kemudian, diinterpretasikan nilai

(22)

2.1b Bisection

Metode pencarian suatu akar persamaan menggunakan metode  bisection ialah dengan cara membandingkan nilai tengah dari nilai Upper (tertinggi) dan nilai Lower (Terendah).

 

  

2

Kemudian, nilai dari xr  dibandingkan dengan nilai x L, apabila nilai xr  > x L , maka xrmenjadi

 x L. Sedangkan apabila xr< x L, maka xr menjadi xU . Oleh karena itu, diperlukan pernyataan

 pernyataan tertentu dari cara ini. Cara untuk membuat pernyataan –  pernyataan tersebut dapat dibentuk menggunakan if statement . Seperti berikut,

Gambar 4. 1 Contoh script untuk Bisection

2.2 Optimasi

2.2a Golden Section Search

Optimasi yang dimaksud dalam Golden Section Search kali ini merupakan optimasi yang diperuntukan engineer dalam menganalisa suatu nilai yang maksimum atau minimum.

(23)

Gambar 4. 2 Ilustrasi dalam penentuan nilai maksimal dan minimal (Chapra, 2008)

Dalam pengaplikasiannya, Golden Section sendiri berdasarkan angka euclid (ø) yang memiliki nilai1.6180339887 (Chpra, 2012). Pencarian nilai tersebut sebenarnya memiliki metode yang sedikit sama dengan Bisection, tetapi syarat syarat yang digunakan berbeda, karena nilai yang digunakan ialah,

  

  

  

  

Dimana

  ø1

  

Syarat yang digunakan untuk mencari segmen minimum tersebut ialah, ketika  f(x1 ) <

 f(x2) maka f(x1 ) merupakan nilai minimum dan domain diantara x2 dan xL akan dieleminasi

karena nilai tidak ada nilai minimum diantara domain tersebut serta x2 akan menjadi nilai

xLyang baru. Sedangkan, ketika ketika f(x2 ) < f(x1), maka f(x2 ) merupakan nilai minimum

sehingga nilai antara x1 sampai xUakan d eleminasi dan kemudian x1 akan menjadi nilai

xU  terbaru. Untuk mencari segmen maksimum, maka syarat yang digunakan ialah

kebalikannya.

Gambar 4. 3 Penentuan parameter  –  parameter yang digunakan dalam metode Golden Section Search

2.3 Eigen Values

 Eigen Values sendiri merupakan nilai yang dinotasikan dengan ʎ, dimana memiliki  penyelesaian suatu persamaan yang sama dengan 0 ketika hanya x = 0. Dalam dunia

engineer  persamaan tersebut dapat diselesaikan dalam bentuk seperti berikut,

 

I

  0

Dalam proses perhitungannya, nilai dari eigen-values bergantung dari dimensi matriks A,  berikut contoh perhitungan menggunakan eigen-values,

(24)

Dari persamaan tersebut diambil nilai determinannya,

Dan memiliki solusi seperti berikut,

Untuk memahami kasus yang menggunakan eigen-values dapat dilihat di Chapra (2008).

3. Tugas

1. Mahasiswa melakukan penerapan dasar teori dari Finding Values 2. Mahasiswa melakukan penerapan dasar teori dari Optimasi

3. Mahasiswa melakukan penerapan dasar teori dari Eigen Values

4. Mahasiswa membuat suatu script yang berdasarkan Eigen Values, dimana yang dapat  berkaitan dengan metode geofisika ataupun engineer (Instrumentasi).

(25)

MODUL V

TUGAS BESAR

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Setelah melalui pembelajaran dalam dasar  –   dasar pemograman MatLab beserta contoh aplikasinya dalam geofisika, diperlukan suatu pengujian berdasarkan pemahaman mahasiswa terkait komputasi geofisika. Dengan membuat suatu pemograman yang sesuai dengan bidangnya, maka diperlukan presentasi yang bertujuan untuk meningkatkan  pemahaman dari mahasiswa terkait komputasi. Oleh karena itu, Tugas Besar ini dilakukan  bertujuan untuk memberikan ruang kepada mahasiswa dalam memahami suatu  perhitungan geofisika menggunakan perangkat lunak MatLab.

1.2 Tujuan

 Meningkatkan pemahaman mahasiswa terkait perhitungan geofisika dalam perangkat lunak MatLab

3. Metodologi

1. Mahasiswa membentuk kelompok beranggotakan 3 orang.

2. Setiap kelompok memilih suatu topik yang berbeda setiap kelompok

3. Setiap kelompok membuat script yang dapat meggunakan materi dari modul sebelumnya dan/atau materi di luar modul terkait topik yang telah diangkat oleh kelompok tersebut.

(26)

REFERENSI

Chapra, Steven C. 2008. Applied Numerical Method With Matlab for Engineers and Scientists, Third Edition. New York: McGraw-Hill.

Yang, Won Young, dkk. 2005.  Applied Numerical Method Using Matlab.Canada: John Wiley

Gambar

Gambar 1. 1 Pemanggilan variabel ‘Praktikum’ pada  Command Window 2.2b Structure
Tabel 2.1. Hasil akhir elemen-elemen vektor x hingga iterasi ke-10
Gambar 2. 1 plot kurva dari persamaan (2.16) dimana solusinya adalah (Chapra, 2008)     2  dan     3
Gambar 2. 2 Ilustrasi pendekatan Newton Raphson (Chapra, 2008)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain menggunakan aturan trapezoidal untuk menentukan nilai integral suatu fungsi f(x) antara nilai a ke nilai b, aturan lain yang sering juga digunakan adalah aturan Simpson..

Menghitung konsentrasi sampel glukosa dengan grafik kalibrasi menggunakan panjang gelombang maksimal larutan 100mg/dl yaitu λ = 479,0 nm diperoleh persamaan regresi

Pemrograman gambar fungsi dalam matlab bertujuan untuk membuat gambar dalam bentuk fungsi dengan hasil gambar fungsi yang kita inginkan. Buatlah Program di bawah ni dengan

Untuk yang pertama kita mencoba untuk membuat segi empat standar dengan menggunakan perintah rect(x,y,width,height), dimana x dan y adalah posisi awal sudut seperti

Perkiraan yang dibuat biasanya perkiraan matematika, seperti menggunakan bentuk fungsional sederhana untuk fungsi atau mendapatkan solusi perkiraan untuk sebuah persamaan

Langkah pertama, menentukan dua nilai x (Xa dan Xb) sebagai nilai awal perkiraan. Kedua nilai ini  harus memenuhi syarat persamaan 1.2

Grafik Persebaran Panas Dengan Metode FTCS C.3 Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan dari persamaan Konveksi-Difusi dengan menggunakan metode FTCS Forward Time Central Space

 Pada Gambar 4 ditunjukkan contoh penyelesaian pembiasan tetap menggunakan pendekatan grafis, dimana kita bisa mendapatkan nilai ID dari nilai VGS yg ditetapkan melalui grafik