• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PAKAN LOKAL UNTUK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN SUMBERDAYA PAKAN LOKAL UNTUK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PAKAN LOKAL UNTUK

PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG

(Utilization of Local Feed Resources to Develop Beef Cattle)

DIDIEK EKO WAHYONO1danRULY HARDIANTO2

1Loka Penelitian Sapi Potong, Grati, Pasuruan 67184 2Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur

ABSTRACT

Development of beef cattle in the future should be carried out through sustainable agribusiness approach. Beef cattle farming system should be modern and more professionally managed through application of technology innovation focusing on the aspect of business efficiency. It should also be supported by development of feed industry through optimal utilization of local specific feed material and integrated crops livestock system orientation. There is a huge potential of local feed material obtained from agricultural and plantation waste, but still low in its utilization for feed. However, agro-industrial by products has been commonly used for feed by livestock raisers except those of various cake types. Complete feed technology is one of technologies to utilize the agro-industrial waste for ruminants feed through certain physical and processing technique and supplementation. The process includes cutting the material into small pieces, drying, milling/crushing, mixing the fibers and the liquid or solid concentrate, and packing. Utilization of agricultural and plantation waste available locally in combination with agro-industrial waste seems to be a promising effort in development of economical feed industry.

Key words: Local material, by product, complete feed, beef cattle ABSTRAK

Pengembangan sapi potong di masa mendatang perlu dilakukan melalui pendekatan agribisnis yang berkelanjutan. Usaha sapi potong dituntut lebih modern dan profesional dengan memanfaatkan inovasi teknologi yang menekankan aspek efisiensi usaha. Pengembangan usaha sapi potong tersebut harus didukung dengan pengembangan industri pakan melalui optimalisasi pemanfaatan sumber-sumber bahan baku lokal spesifik lokasi dan berorientasi pada pola integrasi tanaman-ternak. Potensi bahan baku lokal berupa limbah pertanian dan perkebunan sangat besar, namun hanya sebagian kecil yang digunakan sebagai pakan. Masih banyak jenis limbah pertanian dan perkebunan yang belum dimanfaatkan. Produk samping atau by product agroindustri umumnya sudah dimanfaatkan oleh para peternak sebagai pakan tambahan, kecuali yang berupa bungkil-bungkilan. Teknologi pakan lengkap (complete feed) merupakan salah satu metoda/teknik pembuatan pakan yang digunakan untuk meningkatkan pemanfaatan limbah pertanian/perkebunan dan limbah agroindustri melalui proses pengolahan dengan perlakuan fisik dan suplementasi untuk produksi pakan ternak ruminansia. Proses pengolahannya meliputi pemotongan untuk merubah ukuran partikel, pengeringan, penggilingan/penghancuran, pencampuran antara bahan serat dan konsentrat yang berupa padatan maupun cairan, serta pengemasan. Pemanfaatan limbah pertanian/perkebunan yang tersedia secara lokal di masing-masing wilayah, ditambah dengan penggunaan limbah agroindustri, merupakan salah satu upaya dalam mengembangkan industri pakan yang murah.

Kata kunci: Bahan lokal, produk samping, pakan lengkap, sapi potong

PENDAHULUAN

Masih rapuhnya industri pakan di Indonesia, salah satunya disebabkan masih tingginya ketergantungan terhadap bahan baku impor. Kelemahan ini perlu diatasi melalui

upaya swasembada sapronak utamanya pakan. Kehancuran agribisnis perunggasan akibat masalah pakan pada saat krisis moneter jangan sampai terulang lagi dan menimpa industri ternak ruminansia. Kuncinya terletak pada aspek bahan baku pakan, sehingga

(2)

pemecahannya adalah melalui upaya swasembada pakan dan upaya memperbaiki mutu pakan yang bersumber dari bahan baku lokal.

Pengembangan sapi potong perlu mendapat perhatian serius mengingat permintaan daging tidak dapat dipenuhi di dalam negeri. Salah satu kendala yang sering dijumpai adalah rendahnya produktivitas ternak karena kualitas pakan rendah. Di lain pihak, potensi bahan baku pakan lokal seperti limbah pertanian dan perkebunan belum dimanfaatkan secara optimal, dan sebagian besar digunakan sebagai bahan bakar, pupuk organik dan bahan baku industri. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan sebagai pakan ternak dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas limbah pertanian dan perkebunan melalui teknologi fermentasi, suplementasi dan pembuatan pakan lengkap (complete feed).

Jenis limbah pertanian dan perkebunan yang potensial dilihat dari kualitasnya adalah jerami tanaman serelia. Sedangkan dilihat dari produksinya jerami padi, daun dan pucuk tebu menempati urutan pertama. Rendahnya kualitas jerami padi, daun dan pucuk tebu disebabkan oleh kadar selolusa dan lignin yang tinggi; sedangkan kandungan nutrisi, mineral esensial dan vitamin rendah. Perlakuan fisik dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas limbah pertanian dan perkebunan dengan cara memperluas permukaan pakan dan melunakkan tekstur bahan. Perlakuannya meliputi pemotongan (choping), penghancuran, penggilingan (grinding) dan pembuatan pelet. Perlakuan biologis adalah salah satu upaya meringankan kerja mikroba rumen. Pada perlakuan ini bahan serat mendapat aktivitas ensimatis oleh mikroba di luar rumen. Jenis mikroba yang dapat digunakan untuk jerami antara lain jamur dan ragi.

Diversifikasi pemanfaatan produk samping (by-product) yang sering dianggap sebagai limbah (waste) dari kegiatan agroindustri dan biomas yang berasal dari limbah pertanian dan perkebunan menjadi pakan telah mendorong perkembangan agribisnis ternak ruminansia secara integratif dalam suatu sistem produksi terpadu dengan pola pertanian dan perkebunan melalui daur ulang biomas yang ramah lingkungan atau dikenal “zero waste

production system”.

Pengembangan subsektor agribisnis hulu seperti industri pakan merupakan salah satu pendukung dalam pengembangan sapi potong yang secara langsung akan membantu memecahkan permasalahan para peternak dalam hal sapronak. Kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak peternak yang memberikan pakan seadanya tanpa memperhatikan persyaratan kualitas, kuantitas dan efisiensi pemberiannya. Akibatnya, produktivitas ternak tidak optimal, bahkan banyak diantara para peternak yang mengalami kerugian akibat pakan yang tidak memadai.

Disamping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas ternak, pakan juga merupakan biaya produksi yang cukup besar dalam usaha ternak. Dengan demikian, memproduksi pakan tidak hanya dituntut kelayakan dari aspek kualitas dan kecukupan nutrisi, tetapi juga bagaimana memproduksi pakan yang ekonomis, murah dan terjangkau oleh kemampuan para peternak.

MATERI DAN METODE

Pakan lengkap dibuat dari bahan bahan limbah pertanian dan perkebunan sebagai sumber seratnya seperti kulit kacang tanah, jerami kedelai, tongkol jagung, pucuk tebu, dll. Ditambah limbah agroindustri sebagai sumber energi yaitu pollard, dedak padi, tapioka, tetes, onggok, dll. Bahan bahan sumber protein seperti bungkil kopra, bungkil sawit, bungkil minyak biji kapuk/randu, kulit kopi, kulit coklat dan urea. Dilengkapi dengan bahan sumber mineral seperti garam dapur, zeolit, tepung tulang, mineral mix, dll.

Bahan baku

Beberapa pengertian tentang bahan baku pakan

1. Sumber serat adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan serat kasar (SK) ≥18%, contohnya limbah pertanian, kulit biji polong-polongan dll.

2. Sumber energi adalah bahan-bahan yang memiliki kadar protein kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding selnya kurang dari 35%, contohnya

(3)

biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, umbi-umbian dan limbah sisa penggilingan. 3. Sumber protein adalah bahan-bahan yang

memiliki kandungan protein kasar ≥ 20% baik bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti bungkil, bekatul maupun yang berasal dari hewan seperti silase ikan. 4. Sumber mineral adalah bahan-bahan yang

memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi, misalnya garam dapur, kapur makan, tepung ikan, grit kulit bekicot, grit kulit kerang dan grit kulit ikan.

5. Sumber vitamin adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan vitamin cukup tinggi, misalnya makanan berbutir dan umbi-umbian.

6. Pakan tambahan adalah bahan-bahan tertentu yang ditambahkan ke dalam ransum, seperti obat-obatan, anti biotika, hormon, air, dan zat pengharum.

Dalam pembuatan pakan lengkap diperhitungkan kandungan nutrisi dari masing-masing bahan penyusun dan tingkat kebutuhan nutrisi dari ternak yang diberi pakan. Komposisi nutrisi untuk sapi penggemukan akan berbeda dengan pembibitan. Sebagai

acuan dalam memformulasikan bahan pakan dari limbah pertanian dan perkebunan dan agroindustri adalah imbangan serat kasar dan protein. Quality control yang paling aktual dan terpercaya adalah laboratorium biologis dengan ternak di test farm. Sedangkan uji bahan dilakukan secara fisik maupun kimiawi dan laboratorium secara analisa proximate.

Formulasi

Komposisi nutrisi complete feed untuk keperluan penggemukan dan pembibitan berbeda, terutama pada kandungan protein kasar dan energi. Untuk pakan penggemukan, kandungan protein kasar dan energinya lebih tinggi dibandingkan untuk pembibitan. Komposisi nutrisi tersebut disesuaikan kebutuhan masing-masing ternak dan juga pertimbangan harga. Harga pakan untuk pembibitan harus lebih murah dari pakan untuk penggemukan, karena usaha pembibitan waktunya lebih lama sehingga kalau biaya pakannya mahal, maka kurang ekonomis. Komposisi nutrisi Complete Feed untuk penggemukan dan pembibitan dicantumkan pada Tabel 4.

Tabel 1. Contoh jenis-jenis bahan baku pakan dari limbah pertanian dan perkebunan dan limbah agroindustri

Kelompok bahan Nama bahan baku

Limbah pertanian dan perkebunan Pucuk tebu Kulit kedele

Daun tebu Kulit kopi

Jerami Kedele Kulit kacang tanah

Kulit kedele Jerami kacangtanah Janggel jagung Kulit coklat

Klobot jagung Kulit nenas

Kulit singkong

Jerami padi

Limbah agroindustri Ampas tebu Ampas kecap

Onggok Wheat polard

Tumpi jagung Empok jagung

Dedak padi Tetes tebu

Bungkil klenteng Tepung terigu afkir

Bungkil sawit Ampas tahu

Bungkil kopra Ampas pabrik roti Bungkil kacang tanah Ampas bir

(4)

Tabel 2. Kandungan nutrisi beberapa bahan pakan asal limbah pertanian dan perkebunan

Jenis bahan BK (%) PK (%) LK (%) SK (%) TDN (%)

Jerami padi 31,867 5,211 1,166 26,779 51,496

Jerami kacang kedelai 30,389 14,097 3,542 20,966 61,592 Jerami kacang tanah 29,084 11,314 3,319 16,616 64,504 Jerami kacang hijau 21,934 15,319 3,593 26,899 55,522 Jerami kacang panjang 28,395 6,941 3,334 33,491 55,280 Jerami komang 16,200 24,709 3,846 21,026 68,290 Jerami kacang otok 15,516 16,058 3,925 38,080 48,313 Jerami kulit kedelai 61,933 7,998 5,071 38,672 58,129 Jerami jagung segar 21,685 9,660 2,209 26,300 60,237 Kulit kedelai 90,369 18,962 1,249 22,833 62,717

Kulit kopi 91,771 11,177 2,496 21,736 57,201

Kulit cokelat 89,369 14,993 6,257 23,244 55,521 Kulit kacang tanah 87,367 5,769 2,511 73,369 31,700 Kulit kapok (klenteng) 89,536 13,130 2,036 34,120 52,315

Klobot jagung 42,561 3,400 2,548 23,318 66,406

Pucuk tebu 21,424 5,568 2,417 29,039 55,294

Tongkol jagung 76,608 5,616 1,576 25,547 53,075

Tabel 3. Kandungan nutrisi beberapa bahan pakan asal limbah agroindustri

Jenis barang BK (%) PK (%) LK (%) SK (%) TDN (%)

Ampas tahu 10,788 25,651 5,317 14,527 76,000

Ampas kecap 85,430 36,381 17,816 17,861 89,553

Ampas bir 31,174 26,448 10,254 7,059 78,708

Ampas brem 81,634 3,150 2,120 2,100 55,826

Ampas gula cair 34,314 5,106 6,237 8,014 54,956

Bungkil kopra 90,557 27,597 11,903 6,853 75,333

Bungkil klenteng 89,693 30,827 3,813 8,697 78,005 Bungkil kelapa sawit 92,524 14,112 11,903 10,772 67,435 Bungkil kacang tanah 91,447 36,397 17,242 0,895 71,721 Bungkil kedelai 89,413 52,075 1,011 25,528 40,265

Bungkil kelapa 84,767 26,632 10,399 14,711 73,403

Bungkil tengkuang 88,980 12,730 8,630 4,607 76,770

Dedak padi 91,267 9,960 2,320 18,513 55,521

Dedak gandum/pollar 89,567 16,412 4,007 5,862 74,828

Dedak jagung /empok 84,980 9,379 5,591 0,577 81,835

Kedelai bs 85,430 38,380 4,840 17,810 69,950 Molases (tetes) 50,232 8,500 - - 63,000 Onggok kering 90,170 2,839 0,676 8,264 77,249 Tumpi kedelai 91,417 21,134 3,029 23,179 69,425 Tumpi jagung 87,385 8,657 0,532 21,297 48,475 Tepung gaplek bs 87,024 2,412 0,792 8,950 73,489 Sumber: Analisa proksimat laboratorium pakan Lolit Sapi Potong, Grati, Pasuruan

(5)

Tabel 4. Komposisi nutrisi complete feed untuk penggemukan dan pembibitan

Hasil analisa proksimat (dalam %) Jenis complete feed Kadar air

(%)

Bahan kering

(%) Protein kasar Lemak kasar kasar Serat Kadar abu BETN TDN

Pembibitan 12 88 8,4 2,6 16,9 6,8 60,2 64,2

Penggemukan 12 88 14,7 3,0 15,4 8,7 51,8 64,4

Sumber: WAHYONO (2001)

Prosesing

Teknologi/cara pembuatan pakan ternak dapat dilakukan melalui pengolahan dengan mesin-mesin skala kecil yang dapat dilaksanakan pada tingkat kelompok tani. Prosedur pembuatan pakan ternak yang menggunakan bahan baku limbah pertanian dan limbah agroindustri adalah sebagai berikut:

a. Bahan-bahan sumber serat dipotong-potong dengan alat pemotong (choper) dengan ukuran 0,5−1cm, kemudian dikeringkan dengan menggunakan pemanasan sinar matahari atau alat-alat pemanas sampai kadar air 10−12%.

b. Bahan-bahan sumber energi dicampur dalam alat pencampur/mixer bersama dengan larutan molase sampai merata. c. Seluruh bahan-bahan tersebut selanjutnya

digiling dengan alat penggilingan (grinding) atau hamer mill dan ditambahkan urea, garam dapur, dan tepung tulang sampai ukuran partikelnya kecil-kecil dan tercampur secara merata atau homogen. Apabila telah tercampur, maka bahan-bahan tersebut dikemas dalam karung yang sudah disiapkan dengan ukuran berat sesuai dengan yang diinginkan.

Teknologi pengolahan limbah pertanian dan limbah agroindustri menjadi pakan lengkap merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai kedua limbah tersebut dengan metode prosessing yang terdiri dari: 1) Perlakuan pencacahan (chopping) untuk

merubah ukuran partikel dan melunakan tekstur bahan agar konsumsi ternak lebih efisien.

2) Perlakuan pengeringan (drying) dengan panas matahari atau dengan alat pengering untuk menurunkan kadar air bahan.

3) Proses pencampuran (mixing) dengan menggunakan alat pencampuran (mixer) dan perlakuan penggilingan dengan alat giling Hammer Mill dan terakhir proses pengemasan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kasus 1: Program pakan sapi potong untuk wilayah Sumba Timur-NTT

Kabupaten Sumba Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur diperkirakan memiliki potensi bahan baku sumber serat mencapai 1.136.565 ton/tahun, sumber energi sebesar 2.555.430 ton/tahun, sumber protein sebesar 24.023 ton/tahun, dan sumber mineral sebesar 630 ton/tahun (HARDIANTO, 2004). Bahan sumber serat, seperti jerami padi, jerami kedelai, jerami jagung dihasilkan hampir di seluruh wilayah kecamatan, sedangkan limbah agroindustri umumnya dihasilkan oleh daerah sekitar kota Waingapu. Jenis-jenis pakan yang potensial untuk dikembangkan berdasarkan ketersediaan bahan baku dan potensi pasarnya adalah konsentrat, complete feed dan sumber serat. Estimasi kebutuhan pakan atas dasar populasi ternak ruminansia diperkirakan untuk konsentrat 10.850 ton/tahun, complete feed ± 88.560 ton/tahun dan sumber serat ± 29.150 ton/tahun. Untuk mengatasi kekurangan nutrisi pakan, masih diperlukan suplementasi berupa penambahan bahan-bahan berkualitas tinggi untuk melengkapi kekurangan nutrisi limbah pertanian. Aplikasi teknologi pembuatan pakan

(6)

lengkap merupakan salah satu alternatif yang dipilih dalam mendukung penyediaan pakan sepanjang tahun. Komponen bahan baku yang masih perlu didatangkan dari luar daerah antara lain sumber protein, lemak dan vitamin.

Program jangka panjang untuk mendukung peningkatan potensi bahan baku lokal serta jaminan keberlanjutan proses produksi pakan, maka diperlukan upaya pengembangan tanaman strategis seperti ubikayu dan jagung secara luas di wilayah Kabupaten Sumba Timur. Secara bertahap perlu pula dikembangkan investasi di bidang agroindustri pengolahan ubikayu dan jagung untuk menghasilkan produk tepung sebagai produk utama, dan limbahnya digunakan untuk mendukung produksi pakan. Beberapa contoh bahan baku pakan yang tersedia di wilayah Sumba Timur yang berasal dari limbah pertanian dan limbah agroindustri disajikan pada Tabel 5.

Dalam perencanaan aspek produksi, sebelumnya perlu diketahui informasi tentang jenis-jenis pakan yang akan diproduksi, seperti konsentrat, sumber serat, complete feed atau kombinasi. Di samping itu, untuk mengetahui kapasitas produksi yang layak di suatu wilayah, maka potensi pasar produk pakan juga perlu diketahui berdasarkan kebutuhan ternak yang ada di wilayah tersebut. Estimasi potensial pasar produk pakan berdasarkan jumlah populasi ruminansia di suatu wilayah.

Estimasi potensial pasar produk pakan berdasarkan jumlah populasi ruminansia di wilayah Sumba Timur diperkirakan sebesar 10.850 ton untuk konsentrat, 88.560 ton untuk

complete feed, dan 29.150 ton untuk sumber

serat pengganti rumput setiap tahun (Tabel 6).

Dari potensi kebutuhan pakan tersebut di atas yang sudah dipenuhi oleh produsen pakan lokal hanya berupa dedak padi yang diperkirakan mencapai jumlah penggunaan sekitar 5.000 ton/tahun, terutama digunakan untuk pakan tambahan sapi potong, kuda dan babi; sedangkan pakan complete feed, konsentrat dan sumber serat belum diproduksi di wilayah Sumba Timur. Pakan sumber serat juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pakan complete feed dengan ditambah konsentrat, atau untuk sumber pakan pengganti rumput pada saat peternak mengalami kesulitan rumput atau kekurangan rumput, khususnya pada musim kemarau.

Program pakan murah untuk mendukung pengembangan sapi potong yaitu Sumba Ongole di Sumba Timur disarankan memperhatikan ketersediaan bahan baku lokal yang ada serta melakukan suplementasi dengan bahan baku dari luar daerah. Agar harga pakan yang diproduksi bisa murah tetapi kualitasnya sesuai standard yang diharapkan, maka strategi pembuatan pakan dilakukan dengan cara mengkombinasikan bahan-bahan baku lokal dengan pakan starter yang didatangkan dari Jawa Timur. Komposisi antara bahan lokal dengan pakan starter berkisar antara 60% bahan lokal dan 40% pakan starter. Komposisi tersebut telah memperhitungkan aspek biaya bahan baku, biaya transport, biaya prosesing serta kelayakan nutrisi pakannya.

Kegiatan prosesing dilakukan di Kota Waingapu dengan melakukan investasi peralatan dan mesin dengan kapasitas produksi 20 ton/ha. Secara skematis program pakan murah untuk Sumba Timur tercantum pada Gambar 1.

Tabel 5. Beberapa bahan baku yang tersedia di wilayah Sumba Timur

Kelompok bahan Nama bahan baku

Limbah pertanian, peternakan dan perikanan Jerami padi Jerami kacang tanah

Batang jagung

Janggel jagung

Kulit kacang tanah

Bulu unggas

Kulit telur

Tulang

Kulit kerang

Limbah agroindustri dan tambang Dedak padi

(7)

Tabel 6. Estimasi kebutuhan pakan berdasarkan populasi ternak di wilayah Sumba Timur Kebutuhan pakan per tahun (ton) Jenis ternak Jumlah populasi

(ekor) Konsentrat Complete feed Sumber serat

Sapi potong 38.087 7.600 40.100 17.200

Domba/kambing 28.234 - 2.820 -

Kuda 24.892 - 35.840 11.950

Babi 32.679 3.250 9.800 -

Jumlah 10.850 88.560 29.150

- Jumlah konsumsi konsentrat untuk sapi induk ± 2 kg./ekor/hari dengan lama pemberian sekitar 8 bulan (masa bunting tua dan laktasi)

- Jumlah konsumsi konsentrat untuk sapi potong ± 2 kg /ekor/ hari lama pemberian selama 4 bulan (masa penggemukan )

- Jumlah konsumsi sumber serat untuk sapi potong 5 kg/ekor/hari dengan lama pemberian selama 3-5 bulan (musim kemarau )

- Jumlah konsumsi Complete feed untuk domba/kambing 1 kg /ekor/hari dengan lama pemberian selama 3 bulan (penggemukan ) dan 6 bulan (pembibitan)

- Jumlah konsumsi complete feed untuk sapi dan kuda 6−8 kg/ekor/hari - Jumlah konsumsi complete feed untuk babi 3 kg/ekor/hari

Sumber: HARDIANTO (2004)

(40%) (60%)

(Komposit) (Komposit)

Gambar 1. Skenario produksi pakan CF untuk Kabupaten Sumba Timur Sumber: DIWYANTO et al. (2003)

Gaplek (Rp300,-/kg) Tongkol jagung (Rp100,-/kg) Mineral (Rp80,-/kg ) Sumber serat (Rp125,-/kg)

JATIM SUMBA TIMUR

PAKAN

STARTER PAKAN LOKAL

Tumpi jagung (Rp80,-/kg) Bungkil kapok (Rp650,-/kg) Bungkil kopra (Rp750,-/kg) Tetes (Rp500/kg) Pro-rich (Rp400,-/kg) Vit-rich (Rp525,-/kg) Complete feed Rp 150/kg Transport Rp 150/kg Prosesing (Rp 60/kg) Packaging (Rp 25/kg) (Rp 450/kg) Rp 500/kg

(8)

Kasus 2: Program pakan sapi potong untuk wilayah Jawa dan Bali

Ketersediaan bahan baku pakan di wilayah Pulau Jawa, khususnya Jawa Timur cukup lengkap, namun prioritas utama bahan baku yang dipilih adalah yang ketersediaannya melimpah dan murah serta memiliki kandungan nutrisi lengkap. Sebagai gambaran tentang jenis-jenis dan harga-harga bahan baku pakan yang berada di wilayah Jawa Timur tercantum pada Tabel 7.

Tabel 7. Jenis dan harga kisaran dari beberapa bahan baku pakan lokal di wilayah Jawa Timur tahun 2003

Nama bahan Harga kisaran (Rp/Kg)

Jerami padi 50−75

Jerami kedelai 100−125 Jerami kacang tanah 100−125

Daun jagung 90−125

Pucuk tebu 100−150

Janggel jagung 50−75 Kulit kacang tanah 100−150 Kulit kedelai 125−150

Kulit kopi 150−175

Kulit ketela pohon 75−100

Dedak padi 450−600 Daun lamtoro 200−250 Gaplek 400−500 Gamblong 300−350 Tetes/molase 450−500 Ampas tebu 125−150 Ampas kecap 450−500 Tumpi jagung 85−100 Kulit telur 250−300 Kulit kerang 400−500 Bungkil kapok 600−650 Bungkil kopra 750−800 Kulit coklat 200−225 Garam dapur 750−850

Sumber: WAHYONO et al. (2003)

Harga tersebut di atas dalam bentuk bahan kering

Skenario produksi pakan complete feed untuk wilayah P. Jawa dan Bali tercantum pada Gambar 2. Dari skenario tersebut terlihat bahwa pakan untuk didistribusikan di Pulau Jawa dan Bali cukup diproduksi di Jawa Timur (Pasuruan), karena ketersediaan bahan baku, tingkat upah tenaga kerja dan harga bahan baku paling layak untuk kegiatan memproduksi pakan. Di samping itu, biaya transport antar propinsi di Jawa dan ke Bali masih dalam batas yang dapat ditoleransi.

Kapasitas pabrik untuk melayani kebutuhan pakan complete feed di Pulau Jawa dan Bali dirancang sekitar 50−100 ton/hari. Dengan model skenario pada Gambar 2, maka kisaran harga pakan complete feed untuk wilayah Jawa Barat sekitar Rp. 600/kg, Jawa Tengah Rp. 550/kg, Jawa Timur Rp. 400/kg dan untuk wilayah Bali Rp. 550/kg.

Kasus 3: Program pakan sapi potong berbasis limbah tebu di PG Jatitujuh

Sumberdaya bahan baku pakan di sekitar PG.Jatitujuh memiliki potensi yang sangat besar untuk agribisnis peternakan melalui pengembangan sistem integrasi tebu-ternak dan industri pakan dengan mengoptimalkan lahan, limbah tanaman tebu dan by-product industri gula. Lahan HGU yang dikelola PG.Jatitujuh seluas ± 12.000 hektar dikelilingi oleh 11 desa di dua wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Indramayu dan Majalengka. PG.Jatitujuh memiliki potensi dalam menghasilkan bahan baku untuk diolah menjadi pakan lengkap (complete feed) dari limbah tanaman tebu (pucuk dan daun tebu), limbah pengolahan gula (tetes/molase, pith) dan ampas tebu. Dengan demikian bila potensi tersebut dioptimalkan, maka persoalan kekurangan pakan dapat diatasi. Pengembangan tebu-ternak-industri pakan secara integratif ini diharapkan akan berdampak positif baik terhadap kemajuan agribisnis ternak, kawasan kebun tebu dan perekonomian masyarakat yang mengandalkan hidupnya dari sektor peternakan di sekitar kawasan kebun tebu PG Jatitujuh.

Pengembangan sistem integrasi tebu-ternak merupakan upaya terpadu lintas sub-sektor yang cukup strategis dan bernilai saling menguntungkan karena akan mendorong terwujudnya pengembangan agribisnis

(9)

peternakan dan perkebunan yang berdaya saing. Visi pembangunan agribisnis perkebunan ke depan adalah mewujudkan sistem dan usaha perkebunan yang efisien, produktif dan berdaya saing tinggi untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat secara berkeadilan dan berkelanjutan melalui pengelolaan sumberdaya lokal secara optimal. Beberapa alasan mengapa perlu dikembangkan pola integrasi tebu-ternak di PG Jatitujuh antara lain: a).usaha perkebunan monokultur/single product rentan terhadap berbagai resiko, b).untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman dari pupuk buatan semakin mahal, sehingga substitusi dengan pupuk organik akan mengurangi biaya dan memperbaiki kesuburan tanah, c).tenaga ternak dapat dimanfaatkan untuk angkutan pada kegiatan-kegiatan tertentu. Pada skala mikro, integrasi tebu-ternak akan memberikan manfaat timbal balik dan menambah penghasilan baik untuk perusahaan maupun masyarakat sekitar, melalui penjualan hasil ternak, limbah tanaman dan ternak, menyediakan tambahan lapangan kerja, serta mendukung keberlanjutan usahatani tanaman tebu maupun ternaknya.

Dalam pengembangan sistem integrasi tebu-ternak di PG Jatitujuh, dilengkapi dengan

industri pakannya melalui pengolahan limbah tebu dan hasil samping industri gula. Kemandirian dalam pengadaan pakan tersebut dirasa penting untuk mendukung proses perubahan cara beternak masyarakat dari pola digembalakan menjadi dikandangkan. Potensi biomas sebagai sumber serat maupun limbah hasil samping industri gula dalam kawasan PG Jatitujuh dicantumkan pada Gambar 3.

Pengembangan dilakukan secara terpadu dan bertahap dengan melibatkan partisipasi masyarakat di lokasi sasaran. Kegiatan diawali dengan pengadaan alat pemotong (chopper) untuk memproses daun tebu sebagai sumber serat. Alat pemotong dioperasikan oleh kelompok peternak yang sudah dibina selama ini di 7 desa (Desa Sumber, Rawa Bolang, Pilangsari, Babajurang, Jatiraga, Sukamulya, dan Loyang) dengan sistem kredit. Pakan

starter/konsentrat diproduksi oleh PG.Jatitujuh

sebagai bahan campuran daun tebu untuk suplemen. Perbandingan komposisi antara daun tebu dengan pakan starter disesuaikan dengan standard kebutuhan ternak. Untuk tujuan pembibitan perbandingan sumber serat (daun tebu) : pakan starter antara 8 : 2; sedangkan untuk penggemukan sumber serat : pakan starter antara 6 : 4.

Komposisi bahan:

Gambar 2. Skenario produksi pakan CF untuk wilayah Pulau Jawa dan Bali JATIM Tumpi jagung (Rp 80/kg) Bungkil kapok (Rp 650/kg) Bungkil kopra (Rp 750/kg) Tetes (Rp 500/kg) Pro-rich (Rp 400/kg) Vit-rich (Rp 525/kg) Ampas tebu (Rp 125/kg) Pith (Rp 70/kg) Kulit kacang (Rp 150/kg) Kulit kopi (Rp 170/kg) Pucuk tebu (Rp 150/kg) Jerami kedele (Rp 125/kg) Jerami kacang (Rp 125/kg) Complete feed Prosesing (Rp 60/kg) Packaging (Rp 25/kg) Rp 400/kg

Complete feed Complete feed Rp 550/kg Rp 600/kg

JATENG

(10)

Gambar 3. Potensi biomas dan limbah industri gula di PG Jatitujuh Sumber: DJOENTORO et al. (2004)

Kelompok peternak binaan yang sudah memiliki alat chopper dapat memanfaatkan daun tebu kering yang ada di kebun PG Jatitujuh sesuai anjuran dan petunjuk teknis dari petugas PG.Jatitujuh. Daun tebu tersebut dipotong-potong dan dikemas dalam karung-karung untuk disimpan, kemudian dapat dicampur dengan pakan starter bila peternak akan memberikan ke ternaknya sesuai formula di atas. Jumlah daun tebu dan pakan starter yang diproses disesuaikan dengan jumlah ternak dan kebutuhan pakan untuk setiap kelompok.

KESIMPULAN

1. Pengembangan teknologi pakan untuk mendukung agribisnis sapi potong dalam pola integrasi tanaman-ternak harus mempertimbangkan kondisi AEZ dan ketersediaan sumberdaya pakan lokal setempat. Pilihan inovasi teknologi harus mampu mengintegrasikan berbagai potensi, peluang dan kepentingan setiap wilayah sehingga mampu meningkatkan daya saing, berkelanjutan serta mampu merespon dinamika pasar.

2. Teknologi pakan lengkap (complete feed) yang memanfaatkan bahan baku lokal spesifik lokasi sebagai alternatif “feeding strategy” telah siap untuk diaplikasikan secara meluas di berbagai kondisi AEZ dan daerah.

3. Beberapa keunggulan pengembangan pakan berbasis bahan baku lokal antara lain harga lebih murah dengan kualitas standard, mudah dalam pengumpulan bahan baku dan distribusi produk, nilai tambah dari kegiatan prosesing pakan diperoleh langsung para peternak, serta dapat menumbuhkan embrio usaha agroinput pada skala usaha kecil dan menengah di daerah-daerah sentra produksi sapi potong.

DAFTAR PUSTAKA

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBA TIMUR. 2003. Laporan studi pemanfaatan limbah pertanian dan limbah agroindustri sebagai bahan baku pakan ternak complete feed di Kabupaten Sumba Timur. Kerjasama Dinas Peternakan Sumba Timur dengan PT Prima Feed Pasuruan. Tebu Daduk (5%) Pucuk (14%) Batang (81%) Belum diolah (12,8%) Wafer (diekspor) Mulsa (5%)

Gula (52 ribu ton)

Ampas (228 ribu ton)

Blotong (26 ribu ton) Tetes (29 ribu ton)

(11)

DJOENTORO, SRIRANTO, R. HARDIANTO dan D.E. WAHYONO. 2004. Pengembangan integrasi tebu-ternak-industri pakan dalam sistem produksi gula dengan pola zero waste di PG Jatitujuh. Lokakarya pengembangan kawasan industri peternakan dengan sistem integrasi tebu-ternak dalam rangka peningkatan daya saing produk peternakan. Kerjasama Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan dengan PT PG Rajawali II Cirebon.

DIWYANTO K., DIDIEK E. WAHYONO dan RULY HARDIANTO. 2003. Program pengembangan agribisnis sapi potong lokal dan pakan murah untuk meningkatkan daya saing pasar (Studi Kasus Sapi Sumba Ongole di Pulau Sumba). Makalah Rapim Badan Litbang Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

HARDIANTO,R. 2004. Studi Potensi Pengembangan Industri Pakan Dari Bahan Baku Lokal di Kabupaten Sumba Timur. Makalah dalam Seminar Nasional Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Agribisnis. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur, Malang.

HARDIANTO, R. 2004. Pengembangan Sistem Integrasi Terpadu Tebu-Ternak-Industri Pakan Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di PG Jatitujuh Cirebon. Makalah dalam Seminar Nasional Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Agribisnis. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur, Malang.

WAHYONO, D.E., R. HARDIANTO, C. ANAM, D.B. WIJONO,T.PURWANTO dan M.MALIK. 2003. Strategi pemanfaatan limbah pertanian dan agroindustri untuk pembuatan pakan lengkap ruminansia. Makalah Seminar Nasional Pengembangan Sapi Potong, Lembang, Jawa Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian, Bogor. WAHYONO, D.E. 2001. Pengkajian teknologi

complete feed pada ternak domba. Pros. Hasil Penelitian dan Pengkajian Sistem Usahatani di Jawa Timur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso, Malang.

DISKUSI Pertanyaan:

Apakah usaha ternak sapi yang dilakukan oleh peternak dengan jumlah pemeliharaan satu ekor masih menguntungkan? Apakah tidak sebaiknya menjadi usaha kelompok?

Jawaban:

Masih menguntungkan, asalkan biaya pakan sapi murah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pakan dibuat secara berkelompok, sehingga murah.

Gambar

Tabel 1. Contoh jenis-jenis bahan baku pakan dari limbah pertanian dan perkebunan dan limbah agroindustri
Tabel 2. Kandungan nutrisi beberapa bahan pakan asal limbah pertanian dan perkebunan
Tabel 4. Komposisi nutrisi complete feed untuk penggemukan dan pembibitan
Tabel 5. Beberapa bahan baku yang tersedia di wilayah Sumba Timur
+5

Referensi

Dokumen terkait

penggunaan mulsa sampai 35 hst meng- hasilkan hasil yang lebih tinggi diban- dingkan dengan perlakuan tanpa mulsa pada pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, luas

Hasil interview atau wawancara, Subjek berinisial ORC dari kondsi fisik atau fisiologis sebelum bertanding dalam kedaan baik akan tetapi pada saat sesudah

Kutipan dialog tersebut merupakan salah satu konflik eksternal yang terdapat dalam naskah Mega-Mega karena dialog ini berisi pertentangan yang terjadi diantara kedua

Fenomena gender dalam ornamen/ dongkari tersebut dalam perwujudannya ditunjukkan oleh adanya ornamen/ dongkari yang bersifat maskulin dan feminin yang masing-masing biasa

Teori Interaksi simbolik dapat diterapkan sebagai pisau analisis film pendek Indonesia bejudul Kuncup, Grieving Dreams (Anak Lanang), dan Dewi Goes Home (Dewi

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.. Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apa yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang

Pengaruh waktu kontak dan kecepatan pengadukan terhadap kapasitas adsorpsi karbon aktif dengan aktivasi KOH dan NaOH berturut- turut dapat dilihat pada gambar 3 dan gambar

Pada laporan ini juga akan dijabarkan kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam skenario seperti pendalaman-pendalaman karakter, adegan-adegan yang luput, proses-proses