INDONESIA HIJAU 2019
Bersih. Adil. Lestari.
PEMBUKAAN
Sebuah
cita-cita
.
Sesungguhnya kesinambungan hidup di alam semesta adalah tanggung jawab seluruh umat manusia. Daya hidup, keragaman dan keindahan jagat raya, dengan tanpa pernah susut dan bahkan meningkat, merupakan hak kehidupan generasi mendatang.
Dengan demikian, kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 sejatinya adalah membela hak manusia Indonesia atas semesta yang utuh dan berdaya. Oleh sebab itu, penjajahan dan eksploitasi kehidupan yang berlangsung berabad-abad dengan segala bentuknya harus dihentikan.
Kita, kaum hijau Indonesia sadar bahwa kesewenang-wenangan yang telah menciptakan penderitaan hayati yang luas, kepunahan spesies, kemerosotan martabat kemanusiaan serta kesenjangan hidup yang ekstrim, memerlukan perlawanan yang luhur demi kemerdekaan lingkungan semesta.
Kita, kaum hijau Indonesia percaya bahwa kemerdekaan lingkungan semesta adalah kelangsungan cita-cita bangsa yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menuju kehidupan yang berkelanjutan, mengokohkan kearifan ekologis, menghormati keragaman, memastikan demokrasi akar-rumput serta tegaknya keadilan sosial.
Kita, kaum hijau Indonesia yakin bahwa keniscayaan impian luhur tersebut hanya dapat diperoleh melalui praktik politik yang mampu melampaui perbedaan, mengutamakan pembangunan etika dan mendahulukan kemerdekaan warga yang berdaya, yang berguna serta terhindar dari nafsu berkuasa, mengontrol dan mendominasi semata. Bersama mereka yang tertindas serta melalui solidaritas kesadaran semesta, dengan ini, kaum hijau Indonesia berikhtiar mewujudkan tata dunia baru yang sehat, lestari, adil dan beradab.
Memuliakan kembali
partai politik
.
Indische Partij (1912-1913) partai politik pertama di Hindia Belanda.Suka tidak suka, kita harus mengakui partai politiklah yang menentukan kebijakan saat ini. Namun untuk bergabung dengan partai politik yang ada, selalu muncul keraguan. Alasannya macam-macam.
Mulai dari pemimpin, mekanisme, kebijakan sampai dengan pendanaan. Apalagi membangun partai politik secara mandiri, sulit sekali. Sudah banyak yang mencoba dan belum berhasil.
Nah, Partai Hijau Indonesia telah belajar dari banyak kegagalan dan kekurangan yang ada dan berusaha memperbaikinya dengan
memuliakan kembali partai politik.
Seperti “Tiga Serangkai” yang mempelopori partai politik pertama di Indonesia: Indische Partij (1912-1913).
Kita tak takut gagal, pantang menyerah dan selalu ingin memperbaiki.
demokrasi
yang
sesungguhnya
.
Demokrasi sejati adalah yang partisipatif: dimana setiap orang dapat terlibat dalam semua keputusan. Kita menyebutnya sebagai
demokrasi akar-rumput (grassroots democracy).
Convenor: (n) a person who convenes /chairs a meeting. Kelompok Kerja Anggota/ Juru Bicara
Praktik demokrasi akar-rumput akan memangkas birokrasi partai politik hingga nyaris tanpa pemimpin (leaderless) hingga terbentuk
struktur yang efisien serta dinamis. Yang cukup bertumpu pada:
konvenor dan kelompok kerja.
Konvenor bukanlah penguasa partai. Motor PHI justeru terletak
pada Kelompok Kerja yang dibentuk berdasarkan minat anggota. Singkatnya: "setiap anggota adalah pemimpin dari impiannya
sendiri".
“Demokrasi tanpa partisipasi adalah otoritarianisme terselubung.”
menempa kepemimpinan
dwitunggal
.
“Jangan jadikan negara kekuasaan. Kita menghendaki negara PENGURUS, kita membangunkan masyarakat baru berdasar pada gotong royong, usaha bersama; tujuan kita adalah memperbaharui masyarakat.” (Moch. Hatta, Sidang BPUPKI, 15 Agustus 1945)
Partai Hijau Indonesia (PHI) akan dipimpin oleh dua orang konvenor, yakni satu orang laki-laki dan satu orang perempuan. Mulai dari tingkat nasional sampai dengan basis.
Ini adalah model kepemimpinan bersama (collaborative leader) atau kolektif-kolegial. Tujuannya untuk melatih pengurus berbagi kuasa (sharing power), menghindari praktik kekuasaan yang bertumpu pada satu orang dan sekaligus menghidupkan semangat “dwitunggal”.
Pengalaman pasca reformasi menunjukkan banyak pemimpin yang tak bisa bekerja secara kolaboratif dan kolektif.
Disisi lain, kita ingin memberikan ruang seluas-luasnya bagi perempuan untuk memimpin. Kita mau jaminan politik yang adil bagi perempuan.
Dan juga terpenting adalah memperkuat makna kata “pengurus” pada fungsi konvenor untuk mewujudkan demokrasi akar rumput yang sejati.
menjunjung kembali
musyawarah
.
Dalam politik hijau, cara mengembalikan daulat warga adalah
mempraktikan pengambilan keputusan dengan metode
Konsensus. Konsensus adalah nama lain dari musyawarah untuk
mufakat.
Terdengar akrab? Benar. "Musyawarah" sebagai nilai dasar yang kita miliki selama ini dan ternyata telah berkembang sedemikian rupa.
Kemajuan politik hijau di dunia telah menerapkan praktik yang arif ini dalam pengambilan keputusan untuk menemukan keutamaan dari berembuk: respek, kesepahaman dan kesepakatan.
Kita ingin melindungi suara minoritas dengan selalu mencari titik temu bersama dan daripada menyingkirkannya melalui voting, meski itu dianggap demokratis.
Bukan asal menang-kalah.
“In matters of conscience, the law of the majority has no place.” (Mahatma Gandhi)
bertumpu pada
masyarakat sipil
.
Hasilnya, kita telah mengembangkan Partai Hijau Indonesia (PHI) memiliki mekanisme kerjasama, belajar dan berporos pada kekuatan organisasi masyarakat sipil (OMS) yang ada di Indonesia. Jadi, tak hanya LSM, tapi juga organisasi masyarakat yang tentunya selama ini selaras dengan perjuangan kita.
Kita menilai begitu banyak SDM dalam OMS yang kemudian disia-siakan. Pembangunan karakter sosial dan pengalaman politik para aktivis pada masa purnanya justeru menjauhi atau sebaliknya, tenggelam dalam praktik partai politik yang kotor.
Ini bukti kalau kebutuhan akan partai politik yang dapat mengaktualisasikan para “aktivis baik” tersebut jelas mendesak. PHI telah didesain, tidak hanya memberikan ruang yang seluas-luasnya tapi juga memberikan jalan untuk memenangkan gagasan mereka. Tak hanya itu, PHI akan mendidik anggota-anggotanya pada OMS-OMS tersebut. Dengan demikian, kehadiran PHI justeru akan memperkuat masyarakat sipil di Indonesia.
Pada 18 Juni 2012 atau hampir dua pekan setelah Partai Hijau Indonesia dideklarasikan (5 Juni 2012), Harian Kompas menurunkan tulisan (alm.) Ivan A. Hadar dengan judul: “Partai Hijau, Partai LSM”. Dari tulisan itu, kita bertemu dan
melampaui
ideologi
.
Lantas, mengapa harus Partai Hijau atau partai yang berwawasan lingkungan? Mengapa tidak partai politik lain?
Karena kita ingin sesuatu yang dapat melampaui segala perbedaan termasuk kelas dan sekat sosial. Kita mau yang secara alami memiliki sifat non divisif (tidak dapat dibeda-bedakan). Kita ingin mendamaikan perdebatan ideologi kiri, tengah dan kanan.
Kita menginginkan partai politik yang mempraktikan demokrasi partisipatoris, yang melibatkan seluruh anggota dalam membangun partai dan mustahil untuk dikuasai oleh sekelompok orang.
Hanya Partai Hijau Indonesia yang demikian.
“Kami tidak di kiri ataupun di kanan. Kami di depan.” (Charlene Spretnak & Fritjof Capra, 1984) “Kita tidak di kiri ataupun di kanan. Kita di depan.” (Charlene Spretnak & Fritjof Capra, 1984)
bersifat
non-divisif
.
non divisive [nǒn dɪˈvaɪsɪv]
1. tidak menyebabkan perselisihan dan permusuhan.
2. melampaui segala pembedaan, baik itu agama, ras, kelas, nasional atau ideologi lainnya.
3. tidak dapat dikelompokkan ke dalam kategori konvensional yang bersifat membeda-bedakan.
non divisively adv non divisiveness n
mempraktikan
partai etik
.
”..,yaitu mendahulukan etika politik hijaudi atas kepentingan apapun.”
(penggalan Anggaran Dasar Partai Hijau Indonesia, Pasal 4 Ayat 3.b)
Kita pecaya kekerasan (fisik dan verbal) bukan alat, jalan, apalagi solusi. Kekerasan hanya akan memicu kekerasan dan menimbulkan ketakutan.
tanpa kekerasan.
Kita tidak akan berpura-pura dalam berpolitik. Kita jujur dan terang-benderang dalam memperjuangkan tujuan. Bagi kita, politik adalah membangun kepercayaan.
Kepada hal-hal yang berlawanan dengan nilai-nilai, kita wajib intoleran. Terutama pada: Pelanggar HAM, Korupsi dan Perusak Lingkungan.
transparan.
“.. yaitu mempraktikkan politik yang memerdekakan, memberdayakan dan berguna bagi masyarakat di atas politik kekuasaan dan/atau keinginan untuk menguasai, mengontrol, apalagi mendominasi.”
(penggalan Anggaran Dasar Partai Hijau Indonesia, Pasal 4 Ayat 3.c)
mempromosikan
politik daya-guna
.
Bukan kekuasaan yang mengontrol apalagi mendominasi. Jika kita yakin pada seseorang yang bersih: dorong, promosikan dan menangkan. Kepada mereka yang masih ragu: yakinkan. Kepada mereka yang masih membantah: insyafkan.
kekuasaan yang menguatkan.
Kita tidak akan menunggu kekuasaan dalam berpolitik. Karena: “Dunia tidak terancam oleh orang yang jahat tetapi oleh mereka yang hanya menonton tanpa melakukan apapun. “
Politik jangan diperumit. Kerja kita sederhana, misalnya: (1) Mempromosikan kaum hijau; (2) Membantu orang baik; (3) Membujuk peragu; (4) Menginysafkan orang jahat. inisiatif. simpel.
berpikir
global
. bertindak
lokal
.
bergerak
kolektif
.
bukan Indonesia bukan Indonesia bukan Indonesia bukan Indonesia bukan Indonesia “Ini cara sebagian dari kita memandangdunia.”
“Ini cara
beberapa dari kita memandang dunia.”
bukan Indonesia
“Ini cara Partai Hijau Indonesia memandang
dunia.” Dunia itu parsial.
Terpecah-pecah. Terbagi-bagi.
Yang lain itu bukan kita. Hanya kita, tiada yang lain.
Bumi itu satu. Kita hidup bersama. Kita adalah mereka. Mereka juga kita. Dengan segala keragamannya. Indonesia berhak atas kesetaraan di bumi. Indonesia harus melestarikan dirinya, bumi dan jagad raya.
Kita mengakui Pancasila dan Piagam Kaum Hijau Sedunia. Dari kedua prinsip ini kita membangun nilai-nilai hijau yang sesuai bagi Indonesia.
setia pada
prinsip
.
Keberlanjutan 1. Tanpa kekerasan 2. Menghormati perbedaan 4. Demokrasi partisipatoris 5. Keadilan sosial 6. Kearifan ekologis 3.Ketuhanan yang maha esa 1.
Persatuan Indonesia 3.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakilan 4.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 5.
Kemanusiaan yang adil & beradab 2.
PIAGAM
KAUM HIJAU SEDUNIA PANCASILA
Keberlanjutan hidup
Persatuan dalam keragaman Demokrasi akar-rumput Keadilan sosial Kearifan ekologis 1. 3. 4. 5. 2.
kita menyebutnya
panca budi
.
“Melestarikan kehidupan, hidup berkelanjutan.” Itulah motto PHI. Yang berarti berupaya melindungi dan memperbaiki kehidupan yang telah diciptakan-Nya.
Persatuan dalam keragaman.
3. Keadilan sosial. 5. Keberlanjutan hidup. 1. Kearifan ekologis. 2. Demokrasi akar-rumput. 4.
Keragaman adalah fitrah kehidupan. Menyatukannya bukan menjadikannya satu tapi dengan menjaga tiap satu kehidupan untuk tetap hidup.
Keadilan bukan sekadar kesetaraan perlakuan tetapi memaksa yang kuat membantu yang lemah.
Kita tidak sedang dan sekadar melindungi lingkungan. Kita tengah membangun dunia dimana
lingkungan terjaga baik dengan sendirinya.
Dengan kemajuan teknologi informasi dan organisasi, yang dilandasi tekad untuk merdeka, demokrasi yang dipimpin oleh akar-rumput hanyalah soal waktu.
pendanaan yang
berkelanjutan
.
Kita sadar bahwa tidak mungkin membersihkan apapun dengan yang kotor. Kami terus
mengembangkan berbagai regulasi yang ketat dalam penerimaan dana. Supaya tumbuh dengan sehat.
Politik adalah soal kepercayaan (trust). Melalui teknologi, siapapun dapat
memeriksa informasi keuangan kita secara terbuka.
Kemandirian partai hanya dapat diwujudkan dengan gotong royong. Pendanaan kolektif membuat setiap anggota memiliki hak yang sama.
Kita terus membangun pengelolaan dana yang berorientasi pada kepentingan publik secara berkesinambungan dan kreatif.
Lestari. 4. Bersih. 1. Transparan. 2. Mandiri. 3.
dibangun melalui
proses
.
1980-1998
Sejumlah organisasi lingkungan, seperti Wahana Lingkungan Hidup Indonesia/Walhi
(15 Oktober 1980) dan aktivisme politik tumbuh hingga terjadi Reformasi 1998.
1998
Partai Hijau didirikan (21 Oktober) oleh
Dr. Widyatmoko & Dr. Ign. Heruwasto. Gagal mengikuti Pemilu 1999. Pada 2012, para pendirinya sudah bergabung dengan PHI.
2005
Walhi mendirikan Badan
Pekerja Persiapan
Pembentukan Organisasi Politik Kerakyatan (4 Maret).
2006
Sejumlah aktivis mendeklarasikan Blok
Politik Hijau (24 April).
2007
Sarekat Hijau Indonesia
didirikan (6 Juli) di Pondok Gede, Jakarta.
2012
Bersamaan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia,
Partai Hijau Indonesia
dideklarasikan (5 Juni) di
Bandung oleh SHI dan sejumlah aktivis.