• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PERMAINAN TRADISIONAL DENGKLENG DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KESEIMBANGAN TUBUH ANAK KELOMPOK A SINGARAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN PERMAINAN TRADISIONAL DENGKLENG DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KESEIMBANGAN TUBUH ANAK KELOMPOK A SINGARAJA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PERMAINAN TRADISIONAL DENGKLENG DENGAN

METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN

KESEIMBANGAN TUBUH ANAK

KELOMPOK A SINGARAJA

Luh Ayuning Sundari

1

, Ni Ketut Suarni

2

, Putu Aditya Antara

3 1,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

2

Jurusan Bimbingan Konseling

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

ayuning_sundari94@yahoo.com

,

Tut_arni@yahoo.com

,

Putuaditya.antara@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keseimbangan tubuh pada anak kelompok A semester II di TK Kartika VII-3 Singaraja dengan menerapkan permainan tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang mana penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah anak kelompok A TK Kartika VII-3 Singaraja semester II tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 25 anak dengan 14 anak laki-laki dan 11 anak perempuan. Data penelitian tentang keseimbangan tubuh anak diperoleh dengan menggunakan metode observasi. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif kualitatif dan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif. Hasil analisis menunjukan bahwa terjadi peningkatan keseimbangn tubuh pada anak kelompok A pada siklus I sebesar 58% yang berada pada kategori rendah ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 89% yang tergolong pada kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan terjadi peningkatan keseimbangan tubuh anak dengan menerapkan permainan tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi pada anak yaitu sebesar 31%. Kata-kata kunci : Dengkleng, Demonstrasi, Keseimbangan.

Abstract

This study aims to know the balance improvement in child’s body made by group A studenst of second semester in TK Kartika VII-3 Singaraja with traditional game, namely “Dengkleng” by using demonstration method. This study was designed in form of classroom action reseacrh wich was done in two cycles. The subject of this study was 25 students with 14 boys and 11 girls of group A of second semester in TK Kartika VII-3 Singaraja in academic year 2015-2016. The datas were gotten by using observations wich was analyzed using descriptive statistically and quantitative descriptive statistically. The result of the analysis shown the balance improvement in child’s body of group A in first cycle was 58% that meant was at low level. Mean while in second cycle shown the improvement was 89% that was categorized at high level. Therefore, it shown there was an improvement of the child’s body by applying the traditional game “Dengkleng” with demonstration method was 31%.

Keywords : Dengkleng, Demonstration, Balance ds: Method demonn, meontessori theory, fine motor skills

(2)

PENDAHULUAN

Taman Kanak-kanak (TK) merupakan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang bertujuan untuk membantu mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, fisik/motorik, dan seni untuk siap memasuki pendidikan selanjutnya, maka dari itu pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia terutama pada usia dini. Masa usia dini merupakan masa dimana dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, apa yang diterima anak pada masa usia dini akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

Perkembangan fisik anak diusia dini pertumbuhannya perlu mendapatkan perhatian yang serius. Hal tersebut dikarenakan kurang optimalnya stimulasi yang dapat menghambat pertumbuhan anak. Salah satu perkembangan fisik yang perlu dicermati yaitu perkembangan fisik motorik anak. Perkembangan fisik motorik terdiri dari 2 bagian yaitu motorik halus dan motorik kasar. Motorik halus yaitu kemampuan anak yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan koordinasi otot-otot halus atau kecil. Sedangkan motorik kasar adalah gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar sebagian atau seluruh anggota tubuh. Motorik kasar anak sangat penting untuk kesehatan anak.

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Menurut Hurlock (dalam Mirroh, 2013:27) menyebutkan melalui keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang, anak dapat merubah dirinya dari kondisi tidak mampu menjadi mampu, dan membantu anak untuk dapat bermain dan bergaul dengan teman sebayanya. Semakin anak terampil menguasai gerakan motoriknya maka kondisi badan anak akan sehat karena banyak melakukan gerakan.

Motorik kasar yaitu gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Kemampuan motorik kasar pada anak berumur 4-5 tahun menurut Sujiono (dalam Kristanto, 2015) yaitu anak dapat berjalan pada garis lurus kedepan atau kebelakang, berjalan di papan keseimbangan, dapat melompat sambil berlari, melompat di tempat dengan satu kaki, berdiri dengan satu kaki selama 5 detik, melompat ke depan 10 kaki tanpa terjatuh, mampu berlari, menikung, dan berhenti secara efektif, Berdiri dengan kedua tumit dirapatkan, tangan di samping, tanpa kehilangan keseimbangan.

Mirroh (2013:69) menyatakan,dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar anak ada 3 cara yang di tempuh yaitu, coba-coba, anak melakukan kegiatan dengan cara coba-coba tanpa adanya bimbingan. Meniru, anak mengamati suatu model bisa orang tua, kakak, atau teman-temannya. Pelatihan, anak belajar dengan bimbingan orang tua atau pengasuhnya sehingga dapat meniru dengan tepat.

Menurut Wicaksono (dalam Margareta, 2015) “Melalui latihan motorik, anak memperoleh keterampilan penguasaan keseimbangan badan yang nantinya akan sangat diperlukan disetiap kegiatan dan stimulasi motorik kasar di usia dini akan meningkatkan kemampuan motorik halus dimasa mendatang”. Menurut Poerwadarminta (dalam Rahyuni, 2014:220) Keseimbangan berasal dari kata “seimbang” yang mendapat imbuhan ke-an, seimbang memiliki arti setimbang, sebanding, setimpal; sama beratnya (kuatnya dsb), keseimbangan berarti keadaan seimbang. Keseimbangan tubuh merupakan kemampuan untuk mempertahankan seimbang dalam berbagai posisi tubuh yang selalu berubah-ubah pada saat melakukan gerakan dimana tenaga yang berlawanan mampu menjaga pusat berat badan. Rahyubi (2014:220) menyatakan keseimbangan (ekuilibrium) adalah pengindraan yang menyangkut perasaan ketika badan kita seimbang, bahkan saat memutar atau membalikkan tubuh.

(3)

Rahyubi (2014:221) menyatakan keseimbangan dibagi menjadi dua, yaitu keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Keseimbangan statis adalah kemampaun mempertahankan posisi tubuh tertentu untuk tidak bergoyang atau roboh, dapat juga diistilahkan keseimbangan pada tubuh saat tubuh diam contohnya pada saat berdiri dengan satu kaki. Keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh untuk tidak jatuh pada saat bergerak.

Untuk membantu meningkatkan keseimbangan tubuh maka perlu dipergunakan metode yang tepat. Dengan menggunakan metode demonstrasi anak lebih mudah untuk mengikuti langkah-langkah permainan. Putra (dalam Magta, 2015) menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung obyek atau cara melakukan untuk mempertunjukkan proses tertentu. Melalui metode demonstrasi penerimaan anak terhadap pelajaran akan lebih berkesan, karena anak akan dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama demonstrasi berlangsung (dalam Wirya, 2014).

Rahyubi (2014:239) menyatakan tujuan dari metode demonstrasi yaitu memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya atau bekerjanya suatu proses atau langkah-langkah kerja dari suatu alat atau instrumen tertentu kepada anak. Metode demonstrasi mempermudah anak mengamati setiap proses atau setiap langkah kegiatan. Anak akan dapat mengamati dengan baik langkah-langkah kegiatan karena metode demonstrasi dilakukan dengan cara memperagakan, mencontohkan, dan mengajarkan setiap langkah kegiatan.

Metode demonstrasi memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yang telah dipaparkan diatas, dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu membuat anak lebih paham terhadap kegiatan yang akan diberikan sehingga anak mudah melakukan kegiatan tersebut, anak dapat mengikuti kegiatan sesuai dengan tahapannya, dan

anak dapat membandingkan antara teori dengan kenyataan.

Metode demonstrasi juga memiliki beberpa kekurangan dalam penerapannya sehingga peneliti akan memberikan solusi untuk mengatasi kekurangan tersebut agar tidak mempengaruhi dalam penerapan metode demonstrasi yaitu, mempersiapkan segala kebutuhan dengan matang, memaksimalkan alat dan bahan yang digunakan, dan memberikan pelatihan terhadap guru agar mudah ketika memberikan pemahaman pada anak.

Langkah pelaksanaan metode demonstrasi yaitu, pertama guru menjelaskan terlebih dahulu apa itu permainan dengkleng. Lalu guru mendemonstrasikan terlebih dahulu gerakan-gerakan dasar yang terdapat pada permainan tradisional dengkleng seperti berdiri dengan kaki menjinjit, berdiri dengan satu kaki, melompat dengan satu kaki. Setelah itu guru menjelaskan aturan-aturan dan media yang di gunakan untuk bermain tradisional dengkleng. Selanjutnya guru mendemonstrasikan langkah-langkah permainan tradisional dengkleng.

Bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak, yang dilakukan semata-mata untuk aktivitas sendiri dan bukan untuk memperoleh hasil yang lebih menarik. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bermain anak yaitu tingkat perkembangan fisik dan mental anak, interaksi antara orang tua dan anak, intensitas waktu anak bermain, ragam mainan dan permainannya.Permainan olahraga banyak menggunakan energi fisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan fisik anak, selain itu bermain olahraga dapat membantu anak bersosialisasi. Bermain dapat memacu perkembangan motorik pada beberapa area, yaitu: 1) koordinasi mata-tangan atau mata-kaki seperti saat menggambar, melempar, menangkap, 2) kemampuan motorik kasar seperti melompat, berbaris, melompat, berlari, berjingkat, berguling-guling, merayap, dan merayap (Sujiono, 2010:23).

Terdapat beberapa jenis permainan tradisional yang dapat membantu anak mengembangkan perkembangan motorik anak terutama motorik kasar, salah satu

(4)

permainan tradisional tersebut yaitu permainan dengkleng. Bermain dengkleng termasuk dalam jenis permainan sensorimotor yaitu motorik kasar. Menurut Diana (dalam Margareta, 2015) melompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari satu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau tidak lari, kemudian menumpu dua kaki dan mendarat dengan kaki atau anggota tubuh lainnya dengan keseimbangan.

Menurut Wahyuningsih (dalam Pratiwi dan Kristanto, 2014) menyatakan bahwa, “Permainan tradisional atau biasa yang disebut dengan permainan rakyat, yaitu permainan yang dilakukan masyarakat secara turun-temurun dan merupakan hasil dari penggalian budaya lokal yang didalamnya banyak terkandung nilai-nilai pendidikan dan nilai budaya, serta dapat

menyenangkan hati yang

memainkannya.Permainan tradisional pada umumnya dimainkan secara berkelompok atau minimal dua orang”.

Menurut Rahmawati (dalam Pratiwi dan Kristanto, 2014) “Permainan tradisional anak adalah proses melakukan kegiatan yang menyenangkan hati anak dengan mempergunakan alat sederhana sesuai dengan potensi yang ada dan merupakan hasil penggalian budaya setempat menurut gagasan dan ajaran turun temurun dari nenek moyang”. Alat yang digunakan untuk bermain tradisional berasal dari bahan-bahan sekitar lingkungan rumah dan mudah didapatkan oleh anak. Lindawati (dalam Margareta, 2015) menyatakan engklek atau dengkleng adalah permainan yang sudah ada secara turun temurun, permainanan ini dilakukan dengan cara berjalan atau melompat dengan menggunakan satu kaki. “Permainan dengkleng (dalam bahasa Bali) atau engklek (dalam bahasa Jawa) merupakan permainan tradisional lompat– lompatan pada bidang–bidang datar yang digambar diatas tanah, dengan membuat gambar kotak-kotak kemudian melompat dengan satu kaki dari kotak satu kekotak berikutnya” (Apriani, 2012). Cara bermain engklek menurut Aisyah (dalam Kristanto, 2015) dimulai dengan pemain melempar pecahan genting (gacuk) kedalam busur nomor 3. Selanjutnya melompat dengan

satu kaki (engkleng) pada kotak 1, 2, 3 danbrok bersamaan pada kotak 4 dan 5 (kaki kiri 4, kaki kanan 5), engkleng dikotak 6, dan brok bersama lagi pada kotak 7 dan 8. Setelah itu, berbaliksambil ‘brok’ pada kotak 8, dan 7. Dilanjutkan jongkok mengambil pecahan genting sambil tetap menghadap ke belakang. Setelah dapat kembali engkleng di kotak 6 dan brok di kotak 5 dan 4. Lalu, kembali ke start dan engkleng lagi di kotak 3.

Bermain dengkleng merupakan permainan tradisional yang dapat mengembangkan kemampuan motorik kasar anak. Bermain dengkleng sangat bermanfaat bagi anak karena mengkoordinasikan gerak kaki dan tangan anak untuk menjaga keseimbangan tubuhnya pada saat membawa benda pada telapak tangan anak, belajar melatih kesabaran pada saat membawa benda, memperkuat otot-otot anak, meningkatkan kepercaya diri anak ketika melompat, melatih konsentrasi anak pada saat melompat.

Permainan tradisional dengkleng tersebut dapat mengembangkan perkembangan motorik kasar pada anak yaitu pada keseimbangan tubuhnya. Permainan tradisional dengkleng dapat meningkatkan keseimbangan anak usia dini karena pada saat bermain anak menggunakan satu kakinya untuk melompat, anak melompat dan membawa gacuk di punggung telapak tangannya, anak melempar gacuk ke kotak, anak merunduk dengan satu kaki mengambil gacuk pada kotak. Anak berusaha untuk tidak jatuh pada saat melompat, merunduk mengambil gacuk di kotak. Dalam permainan dengkleng anak menggunakan semua otot-otot besar anak untuk bergerak. Permainan dengkleng memerlukan keseimbangan tubuh karena bermain dengkleng melatih anak untuk mempertahankan tubuhnya agar tidak terjatuh.

Peraturan permainan tradisional dengkleng yaitu gacuk dilempar kesalah satu kotak yang tergambar di tanah, kotak yang ada gacuknya tidak boleh diinjak/ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke kotak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi

(5)

kotak-kotak yang ada. Saat melemparkannya tidak boleh melebihi kotak yang telah disediakan jika melebihi maka dinyatakan gugur dan diganti dengan pemain selanjutnya.

Berikut langkah-langkah kegiatan permainan tradisional dengkleng yaitu dimulai dengan melemparkan pecahan genting (gacuk) ke dalam kotak 1, selanjutnya melompat dengan satu kaki (dengkleng) pada kotak 2, 3, kaki bersamaan brok pada kotak 4 dan 5 (kaki kiri 4, kaki kanan 5), dan mendengkleng pada kotak 5, lalu kaki bersamaan brok pada kotak 4 dan 6 (kaki kiri 4, kaki kanan 6), dan mendengkleng dikotak 6. Selanjutnya kaki bersamaan brok pada kotak 4 dan 7 (kaki kiri 4, kaki kanan 7), dan mendengkleng pada kotak 7, lalu kaki brok bersamaan di kotak 4, Selanjutnya kaki mendengkleng pada kotak 3 dan kotak 2. Pada kotak 2 anak merunduk dengan menggunakan satu kaki mengambil gacuk, setelah gacuk diambil, anak melompat kembali ke start. Anak dapat melemparkan gacuk ke kotak selanjutnya.

Umumnya di Taman kanak-kanak lebih mengembangkan pada kemampuan kognitif, bahasa. Sedangkan untuk perkembangan fisik motorik kasar intensitasnya sangat sedikit, hal tersebut dikarenakan guru beranggapan bahwa kemampuan motorik kasar anak telah berkembang pada saat anak istirahat dan bermain di halaman sekolah. Sebenarnya banyak hal yang luput dari perhatian guru untuk kemampuan motorik kasar seperti keseimbangan anak. Pada saat kegiatan olahraga anak terlihat kesulitan pada saat diminta untuk berdiri dengan satu kaki, anak belum mampu mengangkat satu kakinya. Berdasarkan hal tersebut peneliti menemukan masalah pada keseimbangan anak kelompok A yang berjumlah 25 anak. Peneliti merancang sebuah penelitian yang meneliti tentang penerapan permainan tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi untuk meningkatkan keseimbangan tubuh pada anak kelompok A semester II di TK Kartika VII-3 Singaraja. Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan maka akan diadakan sebuah penelitian dengan judul “Penerapan Permainan Tradisional Dengkleng dengan

Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan KeseimbanganTubuh Pada Anak Kelompok A Semester II Tahun Ajaran 2015/2016 di TK Kartika VII-3 Singaraja”.

METODE

Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) “Penelitian tindakan kelas

merupakan kegiatan secara siklus, berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus” (Iskandar, 2012:29).“PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif” (Agung, 2014:56).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK merupakan suatu pencermatan terhadapkegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yangsengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebutdiberikan oleh guru atau dengan arahan dari guruyang dilakukan oleh siswa (Suwarti, 2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji suatu permasalahan, yaitu membantu siswa dalam mencapai ketuntasan indikator yang ada dalam tingkat capaian perkembangan.

Penelitian ini dilaksanakan di TK Kartika VII-3 Singaraja. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun Ajaran 2015-2016. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok A semester II Tahun Ajaran 2015-2016 yang berjumlah 25 anak yang terdiri dari 14 anak laki-laki dan 11 anak perempuan. Sedangkan objek yang yang ditangani dalam penelitian ini yaitu keseimbangan tubuh pada anak kelompok A semester II Tahun Ajaran 2015-2016 di TK Kartika VII-3 Singaraja. Variabel terikatnya yaitu keseimbangan tubuh anak kelompok A, dan variabel bebasnya yaitu permainan tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi.

Pada penelitian ini tahap pelaksanaan yang dilakukan untuk meningkatkan keseimbangan tubuh anak. dalam peneltian ini menggunakan 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, refeleksi. Adapun gambar alur pelaksnaan penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini

(6)

Gambar 1. Desain Penelitian Tindakan Kelas (Kemmis & Taggart)

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu metode Observasi. Metode obserasi dilakukan untuk kegiatan anak pada saat anak melakukan kegiatan. Observasi dilakukan pada masing-masing siklus dengan menggunakan lembar observasi. Setiap kegiatan yang akan dinilai menggunakan lembar evalusi yang berpedoman pada teori-teori perkembangan anak yaitu dalam teori yang di paparkan oleh Hurlock dan Montessori.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi pengamatan. Observasi dilakukan untuk mengetahui peningkatan keseimbangan tubuh anak melalui permainan tradisional dengan metode demonstrasi. Setiap kegiatan yang diobserbasikan akan diberikan bintang sesuai dengan tingkat pencapaian anak. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan maka peneliti harus menyusun kisi-kisi instrumen penelitian penerapan permainan tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi untuk meningkatkan keseimbangan tubuh anak . HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di TK Kartika VII-3 Singaraja pada anak kelompok A semester II tahun ajaran 2015-2016 selama dua siklus menunjukan terjadi peningkatan

keseimbangan tubuh anak melalui permainan tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi. Pada saat observasi yang dilakukan di TK Kartika VII-3 peneliti melihat keseimbangan anak pada kelompok A semester II tahun ajaran 2015-2016 tergolong rendah. Sedangkan penelitian dikatakan berhasil apabila anak mengalami peningkatan keseimbangan tubuh yang tinggi.

Dari hasil pengamatan dan temuan peneliti selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan keseimbangan tubuh anak melalui permainan tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi masih berada pada kriteria rendah, maka hasil keseimbangan tubuh anak pada siklus I masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, penyebab anak memperoleh hasil yang rendah karena anak kurang fokus memperhatikan penjelasan guru.

Gambar 2. Grafik Polygon Siklus I

Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain anak kurang berkonsentrasi dalam menerima penjelasan dari guru, karena situasi di luar kelas sangat bising, beberapa anak masih terlihat tidak serius pada saat diajak melaksanakan kegiatan, masih banyak anak yang ragu-ragu untuk melaksanakan kegiatan

Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas

0 1 2 3 4 5 6 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Grafik Polygon Siklus I

Series 2 Mo = 16 Me = 17 M = 17,4

(7)

adalah menciptakan suasana yang menarik perhatian anak, guru mengajak anak bernyanyi sehingga anak fokus untuk menerima penjelasan, guru membimbing dan mendampingi anak ketika melakukan kegiatan agar anak mau serius untuk melakukan kegiatan, memberikan motivasi dan dorongan kepada anak untuk tidak takut untuk melaksanakan kegiatan.

Melalui perbaikan proses dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksanaan siklus II telah tampak adanya peningkatan yang diperlihatkan melalui peningkatan keseimbangan tubuh melalui permainan tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan siklus II adalah sebagai berikut, secara garis besar proses tindakan pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang direncanakan, sehingga keseimbangan tubuh anak dapat meningkat, peneliti dalam hal ini sebagai guru yang memberikan arahan pada anak apabila ada hal yang belum dipahami.

Gambar 3. Grafik Polygon Siklus II Berdasarkan perbaikan yang dipaparkan pada refleksi siklus I, maka siklus II diperoleh adanya peningkatan keseimbangan tubuh yaitu dari 58% pada siklus I meningkat menjadi 89% pada siklus II yang tergolong tinggi, yang berada pada tingkat penguasaan 80-89%. Dengan

demikian, pada siklus II keseimbangan tubuh anak melalui permainan tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi dikatakan berhasil sesuai dengan kriteria yang diharapkan.

Peningkatan keseimbangan tubuh melalui permainan tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi pada anak kelompok A seperti pada data diatas menunjukan bahwa penerapan permainan tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi dapat membantu anak untuk meningkatkan keseimbangan tubuh. Dengan demikian permainan tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi merupakan permainan yang cocok sebagai permainan yang digunakan untuk meningkatkan keseimbangan tubuh. Senada dengan penelitian di atas Kristanto (2014) menyatakan bahwa permainan dengkleng dapat mengembangkan kecerdasan anak yaitu kecerdasan kinestetik, permainan ini dilakukan dengan cara melompat dengan satu maupun dua kaki kesana kemari, maju mundur di dalam kotak yang terbatas dan melatih keseimbangan tubuh.

Dari hasil pengamatan dan temuan yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan siklus I terdapat beberapa

masalah yang menyebabkan

keseimbangan tubuh anak melalui permainan tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi berada pada kriteria rendah. Penyebab hal tersebut terjadi dikarenakan terdapat kendala-kendala sebagai berikut, anak kurang berkonsentrasi dalam menerima penjelasan dari guru, karena situasi di luar kelas sangat bising, beberapa anak masih terlihat main-main pada saat diajak melaksanakan kegiatan, masih banyak anak yang ragu-ragu untuk melaksanakan kegiatan. Thelen & Whiteneyeer (dalam Mirroh, 2013:30) mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempresepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi anak untuk melakukan sesuatu dan menggunakan pendapat anak untuk bergerak. Hasil yang rendah tersebut dapat dilihat pada hasil catatan wawancara dengan guru pada kode CW.01.a yaitu, “Guru: Kegiatan permainan dengkleng pada siklus I kurang efektif, karena anak-anak 0 2 4 6 8 23 24 25 26 27 28 29 30

Grafik Polygon Siklus

II

Series 2 M = 26,8 Me = 27 Mo = 28

(8)

tidak mau fokus untuk memperhatikan guru menjelaskan, anak tidak mau serius menjalankan kegiatan dan kegiatan tersebut belum pernah di terapkan”. Dari beberapa kendala-kendala yang dihadapi diupayakan beberapa solusi diantaranya yaitu menciptakan suasana yang menarik perhatian anak, memberikan motivasi kepada anak.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif kualitatif diperoleh presentse peningkatan keseimbangan tubuh anak melalui permainan tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi pada siklus I sebesar 58%. Untuk itu dilanjutkan ke siklus II, melalui perbaikan yang dilakukan tampak adanya peningkatan keseimbangan tubuh anak melalui permainan tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi yang diperoleh dari temuan-temuan sebagai berikut. Secara garis besar proses kegiatan dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan rencana harian yang telah direncanakan oleh peneliti, sehingga keseimbangan tubuh anak dapat tercapai dengan memberikan bimbingan dan tuntunan apabila ada anak yang belum mengerti. Dari temuan-temuan tersebut rata-rata presentase peningkatan keseimbangan tubuh anak melalui permainan tradisonal dengkleng pada siklus II diperoleh sebesar 89%.

Gambar 2. Grafik Peningkatan Keseimbangan Tubuh Antara Siklus I dan Siklus II

Penerapan permaian tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi dapat memberikan peningkatan besar terhadap keseimbangan tubuh anak. Ini menunjukan adanya peningkatan rata-rata presentase peningkatan keseimbangan tubuh melalui permaianan tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi dari siklus I ke siklus II sebesar 31%. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa penerapan permainan tradisional dngkleng dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan keseimbangan tubuh pada anak kelompok A semester II Tahun Ajaran 2015-2016 di TK Kartika VII-3 Singaraja.

SIMPULAN DAN SARAN

Terdapat peningkatan

keseimbangan tubuh anak kelompok A di TK Kartika VII-3 Singaraja setelah diterapkan permainan tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi sebesar 31%. Berdasarkan hasil analisis deskriptif kualitatif diperoleh presentse peningkatan keseimbangan tubuh anak melalui permainan tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi pada siklus I sebesar 58% yang berada pada kategori rendah. Penyebab rendahnya presentase tersebut terjadi dikarenakan terdapat kendala-kendala sebagai berikut, anak kurang berkonsentrasi dalam menerima penjelasan dari guru, karena situasi di luar kelas sangat bising, beberapa anak masih terlihat tidak serius pada saat diajak melaksanakan kegiatan, masih banyak anak yang ragu-ragu untuk melaksanakan kegiatan.

Untuk itu dilajutkan ke siklus II dengan melakukan perbaikan-perbaikan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Secara garis besar proses kegiatan pada siklus II dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan rencana harian yang telah direncanakan oleh peneliti, sehingga keseimbangan tubuh anak dapat tercapai dengan memberikan bimbingan dan tuntunan apabila ada anak yang belum mengerti. Presentase peningkatan keseimbangan tubuh anak melalui permainan tradisonal dengkleng pada siklus II diperoleh sebesar 89%. Ini menunjukan adanya peningkatan rata-rata presentase 0 20 40 60 80 100 siklus I siklus II

Grafik Histogram Peningkatan Keseimbangan Tubuh

Series 1

(9)

peningkatan keseimbangan tubuh melalui permaianan tradisional dengkleng dengan metode demonstrasi dari siklus I ke siklus II sebesar 31%.

Berdasarkan simpulan di atas, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. Kepada guru, disarankan lebih peduli terhadap perkembangan anak serta guru kreatif untuk memilih suatu tindakan yang sesuai dengan karakteristik anak. Memberikan motivasi dan dorongan kepada anak agar anak percaya diri pada saat melaksanakan kegiatan. Menciptakan suasana yang menarik perhatian anak, sehingga anak berkonsentrasi untuk menyimak penjelasan dari guru. Kepada kepala sekolah, disarankan mampu memberikan suatu informasi mengenai metode pembelajaran dan permainan yang dapat digunakan untuk menstimulasi perkembangan anak, sehingga kegiatan dapat berlangsung secara efektif, efesien dan inovatif. Kepada anak, disarankan lebih memperhatikan apa yang sedang guru jelaskan, sehingga anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik dan benar. Anak harus mempunyai rasa percaya diri pada saat melakukan kegiatan untuk mendapatkan hasil yang baik. Kepada peneliti, disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut sebagai penyempurnaan dari penerapan pernainan tradisional dengkleng dengan

metode

demonstrasi.

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian siklus I dan siklus II, dapat di simpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak kelompok A TK Santi Kumara Kelurahan Liligundi Kabupaten Buleleng setelah di terapk DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A. Gede. 2014. Metodologi

Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Undiksha.

Afandi, dkk. 2013. Orientasi Baru Pendidikan Anak UsiaDini. Jakarta: Prenada Kencana Group.

Apriani, Dian. 2012. Penerapan Permainan

Tradisional Engklek Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B RA AL Hidayah 2 Tarik. Tersedia pada

http://ejournal.unesa.ac.id/article/13 69/19/article.pdf.

Diakses tanggal 15 Maret 2016.

Fikriyati, Mirroh. 2013. Usia Emas. Yogyakarta: Laras Media Prima. Juita, Ratna. 2012. Peningkatan

Kemampuan Berhitung Anak Melalui Permainan Menakar Air Di TK Aisyiyah Koto Kasiak Maninjau.

Tersedia pada

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/ar ticle/download/1656/1426.diakses tanggal 12 april 2016.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistika Pendidikan (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha.

Kristanto, dkk. 2014. Upaya Meningkatkan

Kemampuan Motorik Kasar

(Keseimbangan Tubuh) Anak Melalui Permainan Tradisional Engklek Di Kelompok B Tunas Harapan Rimba II Tahun Ajaran

2014/2015. Tersedia pada

http://ejournal.upgrimg.ac.id/index.p hp/paudia/artcle/download/513/466. Diakses tanggal 15 Maret 2016. Kusumaningtyas, Nila. 2015. Upaya

Meningkatkan Keseimbangan Tubuh Anak Melalui Permainan Tradisional Kelereng Sendok Pada Kelompok B TK Mardisiwi II Tuksongo

Temanggung Tahun Ajaran 2015/2016.Tersedia pada http://e-journal.upgrismg.ac.id/index.php/pa udia/article/view/823. Diakses tanggal 15 Maret 2016.

Rahyubi, Heri. 2014. Teori-teori Belajar Dan

Aplikasi Pembelajaran Motorik.

Bandung: Nusa Media.

Margareta. 2015. Pengaruh Permainan

Engklek Terhadap Kemampuan Loncat Anak Usia 4-5 Tahun di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah

Pabelan. Tersedia pada

http://www.eprints.ums.ac.id/36765/ 1/NASKAH%25/sdcard/UCDownloa ds. Diakses tanggal 01 Desember 2015.

(10)

Novianti, dkk. 2015. Penerapan Metode

Demonstrasi Memalui Permainan Tradisional Engklek Untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Kasar Anak Kelompok B2 Semester II Tk Widya Santhi.

Tersedia pada

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.p hp/JJPAUD/article/download/5030/3 794. diakses tanggal 5 Maret 2016. Sujiono. 2010. Bermain Kreatif. Jakarta: PT

Index.

Sumiyati. 2011. PAUD Inklusi PAUD Masa

Depan. Jogjakarta: Cakrawala Institute.

Ulfah, dkk. 2013. Konsep Dasar Paud. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Gambar

Gambar  1.  Desain  Penelitian  Tindakan     Kelas (Kemmis & Taggart)
Gambar 3. Grafik Polygon Siklus II  Berdasarkan  perbaikan  yang  dipaparkan  pada  refleksi  siklus  I,  maka  siklus  II  diperoleh  adanya  peningkatan  keseimbangan  tubuh  yaitu  dari  58%  pada  siklus I meningkat menjadi 89% pada siklus  II  yang  t
Gambar  2.  Grafik  Peningkatan  Keseimbangan  Tubuh  Antara  Siklus I dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program perbaikan ( remedial ), pengayaan ( enrichment ), atau layanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat

Meda kartu muatan adalah meda yang berbentuk kartu, dbuat dar kertas karton de- ngan dua warna, satu warna dber tanda postf untuk mewakl blangan postf dan warna

Dan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan kesegaran jasmani dengan hasil belajar pada siswa kelas V sekolah dasar negeri 79 Pekanbaru

3. Kewjiban lain yang akan jatuh tempo di periode berjalan, misalnya: promes yang akan segera jatuh tempo. Lebih jauh lagi, laibilitas lainnya yang masuk klasifikasi jangka

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan langsung turun ke lapangan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan berkenaan dengan

Kami tertarik membahas bagaimana efek yang ditimbulkan oleh New Media dalam penggunaan model bisnis transportasi berbasis online dan persaingan dengan usaha

Tujuan penelitian ini untuk memahami interaksi yang terjadi antara redaktur dengan wartawan dalam rubrik Komunikasi Bisnis Malang Post serta konsekuensi

Dari identifikasi permasalahan yang dihadapi oleh Kantor Arsip Daerah, maka strategi dan kebijakan yang akan ditempuh Kantor Arsip Daerah Kabupaten Batang adalah sebagai berikut