• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP BUAH SALAK (Salacca edulis) DI PASAR TRADISIONAL KOTA SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP BUAH SALAK (Salacca edulis) DI PASAR TRADISIONAL KOTA SURAKARTA"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN

TERHADAP BUAH SALAK (Salacca edulis)

DI PASAR TRADISIONAL KOTA SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh:

FITRIANA DIAN SETYANINGSIH

H 0304071

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

▸ Baca selengkapnya: mangga salak pala dan gula di pasar dapat dijadikan

(2)

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP

BUAH SALAK (Salacca edulis) DI PASAR TRADISIONAL

KOTA SURAKARTA

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh:

Fitriana Dian Setyaningsih H0304071

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP BUAH SALAK (Salacca edulis) DI PASAR TRADISIONAL KOTA SURAKARTA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Fitriana Dian Setyaningsih

H 0304071

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal: 1 Mei 2009

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Susunan Dewan Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Ir. Sugiharti Mulya H., MP. Umi Barokah, SP.MP Ir. Rhina Uchyani F., MS NIP. 131 884 422 NIP. 132 317 845 NIP. 131 470 952

Surakarta, Mei 2009 Mengetahui, Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H.Suntoro, MS. NIP. 131 124 609

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar.

Skripsi yang berjudul Analisis Preferensi Konsumen terhadap Buah Salak (Salacca edulis) di Pasar Tradisional Kota Surakarta ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pelaksanaan penelitian serta proses penyelesaian skripsi ini dapat terlaksana dengan lancar berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bp. Ir. Catur Tunggal BJP, MS selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis FP UNS.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku pembimbing utama yang telah membimbing dan senantiasa menyediakan waktunya selama penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Umi Barokah, SP. MP selaku pembimbing pendamping yang telah membimbing dan senantiasa menyediakan waktunya selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Ir. Rhina Uchyani F.,MS selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, tuntunan serta saran yang berharga sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bp. Djumani, S.Pd dan Ibu Sukariyem, S.Pd atas kasih sayang dan dukungan baik materiil maupun spiritual yang selalu tercurah.

7. Mbak Ira dan Pak Samsuri atas semua bantuan administrasi selama ini.

8. Kepala Kantor berikut para staf Kesbanglinmas Kota Surakarta, Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, Bappeda Kota Surakarta, Dinas Pengelolaan Pasar

(5)

Kota Surakarta, Pasar Gede, Pasar Jongke, Pasar Legi, dan Pasar Klewer atas ijin dan bantuannya dalam penelitian

9. Seluruh konsumen buah salak yang telah bersedia menjadi responden dan diwawancarai sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar..

10.Segenap keluarga besar Agrobisnis angkatan 2004, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas kebersamaan yang telah kita lalui bersama selama kuliah ini. Kalian akan selalu menjadi kenangan indah.

11.Teman-teman kos “Insani” selama di Solo, yaitu mbak Desi, mbak Reny, mbak Ambar, Ratih, Nana, Peppy, Ika, Rina, Greta serta Fitri P.Terima kasih karena telah menjadi saudara dan keluarga selama penulis di kota Solo.

12.Semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Semoga Allah memberikan balasan atas segala kebaikan kepada semuanya, Amin. Sebagai salah satu tahapan dalam proses pembelajaran, penulis sadar bahwa tulisan ini tak luput dari segala kekurangan. Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan keterbatasan penulis serta mengharapkan kritik dan saran membangun yang dapat memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi masyarakat.

Surakarta, Mei 2009

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x RINGKASAN... xi SUMMARY... xii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Kegunaan Penelitian... 5

II. LANDASAN TEORI ... 6

A. Penelitian Terdahulu... 6 B. Tinjauan Pustaka ... 7 1. Komoditi Salak ... 7 2. Pemasaran ... 9 3. Perilaku Konsumen ... 9 4. Preferensi Konsumen ... 10 5. Atribut Produk... 11 6. Sikap... 12 7. Pasar Tradisional... 13

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah... 14

D. Hipotesis... 18

E. Asumsi-Asumsi... 18

F. Pembatasan Masalah... 18

G. Definisi Operasional... 18

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 21

A. Metode Dasar Penelitian ... 21

B. Metode Penentuan Lokasi... 21

C. Metode Penentuan Sampel ... 23

D. Jenis dan Sumber Data... 25

E. Teknik Pengumpulan Data... 26

F. Metode Analisis Data ... 26

1. Analisis Chi Square (X2)... 26

2. Analisis Multiatribut Fishbein ... 27

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ... 30

(7)

B. Keadaan Penduduk... 31

1. Pertumbuhan penduduk………... 31

2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin……… 32

3. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur………... 33

4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 33

5. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian………... 34

C. Keadaan Sarana Perekonomian... 35

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Hasil Penelitian ... 37 1. Karakterisik Responden ... 37 a. Jenis Kelamin... 37 b. Usia ... 38 c. Tingkat Pendidikan ... 38 d. Jenis Pekerjaan... 40

e. Pendapatan Rumah Tangga Konsumen ... 42

f. Jumlah Anggota Keluarga... 43

2. Perilaku Beli Konsumen ... 44

a. Tempat dan Alasan Pembelian... 45

b. Frekuensi Pembelian Buah Salak... 45

c. Jumlah Pembelian ... 46

d. Tujuan Pembelian... 47

3. Preferensi Konsumen terhadap Atribut-atribut Buah Salak... 48

4. Keyakinan dan Evaluasi... 49

B. Pembahasan... 51

1. Preferensi Konsumen terhadap Atribut-atribut Buah Salak... 51

2. Tingkat Kepentingan Atribut Buah Salak menurut Konsumen ... 54

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Tiap 100 Gram Buah Salak dari Bagian

yang Dapat Dimakan……… 8 Tabel 2. Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan per Kapita

untuk buah-buahan di Kota Surakarta Tahun 2002……… 21 Tabel 3. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang Buah di Pasar Tradisional

di Surakarta... 22 Tabel 4. Tempat Pembelian Buah Salak, Jumlah Pedagang Buah, dan

Jumlah Responden di Pasar Tradisional Kota Surakarta………… 25 Tabel 5. Luas Lahan Menurut Penggunaan di Kota Surakarta... 30 Tabel 6. Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1980-2005... 31 Tabel 7. Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin

Tahun 1980-2005... 32 Tabel 8. Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur

dan Jenis Kelamin Tahun 2006………. 33 Tabel 9. Banyaknya Penduduk Kota Surakarta 5 Tahun Ke atas

Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2006... 34 Tabel 10. Banyaknya Penduduk Kota Surakarta Menurut

Mata Pencaharian Tahun 2006... 35 Tabel 11. Banyaknya Pasar Menurut Jenisnya di Kota Surakarta, 2006... 36 Tabel 12. Karakteristik Responden Buah Salak Menurut Jenis Kelamin…. 37 Tabel 13. Karakteristik Responden Buah Salak Menurut Umur…………... 38 Tabel 14. Karakteristik Responden Buah Salak Menurut Tingkat

Pendidikan ……… 39 Tabel 15. Karakteristik Responden Buah Salak Menurut Status

Pekerjaan... 40 Tabel 16. Karakteristik Responden Buah Salak Menurut

Tingkat Pendapatan Rumah Tangganya... ... 42 Tabel 17. Karakteristik Responden Buah Salak Menurut

(9)

Tabel 18. Frekuensi Pembelian Buah Salak oleh Konsumen

di Kota Surakarta………... 45 Tabel 19. Jumlah Pembelian Buah Salak oleh Konsumen

di Kota Surakarta……… 46 Tabel 20. Tujuan Pembelian Buah Salak oleh Konsumen

di Pasar Tradisional Kota Surakarta……….. 47 Tabel 21. Hasil Analisis Chi Square……….. 48 Tabel 22. Preferensi Konsumen Terhadap Buah Salak

di Pasar Tradisional Kota Surakarta………... 49 Tabel 23. Keyakinan Konsumen (bi) Terhadap Atribut Buah Salak……….. 50 Tabel 24. Evaluasi Konsumen (ei) Terhadap Atribut Buah Salak………….. 50 Tabel 25. Sikap Konsumen Terhadap Buah Salak di Kota Surakarta... 51

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Preferensi Konsumen

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (Kuesioner)………... 59 Lampiran 2. Identitas Responden……… 63 Lampiran 3. Perilaku Beli dan Preferensi Konsumen terhadap Atribut

Buah Salak……… 66

Lampiran 4. Keyakinan/kepercayaan dan Evaluasi terhadap Atribut

Buah Salak……… 69

Lampiran 5. Hasil Analisis Chi Square………... 72 Lampiran 6. Perhitungan Keyakinan dan Evaluasi Konsumen terhadap

Buah Salak……… 73

Lampiran 7. Foto Penelitian……… 74 Lampiran 8. Peta Kota Surakarta………. 75

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji atribut buah salak yang menjadi preferensi atau kesukaan konsumen di pasar tradisional Kota Surakarta dan mengkaji atribut yang paling dipertimbangkan konsumen dalam keputusan membeli buah salak di pasar tradisional Kota Surakarta. Metode dasar dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dan pelaksanaannya dengan teknik survey. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu Kota Surakarta dengan mengambil 4 pasar tradisional. Penentuan sampel dilakukan dengan metode judgement sampling dengan jumlah responden 100 orang. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis yang digunakan adalah analisis chi square dan analisis sikap multiatribut Fishbein. Hasil analisis chi square menunjukkan bahwa seluruh variabel buah salak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%. Artinya, preferensi konsumen terhadap buah salak di pasar tradisional Kota Surakarta tidak sama atau terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap buah salak. Buah salak yang menjadi preferensi konsumen di pasar tradisional Kota Surakarta adalah buah salak yang mempunyai atribut; rasa manis, ukuran sedang, tekstur daging halus, dan warna kulit coklat kehitaman. Berdasarkan analisis Fishbein diketahui bahwa atribut yang paling dipertimbangkan oleh konsumen dalam keputusan pembelian buah salak adalah atribut rasa. Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan yaitu: produsen sebaiknya lebih mempertahankan dan meningkatkan kualitas rasa dari buah salak yang dihasilkan karena atribut rasa buah merupakan atribut yang paling dipertimbangkan oleh konsumen dalam memilih buah salak, dan hendaknya mampu menyediakan lebih banyak buah salak dengan ukuran sedang dan bertekstur daging halus, mengingat kenyataan di lapangan, kedua atribut tersebut belum sesuai dengan preferensi konsumen, serta pemasar buah salak sebaiknya lebih meningkatkan penyediaan buah salak yang sesuai dengan preferensi konsumen

Kata Kunci : Buah salak, Preferensi konsumen, Analisis chi square, Analisis multiatribut fishbein.

(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki berbagai macam kekayaan alam yang melimpah. Salah satunya adalah kekayaan jenis buah-buahan segar yang memiliki cita rasa yang khas. Seiring dengan bertambahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola hidup sehat dengan lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan, kebutuhan akan buah-buahan segar tersebut semakin bertambah. Menurut Reksodimulyo cit Rahmono (2000), secara nasional, terjadi kecenderungan pola konsumsi yang semula berorientasi pada karbohidrat tinggi, menjadi berimbang komposisinya dengan penambahan protein, vitamin, dan mineral. Perubahan konsumsi ini kemudian berdampak pada meningkatnya konsumsi terhadap produk-produk hortikultura, terutama buah-buahan. Hal tersebut menuntut produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

Indonesia dengan jumlah penduduk 210 juta jiwa yang terdiri lebih dari 17.500 pulau memiliki banyak potensi besar termasuk pada sektor pertanian. Jumlah penduduk yang besar tersebut, merupakan potensi pasar yang baik bagi komoditas buah-buahan, dan banyaknya pulau dengan kondisi geografis yang berbeda-beda memiliki potensi untuk menghasilkan beraneka ragam buah lokal dengan ciri khas yang sesuai dengan daerah asal masing-masing (Anarsis, 1999).

Salah satu jenis buah-buahan yang banyak dibudidayakan di

Indonesia adalah buah Salak (

Salacca edulis

). Tanaman Salak

merupakan tanaman asli Indonesia, yang produksinya tersebar di

beberapa daerah di Indonesia. Jenis salak bermacam-macam.

Umumnya orang menyebut jenis salak dengan mengambil nama

daerah asal salak atau tempat dimana salak itu tumbuh. Menurut

Anarsis (1999), secara umum di Indonesia ada tiga jenis salak yang

termasuk dalam kelompok

Salacca edulis

. Pembagiannya

(14)

didasarkan pada bentuk tanaman, bentuk buah dan rasanya. Ketiga

jenis salak ini adalah jenis Salak Padang Sidempuan, Salak Bali,

dan Salak Madura. Sedangkan untuk jenis-jenis lain yang muncul

belakangan ini sebagai salak unggul merupakan hasil persilangan

dan ketiga jenis salak tersebut baik itu turunan murni maupun

turunan hasil persilangan yang disebut sebagai jenis Salak

Persilangan. Buah salak, memiliki karakteristik dan keunikan

tersendiri dibandingkan dengan buah yang lain. Keunikan tersebut

antara lain: kulit luarnya berbentuk sisik, bentuk buahnya bulat

atau bulat telur terbalik dengan ujung runcing, dan mempunyai

khasiat obat yaitu untuk mengobati sembelit.

Permintaan buah salak di dalam negeri sangat baik,

mengingat harga buah salak yang relatif terjangkau sehingga

banyak masyarakat mengkonsumsi buah salak. Menurut data BPS

(2008), pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk kelompok

buah-buahan secara nasional meningkat dari tahun 2005 sebesar

Rp 6.203,00 menjadi Rp 9.055,00 pada tahun 2007. Sedangkan

konsumsi perkapita nasional untuk buah salak juga meningkat dari

1.04 kg per tahun pada tahun 2005 menjadi 1.09 kg per tahun pada

tahun 2006 (Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Bina

Produk Hortikultura, 2006). Permintaan terhadap buah salak

tersebut, ternyata dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor

tersebut antara lain adalah : (a) semakin meningkatnya jumlah

penduduk yang berminat pada buah salak sebagai dampak

keberhasilan program penyuluhan dan program peningkatan gizi

masyarakat yang dilaksanakan oleh pemerintah, (b) tingkat harga

(15)

salak di pasar eceran, (c) tingkat harga buah-buahan lainnya, dan

(d) tingkat pendapatan konsumen buah salak atau kekuatan daya

beli masyarakat pada umumnya.

(Anonim, 2008)

Peningkatan permintaan buah salak di Indonesia, juga tidak

lepas dari kondisi pemasaran buah salak itu sendiri. Sebagai buah

asli Indonesia, pemasaran buah salak pada era globalisasi sekarang

ini menghadapi tantangan yang harus dihadapi. Diterapkannya

pasar bebas yang ditandai dengan membanjirnya buah impor

menyebabkan buah lokal Indonesia kurang menarik minat

konsumen. Selain itu adanya anggapan masyarakat bahwa buah

salak rata-rata memiliki rasa sepet, juga harus mendapat perhatian

serius dari produsen dan pemasar buah salak. Produsen dan

pemasar buah salak harus mampu memproduksi dan memasarkan

buah salak yang kualitasnya dapat memuaskan kebutuhan

konsumen.

Produsen dan pemasar, perlu mengetahui selera konsumen dalam menentukan pilihan suka atau tidak suka seseorang konsumen terhadap suatu produk. Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli suatu produk, terlebih dahulu mereka mempertimbangkan ciri-ciri fisik (atribut) yang melekat pada produk tersebut. Begitu juga dalam pembelian buah salak, beberapa atribut yang menjadi pertimbangan konsumen antara lain adalah rasa, ukuran, tekstur daging buah, warna kulit buah, dan lain sebagainya.

Seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat menuntut pelayanan yang serba cepat, efektif, efisien, dan praktis sebagaimana yang ditawarkan oleh pasar swalayan. Meskipun demikian, dengan melihat kondisi sebagian besar masyarakat Indonesia sekarang, peneliti lebih memfokuskan penelitian di pasar tradisional. Menurut Rahardi et al, (1999) masyarakat Indonesia

(16)

umumnya adalah masyarakat golongan menengah ke bawah yang menyukai buah yang harganya tidak terlalu mahal dan pasar tradisional merupakan pilihan dari gambaran masyarakat Indonesia pada umumnya. Maka peneliti bertujuan melakukan penelitian mengenai preferensi konsumen terhadap buah salak di pasar tradisional kota Surakarta.

B. Perumusan Masalah

Pangan yang bergizi merupakan kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan hidupnya. Salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan gizi dapat dilakukan dengan menambah konsumsi protein, vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral, pada umumya terdapat dalam buah-buahan, termasuk buah salak.

Salak (Salacca edulis) merupakan salah satu jenis buah asli Indonesia yang banyak digemari dan dikonsumsi oleh masyarakat. Buah salak, pada umumnya banyak dikonsumsi dalam bentuk segar, daripada produk olahannya yang biasanya diolah menjadi produk manisan maupun asinan.

Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 512.898 jiwa (BPS Surakarta, 2006). Dengan demikian kota Surakarta merupakan salah satu pasar yang cukup potensial untuk pemasaran buah salak. Konsumen biasanya membeli buah salak di pasar tradisional karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan pasar modern yaitu adanya interaksi sosial berupa transaksi yang diwarnai dengan tawar-menawar. Selain itu, komitmen pemerintah Kota Surakarta untuk menata ulang pasar tradisional menyebabkan sebagian besar konsumen buah salak masih setia membeli di pasar tradisional.

Buah salak memiliki berbagai macam atribut yang melekat pada buah tersebut. Atribut-atribut tersebut adalah: ukuran buah, rasa buah, warna kulit buah, dan tekstur daging buah. Oleh karena itu buah salak yang diinginkan konsumen adalah buah salak yang memiliki atribut yang sesuai dengan selera konsumen sehingga mampu memberikan kepuasan.

(17)

Untuk itu dalam usaha pemenuhan kebutuhan akan buah salak di pasar, sebaiknya produsen dan pemasar harus mengikuti keinginan konsumen. Oleh karena itu, baik pemasar maupun produsen perlu mengetahui selera konsumen agar buah salak yang dipasarkan mendapat tanggapan atau repon yang baik dari konsumen. Agar produsen maupun pemasar mampu

menyediakan buah salak dengan atribut fisik yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen, maka perlu pemahaman mengenai perilaku konsumen, diantaranya adalah preferensi konsumen. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Atribut buah salak yang bagaimanakah yang menjadi preferensi atau kesukaan konsumen di pasar tradisional di kota Surakarta ?

2. Atribut manakah yang paling dipertimbangkan oleh konsumen dalam keputusan pembelian buah salak di pasar tradisional Kota Surakarta ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan : 1. Mengkaji atribut-atribut buah salak yang menjadi preferensi atau kesukaan

konsumen di pasar tradisional Kota Surakarta .

2. Mengkaji atribut yang paling dipertimbangkan oleh konsumen dalam keputusan pembelian buah salak di pasar tradisional Kota Surakarta. D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, dan wawasan peneliti serta sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

(18)

dan meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2.Bagi produsen serta pemasar buah salak, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang preferensi konsumen terhadap buah salak di Kota Surakarta, yang nantinya dapat dijadikan sebagai sarana untuk mempermudah pemasaran buah salak yang sesuai dengan selera konsumen. 3.Bagi akademisi dan peminat masalah pemasaran, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi, wawasan, serta referensi yang berkaitan dengan preferensi konsumen.

4.Bagi pihak lain, semoga penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian yang sejenis.

(19)

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian Ciptasasmi (2005) mengenai Analisis Preferensi Konsumen terhadap Buah Semangka di Kota Surakarta, dengan sebagai berikut: Hasil analisis Chi Square menunjukkan bahwa buah semangka yang menjadi preferensi konsumen adalah buah semangka dengan atribut ukuran sedang, rasa manis, kandungan air banyak, warna daging buah merah tua dan tidak berbiji. Sedangkan hasil analisis multiatribut Fishbein menunjukkan bahwa atribut buah semangka yang paling dipertimbangkan oleh konsumen dalam melakukan pembelian buah semangka di Kota Surakarta secara berturut-turut adalah rasa manis sebanyak 17,62 % dari jumlah konsumen, kandungan air dalam buah banyak sebanyak 16,36 % dari jumlah konsumen, warna daging buah merah tua sebanyak 16,19 % dari jumlah konsumen, keadaan biji dalam buah tidak berbiji sebanyak 14,62% dari jumlah konsumen dan ukuran buah sedang sebanyak 14,57 % dari jumlah konsumen.

Menurut penelitian Asmarani (2005) yang berjudul Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Apel Lokal di Surakarta, dengan menggunakan analisis chi- square dan analisis multi atribut fishbein, diperoleh hasil yaitu buah apel yang disukai konsumen di Surakarta adalah buah apel lokal dengan atribut warna kulit buah hijau sebanyak 48 % dari jumlah konsumen, rasa buah yang manis sebanyak 63 % dari jumlah konsumen. Sementara atribut buah apel lokal yang dipertimbangkan konsumen dalam hal kepentingan pembelian apel lokal secara berturut-turut adalah warna kulit buah, rasa buah, ukuran buah, dan yang terakhir aroma buah.

Menurut penelitian Anas Tain (2004) yang berjudul Analisis Preferensi Konsumen Pada Komoditas Unggulan Salak di Kabupaten Malang, dengan menggunakan analisis faktor diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang

dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian antara lain: berukuran besar (dipertimbangkan konsumen dengan daya menjelaskan 17,49 %),

beraroma kuat (11,19 %), warna kulit buah coklat kehitaman (9,24 %), bentuk buah sedikit lonjong (6,78 %), dan rasanya manis (6,405 %).

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa preferensi terhadap buah dapat diketahui dengan melihat penilaian terhadap atribut-atribut yang melekat pada buah tersebut. Atribut-atribut tersebut meliputi rasa buah, warna kulit buah, dan ukuran buah. Warna kulit buah, merupakan salah satu atribut buah yang paling mudah

(20)

dinilai secara langsung oleh konsumen, karena hanya dengan melihat warna kulit buah, konsumen cenderung tertarik untuk membelinya. Sedangkan rasa buah menunjukkan tingkat kemasakan buah, karena buah yang masak rasanya cenderung lebih manis. Adapun ukuran buah, berkaitan dengan besar kecilnya buah, dan konsumen cenderung membeli buah yang mempunyai ukuran sedang.

B. Tinjauan Pustaka 1. Komoditi Salak

Tanaman salak (Salacca edulis) termasuk dalam suku Palmae (Aracaceae) yang tumbuh berumpun. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah daun yang tersusun rapat dan berduri. Dari batang yang berduri itu tumbuh tunas baru yang dapat menjadi anakan atau tunas bunga dalam jumlah yang banyak. Tanaman salak dapat tumbuh bertahun-tahun sehingga ketinggiannya bisa mencapai 7 meter, tetapi pada umumnya tingginya tidak lebih dari 4,5 meter. Tanaman salak termasuk golongan tanaman berumah dua, artinya pada satu tanaman hanya ada satu jenis bunga saja, jantan atau betina. Oleh karena itu, bila yang ditanam hanya salak satu jenis, jantan atau betina saja, maka sampai kapan pun tidak akan pernah didapatkan buahnya. Untuk mendapatkan buahnya, di kebun perlu juga ditanam salak jantan di antara salak-salak betina (Nazaruddin dan Regina, 1992).

Kultivar salak yang termasuk salak jawa, antara lain salak manonjaya, salak nenas (dari Cikeretek), salak condet, salak gading, salak pondoh, salak nglumut, salak swaru, salak banjarnegara, salak si nase, dan salak manggis. Sementara kultivar salak yang termasuk salak bali, antara lain salak gondok, salak kelapa, salak gula pasir, salak putih, salak nenas, salak nangka, dan salak boni (Daud, 2008).

Taksonomi atau klasifikasi ilmiah dari tanaman salak adalah: Kingdom : Planteae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales Family : Arecaceae

(21)

Genus : Salacca Species : Salacca edulis (Anonim, 2006a).

Buah salak biasanya dimakan dalam bentuk segar, asinan, atau manisan di dalam kaleng. Bagian buah yang dapat dimakan setelah dianalisis mengandung vitamin dan zat-zat yang dibutuhkan tubuh manusia seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Tiap 100 Gram Buah Salak dari Bagian yang Dapat Dimakan

Jenis Zat Gizi Jumlah

Energi (kal) 77,0 Protein ( gr) 4,0 Hidrat Arang (gr) 20,9 Kalsium (gr) 2,8 Fosfor (gr) 1,8 Besi (gr) 4,2 Vitamin B (gr) 0,004 Vitamin C (gr) 0,2 Air (gr) 69,696 Sumber: Tjahjadi,1995.

Tanaman salak dapat dikembangbiakkan melalui dua cara, yang pertama menggunakan biji dan yang kedua menggunakan tunas atau anakan. Umumnya perkembangbiakan tanaman salak dilakukan dengan menggunakan biji. Untuk tujuan pengembangan yang lebih komersial, penggunaan bibit dari tunas akar akan lebih menguntungkan. Sedangkan penanaman salak untuk tujuan konservasi, akan lebih baik jika menggunakan bibit yang berasal dari biji (Anarsis, 1999).

2. Pemasaran

Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan–kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,

(22)

memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada, maupun pembeli potensial (Stanton, 1993).

Pemasaran merupakan aspek yang paling penting dalam kegiatan agrobisnis buahan. Oleh karena itu, petani atau pengusaha buah-buahan perlu mengetahui kemana harus melempar dagangan serta jalur-jalur mana yang harus dilalui. Ada beberapa hal yang harus dipelajari pengusaha sebelum memasuki pasar antara lain sasaran pemasaran, persaingan, dan strategi pemasaran (Rahardi et al, 1999).

Pemasaran terdiri dari kegiatan berikut ini, yang penting bagi organisasi bisnis: menilai keinginan dan kepuasan dari konsumen saat ini dan calon konsumen, mendesain dan mengatur penawaran produk, menentukan harga dan kebijakan harga, mengembangkan strategi distribusi dan melakukan komunikasi dengan konsumen saat ini dan calon konsumen (Lamb et al, 2001).

3. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Perilaku konsumen biasanya penuh arti dan berorientasi tujuan. Produk dan jasa diterima atau ditolak berdasarkan sejauh mana keduanya dipandang relevan dengan kebutuhan dan gaya hidup. Dengan demikian, sangatlah penting untuk dipelajari karena berhubungan dengan keputusan konsumen untuk melakukan pembelian sejumlah produk (Engel et al, 1994).

Para pemasar wajib memahami keragaman dan kesamaan atau perilaku konsumen agar mereka mampu memasarkan produknya dengan baik. Para pemasar harus memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan konsumsi, sehingga pemasar dapat merancang strategi pemasaran dengan lebih baik. Pemasar yang mengerti perilaku

(23)

konsumen akan mampu memperkirakan bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap informasi yang diterimanya, sehingga pemasar dapat menyusun strategi pemasaran yang sesuai. Tidak diragukan lagi bahwa pemasar yang memahami konsumen akan memiliki kemampuan bersaing yang lebih baik (Sumarwan, 2003).

Perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan penentuan kegiayan-kegiatan tersebut. Ada dua elemen penting dari arti perilaku konsumen itu: (1) proses pengambilan keputusan dan (2) kegiatan fisik, yang semua ini melibatkan individu dalam menilai, dan mempergunakan barang dan jasa ekonomis (Dharmmesta dan Handoko, 1997).

4. Preferensi Konsumen

Preferensi konsumen adalah pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk (barang atau jasa) yang dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada (Kotler, 1997).

Menurut Nicholson (1994), hubungan preferensi diasumsikan memiliki tiga sifat dasar:

a. Kelengkapan (completeness)

Jika A dan B merupakan dua kondisi atau situasi, maka tiap orang selalu harus bisa menspesifikasikan apakah:

1) A lebih disukai daripada B, 2) B lebih disukai daripada A, atau 3) A dan B sama-sama disukai.

Dengan dasar ini tiap orang diasumsikan tidak pernah ragu dalam menentukan pilihan, sebab mereka tahu mana yang lebih baik dan mana yang lebih buruk, dan dengan demikian selalu bisa menjatuhkan pilihan di antara dua alternatif.

(24)

b. Transitivitas (transitivity)

Jika seseorang mengatakan ia lebih menyukai A daripada B, dan lebih menyukai B daripada C, maka ia harus lebih menyukai A daripada C. Dengan demikian orang tidak bisa mengartikulasikan preferensinya yang saling bertentangan.

c. Kontinuitas (Continuity)

Jika seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada B, ini berarti segala kondisi di bawah A tersebut disukai daripada kondisi di bawah pilihan B.

Analisis preferensi konsumen adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui apa yang disukai dan yang tidak disukai konsumen, juga untuk menentukan urutan kepentingan dari suatu atribut produk maupun produk itu sendiri. Dengan menggunakan analisis preferensi ini akan diperoleh urutan kepentingan karakteristik produk seperti apa yang paling penting atau yang paling disukai (Oktaviani, 1996).

5. Atribut Produk

Atribut produk adalah sifat-sifat atau aspek-aspek yang terkandung dalam suatu produk dan yang nantinya akan menjadi penentu serta pertimbangan konsumen untuk menyenangi dan kemudian membeli produk tersebut. Atribut produk bisa dibagi menjadi dua yaitu: atribut teknis (fungsional) dan atribut non teknis (emosional). Atribut teknis pada suatu produk hanya menampakkan daya guna produk tersebut. Sedangkan atribut non teknis, bukan hanya menampilkan daya guna saja tetapi juga daya beda dan daya tarik pada suatu produk (Anonim, 2007).

Seorang konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan kepada karakteristik atau ciri atau atribut dari produk tersebut. Para pemasar perlu memahami apa yang diketahui oleh konsumen, atribut apa saja yang dikenal dari suatu produk, atribut mana yang dianggap paling penting oleh konsumen. Pengetahuan mengenai atribut tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Pengetahuan yang lebih banyak

(25)

mengenai atribut suatu produk akan memudahkan konsumen untuk memilih produk yang akan dibelinya (Sumarwan, 2003).

Menurut Kotler (2000) cit Simamora (2003), ada beberapa langkah yang harus dilalui sampai konsumen membentuk preferensi. Pertama, diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai sekumpulan atribut. Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing. Ketiga, konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak produk pada setiap atribut. Sejumlah kepercayaan mengenai merek tertentu disebut kesan merek. Keempat, tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam sesuai dengan perbedaan atribut. Kelima, konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda melalui prosedur evaluasi.

6. Sikap

Sikap adalah perasaan positif atau negatif tentang suatu obyek (sebuah merek) yang mempengaruhi seseorang untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap obyek itu. Sikap dilahirkan dari evaluasi konsumen bahwa sebuah merek tertentu memberikan manfaat yang dibutuhkan untuk membantu memuaskan kebutuhan tertentu. Evaluasi ini bersifat multidimensi; konsumen menilai setiap merek pada sebuah himpunan dimensi atau atribut yang diberi bobot berdasarkan kepentingan relatifnya (Boyd,et al, 2000).

Tiga komponen sikap: a. Komponen Kognitif

Adalah pengetahuan (cognition) dan persepsi yang diperoleh melalui kombinasi dari pengalaman langsung dengan obyek sikap (attitude object) dan informasi terkait yang didapat dari berbagai sumber. Komponen ini seringkali dikenal sebagai keyakinan/

(26)

kepercayaan (beliefs) sehingga konsumen yakin bahwa suatu obyek sikap memiliki atribut-atribut tertentu dan bahwa perilaku tertentu akan menjurus ke atribut/ hasil tertentu.

b. Komponen Afektif

Adalah emosi atau perasaan terhadap suatu produk atau merek tertentu. Menentukan apakah konsumen suka atau tidak terhadap produk tertentu.

c. Komponen Konatif

Adalah kecenderungan seseorang untuk melaksanakan suatu tindakan dan perilaku dengan cara tertentu terhadap suatu obyek sikap. (Prasetijo dan John Ihalaw, 1996).

Sikap konsumen menunjukkan jumlah afeksi atau perasaan yang dimiliki seseorang pada atau terhadap objek rangsangan, seperti merk, orang, perusahaan atau ide. Pada situasi keterlibatan tinggi, konsumen membentuk sikap karena mereka memiliki sejumlah kepercayaan baik yang positif maupun negatif terhadap sebuah obyek.

(Mowen dan Minor, 2002). 7. Pasar Tradisional

Pasar adalah kumpulan pembeli yang aktual dan potensial dari sebuah produk. Para pembeli tersebut mempunyai kebutuhan atau keinginan sama yang dapat dipuaskan lewat pertukaran. Jadi, ukuran pasar tergantung pada jumlah orang yang menunjukkan kebutuhan, mempunyai sumber daya untuk melakukan pertukaran, dan bersedia menawarkan sumber daya dalam pertukaran itu untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan (Kotler dan Amstrong, 2004).

Ada empat poin penting yang menonjol yang menandai terbentuknya pasar: pertama, ada penjual dan pembeli; kedua, mereka bertemu di sebuah tempat tertentu; ketiga, terjadi kesepakatan di antara penjual dan dan

(27)

pembeli sehingga terjadi jual beli atau tukar menukar; dan keempat, antara penjual dan pembeli kedudukannya sederajat. Dalam sejarah ekonomi, pasar seperti ini disebut sebagai pasar tradisional, yang masih bertahan, walaupun sulit bersaing di masa modern sekarang ini (Anonim, 2003).

Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual, dilaksanakan dengan manajemen tanpa perangkat teknologi modern dan mereka lebih mewakili golongan pedagang menengah ke bawah dan tersebar baik di kampung-kampung, kota-kota kecil maupun kota-kota besar dengan masa operasi rata-rata dari subuh sampai siang hari atau sore hari serta ada sebagian yang beroperasi malam hari (Anonim, 2006b).

Selama ini yang dianggap sebagai pasar tradisional adalah pasar yang bentuk bangunannya relatif sederhana, dengan suasana yang relatif kurang menyenangkan (ruang tempat usaha sempit, sarana parkir yang kurang memadai, kurang menjaga kebersihan pasar, dan penerangan yang kurang baik). Barang-barang yang diperdagangkan adalah barang kebutuhan sehari-hari dengan mutu barang yang kurang diperhatikan, harga barang relatif murah, dan cara pembeliannya dengan sistem tawar menawar. Para pedagangnya sebagian besar adalah golongan ekonomi lemah dan cara berdagangnya kurang profesional.

(Lubis Nurmansyah, 2008)

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, dan tumbuhnya kesadaran akan nilai gizi bagi tubuh, maka permintaan akan buah-buahan di dalam negeri semakin meningkat. Termasuk juga permintaan akan buah salak yang merupakan buah asli Indonesia yang cukup diminati oleh masyarakat.

Peningkatan permintaan akan buah salak ini mendorong produsen dan pemasar buah-buahan untuk selalu berusaha memenuhi kebutuhan pasar tersebut. Untuk menghasilkan buah salak bermutu baik, maka dalam mengusahakan tanaman salak sangat diperlukan ketekunan, karena

(28)

memerlukan beberapa pemeliharaan khusus. Menurut Gueltien dan Paul cit Simamora (2003) melihat kenyataan sekarang bahwa konsumen mandiri dalam mengambil keputusan, bukan karena pengaruh orang lain maupun promosi, maka konsumen akan memilih produk yang paling sesuai (best fit) bagi mereka. Dengan kata lain, konsumen akan memilih produk yang memberikan nilai tertinggi bagi mereka.

Untuk itu, produsen dan pemasar harus memperhatikan atribut-atribut fisik yang melekat pada buah salak tersebut. Atribut fisik buah salak merupakan preferensi konsumen yang akan mempengaruhi keputusan pembelian oleh konsumen. Dengan mengetahui preferensi konsumen, maka diharapkan buah salak yang dipasarkan dapat diterima dengan baik oleh konsumen karena sesuai dengan kesukaan dan keinginan mereka.

Analisis preferensi konsumen adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui atribut apa yang disukai dan yang tidak disukai konsumen, juga untuk menentukan urutan kepentingan dari suatu atribut produk maupun urutan kepentingan karakteristik produk seperti apa yang paling penting atau yang paling disukai (Oktaviani, 1996).

Untuk mengetahui atribut-atribut yang menjadi preferensi konsumen dalam keputusan pembelian buah salak digunakan analisis Chi-square. Analisis ini merupakan analisis statistik untuk mengetahui signifikansi perbedaan proporsi obyek penelitian. Dasarnya adalah jumlah frekuensi yang ada. Analisis Chi- Square dinyatakan dalam rumus:

(

)

å

=

ú

û

ù

ê

ë

é

-=

k i

fe

fe

fo

1 2 2

c

Keterangan : X2 = chi square

fo = frekuensi hasil pengamatan pada penelitian fe = frekuensi yang diharapkan pada penelitian i …k = kategori atribut dalam variabel

(29)

Dimana :

Ri

Ci

Ri

fe

S

´

=

Keterangan : Ri = Jumlah baris ke – I Ci = Jumlah kolom ke – I SRi = Jumlah pengamatan

Pengujian pada tingkat kepercayaan 95% dengan kriteria pengujian : Ho ditolak jika x2 hitung > x2 tabel

Ho diterima jika x2 hitung £ x2 tabel

Selain mengetahui atribut yang menjadi preferensi konsumen, produsen dan pemasar juga harus mengetahui sikap konsumen dalam menilai pentingnya atribut produk. Hal tersebut penting karena untuk mengetahui atribut yang paling dipertimbangkan konsumen. Untuk mengetahui sikap konsumen terhadap atribut produk digunakan analisis Multiatribut Fishbein. Model multiatribut ini mengidentifikasi tiga faktor utama yang mempengaruhi sikap. Faktor pertama adalah atribut utama atas sebuah obyek oleh konsumen, faktor kedua adalah tingkat kepercayaan konsumen bahwa obyek memiliki atribut tersebut, dan faktor ketiga adalah tingkat positif atau negatif dimana atribut tersebut dievaluasi. Model Multiatribut Fishbein dirumuskan sebagai berikut:

å

=

=

n i

ei

bi

A

1 0

.

Keterangan :

A0 = sikap konsumen terhadap obyek.

bi = tingkat kepercayaan konsumen bahwa obyek memiliki atribut tertentu (atribut ke – i).

(30)

ei = dimensi evaluatif (evaluasi) konsumen terhadap atribut ke-i yang dimiliki obyek (Mowen dan Minor, 2002).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dibuat skema kerangka pemikiran pendekatan masalah seperti pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah D. Hipotesis

1. Diduga atribut buah salak yang menjadi preferensi konsumen adalah buah salak yang berwarna coklat kehitaman, rasanya manis, berukuran sedang, dan tekstur daging buahnya halus (tidak masir).

Peningkatan permintaan buah-buahan

Penyediaan buah salak dengan atribut : 1. Rasa buah

2. Ukuran buah

3. Tekstur daging buah 4. Warna kulit buah

Analisis Multiatribut

Fishbein Analisis chi square

(X2) Atribut yang menjadi preferensi konsumen Atribut yang paling di pertimbangkan konsumen Preferensi konsumen Jumlah penduduk, peningkatan

pendapatan, dan kesadaran gizi

(31)

2. Diduga atribut buah salak yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam keputusan pembelian buah salak berturut-turut dari yang paling dipertimbangkan sampai dengan yang kurang dipertimbangkan adalah atribut rasa buah, ukuran buah, tekstur daging buah, dan warna kulit buah. E. Asumsi-asumsi

1. Responden merupakan pengambil keputusan dalam pembelian.

2. Harga buah salak dianggap tidak mempengaruhi preferensi konsumen. F. Pembatasan Masalah

1. Batasan buah salak pada penelitian ini adalah buah salak yang dipasarkan dalam bentuk buah segar di kios/los buah di pasar tradisional Kota Surakarta.

2. Atribut-atribut yang diteliti adalah atribut fisik buah salak meliputi : ukuran buah, rasa buah, warna kulit buah, dan tekstur daging buah.

3. Penelitian terbatas pada konsumen akhir yang membeli buah salak untuk konsumsi sendiri atau rumah tangga dan tidak bermaksud untuk menjual kembali.

G. Definisi Operasional Dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Preferensi konsumen adalah pilihan suka atau tidak suka konsumen terhadap suatu produk, dalam hal ini adalah buah salak. Pengukurannya dilakukan dengan melihat evaluasi konsumen terhadap atribut buah salak dengan menjumlahkan pilihan konsumen terhadap masing-masing kategori pada atribut buah salak.

2. Atribut buah salak adalah karakteristik fisik yang melekat pada buah salak. Atribut buah salak meliputi ukuran buah, rasa buah, warna kulit buah, dan tekstur daging buah.

3. Rasa buah adalah serangkaian anggapan dan kesan konsumen tentang kepuasan yang didapat dari rasa buah salak. Rasa buah dibedakan dalam kategori manis, manis sedikit sepat, dan sepat. Sedangkan preferensinya diketahui dengan melihat pilihan konsumen terhadap kategori dalam atribut rasa.

(32)

4. Ukuran buah adalah serangkaian anggapan dan kesan konsumen tentang kepuasan yang didapat dari besar kecilnya salak. Ukuran buah dapat dikategorikan dalam ukuran berat sebagai berikut: ukuran besar (11-14 buah per kg), ukuran sedang (15-19 buah per kg), dan ukuran kecil (20-25 buah per kg). Dan preferensinya diketahui dari melihat pilihan konsumen terhadap kategori dalam atribut ukuran buah.

5. Warna kulit buah adalah serangkaian anggapan dan kesan konsumen tentang kepuasan yang didapat dari warna kulit buah salak tersebut. Warna kulit buah salak dibedakan menjadi hitam, coklat kehitaman, dan coklat. Sedangkan preferensinya diketahui dengan melihat kesukaan konsumen terhadap kategori dalam atribut warna kulit tersebut.

6. Tekstur daging buah adalah serangkaian anggapan dan kesan konsumen tentang kepuasan yang didapat dari tekstur daging buah salak. Tekstur daging buah dibedakan dalam kategori halus, agak masir (teksturnya agak seperti pasir), dan masir (teksturnya seperti pasir). Dan preferensinya diketahui dengan melihat pilihan konsumen terhadap kategori dalam atribut tekstur daging buah

7. Kios/ los buah adalah tempat khusus yang menjual buah-buahan di pasar tradisional.

8. Sikap terhadap objek (Ao) adalah sikap yang dinyatakan dalam indeks sikap yang diukur dengan menjumlahkan perkalian antara kekuatan kepercayaan bahwa objek mempunyai atribut-atribut dengan evaluasi mengenai atribut-atribut tersebut.

9. Tingkat kepercayaan konsumen (bi) adalah kepercayaan konsumen bahwa buah salak memiliki atribut tertentu. Diukur dengan menggunakan skala likert, yaitu 1 untuk sangat tidak baik, 2 untuk tidak baik, 3 untuk netral, 4 untuk baik dan 5 untuk sangat baik.

10. Evaluasi konsumen (ei) adalah evaluasi kebaikan/keburukan terhadap atribut buah salak oleh konsumen. Diukur dengan menggunakan skala likert, yaitu 1 untuk sangat tidak baik, 2 untuk tidak baik, 3 untuk netral, 4 untuk baik dan 5 untuk sangat baik.

(33)

11.Responden adalah orang yang membeli buah salak dengan tujuan untuk dikonsumsi sendiri. Pembelian dilakukan pada saat dilakukan penelitian, di lokasi-lokasi yang telah ditentukan.

(34)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif mempunyai ciri-ciri yaitu memusatkan diri pada masalah-masalah yang aktual dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (Surakhmad, 1994).

Teknik pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data.

(Singarimbun dan Sofian Efendi, 1995). B. Metode Penentuan Lokasi

Metode penentuan lokasi penelitian adalah secara sengaja (purposive sampling), yang diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai tujuan penelitian (Singarimbun dan Sofian Efendi, 1995).

Pemilihan Kota Surakarta sebagai lokasi penelitian berdasarkan hasil survey biaya hidup tahun 2002 di Kota Surakarta, rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi buah salak menempati posisi keenam yaitu sebesar Rp 2.608,11 perbulan perkapita. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan per Kapita untuk buah-buahan di Kota Surakarta Tahun 2002

No Jenis Buah Rata-rata pengeluaran perkapita perbulan (Rp) 1 Jeruk 8.639,4 2 Pisang 8.148,95 3 Apel 4.917,98 4 Pepaya 3.818,66 5 Semangka 3.451,15 6 Salak 2.608,11 7 Anggur 937,34 Sumber : BPS Surakarta, 2002

(35)

Berdasarkan Tabel 2 di atas, rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi buah salak di Kota Surakarta masih tergolong rendah. Hal tersebut disebabkan anggapan konsumen selama ini tentang karakteristik buah salak yang pada dasarnya mempunyai rasa sepet. Sehingga perlu bagi produsen dan pemasar buah salak di Kota Surakarta untuk mengetahui atribut buah salak yang sesuai dengan preferensi atau kesukaan konsumen. Apabila atribut buah salak yang dipasarkan sesuai dengan keinginan konsumen, maka diharapkan konsumsi buah salak di Kota Surakarta akan meningkat

Menurut data Dinas Pengelolaan Pasar tahun 2006, pasar tradisional di Kota Surakarta terbagi dalam empat wilayah pasar, yaitu Wilayah I, Wilayah II, Wilayah III, dan Wilayah IV seperti pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang Buah di Pasar Tradisional di Surakarta

Wilayah Nama Pasar Jumlah Pedagang Buah

I. 1. Pasar Tunggul 1 2. Pasar Ngemplak 1 3. Pasar Rejosari 2 4. Pasar Jebres 4 5. Pasar Mojosongo 1 6. Pasar Sangkrah 1 7. Pasar Tunggulsari 3 8. Pasar Gede 146

II. 1. Pasar Legi 49

2. Pasar Turisari 14

3. Pasar Ngumbul 1

4. Pasar Nusukan 35

5. Pasar Joglo 1

III. 1. Pasar Singosaren 1

2. Pasar Sidodadi 11

3. Pasar Penumping 4

(36)

4. Pasar Jongke 47

5. Pasar Kadipolo 24

6. Pasar Purwosari 4

IV. 1. Pasar Klewer 33

2. Pasar Gading 1

3. Pasar Hardjodaksino 15

Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar, 2006.

Berdasarkan tabel di atas, maka lokasi penelitian dipilih berdasarkan jumlah pedagang buah yang terbanyak dalam setiap wilayah pasar tradisional di Surakarta. Dari keempat wilayah pasar tersebut dipilih empat pasar yaitu; Pasar Gede dengan 146 pedagang buah yang mewakili wilayah I Kota Surakarta atau bagian timur Kota Surakarta, Pasar Legi dengan 49 pedagang buah mewakili wilayah II Kota Surakarta atau bagian utara Kota Surakarta, Pasar Jongke dengan 47 pedagang buah yang mewakili wilayah III Kota Surakarta atau bagian barat Kota Surakarta, dan Pasar Klewer dengan 33 pedagang buah mewakili wilayah IV Kota Surakarta atau bagian selatan Kota Surakarta.

C. Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode judgement sampling (sampel keputusan). Sampel keputusan tersebut sama dengan cara pengambilan sampel purposif, yaitu teknik sampling dimana pengambilan elemen-elemen yang dimasukkan dalam sampel dilakukan dengan sengaja, dengan catatan bahwa sampel tersebut representatif atau mewakili populasi (Supranto, 1974).

Sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan dasar confident level sebesar 95%. Jumlah populasi yang akan diselidiki bersifat tidak

terbatas/ dapat dianggap tidak terbatas, sehingga penelitian seluruh individu tidak mungkin dilaksanakan. Apabila dalam suatu pendugaan proporsi menggunakan sampel dengan keyakinan (1-α) dan besarnya error tidak

(37)

melebihi suatu harga tertentu, maka rumus error (E) dapat digunakan untuk menentukan besarnya sampel yang harus diambil:

N P P E =1,96 (1- ) Dimana: E = error P = proporsi populasi N = jumlah sampel

Rumus tersebut tidak dapat digunakan secara langsung untuk menentukan besarnya sampel yang harus diambil, karena dalam rumus itu terdapat P yang besarnya tidak kita ketahui (justru harga P ini akan kita duga). Dengan

demikian P(1-P) tidak diketahui besarnya. Tetapi oleh karena P selalu antara 0 dan 1, maka besarnya P(1-P) maksimum dapat dicari:

f(P) = P-P² df(P) = 1-2P 2P = 1 P = 0,5

Harga maksimal dari f(P) adalah P(1-P) = 0,5 (0,5) = 0,25. Jadi besarnya sampel jika digunakan confident level 95% dan kesalahan yang terjadi 0,1 maka: N = 96,04 1 , 0 96 , 1 ) 25 , 0 ( 2 = ú û ù ê ë é dibulatkan menjadi 100 (Djarwanto dan Pangestu, 1994).

Jumlah sampel yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini adalah 100 responden yang tersebar di empat wilayah lokasi pasar tradisional di Surakarta. Penyebaran kuesioner ataupun wawancara dilakukan terhadap setiap konsumen di Pasar Gede, Pasar Legi, Pasar Jongke, dan Pasar Klewer yang membeli buah salak dan berkenan untuk diwawancarai tanpa menetapkan ketentuan atau karakteristik tertentu dari konsumen tersebut. Penentuan jumlah responden dilakukan berdasarkan jumlah pedagang karena jumlah populasi konsumen buah tidak terbatas dan buah salak dijual bersama dengan buah yang lain, sehingga jumlah populasi konsumen tidak muncul (tidak dapat diketahui). Penentuan jumlah responden pada masing-masing pasar tradisional ditentukan secara proporsional karena banyaknya pedagang buah tidak sama besar

jumlahnya di setiap pasar yang menjadi lokasi penelitian. Diasumsikan bahwa semakin banyak jumlah pedagang buah salak di suatu pasar, maka semakin tinggi pula jumlah konsumennya sehingga jumlah respondennya pun juga lebih banyak. Penentuan jumlah responden secara proporsional dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

(38)

= ´100 N Nk Ni

Keterangan:

Ni : jumlah responden tiap pasar

Nk : jumlah pedagang buah tiap pasar sampel N : total jumlah pedagang buah pada pasar sampel 100 : jumlah keseluruhan responden yang diamati

Perhitungan dari penerapan rumus di atas digunakan untuk menentukan jumlah responden tiap pasarnya dan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4 di bawah ini:

Tabel 4. Tempat Pembelian Buah Salak, Jumlah Pedagang Buah, dan Jumlah Responden di Pasar Tradisional Kota Surakarta

No Nama Pasar Jumlah Pedagang Buah (orang) Jumlah Responden/ Konsumen (orang) 1. Pasar Gede 146 53 2. Pasar Legi 49 18 3. Pasar Jongke 47 17 4. Pasar Klewer 33 12 Total 275 100

Sumber: Hasil Pengolahan Data Sekunder dari Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Tahun 2006

D. Jenis Dan Sumber Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden, yaitu konsumen atau pembeli buah salak melalui wawancara dengan

menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang sudah dipersiapkan. 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mencatat dan mengutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder berasal dari BPS Kota,

(39)

Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta, serta sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden. Media yang digunakan dalam mengambil data primer ini adalah kuesioner dan pedoman wawancara.

2. Observasi

Teknik ini untuk melengkapi data yang telah diperoleh dari wawancara yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang dieliti.

3. Pencatatan

Teknik pengumpulan data dengan cara mencatat data yang diperoleh dari segala sumber yang berkaitan dengan penelitian, baik dari hasil wawancara maupun hasil pengamatan langsung di lapangan.

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Chi Square (X2)

Untuk mengetahui atribut buah salak yang sesuai dengan preferensi konsumen, digunakan analisis Chi Square, dengan rumus sebagai berikut :

(40)

(

)

å

=

ú

û

ù

ê

ë

é

-=

k i

fe

fe

fo

1 2 2

c

Keterangan : X2 = chi square

fo = frekuensi hasil pengamatan pada penelitian fe = frekuensi yang diharapkan pada penelitian i …k = kategori atribut dalam variabel buah salak Dimana :

Ri

Ci

Ri

fe

S

´

=

Keterangan : Ri = Jumlah baris ke – i Ci = Jumlah kolom ke – i SRi = Jumlah pengamatan

Hipotesis yang digunakan :

Ho : tidak terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap masing-masing atribut yang ada pada buah salak. (jika preferensinya dianggap sama, maka frekuensi yang diharapkan untuk setiap kategori atribut adalah 1/3 = 33,3).

Ha : terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap atribut-atribut yang ada pada buah salak.

Pengujian pada tingkat kepercayaan 95% dengan kriteria pengujian : a. Jika χ² hitung > χ ² tabel, maka Ho ditolak berarti terdapat perbedaan

preferensi konsumen terhadap buah salak.

b. Jika χ ² hitung ≤ χ ² tabel, maka Ho diterima berarti tidak terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap buah salak.

2. Analisis Multiatribut Fishbein

Untuk mengetahui atribut buah salak yang paling dipertimbangkan oleh konsumen, digunakan analisis multiatribut Fishbein dengan rumus sebagai berikut :

(41)

å

=

=

n i

ei

bi

A

1 0

.

Keterangan :

A0 = sikap konsumen terhadap buah salak

bi = tingkat kepercayaan konsumen bahwa buah salak yang dibeli memiliki atribut tertentu (atribut ke – i).

ei = dimensi evaluatif (evaluasi) konsumen terhadap atribut ke-i yang dimiliki buah salak.

n = Jumlah atribut yang dimiliki buah salak. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Menentukan penilaian kepercayaan terhadap atribut buah salak (bi) dengan cara menentukan standar penilaian (scoring) dengan menggunakan skala Likert, yaitu :

5 = untuk sangat baik 4 = untuk baik 3 = untuk netral 2 = untuk tidak baik

1 = untuk sangat tidak baik

Kemudian untuk mencari nilai kepercayaan terhadap buah salak (bi) dilakukan dengan membagi banyaknya jawaban responden dengan jumlah responden, yaitu :

(42)

bi = e d c b a e d c b a + + + + + + + +4 3 2 5 Keterangan :

bi = nilai kepercayaan terhadap buah salak a = jumlah responden yang memilih sangat baik b = jumlah responden yang memilih baik

c = jumlah responden yang memilih netral d = jumlah responden yang memilih tidak baik e = jumlah responden yang memilih sangat tidak baik

b. Menentukan evaluasi mengenai atribut (ei) dengan menentukan standar (scoring) dengan menggunakan skala Likert seperti langkah di atas, kemudian skor masing-masing atribut dikalikan dengan frekuensi jawaban responden untuk mengetahui nilai evaluasi konsumen terhadap atribut buah salak.

c. Menentukan sikap terhadap obyek (Ao) dengan rumus : Ao= bi . ei

Dimana :

Ao = sikap konsumen terhadap buah salak

bi = tingkat kepercayaan konsumen bahwa buah salak yang dibeli memiliki variabel tertentu

ei = dimensi evaluatif (evaluasi) konsumen terhadap variabel ke – I yang dimiliki buah salak

(43)

1. Ukuran buah 2. Rasa buah 3. Warna kulit buah 4. Tekstur daging buah

Untuk menentukan atribut mana yang dominan dipertimbangkan oleh konsumen adalah dengan mengurutkan indeks sikap konsumen dari nilai yang tertinggi hingga terendah. Indeks sikap konsumen (Ao) yang tertinggi terhadap suatu atribut buah salak, menunjukkan bahwa atribut tersebut merupakan atribut yang dominan dipertimbangkan oleh konsumen.

(44)

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografis

Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar yang berada di daerah Propinsi Jawa Tengah yang terletak antara 1100 45’15” dan 1100 45’35” Bujur Timur dan antara 70 36’ dan 70 56’ Lintang Selatan. Wilayah Kota Surakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian ± 92 m di atas permukaan laut. Suhu udara rata-rata di Kota Surakarta berkisar antara 25,90 C sampai dengan 27,90 C. Sedangkan kelembaban udara berkisar antara 69% sampai dengan 86%.

Kota Surakarta berbatasan dengan beberapa Kabupaten yaitu : Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali, Kabupaten Karanganyar

Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar

Luas wilayah Kota Surakarta mencapai 44,03 km2 yang terbagi dalam 5 kecamatan yaitu Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Pengggunaan lahan di Kota Surakarta pada tahun 2006 yaitu sebagai berikut:

Tabel 5. Luas Lahan Menurut Penggunaan di Kota Surakarta

No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase (%)

1. Pemukiman 2685,83 61

2. Jasa 440,30 10

(45)

4. Industri 88,06 2 5. Tegalan 88,06 2 6. Sawah 176,12 4 7. Kuburan 44,03 1 8. Lapangan olahraga 44,03 1 9. Taman 44,03 1 10 Tanah kosong 44,03 1 11. Lain-lain 440,30 10

Sumber: Badan Pusat Statistik Surakarta, 2006

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa sebagian besar lahan digunakan untuk pemukiman yaitu sebesar 61 %. Sedangkan untuk kegiatan ekonomi, lahan yang digunakan berkisar antara 20 % dari luas yang ada. Lahan untuk pertanian berupa tegalan dan sawah masing-masing ebesar 2% dan 4% dari wilayah Surakarta. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian di Kota Surakarta. Terjadinya alih fungsi tersebut menyebabkan semakin berkurangnya lahan pertanian, sehingga tidak ada lahan untuk produksi buah-buahan termasuk buah salak. Tidak adanya produksi buah salak di Kota Surakarta menjadi peluang besar bagi daerah sentra produksi buah salak untuk memenuhi kebutuhan dan menguasai pangsa pasar buah salak di Kota Surakarta.

B. Keadaan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk Kota Surakarta berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 1980, 1990, dan tahun 2000 juga berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 1995 dan hasil Pendaftaran

(46)

Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B) tahun 2003 dan Data Update P4B tahun 2004, serta hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2005 dan 2006, maka dapat diketahui pertumbuhan penduduk Kota Surakarta sebagai berikut:

Tabel 6. Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1980-2005

Tahun Jumlah

penduduk (jiwa)

Pertambahan jiwa dari kurun waktu sebelumnya (jiwa) Pertumbuhan penduduk (%) 1990 503.827 34.295 0,73 1995 516.594 12.767 0,51 2000 490.214 -26.830 -0,21 2003 497.234 7.020 0,48 2004 510.711 13.477 2,71 2005 2006 534.540 512.898 23.829 -21.642 4,66 -4,05 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2006

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa pada tahun 2000, jumlah penduduk Surakarta mengalami penurunan sebesar 0,21% dibandingkan tahun 1995. Tetapi pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 2,71%. Kemudian pada tahun 2005 Kota Surakarta menunjukkan pertumbuhan penduduk yang paling tinggi yaitu naik sebesar 4,66%. Pertumbuhan yang sangat pesat akan mengakibatkan semakin padat dan berkembangnya wilayah di sekitar Kota Surakarta yaitu sebagian lahan digunakan untuk tempat tinggal maupun usaha. Meskipun demikian pertumbuhan penduduk yang rata-rata semakin meningkat tersebut merupakan pasar potensial sebagai sasaran pemasar buah salak untuk memperluas pangsa pasar.

2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data hasil sensus penduduk tahun 1980, 1990, dan tahun 2000 juga berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 1995 dan hasil Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B) tahun 2003 (kondisi April 2003) dan Data Update P4B tahun 2004 (kondisi Maret 2004), serta hasil Survei Sosial

(47)

Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2005 dan 2006, maka dapat diketahui perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dan perempuan di Kota Surakarta dan besarnya sex ratio dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 1980-2005

Tahun Jenis kelamin Jumlah

(jiwa) Sex Ratio (%) Laki-laki Perempuan 1990 242.071 261.756 503.827 92,48 1995 249.084 267.510 516.594 93,11 2000 238.158 252.056 490.214 94,49 2003 242.591 254.643 497.234 95,27 2004 249.278 261.433 510.711 95,35 2005 2006 250.868 254.259 283.672 258.639 534.540 512.898 88,44 98,31 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2005

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2006 jumlah penduduk Kota Surakarta yang berjenis kelamin perempuan selalu lebih besar dari pada jumlah penduduk Kota Surakarta yang berjenis kelamin laki-laki. Pada tahun 2006 tercatat rasio jenis kelamin yaitu sebesar 98,31, yang artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 98 penduduk laki-laki. Hal ini juga menunjukkan adanya penurunan rasio jenis kelamin dari tahun 2005 yaitu sebesar 9,87%.

3. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2005 keadaan penduduk Kota Surakarta menurut kelompok umur dan jenis kelami disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2006

Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Kelompok

Umur

(tahun) Laki-laki Perempuan

%

0-4 18.177 19.053 37.230 7,26

5-9 21.243 16.425 37.668 7,34

(48)

15-19 20.805 21.681 42.486 8,28 20-24 26.061 24.747 50.808 9,91 25-29 30.441 25.185 55.626 10,85 30-34 23.433 22.557 45.990 8,97 35-39 15.330 17.520 32.850 6,40 40-44 18.834 22.338 41.172 8,03 45-49 14.454 18.177 32.631 6,36 50-54 16.863 15.111 31.974 6,23 55-59 9.855 10.512 20.367 3,97 60-64 6.570 8.541 15.111 2,95 65+ 11.826 15.768 27.594 5,38 Jumlah 254.259 258.639 512.898 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2006

Pada Tabel 8 dapat diketahui bahwa pada tahun 2006 jumlah penduduk terbesar terdapat pada kelompok umur 25-29 tahun, yaitu sebanyak 55.626 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat pada kelompok umur 60-64 yaitu sebesar 15.111 jiwa. Tabel diatas juga menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kota Surakarta merupakan kelompok usia produktif. Sedangkan jumlah usia non produktif (0-4, 5-9, 10-14, 60-64, 65+) dimana jumlahnya lebih kecil dari kelompok usia produktif menujukkan beban tanggungan yang ditanggung kelompok produktif terhadap kelompok non produktif lebih ringan.

4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Menurut data BPS Surakarta tahun 2006 yaitu berdasarkan hasil dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2006 dapat diketahui banyaknya penduduk Kota Surakarta menurut tingkat pendidikan pada tahun 2006 disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Banyaknya Penduduk Kota Surakarta 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2006

Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa)

Tamat Akademi / PT 33.823 Tamat SMU 98.186 Tamat SLTP 102.494 Tamat SD 104.270 Tidak Tamat SD 43.302 Belum Tamat SD 66.223

Gambar

Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Tiap 100 Gram Buah Salak dari Bagian yang  Dapat Dimakan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah
Tabel  2.  Rata-rata  Pengeluaran  Rumah  Tangga  per  Bulan  per  Kapita  untuk  buah-buahan di Kota Surakarta Tahun 2002
Tabel 3. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang Buah di Pasar Tradisional di         Surakarta
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Tabel 2 menunjukkan bahwa keragaman jenis kapang dalam manisan buah salak sleman dan gading dengan kadar gula 300 g/l lebih kecil dari pada dalam kadar gula 200 g/l dan 250

Manisan buah salak dengan menggunakan gula pasir lebih disukai panelis dari pada manisan dengan sirup glukosa hasil hidrolisa amailum biji

Ekstrak daging buah salak Bongkok umur tua 200 ppm dipilih untuk penelitian utama karena ada beberapa hal yaitu kandungan senyawa aktif dalam ekstrak salak tua

Pelaku usaha buah impor diharapkan dapat mempertahankan preferensi konsumen terhadap buah impor dengan cara menjual buah impor yang memiliki rasa manis, ukuran yang besar, aroma

Dari hasil penelitian, kelompok perlakuan II dengan pemberian sari buah salak pondoh dosis 25 ml/kg BBg/kg BB dan kelompok perlakuan III dengan sari buah salak pondoh dosis 50

Hasil penelitian ini dapat disarankan bagi produsen susu Ultra Milk serta produsen susu cair UHT yang lain sebaiknya melakukan strategi pemasaran sesuai dengan apa yang

Berdasarkan uji statistik, susut bobot salak dengan perlakuan A dan B tidak berbeda nyata sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan kantong LDPE individu pada buah salak

Secara umum, tingkat kekerasan buah salak yang diberikan perlakuan simulasi La Nina mengalami penurunan yang lebih tinggi dibandingkan pada buah salak tanpa simulasi