• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL BERDASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA DIDIK : Studi Deskriptif terhadap peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL BERDASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA DIDIK : Studi Deskriptif terhadap peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

NOMOR: 294/S/PPB/2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL BERDASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA DIDIK

(Studi Deskriptif terhadap peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

RINA YULIANA 0802751

(2)

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

NOMOR: 294/S/PPB/2015

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL BERDASARKAN PERILAKU ASERTIF

PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 43 BANDUNG

(Studi deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

Oleh Rina Yuliana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Rina Yuliana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

NOMOR: 294/S/PPB/2015

(4)

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

(5)

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Rina Yuliana (2015). Program Bimbingan Pribadi Sosial Berdasarkan Perilaku Asertif Peserta Didik SMP.

(Studi Deskriptif Terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

Penelitian bertujuan untuk menghasilkan program bimbingan pribadi sosial yang layak berdasarkan perilaku asertif peserta didik. Masalah utama penelitian adalah “Bagaimana gambaran perilaku asertif peserta didik kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung?” dan “Bagaimana rumusan Program Bimbingan Pribadi Sosial berdasarkan Perilaku Asertif Peserta Didik kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung?”. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi deskriptif. Sampel penelitian sebanyak 306 peserta didik. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap peserta didik berada pada kategori asertif sebanyak 176 orang (57,52%), dan sebanyak 130 peserta didik (42,48%) berada pada kategori tidak asertif. Rekomendasi penelitian ditunjukan kepada (1) guru pembimbing, program bimbingan pribadi sosial berdasarkan perilaku asertif peserta didik dapat menjadi rujukan dalam upaya membantu peserta didik dalam mengembangkan perilaku asertif peserta didik dan (2) peneliti selanjutnya, pengembangan program bimbingan pribadi sosial yang dirumuskan bersifat hipotik, peneliti selanjutnya diharapkan mampu melakukan uji coba program bimbingan pribadi sosial berdasarkan profil perilaku asertif untuk mengembangkan perilaku asertif peserta didik sehingga dapat dilakukan penyempurnaan terhadap program.

(6)

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Rina Yuliana (2015). Social Personal Guidance Program Based of Assertive Behavior Students of Junior High School.

(Descriptive Study of Students Against Class VIII SMP Negeri 43 Bandung Academic Year 2014/2015)

The research program aims to produce a viable social personal guidance by assertive behavior of learners. The main problem of research is "How illustration assertive behavior class VIII students of SMP Negeri 43 Bandung?" And "How Social Personal Tutoring program formulation based Assertive Behavior of Students in class VIII SMP Negeri 43 Bandung?". The research method used is descriptive study. The research sample as many as 306 students. Results of research conducted on students in the category assertive as many as 176 people (57.52%), and as many as 130 students (42.48%) are in the category are not assertive. Recommendations research showed to (1) a tutor, program the personal guidance of social based assertive behavior learners can become a reference in an effort to assist students in developing assertive behavior of learners and (2) further research, development program personal guidance social formulated are mortgages, further research is expected to be able to test social programs based personal guidance to develop a profile of assertive behavior assertive behavior of learners that can be done improvements to the program.

(7)

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah... 6

C. Penjelasan Istilah ... 7

D. Tujuan Penelitian... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II PERILAKU ASERTIF DAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL A. Konsep Prilaku Asertif 1. Remaja ... 11

2.Definisi Perilaku Asertif ... 17

3. Faktor-faktor yang Memepengaruhi Perilaku Asertif ... 19

4. Pentingnya Perilaku Asertif... 20

5.Aspek-aspek Perilaku Asertif ... 23

6. Perkembangan Perilaku Asertif ... 23

7. Perilaku Asertif Remaja ... 25

B. Konsep Program Bimbingan Pribadi Sosial 1. Definisi Bimbingan Pribadi Sosial ... 26

2. Tujuan Bimbingan Pribadi Sosial... 27

3. Bidang Layanan Bimbingan Pribadi Sosial... 28

4. Kerangka Teoretik Program Bimbingan Pribadi Sosial ... 29

C. Penelitian Terdahulu ... 32

D. Kerangka Pemikiran ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Populasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian ... 38

2. Populasi Penelitian ... 38

B. Desain Penelitian ... 39

C. Metode Penelitian ... 39

(8)

vi

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

E. Instrumen Penelitian

1. Penyusunan Instrumen... 41

2. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen... 42

3. Pedoman Penyekoran dan Penafsiran... 43

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Kelayakan Instrumen... 45

2. Uji Keterbacaan ... 46

3. Uji Validitas dan Reliabilitias ... 46

G. Pengumpulan Data Penelitian 1. Penyusunan Proposal ... 49

2. Perizinan Penelitian ... 50

3. Penyusunan dan Pengembangan Alat Pengumpul Data ... 50

4.penyebaran Angket Perilaku Asertif ... 50

5. Perumusan Program Pribadi Sosial ... 50

H. Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Perilaku Asertif Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 ... 54

2. Gambaran Umum Perilaku Asertif Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 berdasarkan aspek ... 55

(9)

vii

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Perilaku Asertif Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 ... 75 2. Perilaku Asertif Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 Berdasarkan Pencapaian Aspek dan Indikator ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan... 81 B. Rekomendari... 81

(10)

viii

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1... Jumlah Anggota Populasi dan Sampel 40 Tabel 3.2... Kisi-kisi Instrumen Penelitian Sebelum Uji Coba 44 Tabel 3.3...Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban 45 Tabel 3.4... Interpretasi Skor Perilaku Asertif 46 Tabel 3.5... Kategori Tingkat Perilaku Asertif Peserta Didik 46 Tabel 3.6... Hasil Uji Validitas 48 Tabel 3.7...Interpretasi Validitas 49 Tabel 3.8... Kisi-kisi Instrumen Penelitian Setekah Uji Coba 50 Tabel 4.1Gambaran Umum Perilaku Asertif Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 43

Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 ... 60 Tabel 4.2Gambaran Tingkat pencapaian dan Deskripsi Kebutuhan Perilaku Asertif

kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 ... 60 Tabel 4.3 Pengembangan Tema Program Bimbingan Pribadi Sosial Berdasarkan

Profil Perilaku Asertif Peserta Didik ... 69 Tabel 4.4Instrumen Evaluasi Program Bimbingan Pribadi Sosial Berdasarkan Profil

(11)

ix

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN

Halaman

(12)

x

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Halaman

(13)

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan suatu bangsa. Dalam pendidikan dimuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, dan benar untuk kehidupan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 menjelaskan:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Tujuan pendidikan nasional menyatakan pendidikan bukan hanya bertujuan membentuk generasi muda yang memiliki kemampuan dalam aspek kognitif, melainkan juga menjadikan generasi muda agar memiliki kepribadian yang utuh, berahlak mulia sehingga generasi muda berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang bersumber dari agama, masyarakat, dan budaya.

Generasi muda yang dimaksud salah satunya adalah peserta didik. Peserta didik diharapkan memiliki kepribadian yang utuh, sehingga diperlukan lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan memiliki tanggung membantu peserta didik menjadi manusia yang berkepribadian. Sekolah merupakan suatu lingkup formal dari lembaga pendidikan. Implikasinya dengan kata lain sekolah memiliki tanggung jawab untuk membantu mengembangkan kepribadian peserta didik.

Tugas sekolah menurut Kartadinata (1983:150) “sekolah tidak hanya menekankan kepada pengembangan kemampuan kognitif, tetapi juga menekankan

(14)

2

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab besar untuk mencapai tujuan pendidikan dalam mengembangkan potensi peserta didik.

Hurlock (1986:322) mengemukakan sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (peserta didik) baik dalam berfikir, bersikap maupun berperilaku. Menurut Havighurst (Yusuf & Nurihsan, 2008:196), sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab dalam membantu para peserta didik mencapai tugas perkembangannya. Di sekolah diharapkan mempunyai kondisi yang kondusif, yaitu suatu kondisi yang dapat memfasilitasi peserta didik untuk mencapai tugas perkembangan.

Layanan bimbingan diperlukan untuk memfasilitasi peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangan. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dalam proses pendidikan yang memiliki peranan penting dalam mencegah atau mengatasi permasalahan peserta didik. Salah satu tujuan layanan bimbingan dan konseling adalah membantu peserta didik agar dapat mencapai kompetensi kemandirian peserta didik. Kompetensi kemandirian peserta didik terbagi menurut tingkatan sekolah.

Standar kompetensi kemandirian peserta didik sekolah menengah pertama menurut Kementrian Pendidikan Nasional (Depdikbud, 2008:255) terdiri ari sebelas aspek, yaitu: 1) landasan hidup religius; 2) landasan perilaku etis; 3) kematangan emosi; 4) kematangan intelektual; 5) kesadaran tanggung jawab sosial; 6) kesadaran gender; 7) pengembangan diri; 8) perilaku kewirausahaan; 9) wawasan dan kesiapan karir; 10) kematangan hubungan dengan teman sebaya.

(15)

3

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dalam rangka mencapai perkembangan otonominya (kemandiriannya). Selama periode remaja, kelompok sebaya dipandang dapat menawarkan atau memberikan ganjaran (reward) sosial yang lebih menarik dibandingkan dengan keluarga.

Remaja yang berperilaku asertif akan dapat mempertahankan keaslian dirinya. Perilaku asertif membuat peserta didik menjadi lebih percaya diri dan merasa berharga, memiliki konsep diri yang tepat, meningkatkan pengendalian diri (self-control) dalam kehidupan sehari-hari, serta memperoleh hubungan yang adil dengan

orang lain. Peserta didik yang berperilaku asertif dapat mengatasi kecemasan yang dihadapinya akibat perlakuan yang dirasakan tidak adil oleh lingkungan, meningkatkan kemampuan untuk bersikap jujur terhadap diri sendiri dan lingkungan, serta meningkatkan kehidupan pribadi dan sosial agar lebih efektif. Perilaku asertif dapat ditingkatkan dengan suatu proses pelatihan.

Penelitian Gozali (2011:113) efektivitas assertive training dalam mereduksi perilaku konformitas teman sebaya yang berlebihan pada peserta didik kelas XI SMA Purgabaya Bandung diketahui tingkat perilaku asertif terhadap perilaku konformitas teman sebaya yang berlebihan dari jumlah populasi sebanyak 80 peserta didik menunjukan peserta didik yang memiliki kategori tinggi sebanyak 13 peserta didik (16,2%) yang berarti peserta didik dapat bersikap asertif terhadap perilaku konformitas teman sebaya yang berlebihan dan peserta didik yang memiliki kategori rendah sebanyak 67 peserta didik (83,8%) yang menunjukan mayoritas peserta didik tidak dapat bersikap asertif tehadap perilaku konformitas teman sebaya yang berlebihan.

(16)

4

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Penelitian Hendrayani (2011:161) penggunaan teknik assertive training dalam mereduksi overconformity terhadap kelompok teman sebaya pada siswa S MA pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 7 Bandung diketahui tingkat konformitas terhadap kelompok teman sebaya pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 7 Bandung tahun pelajaran 2010/2011 secara rinci sebagai berikut: 0,38 % sangat rendah, 1,90% rendah, 24,24% sedang, 65,53% tinggi, 7,95% sangat tinggi. Teknik assertif efektif untuk mereduksi overconformity terhadap kelompok teman sebaya pada siswa SMA.

Penelitian Haniah (2011:84-85) assertive training untuk mencegah perilaku penyalahgunaan NAPZA pada Remaja pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 40 Bandung dikelahui asertifitas remaja terhadap perilaku penyalahgunaan NAPZA sebesar 71,43% (230 siswa) termasuk pada kategori asertif dan 28,57% (92 siswa) termasuk pada kategori tidak asertif. Kategori tidak asertif sebesar 28,57% dimaknai remaja belum mampu untuk besikap tegas dan mengatakan tidak pada penggunaan NAPZA. Hal ini terjadi karena remaja masih dalam proses pencarian jati diri sehingga sebagian besar remaja mengikuti arus konformitas.

Penelitian Pitasari (2013:9) peningkatan kecerdasan emosional siswa dari skor awal 53.55% menjadi 59.9% pada siklus I dan dari 59.9% menjadi 68.5% pada siklus II. Data menunjukkan terjadi peningkatan sebesar 11.8% dari kondisi awal ke siklus I dan 15.1% dari siklus I ke siklus II. Semakin baik penerapan konseling behavioral dengan teknik assertive training yang diberikan untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa, maka semakin baik hasil yang didapat.

(17)

5

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Rathus mengemukakan berkembangnya perilaku asertif dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dialami individu dalam lingkungan sepanjang masa hidupnya (Rahmawaty, 2010:101). Perilaku asertif berkembang sejak anak melakukan interaksi dengan orang tua dan orang-orang dewasa lain di sekitarnya. Pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sekitar, jenis kelamin, kebudayaan, usia, tingkat pendidikan, situasi dan kondisi dapat menentukan kemampuan individu berperilaku asertif.

Permasalahan peserta didik berdasarkan penelitian-penelitian yang dapat diatasi dengan berprilaku asertif, sebagai berikut :1) konformitas teman sebaya yang berlebihan, 2) perilaku asertif diperlukan peserta didik untuk mempertahankan harga dirinya agar tidak menjadi korban bullying, 3) mencegah perilaku penyalahgunaan NAPZA, 4) meningkatkan kecerdasan emosional siswa, 5) meningkatkan pilihan strategi yang ada untuk peserta didik ketika berada pada situasi bullying, 6) memberikan kesempatan untuk menyiapkan penerapan strategi yang tegas untuk mengatasi situasi bullying, dan 7) menolong peserta didik untuk merasa lebih percaya diri dan meningkatkan harga diri.

Bimbingan pribadi sosial perupakan upaya preventif konselor agar konseli memiliki kemampuan menghadapi masalah-masalah yang akan menghambat tugas perkembangan. (Yusuf & Nurihsan 2008:16) Secara spesifik dengan menerapkan program bimbingan pribadi sosial menggunakan teknik assertive training dapat meningkatkan perilaku asertif peserta didik.

Program bimbingan pribadi sosial dapat diterapkan pada situasi-situasi interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan layak atau benar. Assertive training akan membantu individu yang: 1) tidak mampu mengungkapkan kemarahan

(18)

respon-6

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

respon positif lainnya; 5) merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri. Assertive training pada dasarnya merupakan penerapan latihan bagi perkembangan individu untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Pada perilaku asertif tingkat sensitivitas yang dimiliki cukup tinggi sehingga dapat membaca situasi yang terjadi di sekelilingnya, yang memudahkannya untuk menempatkan diri dan melakukan aktivitasnya secara strategis, terarah dan terkendali.

Berdasarkan paparan latar belakang, dipandang penting mengembangkan program bimbingan pribadi sosial yang dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan perilaku asertif, sehingga peserta didik memiliki keterampilan dalam menghadapi masalah-masalah pribadi dan lingkungan sosialnya.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan penelitian

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1986:206). Masa remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

(19)

7

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Keyakinan-keyakinan, pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang terbentuk selama fase perkembangan individu akan berperan dalam membentuk perilaku pasif, asertif, atau asertif.

Galassi & Galassi (1977:4) mengemukakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku asertif yang meliputi hukuman, ganjaran, modeling, kesempatan untuk mengembangkan perilaku yang sesuai, standar budaya dan keyakinan pribadi, serta keyakinan akan hak mutlak sebagai individu, dimana hal inilah yang turut mendukung proses perkembangan perilaku asertif. Individu dapat berperilaku asertif maupun tidak asertif ditentukan dari situasi sosial tertentu.

Perilaku asertif dikembangkan dalam bentuk bimbingan pribadi sosial untuk mengatasi situasi interpersonal peserta didik yang konfliktual. Bimbingan dalam bentuk kegiatan bimbingan yang berdasarkan program bimbingan pribadi sosial menggunakan teknik assertive training untuk meningkatkan perilaku asertif peserta didik.

Permasalahan utama penelitian adalah “Bagaimana program bimbingan pribadi sosial berdasarkan profil perilaku asertif menurut para ahli?”

Permasalahan diuraikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Seperti apa gambaran perilaku asertif pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015?

2. Bagaimana rumusan program bimbingan pribadi sosial berdasarkan profil perilaku asertif menurut para ahli?

(20)

8

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pada rumusan masalah, terdapat dua konsep utama yang harus dibatasi dan dijelaskan secara operasional, yaitu perilaku aseritf peserta didik dan program bimbingan pribadi sosial. Adapun batasan operasional masing-masing konsep adalah sebagai berikut.

1. Perilaku Asertif

McBride (1998:5) individu berperilaku aserrtif adalah individu yang percaya diri, menghormati diri sendiri dan kesetaraan hak dengan orang lain, memiliki tujuan hidup, dapat mengemukakan ketidaktahuan, dapat berbicara untuk diri sendiri dan orang lain, mengemukakan pendapat tanpa menyakiti perasaan orang lain, memahami sudut pandang orang lain pada saat tidak setuju dengan pendapat orang lain, tidak menyudutkan pendapat orang lain.

Moore (2007:1) the psychological concept of assertiveness provokes a great deal of interest in the social psychological field mainly because of its multidimensional defenition that covers the three major tenets of human expression: behavior, cognition, and affect. Behaviorally, assertiveness is exercised when an individual is capable of freely expressing his or her emotions, is able to defend his or her purposes or goals in general and specific situations, and can establish rewarding and fulfilling interpersonal relationship. Affectively and cognitively, reacting to positive and negative emotions without undue anxiety or aggression.

Menurut Moore perilaku asertif termasuk dalam ranah psikologi sosial, karena

perilaku asertif memiliki definisi multidimensional yang meliputi tiga prinsip utama dari

ekspresi manusia yaitu: perilaku, kognisi, dan afeksi. Dalam konteks perilaku, asertifitas

dilakukan ketika seseorang mampu mengekspresikannya emosi, mampu

mempertahankan tujuan yang ingin capai, baik dalam situasi yang umum ataupun situasi

yang spesifik, dan dapat memberikan manfaat yang berpengaruh pada hubungan. Konsep

afektif dan kognitif dari perilaku aseertif ditunjukan dengan kemampuan bereaksi dan

mengekspresikan emosi positif dan negatif tanpa menunjukan kecemasan dan agresi.

(21)

9

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

prinsip utama yaitu: perilaku, kognisi, dan afeksi. Perilaku asertif adalah suatu upaya individu untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan kepada orang lain dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak pribadi dan orang lain. Pada dimensi kognisi (pengetahuan) perilaku asertif meliputi: (1) memahami ketakutan dan keyakinan irasional meliputi tidak menampilkan ekspresi cemas, berbicara dengan lugas, menerima kekurangan diri, dan menampilkan respon untuk melawan rasa takut; (2) mempertahankan hak-hak pribadi meliputi menatap lawan bicara, menanyakan alasan setiap diminta untuk melakukan sesuatu, mencapai tujuan dalam situasi tertentu, menerima dan menghargai hak-hak orang lain. Pada dimensi afeksi (sikap) perilaku asertif meliputi: (1) mengungkapkan perasaan dan pikiran meliputi memberikan pujian kepada orang lain, mengungkapkan perasaan kepada orang lain secara spontan dan tidak berlebihan, berbicara mengenai diri sendiri, menyampaikan persetujuan dan ketidaksetujuan, menampilkan respon positif dan negatif kepada orang lain; (2) mengungkapkan keyakinan meliputi menolak permintaan dengan tegas, bertanggung jawab dengan perbuatan diri sendiri.

2. Program Bimbingan pribadi sosial

Juntika Nurihsan (Yusuf & Nurihsan, 2008:16) bimbingan pribadi sosial adalah bimbingan untuk membantu individu dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial.

Bimbingan dan konseling sosial adalah upaya bantuan yang dilakukan guru bimbingan dan konseling atau pembimbing kepada peserta didik dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pergaulan, penyelesaian konflik, penyesuaian diri, dan isolasi yang diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya (Yusuf dan Hurihsan, 2008: 11).

(22)

10

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

tertentu. Suatu program bimbingan dapat disusun berdasarkan kerangka pemikiran tertentu yang mempengaruhi pola dasar yang dipegang dalam mengatur seluruh kegiatan bimbingan yang diadakan.

Program bimbingan pribadi sosial adalah serangkaian aktivitas layanan bantuan yang dilakukan oleh pembimbing kepada peserta didik di sekolah, yang ditunjukan untuk membantu peserta didik dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pergaulan, penyelesaian konflik, dan penyesuaian diri.

D. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian adalah memperoleh data efektivitas program bimbingan dengan menggunakan teknik assertive training dalam meningkatkan perilaku asertif pada peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015. Adapun tujuan khusus penelitian adalah memperoleh:

1. data empirik perilaku asertif pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015;

2. rumusan program bimbingan menggunakan teknik assertive training untuk meningkatkan perilaku asertif menurut para ahli;

E. Manfaat Penelitian

Mengacu pada tujuan penelitian, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 43 Bandung, peneliti selanjutnya, dan jurusan Bimbingan dan Konseling.

1. Manfaat bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Program dapat menjadi rujukan bagi guru bimbingan dan konseling untuk membantu peserta didik perilaku asertif.

(23)

11

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian tentang perilaku asertif dan melaksanakan intervensi- intervensi bimbingan dan konseling.

3. Manfaat bagi Jurusan Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian memeperluas khasanah praktis program intervensi bimbingan untuk meningkatkan perilaku asertif peserta didik.

F. Struktur Organisasi Skripsi

(24)

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung tahun ajaran 2014/2015. Sampel penelitian diambil dari Kelas VIII berdasarkan pertimbangan sebagai berikut.

1) Peserta didik kelas VIII merupakan peserta didik yang mengalami periode transisi dari masa anak-anak ke masa remaja awal yang berada pada puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Emosi remaja berada dalam situasi sturm and drung sebab belum stabil sebagai akibat dari bagian perubahan yang terjadi pada masa remaja, maka kemungkinan besar akan terjadinya penyimpangan tingkah laku (Santrock, 2003:26).

2) Hasil wawancara guru BK di SMP Negeri 43 Bandung terdapat peserta didik yang belum memiliki kemampuan berperilaku asertif.

Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 3.1

Jumlah Anggota Populasi dan Sampel

Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung

No Kelas Jumlah Peserta Didik

(25)

38

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi. Adapun sampel dalam penelitian adalah keseluruhan dari populasi yang ada, yaitu semua peserta didik kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 306 pserta didik. Teknik pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik populasi yaitu teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010:68). Pengambilan sampel populasi berdasarkan semua peserta didik dinilai memiliki variasi yang berhubungan dengan penelitian.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisa data hasil penelitian dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik. Pendekatan secara kuantitatif digunakan untuk menjawab masalah (Sugiyono, 2010: 16) dan digunakan untuk menganalisa data mengenai perilaku asertif berdasarkan perhitungan secara statistik yang diperoleh melalui penyebaran instrument perilaku aserif.

Jenis penelitian kuantitatif dipilih mengingat tujuan yang hendak dicapai mencakup usaha-usaha untuk menjelaskan profil perilaku asertif yang terjadi melalui angket sebagai alat pengumpul data primer. Instrumen angket yang dikembangkan berbentuk kuisioner yang merupakan “teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab oleh responden” (sugiyono, 2010: 142). Berdasarkan hipotesis dalam rancangan penelitian ditentukan variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian. Ada dua variabel yaitu variabel perilaku asertif, dan program bimbingan sosial.

C. Metode Penelitian

(26)

39

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dan penyimpulan data hasil dari penelitian yang bertujuan untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2010: 207).

Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok, manusia, objek, suatu set kondisi, suatu set pemikiran, ataupun peristiwa pada masa sekarang. Metode deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap objek penelitian (Sukmadinata, 2005: 53). Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif yanag akan mendesktipsikan karakteristik motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik SMP khususnya peserta didik SMP Negeri 43 Bandung sebagai dasar untuk pengembangan program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan perilaku asertif pesrta didik. Hasil penelitian akan mendeskripsikan karakteristik perilaku asertif peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 43 Bandung yang menjadi data awal dalam pengembangan program bimbingan dan konseling belajar yang secara hipotetik dapat meningkatkan motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik.

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian meliputi: (1) program bimbingan pribadi sosial, (2) perilaku asertif.

1. Program bimbingan pribadi sosial menggunakan pelatihan asertif

(assertive training)

Program bimbingan pribadi sosial menggunakan pelatihan asertif (assertive training) adalah seperangkat aktivitas bimbingan terapi perilaku yang

(27)

40

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

yang tidak logis, 2) menerima/mengemukakan fakta atau masalah-masalah yang dihadapi, 3) berlatih untuk bersikap asertif sendiri, 4) menempatkan individu pada situasi yang sulit, dan 5) membawa situasi asertif pada situasi yang sebenarnya. 2. Perilaku asertif

Secara operasional, yang dimaksud dengan perilaku asertif adalah suatu kemampuan peserta didik kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung tahun ajaran 2014/2015 untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan kepada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain, meliputi aspek-aspek:

a. Memahami ketakutan dan keyakinan irasional meliputi tidak menampilkan ekspresi cemas, berbicara dengan lugas, menerima kekurangan diri, dan menampilkan respon untuk melawan rasa takut; b. Mempertahankan hak-hak pribadi meliputi menatap lawan bicara,

menanyakan alasan setiap diminta untuk melakukan sesuatu, mencapai tujuan dalam situasi tertentu, menerima dan menghargai hak-hak orang lain;

c. Megungkapan perasaan dan pikiran meliputi memberikan pujian kepada orang lain, mengungkapkan perasaan kepada orang lain secara spontan dan tidak berlebihan, berbicara mengenai diri sendiri, menyampaikan persetujuan dan ketidaksetujuan, menampilkan respon positif dan negatif kepada orang lain;

d. Mengungkapkan keyakinan menolak permintaan dengan tegas, bertanggung jawab dengan perbuatan diri sendiri.

E. Pengembangan Instrumen dan Pengumpulan Data

1. Penyusunan Instrumen

(28)

41

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

alternatif jawaban yang disediakan merupakan sesuatu yang berjenjang. Perilaku asertif, instrumen yang digunakan adalah angket tertutup dalam bentuk checklist, yakni angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga tinggal memberikan tanda checklist pada kolom jawaban yang sesuai (Riduwan, 2012:40).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah angket yang dikembangkan dari karakteristik perilaku asertif Lange dan Jakubowski. Butir-butir pernyataan dalam instrumen merupakan gambaran tentang karaktersitik perilaku asertif peserta didik. Angket perilaku asertif mempunyai dua pilihan jawaban, yaitu “Ya” dan “Tidak”. Skor dalam setiap item berkisar dari 1-0. Angket pengungkap karakteristik perilaku asertif digunakan untuk mengetahui profil perilaku asertif peserta didik kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung.

2. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap tingkat perilaku asertif pada peserta didik dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi instrumen tingkat perilaku asertif (tabel 3.2) disajikan sebagai berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Program Bimbingan Pribadi Sosial Berdasarkan Profil Perilaku Asertif Peserta Didik SMP

Tidak menampilkan ekspresi cemas 1,2,3,4, 4

Berbicara dengan lugas 5, 6,7, 3

Menerima kekurangan diri 8, 9, 10, 3

Menampilkan respon untuk melawan rasa takut 11, 12, 13, 3

Mempertahankan hak-hak pribadi

Menatap lawan bicara 14, 15, 16, 3

Menanyakan alasan setiap diminta untuk

melakukan sesuatu 17, 18, 19 3

Berusaha untuk mencapai tujuan dalam situasi

(29)

42

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Aspek Indikator No. Item

(+)

Serta menerima dan menghargai pujian orang

lain 23, 24, 25 3

Mengungkapkan perasaan dan

pikiran

Memberikan pujian untuk menghargai tingkah

laku orang lain 26, 27,28, 3

Mengungkapkan perasaan kepada orang lain

secara spontan dan tidak berlebihan 29, 30,31, 3 Berbicara mengenai diri sendiri 32, 33, 34, 3 Menyampaikan persetujuan dan ketidaksetujuan

terhadap sesuatu 35, 36, 37, 3

Menampilkan respon positif terhadap orang lain 38, 39, 40, 3

Menyatakan keyakinan

Menolak permintaan dengan tegas 42, 43, 44, 3

Bertanggung jawab atas sikap dan perbuatan sendiri

45, 46, 47, 48, 49, 50, 6

Total Pernyataan 50

3. Pedoman Penyekoran dan Penafsiran

Instrumen penelitian, merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data (Arikunto,2006:112). Variabel sikap asertif menggunakan instrumen pengumpulan data berbentuk skala, yakni sebuah pengumpul data yang berbentuk seperti daftar cocok dengan alternatif jawaban yang disediakan merupakan sesuatu yang berjenjang. Perilaku asertif, instrumen yang digunakan adalah angket tertutup dalam bentuk checklist, yakni angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga tinggal memberikan tangda checklist pada kolom jawaban yang sesuai (Arikunto, 2006:112).

a. Penyekoran

(30)

43

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

“Tidak”. Skor dalam setiap item berkisar dari 1-0. Angket pengungkap karakteristik perilaku asertif.

Angket perilaku asertif dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan beserta kemungkinan jawabannya. Item pernyataan tentang perilaku asertif peserta didik dibuat dalam bentuk alternatif respon subjek yaitu “Ya” dan “Tidak”. Skor dalam setiap item berkisar dari 1-0. Semakin tinggi skor yang diperoleh responden berarti peserta didik memiliki kemampuan berperilaku asertif, dan apabila semakin rendah skor yang diperoleh responden berarti peserta didik belum memiliki kemampuan berperilaku asertif. Kriteria penyekoran instrumen adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Skor Item (+)

Ya 1

Tidak 0

b. Penafsiran

Perhitungan skor perilaku asertif peserta didik adalah dengan menjumlahkan seluruh skor dari tiap-tiap pertanyaan sehingga didapatkan skor total perilaku asertif. Data yang telah terkumpul dari responden selanjutnya dibagi ke dalam empat tingkat perilaku asertif yang diperoleh melalui konversi skor mentah menjadi skor matang dengan menggunakan batas lulus ideal dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Menghitung skor total masing-masing responden.

2) Mengkorversi skor responden menjadi skor baku, dengan rumus:

Keterangan : � = skor responden yang hendak diubah menjadi skor T

(31)

44

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

s = standar deviasi skor kelompok 3) Mengkonversi skor Z menjadi skor T, dengan rumus: 4) Mengelompokan data menjadi tiga kategori dengan pedoman sebagai berikut.

Tabel 3.4

Pengelompokan bertujuan untuk memperoleh profil perilaku asertif peserta didik kelas VIII SMP Negerti 43 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015. Adapun penjelasan dalam setiap kriteria skor perilaku asertif adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5

Kategori Tingkat Perilaku Asertif Peserta Didik

No Kriteria Deskripsi

1 Asertif ( > 39,7)

Pada kategori ini, peserta didik pemahaman tentang ketakutan dan keyakinan yang irasional, mampu mempertahankan hak-hak pribadi, mampu mengungkapkan apa yang dirasakan dan dipikirkan, dan mampu menyatakan keyakinan.

2 Tidak Asertif ( < 39,7)

(32)

45

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

F. Proses Pengembangan Instrumen

Kuisoner sebagai alat pengumpul data yang dipergunakan telah melalui beberapa tahap pengujian, sebagai berikut.

1. Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen bertujuan mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan konten. Penimbang dilakukan oleh tiga dosen ahli/dosen dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

Penilaian oleh tiga dosen ahli dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan item dapat digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan yaitu item tidak dapat digunakan atau diperlukannya revisi pada item.

2. Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan dilakukan pada tanggal 10 Juni 2014 kepada subjek usia remaja yaitu kepada tujuh orang peserta didik SMP untuk mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kata-kata yang kurang dipahami, sehingga kalimat dalam pernyataan dapat disederhanakan tanpa mengubah maksud dari pernyataan tersebut. Setelah uji keterbacaan pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh usia remaja dan kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas Butir Item

(33)

46

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur.” Semakin tinggi nilai validasi maka menunjukkan semakin valid instrumen yang akan digunakan.

Instrumen dikatakan valid apabila mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006: 168). Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan layanan microsoft excel 2007 . Pengujian validitas alat pengumpul data menggunakan rumus korelasi pearson product-moment dengan skor mentah. Pengujian validitas butir dilakuka terhadap 50 butir pernyataan dengan subjek peserta didik kelas VIII, dari 50 butir pernyataan diperoleh 48 butir

(34)

47

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

D = Difference, sering dgunakan juga B singkatan dari Beda, Beda Skor antara subjek

N = Banyaknya subjek

Tabel 3.7 Interpretasi Validitas

Nilai r Interpretasi

0,81 – 1,00 Sangat Tinggi 0,61 – 0,80 Tinggi 0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2006:146) b. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana instrumen yang digunakan tersebut dapat dipercaya atau derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda. Arikunto (2006: 178) mengungkapkan “suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat data karena instrumen tersebut sudah baik.” Instrumen yang reliabilitas menghasilkan data yang dipercaya, karena berapa kali pun data diambil hasilnya akan tetap sama.

Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varian skor perolehan subjek.Adapun rumus yangdigunakan dengan metode metode belah dua (split-half method)dimana jumlah butir pernyataan dibagi dua menjadi jumlah pernyataan

nomor ganjil dan jumlah pernyataan nomor genap dengan menggunakan rumus Spearmen-Brownsebagai berikut.

⁄ ⁄ ⁄ ⁄

Keterangan:

rll = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

(35)

48

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

(Arikunto, 2006: 93) Hasil uji reliabilitas menunjukan nilai reliabilitas instrumen (rll) sebesar

0.760564.dengan tingkat kepercayaan 75%, artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalan tinggi, yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan sudah baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.

Keterangan :

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Program Bimbingan Pribadi Sosial Berdasarkan Profil Perilaku Asertif Peserta Didik SMP

Menampilkan respon untuk melawan rasa takut 11, 12, 13, 3

Mempertahankan hak-hak pribadi

Menatap lawan bicara 14, 15, 16, 3

Menanyakan alasan setiap diminta untuk

melakukan sesuatu 17, 18, 19 3

Berusaha untuk mencapai tujuan dalam situasi

tertentu 20, 21, 22 3

Serta menerima dan menghargai pujian orang

lain 23, 24, 25 3

Mengungkapkan perasaan dan

pikiran

Memberikan pujian untuk menghargai tingkah

laku orang lain 26, 27,28, 3

Mengungkapkan perasaan kepada orang lain

secara spontan dan tidak berlebihan 29, 30,31, 3 Berbicara mengenai diri sendiri 32, 33, 34, 3

(36)

49

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Aspek Indikator No. Item

(+)

terhadap sesuatu

Menampilkan respon positif terhadap orang lain 38, 39, 40, 3

Menyatakan keyakinan

Menolak permintaan dengan tegas 42, 43, 44, 3

Bertanggung jawab atas sikap dan perbuatan sendiri

Rancangan kegiatan dalam penelitian dituangkan dalam bentuk proposal. Penyusunan proposal dimulai dari pengajuan tema bahasan penelitian kepada dewan skripsi, kemudian proposal penelitian diseminarkan untuk mendapatkan masukan. Langkah penyusunan proposaladalah sebagai berikut.

a. Menentukan permasalahan yang akan dijadikan tema penelitian dan membuat peta masalah.

b. Menentukan pendekatan masalah yang meliputi metode penelitian, teknik pengumpulan data, penentuan sampel dan populasi, teknik pengolahan data, dan teknik analisis data.

c. Menyusun proposal skripsi dengan sistematika penulisan yang telah ditentukan.

2. Perizinan Penelitian

Perizinan penelitian diperlukan sebagai legitimasi dari pelaksanaan penelitian. Proses perizinan penelitian diperoleh dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, BAAK UPI, dan SMP Negeri 43 Bandung.

3. Penyusunan dan Pengembangan Alat Pengumpul Data

(37)

50

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kemampuan berperilaku asertif peserta didik kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung. Item pernyataan dibuat berdasarkan kisi-kisi instrumen yang bersumber dari komponen perilaku asertif Lange dan Jakubowski. Angket pengungkapan kemampuan berperilaku asertif digunakan mengungkapkan gambaran perilaku asertif peserta didik kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung.

4. Penyebaran Angket Perilaku Asertif

Pelaksanaan penyebaran angket perilaku asertif dilakukan dengan menyebar angket perilaku asertif pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung untuk mengetahui tingkat perilaku asertif.

5. Perumusan Program Pribadi Sosial

Langkah selanjutnya setelah hasil dari profil perilaku asertif didapatkan adalah merancang program hipotetik bimbingan pribadi sosial.

Proses yang dilaksanakan dalan uji kelayakan program bimbingan karir, yaitu (a) konsultasi dengan dosen pembimbing mengenai program yang telah disusun; (b) meminta pertimbangan kepada tiga orang pakar yaitu dosen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang merupakan dua pakar program dan satu pakar pribadi sosial, serta satu orang praktisi yaitu guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 43 Bandung.

Adapun struktur program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan perilaku asertif peserta didik kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 yang diuji kelayakannya adalah sebagai berikut.

a. Rasional

Rasional yang dinyatakan layak adalah rasional yang menjelaskan dasar pemikiran mengenai urgensi bimbingan dan konseling di dalam keseluruhan program khususnya bimbingan pribadi sosial, dan gambaran perilaku asertif peserta didik SMP.

(38)

51

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Deskripsi kebutuhan yang dinyatakan layak adalah yang menjelaskan layanan-layanan yang dibutuhkan oleh peserta didik berdasarkan profil perilaku asertif yang didapatkan dari hasil analisis Instrumen Perilaku Asertif Peserta Didik SMP.

c. Tujuan Program

Tujuan program yang dinyatakan layak adalah tujuan yang mendeskripsikan mengenai tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam meningkatkan perilaku asertif peserta didik.

d. Sasaran Program

Sasaran program yang dinyatakan layak adalah sasaran yang menjelaskan mengenai peserta didik yang paling membutuhkan layanan bimbingan untuk meningkatkan perilaku asertif.

e. Tahapan Kegiatan

Tahapan kegiatan yang dinyatakan layak adalah tahapan kegiatan yang berisi matriks dan uraian secara rinci mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan satuan layanan yang telah dibuat untuk memfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan perilaku asertif.

f. Pengembangan Topik

Pengembangan Topik yang dinyatakan layak adalah topik yang menggambarkan berbagai materi yang akan digunakan dalam pelaksanaan layanan dalam program bimbingan pribadi sosial. Topik kemudian dioperasionalkan dalam bentuk Rancangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling.

g. Evaluasi dan Tindak Lanjut Program

Evaluasi yang dinyatakan layak didasarkan pada dua aspek, yaitu evaluasi proses. Evaluasi proses merupakan evaluasi apakah layanan bimbingan yang dilaksanakan sesuai dengan program yang telah dibuat.

(39)

52

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Verifikasi Data

Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut.

a. Melakukan pengecekan jumlah instrumen yang telah terkumpul.

b. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari peserta didik dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah ditetapkan.

c. Setelah tabulasi data maka dilanjutkan dengan melakukan perhitungan statistik sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

2. Proses Analisis Data

Proses analisis data bertujuan untuk mengolah data menggunakan program Ms. Excel 2007 untuk mendapatkan hasil perhitungan statistik yang dapat di analisis sesuai kebutuhan penelitian.

I. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Persiapan penelitian dimulai dengan disusunnya proposal penelitian, kemudian proposal diseminarkan. Setelah itu dilanjutkan dengan pengajuan pembimbing I dan pembimbing II, proposal disahkan oleh pembimbing dan dewan skripsi.

b. Pengurusan perizinan penelitian melalui jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), BAAK Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Tahap Pelaksanaan

(40)

53

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

b. Melakukan uji keterbacaan kepada enam orang peserta didik kelas VIII SMP yang bukan merupakan sampel penelitian.

c. Memberikan instrumen penelitian dengan cara menyebarkan instrumen perilaku asertif kepada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

d. Melakukan pengolahan dan menganalisis data tentang perilaku asertif peserta didik.

e. Menentukan subjek/sasaran kegiatan dalam program bimbingan sosial yang akan disusun untuk meningkatkan perilaku asertif peserta didik yaitu kelompok kelas yang tingkat kemampuan asertifitasnya rendah.

f. Melakukan uji kelayakan program bimbingan sosial pada dosen ahli. 3. Hasil dan Laporan

1) Menyusun BAB IV dan V untuk menjelaskan hasil serta kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

(41)

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dipaparkan pada bab IV, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagaian besar peserta didik (57,52%) termasuk dalam kategori asertif yang berarti peserta didik memahami ketakutan dan keyakinan yang irasional, mampu mempertahankan hak-hak pribadi, mampu mengungkapkan apa yang dirasakan dan dipikirkan, dan mampu menyatakan keyakinan.

2. Pada pencapaian setiap aspek perilaku asertif, hasil penelitian menunjukan sebagian besar peserta didik (78,8%) memiliki aspek mengungkapkan perasaan dan pikiran cukup untuk dapat memberikan pujian dan menghargai orang lain, mengungkapkan perasaan secara spontan dan tidak berlebihan, berbicara mengenai diri sendiri, menyampaikan persetujuan dan ketidaksetujuan, dan menampilkan respon positif.

3. Pengembangan program bimbingan pribadi sosial berdasarkan profil perilaku asertif peserta didik dikembangkan berdasarkan masalah prioritas yang diperlukan oleh peserta didik atas dasar hasil penelitian untuk mengembangkan perilaku asertif dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Layanan-layanan yang diberikan dalam program disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik berdasarkan pencapain aspek dan indikator perilaku asertif.

B. Rekomendasi

(42)

83

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Bagi Guru Pembimbing (Konselor)

Program bimbingan pribadi sosial berdasarkan profil perilaku asertif peserta didik dapat menjadikan berperilaku asertif sebagai perilaku yang diterapkan sehari-hari dilakukan berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang sudah dipaparkan pada bab IV dengan menggunakan strategi layanan dasar bimbingan, layanan responsif, perencanaan individual dan dukungan sistem. Guru pembimbing diharapkan dapat menjalin kerjasama dengan seluruh personel yang terlibat sebagai stakeholder dan mempublikasikan program bimbingan secara menyeluruh agar program dapat berjalan secara komprehensif dan tujuan program dapat tercapai sesuai harapan.

Evaluasi program bimbingan pribadi sosial dilakukan setelah kegiatan layanan bimbingan belajar selelsai diberikan kepada peserta didik dengan melakukan evaluasi dengan memperhatikan langkah-langkah evaluasi dan aspek-aspek yang dinilai dalam evaluasi program.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Pengembangan program bimbingan pribadi sosial yang dirumuskan bersifat hipotetik, peneliti selanjutnya diharapkan mampu melakukan uji coba program bimbingan pribadi sosial berdasarkan profil perilaku asertif untuk mengembangkan perilaku asertif peserta didik sehingga dapat dilakukan penyempurnaan terhadap program.

(43)

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alberti, R. dan Emmons, M. (2002). Your Perfect Right. Alih Bahasa: Budi Thjahya, G. U. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Ed Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Azwar, S. (2011). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar.

Baron, R. & Byrne, D. (2005).Psikologi Sosial.Jakarta: Erlangga.

Bedell, J. R. & Lennox. (1997). Handbook for Comunication and Problem Solving Skill Training. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

Cawood, Diana. (1997). Manajer yang Asertif (Terampil Mengelola Orang dan Efektif Dalam Berkomunikasi). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Corey, Gerald. (2009). Teoridan Praktek Konseling & Psikoterapi.

DEPDIKBUD. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: DEPDIKNAS.

Fadlillah, Syukron. (2013). Program Belajar untuk Meningkatkan Motovasi Berprestasi Peserta Didik. Skripsi Sarjana FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Fensterheim. (1980). Jangan Bilang Ya Bila Anda Akan Mengatakan Tidak . Jakarta: Gunung Jati.

Fidianti, Risma (2009). Penggunaan Teknik Assertive Training Untuk Mereduksi Kebiasaan Merokok Pada Remaja. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

(44)

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gozali, Trivia S. (2011). Efektivitas Assertive Training dalam Mereduksi Perilaku Konformitas Teman Sebaya yang Berlebihan. Skripsi Sarjana FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Gunarsa, Singgih. (1992). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Haniah, Pani S. (2011). Assertivitas Training untuk Mencegah Perilaku Penyalahgunaan NAPZA pada Remaja. Skripsi Sarjana FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Hendrayani, Ida. (2011). Penggunaan Teknik Assertive Training dalam Mereduksi Overconformity terhadap Kelompok Teman Sebaya pada Siswa SMA. Skripsi Sarjana FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Hurlock, Elizabeth. (1986). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Julio, Dimas.(2011). Asertivitas. [Forum Online]. Tersedia: http://www.ururureaoka.blogspot.com/2011/10/asertivitas.html [Diakses 17 Desember 2014]

Joice and Weil. (1980). Model of Teaching. New Jersey: Prentice-Hall., Inc. Kartadinata, S. (1983). Kontribusi Iklim Kehidupan Keluarga dan Sekolah

Terhadap Adekuasi Penyesuaian Diri. Tesis Fakultas Ilmu Pendidikan UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Kartika, Risna. (2013). Efetivitas Assertive Training dalam Menangani Korban Cyberbullying. Skripsi Sarjana FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Moore, Kimberley A.. (2007). The Relationship between Assertiveness and Social Anxiety in College Students. [Online]. Tersedia: http://www.kon.org/urc/v6/moore.html [Diakses 5 Juni 2015]

Novitriani, Sheilia. (2014). Menumbuhkan Perilaku Asertif pada Remaja. [Online]. Tersedia: http://lensasiswa.com/menumbuhkan-perilaku-asertif-pada-remaja/ [Diakses 30 November 2014]

Nurihasan, Juntika. (2003). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara

(45)

79

Rina Yuliana, 2015

PROGRAM BIMBINGAN PRIBAD I SOSIAL BERD ASARKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA D ID IK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Rahmawaty, Olga D. (2010). Penggunaan Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Assertive Training Untuk Mereduksi Perilaku Merokok Pada Anak Jalanan Usia Sekolah Dasar. Skripsi Sarjana FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Rakos, R. F. (1991). Assertive Bahavior Theory, Research, and Training. New York: Chapman and Hall Inc.

Rathus, S. A. & Nevid, J. S. (2009). Psychology and the Challenges of Life (Adjustment and Growth 11th Edition). USA: John Wiley & Sons

Riduwan. (2012). Pengantar Statistika Sosial. Bandung: Alfabeta

Santrock, John W. (2003). Adolescence (Perkembangan Remaja Edisi Keenam).Jakarta : Erlangga.

Sarwono, Jonathan. (2008).Teori Analisis Regresi Linier.[Forum Online]. Tersedia: http://www.jonathansarwono.info/regresi/regresi.htm

Sebayang, Evi Ulina. (2011). Perbedaan Keterampilan sosial antara Siswa Homeschooling dan Siswa yang Mengikuti Program Reguler. [Forum

Online]. Tersedia:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23250/2/Chapter%20II.pdf [Diakses 16 Desember 2014]

Sukmadinata, Nana S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono.(2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Surabaya: Karina

Winkel. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia.

Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Anggota Populasi dan Sampel
Tabel 3.2  Kisi-kisi Instrumen Penelitian Program Bimbingan Pribadi Sosial Berdasarkan Profil
Tabel 3.4 Interpretasi Skor Perilaku Asertif
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penunjukan/pengangkatan pejabat-pejabat dan personalia Sub Direktorat Landreform tersebut dilaksanakan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri atas usul dari Direktur Jenderal

serdang bedagai adalah mayoritas petani sebagai mata pencahariannya, sawah yang menjadi tempat mencari penghasilan untuk menghidupi keluarga tidak sepenuhnya bisa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar logam kadmium (Cd), tembaga (Cu), dan zink (Zn) di dalam produk ikan tuna kemasan kaleng berdasarkan waktu penyimpanan dengan

[r]

POLA PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI TUNANETRA (Studi Deskriptif di Panti Sosial Bina Netra Wyta Guna Bandung.

Menurut Dorkas (2015), telah melakukan penelitian terhadap kandungan logam seng dan tembaga dalam produk daging sapi kemasan kaleng (corned beef) berdasarkan waktu kadaluwarsa

Faktor penghambat dan faktor pendukung dalam pola pembinaan keagamaan bagi tunanetra di Panti Sosial Bina Netra Wyataguna Bandung ……… 78. Pembahasan

Jadi, perangkat transmisi Uplink berfungsi sebagai pemroses suara dan gambar televisi dari studio televisi ataupun sinyal baseband dari sentral Telekomunikasi untuk dijadikan