iii
Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
PENGARUH KOPI LUWAK (Civet coffee) TERHADAP WAKTU REAKSI SEDERHANA PADA PEREMPUAN DEWASA
Rislefia Amadina Sinaga, 2015, Pembimbing I: Sri Nadya J. Saanin., dr., Mkes Pembimbing II: Jo Suherman, dr., M. S, AIF
Waktu reaksi adalah interval waktu dihitung mulai pemberian rangsang sampai terjadinya respon. Dalam kehidupan manusia waktu reaksi penting terutama pada aktivitas yang membutuhkan reaksi cepat, misalnya mengemudi dan perlombaan olahraga. Kafein dosis rendah sebagai zat stimulan dalam kopi luwak menstimulasi kerja saraf dalam mengurangi keletihan dan meningkatkan kewaspadaan sehingga konsentrasi meningkat menyebabkan waktu reaksi lebih singkat.
Tujuan penelitian untuk menilai pengaruh meminum kopi luwak terhadap Waktu Reaksi Sederhana pada perempuan dewasa.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental kuasi dengan rancangan pemeriksaan pre-test dan post-test. Subjek penelitian adalah tiga puluh orang perempuan berusia 18-23 tahun. Data yang diukur adalah waktu reaksi sederhana untuk cahaya merah, kuning, hijau, biru serta suara nada tinggi dan rendah, sebelum dan sesudah meminum kopi luwak sejumlah 80 mg kafein dalam 100cc air 95°C. Analisis data menggunakan uji “t” berpasangan dengan α=0,05. Kemaknaan dinilai berdasarkan nilai p≤0,05.
Hasil penelitian rerata waktu reaksi sederhana untuk cahaya warna merah, kuning, hijau, biru, suara nada rendah, dan tinggi sebelum dan sesudah meminum kopi luwak berturut-turut dalam detik 0,079; 0,089; 0,069; 0,086; 0,082; 0,075 yang menunjukkan percepatan waktu reaksi sederhana dengan perbedaan sangat signifikan (p<0,01).
Simpulan dari penelitian ini adalah kopi luwak mempersingkat waktu reaksi sederhana perempuan dewasa.
iv
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
THE EFFECT OF CIVET COFFEE ON SIMPLE REACTION TIME IN ADULT WOMEN
Rislefia Amadina Sinaga, 2015, Tutor 1st : Sri Nadya J. Saanin., dr., Mkes Tutor 2nd: Jo Suherman, dr., M. S, AIF
Reaction time is the time interval counted from the administration of stimulus until the occurence of respond. In everyday life, reaction time is important mainly in activities where fast reaction is necessary, such as driving and sport competitions. Low dose caffeine as the stimulating agent in civet coffee can rouse the nervous activity in reducing exhaustion and increasing awareness so that concentration will increase, leading to shorter reaction time.
The objective of this study was to assess the effect of drinking civet coffee towards simple reaction time in adult women.
This study used quasi experimental method with pre-test and post-test design. Subject of this research were thirty women aged eighteen to twenty-three years old. Measured data was simple reaction time for the color red, yellow, green, blue, and low and high tone sound, before and after drinking civet coffee with 80 mg of caffeine in 100 cc of 95°C water. Data was analyed with paired T test with α=0.05. Significance was assessed based on p≤0.05.
The result were the average simple reaction time for red, yellow, green, blue, low pitch sound, and high pitch sound before and after drinking civet coffee respectively in seconds were 0.079; 0.089; 0.069; 0.086; 0.082; 0.075 which showed an acceleration in simple reaction time with highly significant differences. The conclusion was that civet coffee shortened simple reaction time in adult women.
vii
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN... i
SURAT PERNYATAAN... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2
1.3.1 Maksud Penelitian... 2
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3
1.4.1 Manfaat Akademik ... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 3
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3
1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 4
BAB II ... 5
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Otak ... 5
viii
Universitas Kristen Maranatha
2.1.2 Formatio Reticularis ... 6
2.1.3 Proses Pengolahan Stimulus Menjadi Respon dalam SSP ... 8
2.2 Waktu Reaksi ... 13
2.2.1 Definisi Waktu Reaksi ... 14
2.2.2 Sejarah Waktu Reaksi ... 14
2.2.3 Klasifikasi Waktu Reaksi ... 15
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Waktu Reaksi ... 17
2.3 Kopi Luwak ... 24
2.3.1 Sejarah Kopi Luwak ... 25
2.3.2 Jenis kopi dan Pengolahannya ... 27
2.3.3 Kandungan Kopi ... 34
2.3.4 Manfaat Kopi Luwak ... 35
2.3.5 Efek Samping Kopi ... 35
2.4 Kafein ... 36
2.4.1 Senyawa Kafein ... 36
2.4.2 Farmakodinamik ... 37
2.4.3 Mekanisme Kerja ... 38
2.4.4 Farmakokinetik ... 39
BAB III ... 41
BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 41
3.1 Alat dan Bahan ... 41
3.1.1 Alat... 41
3.1.2 Bahan ... 41
3.2 Subjek Penelitian ... 41
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42
3.4 Metode Penelitian ... 42
3.4.1 Desain Penelitian ... 42
3.4.2 Variabel Penelitian ... 43
3.4.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 43
3.4.4 Perhitungan Besar Sampel ... 43
ix
Universitas Kristen Maranatha
3.5.1 Pengumpulan Bahan ... 44
3.5.2 Persiapan Bahan Uji... 44
3.5.3 Pelaksanaan Penelitian ... 44
3.6 Analisis Data ... 46
3.7 Hipotesis Statistik ... 46
3.8 Kriteria Uji ... 46
3.9 Aspek Etik Penelitian ... 46
BAB IV ... 48
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1 Hasil ... 48
4.2 Pembahasan ... 49
4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 50
BAB V ... 51
SIMPULAN DAN SARAN ... 51
5. 1. Simpulan ... 51
5. 2 Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
LAMPIRAN ... 54
x
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xi
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1. Anatomi Otak ... 5
Gambar 2.2. Formatio Reticularis ... 8
Gambar 2.3. Sensibilitas Sel Kerucut ... 10
Gambar 2.4. Jaras Penglihatan ... 11
Gambar 2.5. Proses Pengolahan Suara ... 13
Gambar 2.6. Hubungan Intensitas Stimulus Dengan WRS ... 17
Gambar 2.7. Hubungan Tingkat Kewaspadaan Dengan WRS ... 18
Gambar 2.8. Perongkol ... 28
Gambar 2.9. Pemberian Kopi sebagai Pakan Luwak ... 30
Gambar 2.10. Biji Kopi dari Feses Luwak ... 30
Gambar 2.11. Pencucian Biji Kopi Luwak ... 31
Gambar 2.12. Proses Sortirasi dan Pengkelasan Kopi Luwak ... 32
Gambar 2.13. Kopi Luwak Setelah Disangrai ... 33
xii
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Informed Consent ... 54
Lampiran 2. Lembar Kerja ... 55
Lampiran 3. Data Hasil Penelitian ... 57
Lampiran 4. Data Hasil Pengolahan SPSS ... 59
Lampiran 5. Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian ... 61
1
Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia selalu mengadakan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Interaksi ini dapat berupa aksi dan reaksi. Aksi adalah keadaan dimana seseorang
memulai suatu interaksi, sedangkan reaksi adalah keadaan dimana seseorang
memberi respon terhadap suatu rangsang yang diterimanya secara sadar dan
terkendali. Reaksi ini menjadi penting apabila diaplikasikan dengan berbagai
keadaan yang memerlukan tindakan yang tepat dan cepat (Houssay, 1995).
Interaksi ini dapat dilakukan baik dengan individu lain maupun benda-benda
disekitarnya. Antara pemberian rangsang sampai terjadinya respon membutuhkan
waktu yang dapat diukur, yang disebut waktu reaksi. Dalam kehidupan manusia
waktu reaksi penting, karena dapat mempengaruhi aktivitas seseorang terutama
pada aktivitas yang membutuhkan reaksi cepat (Sherwood, 2014).
Kopi (Coffea sp) merupakan salah satu minuman yang kini semakin digemari.
Aroma dan kenikmatan minum kopi memang tidak bisa dipungkiri oleh siapa saja.
Ada sekitar 70 spesies kopi (Coffea sp), diantaranya yang cukup terkenal adalah
kopi arabika (C. arabika) dan kopi robusta (C. canephora). Kopi Luwak dari
Indonesia ada yang berasal dari kopi robusta dan kopi arabika. Kopi luwak (Civet
coffee) merupakan kopi yang populer dengan harga jual tertinggi di dunia karena
keunikannya. Biji kopi luwak dikumpulkan dari kotoran musang luwak. Kopi ini
memiliki cita rasa yang khas dan unik akibat proses terbentuknya yang tidak lazim
setelah dicerna dalam saluran pencernaan luwak. Banyak yang beranggapan
tentang akibat buruk dari mengonsumsi kopi. Namun sebenarnya, jika dikonsumsi
dengan baik (tidak berlebihan) kopi memiliki beberapa manfaat baik. Beberapa
penelitian ilmiah membuktikan, bahwa minum kopi bermanfaat untuk kesehatan,
seperti meredakan nyeri, mengurangi nafsu makan, mempercepat pembakaran
lemak, meredakan serangan migrain dan asma, mencegah penyakit Parkinson,
2
Universitas Kristen Maranatha Kafein merupakan zat yang menimbulkan banyak manfaat misalnya
menekan rasa kantuk, mengurangi rasa bosan, meningkatkan semangat saat
bekerja, serta meningkatkan kewaspadaan sehingga baik dikonsumsi terutama
untuk aktivitas menyetir jarak jauh, bekerja di waktu malam maupun bekerja
dengan mesin pabrikan. Dalam kasus-kasus di atas, boleh dibilang kafein telah
menjadi ‘penyelamat hidup’ karena dapat mengurangi resiko kecelakaan kerja
dengan mesin pabrikan maupun kecelakaan lalu lintas karena mengantuk (Paskah,
2008).
Berdasarkan hal di atas, penulis bermaksud untuk meneliti pengaruh meminum
kopi luwak (Civet coffee) terhadap waktu reaksi sederhana pada wanita dewasa
normal.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah kopi luwak jenis arabika mempersingkat waktu reaksi sederhana
(WRS) pada perempuan dewasa.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian untuk mengetahui apakah kopi luwak berefek stimulan SSP.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk menilai pengaruh kopi luwak terhadap waktu reaksi
3
Universitas Kristen Maranatha 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
1.4.1 Manfaat Akademik
Untuk memperluas pengetahuan tentang manfaat meminum kopi luwak yang
berefek stimulan SSP terhadap waktu reaksi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa kandungan dalam kopi
luwak dapat mempercepat waktu reaksi.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian sebelumnya oleh Lorist dan Snel menemukan bahwa dosis
sedang kafein dapat mempersingkat waktu reaksi (Kosinski, 2008). Kafein
memiliki peran sebagai stimulan dan dapat mencegah rasa kantuk. Struktur kafein
mirip dengan struktur senyawa turunan xanthine lain yaitu adenosin. Adenosin
sendiri merupakan penyusun senyawa ATP (Adenosin Trifosfat), yaitu senyawa
penghasil energi bagi tubuh manusia (Ukhradiya, 2013).
Kafein yang masuk ke dalam tubuh mudah terbawa aliran darah dan
masuk ke otak melewati membrane penghalang antara darah dan otak. Di otak,
terdapat reseptor adenosin. Molekul kafein yang secara struktur mirip dengan
adenosin akan mengikat reseptor adenosin tersebut dan menghalangi sel otak
untuk mengikat adenosin. Oleh karena itu, kafein bertindak sebagai inhibitor
kompetitif. Adenosin ditemukan di setiap bagian tubuh karena berperan dalam
metabolisme energi-ATP dan diperlukan untuk sintesis RNA. Adenosin pada otak
befungsi melindungi otak dengan menekan aktivitas saraf dan meningkatkan
4
Universitas Kristen Maranatha jumlah yang seimbang, karena itu secara alami tubuh kita akan mengirimkan
sinyal “mengantuk” jika kadar adenosin meningkat. Kafein akan membalikkan
semua kerja adenosin, sehingga tubuh tidak lagi mengantuk, tetapi muncul
perasaan segar, sedikit gembira, mata terbuka lebih lebar, namun jantung juga
akan berdetak lebih cepat, tekanan darah naik, otot-otot berkontraksi dan hati akan
melepas gula ke aliran darah yang akan membentuk energi ekstra. (Ukhradiya,
2013).
Penghambatan aktivitas adenosin akan meningkatkan kewaspadaan.
Peningkatan kewaspadaan ini akan meningkatkan konsentrasi yang kemudian
akan mempersingkat waktu reaksi. Selain itu, kafein juga menstimulasi jantung
dan sistem pernafasan pada tubuh seseorang, sehingga sebagai akibatnya terjadi
peningkatan suplai oksigen dan aliran darah ke otak. Bertambahnya suplai oksigen
dan aliran darah, akan menambah kecepatan kerja dari otak. Terjadinya
peningkatan tersebut, dapat menambah kewaspadaan dan meningkatkan
konsentrasi seseorang yang akan mempengaruhi waktu reaksi (Weinberg &
Bealer, 2010).
1.5.2 Hipotesis Penelitian
Kopi luwak jenis arabika mempersingkat waktu reaksi sederhana pada
51
Universitas Kristen Maranatha BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Simpulan
Kopi luwak jenis arabika mempersingkat Waktu Reaksi Sederhana (WRS) pada perempuan dewasa.
5. 2 Saran
Penelitian menggunakan jenis kopi lain yang lebih rendah dosis kafeinnya. Penelitian menggunakan subjek penelitian laki-laki.
52
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Andrewes, D. (2001). Neuropsychology From Theory to Practice. New York:
Psychology Press.
Barret, K. E., Barman, S. M., Boitano, S., & Brooks, H. L. (2003). Ganong's
Review of Medical Physiology. United States of America: McGraw-Hill
Medical.
Bear, M. F., Connors, B. W., & Paradiso, M. A. (2001). Neuroscience Exploring
the Brain (3 ed.). United States of America: Lippincott Williams &
Wilkins.
Buldani, D. (2011, Januari 22). Mengungkap Rahasia Bisnis Kopi Luwak.
Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
Chawla, J. (2011, Desember). Neurologic Effect of Caffeine. Dipetik Oktober 23,
2015, dari http://emedicine.medscape.com
Corbet, & Hill. (2007, Agustus 15). Infraspecific Taxon Details : Paradoxurus
hermaphroditus dongfangensis. Dipetik Oktober 27, 2015, dari Species
2000 ITIS: http://www.catalogueoflife.org
Departemen Farmakologi dan Theurapeutik Fakultas Kedokteran Univesitas
Indonesia. (2009). Farmakologi dan Terapi (5 ed.). Jakarta: Balai Penerbit
FK UI.
Dewi, D. (2012). Sehat dengan Secangkir Kopi. (Sandiantoro, Penyunt.)
Surabaya: Stomata.
Drake, R. L., Vogl, A. W., & Mitchell, A. W. (2012). Gray Dasar-dasar Anatomi.
Singapore: Elsevier Churchill Livingstone.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2014). Textbook of Medical Physiology (11 ed.).
Jakarta: EGC.
Houssay, B. A. (1955). Human Physiology (2 ed.). New York: Mc Graw-Hill
Book Company.
Indonesia, Menteri Pertanian Republik. (2015). Peraturan Menteri Pertanian
Republik Indonesia. Permentan. Jakarta: Berita Negara Republik
53
Universitas Kristen Maranatha Kadrie, I. (2012, Maret). Kaffein. Dipetik Oktober 20, 2015, dari
http://ifahkadrie.blogspot.com
Katzung, G. B. (2001). Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Penerbit Salemba
Medica.
Kosinski, R. J. (2008, December 17). A Literature Review on Reaction Time.
Mescher, A. L. (2010). Junqueira's Basic Histology Text & Atlas (12 ed.).
United States: Mc Graw-Hill.
Moore, K. L., Dalley, A. F., & Agur, A. M. (2013). Clinically Oriented Anatomy
(5 ed.). Jakarta: Erlangga.
Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem (8 ed.). (H. O. Ong,
A. A. Mahode, D. Ramdhani, Penyunt., & B. Pendit, Penerj.) Jakarta:
EGC.
Weinberg, A. B., & Bealer, B. K. (2010). The Miracle of Caffeine. (T. C.
Advantage, Penerj.) Bandung: Qanita.
Wibowo, D. S. (2014). Neuroanatomi untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang:
Bayumedia Publishing.
Woodworth, R. S., & Schloberg, H. (1971). Reaction Time In Experimental