• Tidak ada hasil yang ditemukan

UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

Pusat Penelitian Dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Tahun 2021

Kementerian Sosial RI sebagai leading Sector dalam penanganan permasalahan kemiskinan mengembangkan Kewirausahaan untuk mengentas permasalahan kemiskinan bagi penerima program keluarga harapan (PKH) graduasi. Program kewirausahaan sosial merupakan salah satu implementasi dalam mewujudkan SDGs da menyasar kelompok miskin yang paling bawah. Program ini baru dilaksanakan tahun 2020 dengan sasaran sebanyak 1000 KPM PKH.

Pembelajaran dari hasil penelitian ini akan mengoptimalkan keterjangkauann penerima manfaat terhadap berbagai program- program Perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan yang diselenggarakan oleh pemerintah (Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota) melalui kewirausahaan sosial. Diharapkan hasil penelitian ini memberikan anfaat sebagai bahan informasi bagi penentu program penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan hak kewarganegaraan. Lebih jauh lagi penelitian ini dapat memberikan masukan pada pemerintah pentingnya Kewirausahaan sosial bagi penerima program keluarga harapan (PKH) Graduasi.

Buku hasil penelitian ini dapat menambah khasanah baru yang mencerahkan dan sangan layak untuk dibaca khalayak umum serta pemerintahmasalah penanganan kemiskinan, sehingga dapatberbuah kemanfaatan bagi semua

(2)

ProKUS

   





















(3)











UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4

Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.

Pembatasan Pelindungan Pasal 26

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:

i. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;

ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan;

iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan

iv. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(4)

ProKUS

   

ƒ”‹ ƒ”Œƒ–‘‡–‹ƒ™ƒǡ†









 

(5)

ProKUS

Program Kewirausahaan Sosial Konsultan:

Prof. Isbandi Rukminto Adi, Ph.D DR Harapan Lumban Gaol, MSi

Penulis:

Hari Harjanto Setiawan Badrun Susantyo Agus Budi Purwanto

,WD.RQLWD Delfirman Yanuar Wismayanti

Husmiati Yusuf Alit Kurniasari Aulia Rahman

%HODQDZDQH6XOXEHUH Mery Ganti

Widiarto Sumber : Puslit.kemsos.go.id

Ukuran : xii, 13, Uk: 15.5x23 cm

ISBN : No ISBN Cetakan Pertama:

Agustus 2021 Hak Cipta 2021, Pada Penulis Isi diluar tanggung jawab percetakan Copyright © 2021 by Puslitbangkesos

All Right Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau

memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT 978-623-7806-16-5

(6)

—Œ‹•›——”‹–ƒ’ƒŒƒ–ƒ‡Šƒ†‹”ƒ–ŽŽƒŠǡ—Šƒƒ‰ƒŠƒ

•ƒǡ„‡”ƒ–”ƒŠƒ–†ƒƒ”—‹ƒǡ„——Šƒ•‹Ž’‡‡Ž‹–‹ƒ›ƒ‰„‡”Œ—†—Ž

“ProKUS: Program Kewirausahaan Sosial” dapat diselesaikan sesuai

†‡‰ƒ™ƒ–—›ƒ‰†‹”‡…ƒƒƒǤ

‡‡Ž‹–‹ƒ ‹‹ ‡”—’ƒƒ •ƒŽƒŠ •ƒ–— —’ƒ›ƒ †ƒŽƒ ‡™—Œ—†ƒ

‡„‹Œƒƒ ›ƒ‰ „‡”„ƒ•‹• „—–‹ –‡—ƒ Žƒ’ƒ‰ƒ ‡ŽƒŽ—‹ ”‹•‡–Ǥ

‡‡–‡”‹ƒ ‘•‹ƒŽ ‡Žƒ•ƒƒƒ ’”‘‰”ƒ ‡™‹”ƒ—•ƒŠƒƒ ‘•‹ƒŽ

ƒ”‡ƒ ‡‰ƒ†—‰ ‘†‡Ž ’‡„‡”†ƒ›ƒƒ †ƒ ‡”—’ƒƒ  •–”ƒ–‡‰‹

’‡‡”‹–ƒŠ†ƒŽƒ”ƒ‰ƒ‡’‡”…‡’ƒ–‡‰ƒ–ƒ•‹’‡”ƒ•ƒŽƒŠƒ•‘•‹ƒŽ

„ƒ‰‹‡Ž—ƒ”‰ƒ‡‡”‹ƒƒˆƒƒ–ȋȌ”‘‰”ƒ‡Ž—ƒ”‰ƒ ƒ”ƒ’ƒ›ƒ‰

–‡ŽƒŠ”ƒ†—ƒ•‹ǡ„ƒ‹ƒŽƒ‹ƒ—’—ƒ†‹”‹Ǥ‡„ƒ‰—ƒ•‘•‹ƒŽ‡ŽƒŽ—‹

’‡„‡”†ƒ›ƒƒ ȋempoweringȌ „‡”Šƒ”ƒ’ ƒƒ „‡”’‡‰ƒ”—Š †ƒ

„‡”ƒˆƒƒ– •‡…ƒ”ƒ Œƒ‰ƒ ’ƒŒƒ‰ †‹„ƒ†‹‰ ’”‘‰”ƒǦ’”‘‰”ƒ ›ƒ‰

•‹ˆƒ–›ƒcharityǤ

”‘‰”ƒ ‡™‹”ƒ—•ƒŠƒƒ ‘•‹ƒŽ ƒ•‹Š ”‡Žƒ–‹ˆ „ƒ”— †‹ ‡‡–‡”‹ƒ

‘•‹ƒŽǡ †‹ƒ™ƒŽ‹ ’ƒ†ƒ –ƒŠ— ʹͲʹͲ †ƒ †‹—Œ‹ …‘„ƒƒ †‹ Ž‹ƒ

ƒ„—’ƒ–‡Ȁ‘–ƒ›ƒ‹–—ǣƒ„Ǥƒ–—Žǡƒ„Ǥ‡ƒ”ƒ‰ǡƒ„Ǥƒ†—‰ƒ”ƒ–ǡ

ƒ„Ǥ ƒŒƒŽ‡‰ƒ †ƒ   ƒƒ”–ƒǤ ‡…ƒ”ƒ –‡‹• ‡ƒ‹•‡›ƒ ’ƒ”ƒ

’‡•‡”–ƒ”‘†‹„‡”‹ƒ•–‹—Žƒ‘†ƒŽ—•ƒŠƒ•‡„‡•ƒ”͵ǤͷŒ—–ƒ”—’‹ƒŠ

’‡”  —–— ‡‰‡„ƒ‰ƒ —•ƒŠƒ ›ƒ‰ –‡ŽƒŠ †‹”‹–‹•›ƒǤ –—

’‡Žƒ–‹Šƒ ‡™‹”ƒ—•ƒŠƒƒ †ƒ ’‡†ƒ’‹‰ƒ —•ƒŠƒ›ƒ †‹Žƒ—ƒ ‘އŠ

’‹Šƒ ‡–‹‰ƒ †ƒŽƒ ŠƒŽ ‹‹ —•ƒ– —„ƒ•‹ ‹•‹•ǡ †ƒ †ƒŽƒ

’‡Žƒ•ƒƒƒ›ƒ„‡”‘‘”†‹ƒ•‹†‡‰ƒ‹ƒ•‘•‹ƒŽ•‡–‡’ƒ–Ǥ

‡‡Ž‹–‹ƒ˜ƒŽ—ƒ–‹ˆ”‘›ƒ‰†‹Žƒ—ƒ—•Ž‹–„ƒ‰‡•‘•’ƒ†ƒ

–ƒŠ— ʹͲʹͳ ‹‹ ‡”—’ƒƒ –—•‹ —•Ž‹–„ƒ‰ ‡•‘• —–— ‡„‡”‹ƒ

ƒ•—ƒ „ƒ‰‹ ‹”‡–‘”ƒ– ‡†‡”ƒŽ ‡„‡”†ƒ›ƒƒ ‘•‹ƒŽ †ƒŽƒ

’‡‰‡„ƒ‰ƒ ‡™‹”ƒ—•ƒŠƒƒ ‘•‹ƒŽ †‹ †‘‡•‹ƒ ‡Œƒ†‹ އ„‹Š „ƒ‹

•‡„ƒ‰ƒ‹ƒƒ›ƒ‰†‹Šƒ”ƒ’ƒ†ƒ”‹–—Œ—ƒ’”‘‰”ƒǤ

ƒ‹‡›ƒ†ƒ”‹„ƒŠ™ƒ„——‹‹ƒ•‹Š–‡”†ƒ’ƒ–‡—”ƒ‰ƒǡ‘އŠ

ƒ”‡ƒ‹–—ƒ•—ƒȀ”‹–‹•‹›ƒ‰„‡”•‹ˆƒ–‘•–”—–‹ˆ†ƒ”‹’‡„ƒ…ƒ•ƒ‰ƒ–

†‹Šƒ”ƒ’ƒ ‰—ƒ ’‡”„ƒ‹ƒ •‡ŽƒŒ—–›ƒǤ ‡‘‰ƒ „—— ‹‹ †ƒ’ƒ–

(7)

‡„‡”‹ƒ ‘–”‹„—•‹ ›ƒ‰ „‡”ƒˆƒƒ–ǡ „ƒ‹ „ƒ‰‹ ’”ƒ–‹•‹ ƒ—’—

ƒƒ†‡‹•‹›ƒ‰‡‰ƒŒ‹’‡”ƒ•ƒŽƒŠƒ‹‹Ǥ‡’ƒ†ƒ•‡—ƒ’‹Šƒ›ƒ‰

–‡”Ž‹„ƒ– †ƒŽƒ ‡‰‹ƒ–ƒ ’‡‡Ž‹–‹ƒ Š‹‰‰ƒ –‡”™—Œ—†›ƒ „—— ‹‹ǡ ƒ‹

‡›ƒ’ƒ‹ƒ–‡”‹ƒƒ•‹ŠǤ



ƒƒ”–ƒǡ‰—•–—•ʹͲʹͳ

‡’ƒŽƒƒ†‹Ž‹–’‡•‘•

Hartono Laras



(8)

KATA PENGANTAR ………...iii

DAFTAR ISI ...………...……...v

DAFTAR TABEL ……….……….………..vii

DAFTAR GAMBAR………..……….………...ix

BAB I PENDAHULUAN………..………1

Latar Belakang ………...……….1

Rumusan Masalah……….……...……….5

Tujuan Penelitian………...…….….…....………..6

BAB II KEWIRAUSAHAAN SOSIAL ……….………..7

Teori dan Konsep .………...……….………7

Program Kewirausahaan Sosial ………...…….……….9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….………13

Populasi dan Sampel ..………...….………13

Pengumpulan Data ……….…..……… 14

Operasionalisasi Konsep……….….………17

Pengolahan Data ………..………20

Analisis Data ………..……….20

BAB IV GAMBARAN UMUM ProKUS DI LOKASI PENELITIAN…...……..22

DKI Jakarta ………..22

Kabupaten Bandung Barat ………...26

Kabupaten Majalengka ……….……...34

Kabuparen Semarang ………..……..……...47

Kabupaten Bantul ………..……..…...52

(9)

BAB V HASIL PENELITIAN ………...………….………...…....62

Input Program ..………..…...62

Proses Program ………..…..…64

Output Program ………..…….87

Outcome Program ………..……..111

Nilai Rata-rata Tiap Parameter ………..……..115

BAB VI PEMBAHASAN……….………..…...120

BAB VI PENUTUP………...…………..……..…123

Daftar Pustaka ………..….……..129

(10)

Tabel 1 Populasi dan Sampel Penerima Manfaat ProKUS ...14

Tabel 2 Jumlah Enumerator Penelitian ...15

Tabel 3 Jumlah Informan Wawancara Mendalam ...16

Tabel 4 Jumlah Informan focus Group discussion (FGD)...17

Tabel 5 Operasionalisasi Konsep ...18

Tabel 6 Persentase Lama Garaduasi Dari PKH per Lokasi ...65

Tabel 7 Persentase Usaha KPM Sebelum Mengikuti ProKUS per Lokasi ...68

Tabel 8 Persentase Usaha KPM Setelah Mengikuti ProKUS per Lokasi ...68

Tabel 9 Materi Bimbingan Yang Diberikan ...75

Tabel 10 Cara Memasarkan Produk KPM ...77

Tabel 11 Intensitas Pendampingan Tiap Lokasi Penelitian ...85

Tabel 12 Bentuk Bantuan Berdasarkan Keinginan Penerima Manfaat di Tiap Lokasi Penelitian ...89

Tabel 13 Alasan KPM Tidak Mau Meningkatkan Modal Dengan Pinjam Ke Bank di Tiap Lokasi Penelitian...92

Tabel 14 Modal Usaha yang di Miliki Saat Ini ...95

Tabel 15 Rata-rata Keuntungan Per hari Sebelum Pandemi Covid 19 ...99

Tabel 16 Rata-rata Keuntungan Per hari Pada Kondisi Pandemi Covid 19 Sebelum Mengikuti ProKUS ...100

Tabel 17 Rata-rata Keuntungan Per hari Pada Kondisi Pandemi Covid 19 Setelah Mengikuti ProKUS ...100

Tabel 18 Jangkauan Pemasaran per Lokasi Penelitian ...106

Tabel 19 Pendapatan Keluarga KPM perbulan Sebelum Pandemi Covid 19 ...112

(11)

Tabel 20 Pendapatan Keluarga KPM perbulan Setelah

Pandemi Covid 19 Sebelum Mengikuti ProKus ...112 Tabel 21 Pendapatan Keluarga KPM perbulan Setelah

Pandemi Covid 19 Sebelum Mengikuti ProKus ...113 Tabel 22 Nilai ProKUS Berdasar 9 Parameter

per Kabupaten/Kota ...115

(12)

Gambar 1 Parameter Program Kewirausahaan Sosial ...11

Gambar 2 Kepesertaan Berdasarkan Lamanya Graduasi Dari PKH ...23

Gambar 3 Jenis Rintisan Usaha ...24

Gambar 4 Kepesertaan Berdasarkan Lamanya Graduasi Dari PKH ...27

Gambar 5 Usia KPM Program Kewirausahaan Sosial ...27

Gambar 6 Jenis Usaha Peserta Program Kewirausahaan Sosial ...28

Gambar 7 Tingkat Pendidikan KPM ...29

Gambar 8 Kepemilikan usaha sebelum mengikuti ProKUS ...29

Gambar 9 Sinergi Pentahelix Program Kewirausahaan Sosial ...30

Gambar 10 Proses inkubasi bisnis Program Kewirausahaan Sosial ...31

Gambar 11 Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat, 2020-2021...32

Gambar 12 Tingkat Kemiskinan Kab/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2021 ...36

Gambar 13 Angka Absolut dan Persentase Kemiskinan (P0-P1-P2) Kab/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2019-2010 ...37

Gambar 14 Besaran APBD Kab/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2021 ...38

Gambar 15 Usia KPM ProKUS Kabupaten Majalengka ...39

Gambar 16 Proses Mengikuti ProKUS ...49

Gambar 17 Kegiatan Usaha Sebelum Mengikuti ProKUS ...50

Gambar 18 Jenis Kelamin Penerima Manfaat ...53

(13)

Gambar 19 Usia Penerima Manfaat ProKUS Di Kabupaten Bantul ...54

Gambar 20 Pendidikan Penerima Manfaat ProKUS Di Kabupaten Bantul ...55

Gambar 21 Pekerjaan Kepala Keluarga Di Kabupaten Bantul ...56

Gambar 22 Usaha Pembibitan Tanaman KPM ProKUS ...57

Gambar 23 Lama Graduasi ...66

Gambar 24 Persentase KPM ProKUS yang Sebelumnya Punya Rintisan Usaha Per Lokasi ...67

Gambar 25 Usaha yang dikembangkan sebelum dan Setelah ProKUS ...69

Gambar 26 Modal yang dimiliki sebelum ProKUS dan yang Dibutuhkan ...70

Gambar 27 Penambahan Alat Produksi ...72

Gambar 28 Penambahan Varian Produk ...73

Gambar 29 KPM Prokus Yang Merasa Pelatihan ...74

Gambar 30 KPM Prokus Yang Dibimbing Analisa Pasar ...77

Gambar 31 Cara Memasarkan Produk ...78

Gambar 32 Mempunyai ijin ...79

Gambar 33 Mempunyai Ijin Usaha di Lima Lokasi Penelitian ...80

Gambar 34 Difasilitasi Mengikuti Pameran Produk / Expo ...81

Gambar 35 KPM yang Mengikuti Pameran Produk di Lima Lokasi Penelitian ...82

Gambar 36 KPM yang Masih Didampingi Setelah Pameran Produk ...83

Gambar 37 KPM yang Masih Didampingi Pada Lima Lokasi ...84

Gambar 38 Intensitas pendampingan KPM oleh Mentor ...85

Gambar 39 Penerimaan Materi Bimbingan Terhadap KPM oleh Mentor ...86

Gambar 40 Penerimaan Materi Bimbingan Per Lokasi Penelitian ...87

(14)

Penerima Manfaat ...89 Gambar 42 Peningkatan Modal Usaha Melalui Bank ...90 Gambar 43 Peningkatan Modal Usaha Melalui Bank di tiap

Lokasi Penelitian ...91 Gambar 44 Alasan Tidak Mau Meningkatkan Modal Usaha

MelaluiBank di tiap Lokasi Penelitian ...91 Gambar 45 Penggunaan Catatan Keuangan ...93 Gambar 46 Penggunaan Catatan Keuangan Per Lokasi Penelitian ...94 Gambar 47 Modal Usaha dan Peningkatan Keuntungan

dari ProKUS ...95 Gambar 48 Peningkatan Keuntungan dari ProKUS ...96 Gambar 49 Pengelolaan Modal Dengan Rekening Tabungan ...97 Gambar 50 Pengelolaan Modal Dengan Rekening Tabungan

Per Lokasi ...97 Gambar 51 Rata-rata Keuntungan Per hari dalam Berbagai

Kondisi ...99 Gambar 52 Pemenuhan Kebutuhan Pokok KPM ProKUS ...101 Gambar 53 Pemenuhan Kebutuhan Pokok KPM ProKUS

per Lokasi Penelitian ...102 Gambar 54 KPM ProKUS Dapat Menambah Modal atau

Menabung ...103 Gambar 55 KPM ProKUS Dapat Menambah Modal atau

Menabung per Lokasi Penelitian ...104 Gambar 56 Jangkauan Pemasaran ...105 Gambar 57 Berjejaring dengan KPM lain ...107 Gambar 58 Berjejaring dengan KPM lain per Lokasi

Penelitian ...108 Gambar 59 Berjejaring dengan Mentor ...108 Gambar 60 Berjejaring dengan Mentor per Lokasi Penelitian ...109

(15)

Gambar 61 Penambahan Karyawan ...110 Gambar 62 Penambahan Karyawan Per Lokasi Penelitian ...111 Gambar 63 Peningkatan Pendapatan Keluarga per Bulan ...114 Gambar 64 Nilai ProKUS Berdasar 9 Parameter Keseluruhan

Kabupaten/Kota ...117

(16)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penanganan kemiskinan sebaiknya tidak dilepaskan dari program pembangunan secara keseluruhan, karena yang menjadi akar masalah bukan kemiskinan itu sendiri. Kemiskinan merupakan gejala (symtomp) dari adanya kesenjangan pembangunan diberbagai bidang yang terjadi antara kota-kota besar dan daerah asal migran. Pilihan untuk menggunakan strategi yang memfokuskan pada relief dan rehabilitatif atau yang lebih memfokuskan pada program preventif, mitigasi dan developmental yang multi sektor, multi dimensi dan multilevel intervention tersebut merupakan pilihan yang harus diambil oleh pemerintah sebagai pengemban amanah pembangunan, yang tentunya juga dibantu dengan stake-holders yang lain (Adi, 2005). Salah satu program penanggulangan kemiskinan di Indonesia yang kita kenal adalah Program Keluarga Harapan (PKH). Program Keluarga Harapan yang selanjutnya disingkat PKH adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga dan/atau seseorang miskin dan rentan yang terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakir miskin, diolah oleh Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial dan ditetapkan sebagai Keluarga Penerima Manfaat PKH.

Undang-undang Nomer 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial pada pasal 1 menyebutkan Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Salah satu sasaran utama yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah menurunkan tingkat kemiskinan menjadi 7.0 – 8.0 persen di tahun 2019. Pengentasan kemiskinan yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat menjadi agenda pokok dari Presiden Joko Widodo. Dalam Rapat Paripurna Kabinet Kerja

(17)

tanggal 4 April 2017, Presiden Jokowi mengarahkan bahwa pagu indikatif RAPBN 2018 harus difokuskan untuk mencapai target pembangunan, salah satunya menurunkan angka kemiskinan menjadi single digit. Sampai dengan September 2019 telah berhasil menurunkan persentase penduduk miskin menjadi 9,22 persen (BPS Indonesia, 2020).

Indikator keberhasilan Program Keluarga Harapan (PKH) adalah Graduasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari PKH untuk mandiri dan secara sukarela melepaskan diri untuk tidak lagi menerima bantuan sosial Keluarga Harapan yang selama ini didapatkannya. Indikator itu harus menjadi target utama program PKH. Karena itu, target graduasi ini harus dilakukan secara terukur dan sistematis melalui pendampingan para SDM PKH. Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI berpendapat bahwa salah satu upaya graduasi itu dilakukan dengan memperkuat kapasitas dan kompetensi para SDM PKH dalam hal memberikan kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship) untuk disampaikan kepada para penerima manfaat program ini. “Pendamping PKH harus dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan memberikan pengetahuan memulai usaha, memasarkan produk dan mendorong produktivitas potensi yang dimiliki para KPM PKH”.

Program-program kesejahteraan sosial yang digulirkan oleh pemerintah setiap tahun selalu meningkat. Salah satunya adalah Program Keluarga Harapan (PKH) di tahun 2018 ditargetkan menjadi 10.000.000 penerima manfaat, yang sebelumnya di tahun 2017 hanya 6.000.000 penerima manfaat. Begitu juga dengan program-program nasional lainnya. Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan ketepatan sasaran penyaluran bantuan sosial serta untuk mendorong keuangan inklusif, Presiden Republik Indonesia memberikan arahan agar bantuan sosial dan subsidi disalurkan dengan cara non tunai dengan menggunakan sistem perbankan.

Program Keluarga Harapan (PKH), apabila tidak dikelola dengan

(18)

tanggal 4 April 2017, Presiden Jokowi mengarahkan bahwa pagu indikatif RAPBN 2018 harus difokuskan untuk mencapai target pembangunan, salah satunya menurunkan angka kemiskinan menjadi single digit. Sampai dengan September 2019 telah berhasil menurunkan persentase penduduk miskin menjadi 9,22 persen (BPS Indonesia, 2020).

Indikator keberhasilan Program Keluarga Harapan (PKH) adalah Graduasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari PKH untuk mandiri dan secara sukarela melepaskan diri untuk tidak lagi menerima bantuan sosial Keluarga Harapan yang selama ini didapatkannya. Indikator itu harus menjadi target utama program PKH. Karena itu, target graduasi ini harus dilakukan secara terukur dan sistematis melalui pendampingan para SDM PKH. Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI berpendapat bahwa salah satu upaya graduasi itu dilakukan dengan memperkuat kapasitas dan kompetensi para SDM PKH dalam hal memberikan kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship) untuk disampaikan kepada para penerima manfaat program ini. “Pendamping PKH harus dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan memberikan pengetahuan memulai usaha, memasarkan produk dan mendorong produktivitas potensi yang dimiliki para KPM PKH”.

Program-program kesejahteraan sosial yang digulirkan oleh pemerintah setiap tahun selalu meningkat. Salah satunya adalah Program Keluarga Harapan (PKH) di tahun 2018 ditargetkan menjadi 10.000.000 penerima manfaat, yang sebelumnya di tahun 2017 hanya 6.000.000 penerima manfaat. Begitu juga dengan program-program nasional lainnya. Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan ketepatan sasaran penyaluran bantuan sosial serta untuk mendorong keuangan inklusif, Presiden Republik Indonesia memberikan arahan agar bantuan sosial dan subsidi disalurkan dengan cara non tunai dengan menggunakan sistem perbankan.

Program Keluarga Harapan (PKH), apabila tidak dikelola dengan baik maka akan terjebak pada charity semata dan terkesan hanya bagi-

bagi uang yang sifatnya instan tanpa memikirkan nasib masyarakat miskin yang akan datang. Program yang sifatnya charity bisa menyejahterakan masyarakat namun sifatnya sementara. Berbanding terbalik dengan pandangan pemberdayaan, masyarakat miskin diberikan program agar mereka mempunyai daya (power) sehingga setelah menerima program akan keluar dari garis kemiskinan. Program ini berorientasi ke depan dan sifatnya lebih permanen. Namun prosesnya membutuhkan waktu lama dan programnya harus berkelanjutan.

Prinsip dasar pemberdayaan yaitu menolong masyarakat miskin agar mereka mampu menolong dirinya sendiri (help people to help themselves). Bisa diibaratkan lebih baik memberikan pancing dari pada hanya memberi ikan saja, sehingga tujuan dari program sosial terkait keberfungsian sosial individu, kelompok, sosial dan masyarakat tercapai. Keberfungsian yang dimaksud adalah kemampuan melaksanakan peran sosial, kemampuan memenuhi kebutuhan dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Terlepas dari motif dan tujuan yang melatarbelakangi, kita semua sepakat bahwa pembangunan sosial melalui pemberdayaan (empowering) akan berpengaruh dan bermanfaat secara jangka panjang dibanding program-program yang sifatnya charity.

Pembangunan yang sifatnya charity memang masih diperlukan untuk tempat tertentu dan situasi tertentu, namun pembangunan sosial yang sebatas itu saja, tidak akan bisa melahirkan sebuah masyarakat yang mandiri, berdaya dan sejahtera. Konsekuensinya adalah membutuhkan proses yang panjang dalam suatu program pengentasan kemiskinan. Program pengentasan kemiskinan harus dirancang dalam jangka panjang dan berkelanjutan. Tidak cukup hanya satu periode pemerintahan saja.

Salah satu model pemberdayaan yang dapat mengatasi permasalahan sosial penerima manfaat Program Keluarga Harapan Graduasi adalah melalui kewirausahaan sosial. Pendekatan

(19)

kewirausahaan sosial adalah sebuah pendekatan pemberdayaan yang menggunakan prinsip-prinsip kewirausahaan untuk memecahkan masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Model ini dapat dikembangkan secara terintegrasi, dengan sistem usaha konvensional, berjalan beriringan maupun secara terpisah (Masturin, 2013).

Upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin, dengan memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi masyarakat, serta menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Untuk menekan angka kemiskinan dan ketimpangan pendapatan, maka pemerintah harus menjalankan strategi kebijakan yang mendukung kesejahteraan penduduk miskin. Program Kewirausahaan Sosial (ProKUS) merupakan salah satu program pemerintah melalui Kementerian Sosial untuk memberdayakan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH graduasi guna menguatkan ekonomi keluarga. Data KPM Graduasi sampai dengan 7 Januari 2020 sebanyak 2.012.201. Dari sejumlah itu yang graduasi alami (terminasi) sebanyak 1,631,848 dan yang graduasi mandiri sebanyak 380,353 (Ditjen. Pemberdayaan Sosial, 2021).

Kewirausahaan Sosial merupakan penggabungan perspektif bisnis dan sosial dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Kebijakan penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pembangunan di Indonesia. Salah satu upaya pemerintah dalam menurunkan tingkat kemiskinan adalah dengan pemenuhan kebutuhan dasar karena kemiskinan disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi bagi warga miskin. Kebijakan dalam mengatasi kemiskinan dilakukan dengan pemberdayaan melalui kewirausahaan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan konsep yang tepat dalam pemberdayaan masyarakat melalui kewirausahaan sosial dalam menanggulangi kemiskinan. Penciptaan nilai sosial dan inovasi merupakan hal utama dalam kewirausahaan

(20)

kewirausahaan sosial adalah sebuah pendekatan pemberdayaan yang menggunakan prinsip-prinsip kewirausahaan untuk memecahkan masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Model ini dapat dikembangkan secara terintegrasi, dengan sistem usaha konvensional, berjalan beriringan maupun secara terpisah (Masturin, 2013).

Upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin, dengan memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi masyarakat, serta menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Untuk menekan angka kemiskinan dan ketimpangan pendapatan, maka pemerintah harus menjalankan strategi kebijakan yang mendukung kesejahteraan penduduk miskin. Program Kewirausahaan Sosial (ProKUS) merupakan salah satu program pemerintah melalui Kementerian Sosial untuk memberdayakan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH graduasi guna menguatkan ekonomi keluarga. Data KPM Graduasi sampai dengan 7 Januari 2020 sebanyak 2.012.201. Dari sejumlah itu yang graduasi alami (terminasi) sebanyak 1,631,848 dan yang graduasi mandiri sebanyak 380,353 (Ditjen. Pemberdayaan Sosial, 2021).

Kewirausahaan Sosial merupakan penggabungan perspektif bisnis dan sosial dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Kebijakan penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pembangunan di Indonesia. Salah satu upaya pemerintah dalam menurunkan tingkat kemiskinan adalah dengan pemenuhan kebutuhan dasar karena kemiskinan disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi bagi warga miskin. Kebijakan dalam mengatasi kemiskinan dilakukan dengan pemberdayaan melalui kewirausahaan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan konsep yang tepat dalam pemberdayaan masyarakat melalui kewirausahaan sosial dalam menanggulangi kemiskinan. Penciptaan nilai sosial dan inovasi merupakan hal utama dalam kewirausahaan sosial. Tujuan sosial dalam suatu bisnis yang dikerjakan akan

berdampak pada keberdayaan masyarakat merupakan nilai yang sangat penting dalam menumbuhkan kewirausahaan sosial.

Kewirausahaan sosial memainkan peran penting dalam upaya pengurangan kemiskinan. Kewirausahaan sosial menjadi pengungkit ekonomi bagi masyarakat untuk memperbaiki perekonomian dan meningkatkan pendapatan. Selain itu, kewirausahaan sosial mendorong pada pembangunan ekonomi meskipun dalam jangka yang terbatas namun jalan jangka panjang agenda pengentasan kemiskinan dapat terwujud (Firdaus, 2014).

Kementerian Sosial telah melaksanakan program kewirausahaan sosial (ProKUS) pada tahun 2020 yang merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan KPM dari kategori miskin desil 1 dan 2 ke desil diatasnya. Sehubungan dengan itu, maka Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial melakukan penelitian tentang: “Evaluasi Program Kewirausahaan Sosial (ProKUS)”. Diharapkan hasil penelitian ini memberikan masukan pada pemerintah untuk perbaikan program kedepannya.

Rumusan Masalah

Tujuan pertama Sustainable Development Goals (SDGs) adalah kemiskinan dalam segala bentuk dan dimensi harus diakhiri dengan memberantas kemiskinan ekstrim di tahun 2030. Hal ini merupakan tantangan global terbesar dan persyaratan yang sangat diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan. Target SDGs yang terkait kemiskinan antara lain bertujuan mengakhiri kemiskinan ekstrem bagi semua orang di manapun mereka berada. Pada tahun 2030 setidaknya mengurangi separuh proporsi laki-laki, perempuan, dan anak-anak segala usia yang hidup dalam kemiskinan, serta menerapkan sistem perlindungan sosial nasional yang berlaku untuk semua orang, termasuk yang miskin dan rentan.

Program kewirausahaan sosial merupakan salah satu implementasi dalam mewujudkan SDGs dan menyasar kelompok miskin yang paling

(21)

bawah yaitu KPM PKH. Program ini baru dilaksanakan tahun 2020 dengan sasaran sebanyak 1000 KPM PKH. Penelitian ini akan membantu menyempurnakan program Kewirausahaan Sosial melalui pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana ketersediaan input program kewirausahaan sosial ? 2. Bagaimana proses pelaksanaan program kewirausahaan sosial ? 3. Bagaimana pencapaian output program kewirausahaan sosial ? 4. Bagaimana pencapaian outcome program kewirausahaan sosial ? Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini secara umum adalah mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan Program Kewirausahaan Sosial (ProKUS). Secara khusus tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan dan menganalisis ketersediaan input program kewirausahaan sosial.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis proses pelaksanaan program kewirausahaan sosial.

3. Mendeskripsikan dan menganalisis pencapaian output program kewirausahaan sosial.

4. Mendeskripsikan dan menganalisis pencapaian outcome program kewirausahaan sosial.

(22)

bawah yaitu KPM PKH. Program ini baru dilaksanakan tahun 2020 dengan sasaran sebanyak 1000 KPM PKH. Penelitian ini akan membantu menyempurnakan program Kewirausahaan Sosial melalui pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana ketersediaan input program kewirausahaan sosial ? 2. Bagaimana proses pelaksanaan program kewirausahaan sosial ? 3. Bagaimana pencapaian output program kewirausahaan sosial ? 4. Bagaimana pencapaian outcome program kewirausahaan sosial ? Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini secara umum adalah mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan Program Kewirausahaan Sosial (ProKUS). Secara khusus tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan dan menganalisis ketersediaan input program kewirausahaan sosial.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis proses pelaksanaan program kewirausahaan sosial.

3. Mendeskripsikan dan menganalisis pencapaian output program kewirausahaan sosial.

4. Mendeskripsikan dan menganalisis pencapaian outcome program kewirausahaan sosial.

BAB II

KEWIRAUSAHAAN SOSIAL Teori dan Konsep

Salah satu pelopor yang kemudian membuat istilah kewirausahaan sosial menjadi populer adalah M. Yunus dari Bangladesh. Yunus menjelaskan bahwa penghargaan Nobel Perdamaian sebagai seorang wirausaha sosial, didapatkan karena keberhasilannya menciptakan bank untuk kaum miskin atau sering disebut sebagai Grameen Bank.

Sistem yang dibangun oleh bank ini ternyata berhasil menurunkan tingkat kemiskinan warga negara Bangladesh. Dalam bukunya, M. Yunus mengatakan: “Mengapa saya memberi nilai yang begitu penting kepada gagasan untuk menyediakan layanan-layanan perbankan bagi masyarakat miskin? Sudah barang tentu, itu sebagian karena cara saya menyaksikan sendiri aksi pemerasan para lintah darat yang memerangkap orang dalam kemiskinan. Akan tetapi itu juga karena saya telah semakin yakin bahwa kemiskinan tidak diciptakan oleh kaum miskin sendiri” (Nurhayati, 2016).

Pada konteks kewirausahaan sosial, paling tidak akan ditemukan tiga istilah yang saling berkaitan yaitu social enterpreneurship (kewirausahaan sosial), social enterpreneur (wirausaha sosial atau orang yang melakukannya) dan social enterprise (lembaga/institusi atau perusahaan sosial yang menaungi aktivitas kewirausahaan sosial) (Wibowo & Nulhaqim, 2015). Ketiga istilah ini harus kita bedakan dengan jelas sehingga peran dan fungsinya juga jelas. Pada konteks program kewirausahaan sosial yang dikembangkan oleh Kementerian Sosial maka pelakunya adalah keluarga penerima manfaat, sedangkan Lembaga yang menaungi (social enterprice) adalah pemerintah yang dalam hal ini adalah Kementerian Sosial.

Seiring dengan itu, penamaan “wirausaha sosial” semakin menjadi populer dalam beberapa tahun terakhir ini (Bornstein, 2006:1).

Kewirausahaan Sosial, seiring berjalannya waktu telah menjadi isu yang

(23)

mendunia (Dees, 2001; Nichols, 2008). Gerakan ini kemudian semakin menyebar dan berkembang di berbagai wilayah, di berbagai negara (Borstein, 2005, Elkington, 2009). Selanjutnya tidak hanya sekedar menyebar, gerakan ini juga telah mampu memberikan dampak positif bagi anggota masyarakat. Skoll (2009:3) menyatakan bahwa kewirausahaan sosial telah membawa dampak bagi masyarakat, seperti meningkatkan akses kesehatan bagi kaum miskin, mendorong perdamaian pada daerah konflik, membantu petani keluar dari kemiskinan dan lain-lain. Lebih jauh Skoll (2009:3) menjelaskan gerakan ini merupakan antitesis dari program pembangunan berbasis sosial politik yang cenderung memaksakan model top down kepada masyarakat. Secara sederhana wirausaha sosial adalah orang-orang yang berusaha dengan pendekatan kewirausahaan (Albinsaid, 2018).

Definisi kewirausahaan yang lain adalah “social entrepreneurship can be defined as the creation of social value that is produced in collaboration with people and organisations from the civil society who are engaged in social innovations that usually imply and economic activity”

(Hulgars, 2010). Dari definisi tersebut ada empat dimensi dari kewirausahaan antara lain: Pertama, social value yaitu menciptakan manfaat sosial bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Kedua, civil society yaitu inisiatif dan partisipasi masyarakat sipil dengan mengoptimalkan modal sosial di masyarakat. Ketiga, innovation yaitu menghadirkan inovasi sosial berasal dari kearifan lokal. Keempat, economic activity yaitu adanya aktifitas ekonomi yang menunjang misi sosial.

Menurut Perriri dan Vurro (2006) menegaskan bahwa social entrepreunership menginisiasi perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Sebagai inisiator, mereka memiliki inovasi sosial dan kapasitas dalam pengembangan untuk memberikan dampak sosial melalui social entrepreneurship. Kewirausahaan sosial sebagai proses dinamis diciptakan dan dikelola oleh individu atau tim yang berusaha

(24)

mendunia (Dees, 2001; Nichols, 2008). Gerakan ini kemudian semakin menyebar dan berkembang di berbagai wilayah, di berbagai negara (Borstein, 2005, Elkington, 2009). Selanjutnya tidak hanya sekedar menyebar, gerakan ini juga telah mampu memberikan dampak positif bagi anggota masyarakat. Skoll (2009:3) menyatakan bahwa kewirausahaan sosial telah membawa dampak bagi masyarakat, seperti meningkatkan akses kesehatan bagi kaum miskin, mendorong perdamaian pada daerah konflik, membantu petani keluar dari kemiskinan dan lain-lain. Lebih jauh Skoll (2009:3) menjelaskan gerakan ini merupakan antitesis dari program pembangunan berbasis sosial politik yang cenderung memaksakan model top down kepada masyarakat. Secara sederhana wirausaha sosial adalah orang-orang yang berusaha dengan pendekatan kewirausahaan (Albinsaid, 2018).

Definisi kewirausahaan yang lain adalah “social entrepreneurship can be defined as the creation of social value that is produced in collaboration with people and organisations from the civil society who are engaged in social innovations that usually imply and economic activity”

(Hulgars, 2010). Dari definisi tersebut ada empat dimensi dari kewirausahaan antara lain: Pertama, social value yaitu menciptakan manfaat sosial bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Kedua, civil society yaitu inisiatif dan partisipasi masyarakat sipil dengan mengoptimalkan modal sosial di masyarakat. Ketiga, innovation yaitu menghadirkan inovasi sosial berasal dari kearifan lokal. Keempat, economic activity yaitu adanya aktifitas ekonomi yang menunjang misi sosial.

Menurut Perriri dan Vurro (2006) menegaskan bahwa social entrepreunership menginisiasi perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Sebagai inisiator, mereka memiliki inovasi sosial dan kapasitas dalam pengembangan untuk memberikan dampak sosial melalui social entrepreneurship. Kewirausahaan sosial sebagai proses dinamis diciptakan dan dikelola oleh individu atau tim yang berusaha memanfaatkan inovasi sosial dengan pola pikir kewirausahaan untuk

menciptakan nilai sosial baru di pasar dan masyarakat (Maulinda, 2019).

Model bisnis didefinisikan “the rationale of how an organization create, deliver and captures value” (Ostewalder, Alexander; Pigneur, 2010). Model bisnis tersebut dijelaskan melalui sembilan blok bangunan dasar cara menghasilkan uang. Pertama, segmen pelanggan yaitu menggambarkan sekelompok orang atau organisasi yang ingin dijangkau atau dilayani oleh perusahaan. Kedua, proporisi nilai yaitu gabungan dari produk dan layanan yang menciptakan nilai untuk pelanggan yang spesifik. Ketiga, saluran yaitu bagaimana sebuah perusahaan berkomunikasi dengan segmen pelanggannya dan menjangkau mereka untuk memberikan proporisi nilai. Keempat, hubungan pelanggan yaitu berbagai jenis hubungan yang dibangun oleh perusahaan bersama segmen perusahaan yang spesifik. Kelima, arus pendapatan yaitu uang tunai yang dihasilkan perusahaan dari masing- masing segmen pelanggan. Keenam, sumberdaya utama yaitu aset-aset terpenting yang diperlukan agar sebuah model bisnis dapat berfungsi.

Ketujuh, aktivitas kunci yaitu hal-hal terpenting yang harus dilakukan agar model bisnisnya dapat bekerja. Kedelapan, kemitraan utama yaitu jaringan pemasok dan mitra yang membuat model bisnis dapat bekerja.

Kesembilan, struktur biaya yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk model bisnis.

Program Kewirausahaan Sosial

Penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional yang ditujukan untuk mengurangi beban penduduk miskin dan meningkatkan pendapatan masyarakat kurang mampu, khususnya 40 persen masyarakat berpenghasilan terbawah.

Dalam RPJMN 2015-2019, upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk: (1) menyelenggarakan perlindungan sosial yang komprehensif; (2) memperluas dan meningkatkan pelayanan dasar; dan (3) mengembangkan penghidupan berkelanjutan.

(25)

RPJMN 2020-2024 juga memuat strategi pengentasan kemiskinan diantaranya: (1) akselerasi penguatan ekonomi keluarga, mencakup:

pembinaan rencana keuangan keluarga pra dan paska pernikahan, termasuk rencana investasi keluarga, dan pelatihan usaha serta pemberian akses usaha produktif bagi keluarga miskin dan rentan, fasilitasi pendanaan ultra mikro bagi individu atau kelompok usaha produktif, dan akses pendanaan lanjutan bagi usaha produktif dari kelompok miskin dan rentan; dan (2) keperantaraan usaha dan dampak sosial, mencakup: penguatan kapasitas usaha kelompok miskin dan rentan dengan skema pembinaan usaha serta menghubungkan dengan mitra usaha strategis dan pendanaan inisiatif-inisiatif pemberdayaan ekonomi produktif yang berdampak sosial.

Pada tahun 2016, upaya pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui: (1) perluasan kepesertaan dan penyempurnaan sistem jaminan sosial kesehatan dan ketenagakerjaan;

(2) peningkatan ketersediaan pelayanan dasar yang disertai dengan peningkatan kualitas pelayanan dan jangkauan bagi masyarakat miskin dan rentan; dan (3) peningkatan kemampuan penduduk miskin dalam mengembangkan penghidupan yang berkelanjutan melalui penguatan aset sosial penduduk miskin, meningkatkan kemampuan berusaha dan bekerja penduduk miskin, dan memperluas akses penduduk miskin terhadap modal.

Selama tahun 2016-2019, pemerintah terus memperkuat upaya pengurangan kemiskinan antara lain dengan menambah jumlah penerima Program Keluarga Harapan (PKH) menjadi 10 (sepuluh) juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan melakukan transformasi dari subsidi pangan ke bantuan pangan non tunai (BPNT) dengan penerima sebanyak 15,6 (lima belas koma enam) juta KPM. Penambahan ini sekaligus memperluas cakupan PKH ke daerah-daerah yang secara geografis sulit dijangkau, seperti wilayah di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Seiring dengan meningkatnya KPM PKH, sekaligus juga

(26)

RPJMN 2020-2024 juga memuat strategi pengentasan kemiskinan diantaranya: (1) akselerasi penguatan ekonomi keluarga, mencakup:

pembinaan rencana keuangan keluarga pra dan paska pernikahan, termasuk rencana investasi keluarga, dan pelatihan usaha serta pemberian akses usaha produktif bagi keluarga miskin dan rentan, fasilitasi pendanaan ultra mikro bagi individu atau kelompok usaha produktif, dan akses pendanaan lanjutan bagi usaha produktif dari kelompok miskin dan rentan; dan (2) keperantaraan usaha dan dampak sosial, mencakup: penguatan kapasitas usaha kelompok miskin dan rentan dengan skema pembinaan usaha serta menghubungkan dengan mitra usaha strategis dan pendanaan inisiatif-inisiatif pemberdayaan ekonomi produktif yang berdampak sosial.

Pada tahun 2016, upaya pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui: (1) perluasan kepesertaan dan penyempurnaan sistem jaminan sosial kesehatan dan ketenagakerjaan;

(2) peningkatan ketersediaan pelayanan dasar yang disertai dengan peningkatan kualitas pelayanan dan jangkauan bagi masyarakat miskin dan rentan; dan (3) peningkatan kemampuan penduduk miskin dalam mengembangkan penghidupan yang berkelanjutan melalui penguatan aset sosial penduduk miskin, meningkatkan kemampuan berusaha dan bekerja penduduk miskin, dan memperluas akses penduduk miskin terhadap modal.

Selama tahun 2016-2019, pemerintah terus memperkuat upaya pengurangan kemiskinan antara lain dengan menambah jumlah penerima Program Keluarga Harapan (PKH) menjadi 10 (sepuluh) juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan melakukan transformasi dari subsidi pangan ke bantuan pangan non tunai (BPNT) dengan penerima sebanyak 15,6 (lima belas koma enam) juta KPM. Penambahan ini sekaligus memperluas cakupan PKH ke daerah-daerah yang secara geografis sulit dijangkau, seperti wilayah di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Seiring dengan meningkatnya KPM PKH, sekaligus juga

diperluas target kabupaten/kota yang menjadi lokasi penerima bantuan sosial BPNT.

Kementerian Sosial sebagai salah satu leading sektor program penanggulangan kemiskinan, disamping meningkatkan target PKH dan BPNT, juga dituntut mengembangkan berbagai program inovasi.

Kebijakan penanggulangan kemiskinan yang selama ini lebih terfokus pada upaya pemberian bantuan sosial, perlu disertai dengan upaya peningkatan pendapatan penduduk miskin dan rentan.

Terkait dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial memandang perlu mengembangkan inovasi penanggulangan kemiskinan dengan melakukan upaya-upaya pemberdayaan sosial bagi keluarga miskin dan rentan miskin melalui pembentukan dan pengembangan kewirausahaan sosial (social enterpreneurship).

Kewirausahaan sosial ini diharapkan dapat menjadi model yang tepat untuk memutus ketergantungan KPM terhadap bantuan sosial sehingga menjadi produktif dan mandiri.

Indikator program kewirausahaan sosial yang telah dijalankan di tahun 2020 dapat dilihat dalam bagan berikut:

Gambar 1

Parameter Program Kewirausahaan Sosial

INPUT PROCESS OUTPUT OUTCOME

 Regulasi, Pedoman, Dukungan manajemen program

 Sumber daya manusia

 Anggaran

 Persyaratan menjadi KPM ProKUS

 Bantuan sosial modal usaha (BSIMU)

 Inkubasi mentoring bisnis (IMB)

 Pendampingan Usaha (Mentoring)

 Inklusi Keuangan

 Manajemen aset

 Mata Pencaharian Berkelanjutan

 Modal Sosial dan Jaringan

Meningkatkan pendapatan Penerima Manfaat

IMPACT

Kesejahteraan penerima manfaat

Pada penelitian ini belum diukur

(27)

Parameter input antara lain regulasi, sumber daya manusia, dan anggaran. Selanjutnya paremeter proses antara lain; persyaratan menjadi KPM ProKUS, bantuan sosial insentif modal usaha (BSIMU), Inkubasi mentoring bisnis (IMB), dan pendampingan sosial. Parameter output antara lain kemampuan mengakses keuangan, kemampuan mengelola asset, kemampuan mata pencaharian yang berkelanjutan dan kemampuan mengelola modal sosial dan berjejaring. Sedangkan parameter outcome adalah peningkatan keluarga.

(28)

Parameter input antara lain regulasi, sumber daya manusia, dan anggaran. Selanjutnya paremeter proses antara lain; persyaratan menjadi KPM ProKUS, bantuan sosial insentif modal usaha (BSIMU), Inkubasi mentoring bisnis (IMB), dan pendampingan sosial. Parameter output antara lain kemampuan mengakses keuangan, kemampuan mengelola asset, kemampuan mata pencaharian yang berkelanjutan dan kemampuan mengelola modal sosial dan berjejaring. Sedangkan parameter outcome adalah peningkatan keluarga.

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah campuran yaitu kuantitatif dan kualitatif. Unit analisis penelitian ini adalah pada Kelompok Penerima Manfaat ProKUS dari proses sampai outcome.

Sedangkan untuk Input program akan dilihat secara kualitatif dari pengelola program.

Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Kewirausahaan Sosial (ProKUS). Jumlah penerima manfaat pada program kewirausahaan sosial yang menjadi populasi penelitian sebanyak 1.000 KPM. Populasi tersebut tersebar di lima kabupaten/kota antara lain: Kab. Bandung Barat (285KPM), Kab.

Majalengka (300 KPM), Kab. Bantul (106 KPM), Kab. Semarang (200 KPM) dan DKI Jakarta (109 KPM).

Mengingat jumlah wilayahnya hanya 5, maka keseluruhan wilayah diambil semuanya dengan proporsional jumlah KPM tiap wilayah.

Penarikan jumlah sampel secara keseluruhan diambil berdasarkan table Cohen Manion dan Morrison. Dari tabel ini jumlah sampel yang muncul, memiliki ragam Taraf Keyakinan penelitian dari 90%, 95% dan 99%

yang masing-masing taraf memiliki jumlah sampel berbeda. Selain itu, tabel ini juga memuat Interval Keyakinan penelitian (alpha) yaitu dari 0,1, 0,05, hingga 0,01. Dengan jumlah populasi sebanyak 1.000, maka dengan tingkat kepercayaan 99% dan nilai alpha 0,05, maka jumlah sampel ditemukan sebanyak 509 responden. Adapun proporsi tiap wilayah adalah sebagai berikut:

(29)

Tabel 1

Populasi dan Sampel Penerima Manfaat ProKUS No Lokasi Populasi Sampel Pembulatan 1. Bandung Barat 285 145,1 145

2. Majalengka 300 152,7 153

3. Bantul 106 53,9 54

4. Semarang 200 101,8 102

5. DKI Jakarta 109 55,5 55

JUMLAH 1000 509

Pemilihan nama responden ditentukan secara Simple Random Sampling berdasarkan daftar keluarga penerima manfaat program kewirausahaan sosial tahun 2020. Pengacakan dalam memilih responden menggunakan aplikasi online “Random Number Generator”

dengan proporsi yang telah ditetapkan.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam kegiatan penelitian sangatlah penting karena berkaitan dengan tersedianya data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian, sehingga simpulan yang diambil adalah benar. Oleh karena itu dalam penelitian, metode pengumpulan data harus dilakukan dengan tepat.

Penelitian ini menggunakan empat metode pengumpulan data antara lain: 1) Angket: dilakukan dengan penyebaran angket kepada responden yang sesuai dengan kriteria. Pengisian data oleh responden dilakukan dengan wawancara oleh enumerator yang sudah dilatih. 2) Wawancara mendalam: dilakukan oleh peneliti untuk mendalami pelaksanaan kewirausahaan sosial pada KPM. 3) Focus Group Discusion (FGD): dilakukan oleh peneliti untuk memperdalam peran stake holder yang terlibat. 4) Studi Dokumentasi dan Pustaka: sejumlah besar fakta

(30)

Tabel 1

Populasi dan Sampel Penerima Manfaat ProKUS No Lokasi Populasi Sampel Pembulatan 1. Bandung Barat 285 145,1 145

2. Majalengka 300 152,7 153

3. Bantul 106 53,9 54

4. Semarang 200 101,8 102

5. DKI Jakarta 109 55,5 55

JUMLAH 1000 509

Pemilihan nama responden ditentukan secara Simple Random Sampling berdasarkan daftar keluarga penerima manfaat program kewirausahaan sosial tahun 2020. Pengacakan dalam memilih responden menggunakan aplikasi online “Random Number Generator”

dengan proporsi yang telah ditetapkan.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam kegiatan penelitian sangatlah penting karena berkaitan dengan tersedianya data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian, sehingga simpulan yang diambil adalah benar. Oleh karena itu dalam penelitian, metode pengumpulan data harus dilakukan dengan tepat.

Penelitian ini menggunakan empat metode pengumpulan data antara lain: 1) Angket: dilakukan dengan penyebaran angket kepada responden yang sesuai dengan kriteria. Pengisian data oleh responden dilakukan dengan wawancara oleh enumerator yang sudah dilatih. 2) Wawancara mendalam: dilakukan oleh peneliti untuk mendalami pelaksanaan kewirausahaan sosial pada KPM. 3) Focus Group Discusion (FGD): dilakukan oleh peneliti untuk memperdalam peran stake holder yang terlibat. 4) Studi Dokumentasi dan Pustaka: sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi yang

berbentuk catatan harian, laporan, foto dan sebagainya. Disamping itu juga dilakukan studi kepustakaan dari buku-buku, jurnal, website dan laporan hasil penelitian yang relevan.

Pengumpul data Kuantitatif

Data kuantitatif dikumpulkan dengan angket, namun menggunakan metode wawancara karena dikhawatirkan ada perbedaan persepsi maupun keterbatasan penggunaan teknologi dari Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Kewirausahaan Sosial (ProKUS). Pengumpulan data kuantitatif dibantu oleh enumerator yang sudah dilatih oleh peneliti tentang instrument dan teknik wawancara. Seorang enumerator akan mewawancarai 7 orang KPM setiap hari sehingga dalam tiga hari seorang enumerator akan menyelesaikan 21 responden. Setiap lokasi membutuhkan enumerator yang berbeda yang dihitung secara proporsional sebagai berikut:

Tabel 2

Jumlah Enumerator Penelitian

No Lokasi Sample Enumerator

1. Kab. Bandung Barat 145 7

2. Kab. Majalengka 153 7

3. Kab. Bantul 54 3

4. Kab, Semarang 102 5

5. DKI Jakarta 55 3

JUMLAH 509 25

Jumlah sample sebanyak 509 KPM dan dengan jumlah enumerator sebanyak 25 orang, maka pengumpulan data kuantitatif akan selesai dalam waktu 3 hari. Enumerator diambil dari seseorang yang telah diseleksi Dinas Sosial dengan persyaratan tidak terlibat dalam program kewirausaan sosial dengan maksud meminimalisir bias terhadap

(31)

jawaban yang diberikan responden. Sampai akhir penelitian jumlah responden yang berhasil diwawancarai sebanyak 510 responden (n=510).

Pengumpul data Kualitatif

Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam melalui informan yang dipilih secara purposive dengan ketentuan, mengetahui pelaksanaan program kewirausahaan sosial.

Informan yang telah ditentukan antara lain:

Tabel 3

Jumlah Informan Wawancara Mendalam per Lokasi

No Informan Jumlah

1. Dinas Sosial 1

2. Inkubator Bisnis 1

3. Mentor 2

4. KPM yang dianggap berhasil 2 5. KPM yang kurang berkembang 2

JUMLAH 8

Dinas Sosial merupakan pihak yang bertanggungjawab terhadap Program Kewirausahaan Sosial di daerah, sehingga dianggap pihak yang mengetahui pelaksanaan program tersebut. Inkubator Bisnis adalah pihak yang mendampingi KPM dalam pengelolaan bantuan yang diberikan, mulai dari pelatihan, pengurusan ijin usaha dan pemasaran.

Mentor adalah seseorang yang secara teknis mendampingi usaha KPM.

Sedangkan KPM yang dianggap berhasil dan kurang berhasil diharapkan memberikan informasi tentang testimoni pelaksanaan program.

Pengumpulan data kualitatif kedua dilakukan dengan Fokus Group Discussion (FGD) yang pesertanya diambil secara purposive. Peserta

(32)

jawaban yang diberikan responden. Sampai akhir penelitian jumlah responden yang berhasil diwawancarai sebanyak 510 responden (n=510).

Pengumpul data Kualitatif

Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam melalui informan yang dipilih secara purposive dengan ketentuan, mengetahui pelaksanaan program kewirausahaan sosial.

Informan yang telah ditentukan antara lain:

Tabel 3

Jumlah Informan Wawancara Mendalam per Lokasi

No Informan Jumlah

1. Dinas Sosial 1

2. Inkubator Bisnis 1

3. Mentor 2

4. KPM yang dianggap berhasil 2 5. KPM yang kurang berkembang 2

JUMLAH 8

Dinas Sosial merupakan pihak yang bertanggungjawab terhadap Program Kewirausahaan Sosial di daerah, sehingga dianggap pihak yang mengetahui pelaksanaan program tersebut. Inkubator Bisnis adalah pihak yang mendampingi KPM dalam pengelolaan bantuan yang diberikan, mulai dari pelatihan, pengurusan ijin usaha dan pemasaran.

Mentor adalah seseorang yang secara teknis mendampingi usaha KPM.

Sedangkan KPM yang dianggap berhasil dan kurang berhasil diharapkan memberikan informasi tentang testimoni pelaksanaan program.

Pengumpulan data kualitatif kedua dilakukan dengan Fokus Group Discussion (FGD) yang pesertanya diambil secara purposive. Peserta

adalah pihak terkait (stakeholder) dalam program kewirausahaan sosial. Informan yang diundang dalam forum ini antara lain:

Tabel 4

Jumlah Informan Focus Group Discussion (FGD) per Lokasi

No Informan Jumlah

1. Dinas Sosial 3

2. Inkubator Bisnis 2

3. Pendamping Sosial 2

4. Dinas Koperasi 1

5. Dinas Perdagangan 1

6 . Bappeda 1

7. Lembaga Keuangan 2

8. Tokoh Masyarakat 1

9. UMKM 2

JUMLAH 15

Operasionalisasi Konsep

Indikator input terdiri dari Peraturan, Pedoman, Sumber Daya Manusia, dan Anggaran tidak diukur secara kualitatif tetapi akan terlihat dalam prosesnya, karena penelitian ini menggunakan unit analisis Penerima Manfaat. Sedangkan data input diperoleh dari pengelola program yaitu Kementerian Sosial. Ada satu tahapan dalam indikator input yaitu dalam menentukan penerima manfaat harus ada penilaian yang mendalam, karena tidak semua penerima manfaat yang telah ditentukan memiliki jiwa wirausaha. Selain itu, juga harus ada pengembangan kewirausahaan sosial berbasis komoditas sebelum diberikan modal usaha. Pemetaan ini penting karena dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan potensi lokal yang belum tergali.

(33)

Indikator proses, output dan outcome akan diukur secara kuantitatif karena yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah penerima manfaat program kewirausahaan sosial. Operasionalisasi konsep dapat dilihat dalam table berikut:

Tabel 5

Operasionalisasi Konsep 1. INPUT PARAMETER INDIKATOR

Regulasi, Pedoman, Dukungan manajemen program

Ketersediaan Peraturan Ketersediaan Juklak, Juknis

Ketersediaan dokumen Perencanaan, persiapan, pengendalian, monitoring dan evaluasi

Ketersediaan sistem informasi manajemen berbasis digital yang menjangkau perkembangan usaha masing-masing KPM PKH Graduasi Sumber Daya

Manusia (SDM) Ketersediaan Inkubator Bisnis Ketersediaan Pendampingan Bisnis (Mentor)

Ketersediaan Pendampingan Sosial (TKSK/Pendamping PKH)

Anggaran Ketersediaan Bantuan Manajemen IMB Ketersediaan Bantuan Sosial Insentif Modal Usaha (BSIMU)

2. PROSES PARAMETER INDIKATOR (P1) Persyaratan

menjadi KPM Prokus

Anggota PKH Graduasi

Punya Rintisan Usaha (P2) Bantuan

Sosial Insentif Modal Usaha (BSIMU)

Penambahan Modal Usaha sebesar Rp.

3.500.000

Penambahan Alat Produksi

Indikator proses, output dan outcome akan diukur secara kuantitatif karena yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah penerima manfaat program kewirausahaan sosial. Operasionalisasi konsep dapat dilihat dalam table berikut:

Tabel 5

Operasionalisasi Konsep 1. INPUT PARAMETER INDIKATOR

Regulasi, Pedoman, Dukungan manajemen program

Ketersediaan Peraturan Ketersediaan Juklak, Juknis

Ketersediaan dokumen Perencanaan, persiapan, pengendalian, monitoring dan evaluasi

Ketersediaan sistem informasi manajemen berbasis digital yang menjangkau perkembangan usaha masing-masing KPM PKH Graduasi Sumber Daya

Manusia (SDM) Ketersediaan Inkubator Bisnis Ketersediaan Pendampingan Bisnis (Mentor)

Ketersediaan Pendampingan Sosial (TKSK/Pendamping PKH)

Anggaran Ketersediaan Bantuan Manajemen IMB Ketersediaan Bantuan Sosial Insentif Modal Usaha (BSIMU)

2. PROSES PARAMETER INDIKATOR (P1) Persyaratan

menjadi KPM Prokus

Anggota PKH Graduasi

Punya Rintisan Usaha (P2) Bantuan

Sosial Insentif Modal Usaha (BSIMU)

Penambahan Modal Usaha sebesar Rp.

3.500.000

Penambahan Alat Produksi

Indikator proses, output dan outcome akan diukur secara kuantitatif karena yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah penerima manfaat program kewirausahaan sosial. Operasionalisasi konsep dapat dilihat dalam table berikut:

Tabel 5

Operasionalisasi Konsep 1. INPUT PARAMETER INDIKATOR

Regulasi, Pedoman, Dukungan manajemen program

Ketersediaan Peraturan Ketersediaan Juklak, Juknis

Ketersediaan dokumen Perencanaan, persiapan, pengendalian, monitoring dan evaluasi

Ketersediaan sistem informasi manajemen berbasis digital yang menjangkau perkembangan usaha masing-masing KPM PKH Graduasi Sumber Daya

Manusia (SDM) Ketersediaan Inkubator Bisnis Ketersediaan Pendampingan Bisnis (Mentor)

Ketersediaan Pendampingan Sosial (TKSK/Pendamping PKH)

Anggaran Ketersediaan Bantuan Manajemen IMB Ketersediaan Bantuan Sosial Insentif Modal Usaha (BSIMU)

2. PROSES PARAMETER INDIKATOR (P1) Persyaratan

menjadi KPM Prokus

Anggota PKH Graduasi

Punya Rintisan Usaha (P2) Bantuan

Sosial Insentif Modal Usaha (BSIMU)

Penambahan Modal Usaha sebesar Rp.

3.500.000

Penambahan Alat Produksi Penambahan Varian Produk/jasa

(34)

Indikator proses, output dan outcome akan diukur secara kuantitatif karena yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah penerima manfaat program kewirausahaan sosial. Operasionalisasi konsep dapat dilihat dalam table berikut:

Tabel 5

Operasionalisasi Konsep 1. INPUT PARAMETER INDIKATOR

Regulasi, Pedoman, Dukungan manajemen program

Ketersediaan Peraturan Ketersediaan Juklak, Juknis

Ketersediaan dokumen Perencanaan, persiapan, pengendalian, monitoring dan evaluasi

Ketersediaan sistem informasi manajemen berbasis digital yang menjangkau perkembangan usaha masing-masing KPM PKH Graduasi Sumber Daya

Manusia (SDM) Ketersediaan Inkubator Bisnis Ketersediaan Pendampingan Bisnis (Mentor)

Ketersediaan Pendampingan Sosial (TKSK/Pendamping PKH)

Anggaran Ketersediaan Bantuan Manajemen IMB Ketersediaan Bantuan Sosial Insentif Modal Usaha (BSIMU)

2. PROSES PARAMETER INDIKATOR (P1) Persyaratan

menjadi KPM Prokus

Anggota PKH Graduasi

Punya Rintisan Usaha (P2) Bantuan

Sosial Insentif Modal Usaha (BSIMU)

Penambahan Modal Usaha sebesar Rp.

3.500.000

Penambahan Alat Produksi Penambahan Varian Produk/jasa (P3) Inkubasi Diberi pelatihan

Mentoring Bisnis

(IMB) Dibimbing market analysis Ijin Usaha

Pameran Produk (P4)

Pendampingan Usaha

(Mentoring)

Ada pendamping usaha Intensitas pendampingan Penangkapan materi

3. OUTPUT PARAMETER INDIKATOR

(P5) Kemampuan mengakses Keuangan

Diberi bantuan modal usaha Bantuan melalui apa

Akses ke bank/lembaga keuangan (P6) Kemampuan

mengelola aset Menggunakan pencatatan keuangan Penambahan Keuntungan

Pengelolaan modal dan keuntungan pakai rekening bank

(P7) Kemampuan mata

pencaharian berkelanjutan

Peningkatan pendapatan Pemenuhan kebutuhan pokok Penambahan modal atau menabung (P8) Kemampuan

mengelola modal sosial dan berjejaring

Berjejaring dengan sesama KPM ProKUS

Berjejaring dengan Mentor / pembimbing bisnis

Menambah karyawan

4. OUTCOME

(P9) Meningkatnya

pendapatan Peningkatan pendapatan keluarga Mentoring Bisnis

(IMB) Dibimbing market analysis Ijin Usaha

Pameran Produk (P4)

Pendampingan Usaha

(Mentoring)

Ada pendamping usaha Intensitas pendampingan Penangkapan materi

3. OUTPUT PARAMETER INDIKATOR

(P5) Kemampuan mengakses Keuangan

Diberi bantuan modal usaha Bantuan melalui apa

Akses ke bank/lembaga keuangan (P6) Kemampuan

mengelola aset Menggunakan pencatatan keuangan Penambahan Keuntungan

Pengelolaan modal dan keuntungan pakai rekening bank

(P7) Kemampuan mata

pencaharian berkelanjutan

Peningkatan pendapatan Pemenuhan kebutuhan pokok Penambahan modal atau menabung (P8) Kemampuan

mengelola modal sosial dan berjejaring

Berjejaring dengan sesama KPM ProKUS

Berjejaring dengan Mentor / pembimbing bisnis

Menambah karyawan

4. OUTCOME

(P9) Meningkatnya

pendapatan Peningkatan pendapatan keluarga Mentoring Bisnis

(IMB) Dibimbing market analysis Ijin Usaha

Pameran Produk (P4)

Pendampingan Usaha

(Mentoring)

Ada pendamping usaha Intensitas pendampingan Penangkapan materi

3. OUTPUT PARAMETER INDIKATOR

(P5) Kemampuan mengakses Keuangan

Diberi bantuan modal usaha Bantuan melalui apa

Akses ke bank/lembaga keuangan (P6) Kemampuan

mengelola aset Menggunakan pencatatan keuangan Penambahan Keuntungan

Pengelolaan modal dan keuntungan pakai rekening bank

(P7) Kemampuan mata

pencaharian berkelanjutan

Peningkatan pendapatan Pemenuhan kebutuhan pokok Penambahan modal atau menabung (P8) Kemampuan

mengelola modal sosial dan berjejaring

Berjejaring dengan sesama KPM ProKUS

Berjejaring dengan Mentor / pembimbing bisnis

Menambah karyawan

4. OUTCOME

(P9) Meningkatnya

pendapatan Peningkatan pendapatan keluarga

Gambar

Gambar 3  Jenis Rintisan Usaha
Gambar 32  Mempunyai Ijin Usaha
Gambar 61  Penambahan Karyawan
Gambar 61  Penambahan Karyawan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, tujuan pokok penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kreativitas di industri kerajinan batik, dan

Hasil yang Kedua, mempunyai pikiran yang baru untuk dunia yang baru adalah pikiran yang berpusat kepada Kristus sehingga semua pelayanan konseling bisa diselesaikan

Perangkat pembelajaran efektif, ditunjukkan 2 indikator efektif sudah dipenuhi, yaitu (1) Kemampuan berpikir kreatif siswa mencapai ketuntasan. Berdasarkan hasil

Untuk memperoleh gambaran bagaimana akuntansi bekerja dalam suatu negara, kita harus memberikan perhatian tehadap proses penyusunan standar akuntansi yang dihasilkan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Problem Based Learning (PBL) menggunakan KD pembelajaran IPA 3.3

Validasi memiliki tujuan utama untuk menguji apakah sistem informasi preventive maintenance pemesinan yang telah dibuat dapat berfungsi sepenuhnya sebagai sistem

Integrasi teknik pengukuran efisiensi kinerja rantai pasok SCOR kedalam aspek ekonomi dengan minimisasi limbah cair pada aspek lingkungan, kesejahteraan karyawan pada

Cahaya yang mengenai bahan semikonduktor ini memiliki energi yang lebih besar daripada energi celah pita semikonduktor, sehingga akan mentransfer elektron dari