• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKRUTMEN CALON LEGISLATIF PEREMPUAN DI PEMILU 2019 (STUDI DEWAN PIMPINAN CABANG DEMOKRAT KABUPATEN BATU BARA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "REKRUTMEN CALON LEGISLATIF PEREMPUAN DI PEMILU 2019 (STUDI DEWAN PIMPINAN CABANG DEMOKRAT KABUPATEN BATU BARA)"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

REKRUTMEN CALON LEGISLATIF PEREMPUAN DI PEMILU 2019

(STUDI DEWAN PIMPINAN CABANG DEMOKRAT KABUPATEN BATU BARA)

SKRIPSI

DESI YULIATI SITUMORANG 150906003

Dosen Pembimbing: Dra. T. Irmayani, M.Si

DEPARTMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan sesungguhnya bahwa :

1. Karya tulis ilmiah saya dalam bentuk Skripsi dengan Judul “Rekrutmen Calon Legislatif Perempuan Di Pemilu 2019 (Studi Dewan Pimpinan Cabang Demokrat Kabupaten Batu Bara)”adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar Akademik, baik di Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain.

2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain, kecuali arahan dari tim pembimbing dan penguji.

3. Di dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali ditulis dengan cara menyebutkan pengarang dan mencantumkannya pada daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran di dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena skripsi ini, serta sanksi lainnnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku.

Medan, Oktober 2019 Yang Menyatakan

Desi Yuliati Situmorang NIM. 150906003

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

DESI YULIATI SITUMORANG (150906003)

REKRUTMEN CALON LEGISLATIF PEREMPUAN DI PEMILU 2019 (STUDI DEWAN PIMPINAN CABANG DEMOKRAT KABUPATEN BATU BARA)

Rincian isi Skripsi: halaman, tabel, 17 buku, 3 jurnal, 2 skripsi, 4 sistus Internet serta 4 wawancara. (Kisaran buku dari tahun 1992-2016)

ABSTRAK

RekrutmenPerempuan sebagai calon legislatif sangat di perlukan untuk mewakili perempuan dalam dalam lembaga Legislatif. Oleh karena itu peneliti mengkaji rekrutmen partai Demokrat di Kabupaten Batu Bara untuk melihat proses merekrut perempuan menjadi Anggota legislatif. Untuk mendapat jawabannya peneliti melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif, mencari data dengan metode wawancara dengan pengurus dan tim seleksi di partai demokrat. Setelah itu data disajikan dengan analisis deskriptif.Jawaban dari penelitian yang sudah dilakukan berdasarkan teori Seligmen menjelaskan bahwa rekrutmen calon Anggota legislatif perempuan Partai Demokrat DPC Batu Bara memalui tahapan Penyaringan, pencalonan dan seleksi.

Kata kunci: Rekrutmen, Perempuan, Partai Demokrat

(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

DESI YULIATI SITUMORANG (150906003)

RECRUTMENT OF LEGISLATIVE CANDIDATE WOMEN IN ELECTION 2019 (STUDY OF LEADERSHIP BOARD OF DEMOCRAT BRANCH OF BATU BARA REGENCY)

Thesis content details: pages, Tabel, 17 books, 3 journals, 2 thesis, 4 internet sites, and 4 interviews. (Range of books from 1992-2016 )

ABSTRACT

Recruitment of women as legislative candidates is needed to represent women in the legislative body. Therefore the researcher examines the recruitment of Democratic parties in Batu Bara District to see the process of recruiting women to become legislative members.To get the answer, the researchers conducted a research with a qualitative approach, looking for data by interviewing the management and selection team in the democratic party.After that the data is presented with descriptive analysis. The answer from the research that has been done based on Seligmen's theory explains that the recruitment of candidates for the legislative member of the Democratic Women's Party DPC Coal through the stages of screening, nomination and selection.

Keywords: Recruitment, Women, Democratic Party

(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:

Nama : Desi Yuliati Situmorang NIM : 150906003

Departemen : Ilmu Politik

Judul : Rekrutmen CalonLegislatif Perempuan Di Pemilu 2019 (Studi Dewan Pimpinan Cabang Demokrat Kabupaten Batu Bara)

Menyetujui:

Ketua

Departemen Ilmu Politik

Warjio, Ph.D

NIP. 197408062006041003

Dosen Pembimbing Dosen Pembaca

Dra. T. Irmayani, M.Si NIP. 19680301994032001

Mengetahui : Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. Muriyanto Amin, M.Si NIP. 197409302005011002

(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Pengesahan

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Dilaksanakan Pada :

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Tim Penguji : NIP.

Ketua Penguji : NIP.

Penguji Utama : NIP

Penguji Tamu : NIP.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur Saya Pnjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberkati, menuntun penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan studi melalui penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas segala keperkasaanNya yang senantiasa memberikan sukacita melalui Muzijat yang selalu penulis rasakan selama menjalani proses perkuliahan, ketika memulai untuk menjadi seorang mahasiswa di Departemen Ilmu Politik-FISIP-USU Tuhan berkarya dalam pembaharuan hidup bagi penulis bahkan Tuhan boleh mengijinkan penulis untuk mengakhiri masa studi ini.

Skripsi ini berjudul “Rekrutmen CalonLegislatif Perempuan Di Pemilu 2019 (Studi Dewan Pimpinan Cabang Demokrat Kabupaten Batu Bara)”, skripsi ini membahas dan menjelaskan bagaimana Partai Politik khususnya Demokrat yang ada di Kabupaten Batu Bara merekrutt kader Perempuan untuk calon legislatif yang nantinya menjadi bagian dari pejabat publik di kursi parlemen.

Penulis sungguh bersyukur dan berterimaksih ketika telah memutuskan untuk melakukan penelitian dapat menyelesaikannya dengan baik. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya selama pengerjaan skripsi ini terlebih lagi kepada Ayah saya P. Situmorang yang memberikan semangat dan kasih sayang kepada saya. Dan bahkan skripsi ini kupersembahkan untuk Ibu Tercinta Alm. L.

Sagala. Pada kesempatan ini, penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Warjio Ph.D sebagai Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si sebagai Dosen Pembimbing saya, saya mengucapkan terima kasih untuk Kesabaran, kebaikan dan waktu yang di luangkan untuk membimbing skripsi saya dari awal hingga selesainya skripsi ini. Semoga Ibu selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

3. Terima kasih kepada Partai Demokrat Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten Batu Bara untuk informasi, pembelajaran politik dan luangan waktunya, semoga selalu dalam lindungan Tuhan.

4. Terima kasih kepada kakak (Mianda Katrina Situmorang dan Romeli Sinaga) adik (Geovani Marselino Situmorang dan Rio Ferdiman Situmorang) untuk segala dukungan dan kasih sayang yang diberikan. Terima kasih juga kepada bou tercinta ( Rodiana Situmorang dan Risda Situmorang) untuk segalah dukungannya.

5. Terimakasih kepada IMAS-USU, salah satu Organisasi yang menjadi salah satu wadah untuk belajar terutama pada kepengurusan DPO IMAS USU Priode 2018/2019.

(8)

6. Terimakasih kepada Sangaltup SQUAD (Vebisani Kristin Sitorus, Nova Frisca Manurung, dan Ulina Fransiska Manurung) yang selalu ada di setiap hari-hari baik suka maupun duka selama 4 tahun ini. Serta yang memberikan semangat dan mendukung dalam pengerjaan skripsi ini. Big Thanks laft.

7. Terimakasih kepada Febri Tuahman Saragih, yang senantiasa setia untuk memotivasi, menemani dan mendukung dalam setiap proses penulisan skripsi ini.

8. Terimakasih kepada Rekan-rekan seperjuangan Politik 2015, semoga semuanya dapat menyelesaikan masa studi masing-masing dengan baik.

9. Terimakasih kepada seluruh teman-teman yang selama ini berperan sebagai inspirator penulis yang tidak dapat saya sebutan satu persatu.

Penulis menyadari dari setiap yang telah dikerjakan, bahkan dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan.Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini sehingga dapat bermanfaat untuk penelitian berikutnya.

Medan, Oktober 2019

(Desi Yuliati Situmorang)

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Halaman Pengesahan ... iv

Halaman Persetujuan ... v

Lembar Persembahan ... vi

Kata Pengantar... vii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel dan Gambar ... xv

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 11

1.3 Batasan Masalah ... 11

1.4 Tujuan Penelitian ... 11

1.5 Manfaat Penelitian ... 12

1.6 Kerangka Teori ... 13

1.6.1 Teori Rekrutmen Politik ... 13

1.6.2 Teori Feminisme ... 17

1.7 Studi Terdahulu ... 23

1.8 Metodologi Penelitian... 27

1.8.1 Jenis Penelitian ... 27

1.8.2 Lokasi Penelitian ... 28

1.8.3 Teknik Pengumpulan Data ... 28

1.8.4 Teknik Analisis Data ... 29

1.9 Sistematika Penulisan ... 30

BAB II Profil Kabupaten Batu Bara Dan Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kabupaten Batu Bara 2.1 Profil Kabupaten Batu Bara ... 32

2.1.1 Sejarah Kabupaten Batu Bara ... 32

2.1.2 Makna Lambang Kabupaten Batu Bara... 37

2.1.3 Geografi Kabupaten Batu Bara... 40

2.1.4 Demografi Kabupaten Batu Bara ... 45

2.1.5 Infrastruktur Kabupaten Batu Bara... 51

2.2 Profil Partai Demokrat ... 56

(10)

2.2.1 Sejarah Partai Demokrat ... 56

2.2.2 Pengesahan Partai Demokrat ... 59

2.2.3 Visi Misi dan Tujuan Partai Demokrat ... 61

2.2.4 Susunan Kepengurusan Partai Demokrat ... 63

2.3 Partai Demokrat DPC Kabupaten Batu Bara ... 67

2.3.1 Program Kerja Partai DPC Demokrat ... 73

BAB III Rekrutmen Calon Anggota Legislatif Perempuan Partai Demokrat Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten Batu Bara 3.1 Kriteriacaleg DPC partai Demokrat Batu Bara ... 82

3.2 Proses Rekrutmen Caleg Perempuan DPC Demokrat Batu Bara ... 87

3.3 Pola Rekrutmen CalegPrempuan partai Demokat DPC Batu Bara ... 97

BAB IV Penutup 4.1 Kesimpulan ... 105

4.2 Saran ... 107

Daftar Pustaka ... 108 Daftar Lampiran:

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Lampiran 2. Wawancara

Lampiran 3. Dokumentasi

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Anggota Legislative Kabupaten Batu Bara 2009

Sampai 2019 ... 7 Tabel1.2 Calon Anggota Legislatif Kabupaten Batu Bara pada

Pemilihan Umum 2019 ... 8 Tabel 1.3 Anggota Legislatif dari partai Demokrat 2009 sampai

2019 ... 10 Tabel 2.1 Daftar Nama Bupati Kabupaten Batu Bara 2007-2018 ... 36 Tabel 2.2 Luas Wilayah Kecamatan dan Rasio Terhadap Luas

Kabupaten ... 41 Tabel 2.3 Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis

Tanaman di Kabupaten Batu Bara, 2014-2018 ... 43 Tabel2.4 Luas Lahan Pertanian Untuk Persawahan Menurut

Kecamatan di Kabupaten Batu Bara (Ha) ... 44 Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten

Batu Bara (Jiwa) ... 47 Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin di Kabupaten Batu Bara ... 48 Tabel 2.7 Jumlah pemilih Tetap pada Pemilihan UmumTahun

2018 ... 49 Tabel 2.8 Presentase Tingkat Pendidikan Masyarakat Kabupaten

Batu Bara Tahun 2014-2017 ... 50 Tabel 2.9 Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta di Kabupaten Batu

Bara ... 53 Tabel 2.10 Tempat Ibadah di Kabupaten Batu Bara ... 54 Tabel 2.11 Rumah Sakit Umum Menurut Kecamatan di

Kabupaten Batu Bara ... 55 Tabel 2.12 Ketua Umum Partai Demokrat 4 Periode Terakhir ... 64 Tabel 2.13 Hasil Perolehan suara Partai Demokrat pemilihan

legislative tahun 2019 DPRD Kabupaten Batu Bara ... 76 Tabel 3.1 Tahapan dan jadwal proses ... 81 Tabel 3.2 Data Calon Anggota Legislatif perempuan pada

Pemilihan Umum 2019 ... 96

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Lambang Kabupaten Batu Bara ... 37 Gambar 2.2 Lambang Partai Demokrat ... 60 Gambar 3.1 Proses Rekrutmen Calon Anggota Legislatif Partai

Demokrat DPC Kabupaten Batu Bara ... 88 Gambar 3.2 Proses Rekrutmen Calon Anggota Legislatif Perempuan

Partai Demokrat DPC Batu Bara ... 89 Gambar 3.3 Pola Rekrutmen Calon Anggota Legislatif Perempuan Partai

Demokrat DPC Kabupaten Batu Bara... 100

(13)
(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan Partai-partai politik pasca revormasi mengalami pasang surut dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 partai politik yang mengikuti pemilihan umum sebanyak 24 partai yaitu Partai Nasional Indonesia Marhaenisme, Partai Buruh Sosial Demokrat, Partai Bulan Bintang, Partai Pelopor, Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia, Partai Persatuan Daerah, Partai Penegak Demokrasi Indonesia, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, Partai Demokrat, Partai Patriot, Partai Nasional Banteng Kemerdekaan, Partai Golongan Karya, Partai Perhimpunan Indonesia Baru, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan, Partai Bintang Reformasi, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Merdeka, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Karya Peduli Bangsa, dan Partai Amanat Nasional.

Kemudian pada pemilhan umum 2009 jumlah partai politik meningkat menjadi 44 antara lain Partai Hati Nurani Rakyat, Partai Karya Peduli Bangsa, Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia, Partai Peduli Rakyat Nasional, Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai Barisan Nasional, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, Partai Perjuangan Indonesia Baru, Partai Persatuan Daerah, Partai Kedaulatan, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai

(15)

Pemuda Indonesia, Partai Nasional Indonesia Marhaenisme, Partai Demokrasi Pembaruan, Partai Demokrasi Pembaruan, Partai Karya Perjuangan, Partai Matahari Bangsa, Partai Penegak Demokrasi Indonesia, Partai Demokrasi Kebangsaan, Partai Republika Nusantara, Partai Pelopor, Partai Golongan Karya, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Damai Sejahtera, Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia, Partai Bulan Bintang, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Bintang Reformasi, Partai Patriot, Partai Demokrat, Partai Kasih Demokrasi Indonesia, Partai Kebangkitan Nasional Ulama, Partai Merdeka, Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia, Partai Sarikat Indonesia dan Partai Sarikat Indonesia.

Selanjutnya pada 2014 jumlah partai politik yang mengikuti pemilu menurun menjadi 10, diantaranya Partai Nasional Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Keadilan Sejahtera,Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golongan Karya, Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai Demokrat,Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Hati Nurani Rakyat. Dan pada 2019 partai politik yang mengikuti pemilu meningkat dari tahun 2014 yaitu sebanyak 14 partai politik yaitu Partai Amanat Nasional, Partai Berkarya, PDI Perjuangan, Partai Demokrat, Partai Gerindra, Partai Gerakan Perubahan Indonesia, Partai Golkar, Partai Hanura, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Nasional Demokrat, Partai Persatuan Indonesia, Partai Persatuan Pembangunan danPartai Solidaritas Indonesia.

(16)

Perkembangan partai politik yang mengalami pasang surut tersebut menyebabkan adanya partai yang tidak bertahan dan nada pula yang masih bertahan sampai sekarang.Salah satu partai yang masih bertahan dan mengembangkan sayapnya di partai politik ialah partai demokrat.Ada bebrapa hal yang menarik pada Partai Demokat Ini pertama kali dalam sejarah Republik Indonesia Presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat.Sehingga sangat menarik, partai yang relatif baru dapat berkembang dan bertahan.1Partai demokrat dalam setiap pemilu mengirimkan perwakilan untuk bertarung untuk medapatkan posisi dalam pemerintahan, baik itu laki-laki maupun perempuan.

Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik pada pasal 11 mengenai fungsi partai terdiri dari lima, dimana Fungsi-fungsi partai politik tersebut diwujudkan dengan cara konstitusional yang sah dan legal sesuai aturan yang berlaku dan disepakati.Salah satunya antara lain Rekrutmen politik yang berperan sangat penting dalam menghasilkan kader yang baik untuk eksekutif maupun legislatif, dengan adanya hal ini akan adanya seleksi kesesuaian antara karakteristik kandidat dengan sistem nilai dan ideologi partai politik. Maka, jika berjalan dengan baik dari proses rekrutmen politik tersebut, hasilnya orang-orang yang terpilih bukan karna hubungan dekat dan popularitas saja yang mengisi kekosongan jabatan dalam partai tersebut dan tertanamkan kesadaran bahwa mereka merupakan bagian dari

1 Wengky Saputra, Skripsi: “Pola Rekrutmen Partai Politik (Studi: Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Dalam Menetapkan Caleg Pada Pemilu Legislatif 2009 Di Kabupaten Agam)”, (Padang, ANDALAS,2012), hal. 4.

(17)

bangsa dan negara, dan dipundak mereka terdapat segudang permasalahan bangsa dan negara yang harus diselesaikan..

Partai politik yang memiliki peran dan posis sangat kuat dalam rekrutmen pejabat politik baik itu eksekutif maupun legislatif.Menurut R.H Soultan partai politik ialah sekelompok warga yang sedikit banyak terorganisir dan yang bertindak sebagai satu kesatuan politik dengan memanfaatkan kekuasaan untuk memilih yang bertujuan untuk menguasai pemerintah dan melaksanakan kebijakan umum mereka.2 Sedangkan menurut Miriam Budiardjo partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang Anggota-anggotanya memiliki orientasi-orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama serta memiliki tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik.3 Selain pendapat dari para ahli tersebut, pengertian partai politik menurut Undang-undang Nomor 2 tahun 2011, menjelaskan bahwa partai politik sebagai organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik Anggota, masyarakat. bangsa dan Negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.4

Salah satu partai yang menjalankan fungsi rekrutmen politik ialah Partai Demokrat,yang memiliki Visi untuk dapat bersama dengan masyarakat mewujudkan

2A Rahman H. I. 2007.Sistem Politik Indonesia.Jakarta: Graha Ilmu. hal. 102.

3Muhadam Labolo dan Teguh Ilham.2017.Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia.Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada. hal.11.

4Undang-undang nomor 2 Tahun 2011 tentang partai politik, pasal 1 ayat 1.

(18)

keinginan luhur rakyat Indonesia agar mencapai pencerahan dalam kehidupan kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur, menunjung tinggi semangat nasionalisme, humanisme dan internasionalisme atas dasar ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa dalam tatanan dunia baru yang damai, demokratis, dan sejahtera. partai demokrat menjalankan visi misinya dengan menigkatkan kader-kader Anggotanya baik itu Anggota yang lama maupun yang baru, partai Demokrat sekarang menigkatkan pengkaderan pada kaum milenial karena memiliki potensi yang besar untuk kemajuan partai maupun Negara.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pasal 8 ayat (1), salah satunya adalah huruf (d) yaitu : ”menyertakan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat”.5 Namun pada kenyataannya jumlah perempuan yang terjun di dunia politik masih minim, hal ini bisa jadi dikarenakan anggapan bahwa dunia politik identik dengan laki-laki, anggapan ini muncul akibat adanya “image“ yang tidak sepenuhnya tepat tentang kehidupan politik; yaitu bahwa politik itu kotor, keras, penuh intrik, dan semacamnya, yang diidentikkan dengan karakteristik laki-laki.

Keterwakilan perempuan dalam politik sangat di perlukan namun yang terjadi keterwakilan masih minim, dapat kita lihat di tingkat pusat anggota Dewan

5Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang pemilihan umum pasal 8.

(19)

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dari tahun ke tahun jumlah keterwakilan perempuan masih minim tetapi mengalami peningkatan, pada tahun 2009 hanya 9%, tahun 2004 naik menjadi 11%, tahun 2009 naik lagi menjadi 18%, kemudian 2014 naik menjadi 17,3% dan pada tahun 2019 menigkat menjadi 20,5%. Untuk tingkat provinsi pada tahun 2009 di DPRD Sumatera Utara hanya 5 orang perempuan, dan pada tahun 2019 meningkat menjadi 15 orang dari 100 anggota DPRD Sumatera Utara. Pada kabupaten batu bara untuk jumlah perempuan pada tahun 2009 hanya 1 orang kemudian tahun 2014 naik menjadi 2 orang dan pada tahun 2019 menjadi 1 oang. Dapat kita lihat jumlah perempuan di anggota dewan masih minim dan belum mencapai 30% dari yang di harapkan.6

Kabupaten Batu bara ialah kabupaten pemekaran dari kabupaten Asahan pada tahun 2008, kabupaten ini mulai mengikuti pemilihan umum pada tahun 2009 dan pada saat itulah di pilih anggota legislatif atau Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Batu bara. Walaupun menjadi kabupaten yang baru namun pemilihan anggota legislatif dapat berjalan dan mendapatkan wakil rakyat dari berbagai partai politik dan salah satunya ialah partai demokrat. Dalam anggota legislatif perlu adanya turut serta perempuan, untuk mewakili aspirasi perempuan didalam lembaga legislatif, namum masih kurangnya jumlah anggota perempuan menduduki kursi DPRD Kabupaten bartu bara menjadi perhatian yang sangat penting agar terpenuhinya kuota yang diharapkan pemerintah.

6 Komisi Pemilihan Umum Indonesia, diakses pada tanggal 10 September 2019 pada pukul 19.30 WIB

(20)

Tabel 1.1:

Anggota Legislatif Terpilih Kabupaten Batu Bara 2009 Sampai 2019

No

Tahun pemilihan umum

Anggota Legislatif

Lk

Persenta se (%)

Pr

Persenta se (%)

Total

1 2009 34 97% 1 3% 35

2 2014 33 94% 2 6% 35

3 2019 34 97% 1 3% 35

Sumber: Sumber: https://www.jariungu.com

Terlihat dari data diatas Keterkaitan perempuan yang masih minim tersebut dapat di lihat dari jumlah perempuan yang ada di lembaga legislatif. Hal ini yang terjadi di lembaga legislatif kabupaten Batu Bara, jumlah anggota legislatif dari tahun 2009 sampai 2019 masih sangat minim, pada tahun 2009 anggota legislatif

perempuan yang duduk hanya 1 orang dari partai demokrat, pada tahun 2014 dua orang perempuan dari partai demokrat dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) serta tahun 2019 kembali 1 orang perempuan dari partai demokrat yang duduk di lembaga legislatif. Padahal jika di lihat dari penduduk Kabupaten Bara Bara sebagai daerah pemekaran dari kabupaten Asahan pada tahun 2008 ini ,berjumlah 404 988 jiwa dengan jumlah laki-laki 203.689 (50,3%) jiwa dan perempuan 201.299 jiwa (49,7%)7,

7Badan Pusat Statistika Kabupaten Batu Bara,https://batubarakab.bps.go.id/statictable/2017/11/11/592/jumlah- penduduk-dan-lajupertumbuhan-penduduk-menurut-kecamatan-di-kabupaten-batu-bara.html, diakses pada tanggal 29 Mei 2019 pada pukul 19.00.

(21)

dari data diatas jumlah penduduk perempuan yang ada di kabupaten batu bara bukan tidak mungkin dapat menghasilkan lebih besar kaum perempuan di Anggota Dewan untuk Kabupaten Batu Bara.

Tabel 1.2 :

Calon Anggota Legislatif Kabupaten Batu Barapada Pemilihan Umum 2019

No Nama Partai

Calon Anggota Legislatif

L

Perse ntase

(%) P

Perse ntase

(%)

Total

1 Partai Kebangkitan Bangsa 23 66% 11 34% 34

2 Partai Gerakan Indonesia Raya 24 69% 11 31% 35

3

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

22 63% 13 37% 35

4 Partai Golongan Karya 24 69% 11 31% 35

5 Partai Nasdem 22 67% 11 33% 33

6 Partai Gerakan Perubahan Indonesia 9 69% 4 31% 13

7 Partai Berkarya 18 67% 9 33% 27

8 Partai Keadilan Sejahtera 21 60% 14 40% 35

9 Partai Persatuan Indonesia 17 68% 8 32% 25

10 Partai Persatuan Pembangunan 23 66% 12 34% 35

(22)

11 Partai Solidaritas Indonesia 10 63% 6 37% 16

12 Partai Amanat Nasional 22 65% 12 35% 34

13 Partai Hati Nurani Rakyat 20 59% 14 41% 34

14 Partai Demokrat 20 59% 11 41% 31

15 Partai Bulan Bintang 18 53% 16 47% 34

16

Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

14 82% 3 28% 17

Sumber: Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Batu Bara

Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari tabel diatas bahwa untuk jumlah calon Anggota legislatif yang ikut dalam pemilihan umum pada tahun 2019 hanya satu partai politik saja yang tidak memenuhi kuota 30% perempuan. Dalam pemilihan Legislatif 2019 jumlah keikut sertaan kaum perempuan sudah cukup banyak dalam pertarungan politik untuk memperebutkan kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Batu Bara. Namun dalam memenagkan posis di Anggota Legislatif Partai politik maupun sicalon harus bekerja keras untuk dapat menang dalam pemilu agar jumlah perempuan mencukupi di Legislatif.

(23)

Tabel 1.3:

Anggota Legislatif dari partai Demokrat 2009 sampai 2019

No

Tahun pemilihan umum

Anggota Legislatif

L

Persenta se (%)

P

Persenta se (%)

Total

1 2009 2 67% 1 37% 3

2 2014 1 50% 1 50% 2

3 2019 2 67% 1 37% 3

Sumber:https://www.jariungu.com

Dari tabel di atas dapat menjelaskan bahwa setiap pemilihan Anggota legislatif yang berjalan dari tahun 2009 sampai 2019 partai demokrat selalu mempunyai calon Anggota legislatif perempuan walaupun hanya 1 anggota legislative perempuan yang dapat duduk di DPRD Kabupaten Batu bara. Partai demokrat selangkah lebih maju dari partai-partai yang lain karena pada lembaga legislatif tahun 2009-2014,2014-2019 dan 2019-2024 dapat mendudukkan perempuan di kursi DPRD Kabupaten Batu Bara.8Namun jumlah perempuan yang menjadi anggota legislatif masih sangat minim karena masih tidak sesuai dengan kuota yang ada di dalam undang-undang sebanyak 30% anggota legilatif perempuan, oleh karena itu saya tertarik untuk mengambil judul ”Rekrutmen Calon Legislatif Perempuan

8Lativa, Anggota Legislatif Kabupaten Batu Bara, https://www.jariungu.comdiakses pada tanggal 29 mei 2019 pada pukul 19.45

(24)

Partai Demokrat Dewan Pimpinan Cabang Batu Bara Pada Pemilihan Legislatif 2019” untuk mengetahui bagaimana partai ini merekrut orang-orang yang menjadi Anggota partai ini untuk menduduki kursi legislatif tahun 2019 terkhusus kaum perempuannya.

1.2 Perumusaan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, minimnya kaum perempuan dalam lembaga legislatif di Batu bara menjadi masalah yang akan menjadi kajian peneliti yaitu, Bagaimana Rekrutmen Calon Legislatif Perempuan Partai Demokrat Dewan Pimpinan Cabang Batu Bara Pada Pemilihan Legislatif 2019.

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah merupakan salah satu upaya menetapkan fokus pembahasan dalam sebuah penelitian.Untuk lebih memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dengan tujuan menghasilkan uraian yang jelas, diperlukan adanya pembatasan masalah agar masalah yang di angkat tidak menyimpang dari tujuan utama peneliti.Adapun batasan masalah dalam penelitian ini penulis hanya membahas sistem rekrutmenperempuan menjadi anggota legislatif 2019.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana proses partai Demokrat dalam menetapkan calon legislatif perempuan yang diusung dalam pemilihan umum tahun 2019.

(25)

2. Untuk mengetahui bagaimana kesiapaan calon Anggota Legislatif yang di usung partai Demokrat dalam pemilihan umum 2019

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam rekrutmen calon Anggota legislatif dalam pemilu 2019.

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini, adapun manfaat yang diharapkan adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian politik yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan tentang pengrekrutan Anggota legislatif perempuan.

2. Secara Akademik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung atau tidak bagi kepustakaan Departemen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara maupun kalangan penulis lain mengenai Peranan Partai Dalam Pengkaderan anggota Legislatif perempuan.

3. Bagi penulis, membantu peneliti mengasah kemampuan dan pengetahuan dalam menulis karya ilmiah di bidang ilmu politik khususnya dan juga merupakan suatu syarat akhir untuk menyelesaikan studi strata satu di Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(26)

1.6 Kerangka Teori

1.6.1 Rekruitmen Politik

Rekrutmen merupakan suatu proses untuk mencari dan menyeleksi anggota untuk kegiatan regenerasi dari sebuah organisasi, baik partai politik, lembaga pemerintahan maupun organisasi lainnya. Namun, rekrutmen lebih dikenal dalam bahasa politik seperti yang terdapat dalam buku Dasar-Dasar Ilmu Politik yang menyebutkan: “…proses mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai…”9Istilah rekrutmen lebih dikenal dalam bahasa perpolitikan, dan kemudian diadopsi oleh partai politik seiring dengan kebutuhan partai akan dukungan kekuasaan dari rakyat, dengan cara mengajak dan turut serta dalam keanggotaan partai tersebut.

Rekrutmen sendiri memiliki acuan waktu dalam prosesnya, maka pada saat itu pula rekrutmen dilakukan pada saat partai memerlukan. Pendapat lainnya yang mengemukakan pengertian rekrutmen politik oleh Ramlan Surbakti dalam buku Memahami Ilmu Politik yang dimaksud rekrutmen politik adalah:“Seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya, dengan mengkhususkan kepada orang-orang yang

9Mirriam Budiardjo. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Jakarta. hal. 161.

(27)

mempunyai bakat yang cukup menonjol, partai politik menyeleksi dan menempatkannya sebagai seorang calon pemimpin” 10

Rekrutmen politik sebagai salah satu dari fungsi partai politik berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas. Untuk kepentingan internalnya, setiap partai membutuhkan kader-kader yang berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian dapat menjadikan partai berkesempatan besar untuk mengembangkan diri.

Dengan memiliki kader-kader yang baik, partai tidak akan sulit menentukan pemimpinnyasendiri dan mempunyai peluang untuk mengajukan calon untuk masuk ke tingkat nasional.11

Dari beberapa penjelasan tentangrekrutmen politik di atas dapat disimpulkan sebagai ajang untuk mencari dan menyeleksi keanggotaan baru untuk diikutsertakan dalam partai politik sebagai pembelajaran politik, disamping untuk melakukan regenerasi dalam partai politik tersebut maka dilakukan melalui mekanisme yang diterapkan oleh partai. Pengaruh rekrutmen politik sangat menentukan dalam regenerasi kehidupan partai. Hal itu dikarenakan partai memerlukan penyegaran keanggotaan untuk dapat bertahan dalam mempertahankan kekuasaan politiknya dimata masyarakat.

10Ramlan Surbakti. 1992.Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.hal. 118.

11Miriam Budiarjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Jakarta.hal.408.

(28)

Masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban menjadi obyek dalam rekrutmen politik adalah seluruh masyarakat Indonesia yang sah sebagai warga negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya.

Dengan kata lain setiap WNI, baik pria maupun wanita dengan tanpa membedakan suku, agama, ras, warna kulit dan lainnya, memiliki kedudukan yang sama untuk memperoleh kesempatan mengikuti rekrutmen politik diseluruh tingkatan (hirarki) atau struktur politik yang ada. Ada beberapa kriteria prestasi yang dapat digunakan dalam proses seleksi elit politik yaitu :12

1. Keahlian teknis, dimana keahlian ini sangat dibutuhkan untuk melaksanakan peranan-peranan politik yang rumit dalam kaitannya dengan peranan dan proses sosial

2. Keahlian berorganisasi dan persuasi, dimana keahlian ini sangat penting untuk melaksanakan pembuatan keputusan politik atau kebijaksanaan pemerintah yang umumnya dilakukan oleh kaum elit, karenanya dibutuhkan keterampilan negosiasi atau mobilisasi orang atau pejabat yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya

3. Loyalitas dan reliabilitas politik yang menyangkut derajat kepercayaan politik dari berbagai kekuatan atau golongan di

12 Hesel Tangkilisan. 2003.Kebijakan Publik Yang Membumi.Konsep, Strategi dan Kasus.Yogyakarta : Lukman Offset.hal. 158.

(29)

masyarakat, karena hal ini akan sangat membantu dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

Adapun beberapa pilihan partai politik dalam proses rekrutmenpolitik sebagai berikut :13

1. Partisipan, yaitu merupakan pendukung yang kuat, loyalitas tinggi terhadap partai sehingga bias direkrut untuk menduduki jabatan strategis

2. Compartmentalization merupakan proses rekrutmen yang didasarkan pada latar belakang pendidikan dan pengalaman organisasi atau kegiatan social politik seseorang, misalnya aktivis LSM

3. Immediate Survival yaitu proses rekrutmen yang dilakukan oleh otoritas pemimpin partai tanpa memperhatikan kemampuan orang- orang yang akan direkrut

4. Civil Service Reform merupakan proses rekrutmen berdasarkan kemampuan dan loyalitas seseorang calon sehingga bias mendapatkan kedudukan lebih penting atau tinggi.

Sedangkan Seligman memandang rekrutmen sebagai suatu proses yang terdiri dari:14

13 Prof. Firmanzah, Ph.D. 2001. Mengelola Partai Politik (Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik Di Era Demokrasi). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hal. 71.

14 Soetomo, “Perspektif Teoritis Model Rekrutmen Perempuan Di Bidang Politik” Volume XXIII No. 2, 2007, hal 12.

(30)

1. Penyaringan dan penyaluran politik yang mengarah pada eligibilitas (pemenuhan syarat pencalonan) Proses ini merupakan kegiatan awal yang dilakukan sebagai wujud dari sistem demokratisasi, dimana semua warga negara mempunyai hak untuk terlibat secara langsung dalam proses pemilu baik sebagai pemilih maupun yang akan dipilih.

2. Pencalonan atau proses dua tahap yang mensyaratkan inisiatif dan penguatan. Pada tahap ini, tata cara pencalonan lebih ditentukan oleh pemerintah dan panitia pemilu, sebab kedua struktur inilah yang dimajukan konsestan memenuhi syarat yang diperlukan secara umum didalam proses penentuan wakil rakyat.

3. Seleksi yakni pemilihan calon elit politik yang sebenarnya. Proses seleksi merupaka tahap terakhir sebagai penentu. Pada tahap ini, mekanisme yang digunakan seharusnya didasari pada berbagai syarat yang telah ditetapkan seperti prestasi yang dimiliki calon, memiliki dedikasi yang tinggi serta loyalitas.

1.6.2 Feminisme

Feminisme adalah gerakan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria.Tujuan feminisme untuk memajukan secara politis dan ekonomi dalam pengertian khusus pemilihan suatu sifat kewanitaan yang agak

(31)

menonjol.15 Istilah feminisme munurut pandangan Wolf adalah feminisme sebagai suatu hal yang mengungkapkan harga diri pribadi dan harga diri semua perempuan.Istiah “feminism” bagi Wolf harus diartian dengan “menjadi manusia”.

Pada pemahaman yang demikain maka perempuan akan percaya pada diri mereka sendiri.Sedangkan Budianto mengartikan feminisme suatu kritik ideologu terhadap cara pandang yang mengabaikan masalah ketimpangan dan ketidakadilan dalam pemberian peran dan identitas sosial berdasarkan perbedaan jenis kelamin.

Istilah feminis juga kemudian berkembang secara negatif ketika media lebih menonjolkan perilaku sekelompok perempuan yang menolak penindasan secara vulgar (membakar bra).Sebenarnya, setiap orang yang menyadari adanya ketidakadilan atau diskriminasi yang dialami oleh perempuan karena jenis kelaminnya, dan ingin melakukan sesuatu untuk mengakhiri ketidakadilan/diskriminasi tersebut, pada dasarnya dapat disebut sebagai feminis.Dalam buku yang di tulis Anwar juga di tuliskan pengertian dari Feminis adalah sebauh gerakan perjuangan untuk melawan segala bentuk objektifikasi perempuan.Perempuan dan laki-laki diyakini juga mempunyai perbedaan kesadaran sosial maupun kontrol sosial.16

Menurut Friederich Engel Pada mulanya perempuan bukan dianggap sebagai subkordinat laki-laki karena perempuan memainkan peran vital ketika menghasilkan

15 W.J.S. Poerardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, hal 281.

16 Ahyar Anwar. 2010. Teori Sosial Sastra. Yogyakarta: Ombak. hal 129.

(32)

barang material seperti pakaian dan peralatan masak. Hal tersebutlah yang menyebabkan masyarakat berpasangansecara matrilineal sedangkan laki-laki mendapatkan keuntungan dari kegiatan itu.Laki-laki menjadi semakin kuat dengan kemampuan ekonomi yang dimilikinya, sedangkan perempuan semakin lemah karena pekerjaan yang dilakukannya di rumah tidak mampu menghasilkan seperti pekerjaan yang laki-laki kerjakan. Dengan kondisi seperti itu maka akhirnya posisi matrilineal berubah menjadi patrilineal karena laki-laki yang menjadi pihak yang menurunkan kekayaan yang ada pada dirinya kepada anak.Hal tersebut membuat perempuan menjadi representasi kelas proletar.Dengan kekuatan yang dimiliki lai-laki mereka lebih bebas dalam melakukan berbagai hal.

Isu gender menginginkan adanya pengakuan terhadap kontribusi perempuan dalam berbagai aspek yang dianggap hanya milik laki-laki. Hal ini menyebabkan bertambahnya aktor dari yang semula hanya didominasi oleh kaum lelaki, kemudian menjadi semakin plural dengan adanya campur tangan perempuan di dalamnya.pendekatan teoritis utama pada gender atau feminisme, yaitu sebagai berikut:17

Feminisme Liberal

Feminisme liberal memiliki hirauan utama yaitu hak-hak yang sama bagi laki- laki dan perempuan dengan adanya kebebasan dan kebahagiaan manusia perorangan.

17Abdul Karim, Kerangka Studi Feminisme (model penelitian kualitatif tentang perempun dalam koridor social keagamaan), Vol. 2, No. 1, 2014, hal 9.

(33)

Aliran feminisme Liberal berakar dari filsafat liberalism yang memiliki konsep bahwa kebebasan merupakan hak setiap individu sehingga ia harus diberi kebebasan untuk memilih tanpa terkekang oleh pendapat umum dan hukum. Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraan rasionalitas.Berbicara tentang feminisme liberal berarti berbicara tentang ketimpangan kesempatan antara laki-laki dan perempuan.Feminisme liberal merayakan rasionalitas dan otonomi perempuan atas tubuhnya.Menurut feminisme liberal, perempuan memiliki kemampuan untuk menentukan nasibnya sendiri.Namun kemampuan ini kerap dibatasi oleh anggapan sesat yang menyatakan bahwa perempuan secara alamiah dan secara mutlak lebih lemah dan bodoh, jika dibandingkan dengan laki-laki.Anggapan inilah yang kemudian mendorong ketimpangan kesempatan antara laki-laki dan perempuan.Laki- laki kerap diasosiasikan dengan peran di ruang publik, sedangkan perempuan kerap diasosiasikan dengan peran di ruang privat (atau bahkan tidak diasosiasikan dengan peran di ruang manapun!).

Solusi dari permasalahan ini bagi feminisme liberal cukup beragam. Bagi Wollstone, Taylor, hingga Friedan (setidaknya ketika ia menulis The Feminine Mystique) misalnya, perempuan harus merebut ruang publik dari laki-laki, dengan cara meniti karir layaknya laki-laki, dan membuktikan bahwa mereka juga bisa melakukan hal yang laki-laki lakukan. Upaya tersebut tentu saja harus didukung dengan kehadiran kebijakan yang menjamin “equal oportunity for women”. Jaminan

(34)

kebijakan ini harus menyasar beberapa poin penting, mulai dari kesetaraan akses pendidikan antara laki-laki dan perempuan, kesamaan hak untuk memperoleh pekerjaan, hak untuk mendapatkan layanan social welfare bagi perempuan miskin, dan hak atas kontrol terhadap sistem reproduksi perempuan seperti penggunaan kontrasepsi untuk menunda kehamilan, demi mengejar karir di ruang publik.

Selain itu, feminisme liberal hanya mendorong perempuan untuk mengambil tempatnya di ruang publik, tanpa mendukung keterlibatan laki-laki di ruang privat.Pandangan inilah yang kemudian dikritik oleh Betty Friedan dalam The Second Stage dan The Fountain of Age.Dalam kedua karya tersebut, Friedan menekankan

bahwa baik laki-laki maupun perempuan harus belajar untuk menjadi androgini;

untuk mengadopsi nilai-nilai dari kedua belah gender; demi tercapainya kesetaraan gender. Terakhir, kelemahan feminisme liberal terletak pada gerakannya yang dituding bias kelas dan ras.

Singkatnya, bagi feminisme liberal, intervensi struktural melalui kebijakan merupakan kunci pengentasan opresi gender.Feminisme liberal memiliki beberapa kekuatan dalam menyelesaikan permasalahan terkait ketimpangan gender. Pertama, feminisme liberal menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama. Kedua, feminisme liberal mendorong penghargaan terhadap hak individu, dan ketiga, feminisme liberal menawarkan solusi konkrit dalam menanggulangi ketimpangan gender, yaitu intervensi struktural.Namun feminisme liberal dalam

(35)

praktiknya juga tidak dapat dilepaskan dari kritik. Fokus feminisme liberal otonomiindividu dan intervensi structural menyebabkan feminisme liberal abai pada akar kultural dari permasalahan yang dihadapi perempuan, yaitu budaya patriarki yang lahir dari penindasan yang terjadi selama ratusan tahun.

Feminisme liberal mengusahakan untuk menyadarkan wanita bahwa mereka adalah golongan tertindas.Pekerjaan yang dilakukan wanita di sektor domestik dikampanyekan sebagai hal yang tidak produktif dan menempatkab wanita pada posisi sub-ordinat.Budaya masyarakat Amerika yang materialistis, mengukur segala sesuatu dari materi, dan individualis sangat mendukung keberhasilan feminisme.Wanita-wanita tergiring keluar rumah, berkarier dengan bebas dan tidak tergantung lagi pada pria.Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraaan rasionalitas. Perempuan adalah makhluk rasional, kemampuannya sama dengan laki- laki, sehingga harus diberi hak yang sama juga dengan laki-laki. Permasalahannya terletak pada produk kebijakan negara yang bias gender. Oleh karena itu, pada abad 18 sering muncul tuntutan agar perempuan mendapat pendidikan yang sama, di abad 19 banyak upaya memperjuangkan kesempatan hak sipil dan ekonomi bagi perempuan, dan di abad 20 organisasi-organisasi perempuan mulai dibentuk untuk menentang diskriminasi seksual di bidang politik, sosial, ekonomi, maupun personal.

Dalam konteks Indonesia, reformasi hukum yang berprerspektif keadilan melalui

(36)

desakan 30% kuota bagi perempuan dalam parlemen adalah kontribusi dari pengalaman feminis liberal.

Feminisme liberal berkeinginan untuk membebaskan perempuan dari peran gender yang opresif yaitu dari peran-peran yang digunakan sebagai alasan atau pembenaran untuk memberikan tempat yang lebih rendah, atau tidak memberikan tempat sama sekal, bagi perempuan, baik dalam akademi, forum, maupun pasar.

Pemerintah mempunyai peran penting dalam kegiatan feminis liberal dan ikut bertanggungjawab untuk meniadakan diskriminasi baik seksual maupun penghasilan dan ikut bertanggung jawab untuk membuat perempuan di negara tersebut aman dari pelecehan seksual, pemerkosaan dan kekerasan yang sering dialami perempuan.

1.7 Studi Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fanina Fanindita dengan judul

“Rekrutmen Politik perempuan dalam partai politik dan parlemen suatu studi terhadap DPRD tingkat 1 periode 2004-2009 di Sumatera Utara”.Peneliti ini mengkaji rekrutmen politik tidak terlepas dari peranan partai politik, keterwakilan perempuan dan kualitas wakil rakyat sangat tergantung dari sistem rekrutmen yang dilakukan partai politik.Partai politik juga berperan sebagai lembaga yang berusaha mewakili kepentingan rakyat.Kuota 30% yang diberlakukan tidak meningkatkan keterwakilan perempuan secara signifikan.Ini dapat disimpulkan dengan jumlah Anggota DPRD Sumatera Utara periode 1999-2004 yang hanya 3 orang menjadi 6

(37)

orang di periode 2004-2009.Mereka juga tidak duduk di posisi strategis sebagai pengambil keputusan.

Penelitian ini juga menggunakan metodelogi kualitatif dan Pengumpulan data dengan metode wawancara dan studi kepustakaan, penulis melakukan penelitian ini di DPRD Sumatera Utara yang terletak di jalan Imam Bonjol Medan.Dalam menjalankan fungsi sebagai wakil rakyat di DPRD Sumatera Utara peranan perempuan fungsi perempuan tidak banyak ini dikarenakan minimnya jumlah keterwakilan perempuan dan posisi mereka yang tidak menempati jabatan strategis sebagai pengambil keputusan.Pemilu 2004 merupakan ajang yang cukup konstruktif untuk menguji sejauh mana keseriusan partai untuk memberi ruang yang cukup kondusif bagi perempuan. Dengan meningkatkan representasi perempuan dalam legislative seharusnya dapat meningkatkan proses akomondasi apresiasi perempuan.18

Selanjutnya penelitian oleh Intan Dwi Gustiani dkk yang menghasilkan jurnal yang berjudul Rekrutmen Politik Partai Demokrat Dalam Menentukan Calon Anggota Legislatif Perempuan Dprd Kota Manado Tahun 2014 menyimpulkan bahwa Keterwakilan perempuan merupakan aspek dominan dalam politik, untuk menyalurkan aspirasi kepentingan dan kebutuhan perempuan. Besarnya peran anggota legislatif perempuan akan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang menjamin hak politik perempuan. Pemilu legislatif yang di laksanakan pada tahun 2014

18Fanina Fanindita,“Rekrutmen Politik perempuan dalam partai politik dan parlemen suatu studi terhadap DPRD tingkat 1 periode 2004-2009 di Sumatera Utara”, (Medan: 2009, USU), hal 2.

(38)

merupakan ajang dalam mengisi jabatan politik untuk duduk sebagai anggota DPR, DPRD masa bakti 2014-2019. Hasil pemilihan Umum ini, menjadi barometer bagi masyarakat untuk mengukur kualitas dari partai dalam pendistribusian keterwakilan perempuan. Dari hasil pemilihan umum tahun 2009 di Kota Manado tingkat keterwakilan perempuan anggota legislatif belum signifikan, sesuai dengan fakta dan data di lapangan jumlah pemilih tetap laki-laki sejumlah 171.209 dan perempuan 174.443 dengan total DPT sejumlah 345.652, dan keterwakilan perempuan yang menduduki kursi perwakilan politik sebanyak 9 kursi yang meliputi partai Golkar 2 kursi, partai PDIP 1 kursi, partai Gerindra 2 kursi, partai Pan 1 kursi, partai PKPB 1 kursi, partai Barnas 1 kursi, dan partai PDK 1 kursi.

Keterwakilan perempuan dalam pemilihan legislatif tahun 2014 tergolong sangat rendah, hal ini disebabkan karena dominai kepentingan partai politik, hal ini juga berlaku dalam tubuh partai demokrat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskripsit kualitatif untuk mendapatkan hasil yang maksimal tentang oermasalahan yang diteliti. Penelitian ini menggunakan teori rekrutmen politik dari rush dan athoff yakni Indikator Rekrutmen : Penyediaan, Kriteria Kontrol. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Secara teori yang dikemukakan oleh Rush dan Althoff, Pola rekrutmen DPC partai Demokrat Kota Manado dalam menetapkan calon anggota legislatif untuk pemilu legislatif tahun 2014 di Kota Manado adalah bersifat tertutup

(39)

karena masih terdapat oligarki, dimana masih dominannya ketua DPC dalam menetapkan Caleg Perempuan.19

Berbeda dengan penelitian yang di lakukan Wengky Syaputra yang berjudul Pola Rekrutmen Partai Politik (Studi: Dewan Pimpinan Cabang (Dpc) Partai Demokrat Dalam Menetapkan Caleg Pada Pemilu Legislatif 2009 Di Kabupaten Agam) menyimpulkan Sistem rekrutmen yang diciptakan Demokrat yakni rekrutmen terbuka. DPC partai Demokrat Agam menyediakan dan memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara untuk ikut bersaing dalam proses penyeleksian.

Penilaian berdasarkan proses dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, melalui pertimbangan-pertimbangan yang objektif rasional. Setiap orang yang memenuhi syarat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan kompetisi baik dalam jabatan politik maupun jabatan administrasi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rush dan Althoff.

Berdasarkan 3 indikator pola rekrutmen Rush dan Althoff yaitu: pertama, penyediaan rekrutmen politik terhadap Caleg, DPC partai Demokrat menyediakan kesempatan yang sama kepada semua orang untuk mencalonkan diri. Kedua, Kriteria rekrutmen politik pemimpin, syarat/ kriteria Caleg oleh Partai Demokrat.Ada beberapa kriteria yang tidak terpenuhi oleh Caleg, seperti pendidikan masih banyak yang belum S1, popularitas, akseptabilitas dan kapabilitas belum terpenuhi. Ketiga,

19 Intan Dwi Gustiani dkk, Rekrutmen Politik Partai Demokrat Dalam Menentukan Calon Anggota Legislatif Perempuan Dprd Kota Manado Tahun 2014, Vol. 1, No. 1, 2017. Hal 1.

(40)

kontrol rekrutmen politik dilakukan pada: Bakal calon Legislatif dari internal dan eksternal partai. Ada beberapa kendala yang dihadapi DPC partai Demokrat dalam merekrut Caleg, antara lain: banyak Balon yang meminta nomor urut kecil, meminta Dapil, dan black campign. Secara teori yang dikemukakan oleh Rush dan Althoff, Pola rekrutmen DPC partai Demokrat kabupaten Agam dalam menetapkan calon anggota legislatif untuk pemilu legislatif tahun 2009 di kabupaten Agam adalah bersifat tertutup karena masih terdapat oligarki, dimana masih dominannya ketua DPC dalam menetapkan Caleg. 20

Perbedaan penelitian saya dari tiga penelitian terdahulu ialah untuk studi kasus yang ambil itu terkhusus membahas tentang rekrutmen perempuan dari partai Demokrat di DPC Kabupaten Batu Bara, dalam penelitian ini juga penulis akan membahas lebih dalam lagi bagaimana rekrutmen yang dilakukan partai, sudah sesuai dengan prosedur yang ada atau tidak dengan menggunakan teori yang disampaikan Selgman. Serta dalam peneliti akan membahas dan mengakitkan dengan teori dari rekrutmen politik dan teori feminisme, sudah sesuai dengan kriteria atau tidak.

1.8 Metode Penelitian 1.8.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian metode kualitatif, Menurut Cassel dan Simon, metode kualitatif merupakan metode penelitian ilmu sosial yang

20 Wengky Syaputra, “Pola Rekrutmen Partai Politik (Studi: Dewan Pimpinan Cabang (Dpc) Partai Demokrat Dalam Menetapkan Caleg Pada Pemilu Legislatif 2009 Di Kabupaten Agam)”, (Padang: 2012, ANDALAS), hal 102.

(41)

berusaha melakukan deskripsi dan interpretasi yang akurat akan makna dari gejala yang terjadi dalam konteks sosial. Dalam hal ini, kita melihat pengaruh-pengaruh apa saja yang ditimbulkan oleh suatu hal terhadap hal lainnya sehingga pendekatan penelitian ini fokus kepada bagaimana data-data yang dikumpulkan selama meneliti.21 Jadi di penelitian ini penulis akan menganalisis lalu mendeskripsikan bagaimana proses rekrutmen yang dilakukan partai Demokrat DPC Kabupaten Batu Bara.

1.8.2 Lokasi Penelitian

Lokasi tempat penelitian ini akan dilakukan di DPC Partai Demokrat Kabupaten Batu Bara Simpang Dolok lima puluh, yang berjarak 118 Kilo Meter dari kota Medan.

1.8.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah bagaimana cara-cara yang akan dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data sehingga menghasilkan data yang valid. Adapun teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data secara langsung dari subjek sebagai sumber informasi yang dicari.22Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara.

21 Erlina,2010.Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.hal. 20.

22 Saifuddin Azwar. 1998.Metode Penelitian..Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal. 91

(42)

a. Wawancara

Wawancara akan dilakukan oleh peneliti terhadap orang-orang yang lebih mengerti dan memahami bagaimana peranan partai politik dalam pengkaderan dan penetapan calon legislatif dari DPC Partai Demokrat Kabupaten Batu Bara.

1) Wakil ketua : Alfredo Pangihutan Siburian 2) Bendahara : Rismayani

3) Tim Seleksi : Hidayat

4) Calon Anggota legislatif perempuan 2019 : Sriwahyuni 2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang yang diperoleh melalui data yang telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan permasalahan peneliti.23Pengumpulan datanya dengan cara melakukan telaah pustaka (library research) yaitu mempelajari buku-buku, media cetak, jurnal dan beberapa situs

internet yang berkaitan dimana dapat mendukung dan menjelaskan permasalahan serta melengkapi data dalam penelitian ini.

1.8.4 Teknik Analisis Data

Williams berpandangan bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Penelitian kualitatif lebih mengutamakan latar alamiah, metode alamiah, dan dilakukan oleh yang mempunyai

23Ibid.

(43)

perhatian alamiah.24 Teknik Pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis analisi data kualitatif, yaitu tanpa menggunakan alat bantu rumus statistik .penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan memberi gambaran mengenai situasi atau kejadian yang terjadi.

Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.25Penulis mengumpulkan data-data dari buku-buku, dokumen dan situs internet yang berisi tentang rekrutmen partai politik khususnya partai demokrat, kemudian melakukukan wawancara dari pengurus serta tokoh-tokoh yang berkaitan dengan partai demokrat. Dari data-data yang sudah terkumpul dieksplorasi dan Selanjutnya akan ditarik kesimpulan berdasarkan yang telah dirumuskanuntuk menjawab permasalahan yang ada yaitu bagaimana Rekrutmen Calon Legislatif Perempuan Partai Demokrat Dewan Pimpinan Cabang Batu Bara Pada Pemilihan Legislatif 2019.

1.8.5 Sistematika Penelitian

Dalam suatu penelitian, perlu adanya sistematika penulisan agar dapat diperoleh suatu gambaran yang jelas dan terperinci. Adapun yang menjadi sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :

24LexyJ. Moleong. 1994.MetodologiPenelitianKualitatif .Bandung:PT.RemajaRosdakarya. hal.hal.5.

25Ibid.hal.3.

(44)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, study terdahulu, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II: PROFIL KABUPATEN BATU BARA DAN PARTAI DEMOKRAT DEWAN PIMPINAN CABANG BATU BARA

Bab ini berisikan gambaran umum tentang Kabupaten Batu Bara danPartai Demokrat secara umum serta Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kabupaten Batu Bara secara khusus, sebagai objek dalam penelitian ini.

BAB III: REKRUTMEN CALON ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN PARTAI DEMOKRAT DEWAN PIMPINAN CABANG KABUPATEN BATU BARA

Padababini membahas dan menganalisi tentang kriteria, proses serta pola dalam merekrut calon Anggota legislatif perempuan dari DPC partai Demokrat kabupaten Batu Bara .

BAB IV: PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan tentang Rekrutmen Perempuan Calon Anggota Legislatif dari partai Demokrat DPC Batu Bara Pada Pemilu 2019 dan berisi saran untuk DPC Partai Demokrat Batu Bara.

(45)

BAB II

PROFIL KABUPATEN BATU BARA DAN DEWAN PIMPINAN CABANG PARTAI DEMOKRAT KABUPATEN BATU BARA

2.1 Profil Kabupaten Batu Bara

2.1.1 Sejarah Kabupaten Batu Bara26

Wilayah Batu Bara telah dihuni oleh penduduk sejak tahun 1720 M, ketika itu di Batu Bara terdapat 5 (lima) suku penduduk yaitu “Lima Laras, Tanah Datar, Pesisir, Lima Puluh dan Suku Boga”. Kelima suku tersebut masing-masing dipimpin oleh seorang Datuk yang juga memimpin wilayah teritorial tertentu.Ketika itu Batu Bara menjadi bagian dari kerajaan Siak dan Johor.Untuk mewakili kerajaan Siak dan mengepalai Datuk-Datuk seluruh Batu Bara diangkat seorang Bendahara secara turun temurun.Setiap Datuk kepala suku mendapat pengangkatan dan capnya dari Sultan Siak.Susunan pimpinan Batu Bara pada waktu itu ialah Bendahara dan di bawahnya terdapat sebuah Dewan yang anggota-anggotanya dipilih oleh Datuk-Datuk kepala suku bersama-sama. Anggota Dewan ini adalah:

1. Seorang Syahbandar, tetap dipilih orang yang berasal dari suku Tanah Datar.

2. Juru Tulis, dipilih yang berasal dari suku Lima Puluh.

26Diakses Dari Hhtp://Id.Wikipedia.Org. Kabupaten Batu Bara. Pada Tanggal 12 September 2019 Pada Pukul 19.30 WIB

(46)

3. Mata-Mata, dipilih orang yang berasal dari suku Lima Laras.

4. Penghulu Batangan, dipilih orang yang berasal dari suku Pesisir.

Nama Batu Bara (Batubahara) sudah tercantum dalam literatur di abad ke-16 yang membayar upeti kepada Haru. Laporan Pemerintah Inggris dari Penang, Jhon Anderson, mengunjungi Batu Bara pada tahun 1823 dalam bukunya “ Mission to The Eastcoast of Sumatra” sebagai berikut:“Di hulu sungai Batu Bara ada sebuah bangunan batu yang tidak ada tercatat bila dibangun di kalangan penduduk.

Bangunan itu dilukiskan sebagai bentuk empat persegi, dan di salah satu sudutnya ada tiang yang sangat tinggi, mungkin tiang bendera.jajahan Datuk Lima Puluh dari Batu Bara yang kemudian tunduk pula kepada Siak.Dalam tahun 1885, Pemerintah Hindia Belanda membayar ganti rugi kepafa Pemerintah Kerajaan Siak sehingga kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur Lepas dari kerajaan Siak dan berhubungan langsung dengan Pemerintah Hindia Belanda yang diikat dengan perjanjian Politik Contract (27 pasal).

Perjanjian Politik Contract tersebut meliputi beberapa kerajaan seperti Langkat, Serdang, Deli, Asahan, Siak, Pelalawan (Riau), termasuk juga kerajaan- kerajaan kecil seperti Tanah Karo, Simalungun, Indragiri dan Batu Bara serta Labuhan Batu. Pada tahun 1889 residensi Sumatera Timur terbentuk dan beribukota di Medan, residen Sumatera Timur ini terdiri dari 5 (lima) Afdeling yaitu:

1. Afdeling Deli yang langsung di bawah Residen di Medan.

(47)

2. Afdeling Batu Bara berkedudukan di Labuhan Ruku.

3. Afdeling Asahan berkedudukan di Tanjung Balai.

4. Afdeling Labuhan Batu berkedudukan di Labuhan Batu.

5. Afdeling Bengkalis berkedudukan di Bengkalis.

Wilayah Batu Bara saat itu merupakan Afdeling (Kabupaten) tersendiri beribukota di Labuhan Ruku di samping Afdeling (Kabupaten) Asahan.Afdeling Batu Bara itu terdiri dari 8 (delapan) Landschap (setara dengan Kecamatan).Masing- masing landschap ini dipimpin oleh seorang raja. Di dalam Afdeling Batu bara termasuk di dalamnya wilayah Batak di perdalaman (Simalungun).

Berdasarkan Sensus Penduduk yang diselenggarakan Pemerintah Hindia Belanda tahun 1933, penduduk asli Batu Bara berjumlah 32.052 jiwa.

Pada saat Indonesia merdeka wilayah Batu Bara berubah nama. Sebutan Landschap menjadi Kecamatan.Khusus Batu Bara lebih dahulu digelar namanya Kewedanan.Kewedanan Batu Bara beribukota Labuhan Ruku yang waktu itu membawahi 5 (lima) Kecamatan yaitu: Kecamatan Talawi, Tanjung Tiram, Lima Puluh, Air Putih dan Medang Deras. Hal ini terjadi hingga 4 (empat) masa kepemimpinan Kewedanan, nama Kewedanan dicabut sehingga yang ada hanya 5 (lima) kantor camat dan tergabung dengan wilayah Asahan dengan nama Kabupaten Asahan yang beribukota di Kisaran.

(48)

Pada tahun 1969 masyarakat Batu Bara pernah membentuk Panitia Penuntut Otonom Batu Bara (PPOB) yang diketuai oleh Abdul Karim AS, seorang tokoh masyarakat dan pernah menjadi anggota DPRD Asahan. PPOB ini berkedudukan di Jalan Merdeka Kecamatan Tanjung Tiram, tetapi karena Undang-Undang Otonomi belum dikeluarkan Pemerintah sehingga perjuangan ini kandas sebelum berhasil terbentuk Kabupaten Batu Bara yang otonom. Pada era reformasi lebih kurang 30 tahun setelah terbakarnya kantor PPOB di Tanjung Tiram, dengan adanya Ketetapan MPR No.XV/MPR/1998 yang meminta kepada Presiden untuk dilakukannya penyelenggaraan Otonomi Daerah, tepatnya pasca lahir Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang semakin mempertegas makna penyelenggaraan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggungjawab serta membenarkan adanya pemekaran atau pembentukan suatu daerah menjadi lebih satu daerah, sebagaimana tertuang dalam pasal 6 ayat 2 yang berbunyi “Daerah dapat dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah”.

Undang-Undang ini menjadi landasan perjuangan masyarakat Batu Bara untuk kembali menuntut menjadi wilayah Batu Bara menjadi sebuah daerah Kabupaten yang otonom yang bisa mengatur dirinya sendiri dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam kemandirian.Badan Pekerja Persiapan Pembentukan Kabupaten Batu Bara (BP3KB) yang berkedudukan di

(49)

Medan berupaya untuk meneliti dan menjajaki lebih lanjut kemungkinan terbentuknya Kabupaten Batu Bara yang otonom.Sejalan dengan itu di kecamatan- kecamatan lahir pula gerakan masyarakat yang menuntut dibentuknya Kabupaten Batu Bara yang menamakan diri sebagai Gemkara “Gerakan Masyarakat Menuju Kabupaten Batu Bara”.

Kabupaten Batu Bara akhirnya terbentuk setelah pihak legislative (DPR-RI) dalam Sidang Paripurna pada hari Jum’at tanggal 8 Desember 2006 membahas tentang pembentukan Kabupaten Batu Bara dan dinyatakan syah menjadi sebuah Kabupaten melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Batu Bara di Propinsi Sumatera Utara dan Lampiran Negara Nomor 7 Tahun 2007.Kabupaten Batu Bara ini diresmikan tepatnya pada 15 Juni 2007, Dengan berslogan “Sejahtera Berjaya”. Berikut adalah Daftar Bupati Kabupaten Batu Bara yang merupakan para pejabat Kepala Daerah Kabupaten Batubara sejak dibentuk pada tanggal 15 Juni 2007 sampai saat ini :

Tabel 2.1:

Daftar Nama Bupati Kabupaten Batu Bara 2007-2018

No Nama Priode Keterangan

1 H. Sofyan Nasution S.H., M.M 2007-2008 1 Tahun 2 Drs. Syaiful Syafri Sipahutar MM 2008-2008 6 Bulan

(50)

3 H. OK Arya Zulkarnaen S.H., M.M 2008-2018 2 Priode

4 Ir. H. Zahir M. AP 2018 Sampai sekarang

Sumber:Hhtp://Id.Wikipedia.Org. Kabupaten Batu Bara

2.1.2 Makna Lambang Kabupaten Batu Bara

Kabupaten Batu Bara sudah berdiri selama 12 tahun dan telah mengikuti 3 kali pemilihan umum. Kabupaten batu bara memiliki lambang dan arti atau makna, antar lain:

Gambar 1.1

Lambang Kabupaten Batu Bara

Sumber: Diakses Dari Hhtp://Id.Wikipedia.Org. Kabupaten Batu Bara.

Makna Lambang:

1. Perisai bersegi empat Lonjong kebawah berbentuk mahkota piala, Bagian atas daftar bertuliskan BATU BARA dengan Warna dasar Biru Muda dan Kuning Gading berbingkaikan warna hitam.

(51)

Keterangan gambar:

 Perisai berbentuk mahkota piala melambangkan Kabupaten Batu Bara adalah hasil perjuangan gigih masyarakat Batu Bara

 Tujuh Bintang bersegi lima mengandung makna bahwa pemekaran Kabupaten Batu Bara berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2007

 Bunga Kapas berjumlah delapan kuntum, padi yang berjumlah dua belas butir dan segi enam melambangkan bahwa Kabupaten Batu Bara dilambangkan pada tanggal 8 Bulan Desember Tahun 2006

 Pita Merah dengan tulisan Putih “Sejahtera Berjaya” melambangkan bahwa ikatan persaudaraan dan kesatuan dari berbagai etnis, agama dan budaya serta macam aktivitas masyarakatnya yang bersatu padu dan bersama berjuang mewujudkan masyarakatnya Kabupaten Batu Bara yang sejahtera lahir dan batin serta berjaya/berhasil dibidang pembangunan teritorial Kabupaten Batu Bara didalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Keterangan gambar di dalam bagian-bagian :

 Tepak Siri dan Tengkuluk melambangkan bahwa segala adat istiadat dan etnis mengalami pembauran yang dinamis dengan masyarakatnya

Referensi

Dokumen terkait

Ada perbedaan yang sangat signifikan intensitas penggunaan SMS untuk berbincang-bincang (p = 0.000) dan perbedaan yang signifikan intensitas penggunaan SMS untuk

Selain kecanggihan penggunaan rekam medik dan resep obat elektronik, serta cara untuk mendeteksi kanker yang memberikan pengaruh baik dalam derajat kesehatan

Adapun kesimpulan yang dapat disampaikan adalah bahwa perlakuan padat tebar rumput laut ( Gracilaria sp.) yang berbeda berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan yaitu penambahan

Dari nilai korelasi antara fekunditas dan panjang total serta berat tubuh ikan dapat disimpulkan bahwa fekunditas ikan sumpit lebih berhubungan dengan berat tubuh ikan karena

Sebelum pelaksanaan praktik mengajar di kelas, mahasiswa PPL harus membuat skenario atau langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan di kelas yang meliputi

Antara instrumen tersebut ialah: produk berstruktur deposit murabahah, pembiayaan modal kerja murabahah, kontrak sewaan kereta kadar terapung, sukuk musyarakah, sukuk ijarah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah sitem informasi rekam medis yang baru untuk