• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. struktur karya sastra, kajian struktural, dan konflik dalam sastra.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. struktur karya sastra, kajian struktural, dan konflik dalam sastra."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

9

Pada bab II ini, akan dipaparkan mengenai tinjauan pustaka dan landasan teori. Adapun tinjauan pustaka menelaah terhadap penelitian yang ada pada penelitian selanjutnya. Sedangkan landasan teori yang ada meliputi konsep novel, struktur karya sastra, kajian struktural, dan konflik dalam sastra.

2.1 Tinjauan Pustaka

Setelah peneliti menelaah terhadap penelitian yang ada pada sebelumnya, ada beberapa yang berkaitan dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan.

Penelitian ini mengenai Resolusi Konflik Tokoh Utama Dalam Novel Susah Sinyal Karya Ika Natassa dan Ernest Prakasa merupakan penelitian yang belum pernah

dibahas. Adapun penelitian mengenai konflik yang dilakukan Gisri (2015) pada skripsi yang berjudul Konflik Dalam Novel Suti Karya Sapardi Djoko Damono Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA. Selain itu, penelitian

terdahulu yang mengangkat resolusi konflik sudah pernah dibuat dan berhasil peneliti temukan adalah penelitian yang dilakukan Yulna Pilpa Sari, Sayfrial, dan Hadi Rumadi (2017) pada Jurnal Online Mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Riau yang berjudul Penyelesaian Konflik Tokoh Utama Dalam Novel Lawa Karya Saidul Tombang.

Tujuan dari penelitian skripsi Konflik Dalam Novel Suti Karya Sapardi Djoko Damono Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA adalah untuk mendeskripsikan konflik dalam novel Suti karya Sapardi Djoko Damono dan

(2)

implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian adalah novel Suti karya Sapardi Djoko Damono. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis teks.

Sedangkan pada penelitian jurnal yang dilakukan Yulna Pilpa Sari, Sayfrial, dan Hadi rumadi yang berjudul Penyelesaian Konflik Tokoh Utama Dalam Novel Lawa Karya Saidul tombang dilatarbelakangi Penyelesaian Konflik Tokoh Utama Dalam Novel Lawa Karya Saidul Tombang dilatarbelakangi oleh ketertarikan penulis untuk

mengekspor kisah dengan latar budaya Kampar yang jarang dieksplorasi dan banyak diminati. Tujuan penelitian ini hanya membahas sebab akibat konflik internal dan eksternal yang ditemukan dalam novel Lawa karya Saidul Tombang. Pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik dokumentasi, yaitu membaca buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Dalam penelitian terdahulu ini diharapkan peneliti dapat melihat perbedaan antara penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Perbedaan tersebut yaitu pertama, objek penelitian yaitu novel Susah Sinyal karya Ika Natassa dan Ernest Prakasa, sedangkan objek yang pernah

dilakukan penelitian adalah novel Suti karya Sapardi Djoko Damono dan novel Lawa karya Saidul Tombang. Kedua, konflik yang diberikan berbeda karena

konflik yang ada pada novel Susah Sinyal yaitu konflik antara ibu dan anak di perkotaan, sedangkan konflik yang ada pada novel Suti adalah kehidupan seorang pembantu di salah satu rumah keturunan Keraton dan konflik pada novel Lawa yaitu kehidupan sepasang suami istri yang belum dikaruniai keturunan dengan latar budaya Kampar. Terakhir, penelitian yang peneliti lakukan meliputi jenis konflik, penyebab konflik, dan resolusi konflik tokoh utama pada novel Susah

(3)

Sinyal karya Ika Natassa, sedangkan penelitian pada novel Suti karya Sapardi

Djoko Damono adalah menganalisi konflik yang terdapat dalam kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA kelas XII dan penelitian pada novel Lawa karya Saidul Tombang adalah mendeskripsikan penyelesaian konflik internal dan eksternal tokoh utama. Adanya penelitian dengan tema yang serupa akan tetapi objek dan pendekatan yang digunakan berbeda.

Adapun persamaan yang ada pada penelitian yang sedang peneliti lakukan adalah objek karya sastra yaitu novel, dan novel yang diangkat tentang kehidupan masyarakat saat ini. Kelebihan penelitian yang sedang peneliti lakukan daripada penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu menggunakan pendekatan struktural untuk mendeksripsikan jenis konflik yang ada pada karya sastra dan pada tokoh utama dalam novel, penyebab konflik pada tokoh dalam novel, dan cara resolusi konflik yang digambarkan pengarang pada tokoh novel Susah Sinyal.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Konsep Novel

Novel merupakan salah satu karya sastra yang ditulis pengarang dengan imajinasi dan bertujuan memberikan gambaran kehidupan dalam bentuk suatu cerita berupa imajinasinya. Novel mengungkapkan suatu konsentrasi kehidupan saat-saat yang tegang dan pemusatan kehidupan yang tegas. Perbedaan antara novel dengan cerpen dapat dilihat dari segi formalitas bentuk, yakni panjang ceritanya. Berukuran ratusan halaman yang jelas tidak bisa disebut sebagai cerpen karena cerpen sesuai dengan namanya yaitu cerita pendek yang memiliki ukuran halaman yang tidak banyak (Nurgiantoro, 2007:10).

(4)

Sebagai bahan bacaan, novel terdiri dari dua golongan, yaitu novel serius dan novel populer. Novel serius sanggup diminta memberikan yang serba kemungkinan dan sebenarnya makna sastra yang sastra (Nurgiantoro, 2007:18). Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan dalam novel jenis serius ini disoroti dan diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang bersifat universal. Oleh sebab itu, untuk membaca novel jenis ini diperlukan konsentrasi tinggi disertai kemauan untuk membaca. Novel serius lebih mengutamakan unsur kebaruannya dengan cara mengemukakan bagaimana gagasan diungkapkan dengan karakterisitik sastra. Disamping memberikan hiburan, novel serius bertujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca paling tidak mengajak untuk meresapi tentang permasalahan yang dikemukakan (Nurgiantoro, 2007:19). Novel-novel yang dikategorikan sebagai novel serius inilah yang selama ini banyak dibicarakan pada dunia kritik sastra.

Pengertian dari novel populer adalah novel yang populer pada masanya yang digemari banyak pembaca khususnya kalangan remaja. Novel ini menampilkan masalah-masalah aktual dan selalu menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer tidak banyak menampilkan permasalahan kehidupan yang intens, artinya tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan. Kritikus Yakop Sumarjo mengungkapkan bahwa sastra pop dapat dan perlu diperhatikan juga pantas diajarkan di sekolah. Nurgiantoro (2007:18) mengatakan, sastra modern adalah perekam kehidupan dan tak banyak memperbincangkan kehidupan yang serba kemungkinan. Menyajikan rekaman- rekaman kehidupan dengan harapan akan pembaca kembali merasakan pengalaman-pengalamannya sehingga merasa terhibur karena seseorang telah menceritakan pengalamannya tersebut.

(5)

2.2.2 Struktur Karya Sastra

Struktur pada sastra terdiri dari kesatuan unsur-unsur pembentuk karya sastra itu sendiri. Dalam konsep karya satra, Aristoteles membicarakannya dalam rangka tragedi (Wicaksono,2014: 88). Hasil dari tragedi aksi plotnya digunakan untuk menghasilkan efek yang baik dan mempunyai plot wholennes atau keseluruhan. Adapun syaratnya: (1) order adalah urutan yang menunjukkan konsekuensi dan konsisten: harus ada awal, tengah, dan akhir, (2) amplitude yaitu luas ruang lingkup kerumitan, (3) unity merupakan kesatuan. Semua unsur dalam plot harus ada dan tidak dapat diubah posisi. Terakhir (4) connection yaitu mengemukakan yang tidak benar-benar terjadi tetapi hal-hal yang mungkin dapat terjadi dalam keseluruhan plot.

Berbeda dari Wicaksono pada buku Pengkajian Prosa Fiksi (edisi revisi) Menurut Aminuddin (2011: 66), karya sastra memiliki unsur pembangun yaitu: (1) pengarang atau narator, (2) isi penciptaan, (3) media penyampaian isi berupa bahasa, dan (4) elemen-elemen fiksional yang berupa intrinsik maupun ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur dalam karya sastra yang ikut mempengaruhi terciptanya sebuah karya fiksi. Unsur ini menyebut sebagian saja misalnya peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra itu tetapi secara tidak langsung mempengaruhi karya sastra tersebut.

2.2.2.1 Tema

Tema merupakan ide cerita yang berperan sebagai tolak ukur pengarang untuk memaparkan karya rekaan yang diciptakannya. Stanton (dalam Nurgiantoro, 2007:70) tema adalah makna pada cerita yang secara khusus

(6)

menceritakan sebagian unsurnya dengan cara yang sederhana. Artinya tema dapat diartikan sebagai ide utama atau tujuan utama pada cerita. Tema pada novel dapat menawarkan lebih dari satu tema, yaitu tema utama dan tema tambahan. Hal ini sejalan dengan adanya plot utama dan sub-subplot yang menampilkan satu konflik utama dan konflik pendukung lainnya (Nurgiantoro, 2007:13). Akan tetapi, peran sub-subplot terhadap plot utama haruslah bersifat menopang dan berkaitan dengan tema utama untuk mencapai efek kepaduan.

2.2.2.2 Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan unsur penting dalam karya sastra. Istilah

“tokoh” menyorot pada orang atau pada pelaku cerita. Sedangkan istilah

“penokohan” lebih luas pengertiannya karena mencakup penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiantoro, 2007:166). Tokoh dalam cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca (Nurgiantoro, 2007:166). Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dibedakan dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut penamaan. Jenis atau tipe tokoh dapat dilihat dari reaksi tokoh terhadap konflik yang dihadapi dalam cerita. Menurut Nurgiantoro (2007:178-179) tokoh dibagi menjadi dua jenis, yaitu tokoh utama (protagonis) yaitu tokoh yang memiliki watak baik sehingga disegani pembaca dan tokoh lawan (antagonis) yaitu tokoh yang memiliki watak jahat sehingga tidak disukai pembaca.

Karya fiksi harus mengandung konflik, khususnya konflik yang dialami oleh tokoh protagonis sedangkan peran tokoh antagonis adalah penyebab

(7)

terjadinya konflik. Konflik yang dialami tokoh protagonis tidak hanya disebabkan oleh adanya tokoh antagonis, melainkan dapat disebabkan oleh hal-hal lain yang diluar individualitas seseorang seperti bencana alam, kecelakaan, lingkungan alam, aturan-aturan sosial, dan lainnya. Sesekali konflik timbul karena disebabkan oleh diri sendiri, misalnya seorang tokoh akan memutuskan sesuatu yang penting untuk dirinya sendiri dan masing-masing menuntut konsekuensi sehingga terjadi pertentangan dalam diri sendiri.

Penyajian tokoh dan penokohan terdapat beberapa metode, dan masing- masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Pengarang terkadang memasukkan sifat-sifat tokoh pikiran, hasrat, dan perasaanya sehingga pembaca dapat mengenal penokohan para tokoh dalam sebuah cerita yaitu: melalui apa yang diperbuatnya, melalui ucapan-ucapannya, melalui penggambaran fisik tokoh, dan melalui penerangan langsung dari pengarang.

2.2.2.3 Alur dan Plot

Alur memiliki peran penting diantara unsur sastra lainnya. Alur adalah rangkaian dari cerita yang dibentuk oleh peristiwa dan dihadirkan oleh pelaku dalam cerita untuk menjalin suatu cerita. Adanya alur awal, pertengahan, dan akhir sebuah cerita memungkinkan pembaca mengidentifikasi dengan baik, karena alur merupakan jalinan sebab-akibat suatu kejadian dalam perkembangan suatu cerita.

Nurgiantoro (2010:153) mengemukakan bahwa dalam usaha pengembangan plot, pengarang juga memiliki kebebasan kreativitas. Kaidah- kaidah pemplotan yang meliputi masalah plausibilitas (plausibility), adanya unsur kejutan (surprise), rasa ingin tahu (suspense), dan kepaduan (unity).

(8)

Tasrif dan Moctar Lubis (dalam Nurgiantoro, 2007:150) menyebutkan bahwa plot dapat dibagi menjadi lima bagian, diantaranya:

1) Situation: tahap penyituasian, yaitu tahap yang berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan yang berfungsi melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

2) Generation circumtance: tahap ini merupakan tahap awal pemunculan konflik, dan konflik itu sendiri berkembang atau dikembangkan menjadi konflik selanjutnya.

3) Rising action: tahap peningkatan konflik dari sebelumnya. Peristiwa- peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita bersifat semakin mencekam dan menegangkan. Adanya konflik-konflik internal maupun ekternal yang ada, pertentangan serta benturan antar keinginan, dan tokoh yang mengarah ke klimaks semakin tidak dapat dihindari.

4) Climax: pada tahap ini, konflik yang sudah ada berada pada titik intensitas

puncak. Klimaks sebuah cerita dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita konflik utama.

5) Denoument: tahap penyelesaian pada konflik serta ketegangan dalam

permasalahan dikendorkan. Konflik tambahan lainnya pun diberi jalan keluar, dan cerita diakhiri.

Selain yang sudah ada diatas, Nurgiantoro (2007: 161-163) mengklafikasikan plot kedalam beberapa golongan berdasarkan kriteria pembangun plot yang meliputi: pembedaan berdasarkan kriteria urutan waktu: plot progerisif atau plot lurus yaitu sebuah alur yang memiliki peristiwa yang bercerita dari masa kini ke

(9)

masa lalu berjalan berurutan sesuai dengan urutan waktu kejadian, plot flashback atau sorot balik yaitu pengarang lebih mengutamakan alur pada akhir cerita setelahnya kembali ke awal cerita, dan plot campuran yaitu alur yang diawali klimaks, melihat masa lampau dan dilanjutkan pada ending cerita yang menceritakan tokoh utama sehingga cerita lain belum selesai dan kembali ke awal untuk menceritakan tokoh yang lain.

2.2.2.4 Setting atau latar

Di dalam kehidupan nyata maupun karya sastra segala kejadian berlangsung di dalam suatu ruang dan waktu. Lingkungan peristiwa yang ada dalam dunia dan sebuah cerita yang didalamnya berlangsung sebuah peristiwa disebut latar (Pradopo, 2001:7). Bagi karya sastra, latar atau setting merupakan hal penting karena jika tidak ada latar, kelogisan dan nilai kebenaran suatu karya sastra perlu dipertanyakan.

Setting atau latar memberikan hal-hal yang konkret untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca dan menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah benar- benar terjadi. Dengan demikian, pembaca merasa dipermudah untuk mengembangkan daya imajinasinya dan dimungkinkan untuk berperan kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang latar. Dalam karya sastra bukan hanya berupa tempat, waktu, peristiwa, suasana atau benda-benda dalam lingkungan tertentu, melainkan juga berupa suasana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, maupun gaya hidup seseorang dalam menanggapi suatu problem tertentu.

Dipihak lain, pembaca akan diberi informasi mengenai pengalaman hidup apabila belum mengenal latar sebelumnya. Adakalanya penginformasian tentang

(10)

latar melalui fiksi lebih efektif daripada sarana informasi lainnya. Hal ini disebabkan latar pada fiksi langsung kaitannya dengan sikap, pandangan, dan perlakuan tokoh, sedang tokoh itu sendiri sering dapat diidentifikasi oleh pembaca (Nurgiantoro, 2007:218).

Tahap awal cerita pada umumnya berisi penyesuaian, pengenalan terhadap berbagai hal yang akan diceritakan, misalnya pengenalan tokoh, pelukisan keadaan alam lingkungan, suasana tempat yang berhubungan dengan waktu dapat menuntun pembaca secara emosional kepada situasi pembaca (Nurgiantoro, 2007:217). Unsur latar dapat dibedakan menjadi tiga unsur yaitu: tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur tersebut walaupun masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Nurgiantoro, 2007:227).

2.2.2.5 Amanat

Amanat adalah nilai-nilai atau ajaran moral berupa pesan yang disampaikan oleh pengarang. Amanat disampaikan pengarang guna mempertanggungjawabkan konflik yang dihadapi lewat karya sastra. Fiksi mengandung penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangannya tentang moral. Moral dalam karya sastra diartikan sebagai amanah, pesan, atau message. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan atau diamanatkan (Nurgiantoro, 2007:322). Amanat cerita merupakan pesan pengarang kepada pembaca yang disampaikan secara tersurat maupun tersirat.

(11)

Nurgiantoro (2007:321) menyatakan bahwa nilai atau moral yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca memiliki tujuan yakni memberikan makna yang disarankan lewat cerita atau makna yang terkandung dalam sebuah karya. Amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran nilai-nilai atau moral berupa pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir. Selain itu, amanat juga dapat disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.

2.2.3 Kajian Struktural

Pendekatan merupakan asumsi pertama untuk dijadikan pegangan dalam menilai suatu objek. Aminuddin (2011:40) menyatakan pendekatan adalah asumsi-asumsi dasar atau prinsip dasar (landasan) yang digunakan oleh seseorang pada saat mengapresiasi karya sastra sebagai objeknya. Keanekaragaman pendekatan yang digunakan dalam hal ini lebih banyak ditentukan beberapa hal diantaranya: (1) tujuan dan apa yang akan diapresiasi lewat teks sastra yang dibacanya, (2) kelansungan apresiasi melalui suatu kegiatan dan, (3) landasan teori yang digunakan dalam kegiatan apresiasi.

Untuk memahami makna karya sastra, suatu tahap yang tidak dapat dihindari dan harus dilakukan yakni pemahaman struktur untuk analisis unsur atau analisis pembangun karya sastra. Strukturalis adalah cara berpikir tentang dunia yang berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Namun, dalam karya sastra diasumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur yang berkaitan satu sama lain.

(12)

Dari beberapa pendapat pengamat sastra secara umum menyatakan bahwa struktural adalah kajian struktur otonom karya sastra. Struktur otonom karya sastra merupakan unsur pembangun karya sastra yaitu unsur intrinsik. Unsur tersebut dapat disimpulkan bahwa struktural adalah kajian karya sastra yang mengkaji hubungan antarunsur intrinsik karya sastra dalam membentuk sebuah totalitas makna yang padu.

2.2.4 Konflik dalam Sastra

Konflik merupakan suatu kenyataan hidup yang keberadaannya tidak dapat dihindarkan. Konflik terjadi ketika orang mengejar sasaran yang bersifat bertentangan. Di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu selalu dalam bentuk berpasang-pasangan. Ada siang, ada pula malam, ada besar ada pula kecil, ada laki-laki dan ada juga perempuan, dan seterusnya.

Bahkan setiap kali Allah menyebut kata langit hampir selalu disertai dengan penyebutan tentang pasangannya, yaitu bumi (Jamil, 2007:29).

Konflik merupakan bagian yang sangat penting dan mutlak dalam karya sastra. Peristiwa, konflik, dan klimaks merupakan tiga unsur dasar dalam pengembangan sebuah alur cerita. Eksistensi alur atau plot sangat ditentukan oleh ketiga unsur tersebut. Menurut Stanton (dalam Wicaksono, 2014:139) saat konflik mencapai tingkat intensitas tinggi maka kehadirannya merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari, artinya berdasarkan runtutan dan kelogisan cerita. Peran pada peristiwa menjadi penentu (arah) perkembangan plot. Peristiwa dalam sebuah karya sastra erat hubungannya dengan konflik. Peristiwa mampu menciptakan konflik, begitupun konflik mampu memicu terjadinya peritiwa yang

(13)

lain. Bentuk peristiwa dalam sebuah karya sastra berupa perisiwa fisik yaitu melibatkan aktivitas fisik dan peristiwa batin yaitu peristiwa yang terjadi dalam batin, atau hati tokoh cerita.

Wibowo (2010:15) mengemukakan bahwa konflik dalam sastra bukanlah konflik mentah dengan disampaikan apa adanya dan adapun karya-karya sastra yang secara sadar dan sengaja menyuguhkan konflik dengan cara demikian untuk menghasilkan efek tertentu. Dengan begitu, tidak semua sastra mencerminkan sebuah konflik yang terjadi pada kurun waktu tertentu. Keberadaan sastrawan dan pengarang dituntut untuk tidak hanya berkutat pada masalah gaya atau teknik penulisan saja, tetapi juga memperhatikan persoalan pada konflik yang disajikan serta penyelesaiannya.

Memahami konflik, baik sebab maupun akibat merupakan langkah penting dalam hubungan antar individu maupun kelompok dalam kehidupan sosial.

Beberapa faktor dilibatkan pada individu maupun kelompok yang terlibat dalam konflik, kepentingan, dan berbagai model komunikasi (Jamil, 2007:8). Perbedaaan pendapat antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan kelompok lainnya yang bertujuan mempertahankan pendapat, keinginan, ataupun kepentingan mereka.

Pemetaan konflik merupakan teknik untuk membantu memecahkan konflik, melalui pemetaan konflik ini dapat mengetahui hal-hal seperti: (1) identitas para pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam konflik, (2) jenis relasi pihak yang terlibat dalam konflik, (3) kepentingan-kepentingan yang terlibat dalam konflik, (4) isu yang terlibat dalam konflik, dan (5) pihak yang dapat didorong dalam melakukan resolusi konflik.

(14)

2.2.4.1 Jenis Konflik

Keberadaan konflik bagi setiap orang tidak dapat dihindari karena dalam suatu hubungan sosial terdiri dari orang-orang yang menjalankan suatu aktivitas dengan tujuan masing-masing (Jamil, 2007:8). Konflik dibagi menjadi dua jenis yaitu:

konflik internal dan konflik eksternal. Konflik internal atau konflik kejiwaan biasa disebut konflik batin adalah konflik yang terjadi didalam hati, jiwa seorang tokoh (tokoh-tokoh) dalam cerita. Konflik internal dapat diartikan sebagai konflik manusia dengan dirinya sendiri. konflik ini terjadi akibat adanya pertentangan antara pilihan yang tidak sesuai dengan keinginan, kebimbangan dalam menghadapi permasalahan, serta harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

Menurut Freud konflik batin ditandai dengan adanya rasa kehilangan yang dialami oleh individu terhadap objek yang sangat dicintainya sehingga individu tersebut mengalami stress dan depresi. Individu yang mengalami konflik batin akan terus memikirkan bagaimana hal itu terjadi. Ketidakberdayaan individu menghadapi konflik tersebut, dan mampu menyeselesaikan masalah dibatas normal.

Sedangkan konflik eksternal adalah konflik yang bersifat terbuka dan berkaitan dengan permasalahan-permasalahan sosial dalam lingkungan masyarakat. Konflik sosial terjadi karena adanya kontak sosial antar manusia yang terjadi antara manusia lawan manusia atau manusia lawan masyarakat. Misalnya berupa masalah penindasan, peperangan, pengkhianatan, pemberontakan dan terasingnya dari suatu kelompok. Keberadaan konflik elemental mungkin masih belum diketahui banyak orang. Konflik ini terjadi akibat adanya pertentangan antara manusia dengan alam, atau manusia lawan alam. Contoh konflik ini adalah banjir besar, gempa bumi, gunung meletus, dan sebagainya (Wicaksono, 2014:136)

(15)

2.2.4.2 Penyebab Konflik

Perisitwa konflik yang terjadi diberbagai belahan dunia telah menghasilkan sejumlah teori yang dapat dijadikan sebagai pendekatan dalam memahami konflik (Jamil, 2007: 17). Konflik harus dijelaskan dengan berbagai pendekatan dan level analisis (Jamil, 2007: 17). Berbagai teori bisa menjelaskan alasan konflik dapat terjadi dan memberikan berbagai kemungkinan cara maupun tindakan dalam penyelesaian konflik (Jamil, 2007: 17).

Konflik bersifat konstruksi sehingga dapat memperkukuh hubungan, sebaliknya apabila konflik tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan emosi negatif. Terjadinya sebuah konflik disebabkan oleh berbagai faktor. Berbagai faktor penyebabnya yaitu: (1) perbedaan antar individu yang disebabkan adanya perbedaan keinginan, tujuan, serta pendapat, (2) pola interaksi, yang meliputi informasi yang tersedia tidak bebas, komunikasi atau bahasa yang tidak dimengerti, dan (3) distorsi atau perilaku yang mengundang resiko.

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke dewasa yang dianggap sebagai masa yang paling sulit dalam tahap perkembangan individu (Lestari, 2016:108). Fenomena ini disebabkan adanya masa perkembangan berupa gejolak dan tekanan, yang sebagian remaja dihadapkan pada situasi yang dituntut untuk mampu menyelesaikan masalah dengan tepat dan cepat. Konflik antarpribadi memiliki manfaat dan kerugian, tergantung bagaimana individu tersebut mengelolanya (Lestari, 2012:102 ).

Konflik diantara anak remaja dengan orangtua merupakan salah satu hal yang banyak terjadi. Area yang menjadi perhatian pada umumnya adalah frekuensi terjadinya konflik, penyebab konflik dan resolusi konflik. Dalam

(16)

hubungan interpersonal, konflik terjadi karena adanya ketidakcocokan seseorang ketika secara terbuka menentang tindakan dan pernyataan oranglain (Lestari, 2016:100 ). Setiap konflik dapat mengganggu orang-orang yang terlibat dengan remaja yang bermasalah. Ketidakmampuan remaja dalam menjalani tugas-tugas di masa perkembangannya mengakibatkan munculnya konflik dalam dirinya maupun konflik dengan oranglain dan sekitarnya.

Permasalahan yang dialami remaja terkadang mengakibatkan perilaku kegelisahan, keresahan, ketidaknyamanan, kekecewaan, kecemasan, ketegangan, stress yang berlebihan, terhambatnya komunikasi, dan menurunnya relasi dengan lingkungan sekitarnya. Salah satu faktor terjadinya konflik pada remaja diduga disebabkan karena adanya pola asuh orangtua yang bermasalah. Orangtua yang memperlakukan anaknya dengan baik melalui pembinaan didikan dan kepuasan fisik maupun emosional maka anak tidak mengalami kesulitan menghadapi persoalan yang penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Tidak semua orangtua menerapkan pola asuh anak dengan benar, namun secara dominan perlu disadari bahwasannya menerapkan pola asuh yang baik dan benar dapat memberikan kebaikan dan ketepatan khususnya remaja dalam menyelesaikan konflik. Kesalahan dalam proses pengasuhan orangtua terhadap anak berdampak langsung pada proses pertumbuhan dan perkembangan ketika anak kelak tumbuh menjadi seorang remaja.

2.2.4.3 Resolusi Konflik

Kebanyakan dari solusi konflik yang diberikan oleh para pemikir dan teori- teori yang ada bukanlah meniadakan konflik itu sendiri tetapi mentrasformasi konflik itu menjadi energi positif sebagai upaya perbaikan-perbaikan. Konflik

(17)

yang tidak bisa dihilangkan persoalannya adalah bagaimana konflik tersebut dikelola oleh pengarang agar menemukan dimensi ketepatannya. Para ahli menanggapi permasalahan ini dengan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pasif dan konstruktivis.

Kembali kepada persoalan konflik yang ada dan harus dikelola bukan membiarkannya. Kunci kebahagiaan antar tokoh dalam suatu peristiwa bukanlah menghindari konflik melainkan bagaimana cara pengarang dalam menyelesaikan konflik. Dari berbagai penelitian yang ada, peneliti mengenali adanya gaya resolusi konflik yang umumnya digunakan individu dalam mengelola konflik.

Menurut Harriet (dalam Lestari, 2016: 115) membedakan cara individu menyelesaikan konflik menjadi 5 macam yaitu, pemburu atau persuer yaitu individu yang berusaha membangun ikatan yang lebih dekat, penghindar atau distancer yaitu individu yang cenderung mengambil jarak secara emosi,

pecundang atau underfunctioner yaitu individu yang gagal menunjukkan kompetensi atau aspirasinya, penakluk atau overfunctioner adalah individu yang cenderung mengambil alih dan merasa lebih tahu yang terbaik bagi pihak lain, dan pengutuk (blamer), adalah individu yang selalu menyalahkan oranglain atau keadaan.

Aspek resolusi konflik itu sendiri berkaitan dengan sikap, perasaan, dan keyakinan individu terhadap keberadaan dan penyelesaian konflik. (Lestari, 2016:13). Hal ini mencakup keterbukaan antar individu untuk mengenali dan menyelesaikan masalah, strategi dan proses yang dilakukan untuk mengakhiri pertengkaran. Hal- hal yang sering kali membuat resolusi konflik tidak efektif adalah tindakan menyalahkan orang dan mengungkit persoalan yang telah lalu

(18)

(Lestari, 2016:13). Adapun resolusi konflik yang konstruktif menurut Lestari (2016:13) dapat dilakukan dengan: (a) menentukan pokok permasalahan, (b) mendiskusikan sumbangan masing-masing pada permasalahan yang muncul, (c) mendiskusikan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah, dan (d) menentukan dan menghargai peran masing-masing terhadap penyelesaian masalah. Sedangkan resolusi konflik secara destruktif dapat terjadi apabila:

(a) Persepsi negatif terhadap konflik: individu dengan menggunakan penyelesaian konflik secara semu. Cara ini kemungkinan sering gagal mengenali pokok masalah yang menjadi sumber konflik karena fokus pada konflik sebagai problem.

(b) Perasaan marah: konflik merupakan suatu hal yang normatif dan marah merupakan hal yang alamiah dirasakan individu untuk terlibat konflik.

Mengumbar maupun memendam marah sama buruknya bagi kesehatan dan mental individu. Perasaan marah ini dikendalikan dengan hati-hari dan kesabaran.

(c) Penyelesaian oleh waktu: upaya untuk menghindari munculnya perasaan negatif dalam menghadapi konflik, misalnya marah, sedih, takut, seringkali individu mengabaikan maslah yang menjadi sumber konflik. Tujuannya adalah masalah akan selesai dengan sendirinya oleh berjalannya waktu.

Referensi

Dokumen terkait

Persamaan penelitian yang dilakukan Dani dan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama menggunakan tinjauan sosiologi sastra yaitu pendekatan terhadap

Melalui pendekatan struktural, Irwan B menganalisis tokoh utama dengan menghubungkan unsur-unsur intrinsik yang membangun dalam sebuah novel, yaitu hubungan tokoh utama dengan

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural untuk menganalisis unsur-unsur pembangun dalam sebuah sastra serta teori psikologi

Ketiga penelitian tersebut berkaitan dengan penelitian yang dibuat oleh penulis yaitu membuat media pembelajaran vocabulary bahasa Inggris untuk siswa SD,

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode mnemonic dengan teknik numeric untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh metode ini terhadap peningkatan prestasi

Pembuatan aplikasi pengolahan nilai atau rekapitulasi nilai juga sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dalam penelitian yang berjudul “Sistem Inormasi

Penelitian lain mengenai perilaku psikis tokoh dilakukan oleh Farida Buduri dalam skripsinya yang berjudul Novel Deana Pada Suatu Ketika karya Title Said : Sebuah

Untuk itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan RME, di mana dalam pendekatan RME ini Guru menggunakan benda konkret yang ada dilingkungan sekitar