commit to user 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita Ringan
a. Pengertian Tunagrahita Ringan
Istilah tunagrahita adalah istilah resmi untuk menyebut anak-anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.
Salah satu klasifikasi anak tunagrahita adalah tunagrahita ringan.
Menurut Soemantri (2005:106), anak tunagrahita ringan adalah anak-anak yang mempunyai IQ antara 68-52 menurut skala Binet dan 69-55 menurut skala Weschler.
Sedangkan menurut Wardani, dkk (2007:6.21) anak tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki kecerdasan setara anak normal usia 9 sampai 12 tahun di usia dewasa dan masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana.
Senada dengan pendapat tersebut, Efendi, (2006:90) mengemukakan:
“anak tunagrahita ringan adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada sekolah program biasa, tetapi masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal. Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik antara lain membaca, menulis, mengeja, dan berhitung sederhana, adaptasi dan tidak menggantungkan diri pada orang lain, serta keterampilan sederhana untuk bekal kerja dikemudian hari”
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan adalah anak anak-anak yang mempunyai IQ antara 68- 52 menurut skala Binet dan 69-55 menurut skala Weschler, yang memiliki kecerdasan setara anak normal usia 9 sampai 12 tahun di usia dewasa dan masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana.
commit to user b. Ciri-Ciri Anak Tunagrahita Ringan
Pemahaman mengenai ciri-ciri atau karakteristik anak sangatlah penting, hal itu dimaksudkan agar guru atau tenaga pendidik mudah dalam memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Berikut adalah ciri-ciri anak tunagrahita secara umum menurut Soemantri, (2005:105) :
1) Keterbatasan intelegensi
Kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti belajar dan berhitung, menulis dan membaca terbatas.
Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau belajar dengan cara membeo.
2) Keterbatasan sosial
Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.
3) Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa, kurang mampu mempertimbangkan sesuatu misalnya baik buruk, benar dan salah. Mereka juga mengalami kesulitan dalam memberikan reaksi atas rangsangan dari lingkungannya.
Sedangkan lebih lanjut Soemantri, (2005:106) menjelaskan ciri-ciri anak tunagrahita ringan sebagai berikut:
1) Anak tunagrahita ringan memiliki skor IQ 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut skala Weschler memiliki IQ 69-55.
2) Anak tunagrahita ringan masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana.
commit to user
3) Anak tunagrahita ringan dapat dididik menjadi tenaga kerja semi skilled bahkan jika dilatih dan dibimbing dengan baik anak tunagrahita dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan.
4) Anak tunagrahita ringan tidak mampu melakukan penyesuaian sosial secara independen
5) Anak tunagrahita ringan pada umumnya tidak mengalami gangguan fisik.
Senada dengan Soemantri, Wardani, dkk (2007:6.21) mengemukakan ciri-ciri anak tunagrahita ringan sebagai berikut :
1) Anak tunagrahita ringan masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana.
2) Kecerdasan anak tunagrahita ringan berkembang dengan kecepatan antara setengah dan tiga per empat kecepatan anak normal dan berhenti pada usia muda.
3) Anak tunagrahita ringan dapat bergaul dan mempelajari pekerjaan semi skilled.
4) Perbendaharaan kata anak tunagrahita ringan terbatas, tetapi penguasaan bahasanya memadai dalam situasi tertentu.
5) Kecerdasan anak tunagrahita ringan di usia dewasa setara anak normal usia 9 dan 12 tahun.
Berdasarkan kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri- ciri anak tunagrahita ringan yaitu :
1) Anak tunagrahita ringan memiliki skor IQ 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut skala Weschler memiliki IQ 69-55.
2) Anak tunagrahita ringan masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana.
3) Anak tunagrahita ringan dapat dididik menjadi tenaga kerja semi skilled.
commit to user
4) Kecerdasan anak tunagrahita ringan di usia dewasa setara anak normal usia 9 dan 12 tahun.
5) Anak tunagrahita ringan pada umumnya tidak mengalami gangguan fisik,
6) Perbendaharaan kata anak tunagrahita ringan terbatas, tetapi penguasaan bahasanya memadai dalam situasi tertentu
c. Faktor Penyebab Ketunagrahitaan
Faktor penyebab merupakan sesuatu yang menjadikan suatu akibat.
Efendi (2006:91) mengelompokkan faktor penyebab ketunagrahitaan kedalam dua kategori yaitu eksogen dan endogen. Faktor endogen adalah faktor penyebab ketunagrahitaan yang berasal dari sel keturunan.
Sedangkan faktor eksogen adalah faktor yang berasal dari luar sel keturunan misalnya infeksi dan virus yang menyerang otak, benturan, radiasi, dsb.
Menurut Kemis dan Rosnawati (2013:15) faktor penyebab tunagrahita dibedakan menjadi 5 yaitu:
1) faktor genetic berupa kerusakan biokimiawi dan abnormalitas kromosomal, 2) sebab-sebab pada masa prenatal yaitu kondisi ibu yang terkena infeksi rubella saat mengandung, dan faktor rhesus yang dapat menyebabkan kesalahan perkembangan sistem syaraf serta menyebabkan retardasi mental, 3) sebab-sebab pada masa perinatal atau pada saat lahir yang memungkinkan terjadinya retardasi mental diantaranya adalah luka-luka saat kelahiran, sesak napas, dan prematuritas, 4) sebab-sebab pada masa postnatal yaitu masalah infeksi dan masalah nutrisi yang diderita pada masa bayi dan awal masa kanak-kanak, 5) faktor-faktor sosio cultural
Grossman dalam Muhammad (2008:102), memaparkan penyebab timbulnya tunagrahita adalah sebagai berikut :
1) Penyakit yang disebabkan minuman keras, 2)Trauma, 3)Metabolism atau pola makan yang tidak baik, 4) Pengaruh saat masa kehamilan yang tidak diketahui, 5) Kromosom yang abnormal, 6) Gangguan semasa kehamilan, 7) Gangguan pskiatris, 8) Pengaruh lingkungan.
commit to user
Senada dengan pernyataan tersebut, Sugiarmin dan Baihaqi (2006:113) menjelaskan penyebab keterbelakangan mental yaitu sebagai berikut :
1) Penyebab genetic dan kromosom
Ada beberapa bentuk keterbelakangan mental yang disebabkan oleh faktor-faktor genetic atau keturunan.
2) Penyebab pada pra kelahiran
Penyebab pada masa pra kelahiran antara lain adanya penyakit Rubella, phenylketonuria (PKU), sivilis dan infeksi penyakit kelamin yang dapat menyebabkan kerusakan otak serta racun-racun yang berasal dari alkohol dan obat-obatan yang dikonsumsi ibu pada masa kehamilan.
3) Penyebab pada saat kelahiran
Masalah utama yang menyebabkan terbelakang mental adalah prematuritas.
4) Penyebab selama masa perkembangan anak-anak dan remaja
Senada dengan pendapat diatas, Wardani, dkk (2007:6.11) memaparkan penyebab ketunagrahitaan adalah sebagai berikut :
1) Faktor keturunan
Penyebab kelainan yang berkaitan dengan faktor keturunan meliputi dua hal yaitu :
a) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom ini dapat berupa inversi, delesi, duplikasi, dan translokasi.
b) Kelainan gen
Kelainan gen ini terjadi pada waktu mutasi.
2) Gangguan metabolism dan gizi
Kegagalan metabolisme dan pemenuhan gizi menyebabkan terjadinya gangguan fisik dan mental pada individu.
commit to user 3) Infeksi dan keracunan
Keadaan ini disebabkan oleh terjangkitnyanpenyakit-penyakit selama janin masih berada di dalam kandungan.
4) Trauma dan zat radioaktif
Terjadinya trauma terutama pada otak ketika bayi dilahirkan atau terkena zat radioaktif saat hamil dapat menyebabkan ketunagrahitaan.
5) Masalah pada kelahiran.
Masalah yang terjadi pada saat kelahiran misalnya kelahiran yang disertai dengan hypoxia, menyebabkan bayi menderita kerusakan otak, kejang dan napas pendek serta dapat disebabkan oleh trauma pada kelahiran yang sulit.
6) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang turut mempengaruhi terjadinya ketunagrahitaan yaitu faktor sosial ekonomi, dan taraf pendidikan orang tua.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab ketunagrahitaan dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor eksogen dan endogen. Sedangkan waktu terjadinya dapat terjadi pada saat prenatal (saat dalam kandungan), perinatal (saat terjadinya kelahiran) dan pada saat postnatal (sesudah kelahiran).
d. Kebutuhan Pendidikan bagi Anak Tunagrahita
Sama halnya dengan anak normal, anak tunagrahita membutuhkan pendidikan yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan potensi yang dimilikinya secara optimal. Wardani, dkk (2007:6.30) mengemukakaan landasan mengapa anak tunagrahita memerlukan pendidikan yaitu:
1) Landasan sebagai alasan adanya kebutuhan pendidikan bagi anak tunagrahita. Landasan ini terdapat pada anak tunagrahita sendiri,
commit to user
dimana pada dasarnya anak tunagrahita sama dengan manusia pada umumnya yang bisa dididik dan mendidik.
2) Landasan sebagai alasan perlunya pencapaian kebutuhan pendidikan bagi anak tunagrahita yang meliputi : a) landasan agama dan peri kemanusiaan, b) landasan falsafah bangsa, c) landasan hukum positif, d) landasan sosial ekonomi, e) martabat bangsa yang digambarkan melalui perhatian bangsa terhadap anak berkebutuhan khusus khususnya anak tunagrahita.
3) Landasan sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan pendidikan
yang meliputi : a) persamaan hak dengan anak normal, b) perbedaan individual, c) didasarkan pada keterampilan praktis ,
d) didasarkan pada sikap rasional dan wajar.
2. Tinjauan tentang Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar
Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha. Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai keberhasilan dalam proses belajar-mengajar. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar, karena kegiatan belajar merupakan prosesnya dan prestasi adalah hasil yang dicapai dalam kegiatan belajar tersebut.
Sukmadinata (2012:102) berpendapat bahwa “prestasi belajar atau achievement merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial yang dimiliki seseorang”. Prestasi belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berfikir maupun kemampuan motorik”.
Menurut Bustalin (2004:3), “Prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai- nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Belajar adalah perubahan
commit to user
tingkah laku untuk mencapai tujuan dari tidak tahu menjadi tahu dapat dikatakan sebagai proses yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku dan kecakapan seseorang”.
Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari suatu usaha belajar yang dicapai oleh anak atau peserta didik yang ditunjukkan dengan adanya pernguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir maupun perubahan perilaku.
b. Faktor-Faktor Penentu Prestasi Belajar
Prestasi belajar berhubungan erat dengan proses belajar. Jika proses belajar baik, maka prestasi yang dicapai oleh siswa pun akan baik dan sebaliknya. Karena hubungan tersebut, muncullah berbagai pendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar. Syah (2005:144) mengemukakan hal yang mempengaruhi proses belajar yang dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa) a) Aspek fisiologis (bersifat jasmaniah)
Kondisi umum jasmani, tegangan otot dan sendi mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
b) Aspek psikologis
Faktor-faktor psikologis siswa yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas prestasi belajar adalah sebagai berikut:
tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) a) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, staf administrasi, dan teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.
b) Lingkungan Non Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa.
commit to user
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning)
Faktor-faktor pendekatan belajar adalah strategi yang digunakan siswa untuk mempelajari materi-materi pelajaran tertentu dengan efektif dan efisien.
Bustalin (2004:4) mengungkapkan lebih rinci faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu sebagai berikut:
1) Faktor pada pihak siswa, terdiri dari:
a) Faktor-faktor psikis intelektual, yang meliputi taraf intelegensi, meliputi motivasi belajar, sikap perasaan, minat, kondisi akibat keadaan sosiokultural atau ekonomi.
b) Faktor-faktor fisik yang meliputi keadaan fisik 2) Faktor dari luar siswa yang terdiri dari:
a) Faktor-faktor pengatur proses belajar di sekolah, yang meliputi kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, teacher effectiveness, fasilitas belajar dan pengelompokan siswa.
b) Faktor-faktor sosial di sekolah yang meliputi sistem sosial, status sosial dan interaksi guru dan siswa
c) Faktor situasional, yang meliputi keadaan politik ekonomis, keadaan waktu dan tempat serta musim iklim.
Sejalan dengan pendapat diatas Purwanto (2002) mengemukakan pendapat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sebagai berikut:
1) Faktor dari luar a) Faktor lingkungan
Lingkungan dapat dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan alam keadaan udara, suhu, kelembaban udara ikut berperan dalam menentukan prestasi belajar siswa dan lingkungan sosial.
adalah hubungan antara individu dengan keluarga, maupun lingkungan masyarakat.
commit to user b) Faktor Instrumental
Faktor instrumental merupakan faktor yang keberadaannya dan penggunaannya sudah direncanakan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Seperti: gedung, perlengkapan belajar dan administrasi kelas atau sekolah.
2) Faktor dari dalam a) Faktor fisiologis
Kondisi fisiologi pada umumnya, seperti kesehatan jasmani akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
b) Faktor psikologis
Setiap manusia pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, karena perbedaan itu juga mempengaruhi prestasi belajar. Faktor psikologis yang diaggap berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah:
(1) Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar seseorang. Apabila seseorang belajar pada bidang yang sesuai dengan bakatnya, maka kemungkinan berhasilnya akan lebih besar.
(2) Minat
Minat seseorang akan suatu hal akan berpengaruh terhadap hasil yang akan didapatkannya.
(3) Kecerdasan
Kecerdasan sangat berperan dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang mempelajari sesuatu.
(4) Motivasi
Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
(5) Kemampuan kognitif
Tujuan belajar memiliki tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
commit to user
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan faktor- faktor penentu prestasi belajar adalah faktor internal atau faktor dari dalam diri siswa yang meliputi faktor psikologis, dan faktor jasmani. Sedangkan faktor eksternal yaitu kondisi yang ada diluar diri siswa, seperti faktor keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat yang menunjang proses belajar mengajar.
c. Prinsip Layanan Pendidikam bagi Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita dapat mengaktualisasikan kemampuannya jika diberikan kesempatam untuk mengikuti pendidikan dengan layanan khusus. Wardani, dkk (2007:6.39) mengemukakan prinsip-prinsip layanan pendidikan bagi anak tunagrahita yaitu:
a. Prinsip skala perkembangan mental
Prinsip skala perkembangan mental menekankan pada pemahaman guru terhadap usia kecerdasaan anak tunagrahita.
b. Prinsip kecekatan motorik
Melalui prinsip kecekatan motorik, anak tunagrahita dapat mempelajari sesuatu dengan melakukannya.
c. Prinsip keperagaan
Prinsip ini digunakan dalam pembelajaran anak tunagrahita mengingat keterbatasan anak dalam mempelajari hal yang abstrak.
d. Prinsip pengulangan
Prinsip pengulangan diperlukan ketika memberikan layanan pendidikan bagi anak tunagrahita karena mereka cepat lupa mengenai apa yang telah dipelajari.
e. Prinsip korelasi
Bahan pelajaran pada bidang tertentu hendaknya berhubungan atau berkaitan langsung dengan bidang lainnya.
f. Prinsip maju berkelanjutan
commit to user
Walaupun anak tunagrahita menunjukkan keterlambatan dalam belajar dan memerlukan pengulangan, tetapi mereka harus diberi kesempatan untuk mempelajari hal berikutnya.
g. Prinsip individualisasi
Prinsip ini menekankan perhatian pada perbedaan individual anak tunagrahita.
3. Tinjauan Tentang Matematika a. Pengertian Matematika
Matematika merupakan salah pelajaran inti yang diajarkan pada semua jenjang pendidikan. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.
Soedjadi, (2000:11) mengemukakan tentang definisi matematika yaitu sebagai berikut:
a. Matematika adalah cabang pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.
b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logic dan berhubungan dengan bilangan
d. Matematika adalah pengetahuan dengan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk
e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic.
f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Sedangkan menurut Johnson dan Myklebust yang dikutip Abdurahman (2003:252), “matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir”.
Matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. (Ruseffendi dalam Heruman, 2007:4).
commit to user
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang berkaitan dengan angka, simbol, serta analisa, yang membutuhkan penalaran logis untuk menyelesaikan masalah sosial, ekonomi, dan berhubungan dengan ilmu-ilmu lain sehingga sangat penting untuk dipelajari.
b. Arti Penting Belajar Matematika
Matematika adalah salah satu pelajaran yang dianggap paling sulit.
Hampir semua siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal matematika karena sifatnya yang abstrak. Tetapi dibalik kesulitan-lesulitan itu, matematika perlu dipelajari. Berikut alasan perlunya mempelajari matematika menurut Cornelius dalam Abdurahman (2003:219) yaitu :
1) Sarana berfikir yang jelas dan logis
2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari 3) sarana mengenal pola-pola dan generalisasi pengalaman 4) sarana untuk mengembangkan kreativitas,
5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Matematika mempunyai arti yang beragam, bergantung kepada siapa yang menerapkannya, Sumarmo (2010:5), berpendapat mengenai matematika antara lain:
1) Sebagai suatu kegiatan manusia dan merupakan proses yang aktif, dinamik, dan generatif
2) Sebagai ilmu yang menekankan proses deduktif, penalaran logis dan aksiomatik, memuat proses induktif penyusunan konjektur, model matematika, analogi, dan generalisasi
3) Sebagai ilmu yang terstruktur dan sistimatis
4) Sebagai ilmu bantu dalam ilmu lain dalam kehidupan sehari-hari 5) Sebagai ilmu yang memiliki bahasa simbol yang efisien, sifat
keteraturan yang indah, kemampuan analisis kuantitatif
6) Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis, serta sikap yang terbuka dan obyektif.
Dari kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai pentingnya belajar matematika karena matematika merupakan sarana berfikir logis, sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari- hari, dan alat untuk menyampaikan suatu informasi, serta sebagai sarana penunjang dalam mempelajari ilmu lain seperti fisika, kimia dan lain-lain
commit to user
c. Ruang Lingkup Materi Matematika untuk Anak Tunagrahita
Materi matematika untuk umum dan untuk anak tunagrahita berbeda dengan anak normal. Pengajaran matematika untuk tunagrahita harus memperhatikan usia mental, kemampuan berpikir, belajar melalui aktifitas yang kongkret, memperkaya pengalaman dengan memfungsikan seluruh penginderaan, dan tingkat kemandirian anak.
Materi pelajaran matematika sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) Matematika di SLB C Anak Tunagrahita Ringan meliputi pokok bahasan:
1) Aritmatika, yaitu cabang matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan bilangan–bilangan dengan perhitungan, terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
2) Geometri, yaitu cabang matematika yang berkenaan dengan titik dan garis.
3) Ukuran.
4) Mata uang dan pelajaran mata uang d. Lambang Bilangan dalam Matematika
Bilangan adalah satu ide yang bersifat abstrak. Bilangan adalah sesuatu yang bersifat abstrak yang memberi keterangan mengenai banyaknya anggota suatu himpunan (Kamsiyati, 2012:43). Sedangkan lambang bilangan adalah lambang-lambang untuk bilangan. Lambang bilangan dengan aturan-aturannya disebut sistem numerasi. Lebih lanjut Kamsiyati (2012:63) membagi sistem numerasi menjadi 2 yaitu:
1) Sistem Numerasi Hindu-Arab
Sistem numerasi ini pertama kali diciptakan oleh bangsa India yang beragama hindu. Angka dasar pada sistem numerasi hindu arab adalah : 1,2,3,4,5,6,7,8,9,dan 0.
2) Sistem Numerasi Romawi
Angka dasar pada sistem numerasi Romawi ada 7 yaitu : I, X, C, M, V, L, dan D.
commit to user 4. Tinjauan tentang Metode Mnemonic
a. Pengertian Metode Mnemonic
Daya ingat merupakan aspek terpenting ketika belajar. Pemilihan dan penggunaan metode dalam belajar dapat mempengaruhi seberapa lama ingatan tersebut disimpan dalam otak. Salah satu metode untuk mengoptimalkan daya ingat adalah metode mnemonic. Metode ini disebut juga teknik memori yaitu teknik memasukkan info kedalam otak dengan cara kerja otak (Gunawan, 2003:108). Karena metode yang digunakan sejalan dengan cara otak bekerja dan berfungsi, maka hal itu akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi otak dalam menyerap dan menyimpan informasi.
Senada dengan pendapat diatas, Sujanto (2011:73) teknik memori adalah teknik untuk memasukkan informasi kedalam otak yang sesuai dengan cara kerja otak yang menggemari hal-hal yang unik, lucu, dan aneh.
Mnemonic berkaitan erat dengan imajinasi dan asosiasi. Warseno dan Kumorojati (2011: 100) mengatakan bahwa imajinasi dan asosiasi adalah bagian dari kerja otak kanan yang menjadi pusat kreativitas, oleh sebab itu belajar dengan metode mnemonic secara tidak langsung mengkoordinasikan antara otak kiri dan otak kanan dalam satu aktivitas belajar. Pendapat serupa dikemukakan oleh Putra dan Issetyadi (2010:96), menurutnya, ingatan atau memori erat kaitannya dengan asosiasi atau menghubungkan antara satu informasi dengan informasi lain. Semakin kuat suatu asosiasi itu dibuat, semakin kuat pula ingatan pikiran terhadap informasi tersebut.
Berdasarkan kedua pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode mnemonic adalah metode yang digunakan untuk mengingat dengan cara mengoptimalkan kinerja otak yang dilakukan melalui latihan- latihan.
commit to user b. Klasifikasi Metode Mnemonic
Metode mnemonic atau metode memori dapat dibagi menjadi beberapa teknik. Berikut pendapat-pendapat mengenai klasifikasi metode mnemonic:
Menurut Gunawan (2003:112) metode mnemonic dibagi menjadi beberapa teknik yaitu sebagai berikut :
1) Teknik rataian kata
Teknik ini dilakukan dengan merangkai atau menyambung kata- kata yang ingin dihapalkan dengan membuat suatu cerita.
2) Teknik plesetan kata
Teknik plesetan kata adalah teknik yang digunakan untuk menghapalkan suatu kata atau istilah asing dengan mengantinya dengan kata yang bunyinya mirip dan lucu.
3) Sistem pasak lokasi
Teknik ini digunakan dengan memilih lokasi atau tempat yang akan digunakan untuk mengaitkan atau menghubungkan informasi yang akan dihafalkan.
4) Teknik akrostik
Teknik akrostik adalah teknik menghapal dengan cara mengambil huruf depan dari materi yang ingin dihapal, kemudian dihubungkan dan dibuat suatu singkatan atau cerita lucu.
5) Teknik kata kunci
Teknik kata kunci digunakan untuk mengingat data berupa kalimat yang panjang dengan mencari kata utama atau inti suatu kalimat.
6) Sistem pasak nomor
Sistem pasak nomor adalah suatu teknik mengubah data berupa angka menjadi data berupa gambar.
commit to user
Pendapat senada diungkapkan oleh Sujanto (2011:133), menurutnya, metode mnemonic dibagi menjadi 7 teknik yaitu :
a. Teknik rantaian kata
Teknik ini merupakan teknik dasar yang digunakan untuk menginggat suatu informasi berupa kata secara urut.
b. Teknik plesetan kata
Teknik ini digunakan dengan cara mengubah kata-kata yang sulit yang ingin diingat dengan kata lain yang mirip dan umum.
c. Teknik pasak lokasi
Nama lain teknik ini adalah teknik loci atau teknik lokasi.
d. Teknik akrostik
Teknik akrostik adalah teknik menghafal dengan cara mengambil huruf depan dari materi, selanjutnya huruf depan tersebut digabungkan dan dibuat menjadi singkatan atau cerita yang lucu.
e. Teknik meringkas cerita
Teknik ini biasanya digunakan untuk mengingat data berupa kalimat yang panjang dengan cara mencari kata kuncinya.
f. Teknik mengingat gambar atau foto
Teknik ini biasanya digunakan apabila kita hendak mempelajari hal-hal yang melibatkan gambar. Biasanya, teknik ini di kombinasikan dengan teknik-teknik yang lain.
g. Teknik visualisasi angka
Teknik ini digunakan untuk mempermudah mengingat deretan angka, telepon, belajar perkalian, dan tanggal-tanggal bersejarah.
Selain klasifikasi diatas, Warseno dan Kumorojati (2011:101-171) membagi metode mnemonic menjadi beberapa teknik yaitu:
1) Teknik akronim
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun huruf atau suku kata dari deret kata yang
commit to user
disusun membentuk sebuah kata. Metode ini dipakai untuk menghapal nama-nama yang berurutan.
2) Teknik akrostik atau jembatan keledai
Contoh teknik akrostik atau jembatan keledai dalam mengingat huruf-huruf Qoloqolah dalam pelajaran tajwid membaca alquran dengan membuat akronim “baju di toko” (ba, Jim, Dal, Tho, Qof).
3) Teknik plesetan kata atau stem word
Biasanya teknik ini digunakan untuk menghafalkan kata-kata dan istilah asing atau informasi baru yang masih belum dikenal oleh otak kita.
4) Teknik lokasi atau loci atau placement technique
Teknik loci sangat berguna untuk mengingat materi pelajaran dengan format urutan atau daftar yang banyak jumlahnya.
5) Teknik kata kunci
Teknik kata kunci digunakan untuk mengingat kata inti dari informasi yang akan diingat.
6) Teknik numeric
Teknik numeric adalah teknik menghafal angka dengan mengubah angka-angka tersebut menjadi sebuah kata atau benda yang telah dikenal.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode mnemonic dibagi menjadi beberapa teknik yaitu teknik lokasi atau loci atau placement technique, numeric atau teknik pasak nomor, teknik kata kunci atau keyword, akrostik atau jembatan keledai, rangkaian kata atau teknik akronim, teknik plesetan kata atau stem word.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode mnemonic dengan teknik numeric untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh metode ini terhadap peningkatan prestasi belajar matematika materi mengenal lambang bilangan 1-10 pada anak tunagrahita ringan.
commit to user c. Istilah Lain Teknik Numeric
Terdapat beberapa istilah untuk menyebut teknik numeric yang berkembang dimasyarakat. Teknik numeric adalah teknik menghafal angka dengan mengubah angka-angka tersebut menjadi sebuah kata atau benda yang telah dikenal (Warseno dan Kumorojati, 2011:164).
Istilah yang digunakan Sujanto (2011:109) untuk menyebut teknik tersebut adalah teknik visualisasi angka. Menurutnya, teknik ini digunakan untuk mempermudah mengingat deretan angka, telepon, belajar perkalian, dan tanggal-tanggal yang bersejarah. Pendapat lain dikemukakan oleh Gunawan (2003:131) yang menggunakan istilah sistem pasak nomor untuk menyebut teknik mengubah data berupa angka menjadi data berupa gambar. Sedangkan Putra dan Issetyadi (2010:100) menggunakan istilah Sistem asosiasi folder yaitu teknik untuk menghubungkan antara item- item yang akan diingat dengan hal-hal yang mirip.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik numeric mempunyai beberapa istilah lain yaitu Sistem pasak nomor, teknik asosiasi folder, dan teknik visualisasi angka. Istilah-istilah tersebut digunakan untuk menyebut teknik mengingat angka dengan cara mengubahnya menjadi benda-benda yang serupa atau hampir sama.
d. Klasifikasi Teknik Numeric
Secara umum, teknik numeric dibedakan menjadi beberapa teknik.
Warseno dan Kumorojati (2011:164), membagi teknik numeric menjadi 3 yaitu:
1) Teknik pasak bentuk
Teknik pasak bentuk adalah teknik menghafal angka-angka dengan cara mengubahnya menjadi benda tertentu yang mirip dengan angka tersebut.
2) Teknik pasak bunyi
Teknik pasak bunyi adalah teknik menghafal angka-angka dengan cara mengubah angka-angka tersebut berdasarkan bunyinya menjadi benda yang kita kenali.
commit to user 3) Teknik pasak huruf
Teknik pasak huruf adalah teknik mengingat angka dengan mengubahnya menjadi huruf kemudian setiap dua huruf digabung menjadi satu kata yang telah di kenali.
Menurut Putra dan Issetyadi (2010:101) teknik asosiasi folder dalam mengingat angka dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Folder nomor – bentuk
Teknik asosiasi folder nomor-bentuk ini didasarkan pada kemiripan bentuk angka dengan benda-benda disekitar.
2) Folder nomor - kesesuaian bunyi
Teknik asosiasi folder nomor-kesesuaian bunyi ini didasarkan pada kemiripan pengucapan atau persamaan bunyi dari nomor angka.
3) Folder nomor – kata kunci
Metode ini membentuk representasi mental berdasarkan angka kunci yaitu semua benda yang mewakili maksud dari angka tidak terbatas pada bentuk atau rima kata.
Berdasarkan kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa teknik numeric diklasifikasikan menjadi tiga yaitu teknik yang didasarkan pada kemiripan angka dengan bentuk benda, teknik yang didasarkan pada kemiripan pengucapan angka, dan teknik yang tidak terikat pada bentuk maupun rima kata tetapi menunjuk pada benda-benda yang dapat mewakili angka yang dimaksud.
Dalam penenilitan ini, peneliti menggunakan metode mnemonic dengan teknik numeric yang secara visual memiliki kemiripan dengan lambang bilangan 1-10 untuk mata pelajaran matematika bagi anak tunagrahita ringan kelas I Sekolah Dasar di SLB C YSSD Surakarta.
e. Penerapan Metode Mnemonic dengan Teknik Numeric
Setiap metode memiliki prosedur pelaksanaan tersendiri. Hal tersebut sangat penting untuk menunjang kelancaran dan keberhasilan suatu pembelajaran tanpa mengabaikan unsur efektif dan efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada.
commit to user
Penerapan metode mnemonic dengan teknik numeric menurut Sujanto (2011:109) dibedakan menjadi dua cara yakni : visualisasi angka secara langsung yaitu dengan cara membayangkan secara langsung digit angka yang ingin diingat, dan visualisasi angka secara tidak langsung atau dilakukan dengan mengubah digit angka menjadi abjad kemudian dirangkaikan menjadi sebuah kata yang mewakili gambar suatu obyek benda.
Pendapat senada diungkapkan oleh Gunawan (2003:131), menurutnya, otak menyimpan memori berupa gambar sehingga penerapan Sistem pasak nomor dilakukan dengan mengkonversi angka menjadi gambar agar otak kanan dapat mengingatnya. Pada saat memasukkan informasi, data berupa angka diubah menjadi gambar setelah itu disimpan dalam memori. Saat recall atau memanggil kembali data tersebut (mengingat) maka yang pertama akan muncul adalah gambar yang telah disimpan. Setelah itu barulah kita melakukan konversi balik dari gambar menjadi angka.
Visualisasi angka secara langsung dipilih dalam penelitian ini karena anak tunagrahita lebih menyukai hal-hal yang menarik tapi tidak rumit. Hal ini dilakukan dengan memberikan gambaran langsung mengenai gambar-gambar benda yang mirip dengan bentuk-bentuk angka sehingga akan mudah diingat dan dapat meningkatkan antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran terutama pelajaran yang berkaitan dengan mengenal lambang bilangan khususnya lambang bilangan 1-10. Visualisasi angka yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
commit to user
Gambar 2.1 Visualisasi Angka Secara Langsung
Lambang
bilangan Benda Lambang
bilangan Benda
1 6
Tongkat Kepala gajah
2 7
Angsa Cangkul, pistol
3 8
Burung terbang Dua bola (ditumpuk)
4 9
Kursi (dibalik) Bendera
5 10
Kuda laut Tongkat dan bola
commit to user
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan mengenai metode mnemonic menunjukkan adanya keberhasilan terhadap penerapan metode ini dalam suatu pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian Anshorulloh (2008) dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode mnemonic menyebutkan bahwa penerapan metode ini efektif meningkatkan daya ingat siswa pada pelajaran sejarah sehingga berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik.
Putri (2010) mengombinasikan metode mnemonic dan gambar untuk meningkatkan kosa kata bahasa Inggris yang dilakukan pada anak sekolah dasar.
Penelitian yang dilakukan oleh Putri pun terbukti bahwa metode mnemonic yang dikombinasikan dengan gambar berpengaruh terhadap peningkatan penguasaan kosa kata bahasa Inggris anak sekolah dasar yang ia teliti.
Penelitian lain oleh Richmond, Cummings, & Klapp (2008) yang menggunakan metode mnemonic untuk mengetahui berpengaruh atau tidaknya metode mnemonic teknik keyword terhadap peningkatan nilai siswa kelas VIII.
Hasilnya, metode mnemonic teknik keyword berpengaruh positif terhadap tingkat ingatan siswanya sehingga berpengaruh terhadap nilai akademik yang diperoleh siswa.
Keberhasilan tentang penerapan metode mnemonic yang dilakukan oleh peneliti-peneliti diatas dapat mendorong peneliti untuk melakukan pengembangan terhadap metode ini agar mampu digunakan bagi anak berkebutuhan khusus, khususnya untuk anak tunagrahita ringan dalam penelitian ini.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir pada dasarnya merupakan arah pemikiran untuk bisa sampai pada jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Berdasarkan atas kajian teori tersebut di atas dan sejalan dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka dengan penggunaan metode mnemonic diharapkan
commit to user
dapat meningkatkan kemampuan matematika mengenal lambang bilangan pada anak tunagrahita ringan.
Dalam kaitan seperti di atas patut diduga yaitu hubungan yang signifikan penggunaan metode mnemonic dengan teknik numeric terhadap peningkatan kemampuan matematika mengenal lambang bilangan pada anak tunagrahita ringan.
Dengan adanya dugaan-dugaan di atas, maka penelitian ini diadakan pembuktian hubungan yang signifikan diantara variabel-variabel tersebut, dengan bagan sebagai berikut :
Gambar 2.2. Kerangka berfikir
Kondisi Akhir Pembelajaran
tunagrahita
Kondisi Awal
Sebelum menggunakan metode mnemonic
teknik numeric
Prestasi belajar
tinggi/rendah Metode mnemonic teknik numeric berpengaruh/tidak
berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika
anak tunagrahita
Setelah menggunakan metode mnemonic
teknik numeric
Prestasi belajar tinggi/rendah
commit to user D. Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian adalah langkah ketiga dalam penelitian setelah mangemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010:110).
Hal senada diungkapkan oleh Sugiyono (2013:96), menurutnya,
“Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan”.
Mengacu pada pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian.
Berdasarkan pada tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang dikemukakan, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: “Ada pengaruh penggunaan metode mnemonic dengan teknik numeric terhadap peningkatan prestasi belajar matematika materi mengenal lambang bilangan 1-10 pada anak tunagrahita ringan kelas I di SLB C YSSD Surakarta tahun ajaran 2014/2015”.