• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA KRITIS SISWA : Penelitian Quasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV SDN I Karangwangi Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon Tahun Ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA KRITIS SISWA : Penelitian Quasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV SDN I Karangwangi Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon Tahun Ajaran 2012/2013."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN

MEMBACA KRITIS SISWA

(Penelitian Quasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas

IV SDN I Karangwangi Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Siti Fatimah

0902928

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Siti Fatimah, 2013

058/S/PGSD-REG/8/JULI/2013

Pernyataan Keaslian Penulisan Skripsi dan Bebas Plagiarisme

“Dengan ini saya nyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENGARUH MODEL

COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN

KETERAMPILAN MEMBACA KRITIS SISWA” (Penelitian Quasi

Eksperimen pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV SDN I

Karangwangi Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon Tahun Ajaran 2012/2013) ini

beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya sata ini, atau

ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.

Bandung, Juni 2013

Yang Membuat Pernyataan,

Siti Fatimah

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN

MEMBACA KRITIS SISWA

(Penelitian Quasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas

IV SDN I Karangwangi Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh SITI FATIMAH

0902928

Disetujui dan Disahkan Oleh: PEMBIMBING I

Dr. H. Mubiar Agustin, M.Pd. NIP. 197708282003121002

PEMBIMBING II

Dr. Hj. Isah Cahyani, M.Pd. NIP. 196407071989012001

Diketahui,

Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Siti Fatimah, 2013

The INFLUENCE of COOPERATIVE LEARNING MODEL of JIGSAW to INCREASE CRITICAL READING SKILLS of STUDENTS

(Quasi Experimental Research on Subjects of Indonesian Language in Class IV SDN I Karangwangi of Depok Cirebon School Year 2012/2013)

The research was distributed by the number of complaints about the quality of reading teacher critical students who merely reading without any understanding of the material. Students often still do not know the main idea of a reading and could not reveal his thoughts to the content or readings using the language itself. Students tended to recite the exact readings available on the paper or material. Even some students do not focus on readings or passive so that makes it difficult for them to understand the content of the readings precisely. This research is a research quasi experimental research therefore begins with the activities of the critical reading skills pretest students who where in them there are activities critical thinking students. Next do posttest to know critical reading activity of students. The diperole of additional information that may be made to complete the drafting of the cooperative learning model design type of jigsaw in improving critical reading skills of students. Cooperative learning Model type next to the two tested jigsaw group classes are different. Analysis of the results of the tests carried out repairs for model obtainable models appropriate and effective. Research Data were analyzed quantitatively. The instrument used was a test for measuring description shaped reading skills of students in critical reading-intensive materials. Based on the research can be concluded that (1) learning the indonesian language with use the model cooperative learning type jigsaw on any material read intensive in class IV SDN I Karangwangi done by giving text or readings to students learning then developed based on the thought students in groups; (2) reading skill critical students on intensive reading matter in class IV SDN I Karangwangi after learning by using model cooperative learning type jigsaw better than reading skill critical students learning before using model cooperative learning type jigsaw; (3) there are influence model cooperative learning against reading skill critical students on intensive reading matter in class iv SDN I Karangwangi. Based on the research results and conclusions obtained then, teachers are expected to apply the Indonesian Language learning in intensive reading material menggunkaan model cooperative learning type jigsaw as an alternative learning Indonesian Language in class because it can help students express ideas or their minds so as to able to understand the material well.

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Hipotesis ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Cooperative Learning ... 7

1. Pengertian Cooperative Learning ... 7

2. Ciri-ciri Cooperative Learning ... 8

3. Tujuan Cooperative Learning ... 9

4. Karakteristik Cooperative Learning ... 10

5. Prinsip Cooperative Learning ... 10

6. Pengelompokan Cooperative Learning ... 11

7. Langkah-langkah Model Cooperative Learning ... 13

8. Fase Cooperative Learning ... 14

9. Pengertian Cooperative Learning Tipe Jigsaw ... 15

B. Keterampilan Membaca Kritis ... 18

1. Pengertian Membaca ... 18

2. Proses Membaca ... 19

3. Hubungan Membaca Kritis dengan Berpikir Kritis ... 20

(6)

v

Siti Fatimah, 2013

a. Pengertian Berpikir ... 22

b. Definisi Berpikir Kritis ... 22

c. Indikator Berpikir Kritis ... 24

C. Penelitian yang Relevan ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain penelitian ... 30

B. Variabel Penelitian ... 31

C. Populasi dan Sampel ... 32

D. Definisi Operasional ... 32

E. Instrumen Penelitian ... 33

F. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran .. 35

G. Prosedur Penelitian ... 41

H. Teknik Pengumpulan Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

1. Analisis Data Awal Kemampuan Membaca Kritis Siswa ... 45

2. Analisis Data Akhir Kemampuan Membaca Kritis Siswa ... 49

3. Analisis Data Indeks Gain ... 53

4. Kualitas Peningkatan Kemampuan Membaca Kritis ... 54

5. Analisis Hasil Lembar Observasi ... 55

6. Analisis Jurnal Harian Siswa ... 58

B. Pembahasan ... 58

1. Kemampuan Membaca kritis Siswa ... 58

2. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Membaca Kritis Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 60

B. Rekomendasi ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 65

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif ... 14

Tabel 2.2 Konversi Skor Perkembangan ... 18

Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok ... 18

Tabel 2.4 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 24

Tabel 3.1 Interpretasi Validitas Nilai rxy ... 35

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Butir Soal ... 36

Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas r11 ... 38

Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda ... 39

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan dan Interpretasi Daya Pembeda Butir Tes Kemampuan Membaca Kritis Siswa ... 39

Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 40

Tabel 3.7 Hasil Perhitungan dan Interpretasi Indeks Kesukaran Butir Tes Kemampuan Membaca Kritis Siswa ... 41

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Data Pretes ... 46

Tabel 4.2 Output Test of Normality Pretest ... 47

Tabel 4.3 Output Test of Homogeneity of Variances Pretest ... 48

Tabel 4.4 Output Test of Lavene’s Test for Equality of Variances ... 49

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Data Postes ... 50

Tabel 4.6 Output Test of Normality Postest ... 50

Tabel 4.7 Output Test of Homogeneity of Variances Postest ... 51

Tabel 4.8 Output Test of Lavene’s Test for Equality of Variances ... 52

Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Data Indeks Gain ... 54

Tabel 4.10 Daftar Presentase Kualitas Peningkatan Kemampuan Membaca Kritis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 55

Tabel 4.11 Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 56

(8)

vii

Siti Fatimah, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Desain Penelitian Kelompok Pretes-Postes ... 30

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting guna membangun

manusia yang berpengetahuan, bermoral, dan bermartabat. Menurut Nurhadi

(2003:5), pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa

apalagi yang sedang berkembang dan yang sedang giat membangun negaranya.

Selanjutnya Nurhadi mengemukakan bahwa keberhasilan tujuan

pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003 yang berbunyi :

Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan akan tercapai bila didukung komponen-komponen pilar pendidikan yang meliputi motivasi belajar siswa, materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan tujuan pembelajaran.

Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu mata pelajaran yang

menjadi dasar kemampuan siswa berinteraksi dengan orang lain dan pemahaman

dalam komunikasi formal. Didalamnya siswa dapat mempelajari berbagai

keterampilan dalam berbahasa yang harus terus dibina untuk meningkatkan mutu

pembelajaran bahasa indonesia mulai dari tingkat paling sederhana yaitu

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Keterampilan berbahasa tidak dapat diperoleh melalui kegiatan

menghafalkan, melainkan diperoleh dari latihan menggunakan bahasa secara

kontinu, tetapi hal itu belum mencukupi untuk menjadikan seorang terampil

berbahasa. Selain itu, siswa perlu dibawa ke pengalaman melakukan kegiatan

(10)

2

Siti Fatimah, 2013

Gejala yang terjadi di lapangan, Guru selama ini lebih banyak memberi

ceramah dan latihan mengerjakan soal-soal dengan cepat tanpa memahami konsep

secara mendalam. Hal ini menyebabkan siswa kurang terlatih untuk

mengembangkan daya nalarnya dalam memecahkan permasalahan dan

mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata

sehingga kemampuan membaca kritis siswa kurang dapat berkembang dengan

baik.

Selain itu, siswa dalam membaca intensif hanya sekedar membaca cepat

tanpa adanya pemahaman mengenai materi yang telah dibaca secara tepat dan

akurat. Sehingga siswa seringkali masih tidak mengetahui ide pokok dari suatu

bacaan dan tidak bisa mengungkapkan buah pemikirannya terhadap isi suatu

materi menggunkaan bahasa sendiri. Siswa cenderung menghapal bagian-bagian

bacaan persis dengan yang ada pada naskah atau materi. Bahkan beberapa siswa

tidak fokus terhadap bacaan yang ada atau pasif sehingga menyulitkan mereka

untuk memahami isi suatu bacaan dengan tepat.

Permasalahan yang timbul dilapangan adalah meskipun siswa

mendapatkan nilai tinggi dalam sejumlah mata pelajaran, namun mereka tampak

kurang mampu menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan,

keterampilan, maupun sikap kedalam situasi yang lain.

Sedangkan pola pembelajaran yang dikembangkan di Indonesia dewasa

ini, menuntut keaktifan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dan juga

menuntut kreatifitas siswa untuk mengolah data yang diberikan guru. Agar terjadi

pengkontruksian pengetahuan secara bermakna, guru harus melatih siswa agar

berpikir secara kritis dalam menganalisis ataupun dalam memecahkan suatu

permasalahan.

Dalam kurikulum berbasis kompetensi para guru dituntut untuk

melibatkan siswa secara aktif atau sebagai subyek dalam pembelajaran. Strategi

yang paling sering digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah melibatkan siswa

dalam diskusi dengan seluruh kelas. Tetapi strategi ini tidak terlalu efektif

walaupun guru sudah berusaha dan mendorong siswa untuk berpartisipasi.

(11)

segelintir orang. Kondisi seperti ini terjadi pada siswa kelas IV SD Negeri 1

Karangwangi dimana banyak guru menyatakan keluhan bahwa mereka telah

melaksanakan metode belajar kelompok atau diskusi kelas namun hasil dari

kegiatan diskusi ini tidak sesuai dengan yang diharapkan. Banyak siswa yang

tidak memanfaatkan belajar kelompok, beberapa dari mereka asik dengan

mengobrol, tidak memperhatikan teman yang lain ataupun bergurau. Siswa pun

mengeluh karena tidak bisa bekerjasama dengan efektif dalam kelompok.

Siswa-siswa yang rajin dan pandai merasa pembagian tugas dan penilaian yang kurang

adil, sedangkan siswa yang kurang rajin dan pandai merasa minder bekerjasama

dengan teman-temannya yang lebih mampu.

Keadaan demikian sudah banyak terjadi di sekolah dasar dan tidak dapat

dibiarkan begitu saja tanpa adanya solusi yang jelas. Maka, peneliti menetapkan

untuk menerapkan model cooperative learning tipe jigsaw pada kegiatan

pengajaran keterampilan membaca kritis siswa dalam bentuk penelitian

kuantitatif-quasi. Karena dirasa pemilihan strategi ini dapat meningkatkan

kemampuan membaca kritis siswa. Adapun alasan pemilihan strategi tersebut

adalah model jigsaw merupakan salah satu unit dari model cooperative learning.

Sifat belajar cooperative learning tidak sama dengan belajar kelompok atau

belajar bekerja sama biasa. Dalam kerja kelompok pendidik biasanya membagi

siswa dalam beberapa kelompok lalu memberikan tugas kelompok tanpa

rancangan tertentu yang dapat membuat setiap siswa menjadi aktif. Akibatnya,

siswa ada yang bekerja aktif tetapi ada juga yang pasif, ataupun bahkan ada yang

tidak berkonsentrasi pada materi dalam kelompok.

Dalam pembelajaran cooperative learning, setiap siswa dituntut untuk

bekerja dalam kelompok melalui rancangan-rancangan tertentu yang sudah

dipersiapkan oleh guru sehingga seluruh siswa harus bekerja aktif. Salah satu

alasan penting mengapa pembelajaran kooperatif peneliti pilih bahwa para guru

pada umumnya menggunakan model persaingan yang sering digunakan di dalam

kelas, hal ini berdampak negatif bagi para siswa. Pada kenyataannya jika diatur

dengan baik, persaingan di antara para pesaing yang sesuai dapat menjadi sarana

(12)

4

Siti Fatimah, 2013

Langkah tersebut diambil karena dengan menggunakan model belajar

kooperatif, siswa akan termotivasi untuk dapat mengungkapkan ide di dalam

wadah kelompok. Dengan kata lain mereka memiliki tempat untuk curah pendapat

dengan teman mereka, selain itu tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi

dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka

adalah jika kelompok mereka bisa sukses dapat mendorong mereka untuk

melakukan usaha maksimal. Pada akhirnya, dengan menerapkan model

cooperative learning tipe jigsaw di dalam proses pembelajaran keterampilan

membaca kritis, konsentrasi siswa menjadi lebih terfokus terhadap proses

pembelajaran, motivasi dan minat siswa terhadap pembelajaran membaca intensif

dapat lebih ditingkatkan, mendorong peningkatan kualitas proses pembelajaran

keterampilan membaca kritis, serta kualitas hasil pembelajaran keterampilan

membaca kritis semakin meningkat.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini memfokuskan pada

kajian tentang peningkatan keterampilan membaca kritis dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia dengan model cooperative learning tipe jigsaw.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka,

permasalahan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan membaca kritis siswa yang mendapat pembelajaran

Bahasa Indonesia dengan model cooperative learning tipe jigsaw lebih baik

daripada siswa yang mendapat pembelajaran Bahasa Indonesia dengan

pendekatan konvensional?

2. Bagaimana pencapaian kemampuan membaca kritis siswa yang mendapat

pembelajaran Bahasa Indonesia dengan model cooperative learning tipe

jigsaw dan konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

(13)

1. Mengetahui apakah kemampuan membaca kritis siswa yang mendapat

pembelajaran Bahasa Indonesia dengan model cooperative learning tipe

jigsaw lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran Bahasa

Indonesia dengan pendekatan konvensional.

2. Mengetahui pencapaian kemampuan membaca kritis siswa yang mendapat

pembelajaran Bahasa Indonesia dengan model cooperative learning tipe

jigsaw dan konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, dan sekolah

yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat dipakai untuk.

a. Memperluas wawasan dalam khasanah keilmuan pembelajaran Bahasa

Indonesia khususnya pembelajaran keterampilan membaca kritis;

b. Sebagai acuan pembelajaran keterampilan membaca kritis dengan

model pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan

(PAIKEM);

c. Sebagai acuan pembelajaran keterampilan membaca kritis dengan

penerapan model cooperative learning tipe jigsaw.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Memberikan kemudahan siswa dalam mengemukakan ide yang

mereka punya dalam kelompok jigsaw;

2) Meningkatnya keterampilan membaca kritis siswa;

3) Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga

siswa termotivasi dan merasa antusias dalam mengikuti pembelajaran.

b. Bagi guru

1) Meningkatnya kemampuan guru dalam mengatasi kendala

(14)

6

Siti Fatimah, 2013

2) Dapat mengembangkan pembelajaran keterampilan membaca kritis

dengan penggunaan model pembelajaran yang inovatif.

c. Bagi sekolah

1) Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi

pembelajaran bagi para guru lain dalam mengajarkan materi;

2) Kualitas hasil pembelajaran meningkat.

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan

pada teori, dan belum menggunakan fakta (Sugiyono, 2012:64).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak terdapat pengaruh penerapan model cooperative learning tipe jigsaw

terhadap keterampilan membaca kritis siswa.

Hi : Terdapat pengaruh penerapan model cooperative learning tipe jigsaw

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

eksperimen. Tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada

tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat

tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa

kelompok eksperimen dan menyediakan kontrol untuk perbandingan (Nazir,

1999:75). Dasar pertimbangan memilih metode kuantitatif quasi eksperimen

dalam penelitian ini adalah karena bertujuan untuk menguji suatu model dalam

kagiatan proses belajar mengajar sedangkan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

berangkat dari adanya permasalahan di lapangan sehingga harus segera ditemukan

pemecahannya.

Bentuk desain penelitian yang digunakan dalam dalam penelitian ini

adalah desain kelompok pretes-postes (pretest-posttest control group design) yang

mana kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara

random. Dasar pertimbangan dalam memilih desain ini adalah karena penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan berpikir kritis siswa yang

memperoleh pembelajaran bahasa indonesia melalui model kooperatif learning

tipe jigsaw dan siswa yang memperoleh pembelajaran bahasa indonesia melalui

pembelajaran ekspositori. Untuk lebih jelasnya desain yang digunakan dapat

dilihat dalam tabel sebagai berikut:

(Sugiyono, 2012: 79)

Gambar3.1 Desain Penelitian Kelompok Pretes-Postes

E O1 X O2

(16)

31

Siti Fatimah, 2013

Keterangan :

 E : Kelompok Eksperimen

 K : Kelompok Kontrol

 X : Perlakuan

 O1 dan O3 : Tes awal sebelum diberikan perlakuan

 O2 dan O4 :Tes setelah diberikan perlakuan terhadap kelompok

Secara Operasional desain penelitian ini dapat disusun sebagai berikut :

X : Pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw

Gambar 3.2 Desain Penelitian Secara Operasional

Keterangan :

 E : Kelompok Eksperimen

 K : Kelompok Kontrol

 X : Perlakuan Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Jigsaw

 T1 : Tes Awal (pretest)

 T2 : Tes Akhir (posttest)

B. VARIABEL PENELITIAN

Dalam penelitian ini, perlakuan yang diberikan adalah pembelajaran

melalui model kooperatif tipe jigsaw, sedangkan aspek yang diukurnya adalah

kemampuan berpikir siswa. Oleh karena itu, yang menjadi variabel bebas dalam

penelitian ini adalah pembelajaran dengan model kooperatif learning tipe jigsaw

dan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis. Siswa Kelas IV

E T1 K T1

(17)

C. POPULASI DAN SAMPEL

Teknik sampling yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

Purposive Sampling yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang

dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya (Sugiyono, 2012).

Dalam penelitian yang akan dilaksanakan, peneliti mempertimbangkan

lokasi penelitian dan karakter siswa dalam sekolah tersebut mendukung untuk

dilakukan penelitian. Yaitu SDN I Karangwangi Kecamatan Depok Kabupaten

Cirebon yang mempunyai dua rombel di kelas IV sehingga memungkinkan

peneliti melakukan penelitian di tempat tersebut.

Subjek penelitian terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Adapun yang menjadi kelompok eksperimen di sekolah ini adalah Kelas

IV A yang menggunakan model kooperatif tipe jigsaw dan Kelas IV B sebagai

kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Penentuan kelas yang menjadi kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol dalam penelitian ini ditentukan dengan memperhatikan hal-hal berikut :

1. Kedua kelas tersebut sama-sama belum memperoleh materi Membaca

Intensif.

2. Kedua kelas tersebut mempunyai nilai akademik yang hampir sama.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran variabel dalam

penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi operasional sebagai berikut :

1. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu bentuk pembelajaran didalam

kelas dengan cara mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil secara

heterogen untuk belajar secara bersama-sama dalam menyelesaikan tugas

kelompok, dimana setiap anggota saling bekerja sama dan membantu satu

sama lainnya. Model ini menekankan pada aspek sosial diantaranya nilai

gotong royong, saling percaya, kesediaan memberi dan saling menghargai

(18)

33

Siti Fatimah, 2013

Dalam penelitian ini menggunakan tipe jigsaw yaitu guru membagi siswa

kedalam kelompok (tiap kelompok beranggotakan 6 orang), memberi tugas

kelompok, dan bentuk pengerjaan tugasnya adalah guru memberi tanda agar

setiap 2 orang yang dalam masing-masing kelompok ‘bertamu’ kepada

kelompok lain, kemudian meminta 2 orang siswa mengemukakan pendapat

mereka kepada kelompok yang lain atas materi yang mereka dapat,

selanjutnya pasangan tersebut berdiskusi dengan pasangan lain dalam satu

kelompok sebelum akhirnya berdiskusi dengan kelompok lain didepan kelas.

2. Pembelajaran Konvensional adalah metode yang digunakan dalam proses

belajar mengajar tanpa menggunakan model atau media. Pembelajaran ini

menggunakan metode ceramah.

3. Kemampuan Berpikir Kritis adalah kemampuan seorang siswa dalam

mengkritisi materi atau bacaan sesuai dengan pemenuhan indikator

pencapaian kemampuan berpikir kritis tersebut.

4. Kelompok Eksperimen adalah kelompok yang menggunakan model

kooperatif learning tipe jigsaw pada kelas IV A dengan jumlah siswa 40

orang.

5. Kelompok Kontrol adalah kelompok pembanding terhadap kelompok

eksperimen, dalam hal ini menggunakan pembelajaran konvensional pada

kelas IV B dengan jumlah siswa 44 orang.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data yang dapat

menjawab setiap permasalahan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini,

instrumen yang digunakan adalah tes dan non tes, yaitu tes kemampuan berpikir

kritis siswa, lembar observasi dan jurnal harian siswa.

a. Instrumen Non Tes

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi,

dan jurnal harian siswa.

1. Lembar Observasi

Observasi ini dilakukan untuk melihat aktivitas guru dan aktivitas siswa

(19)

teramati oleh peneliti ketika penelitian berlangsung dapat ditemukan. Dan

selanjutnya dijadikan masukan-masukan bagi peneliti untuk melakukan

perbaikan-perbaikan pada pertemuan selanjutnya. Setiap pernyataan dalam lembar

observasi terdiri dari aktivitas guru dan siswa yang memuat guru dan siswa yang

memuat dua kategori ya dan tidak.

2. Jurnal Harian Siswa

Jurnal siswa berisi tentang pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan

pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pertemuan itu dan diberikan pada

setiap siswa pada akhir pembelajaran. Jurnal tersebut bertujuan untuk mengetahui

dan memperoleh gambaran mengenai tanggapan dan pendapat siswa terhadap

pembelajaran dengan model kooperatif tipe jigsaw.

b. Instrumen Tes

Instrumen tes dalam penelitian ini adalah tes tertulis kemampuan berpikir

kritis. Test tertulis berupa soal-soal bentuk uraian yang berkaitan dengan materi

pelajaran. Dalam penelitian ini ada dua tahap tes yang diberikan yaitu pretes dan

postes. Pretes adalah tes awal yang diberikan untuk melihat sejauh mana

kemampuan berpikir kritis siswa sebelum mendapatkan perlakuan. Sedangkan

postes adalah tes akhir yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir

kritis setelah mendapatkan perlakuan, sehingga dapat dilihat peningkatan

kemampuan berpikir kritis pada siswa.

Tipe soal yang digunakan adalah tipe soal uraian. Peneliti menggunakan

soal tipe uraian mempertimbangkan berbagai hal sebagai berikut:

1. Tipe tes soal uraian akan menimbulkan sikap kritis pada siswa dan hanya

siswa-siswa yang telah menguasai materi secara benar yang dapat

memberikan jawaban yang benar (Ruseffendi, 2005: 118).

2. Tes uraian memungkinkan peneliti melihat sejauh mana penguasaan konsep

dan kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Peneliti diharapkan mengetahui kesulitan yang dialami siswa serta kesalahan

(20)

35

Siti Fatimah, 2013

4. Terjadinya bias hasil evaluasi dapat dihindari, karena tidak ada sistem

tebakan atau untung-untungan seperti yang sering terjadi pada soal pilihan

ganda.

F. UJI VALIDITAS, RELIABILITAS, DAYA PEMBEDA DAN INDEKS

KESUKARAN

Instrumen penelitian yang baik tentu tetap harus memperhatikan kualitas

instrumen tersebut. Maka, kriteria yang harus dipenuhi diperhatikan diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Validitas Butir Soal

Definisi validitas diungkapkan oleh Sugiyono (2012: 267) yaitu derajat

ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat

dilaporkan oleh peneliti. Sedangkan menurut Suherman (2003: 102) validitas

yaitu suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut

mampu mengevaluasi apa yang harusnya dievaluasi. Hal senada diungkapkan

Ruseffendi (1994: 132) bahwa suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen itu

untuk maksud dan kelompok tertentu, mengukur apa yang semestinya diukur. Apabila derajat ketepatan mengukurnya benar, maka validitasnya tinggi”. Dengan demikian suatu alat evaluasi disebut valid jika alat tersebut dapat mengevaluasi

dengan tepat sesuatu yang dievaluasikan.

Cara menentukan tingkat validitas soal adalah dengan menghitung

koefisien korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan

alat ukur lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas

tinggi. Nilai rxy diartikan sebagai nilai koefisiensi korelasi dengan kriteria sebagai

berikut:

Tabel 3.1

Interpretasi Validitas Nilai rxy

Nilai Keterangan

0,90 ≤ rxy ≤ 1,00 Validitas Sangat Tinggi

0,70 ≤ rxy < 0,90 Validitas Tinggi

(21)

0,20 ≤ rxy < 0,40 Validitas Rendah

0,00 ≤ rxy < 0,20 Validitas Sangat Rendah

rxy 0,00 Tidak Valid

Koefisien validitas butir soal diperoleh dengan menggunakan rumus

korelasi product momen dengan angka kasar, yaitu dengan mencari korelasi antar

skor item dengan skor total. Rumus korelasi product momen dengan angka kasar

adalah sebagai berikut :

  

 

2 2

2

 

2

Y

Y

N

X

X

N

Y

X

XY

N

xy

r

(Arikunto, 2001:72) Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variable x dan y. dua variable yang dikorelasikan

N = jumlah siswa uji coba

X = skor tiap butir untuk tiap siswa uji coba

Y = skor total untuk tiap siswa uji coba

Untuk mengetahui valid tidaknya suatu butir soal, maka nilai rxy atau rhitung

dibandingkan dengan rtabel. Jika rhitung > rtabel maka soal tersebut dinyatakan valid.

Nilai rTabel untuk jumlah siswa uji coba 32 dengan tingkat kepercayaan 95 %

adalah 0,349.

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas, diperoleh hasil dari 15 soal

yang diujicobakan terdapat 8 butir soal valid dan 7 butir soal yang dinyatakan

tidak valid, seperti yang terlihat pada tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2

Hasil Uji Validitas Butir Soal

No rtabel Ket

1. 0.022 Invalid

(22)

37

Siti Fatimah, 2013

3. 0.498 Valid

4. 0.266 Invalid

5. 0.350 Valid

6. 0.631 Valid

7. 0.392 Valid

8. 0.697 Valid

9. 0.005 Invalid

10. 0.392 Valid

11. 0.199 Invalid

12. 0.048 Invalid

13. 0.162 Invalid

14. 0.393 Valid

15. 0.439 Valid

Hasil perhitungan uji validitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

C.1.

2. Reliabilitas Tes

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai suatu taraf kepercayaan yang tinggi

jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas

tes, berhubungan dengan masalah ketepatan hasil tes. Atau seandainya hasilnya

berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti (Arikunto,

2001:86). Untuk mencari besarnya reliabilitas digunakan rumus

Spearman-Brown:

 

n

r

nr

r

nn

1

1

(Arikunto, 2001:88)

Keterangan :

rnn = besar koefisien reliabilitas sesudah tes tersebut ditambah butir soal baru

(23)

r = besarnya koefisien reliabilitas sebelum butir-butir soalnya ditambah

tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat

digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J.P. Guilford (Suherman, 2003: 139)

sebagai berikut:

Tabel 3.3

Interpretasi Reliabilitas r11

Koefisien reliabilitas (r11) Keterangan

(r11) < 0,20 Reliabilitas sangat rendah

0,20 ≤ (r11) < 0,40 Reliabilitas rendah

0,40 ≤ (r11) < 0,70 Reliabilitas sedang

0,70 ≤ (r11) < 0,90 Reliabilitas tinggi

0,90 ≤ (r11) ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

Dari hasil analisis, diperoleh koefisien realibilitas instrumen ini adalah

sebesar 0,462. Berdasarkan klasifikasi koefisien realibilitas, instrumen tersebut

mempunyai tingkat realibilitas sedang, artinya instrumen ini layak untuk dijadikan

instrumen penelitian. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran C.2.

3. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa

yang berkemampuan tinggi dengan kemampuan rendah. Soal yang baik adalah

soal yang dapat dijawab benar oleh siswa yang berkemampuan tinggi saja.

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda adalah indeks

diskriminasi (D) dengan rumus :

JB

BB

JA

BA

D

Keterangan :

D = Indeks diskriminasi

(24)

39

Siti Fatimah, 2013

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

Tabel 3.4

Klasifikasi Daya Pembeda

Nilai D Keterangan

0,00 - 0,20

0,20 - 0,40

0,40 - 0,70

0,70 - 1,00

Jelek

Cukup

Baik

Baik Sekali

(Arikunto, 2001:218)

Berikut ini merupakan hasil perhitungan daya pembeda untuk setiap butir

soal untuk tes kemampuan berpikir kritis siswa.

Tabel 3.5

Hasil Perhitungan dan Interpretasi Daya Pembeda Butir Tes

Kemampuan Membaca Kritis Siswa

No. Soal Daya Pembeda Interpretasi

1. 0.4375 Baik

2. 0.125 Jelek

3. 0.625 Baik

4. 0.4375 Baik

5. 0.4375 Baik

6. 0.5625 Baik

(25)

8. 0.0625 Jelek

9. 0.375 Cukup

10. 0.75 Baik sekali

11. 0.5625 Baik

12. 0 Jelek

13. -0.25 Jelek

14. 0.3125 Cukup

15. 0.375 Cukup

Untuk melihat hasil perhitungan daya pembeda tiap butir soal

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.3.

4. Indeks Kesukaran

Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang

disebut indeks kesukaran (Difficulty Index). Bilangan yang menunjukkan sukar

dan mudahnya sebuah soal disebut indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran

antara 0,00 – 1,00. indeks kesukaran 0,00 menunjukkan soal itu terlalu sukar,

sebaliknya indeks kesukaran 1,00 menunjukkan soal itu terlalu mudah. Dalam

evaluasi, indeks kesukaran diberi simbol P atau singkatan dari proporsi dengan

rumus sebagai berikut :

J

B

P

Keterangan :

P = Tingkat kesukaran

B = Jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut

J = Jumlah siswa yang mengikuti tes

Tabel 3.6

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Keterangan

(26)

41

Siti Fatimah, 2013

0,30 – 0,70

0,70 – 1,00

Sedang

Mudah

(Arikunto, 2001:210)

Hasil perhitungan indeks kesukaran interpretasinya untuk tiap butir tes

kemampuan berpikir kritis siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Hasil Perhitungan dan Interpretasi Indeks Kesukaran Butir Tes

Kemampuan Membaca Kritis Siswa

No. Soal Tingkat Kesukaran (%) Interpretasi

1. 75.93 Mudah

2. 74.07 Mudah

3. 74.07 Mudah

4. 62.96 Sedang

5. 62.96 Sedang

6. 57.91 Sedang

7. 48.15 Sedang

8. 44.44 Sedang

9. 37.04 Sedang

10. 48.15 Sedang

11. 38.89 Sedang

12. 44.44 Sedang

13. 42.59 Sedang

14. 55.56 Sedang

15. 42.59 Sedang

Berdasarkan tabel di atas, beberapa soal instrumen yang telah valid

tersebut dipakai sebagai soal untuk tes awal(pretes) dan tes akhir(postes) dalam

(27)

G. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilaksanakan dalam menerapkan desain penelitian ini

adalah :

1. Menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

2. Mengadakan Pre Test (tes awal) pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol.

3. Mempertahankan semua kondisi kedua kelompok agar tetap.

4. Memberikan perlakuan pengajaran pada masing-masing kelompok.

5. Mengadakan Post Test (tes akhir) pada masing-masing kelompok untuk

mengetahui pengaruh dari perlakuan pengajaran yang telah diberikan.

Penelitian ini dikelompokkan dalam empat tahap, yaitu: tahap persiapan,

tahan pelaksanaan, tahap pengolahan data, dan tahap pembuatan kesimpulan.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, dilakukan beberapa persiapan sebelum melaksanakan

penelitian, yaitu:

a. Mengidentifikasi masalah yang akan diteliti dengan berkonsultasi kepada

dosen pembimbing, kemudian dirumuskan permasalahan. Selanjutnya dikaji

berbagai literatur sebagai sumber yang mendukung perumusan masalah dan

sebagai pijakan dalam menentukan hipotesis serta untuk menentukan model

dan desain penelitian.

b. Hasil pengkajian dan konsultasi dengan dosen pembimbing dituangkan pada

proposal penelitian kemudian diseminarkan dengan tujuan mendapatkan

masukan-masukan dan memperoleh informasi apakah penelitian tersebut

layak untuk dilaksanakan atau tidak.

c. Penyusunan instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian. Dalam

penyusunan instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian dilakukan

bimbingan dengan dosen pembimbing skripsi untuk mendapatkan instrumen

penelitian yang tepat dan baik.

d. Uji coba instrumen tes. Sebelum instrumen tes kemampuan berpikir kritis

(28)

43

Siti Fatimah, 2013

mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran tiap

butir soal yang ada.

e. Merevisi instrumen berdasarkan uji coba yang telah dilaksanakan.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Melakukan konsultasi dengan guru bidang studi/guru kelas untuk menentukan

siswa yang akan digunakan sebagai sampel dalam penelitian

b. Setelah memperoleh siswa yang akan dijadikan sampel yang akan menjadi

penelitian, dilakukan pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

c. Melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen dilakukan observasi pada

saat pembelajaran berlangsung.

d. Pada saat pembelajaran, aktivitas pembelajaran diobservasi oleh observer.

e. Untuk mendapatkan komentar dan pendapat siswa tentang pembelajaran

dengan model kooperatif tipe jigsaw, setiap akhir pembelajaran dilakukan

pengisian jurnal oleh siswa.

f. Setelah pembelajaran berakhir secara keseluruhan, dilaksanakan tes

kemampuan berpikir kritis siswa untuk kedua kelas sampel.

g. Dilakukan pengisian angket oleh siswa di kelas eksperimen.

3. Tahap Analisis dan Penyusunan Data Hasil Penelitian

Analisis data dan pembahasan yang dilakukan adalah pengumpulan data

kualitatif dan kuantitatif, penganalisisan dan pembahasan hasil data kuantitatif

berupa pretes dan postes kemampuan berpikir kritis siswa dari kedua kelas.

Kemudian penganalisisan dan pembahasan data kualitatif berupa hasil angket

(skala sikap), jurnal siswa dan lembar observasi.

4. Tahap Pembuatan Kesimpulan

Pemberian skor menggunakan pedoman penskoran yang diadopsi dan

dimodifikasi dari pendapat Mertler.

H. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan

informasi yang diinginkan.

Untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan pengolahan data terhadap

(29)

untuk mengetahui hasil belajar siswa, sedangkan perhitungan gain dimaksudkan

untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap kemampuan

berpikir kritis siswa.

Langkah-langkah yang digunakan dalam analisis data hasil penelitian

terdiri dari :

a. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui data dari masing-masing kelompok

sampel berdistribusi normal atau tidak. Data-data yang diuji adalah data pretes

dan postes kelas eksperimen dan kontrol, gain kelas kontrol dan eksperimen.

Dalam uji normalitas ini digunakan uji Shapiro-Wilk.

Jika data berasal dari distribusi yang normal maka, analisa data dilanjutkan

dengan uji homogenitas varians untuk menentukan uji parametik yang sesuai.

Namun, jika data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka,

tidak dilanjutkan uji homogenitas varians tetapi langsung dilakukan uji kesamaan

dua rata-rata yaitu dengan menggunkaan Mann Whitney U.

b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dilakukan jika data yang diolah berdistribusi

normal. Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah variansi populasi

data yang diuji memiliki variansi yang homogen atau tidak. Untuk menguji

homogenitas varians digunakan uji Lavene’s Test dengan mengambil taraf kepercayaan 95%.

c. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Uji kesamaan dua rata-rata yang dilakukan yaitu untuk menguji apakah

terdapat perbedaan rata-rata (means) pretes dan postes antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol. Uji kesamaan dua rata-rata terhadap skor pretes dilakukan

dengan menggunkaan uji dua pihak dan uji kesamaan dua rata-rata terhadap skor

pretes dilakukan dengan menggunakan uji satu pihak.

Jika data yang telah berdistribusi normal dan homogem, maka dilakukan

pengujian kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji-t. Sedangkan untuk

data yang berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka dilakukan pengujian

(30)

60

Siti Fatimah, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pencapaian

kemampuan membaca kritis siswa dengan menerapkan model cooperative

learning tipe jigsaw diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan membaca kritis siswa yang mendapat pembelajaran dengan

model cooperative learning tipe jigsaw lebih baik dibandingkan dengan siswa

yang mendapat pembelajaran secara konvensional.

2. Kualitas pencapaian kemampuan membaca kritis siswa yang mendapat

pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw dan

pembelajaran secara konvensional termasuk dalam kategori sedang.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh maka,

beberapa saran yang dapat dikemukakan diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi guru diharapkan dapat menerapkan pembelajaran Bahasa Indonesia

dalam materi membaca intensif menggunkaan model cooperative learning

tipe jigsaw sebagai alternatif pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas karena

dapat membantu siswa mengungkapkan ide atau pikiran mereka sehingga

mampu memahami materi dengan baik.

2. Pencapaian kemampuan membaca kritis siswa dengan menggunakan model

cooperative learning tipe jigsaw ini memiliki kategori sedang sehingga, untuk

pencapaian kategori tinggi diperlukan upaya lebih lanjut untuk

mengoptimalkan pembelajaran ini yaitu dengan manajemen waktu yang baik,

sikap guru yang tekun dan sabar dalam membimbing siswa serta lingkungan

belajar yang menyenangkan agar tidak terjadi kejenuhan selama proses

(31)

3. Untuk mengurangi kelemahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal

membaca kritis sebaiknya guru selalu memberi permasalahan membaca kritis

untuk dikerjakan di rumah secara individu maupun kelompok yang

selanjutnya dibahas bersama.

4. Model pembelajaran ini dapat diujicobakan pada materi lain yang sesuai serta

tingkat dan kondisi berbeda karena dapat membuat siswa menjadi lebih aktif

(32)

62

Siti Fatimah, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Apriliyanti, Ike Dewi. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran

Cooperative Learning Type Jigsaw Terhadap Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa. Skripsi FPEB UPI: tidak diterbitkan.

Arends, R. I. (1997). Classroom Instruction and Management. New York:

McGraw.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Aulia, Tuti Putri. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD. Skripsi PGSD UPI: tidak

diterbitkan.

Depdiknas. 2003. UUSPN. Jakarta: Kemdiknas.

Devi, Poppy. Et all. 2007. Model pembelajaran kooperatif. Bandung: Departemen

Pendidikan Nasional.

Didi Sutardi, dkk. 2007. Pembaharuan dalam PBMSD. Bandung: Upi Press.

Ennis, Robert H. 1962. A Concept of Critical Thinking. Harvard Educational

Review, Vol 32 (1), 81-111.

_______. (1996). Critical Thinking. USA: Prentice Hall, Inc.

Fitria, R. 2010. Pengaruh Pembelajaran Melalui Strategi Heuristik Terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung:

(33)

Hassoubah, Z.I. (2007). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa.

Ibrahim, M. Et, all.2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri

Surabaya Press.

Ibrahim, R dan Nana Syaodih. 2002. Model Pembelajaran. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Lie, Anita. (2007). Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo

Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Ghaliah Indonesia

Nurbayinah, Risa Siti. 2010. Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Pecahan di

Kelas IV SD. Skripsi PGSD FIP UPI: tidak diterbitkan

Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.

Malang: Universitas Negeri Malang

.Pritasari, Ajeng Desi Crisandi. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

(GI). Skripsi PFMIPA UNJ: tidak diterbitkan.

Redhana, I. W. 2003. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dengan

strategi pemecahan masalah jurnal pendidikan dan pengajaran.

Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Rismawati, Erma. 2009. Penggunan Model Inkuiri untuk Meningkatkan Berpikir

Kritis Siswa. Skripsi PGSD FIP UPI: Tidak diterbitkan

Runisah. 2008. Penggunaan SQ3R dalam Pembelajaran Matematika untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa SMP.

(34)

64

Siti Fatimah, 2013

Ruseffendi, E.T . 1994. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non

Eksakta Lainnya. Semarang:IKIP Press.

________ . 2005. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta

Lainnya. Bandung: Tarsito

Slavin dan Robert E. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Teori, Riset dan Praktik.

Bandung : Nusa Media

Sofia, E. 2005. Studi Tentang Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Tipe

Permainan untuk Meningkatkan Pemahaman Matematik dan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung:

tidak diterbitkan

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Suherman, E. dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:

FPMIPA UPI

Suriasumantri, J. S. (1984). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Uduy, Dahlan. 2011. Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri untuk

Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SD. Skripsi PGSD FIP

UPI: tidak diterbitkan.

Yuliani, Nitia. 2012. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui

Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share di SD. Skripsi

Gambar

Gambar 3.2 Desain Penelitian Secara Operasional  ...........................................
Gambar 3.2 Desain Penelitian Secara Operasional
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Butir Soal
Interpretasi Reliabilitas rTabel 3.3 11
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) keterampilan siswa dalam membaca teks bahasa Jerman sebelum menggunakan model pembelajaran cooperative learning

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN SEJARAH1. (Studi Situs di SMA Batik

Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dan tipe Jigsaw terhadap hasil

Sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Dan Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar

Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran membaca pemahaman menggunakan model cooperative learning yang dilaksanakan pada siswa kelas V

Kesimpulan dari penelitian tindakan kelas ini adalah dengan menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw prosentase hasil belajar dari tiap siklus

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara hasil belajar siswa menggunakan metode pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw

Setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam proses pembelajaran keterampilan membaca pema- haman maka nilai siswa mengalami peningkatan pada