PROPOSAL KEGIATAN
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Urban Farming sebagai Usaha Ketahanan Pangan Kota
Berkonsep Food Oriented Development dan Pengaman Sosial Lokal di Masa Pandemi
TIM PELAKSANA
Rr. Diana Ayudya, ST. MT. NIDN: 0321078105 (Ketua) Mona Anggiani, ST. MT. NIDN: 0314038101 (Anggota)
BIDANG ILMUARSITEKTUR UNIVERSITAS MERCU BUANA
LEMBAR PENGESAHAN 1 a. Judul Proposal PPM
b. Judul Penelitian Terdahulu
:
:
Urban Farming sebagai Usaha Ketahanan Pangan Kota Berkonsep Food Oriented Development dan Pengaman Sosial Lokal di Masa Pandemi
2 Ketua Pelaksana :
a. NamaLengkap : Rr. Diana Ayudya, ST. MT.
b. NIDN : 0321078105
c. Jabatan Fungsional : Tenaga Pengajar d. Fakultas/Program Studi : Teknik Arsitektur
e. Nomor HP : 08112000620
f. Alamat surel (e-mail) : [email protected]
3 Anggota Tim Pengusul
a. Jumlah Anggota : 1 (satu) dosen
b. Nama Anggota : Mona Anggiani, ST. MT (NIDN: 0314038101)
4 Mahasiswa
a. Jumlah Mahasiswa : 2 (dua) mahasiswa
b. Nama Mahasiswa : Dody Anggoro Sakti
Raehand S. N.
c. NIM Mahasiswa : 41218210001
41218210012
5 Lokasi Kegiatan
a. Wilayah kegiatan : Kampung raden, RT. 04 / RW. 02 Kelurahan Jatiraden
b. Kabupaten/Kota : Bekasi
c. Propinsi : Jawa Barat
d. Jarak ke lokasi kegiatan (km) : 1 km
6 Luaran yang dihasilkan : Produk Urban Farming
7 Jangka Waktu : 5 Bulan
8 Biaya yang diperlukan : Rp.3.500.000,- a. Sumber dari PPM UMB : Rp.3.500.000,-
b. Sumber lain : -
c. Jumlah : Rp.3.500.000,-
Jakarta, 2 November 2020 Mengetahui,
Ketua Kelompok PkM Ketua Pelaksana
(Dr. Ir. Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT.) (Rr. Diana Ayudya, ST. MT.) NIK: 113720381 NIDN: 0321078105
Menyetujui,
Dekan/DirekturFakultas Kepala Pusat PPM
(Dr. Ir. Mawardi Amin, M.T.) (Dr. Inge Hutagalung, M.Si) NIP/NIK: 192670076 NIP/NIK:113590380
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL i HALAMAN PENGESAHAN 2 DAFTAR ISI 3 DAFTAR GAMBAR 4 DAFTAR TABEL 4 RINGKASAN PROPOSAL 5 BAB I PENDAHULUAN 6 1.1. Analisis Situasi 6 1.2. Permasalahan Mitra 15
BAB II SOLUSI DAN TARGET LUARAN 16
2.1. Solusi 16
2.2. Target Luaran 17
BAB III METODE PELAKSANAAN 18
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 19
4.1. Biaya Kegiatan 19
4.2. Jadwal Kegiatan 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 21
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul 21 Lampiran 2. Gambaran Iptek yang akan dilaksanakan pada Mitra 26
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sistem Vertikultur 11
Gambar 2. Sistem Hidroponik 12
Gambar 3. Sistem Vertiminaponik 13
Gambar 4. Sistem Wall Gardening 13
Gambar 5. Peta Lokasi Mitra 14
Gambar 6. Situasi Lokasi Mitra 14
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rencana Target Capaian Luaran 17
Tabel 2. Rencana Anggaran Biaya Program Kegiatan PPM yang Diajukan 19
RINGKASAN PROPOSAL
Ketahanan pangan menjadi salah satu isu menarik di Perkotaan. Penduduk kota seharusnya tidak selamanya bergantung pada pedesaan dalam pemenuhan kebutuhan pangannya. Namun masifnya pembangunan perkotaan menyebabkan berkurangnya lahan pertanian dan ruang terbuka hijau yang kemudian mempengaruhi kestabilan ekosistem lingkungan. Luas wilayah kota yang terbatas menyebabkan konsep pertanian tradisional sangat sulit dilakukan di kawasan perkotaan. Sementara itu konversi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan non pertanian hampir tidak bisa dibendung sejalan dengan perkembangan kebutuhan warga kota.
FOD (Food Oriented Development) merupakan konsep pembangunan perkotaan yang mampu menjadikan kota sebagai penyedia pangan bagi warganya secara berkelanjutan. Konsep tersebut mempertimbangkan aspek ketahanan pangan selain juga mempertimbangkan sosial ekonomi dalam pembangunan fisik perkotaan. Salah satu perwujudan dari FOD adalah urban farming yang dilihat sebagai hal yang mampu menciptakan ketahanan pangan.
Konsep urban farming hadir dan menawarkan solusi dengan menciptakan dan mengelola lahan terbuka di tengah padatnya bangunan dan permukiman perkotaan. Urban farming dapat mengelola dan merubah wilayah perkotaan menjadi lingkungan yang lebih nyaman dan lebih sehat untuk ditinggali. Selain mendekatkan diri dengan alam, urban farming juga dapat merekatkan hubungan sosial antar para penggiatnya. Saat urban farming diterapkan dalam lingkungan bertetangga, urban farming dapat menguatkan rasa kebersamaan dan menciptakan budaya gotong royong dalam lingkungan masyarakat kota, khususnya lingkungan permukiman kota. Tidak hanya sekedar kegiatan pemberdayaan masyarakat, urban farming juga dapat menunjang kondisi ekonomi masyarakat itu sendiri melalui pemasaran hasil panennya.
Di tengah pandemi Covid-19 trend urban farming di perkotaan semakin marak. Dengan melakukan aktivitas urban farming, masyarakat mendapat ketersediaan sayuran sebagai sumber nutrisi sehat, mengurangi impor sayuran, menghijaukan lingkungan, dan membantu mengurangi dampak pemanasan global. Pemahaman yang lebih mendalam dan meluas mengenai urban farming mengantarkan konsep ini tidak lagi sekadar gaya hidup perkotaan tapi meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kualitas makanan, gizi, kesehatan dan lingkungan sekitar. Di situasi krisis dan di tengah keterbatasan anggaran pemerintah, urban farming tepat dikembangkan sebagai suatu bentuk jaminan sosial lokal.
Target luaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah publikasi ilmiah pada jurnal ber ISSN, peningkatan penerapan iptek di masyarakat, perbaikan tata nilai masyarakat, dan jasa, rekayasa sosial, metode atau sistem, produk/barang.
Metode kegiatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan sosisalisasi kepada kelompok masyarakat mengenai manfaat dan cara pelaksanaan konsep Urban Farming dilanjutkan dengan melakukan pendampingan dalam membuat sebuah kebun berkonsep urban farming sebagai percontohan untuk masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Analisis Situasi
1.1.1. FOD dan Isu Ketahanan Pangan Kota
Ketahanan pangan menjadi salah satu isu yang cukup menarik di Indonesia, terlebih dengan label ‘Negara Agraris’ yang sudah sangat akrab di telinga kita sebagai warga negara. Kenyataannya, pangan justru menjadi sesuatu yang semakin lama semakin tidak bisa diswasembadakan terutama dalam produk pertanian, khususnya di perkotaan.
Penduduk kota yang dikenal mandiri seharusnya juga sudah cukup mandiri dalam hal penyediaan pangan, tidak selamanya dapat bergantung pada pedesaan dalam pemenuhan kebutuhan pangannya. Semakin meluasnya perkotaan yang tumbuh di Indonesia menyebabkan berkurangnya lahan pertanian, belum lagi persoalan kepemilikan lahan pertanian. Petani Indonesia rata-rata hanya menggarap sawah seluas 0,3 hektar, jauh dari ideal yaitu sekitar dua hektar (www.itb.ac.id). Ketidakcukupan pasokan pangan domestik membuat Indonesia harus terus mengimpor, seringkali sampai terjadi kelangkaan. Pasokan pangan oleh domestik yang belum mampu memenuhi permintaan pasar, mengakibatkan Indonesia terus-menerus melakukan kegiatan impor dan tidak jarang menimbulkan kelangkaan pangan.
Pada umumnya, kegiatan pertanian dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ataupun meningkatkan pendapatan melalui produksi bahan pangan yang dapat dikonsumsi, maupun sebagai tujuan rekreasi maupun relaksasi. Namun seiring dengan terdegradasinya lahan di perkotaan akibat relokasi sumber daya lahan untuk mendukungi populasi perkotaan yang kian meningkat, mendorong masyarakat untuk mengembangkan pertanian alternatif di perkotaan dalam bentuk mulai dari pertanian rumahan dalam skala kecil, hingga pertanian modern dengan teknologi yang mampu menghasilkan produk dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi permintaan masyarakat perkotaan akan pangan.
Salah satu yang menyebabkan menurunnya kualitas hidup masyarakat perkotaan adalah berbagai permasalahan yang ditemukan di perkotaan adalah berkurangnya ruang terbuka hijau karena masifnya pembangunan yang kemudian mempengaruhi kestabilan ekosistem lingkungan dan meningkatkan polusi yang berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat perkotaan. Keterbatasan ruang terbuka hijau ini juga terjadi di permukiman
perkotaan, khususnya permukiman padat perkotaan dimana ruang terbuka hijau susah ditemukan. Kalaupun ada lahan kosong, cenderung terbengkalai dan tidak terurus karena terbatasnya tingkat kepedulian masyarakat terhadap ruang terbuka hijau. Walaupun sebenarnya tidak bisa dipungkiri, kebutuhan ruang terbuka hijau masih sangat diperlukan di kehidupan perkotaan untuk menyeimbangkan antara lahan terbangun dengan lahan yang tidak terbangun dan juga untuk menjalankan fungsi ruang terbuka hijau dalam menjaga kestabilan ekosistem lingkungan seperti mengurangi polusi dan suhu yang panas, menambah estetika lingkungan binaan dan fungsi-fungsi lain yang dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat seperti tempat bersosialisasi untuk mengerjakan sesuatu yang positif dan produktif bagi masyarakat.
Dilihat dari sudut pandang tata ruang, Natalivan (2012) menyebutkan bahwa kecilnya indeks ketahanan pangan dilihat dari indikasi berkurangnya lahan pertanian. Penduduk perkotaan yang cenderung meningkat setiap tahunnya diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk di perkotaan maupun urbanisasi yang sulit dikendalikan. Penduduk perkotaan memerlukan lahan sebagai wadah aktivitasnya yang heterogen, namun bukan aktivitas pertanian sehingga menyebabkan berubahnya guna lahan. Perubahan guna lahan tersebut rata-rata mengubah lahan pertanian menjadi lahan industri, komersial, maupun permukiman.
FOD (Food Oriented Development) merupakan konsep pembangunan perkotaan yang digagas oleh Natalivan (2012) yang mampu menjadikan kota sebagai penyedia pangan bagi warganya secara berkelanjutan. Konsep tersebut mempertimbangkan aspek ketahanan pangan selain juga mempertimbangkan sosial ekonomi dalam pembangunan fisik perkotaan. Salah satu perwujudan dari FOD adalah bertani di perkotaan atau biasa disebut urban farming yang dilihat sebagai hal yang mampu menciptakan ketahanan pangan.
Menurut FAO, urban farming merupakan sebuah industri yang memproduksi, memproses, dan memasarkan produk dan bahan bakar nabati, terutama dalam menanggapi permintaan harian konsumen di dalam perkotaan, yang menerapkan metode produksi intensif, memanfaatkan dan mendaur ulang sumber daya dan limbah perkotaan untuk menghasilkan beragam tanaman dan hewan ternak.
Urban farming adalah suatu aktivitas pertanian di dalam atau di sekitar perkotaan yang melibatkan ketrampilan, keahlian dan inovasi dalam budidaya dan pengolahan makanan. Hal utama yang menyebabkan munculnya aktivitas ini adalah upaya
memberikan kontribusi pada ketahanan pangan, menambah penghasilan masyarakat sekitar juga sebagai sarana rekreasi dan hobi. Definisi Urban Farming sendiri menurut Bailkey (2011) adalah Rantai industri yang memproduksi, memproses dan menjual makanan dan energi untuk memenuhi kebutuhan konsumen kota. Semua kegiatan dilakukan dengan metoda using dan re-using sumber alam dan limbah perkotaan.
Selain itu, urban farming ini pun melahirkan berbagai gerakan lokal seperti "foodies", "locavores", "organic growers" dan sebagainya yang berfungsi sebagai sarana berbagi informasi dan fasilitas jual beli produk dari urban farming, sehingga mendatangkan penghasilan, mengurangi risiko pestisida dan bahan kimia berlebih dalam konsumsi masyarakat, hingga meningkatkan ketahanan pangan. Karena urban farming dapat memperpendek jarak antara produsen dan konsumen sehingga bahan pengawet dan proses tambahan tidak dibutuhkan. Hal ini membuat konsumen mendapatkan jaminan bahan pangan yang didapatkan begitu segar.
Urban farming menawarkan solusi pada permasalahan perkotaan di atas dengan menciptakan ruang terbuka hijau melalui pengelolaan lahan terbuka di tengah padatnya bangunan dan permukiman perkotaan. Urban farming dapat mengelola dan merubah wilayah perkotaan menjadi lingkungan yang lebih nyaman dan lebih sehat untuk ditinggali. Urban farming juga dapat merekatkan hubungan sosial antar para penggiatnya. Saat urban farming diterapkan dalam lingkungan bertetangga, urban farming dapat menguatkan rasa kebersamaan dan menciptakan budaya gotong royong dalam lingkungan masyarakat kota, khususnya lingkungan permukiman kota yang interaksi masyarakatnya cenderung tidak terlalu tinggi. Tidak hanya sekedar kegiatan pemberdayaan masyarakat, urban farming juga dapat menunjang kondisi ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan langsung dan pemasaran hasil panennya.
Selain dapat menjawab isu ketahanan pangan, urban farming sebenarnya dapat memancing hadirnya kegiatan ekowisata. Keragaman tanaman yang dibudidayakan di sebuah kawasan di perkotaan akan menarik masyarakat di sekitar maupun di luar kawasan untuk mengunjungi sebagai sarana rekreasi.
Urban farming telah terbukti berhasil di negara-negara maju yang bahkan lahan pertaniannya lebih sedikit dari Indonesia. Contohnya adalah Kanada dan Inggris yang telah menyisipkan urban farming di dalam peraturan dan perencanaan ruang kotanya. Keberhasilan tersebut bermula dari krisis ekonomi yang menyebabkan kesulitan pangan.
Sehingga pada masa itu timbul inovasi untuk mengembangkan pertanian di kawasan perkotaan.
Selain di negara-negara maju, urban farming sudah mulai menjadi trend di kota-kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta. Berbagai komunitas dan penggiat urban farming telah lahir untuk menginisiasi kegiatan-kegiatan positif yaitu memanfaatkan ruang terbuka menjadi lahan hijau produktif. Urban Farming atau sering pula disebut dengan pertanian perkotaan merupakan suatu kegiatan yang memanfaatkan baik lahan maupun ruang untuk memproduksi hasil pertanian di wilayah perkotaan. (Mayasari, 2016).
1.1.2. Urban Farming di Masa Pandemi
Di tengah pandemi Covid-19 trend urban farming ini semakin marak, terutama bagi masyarakat perkotaan. Dengan melakukan aktivitas urban farming, masyarakat mendapat ketersediaan sayuran sebagai sumber nutrisi sehat, mengurangi impor sayuran, menghijaukan lingkungan, dan membantu mengurangi dampak pemanasan global. Pemahaman yang lebih mendalam dan meluas mengenai urban farming mengantarkan konsep ini tidak lagi sekadar gaya hidup perkotaan tapi meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kualitas makanan, gizi, kesehatan dan lingkungan sekitar.
Di situasi krisis dan di tengah keterbatasan anggaran pemerintah, urban farming tepat dikembangkan sebagai suatu bentuk jaminan sosial lokal. Model-model pengembangan hidroponik dan akuaponik yang bahkan tidak membutuhkan tanah sebagai media tanam, bisa dilakukan dengan menaman berbagai macam tanaman yang bisa menjadi sumber-sumber ketahanan pangan (Mayasari, 2016). Ada banyak manfaat yang didapat dari konsep kedaulatan pangan di antaranya mencukupi kebutuhan pangan, dalam hal ini sayuran dari kebun sendiri, sehingga bisa menghemat pengeluaran dan terjamin kualitas produksinya. Selain itu, membangun solidaritas sosial dengan masyarakat sekitar yang membutuhkan untuk bersama-sama melalui krisis yang membayang di depan mata. Dan tentunya jangka waktu ke depannya kalau ada kelebihan produksi bisa menjadi penghasilan tambahan buat masyarakat.
Menurut Mayasari (2016), pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian di permukiman perkotaan dapat menjadi solusi alternatif dalam penyediaan pangan sehat bagi keluarga. Manfaat yang diperoleh dengan mengelola lahan untuk kegiatan pertanian akan sangat dirasakan warga masyarakat. Kemudahan dalam penyediaan pangan sehat
merupakan salah satu manfaat. Berbagai macam sayuran seperti Bayam, Kangkung, Sawi, Selada, Pakchoy, Kemangi serta Umbi-umbian seperti Ubi, Ketela, Singkong, dan Talas menjadi produk pertanian yang mudah dan murah untuk diakses oleh warga. Selain itu manfaat yang juga akan dirasakan langsung adalah pengurangan pengeluaran untuk belanja kebutuhan dapur, dan bahkan menambah pendapatan bagi yang mengusahakannya, karena hasil panen dapat dijual kepada warga sekitar. Manfaat lain adalah lingkungan menjadi hijau, sehat, asri serta menambah estetika.
Dalam studinya, Farming Inside Cities: Entrepeneurial Urban Agriculture in the United States, Kauffman dan Bailkey (2000) mencatat beberapa manfaat dari urban farming, yaitu
a. Mengisi lahan-lahan kosong yang tidak produktif sehingga bisa memberikan nilai tambah pada perekonomian kota
b. Meningkatkan citra positif publik, khususnya dalam relasi antar masyarakat perkotaan
c. Meningkatkan lahan hijau dalam wilayah kota
d. Memberikan kesempatan bagi rumah tangga yang berpenghasilan rendah (low-income households) untuk bisa mengkonsumsi produk pangan yang berkualitas baik dan mengandung nilai nutrisi tinggi, dengan harga yang terjangkau
Adapun model-model urban farming menurut Anggraeni (2016) sebagai berikut: a. Memanfaatkan lahan tidur dan lahan kritis
b. Memanfaatkan ruang terbuka hijau (privat dan publik) c. Mengoptimalkan kebun sekitar rumah
d. Menggunakan ruang (vertikultur)
Dengan urban farming, masyarakat perkotaan dapat memanfaatkan lahan-lahan di lingkungan rumahnya yang tidak produktif, seperti lahan-lahan kosong dan lahan-lahan sisa bangunan menjadi lahan perkebunan produktif. Urban farming dapat menjadi kegiatan alternatif masyarakat perkotaan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ruang terbuka di tengah hedonisme perkotaan.
Penerapan urban farming dalam skala kecil tidaklah sulit. Hambatan mengenai lahan yang terbatas sebenarnya dapat diakali dengan teknik budidaya menggunakan polibag ataupun menerapkan penanaman secara vertical yang memang menghabiskan lahan yang tidak banyak. Barang-barang bekas yang tidak terpakai seperti misalnya botol minuman, kaleng-kaleng susu, dan lain-lain juga dapat dimanfaatkan sebagai media untuk menanam tanaman pangan. Kesulitan mendapatkan pupuk bagi tanaman, juga
bukan alasan untuk mengurungkan niat menerapkan urban farming ini. Memanfaatkan sampah-sampah rumah tangga, sampah di halaman, limbah dapur, sisa makanan dapat dijadikan pupuk bagi tanaman dengan proses pengomposan yang sederhana.
1.1.3. Metode Urban Farming yang Bisa Diterapkan di Permukiman Kota
Mayasari (2016) mengatakan bahwa introduksi inovasi teknologi pertanian perkotaan yang telah dilakukan oleh BPTP Jakarta mencakup sub sistem budidaya, sub sistem peternakan, sub sistem perikanan dan sub sistem komposting, sehingga pertanian perkotaan ke depannya tidak hanya berkaitan dengan sub sistem budidaya tanaman saja, tetapi nantinya akan dikembangkan secara holistik. Hal ini bukanlah tidak mungkin, mengingat di wilayah perkotaan terdapat sumber daya yang mendukung, meskipun perlu sentuhan teknologi dikarenakan di wilayah perkotaan mempunyai karakteristik yang khas baik dari segi sumber daya manusia maupun sumber daya alamnya.
Sub Sistem Budaya, merupakan segala kegiatan yang berhubungan dengan cara memproduksi tanaman dengan berbagai teknik, meliputi:
a. Vertikultur. Teknis budidaya secara vertikal atau disebut dengan sistem vertikultur, merupakan salah satu strategi untuk mensiasati keterbatasan lahan, terutama dalam rumah tangga. Vertikultur ini sangat sesuai untuk sayuran seperti bayam, kangkung, kucai, sawi, selada, kenikir, seledri, dan sayuran daun lainnya. Namun demikian, untuk budidaya vertikultur yang menggunakan wadah talang/ paralon, bamboo kurang sesuai untuk sayuran buah seperti cabai, terong, tomat, pare dan lainnya. Hal ini disebabkan dangkalnya wadah pertanaman sehingga tidak cukup kuat menahan tumbuh tegak tanaman.
b. Hidroponik. Hidroponik berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam. Berdasarkan media tumbuh yang digunakan, hidroponik dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu a) kultur air yakni hidroponik yang dilakukan dengan menumbuhkan tanaman dalam media tertentu yang dibagian dasar terdapat larutan hara, sehingga ujung akar tanaman akan menyentuh laruan yang mengandung nutrisi tersebut, b) hidroponik kultur agregat, yaitu metode hidroponik yang dilakukan dengan menggunakan media tanam berupa kerikil, pasir, arang sekam pasi, dan lain-lain. Pemberian hara dilakukan dengan cara mengairi media tanam atau dengan cara menyiapkan larutan hara dalam tangki lalu dialirkan ke tanaman melalui selang plastik, dan c) Nutrient Film Technique (NFT) adalah metode hidroponik yang dilakukan dengan cara menanam tanaman dalam selokan panjang yang sempit yang dialiri air yang mengandung larutan hara. Maka di sekitar akar akan terbentuk film (lapisan tipis) sebagai makanan tanaman tersebut.
Gambar 2. Sistem Hidroponik
c. Aquaponik dan Vertiminaponik. Akuaponik merupakan sistem produksi pangan, khususnya sayuran yang diintegrasikan dengan budidaya hewan air (ikan, udang dan siput) di dalam suatu lingkungan simbiosis. Salah satu model akuaponik yang diintroduksikan oleh BPTP Jakarta “vertiminaponik”, yang merupakan kombinasi antara sistem budidaya sayuran berbasis pot talang plastic secara vertical dengan sistem akuaponik. Oleh karena itu sistem ini dinamakan “vertiminaponik”. Vertiminaponik diintroduksikan dengan bentuk persegi berukuran panjang 140 cm, lebar 100 cm dan tinggi 90 cm berupa tandon air berbahan fibreglass dengan volume 500 liter air. Sistem ini dilengkapi dengan talang plastic dengan panjang 1 meter sebanyak delan buah yang disusun di rak besi yang diletakkan diatas tandon
air/kolam. Media tanam yang digunakan adalah batu zeolit berukuran 20 mesh yang dicampur dengan bahan organic dan tanah mineral dengan perbandingan 3:1. Sistem penanaman dengan menggunakan vertiminaponik dilakukan secara padat tebar, yang artinya benih disebar dengan jarak tanam sangat padat. Selain itu, ikan yang dibudidayakan juga secara padat tebar, yaitu 300 ekor untuk ikan lele, sedangkan bawal, nila dan patin sekitar 150-200 ekor.
Gambar 3. Sistem Vertiminaponik
d. Wall gardening. Sistem budidaya wall gardening termasuk dalam jenis budidaya tanaman vertikal. Bedanya sistem ini, memanfaatkan tembok atau dinding sebagai tempat untuk menempatkan modul pertanaman. Model wall gardening sangat popular untuk tanaman hias dan bahkan sudah banyak dijumpai di gedung-gedung perkantoran atau pusat perbelanjaan. Penyiraman dan pemupukan untuk sistem wall gardening ini biasanya menggunakan sistem fertigasi otomatis.
Gambar 4. Sistem Wall Gardening
Mitra dalam kegiatan ini adalah warga masyarakat di permukiman Kampung Raden, wilayah RT. 04 / RW. 02 Kelurahan Jatiraden, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Rencana jumlah peserta adalah 20-30 peserta yang mewakili setiap KK yang tinggal di wilayah tersebut.
Gambar 5. Peta Lokasi Mitra
Lokasi mitra merupakan permukiman padat perkotaan dengan kondisi rumah-rumah warga yang cukup berdekatan. Ruang terbuka hijau tidak banyak ditemukan, namun terdapat beberapa lahan kosong yang merupakan tanah wakaf yang terbengkalai, tidak terawat, dan tidak dimanfaatkan dengan maksimal.
1.2. Permasalahan Mitra
Berdasarkan analisis situasi di lokasi mitra, ditemukan beberapa permasalahan prioritas mitra, yaitu:
• Terbatasnya ruang terbuka hijau di dalam permukiman
• Terdapat beberapa lahan kosong yang terbengkalai dan tidak dimanfaatkan secara maksimal
• Kurangnya sosialisasi antar warga permukiman dan pemberdayaan masyarakat karena kurangnya ruang berkumpul
Konsep urban farming menawarkan solusi pada permasalahan prioritas dengan menciptakan ruang terbuka hijau melalui pengelolaan lahan kosong terbengkalai yang ada di dalam lokasi mitra. Urban farming dapat mengelola dan merubah lingkungan mitra menjadi lingkungan yang lebih nyaman dan lebih sehat untuk ditinggali. Selain mendekatkan diri dengan alam, urban farming juga dapat merekatkan hubungan sosial antar warga permukiman, mempererat rasa kebersamaan warga dan menciptakan budaya gotong royong dalam lingkungan permukiman mitra yang interaksi masyarakatnya cenderung tidak terlalu tinggi. Tidak hanya sekedar kegiatan pemberdayaan masyarakat, urban farming juga dapat menunjang kondisi ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan langsung dan pemasaran hasil panennya.
Salah satu kunci keberhasilan urban farming adalah menggerakkan masyarakat agar urban farming bisa berjalan secara massal. Kawasan permukiman perkotaan hendaknya jangan sampai melupakan sektor pertanian. Sistem bisa disiapkan, dikembangkan mulai di tingat RT dan RW serta mengembangkan kemampuan agrikultur warganya. Di sisi pemerintah, perlu adanya sosialisasi dan akses informasi agar bisa berjalan sinergi.
BAB II
SOLUSI DAN TARGET LUARAN
2.1. Solusi
Kegiatan pengabdian masyarakat ini memberikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan prioritas yang dihadapi mitra, yaitu dengan:
a. Menciptakan ruang terbuka hijau melalui pengelolaan lahan kosong terbengkalai yang ada di dalam lokasi mitra.
b. Mengelola dan merubah lingkungan mitra menjadi lingkungan yang lebih nyaman dan lebih sehat untuk ditinggali.
c. Merekatkan hubungan sosial antar warga, mempererat rasa kebersamaan warga dan menciptakan budaya gotong royong dalam lingkungan permukiman mitra yang interaksi masyarakatnya cenderung tidak terlalu tinggi.
d. Menunjang kondisi ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan langsung dan pemasaran hasil panennya.
Hal ini akan dilaksanakan dengan cara:
a. Memberikan pengetahuan tentang manfaat urban farming di lingkungan permukiman
b. Menumbuhkan kesadaran pada masyarakat bahwa konsep urban farming mudah dilaksanakan dengan memanfaatkan lahan kosong di dalam permukiman sebagai lokasi urban farming
c. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan permukiman dengan melakukan pendampingan dan membuat percontohan urban farming di lahan kosong di lingkungan permukiman
2.2. Target Luaran
Rencana target capaian luaran dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Tabel Rencana Target Capaian Luaran
No Jenis Luaran Indikator
Capaian
1 Publikasi ilmiah pada jurnal ber ISSN/prosiding 1) Ada 2 Publikasi pada media masa cetak/online/repocitory PT 6) Tidak ada 3 Peningkatan daya saing (peningkatan kualitas, kuantitas, serta
nilai tambah barang, jasa, diversifikasi produk, atau sumber daya lainnya) 4)
Ada
4 Peningkatan penerapan iptek di masyarakat (mekanisasi, IT,
dan manajemen) 4)
Ada
5 Perbaikan tata nilai masyarakat (seni budaya, sosial, politik,
keamanan, ketentraman, pendidikan, kesehatan) 2)
Ada
6 Publikasi di jurnal internasional 1) Tidak ada 7 Jasa, rekayasa sosial, metode atau sistem, produk/barang 5) Ada
8 Inovasi baru TTG 5) Tidak ada
9 Hak kekayaan intelektual (Paten, Paten sederhana, Hak Cipta,
Merek dagang, Rahasia dagang, Desain Produk Industri, Perlindungan Varietas Tanaman, Perlindungan Desain Topografi Sirkuit Terpadu)
Tidak ada
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Metode kegiatan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah dengan melakukan sosisalisasi kepada kelompok masyarakat mengenai manfaat dan cara pelaksanaan konsep Urban Farming dilanjutkan dengan melakukan pendampingan dalam membuat sebuah kebun berkonsep urban farmin sebagai percontohan untuk masyarakat. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini akan dilaksanakan di permukiman Kampung Raden, RT. 04 / RW. 02 Kelurahan Jatiraden, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, Propinsi Jawa Barat.
Khalayak sasaran pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah warga masyarakat yang bermukim di dalam wilayah permukiman Kampuung Raden tersebut. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada bulan November 2019 hingga bulan Maret 2020.
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran Biaya
Rincian biaya kegiatan ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Rencana Anggaran Biaya Program Kegiatan PPM yang Diajukan
No. Komponen Biaya yang diusulkan (Rp)
Survey awal:
1. ATK 100.000
2. Transport Survey 100.000
Pelaksanaan:
3. Pembelian material urban farming (peralatan, pupuk dan bibit tanaman)
2.500.000
4. Konsumsi peserta 350.000
Pembuatan Laporan hasil kegiatan:
5. Kertas 2 rim 50.000
6. Tinta Printer 300.000
7. Foto copy laporan+Jilid 100.000
Total Biaya 3.500.000
4.2. Jadwal Kegiatan
Rencana jadwal kegiatan pengabdian masyarakat yang direncanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Rencana Jadwal Kegiatan
No Jenis Kegiatan Nov 2020 Des 2020 Jan 2021 Feb 2021 Mar 2021 1 Penyusunan proposal 2 Koordinasi 3 Survey lokasi
4 Koordinasi dengan warga 5 Pelaksanaan Kegiatan 6 Monitoring dan evaluasi 7 Penyusunan Laporan
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Lusyana. 2017. Kajian Penerapan Urban Farming Berbasis Kolaborasi Komunitas dan Warga. Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota, Gelombang I, Tahun akademik 2016-2017, Volume 3, No. 1, Tahun 2017, Halaman 242-248
Kauffman and Bailkey. 2000. Farming Inside Cities: Entrepenerial Urban Agriculture in The United States
Mayasari, Kartika. 2016. Konsep Urban Farming sebagai Solusi Kota Hijau. Jakarta: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta
Natalivan, Petrus. 2012. Pengembangan Konsep Food Oriented Development (FOD) sebagai Alternatif Solusi Ketahanan Pangan di Kawasan Perkotaan. Bandung: Institut Teknologi Bandung
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul
A. Biodata Ketua Tim Pengusul
1 Nama Lengkap Rr. Diana Ayudya
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Tenaga Pengajar
4 NIP/NIK -
5 NIDN 0321078105
6 Tempat dan Tanggal Lahir Pekalongan, 21 Juli 1981
7 E-mail [email protected]
8 Nomor Telepon/HP 08112000620
9 Alamat Kantor -
10 Nomor Telepon/Faks. -
11 Lulusan Yang Telah Dihasilkan -
12 Mata Kuliah Yang Diampu
1. Pengantar Arsitektur
2. Struktur dan Konstruksi Dasar 3. Bahan Bangunan
4. Studio Perancangan Arsitektur Dasar 5. Studio Perancangan Arsitektur 3 6. Arsitektur Kota
7. Peremajaan Kota 8. Arsitektur dan Pariwisata
B. Riwayat Pendidikan
Deskripsi S-1 S-2
Nama Perguruan Tinggi Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Bidang Ilmu Arsitektur Arsitektur dan Perencanaan
Pariwisata
Tahun Masuk – Lulus 1999 - 2004 2004 - 2006
Judul Skripsi/Tesis
Perencanaan dan Perancangan Pusat Seni Tari Tradisional Yogyakarta
Strategi Pemasaran Kawasan Wisaya Candi Prambanan Sebagai Kawasan Wisata Sejarah dan Budaya Dalam Upaya Menaikkan Jumlah Kunjungan Wisatawan
Nama Pembimbing Ir. Ra. Wondoamiseno Prof. Ir. Wiendu Nuryanti,
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Sumber Pendanaan
1 2018
Pendekatan Arsitektur Ekologis pada Perencanaan dan Perancangan Kawasan Desa Wisata Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Bogor
Puslit UMB
2 2019 Pola Pemanfaatan Ruang di Bawah Rumah Panggung
Kawasan Permukiman Nelayan Perkotaan Puslit UMB
3 2019 Identifikasi dan Pemanfaatan Ruang Residu di Kawasan
permukiman Kota (Anggota) Puslit UMB
4 2020 Kajian Ruang Residu Perkotaan sebagai Solusi
Permasalahan Kawasan Puslit UMB
5 2020 Kajian Pemanfaatan Ruang Publik Tepian Air Perkotaan Puslit UMB
6 2020 Urban Shadedscape: A review on Public Manifestation in
Urban Heritage Area of Jakarta (Anggota) Puslit UMB
D. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir
No Judul Artikel Jurnal Nama Jurnal
Volume/ Nomor/
Tahun 1 Eksplorasi Arsitektur Ekologis di Desa Wisata Kampung
Budaya Sindangbarang Vitruvian
Vol. 7 / No. 3 / 2018
2 Pemanfaatan Ruang di Bawah Rumah Panggung Permukiman
Nelayan Perkotaan Vitruvian
Vol. 9 / No. 1 / 2019
E. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
1
AURG 2019 - The 12th International
Symposium on City Planning and
Environmental Management in
Asian Countries
Carrying Out Residual
Space in Marginal
Waterfront Settlement
Seoul, Korea 1-4 November 2019
F. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial
Lainnya yang Telah diterapkan Tahun Tempat Penerapan
Respon Masyarakat
1 Dokumen Penataan Kawasan Kota
Administratif Jakarta Selatan 2019
Kota Administratif
Jakarta Selatan -
2 Dokumen Penataan Kawasan Kota
Administratif Jakarta Selatan 2020
Kota Administratif
Jakarta Selatan -
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya.
Jakarta, 2 November 2020
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya.
Jakarta, 2 November 2020
Lampiran 2. Gambaran Iptek yang akan dilaksanakan pada Mitra
URBAN FARMING
Istilah urban farming secara umum merupakan suatu konsep pengolahan lahan dengan berprinsip pada pemanfaatan lahan sempit di wilayah perkotaan, sehingga sering disebut juga dengan pertanian perkotaan. Banyak alasan yang melatarbelakangi adanya keinginan masyarakat untuk melakukan urban farming, salah satunya adalah peningkatan kualitas udara di perkotaan dapat diperbaiki dengan adanya tanaman-tanaman hias, herbal maupun pokok sebagai kebutuhan.
PENGERTIAN URBAN FARMING
Urban farming atau pertanian urban adalah praktek budidaya, pemrosesan, dan distribusi bahan pangan di sekitar kota. Pertanian urban juga bisa melibatkan peternakan, budidaya perairan, wanatani, dan hortikultura. Dalam arti luas, pertanian urban mendeskripsikan seluruh sistem produksi pangan yang terjadi di perkotaan. Lahan yang digunakan bisa tanah tempat tinggal (pekarangan, balkon, atau atap- atap bangunan), pinggiran jalan umum, atau tepi sungai. Definisi Urban Farming yang diberikan FAO, Sebuah industri yang memproduksi, memproses, dan memasarkan produk dan bahan bakar nabati, terutama dalam menanggapi permintaan harian konsumen di dalam perkotaan, yang menerapkan metode produksi intensif, memanfaatkan dan mendaur ulang sumber daya dan limbah perkotaan untuk menghasilkan beragam tanaman dan hewan ternak.
Definisi Urban Farming yang diberikan Council on Agriculture, Science and Technology (CAST), Mencakup aspek kesehatan lingkungan, remediasi, dan rekreasi. Kebijakan di berbagai kota juga memasukkan aspek keindahan kota dan kelayakan penggunaan tata ruang yang berkelanjutan dalam menerapkan pertanian urban. Rantai industri yang memproduksi, memproses dan menjual makanan dan energi untuk memenuhi kebutuhan konsumen kota.
Urban farming pada dasarnya mempunyai arti sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri dan sumber energi melalui pemanfaatan sumber daya hayati dan pengelolaan lingkungan hidupnya. Kegiatan pertanian yang di lingkungan kota sebagai salah satu bentuk ruang terbuka hijau (RTH) produktif yang bernilai ekonomi, ekologi dan rekreasi
Dari pengertian urban farming secara umum dan pengertian urban farming menurut para ahli diatas, dapatlah dikatakan jika pengelolaan pertanian kota berbeda dengan pertanian yang dilakukan di pedesaan sebagai pusat produksi bahan pangan. Alasannya karena lansekap kota memang tidak dimaksudkan sebagai pusat produksi bahan pangan. Namun, dalam perkembangannya, untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat perkotaan, berkembanglah aktivitas pertanian ini. Pertanian kota menjadi suatu kegiatan untuk meningkatkan pemanfaatan ruang minimalis di perkotaan melalui pembudidayaan tanaman.
MANFAAT DAN UNSUR NILAI URBAN FARMING
Urban farming biasanya dilakukan dengan menanam tanaman yang sering dikonsumsi, seperti sayur-sayuran, jamur, buah-buahan, umbi-umbian, tanaman obat, ataupun tanaman hias. Urban farming juga bisa dalam bentuk beternak hewan, seperti unggas, kelinci, kambing, domba, sapi, hingga ikan.
Berikut adalah beberapa manfaat dan keuntungan dari urban farming. • Membantu memenuhi kebutuhan pangan berkualitas
Di wilayah padat penduduk, urban farming menjadi strategi tepat dalam upaya membantu rumah tangga ekonomi lemah dalam memperbaiki keamanan pangan serta konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA). Produk urban farming dinilai lebih segar dan bergizi, dengan harga yang kompetitif, karena tidak melalui proses pengemasan, penyimpanan, dan pendistribusian yang memakan waktu berhari-hari.
• Menciptakan lapangan pekerjaan
Urban farming tidak hanya sekadar tren gaya hidup perkotaan, tapi juga dapat menjadi peluang bisnis, menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan untuk masyarakat yang hidup di perkotaan.
• Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran segar
Urban farming juga memungkinkan masyarakat sekitar untuk lebih sering mengonsumsi buah dan sayuran segar karena bisa diakses dengan mudah dan cepat.
• Baik untuk kesehatan tubuh dan mental
Kegiatan urban farming juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana melatih fisik menjadi lebih kuat dan membuat tubuh menjadi lebih bugar. Urban farming membantu kita untuk kembali terhubung dengan alam. Kegiatan ini dapat menurunkan tingkat stres, serta menjaga kesehatan mental secara keseluruhan. • Menciptakan lingkungan sehat
Urban farming juga merupakan wujud upaya merevitalisasi lingkungan, menciptakan lahan hijau, mengurangi panas dan polusi udara, serta menurunkan risiko banjir dan tanah longsor.
• Pemandangan indah
Lanskap pertanian, perairan, dan bangunan yang dekoratif, memberikan banyak manfaat, termasuk untuk kegiatan rekreasi sambil menikmati pemandangan indah dan udara berkualitas di ruang terbuka.
Sedangkan unsur nilai urban farming antara lain sebagai berikut:
• Nilai Praktis, karena urban farming bisa memunculkan kreativitas bersama untuk mengelola lingkungan hidup.
• Nilai Ekonomis, karena tanaman tanaman hasil urban farming dapat dijual. • Nilai Ekologis, karena urban farming dapat membersihkan udara, mengurangi
timbunan sampah barang bekas.
• Nilai Estetika, jika tanaman hasil urban farming ini ditata dengan baik maka akan menimbulkan nilai estetika dan menambah keindahan wajah kota.
METODE-METODE URBAN FARMING
Kesadaran masyarakat kota sangat dibutuhkan untuk menjaga lingkungannya. Skema gagasan Pertanian Kota merupakan hal yang sangat mudah untuk dilakukan oleh masyarakat kota. Mulai dari optimalisasi Lahan hingga pemanfaatan limbah rumah tangga untuk digunakan kembali, didukung pula daya beli masyarakat kota untuk mendesain pertanian yang ada di rumahnya. Beberapa hal yang biasa dilakukan dalam masyarakat kota dalam melaksanakan urban farming adalah:
VERTIKULTUR
Lahan yang sempit memang membuat kegiatan berkebun jadi kurang leluasa, namun dengan memanfaatkan ruang secara vertikal, berkebun menjadi lebih menyenangkan dengan kuantitas yang dapat ditingkatkan. Vertikultur adalah pola bercocok tanam yang menggunakan wadah tanam vertikal untuk mengatasi keterbatasan lahan, contohnya adalah bambu, paralon, atau botol plastik sebagai wadah. Tidak semua jenis tanaman bisa atau cocok untuk vertikultur. Untungnya, hampir semua jenis sayuran bisa digunakan, biasanya Tomat dan Cabe Merah. Untuk media tanam bisa menggunakan campuran tanah, kompos, dan sekam.
AQUAPONIK
Aquaponik adalah kombinasi menarik antara Akuakultur dan Hidroponik yang mampu mendaur ulang nutrisi, dengan menggunakan sebagian kecil air daur ulang hingga memungkinnya pertumbuhan ikan dan tanaman secara terpadu. Sistim ini sebenarnya sudah biasa dipakai para petani Indonesia khusunya di Jawa. Yakni apa yang disebut dengan tumpang sari; menanam padi di sawah, sekaligus memelihara ikan di lahan persawahan itu. Hanya saja pada aquaponik media tumbuh tanaman tidak di atas tanah, namun menggunakan media tanam (grow beds) seperti batu kerikil.
HIDROPONIK
Hidroponik (latin; hydro = air; ponos = kerja) adalah suatu metode bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah, melainkan dengan menggunakan larutan mineral bernutrisi atau bahan lainnya yang mengandung unsur hara seperti sabut kelapa, serat mineral, pasir, pecahan batu bata, serbuk kayu, dan lain-lain sebagai pengganti media tanah.
PELAKSANAAN URBAN FARMING
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merealisasikan urban farming: • Wadah tanaman
Penanaman bisa dilakukan di tanah langsung atau menggunakan wadah berupa pot, botol, ember bekas, bambu, paralon atau media penampung lainnya.
• Media penanaman
Gunakan tanah kebun sebagai media penanaman. Bisa juga mengganti tanah kebun dengan benda-benda substrat, seperti kulit kacang, sabut kelapa, sekam padi, atau tanah. Bila substrat juga tidak tersedia, bisa menggunakan air yang dicampurkan dengan larutan pupuk.
• Pengairan
Untuk pengairan atau irigasi, bisa memanfaatkan air hujan atau air sisa yang masih layak. Air yang diperlukan untuk menyiram tanaman relatif sedikit. Untuk taman seluas satu meter persegi, hanya membutuhkan kurang dari 3 liter air per hari.
• Tanaman
Di taman mikro untuk urban farming, bisa ditanam berbagai sayuran siap saji, seperti kol, selada, mentimun, tomat, dan bawang. Sebagai variasi, tanam pula tanaman herba, seperti kunyit, jahe, lengkuas, dan kencur.
Meski mini, taman urban farming ini terbilang relatif produktif. Studi yang dilakukan oleh FAO (Food and Agriculture Organization) menunjukkan bahwa satu meter persegi taman mikro dapat menghasilkan sekitar 100 bawang tiap empat bulan, 10 kol tiap tiga bulan, sekitar 200 tomat atau 30 kg per tahun, atau 36 bonggol selada per dua bulan.
Meski begitu, perlu diingat bahwa pemilihan tanah ataupun air untuk irigasi menjadi dua faktor yang penting. Hindari menggunakan tanah atau air yang terkontaminasi unsur-unsur berbahaya. Selain itu, hindari juga menggunakan pestisida yang dapat meracuni tanah dan hasil tanam.
TIPS MELAKUKAN URBAN FARMING • Menumbuhkan di air
Belum banyak orang yang tahu bahwa ada beberapa jenis sayuran yang bisa tumbuh hanya dengan diletakkan di sebuah wadah berisi air. Jangan lupa untuk memotong bagian ujung bawahnya sekitar 1-2 inci sebelum direndam dalam air. Berikut ini beberapa sayuran yang bisa tumbuh di dalam air: Bok Choy/kubis Cina, kubis, seledri, adas, daun bawang putih, daun bawang, serai dan selada. • Garam Inggris
Garam Inggris bisa membantu membuat tanah menjadi lebih subur dan sehat. Hal ini karena kandungan magnesium dan sulfat yang sangat penting untuk tanaman. Cara penggunaannya cukup mudah, untuk tanaman dalam pot, campurkan beberapa sendok makan garam dan air dalam sebuah pot penyiram.
Sirami campuran air dan garam ini sekali atau dua kali sebulan atau menaburinya secara langsung di tanah kebun. Tomat dan paprika adalah tanaman yang membutuhkan garam inggris ini karena cenderung kekurangan magnesium. • Membuat meja tanaman
Tanaman yang terhampar di bawah seringkali rusak oleh hewan peliharaan . Oleh karena itu tanaman yang diletakkan di wadah tinggi seperti meja merupakan ide yang cemerlang. Cara membuatnya juga relatif sederhana, mirip seperti membuat meja biasa, namun ditambahkan sisi pembatas di sekelilingnya dan mulai menanam.
• Menanam vertikal
Pada dasarnya tanaman bisa tumbuh dimana saja, termasuk di batako yang disusun jenjang menyerupai anak tangga. Coba cara diatas untuk inspirasi tanaman vertikal.
• Taman tanpa air
Jika Anda tinggal di daerah yang cukup panas, mengapa tidak membuat taman dengan pilihan tumbuh-tumbuhan yang tidak memerlukan penyiraman yang banyak seperti contoh diatas?
REKOMENDASI JENIS TANAMAN UNTUK URBAN FARMING
1. Cabai
Cabai merupakan tanaman sayuran yang ditemukan dibanyak masakan khas Indonesia. Namun, harga cabai di Indonesia sering tidak menentu. Bahkan, pada tahun 2016, harga cabai rawit pernah mencapai Rp100.000 per kilo.
Pada umumnya, cabai ditanam melalui biji. Bijinya dapat diperoleh dari cabai yang sudah membusuk.
2. Tomat
Tomat merupakan salah satu tanaman yang sering ditanam di pekarangan rumah karena kemampuannya untuk berbuah sepanjang tahun. Untuk membudidayakan tomat ternyata tidak terlalu sulit. Sama seperti cabai, biji tomat dapat diperoleh dari buahnya dan dikeringkan. Namun, karena tomat termasuk salah satu tanaman yang merambat, dalam perawatannya butuh tegakan agar tanaman tidak rebah ke tanah. Dapat dipanen setelah 3 bulan.
3. Seledri
Karena kebanyakan masyarakat Indonesia menggunakan daun seledri untuk menambah cita rasa pada sop, tanaman ini juga disebut sebagai daun sop. Namun, tanaman dengan daun bergerigi ini juga bermanfaat sebagai obat-obatan, terutama untuk menurunkan tekanan darah. Budidaya seledri tidak sulit, hanya dengan memisahkan anakan (tunas atau bagian tanaman yang tumbuh dari daerah akar), dapat diperoleh tanaman seledri yang baru. Setelah itu, tancapkan anakan pada tanah yang gembur.
4. Kale
Kale merupakan tanaman daun yang kaya akan vitamin A, C dan K. Kale dapat disajikan dalam bentuk green juice, isian sandwich, atau sebagai tumisan. Daun yang memiliki rasa pahit ini menjadi populer karena manfaat kesehatannya, salah satunya adalah dapat membantu mencegah kanker. Menumbuhkan kale di rumah dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah melalui metode tradisional yang menggunakan tanah melalui persemaian biji dan setek batang pucuk. Cara kedua, yaitu mengadopsi sistem hidroponik sederhana dengan pot bunga hemat air. Untuk cara ini, harus mendapatkan dulu biji kale.
5. Bunga matahari
Di samping menanam tanaman pangan, tanaman hias seperti bunga matahari dapat mempercantik lingkungan permukiman. Menanam bunga matahari tidak kalah mudah dengan tanaman lain.
Pertama, jika tidak ingin pindah tanam, siapkan pot yang cukup besar yang muat untuk pertumbuhan akarnya nanti. Kemudian, saat menanam, pastikan biji bunga matahari ditanam dengan bagian lancip di bawah (menghadap tanah) dan bagian yang agak bulat menghadap ke langit. Hal ini karena di bagian lancip biji bunga matahari akan tumbuh akar, sementara dari bagian bulatnya akan muncul tunas.
Lampiran 3.
Peta Lokasi Wilayah Mitra
Lokasi kegiatan Pengabdian Masyarakat berada di Kampung Raden, wilayah RT. 04 / RW. 02 Kelurahan Jatiraden, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, Propinsi Jawa Barat.