• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KINERJA BKIPM KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KINERJA BKIPM KATA PENGANTAR"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (LKj BKIPM) tahun 2015 disusun sebagai wujud pertanggungjawaban BKIPM dalam penggunaan anggaran yang akuntabel untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan. Di dalam laporan ini diuraikan informasi terkait sasaran strategis organisasi dan indikator keberhasilannya dalam rangka pencapaian visi dan misinya.

Landasan penyusunan LKj BKIPM tahun 2015 adalah Rencana Strategis BKIPM (Renstra BKIPM) Tahun 2015-2019 dan Perjanjian Kinerja BKIPM Tahun 2015. Pengelolaan manajemen kinerja di BKIPM dilaksanakan dari tingkat organisasi sampai dengan individu, dengan menggunakan pendekatan

Balanced Scorecard (BSc). Secara umum, dalam tahun 2015 sebagian besar

target sasaran strategis dan target kinerja yang ditetapkan telah berhasil dicapai.

Kami berharap laporan kinerja ini dapat bermanfaat sebagai sarana akuntabilitas dan pertanggungjawaban organisasi serta dapat dijadikan bahan masukan untuk peningkatan kinerja BKIPM di masa mendatang. Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan laporan kinerja ini.

Jakarta, Februari 2016 Plt. Kepala BKIPM,

(3)

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja selama tahun 2015, BKIPM telah menetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk perjanjian kinerja antara Kepala BKIPM dengan Menteri Kelautan dan Perikanan yang terdiri dari 13 sasaran strategis dan 33 indikator kinerja.

Pencapaian sasaran strategis sesuai indikator kinerja utama selama tahun 2015 adalah sebagai berikut:

1. Sasaran strategis terwujudnya kesejahteraan masyarakat kelautan perikanan dengan indikator pertumbuhan PDB perikanan, dapat tercapai dengan baik. Realisasi indikator tersebut adalah sebesar 8,37% dari target 7%.

2. Sasaran strategis terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP dengan indikator persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha kelautan dan perikanan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dapat tercapai dengan baik. Realisasi indikator tersebut adalah sebesar 83,2% dari target 70%.

3. Sasaran strategis terwujudnya efektiftas pencegahan penyebaran HPIK dengan indikator persentase jumlah jenis penyakit ikan karantina yang dicegah penyebarannya antar zona, dapat tercapai dengan baik. Realisasi indikator tersebut adalah sebesar 64% dari target 80%.

4. Sasaran strategis terwujudnya kapasitas pelaksanaan sistem penjaminan mutu dan keamanan hasil perikanan untuk peningkatan produktivitas usaha dan pendapatan sektor KP dengan indikator jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra dan Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi persyaratan ekspor, dapat tercapai dengan baik. Realisasi indikator tersebut adalah sebagai berikut:

a. jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra, realisasi tertinggi 2 kasus dari target <10;

(4)

iii

b. Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi persyaratan ekspor, realisasi 574 unit dari target 550;

c. Nilai ekspor hasil perikanan, realisasi sebesar USD3,95 miliar dari target USD 5,86 miliar.

5. Sasaran strategis terwujudnya efektifitas pengendalian keamanan hayati untuk meningkatkan pengelolaan SDKP yang pastisipatif, bertanggung jawab, berdaulat, mandiri, dan berkelanjutandengan indikator jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan besifat invasif melaui kajian analisis resiko, dapat tercapai dengan baik. Realisasi indikator tersebut adalah sebesar 11 jenis dari target 10.

6. Sasaran strategis tersedianya kebijakan pembangunan karantina ikan dan pengendalian mutu yang efektif dengan indikator indeks efektivitas kebijakan bidang perkarantinaan ikan mutu dan keamanan hasil perikanan dapat tercapai dengan baik. Realisasi indikator tersebut adalah sebesar 8,1 dari target 6.

7. Sasaran strategis terselenggaranya sistem pencegahan dan penyebaran penyakit ikan karantina, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan yang sesuai standar dapat tercapai dengan baik. Sasaran strategis tersebut dicapai dengan indikator sebagai berikut:

a. Sertifikat penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan terealiasi sebesar 1.451 dari target 1.161;

b. Sertifikat kesehatan ikan ekspor yang memenuhi persyaratan negara tujuan terealiasi sebesar 110.649 sertifikat dari target 113.500;

c. Sertifikat kesehatan ikan domestik yang memenuhi persyaratan daerah tujuan terealiasi sebesar 155.886 sertifkat dari target 137.000; d. Lokasi yang termonitor kesegaran ikan, residu dan bahan berbahaya

terealiasi sebesar 30 lokasi dari target 30;

e. Lokasi Perairan Laut yang dipetakan dari cemaran Marine Biotoxin dan Logam Berat terealiasi sebesar 5 lokasi dari target 5;

(5)

iv

f. Unit Usaha Pembudidayaan Ikan (UUPI) yang menerapkan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) terealiasi sebesar 104 unit dari target 75;

g. Unit Pengolahan Ikan yang terigestrasi di negara mitra terealiasi sebesar 140 unit dari target 125;

h. Instalasi karantina ikan milik pihak ketiga yang layak untuk ditetapkan terealiasi sebesar 222 instalasi dari target 220;

i. Pelaku usaha (UPI) yang menerapkan sistem traceability terealiasi sebesar 65 UPI dari target 40;

j. Tenaga Fungsional Pengendali Hama Penyakit Ikan (PHPI) dan Pengawas Mutu (Wastu) yang lulus uji kompetensi terealiasi sebesar 86 orang dari target 180;

k. Unit Pelaksana Teknis yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 terealiasi sebesar 12 UPT dari target 12;

l. Unit Pelaksana Teknis yang menerapkan sistem manajemen inspeksi ISO 17020 hanya terealiasi sebesar 2 UPT dari target 10;

m. Laboratorium yang konsisten dalam penerapan ISO 17025 terealiasi sebesar 15 laboratorium dari target 15;

n. Unit Kerja lingkup otoritas kompeten yang konsisten dalam penerapan Sistem Pengendalian Mutu terealiasi sebesar 20 unit kerja dari target 20.

8. Sasaran strategis terwujudnya harmonisasi sistem penjaminan mutu yang implementatif dapat tercapai dengan baik. Sasaran strategis tersebut dicapai dengan indikator sebagai berikut:

a. Negara mitra yang harmonis dengan sistem, perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan terealiasi sebesar 38 negara dari target 36;

b. Penanganan kasus ekspor hasil perikanan yang diselesaikan terealiasi sebesar 90,91% dari target 90%.

(6)

v

9. Sasaran strategis terselenggaranya pencegahan jenis dan agen hayati yang dilindungi, dilarang serta bersifat invasif dapat tercapai dengan baik. Sasaran strategis tersebut dicapai dengan indikator sebagai berikut: a. Persentase penyakit ikan eksotik yang dicegah masuk ke dalam

wilayah RI terealiasi sebesar 100% negara dari target 77%;

b. Lokasi yang dipetakan dari penyebaran penyakit ikan karantina terealiasi sebesar 231 kabupaten/kota dari target 184;

c. Tingkat keberhasilan pemberantasan dan penanggulangan pelanggaran karantina ikan terealiasi sebesar 91,55% dari target 90%; d. Lokasi yang terpetakan jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan

bersifat invasif terealiasi sebesar 51 lokasi dari target 46.

10. Sasaran strategis terwujudnya aparatur sipil negara BKIPM yang kompeten, profesional dan berkepribadian dengan indikator indeks kompetensi dan integritas BKIPM dapat tercapai dengan baik. Realisasi indikator tersebut adalah sebesar 92,03 dari target 65.

11. Sasaran strategis tersedianya manajemen pengetahuan BKIPM yang handal dan mudah diakses dengan indikator persentase unit kerja BKIPM yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar dapat tercapai dengan baik. Realisasi indikator tersebut adalah sebesar 83% dari target 40%.

12. Sasaran strategis terwujudnya birokrasi BKIPM yang efektif, efisien dan beroriantasi pada layanan prima dengan indikator nilai kinerja reformasi birokrasi BKIPM dapat tercapai dengan baik. Realisasi indikator tersebut adalah nilai A dari target BB.

13. Sasaran strategis terkelolanya anggaran pembangunan BKIPM secara efisien dan akuntabel dapat tercapai dengan baik. Sasaran strategis tersebut dicapai dengan indikator sebagai berikut:

a. Nilai kinerja anggaran BKIPM terealisasi sebesar 86,88% dari target 80-90%;

(7)

vi

b. Persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup BKIPM terealisasi sebesar 100% dari target 100%.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar target kinerja BKIPM pada tahun 2015 telah berhasil dicapai. Keberhasilan pencapaian tersebut diupayakan untuk semakin ditingkatkan, sedangkan untuk beberapa kegiatan yang belum terlaksana/terdapat permasalahan akan diupayakan untuk dapat diselesaikan.

Dengan disusunnya laporan kinerja ini diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi BKIPM dan menjadi umpan balik peningkatan kinerja BKIPM pada periode berikutnya.

(8)

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

RINGKASAN EKSEKUTIF... ii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Gambaran Umum Organisasi ... 1

1.2 Arah Kebijakan Dan Strategi BKIPM ... 3

1.3 Isu Strategis ... 5

1.4 Sistematika dan Penyajian ... 5

BAB II PERENCANAAN KINERJA... 7

2.1 Visi dan Misi ... 7

2.2 Tujuan... 7

2.3 Sasaran, Indikator dan Target Kinerja... 8

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ...12

3.1 Capaian Kinerja ... 12

3.2 Analisis Dan Evaluasi ... 15

3.3 Realisasi Anggaran ... 58

3.4 Capaian Lainnya ... 61

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BKIPM Tahun 2015 ... 9

Tabel 3.1 Capaian Kinerja BKIPM Tahun 2015 ... 12

Tabel 3.2 Perbandingan Capaian IK1 pada 2012-2015 dan Target 2019 ... 16

Tabel 3.3 Perbandingan Capaian IK2 pada 2015 dan Target 2019 ... 18

Tabel 3.4 Perbandingan Capaian IK3 pada 2015 dan Target 2019 ... 19

Tabel 3.5 Rekapitulasi Kasus Penolakan pada 2012 - 2015 ... 21

Tabel 3.6 Perbandingan Capaian IK5 Pada 2012 – 2015 dan Target 2019 ... 21

Tabel 3.7 Perbandingan Capaian IK6 Pada 2012-2015 dan Target 2019 ... 22

Tabel 3.8 Perbandingan Capaian IK7 Pada 2015 dan Target 2019 ... 25

Tabel 3.9 Perbandingan Capaian IK8 Pada 2015 dan Target 2019 ... 26

Tabel 3.10 Perbandingan Capaian IK9 pada 2012 – 2015 dan Target Tahun 2019 ... 27

Tabel 3.11 Perbandingan Capaian IK10 pada 2013-2015 dan Target 2019 ... 29

Tabel 3.12 Perbandingan Capaian IK11 pada 2013-2015 dan Target 2019 ... 29

Tabel 3.13 Perbandingan Capaian IK12 pada 2013 – 2015 dan Target 2019 ... 31

Tabel 3.14 Perbandingan Capaian IK13 pada 2015 dan Target 2019 ... 32

Tabel 3.15 Perbandingan Capaian IK14 pada 2013 – 2015 dan Target 2019 ... 33

Tabel 3.16 Jumlah UPI yang Teregistrasi di Negara Mitra pada 2012 - 2015 ... 34

Tabel 3.17 Pebandingan Capaian IK16 pada 2015 dan Target 2019 ... 35

Tabel 3.18 Perbandingan Capaian IK17 pada 2013 – 2015 dan Target 2019 ... 36

Tabel 3.19 Perbandingan Capaian IK18 pada 2015 dan Target 2019 ... 37

Tabel 3.20 Perbandingan Capaian IK19 pada 2012-2015 dan Target 2019 ... 38

Tabel 3.21 Perbandingan Capaian IK20 pada 2015 dan Target 2019 ... 40

Tabel 3.22 Perbandingan Capaian IK21 pada 2012-2015 dan Target 2019 ... 41

Tabel 3.23 Perbandingan Capaian IK22 pada 2015 dan Target 2019 ... 42

Tabel 3.24 Perbandingan Capaian IK23 pada 2013-2015 dan Target 2019 ... 43

Tabel 3.25 Perbandingan Capaian IK24 pada 2013 – 2015 dan Target 2019 ... 45

Tabel 3.26 Perbandingan Capaian IK25 pada 2015 dan Target 2019 ... 46

Tabel 3.27 Perbandingan Capaian IK26 pada2015 dan Target 2019 ... 47

(10)

ix

Tabel 3.29 Perbandingan Capaian IK28 pada 2015 dan Target 2019 ... 50

Tabel 3.30 Perbandingan Capaian IK29 pada 2015 dan Target 2019 ... 52

Tabel 3.31 Perbandingan Capaian IK30 pada 2015 dan Target 2019 ... 53

Tabel 3.32 Perbandingan Capaian IK31 pada 2013 – 2015 dan Target 2019 ... 55

Tabel 3.33 Perbandingan Capaian IK32 pada 2015 dan Target 2019 ... 57

Tabel 3.34 Perbandingan Capaian IK33 pada 2015 dan Target 2019 ... 58

Tabel 3.35 Penyerapan Anggaran per Kegiatan T.A 2015 ... 58

Tabel 3.36 Penyerapan Anggaran per Jenis Belanja T.A 2015 ... 59

Tabel 3.37 Persentase Penyerapan Anggaran Triwulanan ... 59

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Struktur Organisasi BKIPM ...2

Gambar 2.1 Peta Strategi BKIPM tahun 2015 ...9

Gambar 3.1 Hasil Perikanan Yang Dominan Dilalulintaskan Secara Domestik ...30

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Perjanjian Kinerja BKIPM Tahun 2015

2. Matrik Jenis HPIK Yang Menyebar Dari Zona Tidak Bebas Ke Zona Bebas 3. Perbandingan Penerbitan HC per Negara Tujuan Ekspor Tahun 2014-2015 4. Pencapaian kegiatan monitoring kesegaran ikan, residu dan bahan berbahaya

Tahun 2015

5. Daftar UPI yang telah menerapkan sistem traceability tahun 2015

6. Daftar HPIK eksotik yang belum ditemukan di seluruh wilayah Indonesia 7. Form evaluasi/pengukuran efisiensi kegiatan

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Organisasi

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) merupakan salah satu unit eselon I Kementerian Kelautan dan Perikanan. BKIPM mempunyai tugas menyelenggarakan perkarantinaan ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, serta keamanan hayati ikan.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kepala BKIPM dibantu oleh 3 (tiga) Pusat, yaitu: 1) Pusat Karantina Ikan; 2) Pusat Sertifikasi Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan; 3) Pusat Standardisasi, Kepatuhan, dan Kerjasama; dan Sekretariat BKIPM, serta 47 Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (UPT KIPM) yang tersebar di seluruh Indonesia, yaitu: 2 (dua) Balai Besar KIPM, 7 (tujuh) Balai KIPM Kelas I, 5 (lima) BKIPM Kelas II, 18 (delapan belas) Stasiun KIPM Kelas I, 14 (empat belas) Stasiun KIPM Kelas II, dan Balai Uji Standar KIPM (BUSKIPM) sebagai UPT KIPM dibidang pelayanan uji standar/laboratorium reference, serta kelompok Jabatan Fungsional, diantaranya Pengendali Hama dan Penyakit Ikan, Pengawas Perikanan bidang Mutu Hasil Perikanan, Pranata Komputer, Pranata Humas, Arsiparis, Statistisi dan jabatan fungsional umum lainnya, dengan jumlah SDM aparatur yang mendukung BKIPM saat ini berjumlah 1.734 orang pegawai, dengan komposisi pegawai 10% di Pusat dan 90% di UPT KIPM. Struktur organisasi BKIPM dapat dilihat dalam Gambar 1.1.

(14)

Gambar 1.1

Struktur Organisasi BKIPM

Penyelenggaraan perkarantinaan ikan serta pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan mencakup aspek yang sangat luas, mulai dari proses penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan tindakan karantina ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, pemantauan/monitoring

(surveillance), hingga ke investigasi awal dan proses penegakan hukum

terhadap berbagai pihak yang melanggar atau tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, serta upaya pemberdayaan masyarakat dalam partisipasi secara sadar patuh dalam perkarantinaan ikan serta pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, BKIPM dituntut untuk melaksanakannya dengan transparan, akuntabel, efektif, efisien dan terpercaya sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.Akuntabilitas tersebut diwujudkan

(15)

dalam bentuk penyusunan laporan kinerja (LKj). LKj disusun sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban BKIPM dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama tahun 2015 dalam rangka melaksanakan misi BKIPM dan sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja unit organisasi, serta sebagai salah satu alat untuk mendapatkan masukan bagi pemangku kepentingan demi perbaikan kinerja BKPM.

Selain untuk memenuhi prinsip akuntabilitas, penyusunan LKj juga merupakan amanat Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1999 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

1.2 Arah Kebijakan Dan Strategi BKIPM

Arah kebijakan dan strategi BKIPM diimplementasikan dalam keterkaitannya dengan arah kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta diselaraskan dengan perkembangan lingkungan yang dinamis. Sehubungan dengan hal tersebut maka BKIPM menetapkan arah kebijakan pembangunan sebagai berikut:

1. Pengelolaan sumber daya perikanan secara berdaulat dan berkelanjutan. Pengelolaan sumberdaya harus dilakukan dengan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina karantina serta jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang, dan dibatasi yang dapat menggagalkan produksi perikanan dan memusnahkan keanekaragaman sumberdaya hayati perikanan. Oleh karena itu, diperlukan upaya melalui strategi:

(16)

a. Pencegahan penyebaran penyakit ikan eksotik ke dalam wilayah RI, dan pencegahan penyebaran penyakit ikan karantina antar zona dalam wilayah RI;

b. Pengawasan jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang, dan dibatasi di exit/entry point ekspor, impor, maupun antar area.

2. Peningkatan daya saing dan nilai tambah produk perikanansebagai upaya untuk pemantapan sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan (quality and safety assurance) hasil perikanan melalui strategi

a. Pengembangan sistem pencegahan dan penyebaran penyakit ikan karantna, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan yang sesuai standar melalui:

• Sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan;

• Sertifikasi kesehatan ikan ekspor yang memenuhi persyarata negara tujuan;

• Sertifikasi kesehatan ikan domestik yang memenuhi persyaratan daerah tujuan;

• Sertifiaksi penerapan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) pada Unit Usaha Pembudidayaan Ikan (UUPI);

• Registrasi Unit Pengolahan Ikan di negara mitra;

• Penrepan sistem traceability rantai pasok bahan baku pada Unit Pengolahan Ikan (UPI);

• Konsistensi penerapan sistem manajemen mutu (ISO 9001), sistem manajemen inspeksi (ISO 17020), dan sistem layanan laboratorium (ISO 17025).

b. Harmonisasi sistem penjaminan Mutu yang Implementatif

• Harmonis sistem , perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan dengan negara mitra (MoU/MRA) serta negara tujuan ekspor lainnya;

(17)

3. Pelaksanaan reformasi birokrasi dan tata kelola, akan dilaksanakan melalui strategi:

a. Pengelelolaan sumber daya manusia berbasis kompetensi (Competency Based Human Resource Management);

b. Perbaikan pelayanan publik melalui penerapan Standar Pelayanan; c. Peningkatan kemudahan akses dan transparansi informasi publik; d. Penerapan manajemen berbasis kinerja dan efektivitas pengelolaan

anggaran.

1.3 Isu Strategis

Isu strategis pembangunan perkarantinaan, keamanan hayati ikan, mutu, dan keamanan hasil perikanan dilihat dari prioritas pembangunan kelautan dan perikanan, sebagai berikut:

1. Pengawasan terintegrasi di wilayah perbatasan;

2. Kelestarian Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan Dan Ketahanan Pangan;

3. Daya Saing Dan Nilai Tambah Hasil Perikanan

Selain itu, tantangan yang harus dihadapi BKIPM dalam implementasi UU Nomor 23 Tahun 2014 adalah kesiapan sumber daya manusia dan sarana prasarana pengujian mutu hasil perikanan terkait pemindahan penerbitan HC ekspor dari propinsi (LPPMHP) ke UPT KIPM. Oleh karena itu, perlu dilakukan akselerasi dalam penyelesaian petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dari UU tersebut.

1.4 Sistematika dan Penyajian

Sistematika dan penyajian LKj Tahun 2015 merujuk pada aturan dan ketentuan yang berlaku, sebagai berikut:

(18)

a. Bab I - Pendahuluan, menyajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi.

b. Bab II - Perencanaan Kinerja, menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan.

c. Bab III - Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi yang digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.

d. Bab IV - Penutup, menjelaskan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

(19)

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

2.1 Visi dan Misi

Aspek yang berkaitan dengan visi KKP sesuai dengan mandat yang diberikan kepada BKIPM adalah dukungan untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat dan mandiri dalam memastikan produk perikanan yang berkualitas dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu, BKIPM menetapkan visi pembangunan karantina ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan Tahun 2015-2019, yaitu: “Hasil Perikanan Yang Sehat Bermutu, Aman Dan Terpercaya”.

Misi yang diemban oleh BKIPM untuk mewujudkan visi tersebut adalah: 1. Mewujudkan produk perikanan yang berdaya saing melalui penjaminan

persyaratan mutu produk hasil perikanan.

2. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan melalui pengendalian Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK) dan jenis agen yang dilindungi, dilarang dan dibatasi.

3. Mewujudkan masyarakat kelautan dan perikanan yang sejahtera, maju, mandiri melalui pola konsumsi ikan yang bermutu serta budidaya ikan yang bebas dari hama dan penyakit.

2.2 Tujuan

Tujuan pembangunan BKIPM merupakan penjabaran dari visi dan misi guna mendukung prioritas pembangunan kelautan dan perikanan. Tujuan pembangunan yang hendak dicapai dalam rangka mencapai sasaran program prioritas BKIPM adalah melindungi kelestarian sumber daya hayati perikanan dan kelautan dari Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK) dan jenis agen yang dilindungi, dilarang, dibatasi serta menjamin mutu hasil perikanan nasional dengan sasaran:

(20)

1. meningkatnya kepatuhan (compliance) pelaku usaha KP terhadap ketentuan peraturan perundang undangan kelautan dan perikanan di wilayah pengeluaran/pemasukan ekspor, impor, dan antar area kepatuhan pelaku usaha kelautan dan perikanan dalam ekspor, impor dan antar area;

2. meningkatnya jumlah jenis penyakit ikan karantina yang dapat dicegah penyebarannya antar zona, melalui sertifikasi kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area;

3. menurunnya jumlah kasus penolakan/penahanan ekspor hasil perikanan per negara mitra;

4. meningkatnya Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi persyaratan ekspor serta;

5. meningkatnya pencegahan penyebaran jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan besifat invasif melalui kajian dan analisis resiko.

2.3 Sasaran, Indikator dan Target Kinerja

Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan. Dalam sasaran telah ditetapkan indikator sasaran sebagai ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan. Setiap indikator sasaran disertai rencana tingkat capaian (target) masing-masing. Sasaran diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan dalam rencana stratejik. Dengan demikian, setiap tujuan yang ditetapkan memiliki indikator yang terukur.

Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 25/Permen-KP/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan Dan Perikanan Tahun 2015-2019, maka KKP melakukan perubahan/revisi Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama agar selaras dengan Renstra

(21)

KKP tersebut. Berdasarkan hal tersebut, BKIPM juga menyusun Rencana Strategis Tahun 2015-2019 yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala BKIPM Nomor 85/KEP-BKIPM/2015 yang ditindaklanjuti dengan melakukan perubahan Perjanjian Kinerja di lingkungan BKIPM pada bulan September 2015. Pada Perjanjian Kinerja ini dilakukan perubahan nomenklatur Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.1 dan Tabel 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1

Peta Strategi BKIPM tahun 2015

Tabel 2.1

Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BKIPM Tahun 2015

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA (IK) TARGET KET

STAKEHOLDER PERSPECTIVE

Terwujudnya kesejahteraan masyarakat kelautan perikanan

(22)

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA (IK) TARGET KET

CUSTOMER PERSPECTIVE

Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP

2 Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha KP terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

70% IK Baru

Terwujudnya efektiftas pencegahan penyebaran HPIK

3 Persentase jumlah jenis penyakit ikan karantina yang dicegah

penyebarannya antar zona

80% IK Baru

Terwujudnya kapasitas pelaksanaan sistem penjaminan mutu dan keamanan hasil perikanan untuk peningkatan produktivitas usaha dan pendapatan sektor KP

4 Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra

< 10 5 Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi

persyaratan ekspor

550 6 Nilai ekspor hasil perikanan (USD

Miliar)

5,86 IK Baru

Terwujudnya efektifitas pengendalian keamanan hayati untuk meningkatkan pengelolaan SDKP yang pastisipatif, bertanggung jawab, berdaulat, mandiri, dan berkelanjutan

7 Jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan besifat invasif melaui kajian analisis resiko

10 IK Baru

INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE

Tersedianya kebijakan pembangunan karantina ikan dan pengendalian mutu yang efektif

8 Indeks efektivitas kebijakan bidang perkarantinaan ikan mutu dan keamanan hasil perikanan

6 IK Baru

Terselenggaranya sistem pencegahan dan penyebaran penyakit ikan karantina, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan yang sesuai standar

9 Sertifikat penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan

1,161

10 Sertifikat kesehatan ikan ekspor yang memenuhi persyaratan negara tujuan

113.500 IK Baru 11 Sertifikat kesehatan ikan domestik

yang memenuhi persyaratan daerah tujuan

137.000 IK Baru

12 Lokasi yang termonitor kesegaran ikan, residu dan bahan berbahaya

30 13 Lokasi Perairan Laut yang dipetakan

dari cemaran Marine Biotoxin dan Logam Berat

5 IK Baru

14 Unit Usaha Pembudidayaan Ikan (UUPI) yang menerapkan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB)

75

15 Unit Pengolahan Ikan yang terigestrasi di negara mitra

125 16 Instalasi karantina ikan milik pihak

ketiga yang layak untuk ditetapkan

220 17 Pelaku usaha (UPI) yang menerapkan

sistem traceability

40 18 Tenaga Fungsional Pengendali Hama

Penyakit Ikan (PHPI) dan Pengawas Mutu (Wastu) yang lulus uji kompetensi

(23)

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA (IK) TARGET KET 19 Unit Pelaksana Teknis yang

menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001

12

20 Unit Pelaksana Teknis yang menerapkan sistem manajemen inspeksi ISO 17020

10 IK Baru

21 Laboratorium yang konsisten dalam penerapan ISO 17025

15 22 Unit Kerja lingkup otoritas kompeten

yang konsisten dalam penerapan Sistem Pengendalian Mutu

20 IK Baru

Terwujudnya harmonisasi sistem penjaminan mutu yang implementatif

23 Negara mitra yang harmonis dengan sistem, perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan

36 IK Baru

24 Penanganan kasus ekspor hasil perikanan yang diselesaikan

90% Terselenggaranya pencegahan

jenis dan agen hayati yang dilindungi, dilarang serta bersifat invasif

25 Persentase penyakit ikan eksotik yang dicegah masuk kedalam wilayah RI

77% IK Baru

26 Lokasi yang dipetakan dari

penyebaran penyakit ikan karantina

184 IK Baru

27 Tingkat keberhasilan pemberantasan dan penanggulangan pelanggaran karantina ikan

90%

28 Lokasi yang terpetakan jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasif

46 IK Baru

LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE

Terwujudnya aparatur sipil negara BKIPM yang kompeten, profesional dan

berkepribadian

29 Indeks kompetensi dan integritas BKIPM

65 IK Baru

Tersedianya manajemen pengetahuan BKIPM yang handal dan mudah diakses

30 Persentase unit kerja BKIPM yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar

40% IK Baru

Terwujudnya birokrasi BKIPM yang efektif, efisien dan beroriantasi pada layanan prima

31 Nilai kinerja reformasi birokrasi BKIPM

BB

Terkelolanya anggaran pembangunan BKIPM secara efisien dan akuntabel

32 Nilai kinerja anggaran BKIPM 80-90% IK Baru

33 Persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup BKIPM

(24)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 Capaian Kinerja

Langkah berikutnya dalam pencapaian kinerja adalah tahap pengukuran pencapaian indikator dan analisis hasil capaian indikator. Pengukuran pencapaian indikator kinerja layaknya dilakukan melalui identifikasi peran dan tanggung jawab setiap tingkat manajemen dalam organisasi untuk kemudian dianalisis upaya pencapaian target kinerja unit kerja yang bersangkutan dibandingkan dengan indikator yang telah disepakati sebelumnya.

Berikut ini disampaikan ringkasan capaian indikator kinerja BKIPM tahun 2015, sebagaimana disajikan pada Tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1

Capaian Kinerja BKIPM Tahun 2015

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

STAKEHOLDER PERSPECTIVE Terwujudnya kesejahteraan masyarakat kelautan perikanan 1 Pertumbuhan PDB Perikanan 7 8,37 119,57 CUSTOMER PERSPECTIVE Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP 2 Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha KP terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku 70% 83,2% 118,86 Terwujudnya efektiftas pencegahan penyebaran HPIK

3 Persentase jumlah jenis penyakit ikan karantina yang dicegah

penyebarannya antar zona

80% 64% 80

Terwujudnya kapasitas pelaksanaan sistem penjaminan mutu dan keamanan hasil perikanan untuk peningkatan produktivitas usaha dan pendapatan sektor KP

4 Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra

<10 <10 100

5 Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi persyaratan ekspor

550 574 104,36

6 Nilai ekspor hasil perikanan (USD Miliar)

(25)

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Terwujudnya efektifitas

pengendalian keamanan hayati untuk meningkatkan pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggung jawab, berdaulat, mandiri, dan berkelanjutan

7 Jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasif melalui kajian analisis risiko

10 11 110

INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE

Tersedianya kebijakan pembangunan karantina ikan dan pengendalian mutu yang efektif

8 Indeks efektivitas kebijakan bidang perkarantinaan ikan mutu dan keamanan hasil perikanan

6 8,1 135

Terselenggaranya sistem pencegahan dan

penyebaran penyakit ikan karantina, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan yang sesuai standar

9 Sertifikat penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan

1.161 1.451 124,98

10 Sertifikat kesehatan ikan ekspor yang memenuhi persyaratan negara tujuan

113.500 110.649 97,49

11 Sertifikat kesehatan ikan domestik yang memenuhi persyaratan daerah tujuan

137.000 155.886 113,78

12 Lokasi yang termonitor kesegaran ikan, residu dan bahan berbahaya

30 30 100

13 Lokasi Perairan Laut yang dipetakan dari cemaran Marine Biotoxin dan Logam Berat

5 5 100

14 Unit Usaha Pembudidayaan Ikan (UUPI) yang

menerapkan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB)

75 104 138,67

15 Unit Pengolahan Ikan yang teregistrasi di negara mitra

125 140 112

16 Instalasi karantina ikan milik pihak ketiga yang layak untuk ditetapkan

220 222 100,91

17 Pelaku usaha (UPI) yang menerapkan sistem traceability

40 65 160

18 Tenaga Fungsional Pengendali Hama Penyakit Ikan (PHPI) dan Pengawas Mutu (Wastu) yang lulus uji kompetensi

180 86 47,77

19 Unit Pelaksana Teknis yang menerapkan sistem

manajemen mutu ISO 9001

12 12 100

20 Unit Pelaksana Teknis yang menerapkan sistem manajemen inspeksi ISO 17020

(26)

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % 21 Laboratorium yang

konsisten dalam penerapan ISO 17025

15 15 100

22 Unit Kerja lingkup otoritas kompeten yang konsisten dalam penerapan Sistem Pengendalian Mutu

20 20 100

Terwujudnya harmonisasi sistem penjaminan mutu yang implementatif

23 Negara mitra yang harmonis dengan sistem,

perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan

36 38 105,55

24 Penanganan kasus ekspor hasil perikanan yang diselesaikan

90% 90,91% 101,01

Terselenggaranya

pencegahan jenis dan agen hayati yang dilindungi, dilarang serta bersifat invasif

25 Persentase penyakit ikan eksotik yang dicegah masuk ke dalam wilayah RI

77% 100% 129,87

26 Lokasi yang dipetakan dari penyebaran penyakit ikan karantina

184 231 125,54

27 Tingkat keberhasilan pemberantasan dan penanggulangan

pelanggaran karantina ikan

90% 91,5% 101,67

28 Lokasi yang terpetakan jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasif

46 51 110,87

LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE

Terwujudnya aparatur sipil negara BKIPM yang

kompeten, profesional dan berkepribadian

29 Indeks kompetensi dan integritas BKIPM

65 92,03 141,58

Tersedianya manajemen pengetahuan BKIPM yang handal dan mudah diakses

30 Persentase unit kerja BKIPM yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar

40% 83,3% 207

Terwujudnya birokrasi BKIPM yang efektif, efisien dan beroriantasi pada layanan prima

31 Nilai kinerja reformasi birokrasi BKIPM

BB A 112

Terkelolanya anggaran pembangunan BKIPM secara efisien dan akuntabel

32 Nilai kinerja anggaran BKIPM

80-90% 86,88% 102,21

33 Persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup BKIPM

(27)

3.2 Analisis Dan Evaluasi

Stakeholder Perspective

Capaian kinerja BKIPM pada Stakeholder Perspective berasal dari satu sasaran strategis, yakni terwujudnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan.

Sasaran Strategsi 1. Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan

Kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan menjadi tolok ukur dari dampak keberhasilan program dan kegiatan BKIPM. Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran terwujudnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan adalah pertumbuhan PDB perikanan.

IK1 Pertumbuhan PDB Perikanan

Keberhasilan capaian sasaran strategis terwujudnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan salah satunya diukur melalui pendapatan domestik bruto (PDB) perikanan. PDB perikanan diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa perikanan yang diproduksi dalam jangka waktu tertentu (per tahun). Angka persentase pertumbuhan PDB Perikanan diperoleh dengan membandingkan nilai PDB Perikanan (berdasarkan harga konstan) tahun berjalan dibandingkan dengan nilai PDB Perikanan tahun sebelumnya.

Target pertumbuhan PDB perikanan pada tahun 2015 sebesar 7%. Pencapaian pertumbuhan PDB Perikanan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada triwulan III 2015 mencapai 8,37% atau mencapai 119,57%. Angka ini berada di atas pertumbuhan ekonomi Indonesia secara umum, yaitu 4,73% dan lebih tinggi dari triwulan II 2015 yang sebelumnya sebesar 7,17%.

Faktor pendukung pertumbuhan ini adalah peningkatan produksi perikanan tangkap dan budidaya. Produksi perikanan tangkap hingga triwulan

(28)

III 2015 ini mencapai angka sebesar 4,72 juta ton atau naik sebesar 5,05% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Sementara, untuk produksi perikanan budidaya mencapai produksi sebesar 10,07 juta ton atau meningkat sebesar 3,98%.

Berdasarkan data KKP, komoditas perikanan tangkap yang mengalami peningkatan adalah tongkol (tongkol krai, cangkalang dan lisong) sebesar 10,57% dan tuna (madidihang, tuna sirip biru dan tuna mata besar) sebesar 15,47%.

Sementara, komoditas perikanan budidaya yang juga mengalami peningkatan produksi adalah rumput lalu, ikan tawes dan nilem. Rumput laut mengalami peningkatan produksi sebesar 10,83%, tawes meningkat sebesar 24,82% dan nilem meningkat produksi sebesar 7,19% dibandingkan triwulan II 2014.

Tabel 3.2

Perbandingan Capaian IK1 pada 2012-2015 dan Target 2019 Indikator Kinerja Tahun Target 2019 % Thd Target 2019 2012 2013 2014 2015* Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 6,49 6,86 6,97 8,37 12 69,75

Ket. * : Data realisasi s.d triwulan III 2015

Customer Perspective

Capaian kinerja BKIPM pada Customer Perspective berasal dari empat sasaran strategis, yaitu 1) terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan; 2) terwujudnya efektiftas pencegahan penyebaran HPIK; 3) terwujudnya kapasitas pelaksanaan sistem penjaminan mutu dan keamanan hasil perikanan untuk peningkatan produktivitas usaha dan pendapatan sektor kelautan dan perikanan; 4) Terwujudnya efektifitas pengendalian keamanan hayati untuk meningkatkan pengelolaan SDKP yang pastisipatif, bertanggung jawab, berdaulat, mandiri, dan berkelanjutan.

(29)

Sasaran Strategis 2. Terwujudnya Kedaulatan Dalam Pengelolaan Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan

Keberhasilan pencapaian sasaran strategis terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan diperoleh dari pencapaian indikator persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha kelautan dan perikanan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku berikut ini.

IK2

Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha kelautan dan perikanan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

Kepatuhan adalah ketaatan pelaku usaha/pengguna jasa baik perorangan atau badan hukum yang melakukan kegiatan proses pengelolaan ikan dan produk perikanan dan/atau melakukan kegiatan lalu lintas ikan yang dinyatakan telah memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang perkarantinaan ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan.

Kegiatan pemasukan dan pengeluaran lalu lintas ikan (impor/ekspor/antar area) wajib dilengkapi sertifikat kesehatan ikan; melalui tempat-tempat pemasukan/pengeluaran yang ditetapkan, serta dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina untuk keperluan tindakan karantina. Pada sistem pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, kewajiban yang harus ditaati adalah memiliki kelayakan pengolahan ikan, penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan melalui penilaian kesesuaian, serta disertifikasi baik unit pengolahannya maupun produknya.

Indikator persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha kelautan dan perikanan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku diukur dari 5 variabel, yaitu persentase kepatuhan importir terhadap pemenuhan persyaratan impor (bobot 20%), persentase kepatuhan eksportir yang diatur oleh peraturan tertentu (Permen KP, Permen LHK) terhadap pemenuhan persyaratan ekspor (bobot 20%), persentase kepatuhan eksportir

(30)

terhadap pemenuhan persyaratan sertifikasi HACCP (bobot 20%), persentase kepatuhan unit pengolahan ikan (UPI) skala besar yang memenuhi sistem

traceability (bobot 20%), dan persentase keberhasilan pengawasan di exit/entry point wilayah perbatasan (bobot 20%), dengan rumus perhitungan

sebagai berikut:

IK2= (x1 ×W1)+ (x2×W2)+(x3×W3)+(x4×W4)+(x5×W5)

Pada tahun 2015, kepatuhan (compliance) pelaku usaha kelautan perikanan terhadap peraturan perundang-undangan karantina ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan sebesar 83,2% atau mencapai 118,86% dari target 70%.

Tabel 3.3

Perbandingan Capaian IK2 pada 2015 dan Target 2019

Indikator Kinerja Capaian

2015

Target 2019

% thd Target 2019 Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha

KP terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

83,2% 87% 95,63

Sasaran Strategis 3. Terwujudnya Efektiftas Pencegahan Penyebaran HPIK Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran terwujudnya efektiftas pencegahan penyebaran HPIK adalah persentase jumlah jenis penyakit ikan karantina yang dicegah penyebarannya antar zona, dengan capaian kinerja sebagai berikut.

IK3 Persentase jumlah jenis penyakit ikan karantina yang

dicegah penyebarannya antar zona

Berdasarkan Kepmen KP Nomor 26/2013 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa dan Sebarannya, terdapat 25 jenis HPIK sudah ada di Indonesia dan 26 HPIK yang belum ada di Indonesia. Indikator persentase jumlah jenis penyakit ikan karantina yang dicegah penyebarannya antar zona diukur dengan

(31)

membandingkan jumlah jenis HPIK yang sudah ada dan jumlah jenis HPIK yang menyebar dari zona tidak bebas ke zona bebas, dengan rumus perhitungan sebagai berikut:

3 = ( − ) 100%

Ket.: A: Jenis HPIK yang sudah ada di Indonesia

B: Jenis HPIK yang menyebar dari zona tidak bebas ke zona bebas

Capaian indikator ini diperoleh dari hasil kegiatan pemantauan penyakit ikan karantina tahun 2015 yang dilakukan di 231 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Dari 25 jenis HPIK yang sudah ada di Indonesia, terdapat 9 jenis HPIK yang menyebar dari zona tidak bebas ke zona bebas, yaitu white spot

disease (WSSV), RSBIVD, VNN, KHV, Carp erytrodermatitis (Aeromonas salmonicida), Edwarsiella tarda, ESC (Edwarsiella ictaluri), Streptococcosis

(Streptococcus iniae) dan Infectious myonecrosis. Sedangkan 16 jenis HPIK lainnya berhasil dicegah penyebarannya dari zona tidak bebas ke zona bebas (Lampiran 2). Sehingga capaian indikator persentase jumlah jenis penyakit ikan karantina yang dicegah penyebarannya antar zona hanya 64% dari target 80% atau mencapai 80%. Penyebab tidak tercapainya indikator ini antara lain karena masih kurangnya sarana pengujian HPIK di beberapa UPT dan belum meratanya kompetensi SDM fungsional yang ada. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemenuhan sarana pengujian dan peningkatan kompetensi SDM.

Tabel 3.4

Perbandingan Capaian IK3 pada 2015 dan Target 2019

Indikator Kinerja Capaian

2015

Target 2019

% thd Target 2019 Persentase jumlah jenis penyakit ikan karantina

(32)

Sasaran Strategis 4. Terwujudnya kapasitas pelaksanaan sistem penjaminan mutu dan keamanan hasil perikanan untuk peningkatan produktivitas usaha dan pendapatan sektor kelautan dan perikanan

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis ini terdiri dari jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra, Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi persyaratan ekspor, dan nilai ekspor hasil perikanan (USD Miliar), dengan capaian kinerja sebagai berikut.

IK4 Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara

mitra

Kontribusi BKIPM dalam meningkatkan kinerja ekspor produk hasil perikanan di pasar internasional adalah dengan menekan jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra agar tidak melampaui jumlah sepuluh (<10) per negara mitra. Indikator ini dihitung berdasarkan notifikasi penolakan yang diterima otoritas kompeten dari negara mitra yang jumlah kasus penolakannya tertinggi. Tingkat capaian 100% diperoleh selama jumlah kasus penolakan tertinggi per negara mitra lebih rendah dari jumlah target penolakan yang ditetapkan (<10).

Data kinerja kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra pada tahun 2015 tertinggi terjadi di negara Itali, Perancis, Inggris dan Rusia, yaitu dua kasus, dan satu kasus terjadi di negara Belgia, Korea Selatan dan Kanada. Penyebab utama terjadinya kasus penolakan hasil perikanan adalah kandungan merkuri dan cemaran bakteri. Untuk negara mitra lainnya seperti China, Vietnam dan Norwegia tidak ada kasus penolakan ekspor atau nihil.

Sebagai perbandingan kasus penolakan yang terjadi di Uni Eropa sesuai data RASFF tahun 2015, Indonesia dengan total tujuh kasus berada di posisi 19 masih di bawah negara-negara pesaing seperti: China (12 kasus) di posisi 8; Thailand (10 kasus) di posisi 12; India (18 kasus) di posisi 5; Vietnam (41

(33)

kasus) di posisi 2, sedangkan posisi 1 diduduki oleh Spanyol dengan jumlah kasus 84.

Tabel 3.5

Rekapitulasi Kasus Penolakan pada 2012 - 2015

No Negara mitra Kasus Penolakan

2012 2013 2014 2015 1 China 0 0 0 0 2 Kanada 0 5 4 1 3 Vietnam 0 0 0 0 4 Rusia 1 4 0 2 5 Korea Selatan 2 3 2 1 6 Italia 9 1 1 2 7 Spanyol 3 0 1 0 8 Prancis 1 1 1 2 9 Inggris 1 0 1 2 10 Belgia 0 1 1 1 11 Jerman 0 2 3 0 12 Slovenia 0 0 1 0 13 Norwegia 0 0 0 0

Ket.: Untuk 21 negara anggota EU dan 4 negara anggota EEU lainnya tidak ada kasus penolakan ekspor (Sumber: Pusat Sertifikasi Mutu, 2015)

IK5 Jumlah unit pengolahan ikan yang memenuhi persyaratan

ekspor

Realisasi indikator ini diukur dengan menghitung jumlah UPI yang mendapatkan sertifikat HACCP dari otoritas kompeten, sebagai salah satu persyaratan ekspor ke negara mitra. Realisasi jumlah Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang memenuhi persyaratan ekspor telah diinspeksi sebanyak 574 UPI atau mencapai 104% dari target 550 UPI.

Tabel 3.6

Perbandingan Capaian IK5 Pada 2012 – 2015 dan Target 2019

Indikator Kinerja Capaian Target 2019 % Thd Target 2019 2012 2013 2014 2015

Jumlah unit pengolahan ikan yang memenuhi persyaratan ekspor

(34)

Penurunan jumlah UPI yang memenuhi persyaratan ekspor jika dibandingkan dengan tahun 2014 dikarenakan penurunan volume ekspor terutama ke negara China, Philipina, dan Thailand akibat berhentinya suplai ekspor dari beberapa perusahaan yang terindikasi mendapatkan bahan baku dari tangkapan ilegal.

Pada tahun 2014 beberapa perusahaan tersebut berkontribusi terhadap volume ekspor produk hasil perikanan sebesar 145.328.497 Kg. Pada tahun 2015 kinerja ekspor perusahaan tersebut menurun secara signifikan sebesar 96,69%. Berhentinya aktivitas ekspor beberapa perusahan tersebut di atas dikarenakan wajib mematuhi regulasi baru terkait moratorium perijinan, penggunaan kapal eks asing dan awak asing, pelarangan penggunaan alat tangkap trawl, transhipment dan anti perbudakan.

IK6 Nilai ekspor hasil perikanan (USD Miliar)

Pada tahun 2015, nilai ekspor hasil perikanan ditargetkan sebesar USD5,86 miliar. Secara kumulatif nilai ekspor hasil perikanan Indonesia periode Januari - Desember 2015 mencapai USD3,95 miliar, atau tercapai 67,41%. Komoditas utama ekspor hasil perikanan tahun 2015 adalah udang (41%), tuna tongkol cakalang (15%), kepiting/rajungan (8%), rumput laut (5%), dan cumi-cumi/gurita/sotong (5%).

Tabel 3.7

Perbandingan Capaian IK6 Pada 2012-2015 dan Target 2019

Indikator Kinerja Capaian Target

2019

2012 2013 2014 2015*

Nilai ekspor hasil perikanan (USD

miliar) 3,85 4,18 4,64 3,95 -14,87

Keterangan: *) Angka sementara

Angka pencapaian ini lebih kecil apabila dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 2014, yakni USD4,64 miliar. Sebaliknya, ekspor hasil perikanan

(35)

dalam periode lima tahun terakhir mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,52% per tahun.

Beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan ekspor tersebut antara lain:

a. Penurunan total nilai impor hasil perikanan di beberapa negara tujuan utama. Berdasarkan data UN Comtrade 2015 periode Januari-Oktober 2015 terdapat penurunan impor perikanan di negara USA menurun 7,5% dibanding 2014 dari USD18,3 miliar menjadi USD16,9 miliar, Jepang menurun 10% dibanding 2014 dari USD12,9 miliar menjadi USD11,6 miliar, UE (28 Negara) menurun 13,4% dibanding 2014 dari USD35,8 miliar menjadi USD31,0 miliar.

b. Distribusi bahan baku dari nelayan (produsen) ke Unit Pengolahan Ikan (UPI) belum berjalan dengan baik. Hal tersebut mengakibatkan beberapa UPI kekurangan bahan baku sehingga tidak bisa optimal ekspornya.

c. Selain hal tersebut, berdasarkan data BPS, beberapa komoditas mengalami penurunan harga diantaranya adalah harga ekspor udang menurun 22% dibanding 2014 (walaupun volume naik 0,7% atau setara USD436 Juta), harga ekspor rumput laut menurun 27% dibanding 2014 (walaupun volume naik 3% atau setara dengan USD72 Juta) dan harga ekspor kepiting menurun 10% (setara dengan USD33 juta) dibanding 2014.

Sasaran Strategis 5. Terwujudnya efektifitas pengendalian keamanan hayati untuk meningkatkan pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggung jawab, berdaulat, mandiri, dan berkelanjutan

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis ini adalah jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasif melalui kajian analisis risiko, dengan capaian kinerja sebagai berikut.

(36)

IK7 Jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat

invasif melalui kajian analisis resiko

Analisis risiko merupakan rangkaian kegiatan untuk mengevaluasi peluang dan konsekuensi biologis dan ekonomis dari pemasukan suatu komoditi ikan dari suatu negara atau antar area di wilayah Negara Republik Indonesia. Analisis risiko terdiri dari empat komponen utama: (1) identifikasi bahaya, (2) penilaian risiko, (3) manajemen risiko, dan (4) komunikasi risiko. Karakteristik analisis risiko adalah berbasis ilmiah, konsisten, transparan dan fleksibel.

Indikator jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasif melalui kajian analisis resiko diukur dengan menghitung jumlah kajian analisis risiko yang telah ditetapkan melalui Keputusan Kepala BKIPM.

Pada tahun 2015, telah dihasilkan 11 dokumen kajian analisis risiko dari target 10 atau mencapai 110. Kajian analisis risiko tersebut terdiri dari Analisis Risiko Pemasukan Tiram Pasifik (Crassostreagigas) sebagai Spesies Asing Invasif; Analisis Risiko Pemasukan Tiram Pipih Eropa (Ostreaedulis) sebagai Spesies Asing Invasif; Analisis Risiko Pemasukan Vandellia sp Sebagai Spesies Asing Invasif; Analisis Risiko Pemasukan Ikan Gabus (Channa sp) sebagai Spesies Asing Invasif; Analisis Risiko Pemasukan Arapaima gigas sebagai Spesies Asing Invasif; Analisis Risiko Pemasukan Piranha (Serrasalmus sp) sebagai Jenis Ikan Berbahaya; Analisis Risiko Pemasukan Esoxlucius sebagai Jenis Ikan Berbahaya; Analisis Risiko Pemasukan Belut Listrik (Electrophorus

electricus) sebagai Spesies Asing Invasif; Analisis Risiko Early Mortality Syndrome (EMS) pada udang; Kajian Risiko Larangan Terbatas Pengeluaran

Dan Pemasukan Lobster (Panulirus spp); dan Kajian Risiko Larangan Terbatas Pengeluaran Dan Pemasukan Kepiting (Scylla spp).

(37)

Tabel 3.8

Perbandingan Capaian IK7 Pada 2015 dan Target 2019

Indikator Kinerja Capaian 2015 Target 2019 Target 2019 % thd Jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan

besifat invasif melalui kajian analisis resiko 11 80 13,75

Internal Process Perspective

Capaian kinerja Ditjen PDSPKP pada Internal Process Perspective berasal dari empat sasaran strategis, yaitu 1) tersedianya kebijakan pembangunan karantina ikan dan pengendalian mutu yang efektif; 2) terselenggaranya sistem pencegahan dan penyebaran penyakit ikan karantina, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan yang sesuai standar; 3) terwujudnya harmonisasi sistem penjaminan mutu yang implementatif; dan 4) Terselenggaranya pencegahan jenis dan agen hayati yang dilindungi, dilarang serta bersifat invasif.

Sasaran Strategis 6. Tersedianya kebijakan pembangunan karantina ikan dan pengendalian mutu yang efektif

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis ini adalah indeks efektivitas kebijakan bidang perkarantinaan ikan mutu dan keamanan hasil perikanan, dengan capaian kinerja sebagai berikut.

IK8 Indeks efektivitas kebijakan bidang perkarantinaan ikan

mutu dan keamanan hasil perikanan

Efektivitas kebijakan pemerintah adalah keputusan yang diambil oleh KKP melalui penerbitkan Peraturan Menteri dan/atau Keputusan Menteri dapat dilaksanakan dan mampu menyelesaikan masalah sesuai dengan tujuan pembuatan kebijakan tersebut. Indeks efektivitas kebijakan pemerintah adalah suatu ukuran untuk menilai sejauh mana kebijakan yang diterbitkan oleh KKP dapat diterima oleh stakeholders kelautan perikanan, serta mampu

(38)

menyelesaikan masalah sesuai dengan tujuan pembuatan kebijakan tersebut. Indikator indeks efektifitas kebijakan pemerintah merupakan indikator di Level 0 yang diturunkan ke seluruh level I dengan metode lingkup dipersempit. Indikator indeks efektivitas kebijakan bidang perkarantinaan ikan mutu dan keamanan hasil perikanan pada tahun 2015 diukur melalui penilaian indeks kepuasan masyarakat. Realisasi indikator ini pada 2015, mengacu pada angka realisasi KKP, yaitu 8,1.

Tabel 3.9

Perbandingan Capaian IK8 Pada 2015 dan Target 2019

Indikator Kinerja Capaian 2015 Target 2019 % thd Target 2019 Indeks efektivitas kebijakan bidang

perkarantinaan ikan mutu dan keamanan hasil perikanan

8,1 8 101,25

Sasaran Strategis 7. Terselenggaranya sistem pencegahan dan penyebaran penyakit ikan karantina, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan yang sesuai standar

Keberhasilan pencapaian sasaran strategis terselenggaranya sistem pencegahan dan penyebaran penyakit ikan karantina, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan yang sesuai standar diperoleh dari pencapaian tiga belas indikator kinerja berikut ini.

IK9 Sertifikat penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat

HACCP) di Unit Pengolahan Ikan

HACCP merupakan suatu sistem manajemen keamanan makanan yang sudah terbukti dan didasarkan pada tindakan pencegahan terhadap bahaya keamanan hasil perikanan yang untuk dikonsumsi manusia dari bahaya yang bersifat biologi, kimia dan fisik. Dengan penerapan sistem HACCP, identifikasi suatu yang mungkin akan muncul di dalam proses, tindakan pengendalian yang dibutuhkan akan dapat ditempatkan sebagaimana mestinya sehingga pemantauan terhadap bahaya keamanan makanan akan mudah dilaksanakan.

(39)

Hal ini untuk memastikan bahwa keamanan makanan memang dikelola dengan efektif dan untuk menurunkan ketergantungan pada metode tradisional seperti pengujian pada produk akhir (end product testing).

Sertifikat penerapan HACCP merupakan salah satu persyaratan mutlak dan wajib harus dimiliki oleh unit Pengolahan ikan, bila akan melakukan ekspor hasil produksi perikanannya. Sertifikasi penerapan HACCP mengacu kepada tata cara penerbitan HACCP sesuai Peraturan Kepala BKIPM Nomor PER.03/BKIPM/2011.

Indikator sertifikat penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan diukur dengan menghitung jumlah realisasi sertifikat HACCP yang diterbitkan pada tahun berjalan.

Pada tahun 2015 telah diterbitkan sejumlah 1.451 sertifikat dari target sebanyak 1.161 sertifikat atau mencapai 124,98%. Capaian ini melampaui target dikarenakan:

1. Bertambahnya UPI, khususnya produk hidup untuk dikonsumsi yang sebelumnya belum menerapkan sistem HACCP.

2. Peningkatan jumlah UPI skala kecil yang menerapkan sistem HACCP untuk kegiatan ekspor produk hasil perikanan.

3. Penambahan ruang lingkup produk dari UPI yang sudah ada dalam rangka diversifikasi produk hasil perikanan yang dapat di ekspor.

Tabel 3.10

Perbandingan Capaian IK9 pada 2012 – 2015 dan Target Tahun 2019

Indikator Kinerja Capaian Target 2019 % thd Target 2019 2012 2013 2014 2015

Jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan sebagai persyaratan ekspor

1.145 1.219 1.556 1.451 1.395 104,01

(40)

IK10 Sertifikat kesehatan ikan ekspor yang memenuhi

persyaratan negara tujuan

Produk hasil perikanan yang akan diekspor harus memenuhi persyaratan memiliki sertifikat kesehatan (Health Certificate/HC). Kelengkapan HC dimaksudkan sebagai pemenuhan amanat UU Nomor 31 Tahun 2004 jo UU Nomor 45 Tahun 2009 dan persyaratan pasar Internasional. Sertifikasi kesehatan produk hasil perikanan ekspor dilakukan melalui In Process

Inspection terhadap UPI yang teregistrasi dan memiliki sertifikat HACCP.

Sedangkan sertifikasi kesehatan karantina ikan harus memenuhi standar penerbitan sesuai SOP Nomor 01/2015 dan SOP Nomor 03/2015 dan mengacu pada sesuai dengan PP nomor 15/2002.

Indikator sertifikat kesehatan ikan ekspor yang memenuhi persyaratan negara tujuan diukur dengan menghitung realisasi jumlah HC karantina ikan dan HC hasil perikanan yang terbit.

Target indikator sebesar 113.000 sertifikat terdiri dari HC karantina sebesar 31.500 dan HC mutu sebesar 82.000. Realisasi jumlah HC karantina yang diterbitkan adalah 44.181 sertifikat, sedangkan realisasi jumlah HC mutu yang diterbitkan sebanyak 66.468 sertifikat sehingga total sertifikat yang diterbitkan sebanyak 110.649 atau hanya mencapai 98%.

Tidak tercapainya target yang telah ditetapkan tersebut disebabkan terjadi penurunan penerbitan HC mutu akibat adanya penurunan volume ekspor produk hasil perikanan pada tahun 2015, yaitu sebesar 9,63% jika dibandingkan volume ekspor pada tahun 2014 yang mencapai 818.380.971 Kg (data selengkapnya pada Lampiran 3).

Penyebab lain tidak tercapainya target sertifikasi produk hasil perikanan ekspor adalah menurunnya ekspor hasil komoditas lobster, kepiting, dan rajungan dalam bentuk atau olahan karena adanya pelarangan penangkapan lobster, kepiting dan rajungan bertelur sesuai dengan Permen KP Nomor 01 Tahun 2015.

(41)

Tabel 3.11

Perbandingan Capaian IK10 pada 2013-2015 dan Target 2019

Indikator Kinerja Capaian Target

2019

% thd Target 2019

2013 2014 2015

Sertifikat kesehatan ikan ekspor yang memenuhi persyaratan negara tujuan

118.833 120.551 110.649 122.000 90,69

(Sumber: Puskari dan Pusat SM, 2015)

IK11 Sertifikat kesehatan ikan domestik yang memenuhi

persyaratan daerah tujuan

Sertifikasi kesehatan ikan domestik dilakukan melalui tindakan karantina ikan dalam rangka mencegah tersebarnya HPIK antar area di dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Sertifikasi bertujuan untuk memastikan dan memberikan jaminan bahwa media pembawa/ikan yang dilalulintaskan tidak tertular HPIK yang dipersyaratkan daerah tujuan sesuai dengan standar.

Indikator sertifikat kesehatan ikan domestik yang memenuhi persyaratan daerah tujuan diukur melalui verifikasi (on site dan on desk) terhadap jumlah sertifikat kesehatan ikan domestik keluar (KI-D2) yang diterbitkan oleh UPT BKIPM dan memenuhi standar. Pada tahun 2015 hasil verifikasi dari total 183.696 sertifikat, diperoleh 155.886 sertifikat yang memenuhi standar dari target 137.000 sertifikat, atau mencapai 113,8%.

Tercapainya indikator tersebut dikarenakan telah tersusunnya standar, bimbingan teknis, dan pembinaan penerapan SOP.

Tabel 3.12

Perbandingan Capaian IK11 pada 2013-2015 dan Target 2019

Indikator Kinerja Capaian Target 2019 % thd Target 2019 2013 2014 2015

Sertifikat kesehatan ikan domestik yang memenuhi persyaratan daerah tujuan

224.904 134.378 155.886 144.000 108,25

(42)

Hasil perikanan hidup yang dominan dilalulintaskan secara domestik adalah benih udang vannamei (64%), benih udang windu (15%), benih bandeng (16%), patin (3%) dan benih lele (0,38%). Sedangkan hasil perikanan non hidup yang dominan dilalulintaskan adalah rumput laut (19%), pakan ikan/udang (8%), tongkol (7%), ikan beku campur (5%), dan cakalang (4%). Data selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini.

Gambar 3.1

Hasil Perikanan Yang Dominan Dilalulintaskan Secara Domestik

IK12 Lokasi yang termonitor kesegaran ikan, residu dan bahan

berbahaya

Pemantauan ikan dilakukan terhadap kesegaran ikan, residu kimia dan bahan berbahaya pada ikan segar, baik yang yang beredar di sekitar pelabuhan perikanan dan bahan baku yang digunakan industri perikanan skala besar di sekitar pelabuhan perikanan. Pengujian dilakukan berdasarkan potensi dan jenis ikan yang ada di lokasi pemantauan, karena dengan jenis ikan dapat diketahui bahaya yang akan mempengaruhi mutu ikan. Pemantauan tidak dilakukan terhadap semua parameter uji tetapi dilakukan dengan pengujian selektif.

Indikator lokasi yang termonitor kesegaran ikan, residu dan bahan berbahaya diukur dengan menghitung realisasi jumlah lokasi yang dimonitor kesegaran ikan, residu dan bahan berbahaya.

(43)

Realisasi jumlah lokasi yang termonitor kesegaran ikan, residu dan bahan berbahaya tahun 2015 sebanyak 30 lokasi dari target 30 lokasi atau mencapai 100%. Lokasi yang dipantau tersebut terdiri dari pelabuhan perikanan, lingkungan perairan, dan miniplant, yaitu Tj. Balai Asahan, Padang, Lampung, Pelabuhan Ratu, Cirebon, Nizam Zachman, Muara Angke, Pati, Pekalongan, Tegal, Banyuwangi, Prigi, Probolinggo, Lamongan, Denpasar, Mataram, Bima, Kupang, Bitung, Gorontalo, Makassar, Kendari, Ambon, Ternate, Sorong, Karangantu, Bau-Bau, Tahuna, Pangkalpinang dan Cilacap (Lampiran 4). Berdasarkan hasil monitoring di 30 lokasi dapat disimpulkan bahwa ikan yang didaratkan dan didistribusikan masih aman untuk dikonsumsi.

Tabel 3.13

Perbandingan Capaian IK12 pada 2013 – 2015 dan Target 2019

Indikator Kinerja Capaian Target 2019 % thd Target 2019 2013 2014 2015

Lokasi yang termonitor kesegaran ikan,

residu dan bahan berbahaya 25 21 30 32 93,75

(Sumber: Pusat Sertifikasi Mutu, 2015)

IK13 Lokasi perairan laut yang dipetakan dari cemaran marine biotoxin dan logam berat

Indikator lokasi perairan laut yang dipetakan dari cemaran marine biotoxin dan logam berat diukur dengan menghitung realisasi jumlah lokasi perairan (teluk, selat, wilayah pesisir) laut yang dipetakan dari cemaran Marine Biotoxin dan Logam Berat.

Realisasi lokasi perairan laut yang dipetakan dari cemaran marine biotoxin dan logam berat tercapai 5 lokasi dari target 5 lokasi atau 100% dari target. Berdasarkan target awal pemetaan perairan laut dari cemaran marine biotoxin dan logam berat terhadap 3 lokasi, yaitu Tanjung Balai Asahan, Lampung dan DKI Jakarta. Karena ada penambahan anggaran APBNP dan

(44)

merupakan sentra produksi kekerangan dan ikan karang maka dilaksanakan penambahan lokasi pemetaan di 2 lokasi, yaitu Surabaya, dan Ambon.

Berdasarkan hasil pemetaan terhadap 5 lokasi tidak terjadi cemaran

marine biotoxin. Hal ini di tunjukkan dari hasil uji biotoxin pada ikan dan

identifikasi plankton pada perairan. Sedangkan untuk logam berat pada 5 perairan, hanya perairan sekitar Surabaya yang tercemar, hal ini ditunjukkan dari hasil pengujian logam berat Cadmium pada kerang yang melebihi ambang batas.

Tabel 3.14

Perbandingan Capaian IK13 pada 2015 dan Target 2019

Indikator Kinerja Capaian

2015

Target 2019

% thd Target 2019 Lokasi Perairan Laut yang dipetakan dari

cemaran Marine Biotoxin dan Logam Berat 5 10 50%

(Sumber: Pusat Sertifikasi Mutu, 2015)

IK14 Unit Usaha Pembudidayaan Ikan (UUPI) yang menerapkan

Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB)

Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) adalah metode yang berisikan standar operasional prosedur (SOP) yang digunakan untuk memastikan bahwa semua tindakan dan penggunaan fasilitas instalasi karantina dilakukan secara efektif, konsisten, sistematis dan memenuhi standar biosekuriti untuk menjamin kesehatan ikan. Penerapan CKIB bertujuan untuk mendorong UUPI melaksanakan manajemen kesehatan ikan yang baik dengan menerapkan prinsip-prinsip biosekuriti pada produksi budidaya ikan sehingga dapat memenuhi jaminan kesehatan ikan.

Indikator Unit Usaha Pembudidayaan Ikan (UUPI) yang menerapkan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) diukur dengan menghitung realisasi jumlah UUPI (kelas A, kelas B, dan kelas C) yang telah disertifikasi CKIB. Pada tahun 2015, realisasi UUPI yang telah disertifikasi CKIB sebanyak 104 unit dari target 75 unit atau mencapai 138,67%. UUPI tersebut terdiri dari kelas A berjumlah

Referensi

Dokumen terkait

Pada level Internal Process Perspective , capaian yang diperoleh dari 4 (empat) sasaran strategis dan 6 (enam) indikator kinerja, yaitu (i) SS6 : Terintegrasinya

Capaian kinerja sasaran strategis I “Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan dan aset daerah” dengan indikator kinerja Persentase OPD yang melaksanakan tata

Sedangkan hasil pengukuran capaian kinerja 3 (tiga) sasaran strategis yang dicantumkan dalam Perjanjian Kinerja Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan)

Capaian Indikator Kinerja Utama Prosentase Sumber Daya Manusia yang profesional di bidang komunikasi SAR adalah 104%, capaian ini berasal dari sasaran

Hasil pengukuran kinerja sasaran strategis “Terfasilitasinya Ketenagaan Pelatihan Pertanian untuk Meningkatkan Kompetensi” menunjukkan bahwa : jumlah ketenagaan pelatihan

Kontribusi terhadap capaian sasaran strategis dan indikator kinerja tersebut juga didukung melalui standardisasi dan kurikulum adalah dengan telah tersedianya Petunjuk

Keberhasilan pencapaian sasaran strategis Pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan yang integratif diperoleh dari pencapaian indikator Persentase Penyakit ikan

Pengukuran capaian kinerja sasaran strategis meliputi pengukuran atas realisasi 11 IKU dominan (yang paling mempengaruhi capaian sasaran strategis) dari 35 IKU yang telah