• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI YOGYAKARTA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN

RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI

YOGYAKARTA

Yosi Febrianti

1*

, Nurul Ambariyah

2

, dan Chichi Kartika Haliem

1

1Program Studi Profesi Apoteker, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta 2Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Sardjito Yogyakarta

*Corresponding author email: yosif88@gmail.com

Abstrak

Latar belakang: Persalinan prematur merupakan penyebab tertinggi kematian neonatus di Indonesia. Terapi

tokolitik merupakan terapi yang digunakan dalam menghambat kelahiran prematur. Penggunaan tokolitik harus dievaluasi untuk menjamin penggunaan obat yang rasional karena sebagian besar tokolitik merupakan off-label.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan kesesuaian penggunaan tokolitik dibandingkan

dengan Panduan Persalinan Preterm Nasional (POGI) 2011.

Metode: Studi ini menggunakan rancangan cross-sectional dengan menggunakan data retrospektif dari bulan Januari

2013 sampai dengan Desember 2015. Subjek penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosis Partus Prematurus Iminens dan mendapatkan terapi tokolitik. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menganalisis gambaran dan kesesuaian penggunaan tokolitik. Total pasien yang terlibat dalam penelitian ini ada 95 pasien.

Hasil penelitian: Terapi tokolitik yang digunakan pada ketiga rumah sakit yaitu nifedipin (71%), terbutalin (14%),

dan isoxsuprin (7%). Ada 76 pasien (80%) yang mendapatkan terapi tokolitik yang sesuai dengan POGI 2011 dilihat dari jenis obat, dosis dan rute pemberian. Kesimpulan: Penggunaan tokolitik terbanyak pada pasien dengan risiko kelahiran prematur adalah nifedipin. Kesesuaian penggunaan tokolitik berdasarkan POGI 2011 pada ketiga rumah sakit mencapai 80% (76 pasien).

Kata Kunci :Tokolitik, kelahiran prematur, nifedipin, POGI, off-label

1. PENDAHULUAN

Persalinan prematur merupakan masalah penting dalam dunia kesehatan khususnya dibidang obstetric karena baik di Negara berkembang maupun Negara maju penyebab morbiditas dan mortalitas neonatus adalah bayi yang lahir preterm. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 12,9 juta kelahiran atau 9,6% dari semua kelahiran bayi diseluruh dunia merupakan bayi yang lahir prematur pada tahun 20051. Berdasarkan

hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 angka kematian bayi prematur dengan berat badan rendah di Indonesia termasuk tinggi yaitu mencapai 30%2.

Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan upaya-upaya dalam mencegah kejadian kelahiran secara prematur dengan cara menghambat kelahiran sebelum 37 minggu dengan menggunakkan obat-obat tokolitik. Terapi tokolitik merupakan terapi yang digunakan dalam menghambat kelahiran prematur dengan cara menghambat kontraksi uterus sehingga dapat memperpanjang masa kehamilan dan mengurangi komplikasi neonata3.

Saat ini, obat-obat yang digunakan sebagai tokolitik dikategorikan sebagai off-label. Penelitian yang dilakukan Mantik dan Erva (2014) di 2 Rumah Sakit menemukan bahwa asam mefenamat digunakan sebagai tokolitik. Hal tersebut tidak sesuai dengan POGI 2011. Pemberian yang tidak sesuai dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi pasien. Oleh karena itu, evaluasi penggunaan tokolitik penting untuk dilakukan sebagai upaya mencapai rasionalitas dalam penggunaan obat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan tokolitik pada pasien dengan resiko kelahiran prematur, mengetahui kesesuaian penggunaan tokolitik berdasarkan nama obat, dosis, rute pemberian dibandingkan terhadap POGI 2011.

2. BAHAN dan METODE 2.1. Bahan

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medik, dari bulan Januari 2013 sampai dengan Desember 2015. Pengambilan data dilakukan dari bulan Februari

(2)

2016 sampai dengan April 2016. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Dr. Sardjito, RSUD Kota Yogyakarta, dan RS Bethesda. Jenis data yang diambil dari rekam medis meliputi data demografi pasien; riwayat penyakit dan kehamilan; nama obat, dosis, dan rute pemberian tokolitik.

2.2. Metode

Studi ini menggunakan rancangan

cross-sectional deskriptif dengan menggunakan data

retrospektif. Kriteria inklusi yaitu pasien yang didiagnosis Partus Prematurus Iminens dan mendapatkan terapi tokolitik. Adapun kriteria eksklusi yaitu pasien dengan kehamilan kembar dua atau lebih,dan menggunakan terapi antibiotik.

Kriteria dalam menilai kesesuaian penggunaan obat yang digunakan meliputi nama obat, dosis dan rute pemberian. Kriteria ini disadur dari pustaka, yaitu Panduan Persalinan Preterm Nasional (POGI) 2011.

Data yang diperoleh akan dihitung secara kuantitatif dan dianalisis deskriptif. Data dianalisis menggunakan software Microsoft Excel 2007.

3. HASIL

Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 220 orang, namun mengalami eksklusi sehingga yang terlibat dalam penelitian yaitu 95 orang. Mayoritas subjek berusia 20 sampai 34 tahun (71,6%). 20 pasien (16%) berusia lebih dari 35 tahun saat proses kehamilan. Berdasarkan usia kehamilan, mayoritas usia kehamilan pasien berada pada lebih dari 32 minggu sebanyak 53 orang (53%). Sebanyak 21 pasien memiliki usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Berdasarkan paritas, sebagian besar paritas pasien adalah 1 yaitu sebanyak 30 pasien (31,6%). Sementara itu, dilihat dari riwayat abortus mayoritas pasien tidak memiliki riwayat abortus (73 orang, 718%). Data lengkap karakteristik pasien dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Pasien

Faktor Jumlah Persentase

Usia Ibu <20 th 7 7,40% 20-34 th 68 71,60% ≥35 th 20 16,00% Usia Kehamilan <28 minggu 21 22,00% 28-32 minggu 24 25,00% > 32 minggu 53 53,00% Paritas* 0 46 48,40% 1 30 31,60% ≥2 19 15,00% Riwayat Persalinan prematur 5 5,30% Abortus 17 17,90% Tanpa riwayat 73 71,80% Riwayat Penyakit Alergi 7 7,40% Tifus 1 1,05% Anemia 1 1,05% TB 1 1,05% ISK 1 1,05% Tanpa riwayat 84 83,40%

(3)

Gambaran penggunaan tokolitik pada ketiga Rumah Sakit menunjukkan mayoritas pasien mendapatkan nifedipin (71%), diikuti dengan terbutalin (14%), isoxsuprin (7%), kombinasi terbutalin dengan isoxsuprin (5%), nifedipin dengan terbutalin (2%), dan nifedipin dengan

isoxsuprin (1%). Data lengkap mengenai gambaran penggunaan tokolitik dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Gambaran Penggunaan Tokolitik

Berdasarkan kesesuaiannya yang dilihat dari aspek nama obat, kelompok pasien yang menggunakan tokolitik dan sesuai dengan panduan POGI adalah kelompok pasien yang termasuk dalam kelompok yang menggunakan nifedipin (67 pasien), Kelompok pasien yang menggunakan isoxsuprin (7 pasien) dan kelompok pasien yang menggunakan terapi kombinasi nifedipin+isoxsuprin (2 pasien) sedangkan kelompok pasien yang mendapatkan terapi tokolitik yang tidak sesuai dengan panduan POGI adalah kelompok pasien dengan terapi terbutalin, terapi kombinasi nifedipin+terbutalin dan terbutalin+isoxsuprin. Hal ini dikarenakan karena

faktor lain seperti standar operasional rumah sakit serta kondisi klinis pasien itu sendiri juga yang mempengaruhi pemilihan terapi dalam penelitian ini.

Dari aspek rute pemberian, ada 2 rute pemberian yang digunakan saat pemberian tokolitik yaitu rute per oral (87,36%) dan intravena (12, 63%). Berdasarkan dosis obat yang digunakan sebagai tokolitik, seluruh pasien (95 pasien, 100%) mendapatkan dosis yang sesuai seperti yang dianjurkan oleh POGI 2011. Data lengkap kesesuaian penggunaan tokolitik dapat dilihat pada Tabel 2.

(4)

Tabel 2. Kesesuaian Penggunaan Tokolitik

Nama Obat Dosis Rute

Pemberian

Aturan pakai

Kesesuaian

Total Sesuai Tidak sesuai

Nifedipin Dosis awal 20mg,

dilanjutkan 10 mg po 3x1 67 0 67 Isoxsuprin 10 mg po 3x1 7 0 7 Terbutalin 5 mg po 3x1 0 7 13 0,5mg/ml iv 1x1 0 6

Nifedipin+ Dosis awal 20mg,

dilanjutkan 10 mg po 3x1 2 0 2

Isoxsuprin 10 mg po 3x1 Nifedipin+ Dosis awal 20mg,

dilanjutkan 10 mg po 3x1 0 1 1 Terbutalin 0,5 mg/ml iv 1x1 Terbutalin+ 0,5 mg/ml iv 1x1 0 5 5 Isoxsuprin 10 mg po 3x1 Total 76 19 95 4. PEMBAHASAN

Penelitian ini mencoba mendeskripsikan mengenai gambaran dan kesesuaian dari penggunaan tokolitik pada pasien dengan risiko kelahiran prematur. Hasil studi menunjukkan sebanyak 76 % dari responden mendapatkan nifedipin. Nifedipin merupakan terapi yang direkomendasikan untuk menunda kelahiran prematur. Dalam literatur POGI disebutkan bahwa penggunaan Nifedipin diawali dengan dosis inisial 20 mg kemudian dilanjutkan dengan dosis 10 – 20 mg, 3 – 4 kali/hari disesuaikan dengan aktivitas uterus sampai 48 jam. Data yang didapat pada penelitian ini menunjukkan bahwa dosis dan frekuensi penggunaan Nifedipin yaitu 5-20mg, 3x/hari. Durasi penggunaan obat ini bervariasi pada tiap pasien antara 2-6 hari terapi tergantung dari keluhan dan kondisi obstetrik pasien tersebut. Hal ini sudah sesuai dengan POGI 2011. Selain nifedipin, terbutalin menjadi agen tokolitik yang juga banyak digunakan oleh pasien (14%) di tiga Rumah Sakit di Yogyakarta. Terbutalin dapat digunakan sebagai pencegahan persalinan prematur, namun penggunaan terbutalin sudah jarang(4). Dosis terbutalin tidak disebutkan dalam

POGI, namun menurut guideline persalinan

dan diberikan secara subkutan(5). Pasien yang

menggunakan terapi terbutalin pada penelitian ini ada 13 yaitu 7 pasien menggunakan terbutalin secara oral dan 6 pasien menggunakan secara intravena. Dosis terbutalin yang digunakan oleh pasien pada penelitian ini tidak sesuai dengan literatur karena dosis terbutalin yang digunakan adalah 0,5 mg/hari yang dilarutkan dalam 500ml ringer laktat dan diberikan secara intravena (drip) dan tablet 5 mg yang diberikan secara oral. Selain terapi tunggal tokolitik, sebagian passion juga mendapatkan terapi kombinasi. Terapi kombinasi yang digunakan pada penelitian ini ada 3 yaitu kombinasi nifedipin dan isoxsuprin yang digunakan oleh 2 pasien dengan dosis, rute pemberian dan aturan pakai yang sudah sesuai dengan POGI yaitu nifedipin dengan dosis 20mg awal, dilanjutkan 10 mg tiap 8 jam diberikan secara oral dan isoxsuprin dengan dosis 10mg 3 kali sehari secara oral. Namun, untuk kombinasi nifedipin dengan terbutalin, terbutalin dengan isoxsuprin terdapat ketidaksesuaian pada penggunaan terbutalin yaitu ketidaksesuaian dosis terbutalin yang digunakan, pada penelitian ini dosis yang digunakan adalah 0,5mg/ml yang diberikan secara intravena dengan aturan pakai sekali sehari.

(5)

Ketidaksesuaian ini dapat dipengaruhi oleh faktor kondisi klinis pasien dan pengalaman klinis dari dokter.

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain desain cross-sectional dan perolehan data secara retrospektif dengan menggunakan rekam medik manual sehingga sangat memungkinkan terdapat ketidaktepatan pada informasi penelitian yang diperoleh. Ketidaktepatan informasi tersebut telah diantisipasi melalui wawancara langsung pada dokter penulis resep. Meskipun adanya keterbatasan yang telah disebutkan di atas, hasil temuan studi ini didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya yang menyediakan infomasi penting yang dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam menetapkan hipotesis, metode, dan kesimpulan penelitian. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menyertakan jumlah pasien yang lebih banyak sehingga efektifitas peggunaan tokolitik dapat dinilai.

5. KESIMPULAN

a. Terapi tokolitk yang digunakan di ketiga Rumah Sakit di Yogyakarta yaitu nifedipin sebanyak 71%, terbutalin (14%), dan isoxsuprin (7%).

b. Kesesuaian penggunaan tokolitik berdasarkan POGI 2011 pada ketiga rumah sakit mencapai 80% (76 pasien).

DAFTAR PUSTAKA

1. Haas, D.M., 2011, Pregnancy and Childbirth: Preterm Birth, BMJ Clinical Evidence, 04: 140, 10-11, 26-27.

2. Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan

Indonesia 2008. Jakarta: Kemenkes RI, 2009;

p. 56-57.

3. Agustin, C., Roberto, R., Juan, P., 2011, Nifedipine for The Management of Preterm labor, Am J Obstet Gynecol, 204(2):134.e1-134.20.

4. Mose, J.C., Panduan Pengelolaan Persalinan

Preterm Nasional, Himpunan Kedokteran

Fetomaternal POGI (Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia), Bandung, 2011; p. 11-16.

5. Carlo, G., Cabero, L., Guideline For The

Management of Spontaneous Preterm Labor,

The European Association of Perinatal Medicine 13(4), 2007; p. 29-35.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Pasien
Tabel 2. Kesesuaian Penggunaan Tokolitik

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Golongan, kelompok dan jenis obat pada sistem saraf pusat yang digunakan dalam pengobatan pasien stroke di instalasi rawat inap RSPR Yogyakarta tahun 2005 ..... Golongan,

Tabel 8- Potensial Kejadian Interaksi Obat Pada Pasien Ibu Hamil di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit X Surakarta Tahun 2008. No

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien maternal, hubungan faktor-faktor risiko seperti antenatal care; umur; riwayat abortus dan paritas serta

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi di Instalasi Rawat Inap RS X Surakarta

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata rata-rata jumlah obat per lembar resep untuk pasien rawat jalan adalah 2,59, persentase peresepan obat dengan nama generik untuk pasien

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuantitas penggunaaan obat antiasma pada pasien asma serangan akut di RS Paru Respira Yogyakarta pada tahun 2016 dengan metode

Evaluasi penggunaan obat antiplatelet pada pasien stroke iskemik di Instalasi rawat inap RSU Kabupaten Tangerang tahun 2019 dilihat dari kesesuaian mengenai