BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1.1.
1.1. Latar belakangLatar belakang
Sa
Salalah h sasatu tu mamasasalalah h yayang ng komkomplplekeks s di di bibidandang g kedkedokokteteraran n gigigi gi iaialalahh penatalaksanaan
penatalaksanaan infeksi infeksi oromaksilofasial. oromaksilofasial. Infeksi Infeksi ini ini berkisar berkisar dari dari derajatderajat ren
rendah dah samsampai pai derderajaajat t tintinggiggi, , dan dan dapdapat at menmengancgancam am nyanyawa. wa. WWalalaupaupunun umumnya infeksi tipe ini dapat ditatalaksana dengan mudah, tetapi dokter gigi umumnya infeksi tipe ini dapat ditatalaksana dengan mudah, tetapi dokter gigi harus tetap waspada karena infeksi oromaksilofasial dapat menjadi fatal dalam harus tetap waspada karena infeksi oromaksilofasial dapat menjadi fatal dalam waktu singkat dan tidak terduga.
waktu singkat dan tidak terduga.11
Mayor
Mayoritas infeksi itas infeksi yang yang bermabermanifesnifestasi pada tasi pada daerah orofasiadaerah orofasial l (!"#(!"#$%$% adalah odontogenik. &erdasarkan hal ini, sekitar '!$ menunjukkan inflamasi adalah odontogenik. &erdasarkan hal ini, sekitar '!$ menunjukkan inflamasi periapikal,
periapikal, terutama terutama abses abses dentoaleolar dentoaleolar akut akut yang yang diikuti diikuti dengan dengan absesabses periodontal dan lain"lainnya.
periodontal dan lain"lainnya.))
Infeksi pada regio maksilofasial mempunyai beberapa
Infeksi pada regio maksilofasial mempunyai beberapa karakteristik tertentukarakteristik tertentu karena adanya gigi geligi sebagai sumber infeksi, struktur anatomis regio karena adanya gigi geligi sebagai sumber infeksi, struktur anatomis regio tersebut, dan lokasinya yang berdekatan dengan saluran pernapasan bagian tersebut, dan lokasinya yang berdekatan dengan saluran pernapasan bagian atas. *leh karena itu, pada kasus"kasus infeksi regio maksilofasial yang berat, atas. *leh karena itu, pada kasus"kasus infeksi regio maksilofasial yang berat, apalagi disertai dengan adanya faktor"faktor penyulit seperti adanya kelainan apalagi disertai dengan adanya faktor"faktor penyulit seperti adanya kelainan sistemik, harus ditangani secara cepat dan tepat agar tidak terjadi komplikasi sistemik, harus ditangani secara cepat dan tepat agar tidak terjadi komplikasi yang berakibat fatal.
yang berakibat fatal.11
+eruba
+erubahan han pada struktur orofasial akibat pertambahan usia pada struktur orofasial akibat pertambahan usia mempumempunyainyai peranan
peranan yang penting yang penting dalam perawatan dalam perawatan pasien lansia. pasien lansia. &eberapa p&eberapa perubahan inierubahan ini membuat prosedur klinis tertentu menjadi lebih sulit dan akan mempengaruhi membuat prosedur klinis tertentu menjadi lebih sulit dan akan mempengaruhi prognosisnya. +erubahan
prognosisnya. +erubahan yang terjadi yang terjadi pada jaringan pada jaringan rongga mulut rongga mulut lansia ialahlansia ialah penurunan
penurunan mekanisme mekanisme adaptasi adaptasi dan dan potensi potensi regenerasi regenerasi jaringan. jaringan. ahang,ahang, jaringan
jaringan penyangga penyangga gigi, gigi, mukosa mukosa rongga rongga mulut, mulut, lidah, lidah, kelenjar kelenjar salia, salia, dandan bahkan
bahkan jaringan jaringan gigi gigi mengalami mengalami perubahan. perubahan. eaksi eaksi terhadap terhadap stres dan stres dan prosesproses penyembuhan
penyembuhan berubah berubah pada pada lansia, lansia, jaringan jaringan lunak lunak mukosa mukosa mulut mulut kehilangankehilangan to
toleleraransnsi i teterhrhadadap ap irirititasasi, i, kemkemamampuapuan n adadaptaptasasi i teterurutatama ma kemkemamampuapuann perbaikan.
perbaikan. Mukosa Mukosa kehilangan kehilangan elastisitas elastisitas menjadi menjadi lebih lebih rapuh rapuh dan dan mudahmudah terlu
terluka, hal ka, hal ini perlu dipertimbaini perlu dipertimbangkan di ngkan di dalam rencana perawatan gigi padadalam rencana perawatan gigi pada lan
mulut terjadi akibat perubahan jaringan pada lansia atau apakah karena perubahan reaksi terhadap iritasi, kelainan endokrin atau nutrisi.
-erapi infeksi oromaksilofasial sangat ditentukan oleh pemahaman yang jelas tentang bakteri penyebab infeksi, riwayat patogenesis infeksi, dan prinsip"prinsip penatalaksanaan infeksi yang cepat dan tepat. Seorang dokter
gigi umum harus memahami penatalaksanaan infeksi oromaksilofasial pada tahap dini untuk mencegah infeksi yang lebih lanjut. *leh karena itu pada makalah ini kami berniat untuk mengulas mengenai /penatalaksanaan infeksi oromaksilofasial pada geriatrik0.
1.2. Rumusan masalah
dapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas, antara lain2 1. &agaimana teori mengenai infeksi oromaksilofasial 3
). &agaimana anatomi infeksi oromaksilofasial 3 -. &agaimana etiologi infeksi oromaksilofasial 3 4. &agaimana patofisiologi infeksi oromaksilofasial 3 #. &agaimana terapi5perawatan infeksi oromaksilofasial 3
1.3. Tujuan
1. 6ntuk mengetahui teori mengenai infeksi oromaksilofasial ). 6ntuk mengetahui anatomi infeksi oromaksilofasial
-. 6ntuk mengetahui etiologi infeksi oromaksilofasial 4. 6ntuk mengetahui patofisiologi infeksi oromaksilofasial #. 6ntuk mengetahui terapi5perawatan infeksi oromaksilofasial
BAB II PEBAHA!AN
2.1. Te"r# #n$eks# "r"maks#l"$as#al
Infeksi didefinisikan sebagai /inasi dan kolonisasi mikroorganisme patogenik pada jaringan tubuh, yang mengakibatkan cedera seluler setempat
akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau respon antigen" antibodi0.4
Infeksi oromaksilofasial merupakan suatu peradangan yang terjadi pada rongga mulut serta jaringan sekitarnya. 6mumnya infeksi tersebut berasal dari infeksi odontogenik yang berasal dari daerah periapeks dan periodontium. 7ari kedua penyebab ini, yang berasal dari periapeks adalah yang paling sering. +ulpa gigi yang nekrosis akibat karies profunda memberi jalan bagi bakteri untuk masuk ke dalam jaringan periapeks. &ila jaringan periapeks telah mengalami inokulasi dengan bakteri, terjadilah suatu infeksi yang aktif yang akan menyebar ke berbagai arah, terutama ke daerah yang mempunyai resistensi minimal. Infeksi akan menyebar ke tulang cancellous menuju plat kortikal. &ila plat kortikal ini tipis, infeksi akan mengerosi tulang dan masuk ke dalam jaringan lunak. Selanjutnya pada jaringan lunak penyebaran tergantung pada potensial space dan origo serta insersio otot"otot pada daerah maksila dan mandibula.
Infeksi oromaksilofasial menyebar melalui beberapa cara, yaitu2
1. +erkontinuitatum, yaitu penyebaran infeksi langsung dari jaringan menjalar ke jaringan di sekitarnya.
). 8imfogen, yaitu melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe regional. &ila infeksi terjadi pada kelenjar limfe, maka akan menyebabkan infeksi sekunder pada daerah tersebut dan menyebar pula ke jaringan di sekitarnya.
-. 9ematogen, yaitu melalui pembuluh darah. +enyebaran melalui cara ini relatif jarang.
8okasi infeksi pada gigi tertentu ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu ketebalan tulang yang menutupi apeks gigi (:ambar 1 dan )% dan hubungan dari tempat tulang yang mengalami perforasi dengan perlekatan otot pada maksila dan mandibula.
2.1.1 %las#$#kas# #n$eks# reg#" "r"$as#al
1. &erdasarkan organisme yang menyebabkan infeksi a% &akteri
b% ;irus c% Mikotik d% +arasit
). &erdasarkan jaringan yang terinfeksi a% *dontogenik
b% <on odontogenik -. &erdasarkan jalur masuk
a% +ulpa b% +eriodontal c% +erikoronal d% =raktur e% f% umor g% Iatrogenik h% *portunistik i%
4. &erdasarkan presentasi klinis a% kut
b% >ronis
#. &erdasarkan kedalaman ruang fasial kepala dan leher yang dipengaruhi oleh infeksi
c% uang Infraorbital d% uang Submandibular e% uang Submental f% uang Sublingual g% uang Submasetter h% uang +terygomandibular i% uang 8ateral +haryngeal j% uang etropharingeal k% uang >arotid l% uang +arotid m% uang Infratemporal n% uang emporal o% uang +eritonsillar p% uang +retrakheal @% uang Mediastinal
r&
2.2. Anat"m# #n$eks# "r"maks#l"$as#al
s& >epala dan leher dikelilingi oleh ruang fasial yang biasanya dipisahkan oleh jaringan ikat longgar. Spatium (ruang% tersebut merupakan daerah yang pertahanannya terhadap penyebaran infeksi kurang sempurna. Walaupun dalam batas tertentu ruang ini cenderung melokalisir infeksi, tetapi ruang ini juga saling berhubungan satu sama lain. &arier terakhir terhadap penyebaran infeksi di luar prosesus aleolaris adalah periosteum. pabila periosteum itu tertembus, maka ruang"ruang dari bidang fasial di dekatnya akan segera terinfeksi. Infeksi dari gigi tertentu secara konsisten menyebar ke ruang"ruang tertentu yang berkaitan dengannya. rismus dan disfagia dapat dikaitkan dengan keterlibatan ruang"ruang tertentu. +engetahuan anatomis yang berhubungan dengan ruang" ruang ini akan dapat membantu mengidentifikasi daerah"daerah yang potensial menjadi tempat penyebaran infeksi dan membantu dalam menentukan bagian yang akan diinsisi dan di drainasi. 6ntuk memudahkan pemahaman, maka ruang tersebut kita kelompokkan menjadi mandibular, maksilar, lateral, faringeal, cranial, dan serikal.
t&
2.2.1. Ruang man'#bular
u% uang"ruang mandibular anterior meliputi submandibular,
sublingual, dan submental . Submandibular terletak di inferior mandibula dan m. mylohyoideus, dibatasi di bagian inferior oleh m. digastricus, dan medial oleh m. hyoglosus (trigonum submandibulare%. Infeksi yang menyebar ke sini biasanya infeksi yang berasal dari molar bawah. 7ari ruang ini penyebaran infeksi bisa menuju ruang submandibular kontralateral, ke ruang pterigomandibular, parafaringeal, dan ruang fasial pada leher. 7i sebelah superior dari ruang ini terdapat ruang sublingual yang merupakan bagian yang paling sering menjadi sasaran penyebaran infeksi dari gigi"gigi premolar dan anterior bawah. Infeksi ruang sublingual bisa meluas dengan mudah ke dalam ruang submandibular dan parafaringeal. uang submental terletak di sebelah anterior di antara kedua enter anterior musculus digastricus. 7aerah ini paling sering terkena perluasan infeksi dari gigi insisius bawah. uang ini ke
arah posterior berhubungan dengan ruang submandibular.
(&
*& uang mandibular posterior meliputi submaseterik dan pterigomandibular . >eduanya berhubungan dengan ramus. uang
submaseterik terletak di sebelah lateral ramus, sedangkan ruang pterigomandibular terletak di sebelah medial ramus dan dibatasi oleh m. pterygoideus medialis. egio molar ketiga bawah merupakan sumber utama infeksi untuk kedua ruang posterior tersebut. pabila regio ini mengalami infeksi akut, maka sering diikuti trismus. Infeksi pada ruang"ruang submaseterik dan pterigomandibular bisa menyebar ke temporal atau ruang" ruang parafaringel.
+&
2.2.3. Ruang maks#lar anter#"r
,& +enyebaran infeksi yang timbul pada region maksilar biasanya melibatkan fossa canina dan regio periorbital. =ossa canina terletak profundus dari m. @uadrates labii superioris dan m. leator labii superioris yang lain. Ini merupakan tempat perluasan infeksi yang berasal dari gigi kaninus atas5kadang"kadang dari gigi"gigi premolar dan insisius. 7alam pengertian klinis cukup penting, karena berhubungan dengan sinus caernosus melalui ena"ena fasialis, angularis, ophthalmica. +erluasan pada regio periorbital bisa berasal dari semua gigi maksilar. egio periorbital terletak profundus dari m. orbicularis oculi dan seperti pada fossa canina, infeksi pada regio ini bisa menyebar ke sinus caernosus melalui ena"ena yang sama.
-&
2.2.. Ruang lateral
aa& uang lateral meliputi ruang businator dan ruang parotis. Infeksi pada ruang businator bisa merupakan perluasan infeksi dari gigi premolar dan molar. uang ini mempunyai hubungan dengan ruang"ruang mandibular posterior (ruang submaseterik dan pterigomandibular% dengan ruang temporal, dan ruang faringeal lateral. uang parotid terutama ditempati oleh glandula parotidea dan biasanya merupakan tempat perluasan infeksi yang bukan dari gigi. pabila terjadi infeksi biasanya melibatkan glandula parotidea itu sendiri (misalnya sialadenitis%. etapi infeksi ruang parotis bisa
menyebar ke ruang parafaringeal dan ruang temporal profundus.
ab&
ac% uang faringeal lateral meluas dari basis cranii sampai dengan bagian bawah tulang hyoid. 7ibatasi m. pterygoideus internus di sebelah lateral dari mm. constrictor pharyngis di sebelah medial. uang retrofaringeal terletak posterior dari mm. constrictor pharyngis dan anterior dari selubung karotis serta fascia paraertebralis. Infeksi spatium pharyngealis bisa meluas ke intrakranial5mediastinal. Infeksi yang melibatkan spatium pharyngealis ditandai dengan adanya disfagia dalam berbagai tingkatan.
ad%
2.2.0. Ruang kran#al
ae% uang kranial lateral meliputi temporal dan infratemporal.
uang temporal dibagi menjadi superfisial dan profundus oleh m. temporalis. &atas terluar adalah fascia temporalis, sedangkan batas profundus adalah dinding tulang dari fossa temporalis. 7i bagian inferior, ruang temporal superfisial dibatasi arcus Aygomaticus, sedang ruang temporal profundus berhubungan dengan ruang pterigomandibular. Infeksi orofasial yang melibatkan ruang temporal berasal dari regio molar bawah atau atas. &iasanya terlebih dahulu melintasi ruang submaseterik dan pterigomandibular. uang infratemporal bagian atas dibatasi oleh basis crania, bagian lateral oleh ramus mandibula dan m. temporalis, bagian medial oleh mm. pterygoidei. >e arah
inferior ruang infratemporal berhubungan dengan ruang"ruang
pterigomandibular dan temporal profundus. +enyebaran infeksi yang paling berbahaya adalah yang menuju sinus caernosus melalui pleBus enosus pterygoideus.
af% ag%
2.2.. Perluasan ser(#kal
ah% +erluasan infeksi orofasial ke regio serikal juga dapat terjadi.
=ascia serikalis dibagi menjadi fascia superfisialis yang merupakan kelanjutan dari m. platysma dan fascia profundus yang membungkus struktur" struktur profundus pada leher. =ascia profundus bisa memberikan jalan infeksi melalui ruang isceral (yang membungkus glandula thyroidea, parathyroidea, tracheales, dan esophageae%, dan selubung karotis ke mediastinum
2.2.. Perluasan l#m$at#k
aj% Sistem limfatik bisa berperan menjadi agen pertahanan
lokal5sistemik terhadap infeksi mikroorganisme. 8imfadenitis regional bisa menjadi petunjuk adanya infeksi yang sedang berlangsung5yang terjadi pada masa lalu, atau suatu pertanda adanya infeksi yang manifestasinya belum tampak. >adang, fibrosis pada nodus lymphaticus merupakan sisa kondisi
infektif yang mengalami penyembuhan.#
ak%
2.3. Et#"l"g# #n$eks# "r"maks#l"$as#al
al&+enyebab kardinal dari infeksi orofasial adalah gigi nonital, perikoronitis, ekstraksi gigi, granuloma periapikal yang tidak bisa dirawat, dan kista yang terinfeksi. +enyebab yang lebih jarang adalah trauma pasca bedah, fraktur, lesi pada nodus limfa atau glandula salia, dan infeksi sebagai hasil dari anestesi lokal.C
am%
an% &akteri penyebab infeksi umumnya bersifat endogen dan
berariasi berupa bakteri aerob, anaerob, maupun infeksi campuran bakteri aerob dan anaerob. 7isebutkan mikroba penyebab tersering yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp yang memiliki aktiitas produksi asam yang tinggi.'
ao%
ap% 7isebutkan bahwa etiologi dari infeksi odontogenik berasal
dari bakteri komensal yang berproliferasi dan menghasilkan enAim. +ada saat bayi baru dilahirkan, proses kolonisasi bakteri dimulai dan dikatakan predominan terdiri atas Streptococcus salivarius. +ada saat gigi pertama tumbuh, yaitu pada saat bayi berusia C bulan, komunitas bakteri berubah menjadi predominan S. sanguis dan S. mutans, dan pada saat gigi selesai tumbuh terdapat komunitas heterogen antara bakteri aerobik dan anaerobik. 7iperkirakan terdapat '!! spesies bankteri yang berkolonisasi di mulut, di mana 4!! dari spesies tersebut dapat ditemukan pada area subgingial.
a@%
ar% Infeksi odontogenik merupakan suatu infeksi polimikrobial dan campuran. Infeksi tersebut merupakan hasil dari perubahan bakteri, hubungan antar bakteri dengan morfotipe yang berbeda, dan peningkatan jenis bakteri. +erubahan bakteri yang terjadi berupa perubahan yang pada awalnya predominan gram positif, fakultatif, dan sakarolitik menjadi predominan gram
as%
2.. Pat"$#s#"l"g# #n$eks# "r"maks#l"$as#al
at% +enyebaran infeksi oromaksilofasial, terutama infeksi odontogenik, akan melalui tiga tahap, yaitu tahap abses dentoaleolar, tahap yang menyangkut spasium, dan tahap lebih lanjut yang merupakan tahap komplikasi.
au% Infeksi biasanya dimulai dari permukaan gigi yaitu adanya karies gigi yang sudah mendekati ruang pulpa, kemudian akan berlanjut menjadi pulpitis dan akhirnya akan terjadi kematian pulpa gigi (nekrosis pulpa%. Infeksi gigi dapat terjadi secara lokal atau meluas secara cepat. danya gigi yang nekrosis menyebabkan bakteri bisa menembus masuk ruang pulpa sampai apeks gigi. =oramen apikalis dentis pada pulpa tidak bisa mendrainase pulpa yang terinfeksi. Selanjutnya proses infeksi tersebut menyebar progresif ke ruangan atau jaringan lain yang dekat dengan struktur gigi yang nekrosis tersebut. angsangan yang ringan dan kronis menyebabkan membran periodontal di apikal mengadakan reaksi membentuk dinding untuk mengisolasi penyebaran infeksi. espon jaringan periapikal terhadap iritasi tersebut dapat berupa periodontitis apikalis
yang supuratif atau abses dentoaleolar.
a% +ada infeksi sekitar foramen apikalis terjadi nekrosis disertai akumulasi leukosit yang banyak dan sel"sel inflamasi lainnya. Sedangkan pada jaringan sekitar abses akan tampak hiperemis dan edema. &ila masa infeksi bertambah, maka tulang sekitarnya akan tersangkut. 7imulai dengan hiperemia pembuluh darah, kemudian infiltrasi leukosit dan akhirnya proses supurasi. +enyebaran selanjutnya akan melalui kanal tulang menuju permukaan tulang dan periosteum. ahap berikutnya, periosteum pecah dan pus akan terkumpul di suatu tempat di antara spatia sehingga membentuk suatu rongga patologis. +embentukan abses pada umumnya didahului oleh periodontitis apikalis akut, namun dapat juga langsung tanpa didahului oleh periodontitis apikalis.D
aw%
2./. Tera)# )era*atan #n$eks# "r"maks#l"$as#al a& Pera*atan me'#kament"sa
aB% +ada perawatan ini perlu diberikan antibiotik yang tepat dan
adekuat untuk meredakan infeksinya. ntibiotik yang efektif untuk infeksi oromaksilofasial ialah golongan penisilin, eritromisin,
klindamisin, cefadroBil, metronidaAole, dan tetrasiklin. &ila dicurigai kemungkinan adanya kuman penyebab yang resisten terhadap penisilin, adanya kuman opportunistik, atau anaerob, maka perlu dipertimbangkan penggunaan antibiotik, bukan golongan penisilin. +ada infeksi odontogenik yang berat disarankan untuk pemberian antibiotik bakterisid dosis tinggi secara parenteral. &ila perlu dilakukan kultur bakteri dan tes resistensi. nalgetik"antipiretik dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan demamnya. +erlu juga diberikan terapi suportif seperti pemberian roborantia dan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein untuk meningkatkan daya tahan tubuh. 9ospitalisasi dan konsultasi medik perlu dilakukan sesuai indikasi. +erbaikan jalan napas dan dehidrasi jika diperlukan.
ay%
b& Pera*atan )embe'ahan
aA% +engeluaran pus dengan cara insisi dan drainase merupakan
tindakan yang sangat penting dalam perawatan abses oromaksilofasial. 9al ini dapat mengurangi rasa sakit dan mempercepat proses penyembuhan. Insisi dapat dilakukan bila pus telah terlokalisir di daerah permukaan yang sudah mengalami fluktuasi. Misalnya pada daerah intra oral yang telah mencapai permukaan gingia dan mukobukal fold yang sudah terangkat dan telah mengalami fluktuasi. Sedangkan pada daerah ekstra oral telah mencapai daerah subkutan dan terdapat fluktuasi. =luktuasi dilakukan dengan cara palpasi bimanual. 7alam melakukan insisi dan drainase abses perlu dipertimbangkan waktu yang tepat.
ba%
4& Pera*atan g#g# )en,ebab
bb% :igi penyebab perlu dilakukan ekstraksi bila tidak mungkin
lagi dirawat secara endodonsia. Ekstraksi gigi dilakukan setelah tanda" tanda infeksi reda, karena bila dilakukan pada saat fase akut maka dikhawatirkan akan terjadi penyebaran infeksi. Selain itu, anestesi lokal menjadi kurang efektif sehingga menimbulkan rasa sakit yang akan menambah penderitaan pasien.
bc%
'& &ila kasus infeksi terus berlanjut secara cepat dan progresif, penjalaran infeksi telah mencapai ruang fascia. +asien sulit bernafas dan menelan, suhu tubuh meningkat dan terdapat trismus kurang dari 1 cm. 6ntuk menangani kasus tersebut, dokter gigi umum harus segera merujuk ke dokter gigi spesialis bedah mulut.1
bd%
be& bf)