• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL Titrasi Pengendapan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL Titrasi Pengendapan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PERSIAPAN

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

PERCOBAAN

TITRASI PENGENDAPAN DAN APLIKASI TITRASI

PENGENDAPAN

Oleh :

1. Nurul Hidayati

No. Reg. 15030194030/Kls:PKB 2015

2. Ahmad Zuamak Fahas No. Reg. 15030194047/Kls:PKB 2015

3. Rusdiana Dewi

No. Reg. 15030194073/Kls:PKB 2015

Program/Program Studi : S1/ Pendidikan Kimia

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

(2)

I. JUDUL : Titrasi Pengendapan

II. HARI/TANGGAL PERCOBAAN : Selasa, 15 November 2016 III. SELESAI PERCOBAAN : Selasa, 15 November 2016

IV. TUJUAN :1. Membuat dan menentukan (standarisasi) larutan AgNO3.

2. Menentukan kadar NaCl dalam

garam meja

V. DASAR TEORI :

Pengertian Titrasi Pengendapan

Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya pengotor yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.

Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran dengan analit. Titrasi argentometri merupakan teknik khusus yang digunakan untuk menetapkan perak dan senyawa halida. Penetapan kadar zat analit didasari oleh pembentukan endapan. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.

Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat AgNO3. Dengan mengukur volume larutan

standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. (Underwood, 1992)

(3)

Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat dibedakan atas :

1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)

Kegunaan metode Mohr yaitu untuk penetapan kadar Klorida atau Bromida. Prinsip penetapannya larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak alkalis dititrasi dengan larutan standarnya tersebut yaitu AgNO3 dan penambahan K2CrO4 sebagai indikator. Titrasi dengan

cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi dengan ion perak membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat merah sebagai titik akhir titrasi. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah :

Asam : 2CrO42- + 2H+ ↔ CrO72- + H2O

Basa : 2 Ag+ + 2OH- ↔ 2AgOH 2AgOH ↔ Ag2O + H2O

Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikarbonat atau kalsium karbonat. Larutan alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat. Meskipun menurut hasil kali kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya dengan cara ini. Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat kuat menyerang kromat, maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi menggunakan NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi

(4)

membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Persamaan reaksi yang terjadi adalah:

Pada analisa Cl- mula-mula terjadi reaksi Ag+ + Cl- → AgCl

sedangkan pada titik akhir, titran juga bereaksi menurut reaksi: 2Ag+ + CrO4- → Ag2CrO4

Konsentrasi CrO4- yang ditambahkan sebagai sebagai indikator

tidak boleh sembarang, tetapi harus dihitung berdasar Ksp AgCl dan Ksp

Ag2CrO4 .Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan menganggu

warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.

2. Model Valhard (Penentu zat warna yang mudah larut).

Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl+, Br -, dan I- dengan penambahan larutan standar AgNO3. Indikator yang dipakai adalah Fe3+

dengan titran NH4CNS, untuk menentralkan kadar garam perak dengan

titrasi kembali setelah ditambah larutan standar berlebih. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan standar NH4CNS, sedangkan indikator

yang digunakan adalah ion Fe3+ dimana kelebihan larutan NH4CNS akan

diikat oleh ion Fe3+ membentuk warna merah darah dari FeCNS. Reaksinya:

Ag⁺ + NH₄CNS → AgCNS (endapan putih) + NH₄⁺

Jika Ag⁺ sudah habis, maka NH₄CNS + Fe³⁺ → Fe(CNS)²⁺ + NH₄⁺

3. Motode Fajans (Indikator Absorbsi)

Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti cosine atau fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH

(5)

tergantung pada macam anion dan indikator yang dipakai. Indikator absorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada pada lapisan sekunder. (Khopkhar, SM.1990)

Pembentukan Endapan Berwarna

Seperti sistem asam, basa dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk titrasi asam-basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal ini terjadi pula pada titrasi Mohr, dari klorida dengan ion perak dalam mana digunakan ion kromat sebagai indikator. Pemunculan yang permanen dan dini dari endapan perak kromat yang kemerahan itu diambil sebagai titik akhir (TE).

Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan perak dengan pH antara 6,0 – 10,0. Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi karena HCrO4 - hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula dengan hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat terjadi reaksi :

2H+ + 2CrO4- ↔ 2HCrO4 ↔ Cr2O7 2- + 2H2O

Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan ion kromat dan karenanya menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut. Proses argentometri termasuk dalam titrasi yang menghasilkan endapan dan pembentukan ion kompleks. Proses argentometri menggunakan AgNO3 sebagai larutan standar. Proses ini biasanya digunakan untuk menentukan garam-garam dari halogen dan sianida. Karena kedua jenis garam ini dapat membentuk endapan atau

(6)

senyawa kompleks dengan ion Ag+ sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut :

NaCl + Ag+ → AgCl ↓ + Na+ KCN + Ag+ → AgCl ↓ + K+ KCN + AgCN ↓ → K [Ag(CN)2]

Karena AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi maka garam tersebut

dapat digunakan sebagai larutan standar primer. Dalam titrasi argentometri terhadap ion CN- tercapai untuk garam kompleks K[Ag(CN)2]6 karena

proper tersebut dikemukakan pertama kali oleh Lieberg, cara ini tidak dapat dilakukan dalam suasana amoniatial karena garam kompleks dalam larutan akan larut menjadi ion komplek diamilum(Harizul, Rivai. 1995)

Indikator K2CrO4 5%

Indikator Kalium Kromat biasa digunakan dalam metode Argentometri. Indikator K2CrO4 digunakan pada titrasi antara ion halida

dan ion perak, di mana kelebihan ion Ag+ akan bereaksi dengan CrO 4

2-membentuk perak kromat yang berwarna merah bata (cara Mohr). Pada titik ekivalen:

Ekivalen Ag+ = Ekivalen Cl

-Pembuatan indikator Kalium Kromat secara semestinya atau yang biasa digunakan dalam titrasi secara Argentometri yaitu biasa dengan kadar 5 % berat per volume atau konsentrasi 5 % b/ v. Caranya sebagai berikut :

- Timbang secara seksama 5,00 gram Kalium Kromat pro Analisis ( K2CrO4 p.a) lalu larutkan secara maksimal dengan aquades, hingga

menjadi 100 ml larutan.

Aplikasi Titrasi Pengendapan

Garam dapur merupakan salah satu kebutuhan pokok setiap orang. Kualitas garam dapur ditentukan oleh tingkat kemurniannya/kadar NaCl-nya. Berdasarkan kadar NaCl-nya maka garam dapur perdagangan dapat

(7)

dikelompokkan menjadi: garam dapur kelas satu (kadar NaCl minimum 97%) dan garam dapur kelas dua(kadar NaCl minimum 94%). Selain itu adalah garam dapur bermutu rendah. Adanya pengotor dalam garam dapur akan menyebabkan terjadinya perubahan rasa atau aroma garam dapur, misalnya jika garam dapur banyak mengandung magnesium akan terasa pahit.

Untuk menentukan kadar NaCl dalam garam dapur dapat dilakukan dengan metode analisis argentometri. Dalam metode ini digunakan larutan standard perak nitrat (AgNO3). Reaksi yang terjadi merupakan reaksi

pengendapan ion Cl- yang bereaksi dengan ion Ag+ dan membentuk endapan AgCl yang berwarna putih, reaksinya seperti berikut:

Cl- + Ag+ ↔ AgCl(S)

endapan putih

Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indicator kromat. Bila ion Cl- telah habis bereaksi dengan ion Ag+, maka penambahan ion

Ag+ selanjutnya akan bereaksi dengan ion CrO

42- yang akan membentuk

endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Reaksinya seperti berikut:

Ag+ + CrO42- ↔ Ag2CrO4(S)

endapan merah bata

Jadi dalam proses titrasi mula –mula akan terbentuk endapan putih, kemudian ketika terjadi endapan merah bata menunjukkan terjadinya titik akhir titrasi.

VI. Alat & Bahan : Alat :

1. Erlenmeyer 250 mL 3 buah 2. Gelas kimia 50 mL 1 buah 3. Gelas ukur atau gelas piala 1 L 1 buah 4. Labu ukur 250 mL 1 buah 5. Buret 1 buah 6. Neraca analitik 1 buah 7. Pipet seukuran 1 buah

(8)

8. Pipet tetes 5 buah 9. Statif dan klem 1 buah 10. Corong 1 buah 11. Spatula 1 buah

Bahan :

1. Garam dapur 1,45 gram 2. Aquades Secukupnya 3. AgNO3 ±6,5 gram

4. NaCl 0,0592 gram 5. Indikator K2CrO4 5% 6 mL

(9)

VII. Skema/Alur Percobaan

A. Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 ± 0,1 N

1. Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 ± 0,1 N dengan NaCl p.a sebagai baku

Serbuk NaCl

- Ditimbang 0,0629 gram dalam kaca arloji - Dipindahkan dalam labu ukur 250 mL - Dilarutkan dengan air suling

- Diencerkan sampai tanda batas - Dikocok perlahan hingga tercampur

sempurna Larutan Baku NaCl

Konsentrasi rata-rata AgNO3 Larutan berwarna kuning Larutan tidak berwarna Larutan AgNO3 - Diambil 10 mL menggunakan pipet seukuran - Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL - Ditambahkan 10 mL aquades - Ditambahkan 20 tetes indikator K2CrO4 - Dilakukan titrasi

- Dihentikan titrasi ketika telah terjadi endapan merah bata

- Dicatat volume AgNO3 awal dan akhir

titrasi

- Diulang 3 kali dengan volume larutan NaCl yang sama

- Dihitung konsentrasi rata-rata larutan AgNO3

- Diambil beberapa mL ke dalam buret untuk membilas

- Dimasukkan ke dalam buret sampai tepat skala nol

(10)

- Dicatat angka pada buret pada awal dan akhir titrasi - Ditentukan volume AgNO3

yang digunakan

- Diulangi sebanyak 3 kali dengan volume larutan garam dapur yang sama

2. Penentuan kadar NaCl dalam garam dapur

VIII. Reaksi-Reaksi

1. Reaksi pelarutan dan pengenceran NaCl NaCl(s) + H2O(l) → NaCl(aq)

2. Reaksi antara perak (III) Nitrat dengan Natrium klorida AgNO3(aq) + NaCl(aq) → Ag+ + Cl- + NaNO3(aq)

AgNO3(aq) + NaCl(aq) → AgCl(s) + NaNO3(aq)

(Endapan putih)

3. Reaksi antara Perak Klorida dengan Kalium Kromat

AgCl (s) + K2CrO4 (aq) → Ag2CrO4 (s) + KCl (aq)

(Endapan merah bata) Garam Dapur

- Ditimbang ±1,45 gram

- Dilarutkan dalam labu ukur 250 mL - Dipipet 10 mL

- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer - Ditambahkan aquades 10 mL

- Ditambahkan 20 tetes indikator K2CrO4 5%

Larutan berwarna kuning

- Dititrasi dengan AgNO3 sampai

terjadi endapan merah bata Endapan merah bata

Kandungan NaCl dalam garam dapur

(11)

IX. Daftar Pustaka

Anonim. 2011. Laporan Resmi Praktikum Argentrometri Kimia Analisis. http://dokumen.tips/documents/laporan-praktikum-argentometri. html. Diakses pada hari Rabu 09 November 2016 Pukul 21.45 WIB.

Anonim. 2011. Pembuatan Indikator Kalium Kromat. Online. Web Publikasi : http://labkima.blogspot.co.id/2011/10/ pembuatan-indikator-kalium-kromat-5.html. Diakses pada hari Kamis 10 November 2016 Pukul 09.30 WIB

Day R.A, Jr dan A. L Underwood, Jr. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Penerjemah Iis Sopyan, Jakarta: Erlangga.

Nugraha, M. 2012. Pengertian Titrasi Pengendapan. Online. Web Publikasi : https://www.academia.edu/15176032/A._Pengertian_ Titrasi_pengendapan. Diakses pada hari Rabu 09 November 2016 Pukul 21.53 WIB

Poedjiastuti, Sri, dkk. 2011. Panduan Praktikum Kimia Analitik I: DDKA. Surabaya: Kimia FMIPA UNESA.

Referensi

Dokumen terkait

• Pada prakteknya indikator yang dipakai lebih encer (3-5x) tapi cara ini tetap dianggap salah, meski alasannya supaya endapan lebih jelas... Pembentukan Ion

terbentuk endapan berwarna merah keunguan, maka titrasi telah mencapai titik ekuivalen. Warna endapan yang dihasilkan disebabkan oleh ion perak berlebih bereaksi

Metode Mohr metode ini digunakan untuk menentukan kandungan klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan standar perak nitrat dengan penambahan larutan kalium

Proses pembentukan endapan terjadi secara bertingkat (fraksional), mula-mula terbentuk endapan perak klorida dan kemudian perak kromat. Garam perak klorida.. Di dalam

Bromida dan Klorida kadarnya dapat ditetapkan dengan metode Mohr akan tetapi untuk iodida dan tiosianat tidak memberikan hasil yang memuaskan, karena endapan perak iodida atau

Anhidrida asam tidak bereaksi dengan natrium klorida atau natrium bromida hal ini karena ion halida merupakan basa yang lebih lemah dari pada ion karboksilat..

Anhidrida asam tidak bereaksi dengan natrium klorida atau natrium bromida hal ini karena ion halida merupakan basa yang lebih lemah dari pada ion karboksilat.. Karena dengan adanya

Di katode, electron diterima oleh ion perak sehingga membentuk endapan perak tang melapisi katode Di sekitar katode kelebihan ion negatif yang akan dinetralkan oleh ion 2... positif