• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tajam Penglihatan Setelah Pembedahan Katarak Traumatik Dengan Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhinya di RSUP H. Adam Malik Tahun 2009-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Tajam Penglihatan Setelah Pembedahan Katarak Traumatik Dengan Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhinya di RSUP H. Adam Malik Tahun 2009-2013"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini jumlah penderita katarak diseluruh dunia adalah 15 juta, dan diperkirakan akan mencapai 40 juta pada tahun 2025.1 Sedangkan

Insidensi katarak di Indonesia sendiri mencapai angka yang

memprihatinkan, dimana setiap tahun muncul kasus-kasus baru katarak

sebanyak 210.000 orang.2

Di Amerika Serikat terjadi kurang lebih sebanyak 2,5 juta trauma per

tahun. Diperkirakan sebanyak kurang lebih 4-5% dari jumlah tersebut

akan menjadi trauma mata sekunder.3 Dan 1-7% dari seluruh trauma mata

terjadi pada laki-laki dewasa muda( >80%).4 Trauma menjadi penyebab

terbanyak kebutaan monokular pada orang yang berusia di bawah 45

tahun. Setiap tahunnya sekitar 50 ribu orang tidak dapat membaca oleh

karena trauma okuli. Hanya 85% pasien-pasien yang mengalami trauma

okuli pada segmen anterior mencapai tajam penglihatan 20/40 atau lebih,

sedangkan pada trauma segmen posterior terjadi hanya sekitar 40%

mencapai tajam penglihatan yang sama. Laki-laki mempunyai resiko

empat kali lebih besar dibandingkan perempuan pada kasus ini. Cedera

mata yang disebabkan oleh pekerjaan (pekerja industri yang pekerjaannya

memukulkan baja kebaja lain) dan olahraga paling sering terjadi pada

anak-anak dan pria dewasa muda.5,6

(2)

putih segera setelah masuknya benda asing karena robeknya kapsul

lensa menyebabkan masuknya aqeous humor dan kadang-kadang korpus

vitreum kedalam struktur lensa.5 Katarak dapat terjadi sebagai sekuel

trauma okuli baik trauma perforasi ataupun tumpul terhadap bola mata

yang bisa terjadi akut, subakut, atau lambat.7

Pengobatan yang terbaik untuk katarak traumatik adalah operasi.

Untuk memperkecil resiko terjadinya infeksi dan uveitis harus diberikan

antibiotik sistemik dan topikal serta kortikosteroid topikal dalam beberapa

hari. Atropine sulfat 1%, 1 tetes tiga kali sehari, dianjurkan untuk menjaga

pupil tetap berdilatasi dan untuk mencegah pembentukan sinekia

posterior.5

Pada sebuah penelitian di Jerman 15 pasien yang mengalami

pembedahan katarak traumatik di Jerman bahwa hanya 53% yang

mempunyai tajam penglihatan post operasi ≥ 6/12, alasan ini berhubungan

dengan kelainan di macula, kekeruhan pada kornea sentral, adanya

Posterior Capsular Opacity (PCO) dan Retinal Detachment (RD).8

Greven dkk mendapatkan hanya 30% mata yang menderita trauma

contusio mempunyai segment posterior yang normal sebelum tindakan

operasi.9

Bekibele dkk menyatakan tajam penglihatan setelah pembedahan

katarak traumatik > 6/18 sekitar 35.6%, < 6/18 sekitar 32.2% dan sisa dari

32.2% dinyatakan tetap buta atau tajam penglihatan < 3/60. Dan

penyebab jeleknya tajam penglihatan < 6/18 disebabkan karena

(3)

Memon dkk di Jamshoro didapatkan angka penyebab trauma

tersering pada mata meliputi serpihan kayu 31.7%, duri 22.2% dan batu

17.1% dimana tajam penglihatan ≥ 6/18 .10

Menurut Shah dkk di Gujarat-India visual outcome dari katarak

traumatik pada anak, dimana 287 mata disebabkan oleh trauma terbuka,

dan 67 mata disebabkan oleh trauma tertutup, kemudian 6 minggu setelah

operasi didapatkan tajam penglihatan masing-masing ≥ 20/200 pada 181

mata (63%) dan 20/40 pada 106 mata (38%) pada trauma mata terbuka, >

20/200 pada 36 mata (53%) dan 20/40 pada 16 mata (22.4%) trauma

mata tertutup. Dari semua kasus 125 mata (35.3%) diperoleh tajam

penglihatan setelah 6 minggu operasi 20/40 dan 20/200 pada 214 mata

(61.3%).11

Menurut Brar dkk di India tahun 2001 menyatakan perbandingan trauma tajam dengan trauma tumpul djumpai komplikasi setelah operasi

signifikan lebih tinggi pada trauma tajam dalam menyebabkan katarak

traumatik pada anak. Dimana ketajaman penglihatan didapati pada

trauma tajam ≥ 6/12 (38.8%) dan ≥ 6/12 (86.36%) dan tindakan ECCE +

IOL (Intra Okular Lens) pada trauma tumpul diperoleh ketajaman

penglihatan lebih baik jika segmen posterior tidak terlibat.12

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang hubungan tajam penglihatan setelah

pembedahan katarak traumatik dengan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhinya di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2009 -

(4)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hubungan tajam penglihatan setelah pembedahan

katarak traumatik dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya

di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Desember

2013.

2. Mengetahui jumlah penderita katarak traumatik di RSUP H. Adam

Malik Medan periode Januari 2009 – Desember 2013.

3. Mengetahui jumlah lateralitas (mata yang terlibat) pada penderita

katarak traumatik di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari

2009 – Desember 2013.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimanakah hubungan tajam penglihatan

setelah pembedahan katarak traumatik dengan faktor-faktor penyebab

trauma di RSUP H.Adam Malik Medan periode Januari 2009-Desember

2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan tajam penglihatan dengan umur rerata

penderita katarak traumatik setelah pembedahan

2. Untuk mengetahui hubungan tajam penglihatan dengan jenis kelamin

(5)

3. Untuk mengetahui hubungan tajam penglihatan dengan jenis

pekerjaan terbanyak penderita katarak traumatik setelah

pembedahan.

4. Untuk mengetahui hubungan tajam penglihatan dengan jenis trauma

dari penderita katarak traumatik setelah pembedahan.

5. Untuk mengetahui hubungan tajam penglihatan dengan lama

terjadinya trauma.

6. Untuk mengetahui tajam penglihatan dengan kelainan penyerta yang

terjadi pada katarak traumatik.

7. Untuk mengetahui hubungan tajam penglihatan dengan jenis tindakan

pembedahan yang dilakukan dalam penanganan katarak traumatik.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan tajam penglihatan setelah pembedahan

katarak traumatik dengan faktor –faktor yang dapat mempengaruhinya

di RSUP H. Adam Malik Medan pada Januari 2009 - Desember 2013.

2. Untuk mendeskripsikan jenis tindakan apa yg paling sering dilakukan

dalam penatalaksanaan katarak traumatik.

3. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat sebagai tindakan

preventif untuk dapat mencegah komplikasi yang lebih berat

khususnya pada kasus trauma pada mata yang dapat menyebabkan

katarak traumatik.

4. Sebagai bahan informasi dalam upaya peningkatan kelengkapan data

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel 5.6 dan 5.14 terlihat bahwa penderita katarak yang datang berobat ke poliklinik mata RSUP H Adam Malik Medan dengan tajam penglihatan ( Visus ) 1 / 300 yaitu 44,6 %

Dari hasil crosstab (tabulasi silang) didapatkan pasien berusia &gt; 55 tahun dengan stadium katarak yang sudah mencapai stadium matur sebanyak 44 orang (74,6%), penderita

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan mengenai katarak dan tingkat pendidikan dengan tajam

Dari hasil crosstab (tabulasi silang) didapatkan pasien berusia &gt; 55 tahun dengan stadium katarak yang sudah mencapai stadium matur sebanyak 44 orang (74,6%), penderita

Dari hasil crosstab (tabulasi silang) didapatkan pasien berusia &gt; 55 tahun dengan stadium katarak yang sudah mencapai stadium matur sebanyak 44 orang (74,6%), penderita

Katarak merupakan kekeruhan yang terdapat pada lensa. WHO mendefinisikan katarak sebagai suatu tajam penglihatan yang kurang dari 3/60 yang merupakan penyebab kebutaan di

Latar Belakang: Katarak merupakan kekeruhan yang terdapat pada lensa. WHO mendefinisikan katarak sebagai suatu tajam penglihatan yang kurang dari 3/60 yang merupakan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan tingkat pengetahuan mengenai katarak, pendidikan, dan status sosial ekonomi dengan tajam penglihatan