• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upacara Ritual Menanda Tahun Di Sisada Rube Pada Masyarakat Pakpak Kajian Makna Dan Fungsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upacara Ritual Menanda Tahun Di Sisada Rube Pada Masyarakat Pakpak Kajian Makna Dan Fungsi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Masyarakat Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu, Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing, dan Pakpak Dairi. Namun sekarang ini sebutan Batak hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Secara umum, etnik Pakpak digolongkan sebagai suku bagian dari suku bangsa Batak, seperti halnya Toba, Simalungun, Karo, dan Mandailing (Pasaribu, 1978; Bangun, 1980; Daeng, 1976; Coleman, 1983). Pernyataan ini dapat diterima bila dilihat secara umum pula karena dari segi komunitas, etnis tersebut hidup berdampingan di Sumatera Utara.

Suku Pakpak dapat diklarifikasikan menjadi lima bagian berdasarkan wilayah komunitasmarga dan dialek bahasa yang dikenal, yakni:

1) Pakpak Simsim yakni orang Pakpak yang menetap diwilayah Simsim, berdialaek Simsim, memiliki hak ulayat di Simsim, yang terdiri atas marga: Berutu, Sinamo, Solin, Cibro, Banurea, Boang Manalu, Bancin, Manik, dan lain-lain. Wilayah Pakpak Simsim dibagi menjadi delapan kecamatan yaitu: kecamatan Salak, Pagindar, Sitellu Tali Urang Julu, Setellu Tali Urang Jehe, Pergetteng-getteng Sengkut, Tinada, Siempat Rube, dan Kerajaan.

(2)

Keppas dibagi menjadi empat kecamatan yaitu: Kecamatan Silima Paunggapungga, Tanah Pinem, Parbuluan, dan Sidikalang.

3) Pakpak Pegagan, yakni orang Pakpak yang menetap di Pegagan, berdialaek Pegagan, yang terdiri atas marga: Lingga, Mataniari, Maibang, Manik Sikettang dan lain-lain. Wilayah Pakpak Pegagan dibagi menjadi tiga kecamatan yaitu: Kecamatan Sumbul, Pegagan Hilir, dan Tiga Lingga.

4) Pakpak Kelasan yakni orang Pakpak yang menetap diwilayah Kelasen, berdialek Kelasen, yang terdiri atas marga: Tumangger, Sikettang, Tinambunan, Anak Ampun, Kesogihen, Maharaja, Meka, Berasa dan lain-lain. Pakpak Kelasen ini berada di Kabupaten Tapanuli Utara (Kecamatan Parlilitan dan Pakkat) dan Kabupaten Tapanuli Tengah (Kecamatan Barus).

5) Pakpak Boang, yakni orang Pakpak yang menetap diwilayah Boang, yang terdiri atas marga: Sambo, Penarik, Saraan dan lain-lain. Pakpak Boang ini berada di wilayah Aceh Selatan, khususnya dikecamatan Simpang Kiri dan Simpang Kanan ( Coleman, 1983; Berutu, 1994).

(3)

Masyarakat Pakpak mengenal upacara adat yang digolongkan menjadi dua bagian besar yaitu :”kerja baik “ dan “ kerja njahat”. Kerja baik mencakup peristiwa suka cita, seperti upacara perkawinan, upacara memasuki rumah baru, dan upacara menanam padi ( menanda tahun). Kerja njahat mencakup jenis-jenis upacara yang berhubungan dengan peristiwa duka cita, seperti upacara kematian dan upacara mengkurak tulan.

Dalikan Si Tellu sangat berperan dalam pelaksanaan upacara ritual

menandatahundi Sisada Rube. Ketiga falsafah Dalikan Si Tellu tersebut yaitu: Sembah

Merkula-kula, Manat Merdengan Sibeltek, dan Elek Merberru. Ketiga falsafah ini tidak

dapat dipisahkan dalam bidang apapun.

Manat Merdengan Sibeltek sangat perlu diingat dalam pelaksanaan upacara apa

saja dalam masyarakat Pakpak. Karena setiap melaksanakan upacara atau pekerjaan tentu kita meminta bantuan dari saudara kita, jadi sebaiknya kita harus menghargai

Dengan Sibeltek “saudara” kita. Dengan Manatnya Mersibeltek (menghargai saudara

kita) tentu dalam pelaksanaan upacara kita membutuhkan pendapat ataupun bantuan dari Dengan Sibeltek atau saudara kita demi berjalannya upacara tersebut.

Adapun peranan Dalikan Si Tellu dalam pelaksanaan upacara ritual

menandatahundi Sisada Rube ini yaitu:

1) Untuk menjaga perdamaian dan kesejahteraan masyarakat Sisada Rube dalam pelaksanaan upacara ritual menanda tahun.

(4)

3) Ketiga unsur Dalikan Si Tellu menjadi saksi yang paling penting dalam pelaksanaan upacara ritual menanda tahun tersebut.

4) Dalam pelaksanaan upacara ritual menanda tahun tersebut, Beru juga berkewajiban membantu sukut “tuan rumah” dan juga sebagai penengah apabila terjadi keributan dalam pelaksanaan upacara ritual menanda tahun tersebut. Beru disebut juga dengan huntun “suruhan”.

Menanda tahun adalah sebuah upacara ritual yang diselenggarakan masyarakat

Pakpak di Sisada Rube Kecamatan Pergettenggetteng Sengkut, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara. Upacara setahun sekali ini diadakan dalam rangka pembukaan ladang, karena itu selalu diselenggarakan ketika menjelang musim tanam, dengan maksud agar tidak menyalahi apa yang dipercayai sebagai ketentuan-ketentuan penguasa alam gaib bagi kelestarian ekosistem, sehingga usaha-usaha pertanian dan perladangan memperoleh izin dan “keberkahan” dari mereka.

(5)

upacara-upacara ritual yang berkaitan dengan perladangan khususnya di Sumatera Utara masih jarang dilaksanakan.

Dengan meneliti upacara menanda tahun di Sisada Rube, diharapkan dapat menambah pengetahuan bukan saja mengenai upacara-upacara tradisional melainkan juga pengetahuan tentang bagaimana masyarakat menghadapi lingkungan alam (ekologi) yang dipantulkan dalam upacara ritual tersebut.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang makna dan fungsi upacara ritual menanda tahun pada masyarakat Pakpak di Desa Nambunga Buluh, Kecamatan Pergettenggetteng Sengkut, Kabupaten Pakpak Bharat.

1.2. Rumusan Masalah

(6)

Adapun masalah yang dibahas adalah:

1) Bagaimana tahapan upacara menanda tahun disisada rube pada masyarakat Pakpak di Desa Nambunga Buluh, Kecamatan Pergettenggetteng Sengkut? 2) Apa makna upacara ritual di menanda tahun Sisada Rube pada masyarakat

Pakpak?

3) Apa fungsi upacara ritual menanda tahun di Sisada Rube pada masyarakat Pakpak di Desa Nambunga Buluh, Kecamatan Pergettenggetteng Sengkut?

1.3.Tujuan Penelitian

Suatu pekerjaan yang dilaksanakan agar memperoleh hasil yang baik tentunya pekerjaan itu harus mempunyai sasaran ataupun tujuan. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui tahapan upacara ritual menanda tahun di Sisada Rube pada masyarakat Pakpak di Desa Nambunga Buluh, Kecamatan Pergettenggetteng Sengkut.

2) Untuk mengetahui makna upacara ritual menanda tahun di Sisada Rube pada masyarakat Pakpak di Desa Nambunga Buluh Kecamatan Pergettenggetteng Sengkut.

(7)

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pembaca khususnya terhadap penulis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagi peneliti sendiri, untuk mengetahui lebih luas tentang upacara ritual

menanda tahun di Sisada Rube pada masyarakat Pakpak di Desa Nambunga

Buluh Kecamatan Pergettenggetteng Sengkut.

2) Kepada masyarakat khususnya perantau muda Pakpak supaya tetap mengingat dan melestarikan budaya Pakpak dimanapun mereka berada dan terus menerus menjalankan upacara ritual menanda tahun.

3) Bagi penulis sendiri untuk menambah wawasan tentang upacara ritualmenanda

tahun di Desa Nambunga Buluh Kecamatan Pergettenggetteng Sengkut

khususnya upacara ritual menandatahun.

4) Menambah khasanah pengkajian terhadap budaya yang ada di Indonesia terutama upaca ra ritual menanda tahun.

1.5.Anggapan Dasar

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu anggapan dasar. Menurut Arikunto (1996:65), “Anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang harus dirumuskan secara jelas”. Maksud kebenaran disini adalah apabila anggapan dasar tersebut dapat dibuktikan kebenarannya,

(8)

khususnya pada masyarakat Pakpak supaya tidak melupakan taradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang sejak dahulu kala.

1.6.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1.6.1 Letak Geografis Kecamatan Pergettenggetteng Sengkut

Kabupaten Pakpak Bharat terdiri dari delapan Kecamatan, yaitu:Kecamatan Salak, Pagindar, Sitelu Tali Urang Julu, Sitelu Tali Urang Jehe, Pergetteng-getteng Sengkut (PGGS), Tinada, Siempat Rube, dan Kerajaan. Gambaran umum dan letak geografis : 02° 47'08''- 02°15'49'' LT dan 98° 4'12''- 98° 28'01''BT. Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut terletak disebelah utara Kabupaten Pakpak Bharat, dan memiliki luas wilayah 66,64 Km.

1.6.2. Keadaan Penduduk

Pada umumnya masyarakat yang tinggal di Desa Nambunga Buluh adalah suku Pakpak yang bermarga Manik yang telah lama mendiami wilayah tersebut. Desa Nambunga Buluh rata-rata marga Manik, sedangkan marga yang lain adalah marga pendatang yang bermukim di Desa Nambunga Buluh.

(9)

1.6.3 Budaya Masyarakat

Penduduk desa Nambunga Buluh mayoritas suku Pakpak yang telah lama mendiami Nambunga Buluh, dan terkenal akan budaya Pakpak.. Masyarakat Pakpak yang mempunyai ciri khas pada budaya masyarakatnya sendiri, salah satunya dalam upacara ritual menanda tahun di Sisada Rubepada masyarakat Pakpak. Dimana upacara ritual menanda tahun adalah merupakan salah satu budaya yang tidak pernah dilupakan demi keberlangsungan kehidupan dan kebudayaan masyarakat Sisada Rube pada masyarakat Pakpak.

Bagi masyarakat Nambunga Buluh bila tidak melaksanakan upacara ritual

menanda tahun, mereka merasakan banyaknya permasalahan yang menimpa desa

Referensi

Dokumen terkait

Suku Karo memiliki beragam upacara tradisional, antara lain: Mbesur- Mbesuri (upacara memberi makan ibu yang sedang hamil tujuh bulan), Maba Anak Ku Lau (upacara

Temuan keilmuan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) puak poi pada upacara paisin dalam budaya masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar berfungsi

Secara praktis, adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah menambah pengetahuan penulis, serta masyarakat Indonesia, tentang bagaimana struktur, fungsi, dan

Temuan keilmuan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) puak poi pada upacara paisin dalam budaya masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar berfungsi

Alasan Penulis untuk meneliti tradisi upacara Cue Lak karena Penulis merasa bahwa tradisi upacara Cue lak di kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riauini adalah

tanda dalam mangupa pada upacara perkawinan masyarakat Angkola... Meskipun sebelumnya sudah banyak ahli-ahli budaya

1) Pelaksanaan Upacara Ngerasakin perlu disebar luaskan kepada semua masyarakat di Desa Banyuatis khususnya yang belum mengerti mengenai, bentuk, fungsi maupun

‘sakseh’ Bukti dalam kegiatan upacara Saksi upacara yang dilakukan manusia dengan Tuha ‘menyan’ Menghubungkan doa kepada Tuhan Sumber kehidupan dan permulaan ‘kembeng’