• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MENCARI ARAH UNTUK MEMULAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II MENCARI ARAH UNTUK MEMULAI"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

MENCARI ARAH UNTUK MEMULAI

2. 1. Geopark

Geopark merupakan warisan geologi dengan potensi ilmiah, dan outstanding (jarang memiliki pembanding di kawasan lain). Kawasan tersebut menjadi satu kesatuan kawasan yang spesial dengan fungsi tidak hanya sebagai area wisata tetapi juga sebagai sarana edukasi berupa kawasan lindung dan situs pengembangan ilmu pengetahuan. Dibanyak tempat terdapat situ-situs wisata yang telah menjadi kawasan Geopark berskala nasional namun tidak ataupun belum diterima dalam skala internasional. Hal ini kebanyakan disebabkan oleh kawasan-kawasan tersebut berada dalam kawasan padat penduduk yang didalamnya telah terdapat aktivitas-aktivitasa ekonomi (seringkali berupa eksploitasi alam) yang walauun sudah mendapat izin dokumen lingkungan namun tetap berpengaruh pada perubahan alam secara fisik, dimana hal ini sedikit banyak bertentangan pada konsep geopark yang mengutamakan pelestarian alam. Pemanfaatan sumberdaya alam sebagai warisan geologi menjadi sulit dilakukan bahkan tidak direkomendasikan pada area tersebut.

Menurut Chris Woodley Stewart, manager geopark North Pennines AONB Inggris, Geopark tidak hanya berbicara mengenai batuan saja, tetapi juga manusia. Mereka menyatu, dan manusia dapat menikmati tatanan geologi di suatu daerah. Tujuannya adalah memaksimalkan geowisata yang mendatangkan keuntungan

(2)

bagi ekonomi lokal, selain membantu orang untuk memahami perkembangan bentang alam di daerahnya

Dalam perancangan, seorang arsitek membutuhkan sebuah perbandingan untuk mendapatkan karya yang sesuai dengan standard jenis bangunan yang dimaksud. Baik dari segi tema maupun proyek sejenis yang telah terbangun, terlebih untuk kasus geopark yang masih asing bagi sebahagian umum orang. Di dunia telah terdaftar 111 Geopark sebagai anggota resmi GGN (Global Geopark Network) UNESCO dengan China sebagai penyumbang geopark terbanyak, yaitu 30 Geopark dan hingga saat ini Indonesia hanya memiliki 1 Geopark yang terdaftar, padahal bisa dikatakan bahwa alam yang dimiliki Indonesia tidak kalah bagus dengan negara-negara lainnya. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya kepedulian Pemerintah dan masyarakat terhadap sektor pariwisata.

1. Hongkong Global Geopark

Gambar 2.1.1. Hongkong Global Geopark (sumber : www.globalgeopark.com)

(3)

Salah satu Geopark yang cukup terkenal di China adalah Hongkong Global Geopark of China (Gambar 2.1.1). Hongkong geopark ini meramu geopark dalam geowisata yang menarik dan tetap edukatif bagi pengunjungnya. Hong kong geopark membagi kawasannya menjadi 8 geo-area yang bisa dikunjungi wisatawan. Masing-masing spot dijaga sedemikian rupa agar tidak terlalu banyak terkontaminasi oleh manusia. Salah satunya dengan menerapkan sistem boat-tour, dimana dengan fasilitas ini pengunjung dapat menikmati pemandangan dan tanpa disadari telah meminimalisir dampak langsung manusia terhadap lingkungan sekaligus tetapi menjaga keselamatan pengunjung.

Gambar 2.1.2 Makanan-makanan yang disediakan bertema Geopark (sumber: www.globalgeopark.com)

Untuk mendorong partisipasi masyarakat lokal, geopark bekerja sebagai fasilitator untuk membantu restoran lokal membuat beberapa hidangan geologi bagi pengunjung (Gambar 2.1.2). Hal ini dapat memperkaya pengalaman turis, serta meningkatkan perekonomian lokal. Kemudian pengelola geopark juga memberikan kesempatan bagi siapa saja yang ingin bergabung menjadi mitra pendukung dengan mengikuti syarat yang diberlakukan. Pada geopark ini juga diusung wisata edukasi yang mendukung prinsip Ecotourism. Seluruh kegiatan konservasi, museum, maupun fasilitas-fasilitas di kawasan geopark ini merupakan

(4)

sarana edukasi bagi para pengunjungnya. Wisatawan diajak untuk berperan langsung dalam menjaga warisan alam yang telah ada. Kemudian disediakan juga fasilitas seperti Rock Classroom (Gambar 2.1.3) yang bertujuan mengedukasi anak-anak tentang bebatuan dan geo-konservasi. Kelas ini bekerjasama dengan sekolah-sekolah yang berada disekitar wilayah Hongkong geopark.

.

Gambar 2.1.3 Rock Clssroom (sumber : www.globalgeopark.com)

2. Papuk Geopark

Gambar 2.1.4 Krka National Park (sumber: www.papukgeopark.com)

Papuk Geopark ini berada di kroasia yang diproklamasikan sebagai kawasan hutan lindung pada tahun 1999. Pada geopark ini terdapat beberapa area dengan tingkat perlindungan yang tinggi karena karakteristiknya yang tidak biasa.

(5)

Pada kawasan ini banyak terdapat bangunan-bangunan bersejarah peninggalan Roma dan Turki pada abad pertengahan. Secara geologi Papuk Geopark juga memiliki keunikan karena terletak dalam zona tabrakan macroplates Afrika dan Eurasia yang menyebabkan karakteristisk unik dari struktur geologi di seluruh area geopark. Bebatuan yang terdapat didaerah geopark sendiri merupakan batu tertua yang terdapat di Kroasia.

Papuk geopark menyediakan berbagai penawaran yang dapat dieksplorasi oleh pengunjung berupa cultural and historical heritage, wildlife and habitats yang berupa wisata alam padang rumput, danau dan sungai (Gambar 2.1.4), berbagai jenis hutan, dan alam bawah tanah. Semua potensi-potensi tersebut masih dijaga keasliannya. Papuk Geopark juga menyediakan aktivitas-aktivitas lain seperti sepeda gunung, hiking, geocaching, paragliding, sport climbing, horseback riding, dan visiting the caverns.

2. 2. Danau Toba

Secara garis besar proyek Geopark Kaldera Toba ini bertujuan mengangkat semua potensi-potensi yang berada ditujuh kabupaten yang termasuk dalam teritori kaldera toba. Sebagai langkah awal, dilakukan pendataan mengenai keadaan geografis dari Danau Toba itu sendiri.

1. Letak Geografis dan Luas Danau

Danau toba terletak di pulau Sumatera yang berlokasi 176 Km ke arah Selatan kota Medan. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia serta Asia tenggara. Permukaan danau berada pada ketinggian 903 dpl, dan daerah tangkapan air (DTA) 1.981 meter dpl. Danau toba sendiri memiliki luasan sekitar

(6)

1.103 km2, dengan kedalaman maksimal danau 529 m. Total luas Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba lebih kurang 4.311,58 km2.

2. Iklim

DTA Danau Toba juga termasuk ke dalam tipe iklim B1, C1, C2, D2, dan E2. Hal ini berakibat bulan basah (Curah Hujan 200 mm/bulan) yang juga berturut-turut pada kawasan ini bervariasi antara dari 3 bulan sampai dengan 7-9 bulan, sedangkan bulan kering (Curah Hujan 100 mm/bulan) berturut-turut antara 2-3 bulan.

3. Curah Hujan

Curah hujan tahunan yang terdapat di kawasan Daerah Tangkapan Air Danau Toba berkisar antara 1.700 - 2.400 mm/tahun. Sedangkan puncak musim hujannya terjadi pada bulan November-Desember dengan cakupan curah hujan antara 190-320 mm/bulan dan juga puncak musim kemarau terjadi selama bulan Juni - Juli dengan curah hujan berkisar 54-151 mm/bulan.

4. Suhu dan Kelembapan Udara

Suhu udara bulanan di EKDT ini berkisar antara 18,0 - 19,7 oC di Balige dan antara 21,0 - 20,0 oC di Sidamanik. Sedangkan angka kelembaban tahunannya berkisar antara 79 - 95 %. Pada musim kemarau kelembapan udara cenderung agak rendah apabila hal ini dibandingkan musim hujan. Evaporasi bulanan di EKDT ini berkisar antara 74 - 88 mm/bulan. Angka evaporasi selama musim-musim kemarau cenderung lebih tinggi dibandingkan selama musim-musim hujan.

5. Hidrologi

(7)

a. Air hujan yang langsung jatuh ke danau

b. Air yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke danau.

Sedangkan Outlet Danau Toba 1 buah yaitu Sungai Asahan. Daerah aliran sungai (Catchment Area) tersebut diatas terdiri dari 26 Sub DAS. Total jumlah sungai yang masuk ke Danau Toba adalah 289 sungai. Dari Pulau Samosir adalah 112 sungai dan dari daerah Tangkapan Air lainnya adalah 117 sungai. Dari 289 sungai itu, 57 diantaranya mengalirkan air secara tetap dan sisa 222 sungai lagi adalah sungai musiman (intermitten).

6. Topografi

Kondisi topografi DTA Danau Toba didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, dengan kelerengan lapangan terdiri dari datar dengan kemiringan(0-8%) seluas 703,39 Km2, landai (8-15%) seluas 791,32 Km2, agak curam (15-25%) seluas 620,64 Km2, curam (25-45%) seluas 426,69, sangat curam sampai dengan terjal (> 45%) seluas 43,962 Km2.

Eksisting penggunaan dan penutupan lahan di DTA Danau Toba terdiri dari hutan alam, hutan rapat, hutan tanaman, hutan jarang, dan kebun campuran, semak belukar, resam, tanaman semusim, persawahan, dan lahan terbuka (permukiman, bangunan lain, lahan terbuka, padang rumput dan alang-alang).

7. Fungsi dan Manfaat Danau Toba a. Cadangan Air (Air Baku Air Minum)

Air danau Toba dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai air baku air minum

(8)

Danau Toba yang memiliki pemandangan alam yang menakjubkan sangat berpotensi sebagai objek wisata

c. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA)

PLTA memproduksi energy listrik 450 MW yang diperoleh dari sumber daya air Danau Toba.

d. Sarana transportasi di kawasan Danau Tobadimanfaatkan sebagai sarana transportasi di kawasan danau

e. Budidaya pertanian meliputi budidaya : tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan perikanan.

8. Batas-Batas Pada Site

Daerah yang termasuk dalam lingkup site Geopark Kaldera Toba adalah Kab. Samosir, Kab. Tobasa, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbahas, Kab. Dairi, Kab. Tanah Karo, Kab. Simalungun

2. 3. Potensi-potensi Pariwisata

Sebagai tahap awal perancangan, perancang dan tim mengumpulkan data dari ketujuh kabupaten yang berada diwilayah kaldera Toba tersebut. Data yang dicari berupa gambaran umum, potensi-potensi pariwisata, akses dan transportasi, serta budaya yang dimiliki tiap kabupaten.

(9)

Gambar 2.3.1 Peta Wilayah Kaldera Toba 1. Kab. Samosir

Ibu Kota : Pangururan Luas : 254.715 Ha

Kabupaten ini berada diketinggian 700 s/d 1.995 meter di atas permukaan laut. Samosir terdiri dari Kec. Harian, Kec. Nainggalon, Kec. Onan Runggu, Kec. Palipi, Kec. Pangururan, Kec. Ronggur Nihuta, Kec. Sianjur Mulamula, Kec. Simanindo, Kec. Sitiotio

(10)
(11)

2. Kab. Tobasa (Toba Samosir) Ibu Kota : Balige

Luas : 2.021,81 km2

Kab. Tobasa berada di Dataran Tinggi Bukit Barisan, ketinggian 300-2.200 m dpl. Tobasa terdiri dari Kecamatan Balige, Kecamatan Tampahan, Kecamatan Laguboti, Kecamatan Habinsaran, Kecamatan Borbor, Kecamatan Nassau, Kecamatan Silaen, Kecamatan Sigumpar, Kecamatan Porsea, Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kecamatan Siantar Narumonda, Kecamatan Parmaksian, Kecamatan Lumban Julu, Kecamatan Uluan, Kecamatan Ajibata, dan Kecamatan Bonatua Lunasi.

(12)

Gambar 2.3.5 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Toba Samosir

3. Kab. Tapanuli Utara Ibu Kota : Tarutung

Luas : 3.800,31 Km2 Luas dataran : 3.793,71 Km2

Luas perairan Danau Toba : 6,60 Km2 Ketinggian : 300-1500 m dpl

Tapanuli Utara terdiri dari Kecamatan Muara, Siborongborong Pagaran, Parmonangan, Sipahutar, Pangaribuan, Garoga, Sipoholon, Tarutung, Siatas Barita, Pahae Julu, Pahae Jae, Adiankoting, Simangunban, Purbatua

(13)

Gambar 2.3.6 Kabupaten Tapanuli Utara

Gambar 2.3.7 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Tapanuli Utara

4. Kab. Humbahas Ibu Kota : Dolok Sanggul

(14)

Luas : 2.335,33 km2

Humbahas terdiri dari Kecamatan Baktiraja, Dolok Sanggul, Lintong Nihuta, Onan Ganjang, Pakkat, Paranginan, Parlilitan, Pollung, Sijama Polang, Tarabintang

Gambar 2.3.8 Kabupaten Humbahas

(15)

5. Kab. Simalungun Ibu Kota : Kecamatan Raya Luas : 4.386,60 Km2

Simalungun terdiri dari Kecamatan Bandar, Bandar Huluan, Bandar Masilam, Bosar Maligas, Dolok Batunanggar, Dolok Panribuan, Dolok Pardamean, Dolok Silau, Girsang Sipangan Bolon, Gunung Malela, Gunung Maligas, Haranggaol Horison, Hatonduhan, Huta Bayu Raja, Jawa Maraja Bah Jambi, Jorlang Hataran, Panei, Panombeian Panei, Pematang Bandar, Pematang Sidamanik, Pematang Silima Huta, Purba, Raya, Raya Kahean, Siantar, Sidamanik, Silau Kahean, Silimakuta, Tanah Jawa, Tapian Dolok, Ujung Padang.

(16)

Gambar 2.3.11 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Simalungun

6. Kabupaten. Dairi Ibu Kota : Sidikalang Luas : 1927,8 km2

Dairi terdiri dari Kecamatan Berampu, Kec. Gunung Sitember, Kec. Lae Parira, Kec. Parbluuan, Kec. Pegagan Hilir, Kec. Sidikalang, Kec. Siempat Nempu, Kec. Siempat Nempu Hilir, Kec. Siempat Nempu Hulu, Kec. Silahisabungan, Kec. Silima Pungga-pungga, Kec. Sitinjo, Kec. Sumbul, Kec. Tanah Pinem, Kec. Tigalingga

(17)

Gambar 2. 3.13 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Dairi

7. Kabupaten. Karo Ibu Kota : Kabanjahe Luas : 2127,25 km2

Dairi terdiri dari Kecamatan Barusjahe, Kec. Merek, Kec. Berastagi, Kec. Munthe, Kec. Dolat Rayat, Kec. Naman Teran, Kec. Juhar, Kec. Payung, Kec. Kabanjahe, Kec. Simpang Empat, Kec. Kuta Buluh, Kec. Tigabinanga, Kec. Laubalen, Kec. Tiganderket, Kec. Mardingding, Kec. Tigapanah, Kec. Merdeka

(18)

Gambar 2.3.14 Kab. Karo

(19)

Gambar 2.3.16 Keterangan Simbol pada Matriks

Setelah melalui proses yang cukup panjang dalam menentukan potensi dari masing-masing kabupaten, maka diangkat beberapa kandidat potensi dengan peluang berkembang yang cukup besar dalam jangka waktu dekat (gambar 2.4). Masing-masing kabupaten memiliki keunggulan dalam bidang pariwisata, namun untuk kebutuhan pengajuan geopark, dibutuhkan spot-spot yang benar-benar lokal, outstanding, dan dapat mencerminkan eksistensi danau toba di mata dunia. Pemilihan harus disertai alasan yang logis dan didukung dengan rencana pengembangan yang berkelanjutan. Hal pertama yang diharapkan dari spot yang akan dipilih pada proyek ini adalah site harus berada ditepi danau toba sehingga nantinya setiap rancangan yang akan keluar dapat berinteraksi secara fisik dengan danau Toba.

(20)

Gambar 2.4. Peta Potensi Kaldera Toba

Perancang bersama tim memilih 4 spot dari beberapa potensi-potensi pariwisata yang menjadi kandidat site untuk diangkat menjadi perhatian utama dalam proyek kaldera toba ini (gambar 2.5). Masing-masing perancang mendapatkan proyek mikro yang akan dirancang secara spesifik. Spot yang dipilih adalah Pantai pasir putih parbaba, kawasan hotspring Pangururan, Danau Sidhioni, dan Air terjun Sipiso-piso seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut.

(21)

Gambar 2.5 Peta Potensi Utama Pengembangan Kaldera Toba

Keempat spot ini memiliki unsur air yang unik, tanpa bermaksud mengesampingkan spot-spot wisata lainnya. Air terjun Sipiso-piso merupakan salah satu air terjun yang dikenal banyak orang karena keindahannya, Pantai pasir putih parbaba dengan bibir pantai berpasir yang landai dan berada pada perairan danau toba yang dangkal, Danau Sidhioni sebagai danau diatas danau yang memiliki keunikan sendiri meskipun tidak berbatasan langsung dengan danau toba, dan yang terakhir kawasan hotspring dengan sumber air panas yang terletak dikaki gunung pusuk buhit.

Perancang sendiri mendapat bagian Penataan Pantai Pasir Putih Parbaba dimana kondisi sekarang ini sangat semrawut meskipun spot ini merupakan salah satu primadona dikawasan danau Toba.

Parbaba sendiri merupakan sebuah desa di kec. Pangururan yang terkenal dengan pantai pasir putihnya. Lokasinya kurang lebih 25 km dari Tomok, atau sekitar 30 menit bila menggunakan kendaraan bermotor. Pantai parbaba ini

(22)

terletak diantara permukiman penduduk dengan fasilitas-fasilitas umum seperti Toilet, Souvenir shop, Rumah Makan, dan Penginapan sudah tersedia didalam kawasan ini. Terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara Pantai parbaba beberapa tahun yang lalu dengan kondisi sekarang ini. Pada awalnya kawasan ini benar-benar memiliki pantai dengan pasir putih yang terhampar luas, sehingga pengunjung bisa bermain pasir dengan leluasa. Kawasan ini juga dulunya banyak dikunjungi oleh turis-turis asing yang menghabiskan waktunya dengan berjemur, bermain volly, dan berenang. Namun seiring perjalanan waktu, keadaan berubah dengan drastisnya. Kawasan ini semakin dikenal oleh turis lokal (gambar 2.8) namun dijauhi turis asing karena keadaannya yang tidak terawat. Berangkat dari kondisi ini, maka penulis mendesain parbaba dengan idealisme akan kawasan pantai yang bersahabat dengan pengunjung sekaligus dapat memenuhi kebutuhan penggunanya.

(23)

Eksisting Site :

Gambar 2.7 Pantai sebagai arena pertunjukkan (sumber : tobatourismboards.blogspot.com)

Gambar 2.8 Aktivitas di sekitar pantai (sumber : www.medandailybisnis.com)

Gambar 2.9 Pamflet yang kurang menarik (sumber : adelinatampubolon.wordpress.com)

(24)

Gambar 2.10 Gazebo utama didalam kawasan pantai (sumber : adelinatampubolon.wordpress.com)

Dalam proses desain, perancang menggunakan studi banding dalam rangka menentukan idealisme dari sebuah pantai. Studi banding yang digunakan adalah Virginia Beach Boardwalk. Kawasan pantai ini dirancang untuk memudahkan pengunjungnya (gambar 2.11). Tersedia parkir disepanjang boardwalk dan juga fasilitas-fasilitas seperti museum laut, cafe, penyewaan sepeda dengan jalur sepeda yang terpisah dari kendaraan (gambar 2.12), pertunjukan musik, toilet, dll. Kawasan ini juga ramah bagi penyandang disability dengan menyediakan ramp yang dapat langsung menuju pantai. Selain itu, informasi pariwisata yang ditawarkan hingga jalur parkir yang tersedia juga dikemas secara lengkap dan informatif.

Gambar 2.11 Kawasan pantai Virginia (sumber :www.visitvirginiabeachs.com)

(25)

Gambar 2.12 Pantai dengan jalur sepeda dan kendaraan yang berbeda (sumber :www.visitvirginiabeachs.com)

Gambar 2.13 Konsep Berkelanjutan Kawasan pada Pantai

Penataan pantai parbaba ini mengusung konsep Pariwisata Berkelanjutan (gambar 2.13) dengan memperhatikan aspek manusia, lingkungan, dan ekonomi. Pada kawasan ini terdapat eksisting fungsi wisata budaya, olahraga, wisata air, dan area memancing. Pengembangan fungsi yang berbasis pada pariwisata berkelanjutan tersebut menghasilkan kawasan yang memiliki fungsi berupa :

1. Wisata Alam : Aktivitas air (boat, jetski, dll.), Pemancingan, dan Voli pantai

(26)

2. Wisata Budaya : Revitalisasi kampung batak, mendirikan kantor pengelola/pusat informasi, amphiteater

3. Transportasi : Dermaga pariwista 4. Hospitality : Homestay

5. Fasilitas Umum : Toilet, Mushalla, Pusat wisata kuliner dan souvenir shop.

Blockplan rancangan :

Gambar 2.14 Blockplan perancangan kawasan pantai parbaba

Untuk ketiga spot lainnya, pengembangan juga dilakukan berdasarkan analisa masing-masing perancang sehingga menghasilkan blockplan sebagai berikut :

(27)

Gambar 2.15 Blockplan perancangan kawasan Air Terjun Sipiso-piso

(28)

Gambar 2.17 Blockplan perancangan kawasan Hotspring

Preview I pada dasarnya merupakan evaluasi data yang dikumpulkan dan bagaimana menentukan langkah kedepan berikutnya. Pada preview I ini banyak diterima kritik dan saran dari dosen penguji dan juga dosen pembimbing. Permasalahan utama dari preview I adalah alasan pemilihan site tidak memilki dasar yang jelas. Dosen penguji meminta perancang dan tim untuk merevisi kembali site yang telah ditetapkan. Hal ini berguna untuk membangun konsep kawasan proyek yang jelas nantinya. Durasi yang terbatas menyebabkan banyak hal tidak tersampaikan dalam presentasi. Hal ini menyebabkan sulitnya komunikasi antara penguji dan tim, dimana dosen penguji menganggap bahwa presentasi yang dilakukan masih mengambang dan tidak memiliki alur yang jelas.

(29)

Untuk pembahasan tentang geopark sendiri pada preview I dirasa masih sangat kurang. Tim cenderung terlalu fokus pada penggalian potensi, sehingga mengabaikan beberapa pembahasan penting lain seperti studi banding, pemilihan tema, dan output desain yang terkesan terlalu memaksa. Pada dasarnya bahan untuk penjelasan materi yang bersangkutan telah dipersiapkan oleh tim, namun tidak dijelaskan dalam presentasi.

Pada preview I ini para dosen penguji mengingatkan agar perancang dan tim berani keluar dari zona nyaman kelas Perancangan Arsitektur selama ini, dimana selalu ada output bangunan baik itu bangunan tinggi maupun bentang lebar sebagai hasil akhir. Mereka menyarankan untuk lebih memberikan perhatian pada konsep penataan secaa menyeluruh dan skenario pariwisata sehingga fungsi dari geopark ini secara keseluruhan dapat terlihat.

Proyek geopark ini memiliki permasalahan dalam eksekusi pemilihan site. Setelah melakukan diskusi dengan dosen pembimbing, akhirnya didapatkan cara memilih site berdasarkan data potensi yang telah dikumpulkan.dengan sistem over layer. Sistem ini dilakukan dengan mengumpulkan potensi-potensi tiap kabupaten dan mengelompokkan potensi-potensi yang berada dalam kawasan berdekatan. Pada awalnya potensi-potensi yang telah didaftar dimasukkan kedalam peta ketujuh kabupaten dalam rupa simbol (gambar 2.18), sehingga didapat area terpilih yang memilki simbol terbanyak yang berkumpul dalam satu kawasan (gambar 2.19). Site yang menjadi prioritas untuk dikembangkan adalah kecamatan Pangururan, kabupaten Samosir dan juga kawasan disekitarnya. Dengan tidak meninggalkan daerah yang lain, setelah pengelolaan daerah

(30)

Pangururan, selanjutnya secara bertahap keseluruhan daerah yang dicakup oleh Geopark Kaldera Toba akan dikembangkan, sehingga tujuan menjadikan kawasan Danau Toba sebagai destinasi utama pariwisata Sumatera Utara dapat tercapai dengan baik.

Gambar 2.18 Potensi pada tiap Kabupaten

(31)

Dilihat dari gabungan peta overlayer secara keseluruhan (gambar 2.19), letak keberagaman potensi yang paling banyak berada di kabupaten Samosir, kec. Pangururan. Penerapan konsep Ecotourism yang mungkin dilaksanakan pada site terpilih ini adalah :

1. Konservasi

a. Konservasi alam

 Pembagian daerah-daerah yang berpotensi sebagai daerah pariwisata dan pusat penelitian atau perlindungan

 Pengaturan Transportasi dan akses guna meminimalisir dampak negatif manusia terhadap lingkungan.

 Mewadahi kegiatan formal berupa penelitian yang diselenggarakan suatu lembaga

b. Konservasi Budaya

 Pelaksanaan Kegiatan-kegiatan kebudayaan secara rutin

 Memberikan tanda-tanda spesifik untuk setiap potensi budaya, kesenian, maupun sejarah yang terdapat di kawasan Geopark

 Menyediakan pusat kebudayaan dan kesenian 2. Partisipasi Lokal

 Menggunakan jasa penduduk setempat sebagai staf/karyawan tetap geopark

 Menggunakan perumahan warga sebagai salah satu bentuk akomodasi resmi dari Geopark (Homestay)

(32)

 Memberikan sosialisasi/pelatihan kepada masyarakat umum tentang konservasi dan ekowisata

 Membuka kelas bagi anak-anak (lokal maupun turis) untuk mempelajari lebih lanjut mengenai Geopark

4. Wisata

 Menyediakan pusat informasi pariwisata resmi yang dapat dengan mudah diakses wisatawan

 Mengembangkan potensi wisata air yang dimiliki kawasan geopark ini dengan tetap berkiblat pada prinsip ekowisata

 Menyediakan sarana-sarana pendukung bagi kegiatan yang sudah ada dikawasan ini.

 Memfasilitasi infrastruktur yang sesuai dengan potensi pariwisata 5. Ekonomi Berkelanjutan

 Bekerja sama dengan masyarakat untuk mengangkat kuliner atau produk lokal yang berhubungan dengan geologi

 Menyediakan pasar untuk petani lokal dimana produk-produk yang dijual diberikan label dari pihak geopark sebagai bentuk kontrol terhadap pasar dan sekaligus dapat memaksimalkan keuntungan.

 Bekerjasama dengan pihak lain dalam penyediaan dana dan akomodasi antar spot wisata (bila diperlukan).

(33)

Gambar 2.20 Konsep Makro Penataan Pangururan

Setelah menentukan gambaran umum (gambar 2.20) mengenai pengembangan kawasan pangururan dan sekitarnya, perancang dan tim membagi berbagai fungsi sesuai dengan konsep ecotourism yang telah dibahas. Site pada masing-masing fungsi ditentukan sendiri sebagai lahan percontohan bagi lingkungan sekitarnya. Adapun fungsi-fungsi yang diajukan adalah Perancangan signage, tong sampah, gerbang tano ponggol, penataan sungai tano ponggol, souvenir shop/local craftsmanship, gantole, beachsports, penataan hotspring, dermaga, homestay, peletakan toilet umum, shelter di area kebun raya samosir, pasar tradisional, gallery geopark, taman kota, shelter hiking, jogging dan bicycling track, agricultural field, area pemancingan, museum sejarah dan budaya, bangunan riset dan edukasi, area kuliner, green walk, dan rekreasi air. Fungsi-fungsi tersebut tersebar diseluruh kawasan pangururan dan sekitarnya.

(34)

Perancang sendiri mendapat fungsi penataan hotspring pangururan, perancangan paralayang, dermaga, agricultural field, dan shelter pada kawasan kebun raya. Pada tahap persiapan preview II, dilakukan survey guna mendapatkan data yang lebih spesifik dan melihat kondisi site secara langsung.

Pada preview II, keluaran desain dari usulan fungsi berupa siteplan masing-masing fungsi. Desain berangkat dari data yang diperoleh saat survey dengan memenuhi kriteria Need, Context, dan Form.

1. Agricultural Field a. Needs

Agricultural Field berupa kebun/persawahan yang memanfaatkan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya

(sumber :biotakson.blogspot.com)

Pertanian dan perkebunan didaerah samosir kurang berkembang dikarenakan hasilnya tidak memiliki kualitas sebaik perkebunan didaerah lain. Agricultural field ini berfungsi sebagai sarana sosialisasi dan pendidikan bertani bagi masyarakat samosir, sehingga sistem pertanian dan perkebunan yang baik dapat ditularkan pada titik-titik lainnya.

(35)

Tabel 2.1 Kebutuhan ruang Agricultural Field Aktivitas Pengguna :

Gambar 2.21 Flowchart Aktivitas Pengguna Agricultural Field b. Context

Gambar 2.22 Site Agricultural Field Batas-batas site :

Timur : Jalan (Gambar 2.23)

Pengguna Kebutuhan Ruang

Pengunjung/Turis Lahan Agrikultural

- Lokal(Individu/kelompok) Visitor Center

- Mancanegara Cafetaria

Kelompok Wisata Pasar (dibuka pada waktu

tertentu)

Karyawan Parkir

(36)

Barat : Jalan setapak dan lahan penduduk Utara : Jalan

Selatan : Lahan Penduduk

Sebagian eksisting site merupakan lahan pertanian (Gambar 2.23b), lahan memiliki kontur yang tidak terlalu curam, dan lokasinya tidak jauh dari danau sidhioni. Lokasi ini dipilih mengingat eksistensi danau sidhioni yang sudah cukup terkenal, sehingga pada perjalanan wisata pengunjung menuju sidhioni, mereka juga sekaligus dapat menikmati wisata edukasi. Akses menuju lokasi ini bisa dilalui roda dua ataupun roda empat, namun kondisi jalan kurang baik, terdapat beberapa bagian jalan yang rusak.

(a) (b)

Gambar 2.23 Kondisi Site c. Form

Agricultural field ini direncanakan akan diolah oleh organisasi masyarakat setempat guna memberikan edukasi bertani yang baik pada para petani disekitar kawasan tersebut. Pada fungsi ini diterapan system penanaman organik untuk meminimalisir penggunaan pupuk yang menguntungkan dari segi ekonomi dan kualitas.

(37)

Gambar 2.24 Siteplan Agricultural field

Gambar 2.25 View lahan persawahan 2. Hotspring

a. Needs

Di kaki gunung pusuk buhit terdapat sumber mata air panas yang saat ini diolah masyarakat sebagai kawasan pariwisata. Hotspring Pangururan merupakan destinasi wisata yang cukup populer dikalangan turis lokal. Penataan kawasan ini penting dilakukan tidak hanya untuk menambah kuantitas kunjungan wisatawan lokal, tetapi juga wisatawan asing.

(38)

Tabel 2. 2 Kebutuhan ruang Hotspring Aktivitas Pengguna:

Gambar 2.26 Flowchart Aktivitas Pengguna Hotspring b. Context

Gambar 2.27 Site Hotspring Batas-batas site :

Timur : Pemandian Air Panas (Gambar 2.28a) Barat : Bukit Sulfur (Gambar 2.28b)

Utara : Jalan Pangururan

Selatan : Bukit Sulfur (Gambar 2.28c)

Pengguna Kebutuhan Ruang

Pengunjung/Turis Kolam/bilik Pemandian

- Lokal(Individu/kelompok) Ruang Ganti

- Mancanegara Cafetaria

Kelompok Wisata KM/WC

(39)

Luas site ± 24.778 m2 (Gambar 5.8) dan site berada didaerah yang berkontur. Eksisting site merupakan area pemandian air panas milik masyarakat yang dikelola secara mandiri.

(a) (b)

(c)

Gambar 2.28 Batas Site c. Form

Hotspring ini didesain memiliki pengguna yang berbeda-beda ditiap unitnya. Hal ini untuk menciptakan suasana yang berbeda bagi para pengunjungnya. Tersedia kolam khusus pria, wanita, dan juga kolam umum. Untuk mencapai unit-unit pemandian, pengunjung bisa menggunakan cady car, bersepada, atau berjalan kaki.

(40)

Gambar 2.29 Siteplan Hotspring

Gambar 2.30 View kawasan hotspring 3. Paralayang

a. Needs

Paralayang adalah olahraga yang mengandalkan ketinggian lahan dan arah angin. Di Indonesia potensi perkembangan paralayang cukup pesat. Selain untuk berolahraga, area paralayang juga dikunjungi masyarakat sebagai

(41)

destinasi pariwisata. Pada kawasan geopark ini direncanakan arena paralayang untuk menunjang jumlah wisatawan Geopark Kaldera Toba ini.

Tabel 2. 3 Kebutuhan ruang Paralayang Aktivitas Pengguna:

Gambar 2.31 Flowchart Aktivitas Pengguna Paralayang b. Context

Gambar 2.32 Site Paralayang

Pengguna Kebutuhan Ruang

Pengunjung/Turis Lokasi terbang

- Lokal(Individu/kelompok) Lokasi Pendaratan

- Mancanegara Visitor center

Kelompok Wisata Parkir

(42)

Gambar 2.33 Jalur terbang Paralayang

Batas-batas site :

Timur : Perumahan warga Barat : Terusan tano ponggol Utara : Perumahan warga Selatan : Ladang penduduk

Luas site ± 17.787 m2 akses kendaraan menuju site melalui jalan tele. Take-off area berada diketinggian 1255 mdpl (Gambar 2.34a), sedangkan landing area berada diketinggian 910 mdpl (Gambar 2.34b).

(a) (b)

Gambar 2.34 (a)Take-off area, (b)Landing area c. Form

Melalui aktivitas paralayang ini, pengunjung dapat menikmati keindahan danau toba dan penampakan alam yang asri dari ketinggian.

(43)

Gambar 2.35 Masterplan Paralayang

(a) (b)

Gambar 2.36 (a)Take-off area, (b)Landing area

4. Dermaga a. Needs

Bisa dikatakan bahwa kapal merupakan salah satu transportasi utama dipulau Samosir. Namun kenyataannya tidak ada satupun dermaga yang cukup representatif di samosir. Di pangururan sendiri terdapat beberapa dermaga yang kondisinya terbengkalai. Untuk dermaga yang didesain ini memiliki fungsi utama sebagai pendukung sektor pariwisata.

Pengguna Kebutuhan Ruang

Pengunjung/Turis Loket

- Lokal(Individu/kelompok) Dermaga tambat

- Mancanegara Parkir

(44)

Tabel 2. 4 Kebutuhan ruang Dermaga Aktivitas Pengguna:

Gambar 2.37 Flowchart Aktivitas Pengguna Dermaga

b. Context

Eksisting site merupakan dermaga dikawasan Parbaba, dimana dermaga sudah tidak aktif dan tidak representatif. Pemungutan biaya parkir dan kontribusi juga tidak tersistem dengan baik.

Gambar 2.38 Site Dermaga Batas-batas site :

Timur : Lahan kosong Barat : Danau Toba

(45)

Utara : Pantai pasir putih Selatan : Rumah penduduk

Gambar 2.39 Keadaan dermaga c. Form

Dermaga pariwisata ini tergolong dalam skala kecil, dimana dari segi kuantitas aktivitas yang dilalui belum terlalu padat. Pada dermaga ini disediakan dermaga tambat bagi kapal fery penumpang dan kendaraan. Selain itu dermaga ini juga memiliki akses langsung dengan pantai parbaba yang bertujuan untuk memudahkan akses turis.

(46)

Gambar 2.40 Siteplan Dermaga

Gambar 2.41 View Dermaga 5. Shelter Kebun Raya Samosir

a. Needs

Shelter merupakan tempat singgah bagi para pengunjung/turis. Shelter seperti ini diperlukan dalam cakupan kawasan yang luas, misalnya saja Kebun Raya Samosir. Pada shelter ini pengunjung dapat beristirahat dan mendapatkan informasi mengenai lingkungan sekitar shelter maupun Kebun Raya itu sendiri.

(47)

Tabel 2. 5 Kebutuhan ruang Shelter Aktivitas Pengguna:

Gambar 2.42 Flowchart Aktivitas Pengguna Shelter b. Context

Luas site per unit homestay : 187 m2 dengan kondisi sekitar dikelilingi pepohonan. Sistem pengolahan kebun raya saat ini sendiri kurang tersistem dengan baik. Shelter ini direncanakan akan diletakkan pada beberapa titik dikawasan kebun raya samosir.

Gambar 2.43 Site Shelter

Pengguna Kebutuhan Ruang

Pengunjung/Turis Bangku Istirahat

- Lokal(Individu/kelompok) Papan Informasi

(48)

Gambar 2.44 Kondisi Kebun Raya

Gambar 2.45 View dari Kebun raya kearah danau toba c. Form

Rumah tradisional batak merupakan tempat tinggal bagi beberapa keluarga sekaligus, filosofi ini erat dengan fungsi shelter sebagai tempat persinggahan bagi beragam pengunjung. Karena itu shelter ini mengangkat bentuk atap dan dinding rumah adat batak untuk mengingatkan filosofi tersebut kepada penggunanya. Shelter ini dirancang minim sekat untuk menciptakan harmonisasi lingkungan dengan shelter itu sendiri. Selain itu hal ini juga dapat memudahkan pengunjung melihat dari dalam dan keluar shelter, serta meminimalisir penyalahgunaan shelter. Material yang digunakan Ijuk, Bambu, Batu Alam

(49)

Gambar 2.46 Siteplan shelter

Gambar 2..47 Denah Shelter

(50)

Gambar 2.49 Perspektif Shelter

Desain yang dihasilkan pada tahap ini cenderung berupa rancangan dasar dan tidak merefleksikan proyek geopark secara global. Saran dan kritik diterima dari dosen-dosen penguji dan juga dosen pembimbing. Apa yang didapat dari hasil preview adalah pentingnya merencanakan konsep perjalanan pariwisata secara global didaerah samosir. Dari konsep pariwisata secara global akan didapat hal-hal yang perlu didesain berdasarkan kebutuhan pariwisata itu sendiri.

Gambar

Gambar 2.3.3 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Samosir
Gambar 2.3.4 Kabupaten Toba Samosir
Gambar 2.3.5 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Toba Samosir
Gambar 2.3.6 Kabupaten Tapanuli Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

keluarga salah satu tri pusat pendidikan, pendidikan pertama yang dikenal anak adalah pendidikan dalam keluarga, kedua orang tuanya menjadi pendidik pertama yang ia

Latihan buang air besar atau buang air kecil pada anak atau dikenal dengan nama toilet training merupakan suatu hal yang harus dilakukan pada orang tua anak, mengingat dengan

Orang Tua group atau yang lebih dikenal sebagai OT merupakan salah satu perusahaan terbesar di indonesia yang mempunyai produk

Seleksi merupakan salah satu komponen penting dalam algoritma genetika yang berfungsi untuk menentukan individu-individu yang akan digunakan pada proses pindah silang dan

Latihan buang air kecil atau buang air besar pada anak atau dikenal dengan latihan buang air besar dan buang air kecil merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh orang tua

(1975), Likuifaksi adalah suatu proses perubahan kondisi tanah pasir yang jenuh air menjadi cair ( quick condition), akibat meningkatnya tegangan air pori yang harganya

Suku Pesisir yang juga dikenal dengan banyak nama, seperti suku Batak Pesisir, suku Pasisi, dan suku Pesisi, adalah salah satu suku yang hidup di sepanjang pesisir pantai sebelah

Adapun jenis-jenis pariwisata yang salah satunya adalah pariwisata bahari.Wisata bahari yaitu perjalanan yang banyak dikaitkan dengan olahraga air seperti danau, pantai, atau